Anda di halaman 1dari 25

PERKEMBANGAN DAKWAH PERIODE TURKI UTSMANI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Dakwah

Dosen Pengampu : Dra.Muhsinah, M, Ag.

Disusun Oleh :

Said Muhammad Syair Akmal (210401037)

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN


ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu dan seluruh
teman-teman yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi sebagai bahan
penyusunan makalah ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam Makalah ini,
semoga Makalah yang kami buat dapat bermanfaat. Demikian yang dapat kami sampaikan,
kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Jum’at 8 Juli 2022

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2
1. Sejarah turki utsmani 2
2. Perkembangan Dakwah pada masa dinasti turki utsmani

BAB III PENUTUPAN 6


A. Kesimpulan 6
B. Saran 6

DAFTAR PUSTAKA 7
BAB I

PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah
laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana. Dalam usaha mempengaruhi orang lain
baik secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan, serta
pengataman terhadap ajakan agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur-unsur paksaan (Arifin, 1997: 17). Menurut Moh. Ali Aziz (2004: 10) dakwah adalah sebagai
bentuk aktivitas penyampaian ajaran islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijak sana
untuk terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran islam dalam
semua lapangan kehidupan. Sementara itu, Ibnu Khaldun dalam buku Sejarah Dakwah karya Samsul
Munir Amin mendefinisikan sejarah, ia mengatakan bahwa: “Sejarah ialah catatan tentang
perubahanperubahan yang terjadi pada watak masyarakat, sepeti keliaran, keramahtamahan, solidaritas,
revolusi, dan pemberontakan sebagai akibat timbulnya negara dengan tingkat, kegiatan, dan kedudukan
sosial yang bermacam-macam untuk mencapai penghidupan, ilmu pengetahuan, dan perubahan (Amin,
2013: 2).

Adapun menurut Sidi Gazalba, sejarah ialah gambaran masa lalu tentang manusia
dansekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta
masa dengan penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu. Dengan demikian,
dalam kaitannya pengertian sejarah dakwah, samsul munir menjelaskan bahwa sejarah dakwah adalah
peristiwa masa lampau umat Islam untuk menyampaikan pesanpesan agama Islam kepada orang lain dan
apa yang terjadi setelah dakwah dilakukan (Amin, 2014: 4). Menurut Harjeni Hefni, sejarah dapat
diartikan sebagai peristiwa masa lampau umat manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan
mengajak umat manusia kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan
perubahan apa yang terjadi setelah dakwah digulirkan baik langsung maupun tidak langsung (Ilaihi &
Hefni, 2007: 2). Sejarah Islam mengalami perjalanan yang sangat panjang dan berliku. Dalam garis
besarnya, sejarah Islam dapat dibagi menjadi tiga periode besar yaitu: periode klasik, pertengahan, dan
modern. Periode klasik (650-1250 M) merupakan zaman keemasan.
Periode pertengahan (1250-1800 M) merupakan fase kemunduran dan kemajuan Islam. Periode
modern (1800 dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan (Amin, 2013: 20). 3 Dinasti Utsmaniyah
di Turki merupakan kekhalifahan yang besar dan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam
perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika dan Eropa. Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat
penting dalam perkembangan peradaban Islam (Amin, 2014: 139). Daulah ini lahir pada akhir abad ke-7
H (abad ke-13 M). Pendirinya adalah Utsman bin Ertoghrul yang dilahirkan di Anadol tahun 657 H
(Ilaihi & Hefni, 2007: 123). Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dan kabilah Oghuz yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara Negeri Cina (al Syalabi, 1988: 2). Ekspansi kerajaan Utsmani sempat
terhenti beberapa lama. Turki Usmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat
manaklukan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Sultan
Muhammad II yang dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih (1451 – 1484 M) dapat mengalahkan
Bizantium dan menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M (Amin, 2013: 196).

Ilaihi & Hefni, 2007: 2).


abad ke-7 H (abad ke-13 M)
al Syalabi, 1988: 2)
1453 M (Amin, 2013: 196)

II
Setelah sultan murad II wafat pada tahun 1451 M, roda kepemimpinan Turki Utsmani
dilanjutkan oleh anaknya yakni Muhammad Al-fatih. Sebagai sultan imperium Turki Utsmani,
Muhammad Al-fatih dikenal sebagai “sang penakluk” lantaran keberhasilannya dalam menaklukan
konstantinopel pada tahun 857 H/ 1453 M (al Syalabi: 1994:10). 4 Sultan Muhammad Al-fatih dan para
sultan sebelumnya telah mempersiapkan umat dengan persiapan jihad.
Dia telah menunaikan kewajibannya untuk memerangi orang-orang kafir yang menghadang Islam,
hingga masuk ke dalam islam atau masuk dan berada di bawah perlindungan kaum muslim. Masyarakat
Utsmani telah di bentuk dalam satu betuk masyarakat Islam yang memiliki nilai-nilai jihad dan dakwah.
(al Syalabi: 2004: 200) Sultan Muhammad Al-fatih telah memasuki jantung kota konstantinopel dan
memberikan pelajaran terhadap orang-orang Kristen barat tentang makna keadilan dan kasih sayang. Dia
menjadi simbol utama
dari simbol-simbol kekhilafahan Utsmani. Sesungguhnya pemerintahan utsmani berjalan di atas manhaj
islam. Maka dia menjalankan keadilan dan kasih sayang kepada rakyatnya yang berada di bawah
kekuasaannya. (al Shalabi: 2004: 195) Pada puncak kekuasaannya, sang sultan di anggap sebagai
pemimpin sejati dunia islam dan kerajaan Utsmaniyah menjadi salah satu Negara adidaya terbesar pada
massanya (Moljum Khan: 2012: 272). sultan Muhammad Al-fatih mendirikan bangunanbangunan di
kota Istambul, di antaranya Masjid Muhammad dan membangun sepuluh masjid lainnya, yang
dilengkapi dengan perpustakaan yang berisi buku-buku warisan pemikiran Arab, 5 Persia, dan Turki.
Selain itu, masjid-masjid tersebut dilengkapi pula dengan pondok-pondok untuk para pelajar yang
memungkinkan para guru dan pelajar untuk bertempat tinggal di sana, dan juga dilengkapi dengan
rumah sakit- rumah sakit, sumur, kamar mandi, dan rumah makan untuk orang-orang miskin. Sultan
Muhammad juga membangun kembali pagar yang memngelilingi ibu kota Konstantinopel (yang
dihancurkan ketika dia mengepung kota tersebut). Dia mulai membangun istananya di sebuah bukit yang
tinggi di kota itu (Amin: 2004: 251). Pasca penaklukan konstantinopel, Muhammad Al-Fatih mengubah
nama Konstaantinopel menjadi Istambul dan menjadikannya ibukota Turki Utsmani dan tempat
kedudukan sultan. Sultan Muhammad Al-Fatih kemudian menambah jumlah penduduknya setelah
penduduk kota itu berkurang sebelum dan sesudah kalah perang. Ia mengembalikan orang-orang yang
lari, dengan memberikan jaminan keamanan atas harta benda dan jiwa mereka. Mereka juga
diperbolehkan melakukan kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi media penghubung dalam
melakukan hubungan dengan Negara-negara barat. Mereka banyak yang menduduki pos-pos penting
dalam Negara. Di samping itu, terjadi pula gelombang perpindahan kaum Muslim Asia ke ibukota yang
baru, agar mereka dapat memanfaatkan harta wakaf yang di sediakan oleh sultan Muhammad Al-Fatih
untuk para pelajar dan penuntut ilmu. Dengan cepat, istambul 6 menjadi salah satu pusat pemikiran di
dalam dunia Islam (Amin: 2004: 251). Dari keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui secara detil kepemimpinan Muhammad al Fatih dan mengenai
langkahlangkah atau metode yang dilakukan oleh Muhammad al Fatih sehingga Turki Utsmani bisa
menjadi pusat pemikiran di dalam dunia Islam. Maka penulis mengambil judul: Penyebaran Islam Sultan
Muhammad al Fatih pada Masa Dinasti Utsmaniyah 1451-1481 M

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka pokok permasalahan dalam skripsi ini
adalah: 1. Bagaimana penyebaran Islam Sultan Muhammad al Fatih pada Masa Dinasti
Utsmaniyah 1451-1481 M?
1. Bagaimana penyebaran Islam Sultan Muhammad al Fatih pada Masa Dinasti Utsmaniyah
1451-1481 M?
III
C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan permasalahan yang pemakalah uraikan di atas,
dalam penulisan makalah ini mengandung tujuan sebagai berikut:

Untuk mengetahui penyebaran Islam Sultan Muhammad al Fatih pada Masa Dinasti
Utsmaniyah 1451-1481 M. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : 7

1. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam khazanah keilmuan dakwah tentang sejarah


dakwah pada masa Sultan Muhammad al Fatih

2. Dalam kaitannya dengan sejarah Islam, maka kajian tentang sejarah dakwah Dinasti
Utsmaniyah akan membantu para da’i untuk melihat sisi perjuangan dari founding father
terdahulu.

3. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi tambahan nilai keilmuan yang sangat bermanfaat
sehingga peneliti bisa mengambil hikmah yang terkandung dalam pembahasan penelitian ini.
BAB II

PEMBAHASAN
1. Sejarah turki utsmani

Dinasti ini berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan, di bawah pimpinan

Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain menghindari

bangsa Mongol, dan akhirnya mengembara di Asia Kecil. Akan tetapi di tengah perjalanan,

tepatnya di daerah perbatasan Halb, Sulaiman Syah meninggal dunia, sehingga rombongan

pengembara tersebut menjadi bimbang, apakah terus melanjutkan pengembaraanya atau pulang

kembali ketempat asal mereka. Rombongan tersebut akhirnya pecah menjadi dua kelompok,

kelompok yang kembali pulang dan kelompok yang terus melanjutkan perjalanan. Kelompok

kedua ini memilih Arthogrol, sebagai pemimpin mereka. Sesampainya di Asia Kecil rombongan

Arthogrol mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II yang mana saat itu kebetulan sedang

berperang dengan Byzantium, maka Arthogrol bersama rombongannya segera membantu

pasukan tentara Alauddin. Berkat bantuan Arthogrol dan rombongannya,akhirnya pihak

Alauddin berhasil mengalahkan pihak tentara musuh. Atas jasa baik Arthogrol dan

rombongannya itu Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang

berbatasan dengan Byzantium dan dibiarkan memperluas wilayahnya merambah ke wilayah

musuh. Sejak saat itu mereka terus membina wilayah dan daerah barunya dan mereka memilih

kota Syukud sebagai ibu kotanya.

Pada tahun 1258 M, Arthogrol di karuniai seorang putra yang diberi nama Utsman.

Anak tersebut mendapat didikan dan latihan militer secara langsung dari Arthogrol, sehingga

dia menjadi seorang tulang punggung yang terpercaya dalam menghadapi berbagai peperangan

dan dalam membina administrasi pemerintahan. Ketika perang salib meletus Byzantium ikut

terlibat, dengan begitu maka pemerintahan Utsmani mendapat kesempatan baik untuk membina

stabilitas wilayah dan pemerintahannya.

1
Dibawah pimpinan Utsman, Utsman mendirikan Dinasti baru pada tahun 1300M.Usman

inilah pendiri Dinasti Usmaniyah Turki yang didirikan diatas puing-puing kesultanan Saljuk.

Dengan timbulnya Dinasti Usmaniyah dapatlah islam kembali menunjukkan kegagah perkasaan

yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama sampai kepermulaan

abad XX ini.

2. Perkembangan dakwah pada masa priode turki utsmani


Sejak berakhirnya masa keemasan Dinasti Abbasiyah, kondisi umat Islam mengalami
kemajuan kembali berkat tiga kerajaan besar yang muncul sesudahnya, yaitu Turki Utsmani
di Turki yang berpusat di Istanbul, Mughal yang berpusat di India dan Safawiyah yang
berpusat di Persia. Ketiga kerajaan tersebut merupakan kerajaan adi kuasa waktu itu. Diantara
ketiga kerajaan tersebut, wilayah kerajaan Turki Utsmanilah yang paling besar. Dengan luas
wilayah yang membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan, sampai Asia Tengah.
Kerajaan Turki Utsmani mengandung keberagaman bangsa, budaya dan agama.

Kerajaan ini mampu bertahan berkuasa sampai kira-kira 6 abad lamanya, yaitu antara
tahun 1294 sampai 1924 M. selama 6 abad berkuasa, Turki Utsmani mempunyai raja
sebanyak 40 orang (Aized, 2015: 336-339). Kota Istanbul adalah ibu kota kerajaan Turki
Utsmani, pada awalnya, kota ini merupakan ibu kota Kerajaan Romawi Timur dengan nama
Konstantinopel. Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam pada masa Dinasti Turki Utsmani
di bawah pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar al Fatih. 67 Ketenaran sultan
Muhammad al Fatih menempati urutan yang pertama diantara sultan-sultan Utsman lainnya.
Ini karena keberhasilannya dalam menaklukkan kota Konstantinopel, yaitu kota dengan
benteng terkuat dan memiliki letak yang strategis di daratan Eropa. Keberhasilan yang dicapai
al Fatih ini melampaui keberhasilan yang dicapai oleh para generasi sebelumnya, mulai
generasi sahabat sampai sultan sebelum al Fatih. Mereka berlomba-lomba dengan segala daya
dan upaya untuk menaklukkan Konstantinopel. Motivasi dari semua itu adalah prediksi yang
terdapat dalam hadits Nabi Saw. Apabila dilihat dari latar belakang sejarah, konflik intens
antara Romawi dan Islam terjadi pasca Perang Mut`ah dan Perang Tabuk, yaitu pada masa
kepemimpinan Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Perluasan wilayah Islam yang
sangat masif membuat Romawi terdesak. Pada tahun 634 hingga 661 M, wilayah Islam
bertambah luas dan wilayah Romawi banyak yang menjadi wilayah Islam. Satu demi satu
kota-kota penting Romawi jatuh ke tangan umat Islam. Busra, Damasykus, Anatolia,
Iskandariah, Yerusalem dan Hims dibebaskan oleh umat Islam.

2
Keberhasilan menaklukkan kota-kota tersebut menjadi kunci untuk meraih tujuan
utama, yaitu menaklukkan Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Romawi Timur (Hasan, 2006:
429). Sebelum ditaklukan, Konstantinopel menjadi hambatan besar bagi tersebarnya Islam di
benua Eropa. Namun setelah penaklukan, ia seperti pembuka jalan yang lebar bagi dakwah
Islam untuk menyebar 68 ke benua Eropa dengan kekuatan dan kedamaian, lebih dari
masamasa sebelumnya. Penaklukan Konstantinopel dianggap sebagai peristiwa paling
monumental dalam sejarah dunia, dan secara khusus di mata sejarah Eropa dalam
hubungannya dengan Islam. Para sejarawan Eropa dan mereka yang sepaham, menganggap
penaklukkan Konstantinopel sebagai “Abad Pertengahan” dan sebagai titik awal menuju Abad
Modern (al Salabi, 2004: 139). Selain itu, Konstantinopel merupakan pusat agama Kristen
Ortodoks dan menyimpan banyak ilmu pengetahuan (Amin, 2010: 199). Dengan terbukanya
kota Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, lebih
memudahkan arus ekspansi Turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur
semakin terancam oleh Turki Usmani karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke
wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria. Semua usaha yang dilakukan
para penguasa Islam tersebut, tidak terkecuali Sultan Muhammad al Fatih adalah untuk
memperluas kekuasaan Islam dan demi tersebarnya agama Islam. Ketika Islam semakin
dikenal luas, maka para pemeluknya juga makin bertambah banyak. Sebagaimana teori yang
telah disebutkan dalam bab sebelumnya, bahwa mengajak atau menyeru orang lain untuk
mengesakan Allah disebut dengan dakwah. Sebagaimana definisi yang disampaikan Ya’qub
(1973: 9), dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk
mengikuti petunjuk Allah dan Rasul Nya. Dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting
dalam Islam, dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya,
tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan selanjutnya akan lenyap dari
permukaan bumi dalam kehidupan masyarakat. Dakwah berfungsi menata kehidupan yang
agamis menuju kehidupan masyarakat yang harmonis dan bahagia, ajaran Islam yang disiarkan
melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal
yang dapat membawa pada kehancuran (Aziz, 2006: 37). Keberhasilan penyebaran Islam oleh
al Fatih merupakan hasil dari sifat-sifat yang melekat pada diri al Fatih, diantaranya adalah
kecerdasan dan ketelitiannya serta teguh dalam pendirian. Sebagaiman tercermin ketika al
Fatih ditawari berbagai penawaran oleh Kaisar Konstantinopel agar al Fatih meninggalkan
Konstantinopel dan berhenti bertempur.

Kemudian strategi-strategi yang diterapkan dalam pertempuran merupakan strategi


yang belum pernah dilakukan oleh sultan-sultan sebelumnya, seperti menarik kapal-kapal
perang melewati perbukitan pada malam hari. Selain strategi dalam perempuran, tentunya
dalam perluasan Islam, al Fatih menerapkan beberapa metode. Dalam bab sebelumnya telah
dijelaskan tentang metode dakwah. Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan da’i
untuk menyampaikan pesan dakwah atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan
dakwah. Menurut penulis, tujuan dari perluasan wilayah yang dilakukan oleh al Fatih tidak
lain adalah untuk memperlancar penyebaran ajaran agama Islam di daratan Eropa.

3
Adapaun yang bertindak sebagai da’i adalah para ulama’ dan al Fatih sendiri serta para
tentaranya. Hal ini penulis simpulkan dari kepribadian yang dimiliki al fatih dan pasukannya,
mereka adalah orang-orang yang paham ajaran Islam serta mampu mengamalkannya. Terbukti
pada suatu hari timbul persoalan, ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at
yang pertama kali di kota itu.“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tidak ada
jawaban. Tidak ada yang berani yang menawarkan diri, kemudian Muhammad Al Fatih tegak
berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri. Kemudian beliau
bertanya. “Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini
pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan duduk” tidak seorangpun pasukan islam
yang duduk. Semua tegak berdiri. Lalu Sultan Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “Siapa
diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah
rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk”.
Sebagian lainya segera duduk. Dengan mengedarkan pandangan matanya ke seluruh rakyat
dan pasukanya, Muhammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “Siapa diantara kalian
yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajjud di kesunyian
malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk” Semua yang
hadir dengan cepat duduk” Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. dialah, Sultan
Muhammad al Fatih. Sedangkan mad’u atau sasaran dakwahnya adalah ummat manusia pada
waktu itu, baik Muslim maupun non Muslim. Materi dakwahnya meliputi aqidah, syari’ah dan
mu’amalah. Strategi yang paling menonjol pada masa al Fatih adalah pengautan militer, yaitu
dengan didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer. Setelah para pasukan dilatih
secara intensif, mereka diajak untuk melakukan ekspansi ke daerah-daerah non Muslim.
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi
yang dilakukan salah satunya meliputi kawasan Eropa dan Asia Kecil. Masih banyak negara-
negara lain yang menjadi kekuasaan di bawah daulah Utsmaniyah ini. Ekspansi ini dapat
dikategorikan sebagai jihad, yaitu berperang di jalan Allah demi membela kebenaran yang
hakiki, kebenaran sejati yang bukan berdasarkan pemikiran dan hawa nafsu manusia semata.
Karena yang menjadi musuh mereka adalah orangorang non Muslim yang melawan serta
memusuhi Islam. Jihad fisik dalam Islam bukan bentuk pemaksaan agar seseorang mau
memeluk agama yang lurus ini, sebagaimana sering dituduhkan bahwa Islam adalah agama
pedang. Allah SWT memang 72 memerintahkan agar umat Islam berdakwah, yaitu
menyadarkan kembali ingatan mahluknya yang lupa, mengajak sekaligus mengajarkan agar
seluruh manusia kembali ke jalan yang benar, yaitu menyembah hanya kepada-Nya. karena
tidak ada paksaan untuk masuk Islam, sebagaimana dalam firman Allah QS. al Baqarah 256:
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat
kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. Aktifitas
perluasan wilayah (ekspansi) sebagai media penyebaran Islam tersebut tentunya tidak bisa
lepas dari perseteruan atau permusuhan yang berakibat pada pertempuran. Aktifitas ini, bila
dilihat dari bentuk metode dakwah termasuk dalam dakwah dengan tangan (bil yad). Tangan
secara tekstual diartikan sebagai tangan yang digunakan dalam menggunakan situasi
kemungkaran. Metode ini efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.

4
Sebagaimana yang dilakukan al Fatih menaklukkan Konstantinopel, yang selanjutnya
memperlancar perluasan wilayah Islam di Eropa. 73 Setelah digempur dengan kekuatan, yang
dilakukan selanjutnya adalah dengan lisan (bil lisan). Maksudnya dengan perkataan yang baik,
lemah lembut dan dapat dipahami oleh penerima dakwah (mad’u), bukan dengan kata-kata
sukar apalagi menyakitkan hati.

Metode bil lisan ini dapat dilakukan dalam bentuk:

1. Mauidzah Hasanh Metode mauidzah hasanh adalah metode yang dilakukan dengan
cara menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang sesuatu kepada
pendengar dengan menggunakan lisan. Para ulama melakukan dakwahnya di masjid-masjid.

2. Diskusi atau al mujadalah Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran


antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu dan bertujuan untuk
memperoleh hasil yang benar. Sebagai contoh, perwakilan negeri-negeri Eropa berkumpul di
Istanbul. Mereka mengajukan usulan-usulan pada pemerintahan Sultan al Fatih. Beberapa
usulan penting itu adalah membagi negeri Bulgaria menjadi dua wilayah. Namun usulan ini
tidak disetujui oleh Sultan. Selain metode-metode di atas, al Fatih juga melakukan
penaklukan dengan cara yang bijaksana (bil hikmah). Cara yang bijaksana ini terlihat saat al
Fatih memasuki Konstantinopel, al Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur
kepada Allah. Pada saat penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia
(Aya Sofia), dan Sultan Muhammad al Fatih memberi perlindungan kepada semua penduduk,
siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim
dzimmi (kafir yang harus dilindungi karena membayar pajak), mu’ahad (yang terikat
perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non
muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Adapun yang menjadi media dakwah Pada masa
sultan al Fatih adalah masjid, sekolah, rumah sakit, dan tempat berlindung. Selain itu,
pekerjaan penting yang dilakukan adalah dibentuknya militer Islam yang kuat dan
memasukkan sistem khusus dalam kemiliteran yang berasaskan Islam. Sultan al Fatih sangat
menginginkan penaklukan Konstantinopel, namun keinginan tersebut bukan atas penaklukan
melainkan sebagai peran dalam memperindah dunia. Dalam pemikiran al Fatih, kota
Konstantinopel menjadi simbol kekuatan kristen dan pagan disuatu masa, kota ideal yang
mereka dirikan tapi tak terwujudkan secara penuh. Dalam pikiran al Fatih terlintas untuk
sekali lagi membangun kota semacam keindahan Madinah. Al Fatih ingin melindungi dan
memperindah dunia. Hal tersebut seperti yang disampaikan al Fatih dalam pidatonya: Kita
menaklukkan Konstantinopel bukan ingin menguasainya, melainkan untuk memompa darah
baru dalam aliran darahnya. Seperti seekor ular yang mengganti kulitnya dan merasakan
kesegaran, kita juga akan memberikan Konstantinopel kulit baru dan di sana akan dibentuk
sebuah taman kemanusiaan. Ini akan menunjukkan bahwa solusi kemanusiaan yang kita cari
di temapat yang salah akan ditemukan di kota ini. Makkah adalah bunga kemenangan,
sementara konstantinopel akan menjadi kemenangan sekuntum bunga. Di sana kemanusiaan
akan terbentuk penuh dan abad baru akan terbuka dengan ruh yang memiliki dua sayap.

5
Bukankah Nabi telah membrikan kabar gembira dan memberikan pujian kepada
komandan dan pasukan yang menaklukkan Konstantinopel.perkataan Nabi bukan seperti
perkataan kita yang hanya duniawi, maksudnya belum pasti terjadi. Makna yang terkandung
dalam penaklukan konstantinopel oleh sultan Muhammad al Fatih adalah Islam tidak semata-
mata menghalalkan perang karena dalam Islam ada etika-etika melakukan perang. Dengan
semangat untuk membela kebaikan di jalan Allah atau yang biasa disebut dengan berjihad di
jalan Allah dan dilandasi dengan niat yang baik.

3. Priode dinasti turki utsmani

Arthogrol ayah Utsman meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh

putranya, Utsman. Dan Utsman inilah yang di anggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani.

Utsman memerintah antara tahun1290 M-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak bekerja

kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium

yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300M, bangsa Mongol menyerang kerajaan

saljuk dan Sultan Alaudin II terbunuh. Kerajaan saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam

beberapa kerajaan kecil.Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah

yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri dan memproklamirkan

kemerdekaan wilayahnya dengan nama “Kesultanan Utsmani” yang terambil dari namanya

sendiri Utsman. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut juga Utsman I.

Pada periode ini perluasan wilayahpun terus dilakukan, hingga akhirnya perluasan

wilayah merambah ke Eropa.Pada tahun 1362 M, Dinasti Utsmaniyah dapat menaklukan kota

Adiranopel. Kemudian sejak tahun 1366 M, kota tersebut dijadikan ibu kota pemerintahan

Utsmani samapi kota Konstantinopel dapat mereka taklukan. Kemajuan dan perkembangan

kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh

kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya

adalah sebagai berikut:

6
Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan.

Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama, adalah orang-orang yang

kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.Meskipun demikian,

kemajuan kerajaan Utsmani mencapai masa keemasanya itu, bukan semata-mata karena

keunggulan politik para pemimpinya. Masih banyak factor lain yang mendukung keberhasilan

ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan

kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.

Bidang Ilmu pengetahuan dan Budaya.

Kebudayaan turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan,

diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka

banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi

pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran

tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka

terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang

suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan

luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun,

sebelumnya mereka adalah orang nomaden yang hidup di dataran Asia Tengah.

Bidang Keagamaan.

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial

dan politik.Masyarakat di golong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat

terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hokum yang berlaku.Karena itu, ulama

mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat.Mufti, sebagai

pejabat urusan agama tinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan

yang dihadapi masyarakt. Tanpa legitimasi mufti, keputusan hokum kerajaan bias tidak

berjalan.

7
Pada masa turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling

berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi.Kedua tarekat ini banyak dianut oleh

kalangan sipil dan militer.Tarekat bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di

kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi, sementara

taerekatMaulawi mendapat dukungan dari para pengusaha dalam mengimbangiJenissari

Bektasyi.

Hingga pada akhirnya separuh wilayah Dinasti Utsmaniyah adalah Eropa. Maka tidak

heran kalau Utsmaniyah kemudian terpengaruh oleh kondisi Eropa. Dan terjadi keseimbangan

antara kekuatan Utsmaniyah dengan kekuatan Barat. Kemudian pada tahun 1566-1674 M di

anggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya.

Adapun factor-faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Utsmaniya ialah:

Wilayah kekuasaan yang sangat luas Administrasi pemerintahan Turki Utsmani tidak beres,

padahal wilayah kekuasaan dinasti ini sangat luas. Di pihak lain, para penguasa terus berambisi

memperluas wilayah, sehingga sering terjadi peperangan

Penduduk yang heterogen Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas dan

penduduknya yang beragam, baik dari segi agama, ras maupun adat-istiadat. Untuk

mengaturnya, diperlukan satu lembaga khusus. Kelemahan para penguasa Sepeninggal Sultan

Sulaiman Al-Qanuni, Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam

kepribadian maupun kepemimpinan. Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan

tersebut tidak pernah teratasi secara sempurna, bahkan semakin lama semakin parah.

Budaya Korupsi Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi di dalam

pemerintahan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar”

dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Budaya korupsi ini

mengakibatkan dekadensi moral semakin merajalela yang membuat pemerintahans semakin

rapuh.

8
Pemberontakan tentara Jenisseri

Kemajuan ekspansi Turki Utsmani dipengaruhi oleh tentara Jenisseri. Dengan demikian, dapat

dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan Jenisseri terjadi

sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525, 1632, 1727, dan 1826 M

Merosotnya Perekonomian

Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara merosot. Pendapatan berkurang,

sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.

Terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan

Turki Utsmani kurang berhasil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, karena hanya

mengutamakan pengembangan militer. Perkembangan militer yang tidak diimbangi oleh

kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh yang

lebih maju.

4. Perjalanan Dakwah & Persentuhan dengan Turki Utsmani.

Sejak saat itu, Badiuzzaman Said Nursi mulai aktif berdakwah di beberapa tempat.

Mula-mula, ia datang ke Cizre untuk mendakwahi salah satu kepala suku di sana. Ia

berangkat karena mendapatkan sebuah mimpi. Said Nursi bermimpi bertemu dengan Syeikh

Abdul Qodir Jailani. Di mimpi itu, Syeikh Abdul Qodir berpesan pada Said Nursi agar

mendakwahi kepala suku Miran di Cizre bernama Mustafa Pasya. Mimpi itu berulang

hingga tiga kali. Ketika di Cizre, Said Nursi berhadapan dengan Mustafa Pasya.

9
Pasya adalah pemimpin suku yang suka minum arak dan tidak pernah salat. Namun,

berkat keuletan dakwah Said Nursi, Pasya mau meninggalkan arak dan

mendirikan salat. Hanya saja, ibadahnya adalah karena Said Nursi. Dalam hatinya,

Pasya terus berusaha untuk menyingkirkan pengaruh Said Nursi di Cizre. Said Nursi tinggal

selama beberapa bulan di Cizre. Ia berdakwah sambil terus mengamati perilaku Pasya.

Belakangan, Pasya semakin keras memusuhi Said Nursi. Ia bahkan beberapa kali mencoba

membunuh Said Nursi. Akhirnya, atas nasihat dari banyak orang, Said Nursi merasa lebih

baik meninggalkan Cizre. Setelah dari Cizre, Said Nursi bertolak ke Mardin.

Kemasyhurannya, termasuk kiprahnya di Cizre, telah sampai lebih dulu di Mardin. Maka,

kedatangannya disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat. Ia mengajar dan

berdakwah di sebuah masjid. Di periode ini, Said Nursi mulai mempelajari isu-isu sosial

dan politik. Ia banyak bertukar pendapat dengan banyak orang. Salah satunya adalah murid

dari Jamaluddin Al-Afghani. Said Nursi mulai menaruh perhatian yang lebih terhadap

kondisi masyarakat Turki. Tema pengajian-pengajian yang ia sampaikan juga mulai meluas.

Ia banyak memberi pesan tentang pentingnya persatuan umat dan pentingnya membangun

konstitusi yang baik dan kebebasan berpendapat. Seruan Said Nursi tentang kebebasan

berpendapat itu rupanya membaut geram pemerintah Mardin. Said Nursi diusir oleh

pemerintah. Ia kemudian bertolak ke Bitlis. Ketika sampai di Bitlis, ia justru dijamu oleh

Gubernur Bitlis, Omer Pasya. Hal itu lantaran Omer Pasya mengetahui keagungan akhlak

Said Nursi dari dua pengawal yang mengantar Said Nursi dari Mardin ke Bitlis. Baca Juga

Slogan "Hubbul Wathan Minal Iman" Berasal dari Orang Kristen Said Nursi tinggal selama

dua tahun di rumah Geburnur Bitlis. Sebelum kedatangannya, tidak banyak ulama yang ada

di Bitlis. Setelah kedatangan Said Nursi, banyak ulama yang datang untuk membantu Said

Nursi mengajar atau ikut belajar dengan Said Nursi. Melihat hal itu, Gubernur Van, Hasan

Pasya,

10
membujuk Said Nursi agar berkenan untuk pindah ke Van. Di Van, Said Nursi

banyak berdiskusi dengan intelektual yang berlatar belakang ilmu-ilmu selain ilmu agama.

Said Nursi tidak terlalu dapat mengikuti diskusi karena yang ia pelajari selama ini adalah

ilmu agama. Melihat hal itu, ia kemudian melumat buku-buku sejarah, geografi,

matematika, kimia, fisika, geologi, astronomi, filsafat, dan lain-lain. Tak butuh waktu lama,

Said Nursi mulai dikenal dengan kecerdasan di bidang sains, selain tentu agama. Ia juga

mendirikan madrasah berkat bantuan dari Gubernur Van. Ketika siang, ia mengajar ilmu

umum di madrasah. Sementara di malam hari, ia mengajar agama di masjid. Tak hanya di

Van, ia juga mendirikan madrasah di Bitlis, Sirt, dan beberapa kawasan lain di Anatolia

Timur. Setelah madrasah, ia kemudian ingin mendirikan universitas. Nilai yang dibawa oleh

Said Nursi dalam pendirian madrasah dan universitas adalah penyatuan kurikulum ilmu

sains dan ilmu agama. Padahal, saat itu, menjelang keruntuhannya, Turki Utsmani tengah

gencar melakukan sekularisasi pendidikan ala Eropa. Maka, usaha Said Nursi membentur

tembok raksasa istana khalifah. Izin pendirian universitas hanya diberikan oleh sultan.

Bukan gubernur daerah. Padahal, Said Nursi adalah ulama dari pedalaman Anatolia.

Namun, demi memajukan umat Islam, ia rela datang ke Istanbul untuk menghadap sultan.

Sekalipun ia sangat paham bahwa bertemu dengan sultan sama sekali bukan hal yang

mudah.

Said Nursi tinggal selama dua tahun di rumah Geburnur Bitlis. Sebelum kedatangannya,

tidak banyak ulama yang ada di Bitlis. Setelah kedatangan Said Nursi, banyak ulama yang datang

untuk membantu Said Nursi mengajar atau ikut belajar dengan Said Nursi. Melihat hal itu,

Gubernur Van, Hasan Pasya, membujuk Said Nursi agar berkenan untuk pindah ke Van. Di Van,

Said Nursi banyak berdiskusi dengan intelektual yang berlatar belakang ilmu-ilmu selain ilmu

agama. Said Nursi tidak terlalu dapat mengikuti diskusi karena yang ia pelajari selama ini adalah

ilmu agama. Melihat hal itu, ia kemudian melumat buku-buku sejarah, geografi, matematika, kimia,

fisika, geologi, astronomi, filsafat, dan lain-lain.

11
Tak butuh waktu lama, Said Nursi mulai dikenal dengan kecerdasan di bidang sains, selain

tentu agama. Ia juga mendirikan madrasah berkat bantuan dari Gubernur Van. Ketika siang, ia

mengajar ilmu umum di madrasah. Sementara di malam hari, ia mengajar agama di masjid. Tak

hanya di Van, ia juga mendirikan madrasah di Bitlis, Sirt, dan beberapa kawasan lain di Anatolia

Timur. Setelah madrasah, ia kemudian ingin mendirikan universitas. Nilai yang dibawa oleh Said

Nursi dalam pendirian madrasah dan universitas adalah penyatuan kurikulum ilmu sains dan ilmu

agama. Padahal, saat itu, menjelang keruntuhannya, Turki Utsmani tengah gencar melakukan

sekularisasi pendidikan ala Eropa. Maka, usaha Said Nursi membentur tembok raksasa istana

khalifah. Izin pendirian universitas hanya diberikan oleh sultan. Bukan gubernur daerah. Padahal,

Said Nursi adalah ulama dari pedalaman Anatolia. Namun, demi memajukan umat Islam, ia rela

datang ke Istanbul untuk menghadap sultan. Sekalipun ia sangat paham bahwa bertemu dengan

sultan sama sekali bukan hal yang mudah.

Said Nursi tinggal beberapa bulan di Istanbul. Ia terus menemui beberapa pejabat dekat

istana agar bisa membantunya bertemu dengan sultan. Karena usaha kerasnya, ia sempat diberi

iming-iming uang dan harta yang banyak asalkan mau kembali pulang ke Anatolia Timur.

Kedatangan Said Nursi jelas mengganggu proyek sekularisasi yang tengah dilaksanakan dengan

begitu masif oleh pejabat-pejabat tinggi Utsmani. Melalui salah satu temannya dari Al-Azhar, ia

menitipkan surat untuk sultan. Namun, berbulan-bulan lamanya surat itu tidak berbalas. Said

kemudian memutuskan untuk menulis opini di koran. Tulisannya membuat heboh Utsmani.

Membuat geram pejabat Utsmani. Ia kemudian diseret ke meja hijau. Namun, karena jelas tidak

bersalah, dan tidak ada pasal yang dapat digunakan untuk menyeretnya ke penjara, pejabat Utsmani

membuat siasat agar Said Nursi dianggap gila. Tak dapat diseret ke penjara, ia diseret ke rumah

sakit jiwa. Namun, dokter yang menanganinya di rumah sakit tahu. Bahwa Said Nursi bukan orang

gila. “Jika Said Nursi dianggap gila, maka di seluruh negeri ini tidak ada orang yang sehat akalnya,”

tulis dokter. Tulisan itu sampai ke istana. Sultan meminta Said Nursi dikeluarkan dari rumah sakit.

Setelah bebas, kondisi Turki Utsmani semakin carut marut. Kekuasaan Sultan Abdul Hamid II telah

berada di ujung tanduk.

12
Saat itu, Comitte of Union and Progress (CUP) menjadi pelopor gerakan sekularisasi Turki.

Badiuzzaman Said Nursi kemudian bergabung dengan gerakan Ittihad-i Muhammedi. Sebuah

gerakan yang berusaha untuk menjaga nilai-nilai keislaman di kekuasaan Utsmani. Keadaan

semakin kacau ketika banyak aktivis Ittihad-i Muhammedi dan militer yang disingkirkan oleh CUP

melakukan kudeta. Mereka menangkap tokoh-tokoh militer yang dekat dengan CUP.

Said Nursi geram. Menurutnya, penerapan ajaran Islam harus dilakukan dengan cara yang

baik. Kebaikan harus diraih dengan kebaikan pula. Bukan dengan kudeta. “Kita semua harus

memperlihatkan Islam dalam bentuk yang mulia, indah, dan disenangi,” tulis Said Nursi di sebuah

surat kabar. Tak lama kemudian, CUP berbalik menyerang. Dibantu oleh Kesatuan Militer Selonika.

Yang kepala stafnya adalah Mustafa Kemal. Mustafa Kemal kelak menjadi Presiden Turki pertama

pasca runtuhnya Utsmani. Saat kemelut itu terus berlangsung, Said Nursi telah berada di Izmit,

Marmara. Ia merasa bahwa nasihat-nasihatnya tak lagi didengarkan. Kerusuhan tak kunjung reda. Ia

memutuskan untuk menepi. Sayangnya, dasar politik, semua tokoh agama yang pernah terlibat

Ittihad-i Muhammedi dianggap ikut melakukan kudeta. Sehingga, Said Nursi juga dicari oleh CUP.

Pada 1 Mei 1909, CUP menangkap Badiuzzaman Said Nursi. Ia dibawa kembali ke Istanbul. Ia

dipenjara di penjara militer Bekir Aga Bolugu.

13
Di penjara itu berkumpul tentara, periwa tinggi, pegawai negeri, pejabat pengadilan, penulis,

dan kelompok lain yang belum tentu terlibat kerusuhan. Ia dibebaskan pada 23 Mei di tahun yang

sama setelah berdebat dengan pengadilan. Pengadilan saat itu dilakukan secara serampangan dan

berhasil menggantung banyak orang. Setelah bebas, Badiuzzaman Said Nursi kembali berdakwah di

kawasan Anatolia Timur.

Saat itu ia juga menulis dan membukukan tanya jawab yang ia lakukan dengan jamaahnya.
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

1. Utsman adalah pendiri daulah Utsmaniyah, yang berdiri dari tahun 699-726 H. Jadi

daulah ini berdiri selama 27 tahun.

2. Khalifah pada masa daulah Utsmaniyah sekitar 30 orang khalifah. Namun ada 13

khalifah yang lemah dalam kepemimpinannya.

3. Unsur-unsur dakwahnya yaitu:

a. Da’I, yang mana khalifah pada masa ini sekitar 30 orang, namun ada diantaranya

khalifah yang lemah dalam kepemimpinannya. Corak da’I pada masa ini bersifat al-

ulama’, al-umara’, dan al-ulama’ wa al-umara’.

b. Mad’u, pada masa ini mad’u masih bercorak al-ijabah dan al-ummah.

c. Materi ,materi pada daulah Utsmaniyah meliputi akidah, syariah dan muamalah.

d. Metode, metode yang digunakan yaitu: ekspansi, ceramah, kelembagaan, missi, tanya

jawab, bimbingan konseling, keteladanan, propaganda, diskusi, karya tulis, silahturahmi

dan korespondensi.

e. Media, media yang digunakan yaitu: sekolah, rumah sakit, masjid dan media cetak.

4. Nama kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau dengan

gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai suatu wilayah yang cukup

luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku

Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat

serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu

Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan

Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka,

14
Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan

tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M),

orang-orang Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan Usman I sebagai

sultannya.

5. Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan,

disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak

daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan

Turki Usmani. Salah satu sumbangan terbesar kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam

adalah penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453

M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal

dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran,

pemerintahan, kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani mengalami puncak keemasan

adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal dengan sebutan

Sulaiman Agung.

6. Dari perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Usmani mengalami kemajuan kemajuan

yang mendukung sekali dalam pemerintahannya diantaranya:

a. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai militer yang sangat kuat

dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang urusan pemerintahan dibuat

undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan pemerintahan di Turki Usmani.

b. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya telah

terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang

ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada

bidang kemiliteran.

15
c. Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar terutama

dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan

berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi

masyarakat.

7. Tanda kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-

1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan

kekuasaan. Turki Usmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan

diri, karena tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.

16
2. Saran

Demikian makalah kami buat dengan sedemikian rupa mungkin masih banyak kesalahan
pada penulisan makalah ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa,
dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih
baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen
pembimbing mata kuliah kajian islam bapak Dra.Muhsinah, M, Ag. yang telah memberi kami
tugas makalah ini.Adapun nantinya kami sebagai penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah ini dengan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id
http://eprints.walisongo.ac.id
https://movianaokta.wordpress.com

https://ibtimes.id/badiuzzaman-said-nursi-2-perjalanan-dakwah-persentuhan-dengan-turki-utsmani/

Anda mungkin juga menyukai