Namrud atau Nimrod (Arabنم*******************************رود بن كنع*******************************ان, bahasa
Ibrani: נִמְרֹוד, Modern Nimrod Tiberias נִמְ ר ֹד ; Nimrōḏ) adalah seorang tokoh di
dalam kitab-kitab suci agama-agama samawi. Dia adalah putra
dari Kush dan cicit dari Nabi Nuh. Namrud dideskripsikan sebagai seorang Raja
di negeri Shinar (Mesopotamia). Alkitab mengatakan bahwa dia adalah "pemburu
yang perkasa di mata Tuhan... dan mulai menjadi seseorang yang perkasa
di Bumi". Di kemudian waktu, kitab-kitab non-kanonik mengidentifikasikan
dirinya sebagai penguasa yang memerintahkan pembangunan Menara Babel,
sebuah bangunan fiktif yang menyebabkan bahasa manusia menjadi berbeda-beda,
yang mana atas perintahnya tersebut membuat Namrud memiliki reputasi sebagai
raja yang membangkang terhadap Tuhan.
Sampai saat ini, Namrud belum dapat ditemukan di dalam catatan-catatan
sejarah selain dari Kitab-Kitab Samawi. Para sejarawan juga telah gagal
menyocokkan dirinya dengan tokoh-tokoh yang secara sejarah telah dibuktikan
keberadaannya.
Raja Babil atau Namrud ibnu Kanan ibnu Kausy ibnu Sam ibnu Nuh
merupakan raja yang angkuh dan sombong. Wilayah kekuasaannya membentang
dari belahan timur dan barat dunia. Namrud juga dikenal sangat kejam karena tak
segan membunuh tiap bayi laki-laki yang baru lahir karena khawatir akan
menggantikannya atau menyerangnya.
ال اَنَ ۠ا اُحْ ٖي ُ ۙ ك اِ ْذ قَا َل اِب ْٰر ٖه ُم َرب َِّي الَّ ِذيْ يُحْ ٖي َويُ ِمي
َ َْت ق َ ۘ اَلَ ْم تَ َر ِالَى الَّ ِذيْ َح ۤا َّج اِب ْٰر ٖه َم فِ ْي َرب ٖ ِّٓه اَ ْن ٰا ٰتىهُ هّٰللا ُ ْال ُم ْل
ب فَبُ ِهتَ الَّ ِذيْ َكفَ ۗ َر َوهّٰللا ُ اَل يَ ْه ِدى ْالقَ وْ َم
ِ ت بِهَا ِمنَ ْال َم ْغ ِر ِ ق فَْأ ِ س ِمنَ ْال َم ْش ِر
هّٰللا ْأ
ِ ْت قَا َل اِب ْٰر ٖه ُم فَا ِ َّن َ يَ تِ ْي بِال َّش ْم ُ ۗ َواُ ِمي
ٰ
َالظّلِ ِم ْي ۚن
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim
tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu
pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang
menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata, "Saya dapat menghidupkan
dan mematikan." Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat." Lalu terdiamlah orang kafir itu; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS. Al Baqarah:
258)
Mufasir menyebutkan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya dalam
ayat ini adalah Raja Babil (yaitu Namrud ibnu Kanan ibnu Kausy ibnu Sam ibnu
Nuh), dan menurut pendapat yang lain dikatakan Namrud ibnu Falik ibnu Abir
ibnu Syalikh ibnu Arfakhsyad ibnu Sam ibnu Nuh. Raja tersebut ingkar terhadap
keberadaan Tuhan selain dirinya sendiri, seperti halnya yang dikatakan oleh Raja
Firaun yang hidup sesudahnya kepada para pembantu terdekatnya, yang
disebutkan oleh firman-Nya: Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku.
(Al-Qashash: 38) Dan tidak ada yang mendorongnya (raja itu) berbuat keterlaluan
dan kekufuran yang berat serta keingkaran yang keras ini kecuali karena
kecongkakannya dan lamanya masa memegang kerajaan. Menurut suatu pendapat,
Raja Namrud memegang tahta pemerintahannya selama empat ratus tahun.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan: karena Allah telah memberikan kepada
orang itu pemerintahan (kekuasaan). (Al-Baqarah: 258) Pada mulanya raja itu
meminta kepada Ibrahim agar mengemukakan bukti yang menunjukkan
keberadaan Tuhan yang diserukan olehnya. Maka Ibrahim menjawabnya yang
disitir oleh firman-Nya: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan Yang
mematikan". (Al-Baqarah: 258) Dengan kata lain, sesungguhnya bukti yang
menunjukkan keberadaan Tuhan ialah adanya semua yang wujud di alam ini,
padahal sebelumnya tentu tidak ada, lalu menjadi tidak ada sesudah adanya. Hal
tersebut menunjukkan adanya Pencipta yang berbuat atas kehendak-Nya sendiri
dengan pasti. Mengingat segala sesuatu yang kita saksikan ini tidak ada dengan
sendirinya, maka pasti ada pelaku yang menciptakannya. Dia adalah Tuhan yang
aku serukan kepada kalian agar menyembah-Nya semata dan tidak ada sekutu
bagi-Nya. Setelah itu orang yang mendebat Ibrahim yaitu Raja Namrud
mengatakan, yang perkataannya disitir oleh firman-Nya: "Saya dapat
menghidupkan dan mematikan. (Al-Baqarah: 258) Qatadah, Muhammad ibnu
Ishaq, As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa
untuk membuktikan ucapannya itu raja tersebut mendatangkan dua orang lelaki
yang keduanya dikenai sanksi hukuman mati. Lalu si Raja Namrud membunuh
salah seorangnya dan memaafkan yang lainnya hingga selamat, tidak dikenai
hukuman mati. Demikianlah makna menghidupkan dan mematikan menurut
Namrud. Nabi Ibrahim kemudian menjawab: "Sesungguhnya Allah menerbitkan
matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat. (Al-Baqarah: 258
Dengan kata lain, apabila kamu mengakui dirimu seperti apa yang kamu katakan
itu, yaitu bahwa dirimu dapat menghidupkan dan mematikan, maka Tuhan yang
menghidupkan dan yang mematikan adalah Yang dapat mengatur semua alam
wujud, yakni pada semua makhluk dan dapat menundukkan semua bintang serta
peredarannya. Bahwa matahari yang tampak setiap harinya ini terbit dari arah
timur, maka jika kamu seperti apa yang kamu akukan sebagai tuhan, terbit-kanlah
dia dari arah barat! Setelah raja itu menyadari kelemahan dan
ketidakmampuannya, karena ia tidak dapat mencongkakkan dirinya lagi kali ini,
maka ia terdiam, tidak dapat menjawab sepatah kata pun, dan hujah Nabi Ibrahim
mematahkan argumentasinya. As-Saddi menyebutkan bahwa perdebatan antara
Nabi Ibrahim dan Raja Namrud ini terjadi setelah Nabi Ibrahim selamat dari api.
Nabi Ibrahim belum pernah bersua dengan Namrud kecuali hanya pada hari
tersebut, lalu terjadilah perdebatan di antara keduanya. Abdur Razzaq
meriwayatkan dari Mamar, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Raja Namrud
menyimpan makanan pokok dan orang-orang datang kepadanya untuk makanan
itu. Lalu Namrud mengirimkan sejumlah utusannya, mengundang Nabi Ibrahim
untuk makanan tersebut. Setelah terjadi perdebatan di antara keduanya, maka
Nabi Ibrahim tidak diberi makanan itu barang sedikit pun, sebagaimana orang-
orang diberi makanan; bahkan dia keluar tanpa membawa makanan sedikit pun.
Ketika Nabi Ibrahim telah berada di dekat rumah keluarganya, ia menuju ke suatu
gundukan pasir, maka ia memenuhi kedua kantongnya dengan pasir itu, kemudian
berkata, "Aku akan menyibukkan keluargaku dari mengingatku, jika aku datang
kepada mereka." Ketika ia datang, ia langsung meletakkan pelana kendaraannya
yang berisikan pasir itu dan langsung bersandar, lalu tidur. Maka istrinya yaitu
Siti Sarah bangkit menuju ke arah kedua kantong tersebut, dan ternyata ia
menjumpai keduanya dipenuhi oleh makanan yang baik. Ketika Nabi Ibrahim
terbangun dari tidurnya, ia menjumpai apa yang telah dimasak oleh keluarganya,
lalu ia bertanya, "Dari manakah kalian memperoleh semua ini?" Sarah menjawab,
"Dari orang yang engkau datang darinya." Maka Nabi Ibrahim menyadari bahwa
hal tersebut merupakan rezeki dari Allah yang dianugerahkan kepadanya. Setelah
itu Allah mengirimkan seorang malaikat kepada raja yang angkara murka itu
untuk menyerunya kepada iman. Tetapi si raja menolak, lalu malaikat itu
menyerunya untuk yang kedua kalinya dan untuk yang ketiga kalinya, tetapi si
raja tetap menolak. Akhirnya malaikat berkata, "Kumpulkanlah semua
kekuatanmu dan aku pun akan mengumpulkan kekuatanku pula." Maka Namrud
mengumpulkan semua bala tentara dan pasukannya di saat matahari terbit, dan
Allah mengirimkan kepada mereka pasukan nyamuk yang menutupi mereka
hingga tidak dapat melihat sinar matahari. Lalu Allah menguasakan nyamuk-
nyamuk itu atas mereka. Nyamuk-nyamuk itu memakan daging dan menyedot
darah mereka serta meninggalkan mereka menjadi rulang-belulang. Salah seekor
nyamuk memasuki kedua lubang hidung si raja, lalu ia bercokol di bagian dalam
hidung si raja selama empat ratus tahun sebagai azab dari Allah untuknya.
Tersebutlah bahwa Raja Namrud memukuli kepalanya dengan palu selama masa
itu hingga Allah membinasakannya dengan palu tersebut.