Anda di halaman 1dari 15

Case Report Session

Hernia Diafragmatika

Oleh:
Muhammad Imam Arrasyid 20403121464

Preseptor: dr. Eny Yantri, Sp.A(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


ANDALAS RSUP DR. MDJAMIL PADANG
2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat- Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah Case Report Session yang berjudul “Hernia Diafragmatika”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Anak,
RSUP Dr. M.Djamil Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. dr. Eny
Yantri, Sp.A(K), selaku preseptor yang telah bersedia membimbing dalam penyelesaian
makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif
dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Padang, 19 April 2022

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia diafragma kongenital (HDK) telah sering muncul dalam literatur medis sejak
deskripsi pertama di awal abad 18. Teori pertama tentang patofisiologi kondisi ini yaitu
terdapatnya herniasi organ visceral ke dalam rongga thorak dan membutuhkan proses
evakuasi segera. Pada tahun 1946, Gross melaporkan perbaikan pertama yang sukses dari
hernia diafragma neonatal dalam 24 jam pertama kehidupan. Literatur medis untuk dekade
berikutnya untuk hernia diafragma kongenital sebagai masalah bedah dan membahas
berbagai aspek teknis perbaikan bedah, termasuk teknik yang dibutuhkan untuk menutup
cacat besar. Pada tahun 1960, Areechon dan Reid mengamati bahwa tingkat kematian tinggi
hernia diafragma kongenital terkait dengan tingkat hipoplasia paru pada bayi baru lahir.
Selama 20 tahun terakhir, hipertensi pulmonal dan hipoplasia paru telah diakui sebagai
patofisiologi hernia diafragma kongenital. Dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan
bahwa maldevelopment dari jantung dapat menimbulkan patofisiologi komplikasi lebih jauh
pada hernia diafragmatika kongenital.1
Insiden pada neonatus tercatat 1 : 2000 – 5000, pada dewasa dilaporkan insidensi
bervariasi antara 0,17% yang dilaporkan oleh mullens dkk sampai setinggi 6% yang
dilaporkan oleh Gale. Hal ini didapatdari penelitian retrospektif dari pemeriksaan CT Scan
yang dilakukan untuk berbagai tujuan. Hernia Bockdalek paling banyak dijumpai pada bayi
dan anak-anak. Pada dewasa sangat jarang (sekitar 10% dari semua kasus) dan sering terjadi
misdiagnosis dengan pleuritis atau tuberkulosis paru.2

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini membahas mengenai defenisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi,


patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan dan laporan kasus dari Hernia
Diafragmatika Kongeniltal.

1.3 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang Hernia
Diafragmatika Kongeniltal.
1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan dari makalah ini menggunakan metode tinjauan Pustaka dengan
mengacu kepada berbagai literatur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ abdomen ke dalam rongga dada melalui
suatu lubang pada diafragma. Hernia diafragmatika merupakan saah satu diantara kelainan
yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (1/2000) dan paling sering disebabkan kegagalan
satu atau kedua selaput pleuroperitoneal untuk menutup saluran-saluran perikardioperitoneal.
Rongga peritoneum dan pleura kemudian saling berhubungan di sepanjang dinding tubuh
posterior. Kelainan seperti ini, yang dikenal sebagai hernia diafragmatika kongenital,
memungkinkan organ-organ dalam perut memasuki rongga pleura. Karena kehadiran organ-
organ perut didalam dada, jantung terdorong ke anterior, sedangkan paru-paru tertekan dan
sering mengalamai hipoplasia.2

Gambar 1. Hernia Diafragmatika

B. Embriologi
Pada akhir minggu ketiga, mesoderm intraembrional pada sisi kanan dan kiri garis
tengah, berdeferensiasi menjadi bagian paraksial, bagian intermedia, dan lempeng lateral.
Ketika terlihat celah celah antar sel pada mesoderm lateral, lempeng tersebut dibagi menjadi
dua lapisan : Lapisan mesoderm somatik dan lapisan mesoderm splanknik. Yang terakhhir ini
bersambung dengan mesoderm dinding kantung kuning telur. Ruangan yang dibatasi oleh
lapisan-lapisan ini membentuk selom intraembrional (rongga tubuh). Sel-sel mesoderm
somatik menjadi mesotel dan membentuk lapisan parietal membran serosa yang melapisi
bagian luar rongga peritoneum pleura, dan perikardium. Sel-sel lapisan mesoderm splanknik
akan membentuk lapisan visceral membran serosa yang membungkus organ abdomen, paru-
paru dan jantung. Lapisan visceral dan parietal saling bersambung sebagai mesenterium
dorsal, yang menggantung saluran usus dirongga peritoneum. Mula-mula mesenterium dorsal
merupakan suatu pita mesoderm yang tebal. Yang berjalan langsung dari batas kaudal usus
depan dan berakhir sampai usus belakang. Mesenterium ventral hanya ada mulai dari bagian
kaudal usus depan sampai bagian atas duodenum dan disebabkan oleh penipisan mesoderm
septum tranversum. 8
Septum tranversum adalah sebuah lempeng tebal jaringan mesoderm yang mengisi
rongga dada dan tangkai kandung kuning telur. Sekat ini tidak memisahkan rongga dada dan
perut secara sempurna, tetapi meninggalkan sebuah lubang besar, yaitu saluran
perikardioperitoneal pada sisi kiri dan kanan usus depan8

Gambar 2. Gambar pertumbuhan tunas paru-paru ke dalam saluran perikardioperitoneal

Ketika tunas paru mulai tumbuh paru-paru ini meluas ke arah kaudaolateral didalam
saluran perikardioperitoneal menjadi terlalu sempit dan paru mulai meluas ke mesenkim
dinding tubuh ke arah dorsal, lateral, ventral. Pengembangan ke arah ventral dan lateral ini
terjadi pada bidang datar disebelah lateral lipatan pleuroperikardial. Pada mulanya lipatan-
lipatan ini nampak sebagai rigi-rigi kecil yang menonjol ke dalam rongga dada sederhana
yang belum terbagi-bagi. Dengan meluasnya paru-paru, mesoderm dinding tubuh dibelah
menjadi dua komponen: a dinding dada definitif dan membran pleuroperikardial yang
merupakan lapisan mesoderm tipis yang mengandung vena kardinalis komunis dan nervus
frenikus, Selanjutnya turunnya jantng dan perubahan-perubahan letk sinus venosus
menggeser vena kardinalis kommunis ke arah garis tegah, selaput pleuroperikardinal tertarik
keluar seperti halnya mesenterium.Akhirmya rongga dada terbagi atas rongga perikardium
tetap dan rongga pleura tetap dam dua rongga pleura tetap. Pada orang dewasa, selaput
pleuroperikardium membentuk perikardium fibrosa.7
Gambar 3. Skematik perkembangan diafragmatika

Walaupun rongga pleura terpisah dari rongga perikardial, untuk sementara mereka tetap
berhubungan langsung dengan rongga perut, karena diafragma masih belum sempurna, Pada
perkembangan selanjutnya, tepi kaudal rongga pleura dibatasi oleh lipatan-lipatan berbentuk
bulan sabit, yaitu lipatan pleuroperitoneum. Lipatan-lipatan ini menonjol ke sebelah ujung
kaudal saluran-saluran perikardioperitoneal. Dengan berlanjutnya perkembangan, lipatan ini
meluas ke arah medial dan ventral menjelang minggu ketujuh bersatu dengan mesenterium
esofagus serta septum tranversum. Dengan demikian, hubungan antara bagian dada dan perut
rongga selom tertutup oleh selaput pleuroperitoneal. Ekspansi lebih lanjut dari rongga pleura
relatif terhadap mesenkim dinding tubuh menyebabkan penambahan lembaran perifer selaput
pleuroperitoneal. Setelah lembaran ini terbentuk, mioblas yang berasal dari dinding tubuh
menembus sselaput ini membentuk bagian otot diafragma.7
Dengan demikian, diafragma berasal dari bangunan7
1. Septum tranversum yang membentuk bagian tendinosa diafragma
2. Dua selaput pleuroperitoneal
3. Komponen-komponen otot dinding tubuh lateral dan dorsal
4. Mesenterium esofagus tempat berkembangnya krura diafragmatika

C. Epidemiologi
Hernia diafragma kongenital terjadi pada 1 dari setiap 2000-3000 kelahiran hidup dan
menyumbang 8% dari semua anomali kongenital utama. Risiko rekurensi hernia diafragma
kongenital pada saudara kandung sekitar 2% . Hernia diafragma kongenital familial jarang
(<2% dari semua kasus), pola autosom resesif dan autosomal dominan telah dilaporkan.
Hernia diafragma kongenital ditemukan pada Cornelia de Lange sindrom dan juga
manifestasi klinik yang menonjol dari sindrom Fryns yang merupakan resesif autosomal
dengan manifestasi klinik termasuk hernia diafragma, labiognatoscizis, dan hipoplasia digiti
distal.2
Insiden pada neonatus tercatat 1 : 2000 – 5000, pada dewasa dilaporkan insidensi
bervariasi antara 0,17% yang dilaporkan oleh mullens dkk sampai setinggi 6% yang
dilaporkan oleh Gale. Hal ini didapatdari penelitian retrospektif dari pemeriksaan CT Scan
yang dilakukan untuk berbagai tujuan. Hernia Bockdalek paling banyak dijumpai pada bayi
dan anak-anak. Pada dewasa sangat jarang (sekitar 10% dari semua kasus) dan sering terjadi
misdiagnosis dengan pleuritis atau tuberkulosis paru. Kadang-kadang pada anak yang lebih
besar juga sering diduga sebagai staphylococcal pneumonia.2,9

D. Etiologi
Penyebab hernia diafragma kongenital pada manusia belum diketahui. Meskipun
pengaruh genetik jelas penting, informasi spesifik masih dalam keterbatasan. Abnormalitas
struktural kromosom yang didiagnosis saat prenatal, dengan frekuensi 10% dan 34% dari
pasien dengan prenatal diagnosis dalam dua kali pemeriksaan. HDK telah dikaitkan dengan
kromosom yang abnormal, tetapi paling sering terjadi dengan duplikasi kromosom atau delesi
pada kromosom, termasuk sindrom Turner (monosomi X), sindrom Down (Trisomi 21),
Edward sindrom (trisomi 18), dan sindrom Patau (trisomi 13). Sindrom Pallister-Killian
(tetrasomy 12p) juga sering ditemui. HDK dapat terjadi sebagai bagian dari sindrom, seperti
dalam sindrom Denys-Drash (WT1), sindrom Simpson-Golabi-Behmel (GPC3) , sindrom
craniofrontonasal (EPNB 1), neonatal Sindrom Marfan (FBN1), dan spondylocostal
dysostosis (DLL3). Sebagian besar kasus HDK terjadi sebagai presentasi nonsyndromic
terisolasi. Kejadian familial telah dijelaskan dengan risiko kejadian kedua dengan riwayat
keluarga diperkirakan 2%. 3
Penelitian dari albert 2007 menunjukkan data sitogenetika dari 200 pasien dengan HDK
yang tersedia, dan 24 pasien (12%) menunjukkan kelainan. Empat belas pasien (7%)
menunjukkan kelainan numerik (trisomi 18 atau 21). Sisanya 10 pasien (5%) memiliki
anomali struktural, dan 3 dari pasien (1,5%) yang terbukti delesi pada dari kromosom 15Q.7

E. Patofisiologi
Hernia diafragmatika kongenital disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma.
Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum dan
pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu
dapat berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan
gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi
akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan
diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.

Gambar 4. Interaksi kardiopulmonal pada hernia diafragmatika kongenital

Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia
diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua. Organ abdomen
yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus, kolon, lien dan
hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari usus yang mengalami
herniasi ke rongga thorak ini. Hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan
kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke arah
kontralateral.3,8

F. Klasifikasi
Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti
diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum
transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan
pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi
ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan
terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan
diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Lubang hernia dapat terjadi di peritoneal (tipe
Bochdalek) yang tersering ditemukan, anterolateral (tipe Morgagni) atau di esofageal hiatus
hernia. Foramen bochdalek merupakan celah sepanjang 2-3 cm di posterior diafragma
setinggi costa 10 dan 11, tepat di atas glandula adrenal. Kadang-kadang defek ini meluas dari
lateral dinding dada sampai ke hiatus esophagus. Kanalis pleuroparietalis ini secara normal
tertutup oleh membran pleuroparietal pada kehamilan minggu ke-8 sampai ke-10. Kegagalan
penutupan kanalis ini dapat menimbulkan terjadinya hernia Bochdalek. Hernia ini merupakan
kelainan yang jarang terjadi. Mc Culley adalah orang pertama yang mendeskripsikan kelainan
ini.6

Gambar
5.

Klasifikasi Hernia Diafragmatika Kongenital

Sekitar 80-85% dari HDK hernia adalah sisi kiri, 10-15% sisi kanan dan 5% bilateral.
Cacat HDK yang paling sering (80-90%) diafragma melibatkan posterior dan aspek lateral
diafragma, seperti posterolateral atau Bochdalek, sering disertai dengan herniasi dari
lambung, intestinal, hepar dan lien ke rongga thorax. Kasus aplasia atau agenesis diafragma
pada HDK ditemukan cacat Bochdalek yang besar. Pada sekitar 5%, cacat lainnya dengan
lokasi yang mempengaruhi diafragma retrosternal atau parasternal anterior, disebut sebagai
hernia Morgagni-Larrey. Dalam kasus ini, bisa ada hernaiasi hepar dan intestinal ke rongga
thorax.. Hernia anterior lainnya yang berhubungan dengan Pentalogy Cantrell termasuk cacat
dari garis tengah dinding abdominal supraumbilical, sternum bawah, perikardium diafragma
dan mungkin ditemukan ectopia cordis. 8

G. Manifestasi Klinis
Gangguan fusi bagian sentral dan bagian kostal diafragma di garis median
mengakibatkan defek yang disebut foramen Morgagni. Tempat ini dapat menjadi lokasi
hernia retrosternal yang disebut juga hernia parasternal. Jika penutupan diafragma tidak
terganggu, foramen morgagni dilalui oleh a. Mammaria interna dengan cabangnya a.
Epigastrika superior. Gangguan penutupan diafragma disebelah posterolateral meninggalkan
foramen Bochdalek yang mungkin menjadi lokasi hernia pleuroperitoneal.
Hernia morgagni jarang menimbulkan gejala sebelum usia dewasa, sedangkan hernia
Bochdalek menyebabkan gangguan pernafasan segera setelah lahir sehingga membutuhkan
pembedahan darurat. Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan
kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum kearah
kontralateral. Anak sesak terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol, tetapi gerakan
nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkkan gambaran scapoid. Pulsasi apek jantung
bergeser sehingga kadangkadang terletak di hemithoraks kanan. Bila anak didudukan dan
diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa
menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak
berkembang secara sempurna.Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus
segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-
paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan. Gejalanya dapat berupa:3,7
- Gangguan pernafasan yang berat.
- Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen).
- Takipneu (laju pernafasan yang cepat).
- Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris).
- Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Pemeriksaan fisik didapatkan gerakan pernafasan yang tertinggal, perkusi pekak,
fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising usus pada
hemitoraks yang mengalami gangguan.3
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah dilakukannya pemeriksaan radiologi yaitu
pemeriksaan foto thorak. Sekitar 23 – 73% ruptur diafragma karena trauma dapat dideteksi
dengan pemeriksaan radiologi thoraks. Foto thoraks sangat sensitive dalam mendeteksi
adanya hernia diafragma kiri. Adanya ruptur diafragma akibat trauma bila diliat dari foto
thoraks dapat ditemukan gambaran abnormal seperti adanya isi abdomen pada rongga thoraks
terlihat selang NGT di dalam rongga thoraks, peninggian hemidiafragma ( kiri lebih tinggi
dari pada kanan), dan batas diafragma yang tidak jelas. Pemasangan sonde langsung dapat
digunakan untuk memastikan diagnosis sebab sonde nampak membelok kembali ke atas
diafragma. Foto zat kontras kadang diperlukan jika kolon tersangkut didalamnnya. Bila
didapatkan abnormalitas pada pemeriksaan foto thorak, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
CT Scan atau USG FAST untuk memastikan diagnosis rupture diafragma dan hernia
diafragma. Banyak kasus yang mengenai diafragma kiri adalah akibat dari efek buttressing
dari liver. Pada hernia morgagni pemeriksaan thoraks memperlihatkan massa retrosternal
yaitu viskus yang berisi udara atau memberikan gambaran serupa di sebelah dorsal jika ada
hernia Bochdalek. Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada. 3.8

Gambar 6. Foto Thorax Hernia diafragmatika kongenital

H. Penatalaksanaan
Bayi yang lahir dengan HDK menghadapi masalah fisiologis yang mendasar, termasuk
hipoplasia paru dan hipertensi pulmonal. 3
1. Intervensi Prenatal
Karena tingkat kelangsungan hidup HDK rendah hanya 20% - 42% sejak akhkir tahun
1980-an sampai awal 1990-an. Harrison dan lain-lain menganjurkan intervensi bedah didalam
rahim untuk mendorong pertumbuhan paru-paru. Setelah inisial studi pada hewan, operasi
terbuka pertama pada manusia terbuka dalam memperbaiki HDK dilakukan oleh Harrison
pada tahun 1990. Akhirnya 21 janin mengalami perbaikan dengan operasi terbuka dalam
rahim tetapi hanya 5 janin yang hidup post operasi. Beberapa janin menunjukkan bukti
pertumbuhan paru-paru, tetapi komplikasi teknis dan persalinan prematur menghasilkan hasil
yang buruk untuk sebagian besar pasien. Perbaikan janin terbuka untuk HDK ditinggalkan.
2. Manajemen postnatal
Beberapa tatalaksana hernia diafragmatika kongenita setelah lahir:
1. Delayed Surgery
Waktu repair surgical secara bertahap bergeser dari kebijakan emergensi repair
menjadi stabilisasi menggunakan berbagai ventilasi sebelum operasi. Namun, delayed
surgical masih tetap kontroversial walaupun memiliki keuntungan dibandingan operasi
segera dalam 24 jam. Dua uji acak (total 86 bayi yang terdaftar) membandingkan
koreksi bedah dini 24 jam segera dengan 24 jam terlambat dengan HDK yang bergejala
segera setelah lahir telah dipublikasikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada
bukti jelas yang mendukung delayed surgical (saat stabil) dibandingkan dengan segera
(dalam waktu 24 jam setelah lahir) tetapi keuntungan besar perbaikan HDK sampai
bayi dalam keadaan stabil hemodinamik dan pernapasan
Pertukaran gas paru seringkali membaik pada 24 jam pertama setelah lahir, dan
Compliance pernafasan pulih dengan stabilisasi pra operasi. Meskipun tidak ada bukti
bahwa perbaikan tertunda berbahaya, Juga tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa
keterlambatan tersebut meningkatkan kelangsungan hidup atau menurun risiko
hipertensi pulmonal. Karena keterlambatan dalam operasi tidak berbahaya, tidak ada
alasan kuat untuk melakukan operasi sesaat setelah lahir

Gambar 6. Hernia diafragmatika pada hemithorax sinistra dan hipoplasia paru

2. Surfactant
Meskipun penelitian pada model domba dan tikus pada HDK menunjukkan
defisiensi surfaktan, pemberian surfaktan pada manusia masih kontroversial. Evaluasi
bronchoalveolar cairan lavage dianalisis untuk komponen surfaktan pada bayi dengan
HDK menunjukkan tidak ada perbedaan bila dibandingkan dengan usia-kontrol cocok.
3. Slidenafil
Sildenafil adalah spesifik phosphdiesterase-5 inhibitor terbukti menurunkan par
resistensi pembuluh darah . Dalam model babi aspirasi mekonium secara signifikan
lebih efektif dalam mengatasi hipertensi pulmona dari oksida nitrat inhalasi. Oral
sildenafil telah digunakan dalam terisolasi, kasus tidak terkendali untuk mengobati
hipertensi paru neonatal . Pada pasien yang telah HDK, oral dan intravena sildenafil
telah digunakan untuk mengobati hipertensi paru yang refrakter terhadap oksida nitrat
inhalasi.
4. Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO)
ECMO awalnya digunakan sebagai terapi penyelamatan pada pasien yang
memiliki HDK dengan hipertensi paru setelah operasi korektif. Pada tahun 1995, 20%
dari penggunaan ECMO pada pasien yang memiliki HDK yaitu pasca operasi, namun
pada tahun 2001 hanya 5% pasien yang dengan HDK penyelamatan pasca operasi
menggunakan ECMO dan lebi cenderung stabilisasi pra operasi dengan ECMO. Pada
tahun 2002, ada 2.077 pasien dengan HDK, dan 770 telah diobati dengan ECMO
(37%). Meskipun diterima secara luas dan digunakan, review Cochrane menyimpulkan
bahwa ECMO menawarkan keuntungan jangka pendek untuk bayi dengan hernia
diafragma, tetapi secara keseluruhan pengaruh penggunaan ECMO dalam kelompok ini
masih belum jelas.

Anda mungkin juga menyukai