Anda di halaman 1dari 23

Teknik Ototronik

BAB 14
SISTEM ABS, ASR/ETC dan 14.1.1 Tujuan sistem ABS
ESP Ada beberapa tujuan yang
dicapai pada kendaraan yang
Sistem ABS, ASR/ETC dan ESP dilengkapi dengan sistem ABS
adalah suatu sistem yang antara lain :
merupakan pengembangan dari - Kemampuan pengendalian stir baik
sistem rem pada kendaraan dimana saat pengereman penuh
dengan pema- sangan sensor - Stabilitas kendaraan tetap baik saat
putaran roda maka dapat diketahui pengereman pada semua kondisi
apakah roda dalam keadaan slip jalan.
akibat perlambatan, percepatan, - Jarak pengereman sekecil mungkin
oversteering dan under- steering, dapat tercapai.
kelengkapan lain dipasang juga unit
aktuator serta elektronic control unit 14.1.2 Fungsi Komponen ABS
(ECU), sehingga sensor dapat
memberikan sinyal ke ECU untuk Komponen ABS memiliki fungsi
diolah sedemikian rupa dan masing-masing sehingga sistem
menghasilkan sinyal output ke dapat bekerja sesuai dengan tujuan
actuator guna mengkondisikan roda yang akan dicapai :
tidak terjadi slip. - Sensor putaran dan roda gigi,
membangkitkan sinyal listrik de-
14.1 Rem dengan Sistem Anti ngan menginduksikan arus bolak
balik berdasarkan putaran roda.
Blokir (ABS)
- Kontrol unit , berfungsi :
 Menghitung percepatan /
perlam-batan roda, menghitung
besaran slip dan menentukan
kecepatan reverensi kendaraan.
 Menetapkan sinyal listrik untuk
mengendalikan katup regulator
tekanan
 Rangkaian keamanan
memeriksa fungsi dari sinyal in
put sebelum dan selama katup
Gambar 14.1 Komponen Rem ABS regulator te-kanan bekerja 
fungsi ABS berhenti dan lampu
Keterangan : menyala.
1. Unit hidraulis - Unit hidraulis berfungsi :
2. Sensor putaran roda  Meregulasi tekanan rem umum-
3. Kontrol unit ABS nya pada tiga posisi kerja di
4. Silinder master setiap roda :
5. Kaliper
 Mempertahankan tekanan pada
6. Lampu kontrol ABS
silinder roda.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 377


Teknik Ototronik

 Menurunkan tekanan pada silin- 14.2 Macam-macam ABS dan


der roda walaupun pedal rem Cara Kerjanya
tetap diinjak
 Menaikkan tekanan pada silinder Sistem ABS berdasarkan aliran
roda. hidrolis, penggunaan katup dan cara
kerjanya ada beberapa macam :

- Sistem Anti Blokir (ABS) Aliran


Tertutup dengan Katup Magnet 2/2
(2 saluran/2 fungsi)

Gambar 14.2 Siklus kerja

14.1.3 Siklus kerja ABS

Proses pengaturan dalam sistem


anti blokir (ABS) merupakan rang- Gambar 14.3 Rangkaian ABS aliran
tertutup dengan katup 2/2
kaian proses tertutup yang berlang-
sung berulang-ulang.
Keterangan
1. Pedal rem
- Tekanan dari silinder (1), mengalir 2. Silinder master
melalui katup elektro magnetis (2) ke 3. Reservoir
kaliper (3) 4. Katup masuk 2/2
5. Katup anti balik
- Sensor putaran roda (4) mengukur 6. Kaliper
putaran dan mengirim sinyal putaran 7. Katup buang 2/2
8. Penyimpan tekanan
tersebut ke kontrol unit ABS (5)
9. Katup anti balik
10.Pompa pengembali
- Kontrol unit ABS (5) mengolah 11.Katup anti balik
sinyal putaran dan menetapkan
sinyal out put dan mengirim ke katup Pada sistem ini saat menurunkan
elektro magnetis (2) tekanan aliran cairan rem dihubung-
kan ke saluran masuk oleh pompa
- Katup elektro magnetis (2) ber- Dan juga terdapat 2 buah katup,
dasarkan sinyal out put dari kontrol katup masuk 2/2 dan katup buang
unit mengatur tekanan rem dari 2/2 dimana keduanya terdapat
silinder master ke kaliper sesuai perbedaan, dalam keadaan normal
dengan kebutuhan (menaikkan, me- katup masuk (4) tidak dialiri listrik
nahan dan menurunkan tekanan) posisi katup mengalirkan tekanan
378
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

dan jika dialiri listrik posisi katup  Fase Menahan tekanan


bergeser tidak mengalirkan tekanan,
dan juga pada katup buang (7)
keadaan normal tidak dialiri listrik
katup pada posisi menutup aliran dan
jika dialiri listrik katup bergeser ke
posisi mengalirkan tekanan

- Cara Kerja ABS aliran tertutup


dengan katup magnet 2/2,
sebagai berikut :

 Fase menaikkan tekanan


Gambar 14.5. Fase menahan tekanan

Tekanan terus naik hingga terjadi


slip (roda tidak berputar tetapi ke-
cepatan kendaraan masih tinggi).
Jika slip roda masih hampir
mendekati 20% maka tekanan harus
diper-tahankan untuk itu Hanya
katup masuk yang diberi arus listrik
 Katup masuk bergeser pada
posisi menutup saluran. Dan katup
buang tetap pada posisi menutup 
Tekanan pada kaliper tertahan, de-
ngan tertahannya tekanan dan
dalam waktu yang sama energi
kinetik kendaraan juga turun,
terjadilah suatu kondisi dimana
tekanan rem lebih besar maka slip
Gambar 14.4 Fase menaikkan tekanan naik lagi melebihi 20% untuk itu
tekanan harus diturunkan kembali
Pedal rem diinjak maka cairan
rem mengalir menuju kaliper melalui  Fase Menurunkan Tekanan
katup masuk 2/2
Tidak ada arus listrik ke katup
masuk maupun katup buang, Katup
masuk membuka saluran dan katup
buang menutup.
Terjadi pengereman.dimana
naik- nya tekanan tergantung
seberapa besar injakan pedal

Gambar 14.6 Fase menurunkan tekanan


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 379
Teknik Ototronik

- Sistem Anti Blokir Aliran Tertutup


Katup masuk dan katup buang dengan Katup Magnet 3/3 (3
diberi arus listrik akibatnya Katup saluran/ 3 fungsi)
masuk tetap menutup saluran dan
katup buang pada posisi membuka
saluran  Tekanan kaliper turun me-
ngalir ke tabung penyimpan tekanan
rendah dan selanjutnya dipompakan
kembali ke saluran silinder master 
Pedal rem naik.
Dengan Terjadi penurunan slip
dan kecepatan juga naik yang
akibatnya slip kembali turun kurang
dari 20%, langkah berikutnya
menaik- kan kembali tekanan kembali
pada proses menaikkan tekanan
yaitu katup masuk dan katup buang
kembali tidak di beri arus artinya
kembali ke fase awal menaikkan
tekanan.
Seterusnya proses kembali ke-
fase menaikkan tekanan lagi
demikian seterusnya proses berulang
dengan siklus sebagai berikut :
- Fase menaikkan tekanan Gambar 14.7 Rangkaian ABS aliran
- Fase menahan tekanan tertutup dengan katup 3/3
- Fase menurunkan tekanan
Demikian ketiga fase ini meru- Keterangan :
pakan siklus selama ABS bekerja 1. Pedal rem
hingga kendaraan dapat berhenti 2. Silinder master
dengan slip dipertahankan 20%, Slip 3. Reservoir
4. Katup magnet 3/3
20% suatu keadaan dimana ken-
5. Kaliper
daraan masih memiliki kecepatan 6. Penyimpanan tekanan
akan tetapi roda tidak berputar lagi. 7. Katup anti balik
8. Pompa pengembali
9. Katup anti balik.
10. Unit hidaulis
11. Katup magnet 3/3

s = Slip - Cara Kerja ABS aliran tertutup


Vk = Kecepatan kendaraan
dengan katup magnet 3/3, dimana
Vr = Kecepatan roda
cara kerja sebagai berikut :

 Menaikan Tekanan :
380
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Katup magnet 3/3 diberi arus


listrik sebesar 2 amper  katup pada
posisi menutup ketiga saluran 
tekanan pada kaliper tertahan

 Menurunkan Tekanan :

Gambar 14.8 Fase menaikkan tekanan

Tidak ada arus listrik ke katup


magnet 3/3  katup pada posisi
membuka saluran dari silinder
master ke kaliper dan menutup
saluran ke penyimpan tekanan
rendah. Gambar 14.10 Fase menurunkan
Tekanan silinder master tekanan
mengalir melelui katup magnet 3/3
ke kaliper  terjadi pengereman  , Katup magnet 3/3 diberi arus
pedal rem turun listrik 5 amper  katup pada posisi
tetap menutup saluran dari silinder
 Menahan Tekanan : master dan membuka saluran dari
kaliper ke saluran penyimpan te-
kanan.
Tekanan kaliper turun mengalir
ke tabung penyimpanan tekanan dan
selanjutnya dipompakan kembali ke
saluran silinder master  pedal rem
naik.

Gambar 14.9 Fase menahan tekanan


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 381
Teknik Ototronik

- Sistem Anti Blokir (ABS) Aliran Keterangan :


Terbuka 1. Pedal rem
2. Silinder master
3. Reservoir
4. Katup masuk
5. Katup anti balik
6. Kaliper
7. Katup buang
8. Pompa tekanan tinggi
9. Katup anti balik

- Cara Kerja ABS aliran terbuka


Gambar 14.11 Komponen rem ABS dengan katup magnet 2/2,
aliran terbuka sebagai berikut :

Keterangan :  Menaikkan tekanan :


1. Pedal rem
2. Sensor posisi pedal rem
3. Penguat gaya rem
4. Unit hidraulis
5. Pompa tekanan tinggi
6. Silinder master
7. Reservoir
8. Lampu kontrol ABS
9. Sensor putaran roda depan kiri
10. Sensor putaran roda depan kanan
11. Sensor putaran roda belakang
kanan
12. Sensor putaran roda belakang kiri
13. Kontrol unit ABS
Gambar 14.13 Fase menaikkan tekanan
- Sistem Anti Blokir (ABS) Aliran
Katup masuk dan katup buang
Terbuka dengan katup magnet 2/2
tidak diberi arus listrik  Katup
masuk pada posisi membuka saluran
dan katup buang menutup saluran.
Tekanan cairan rem mengalir
melalui katup masuk ke kaliper 
Terjadi pengereman.

Gambar 14.12 Rangkaian ABS aliran


terbuka dengan katup 3/3

 Menahan tekanan :
382
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

- Cara Kerja ABS aliran terbuka


dengan katup magnet 3/3,
sebagai berikut :

 Menaikkan tekanan :

Gambar 14.14 Fase menahan tekanan

Katup masuk diberi arus listrik


dan katup buang tetap tidak berarus
 Katup masuk pada posisi
menutup saluran dari silinder master
ke kaliper juga katup buang masih
pada posisi menutup  Tekanan
pada kaliper tertahan.
Gambar 14.16 Fase menaikkan tekanan
 Menurunkan tekanan :
Tidak ada arus listrik ke katup
magnet 3/3  katup pada posisi
membuka saluran dari silinder
master ke kaliper dan menutup
saluran ke penyimpan tekanan
rendah.
Tekanan silinder master
mengalir melelui katup magnet 3/3
ke kaliper  terjadi pengereman  ,
pedal rem turun

Gambar 14.15 Fase menurunkan  Menahan tekanan :


tekanan

Katup masuk dan katup buang


diberi arus listrik  katup masuk
pada posisi menutup saluran dan
katup buang membuka saluran.
Tekanan cairan rem pada kaliper
mengalir melalui katup buang ke
reservoir  Tekanan turun pompa
tekanan tinggi mengisap cairan dari
reservoir dan ditekan ke dalam sa-
luran rem  Pedal rem bergerak
Gambar 14.17 Fase menahan tekanan
naik sampai batas tertentu.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 383


Teknik Ototronik

Katup magnet 3/3 diberi arus 14.3 Electronic Tracsion


listrik sebesar 2 amper  katup Control (ETC)/ASR
bergeser pada posisi menutup ketiga
saluran  tekanan pada kaliper
tertahan

- Menurunkan tekanan :

Gambar 14.19 Kendaraan dengan


fasilitas ETC/ASR

Electronic Traksion Control


(ETC), adalah teknik untuk meng-
hindari slip pada roda penggerak,
akibat dari penggunaan differensial
bila salah satu roda penggerak
Gambar 14.18 Fase menurunkan terjadi slip maka gaya penggerak
tekanan mengalir hanya ke roda penggerak
yang slip saja akibatnya kendaraan
Katup magnet 3/3 diberi arus tidak bisa jalan karena daya dari
listrik 5 amper  katup bergeser mesin mengalir ke roda yang slip
pada posisi tetap menutup saluran saja.
dari silinder master dan membuka
saluran dari kaliper ke reservoir. Dan 14.3.1 Permasalahan :
selanjutnya agar pedal rem tidak
turun maka pompa pengembali
diaktifkan mengalirkan cairan rem ke
saluran master

Gambar 14.20 Proses terjadinya slip


pada ¼ kendaraan

Fp adalah Gaya penggerak yang


besarnya tergantung gaya dari
mesin.dan Ft adalah Gaya traksi
yang besarnya tergantung gesekan

384
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

antara permukaan ban dengan


permukaan jalan :
Fp → Gaya dari mesin dimana
besarnya tergantung sopir
(injakan pedal gas)
Ft → Gaya gesek Permukaan ban
dengan permukaan jalan
dimana besarnya
tergantung W dan 

Sehingga terdapat beberapa


kemungkinan :
→ terjadi Slip
→ tak terjadi
Slip Gambar 14.22 Pada mobil dengan
→ tak terjadi penggerak belakang
Slip
Pada saat mobil dipercepat  Roda belakang mobil tidak
hingga kecepatan roda penggerak bisa dibelokkan mengikuti
melebihi batas slip, maka mobil akan radius jalan atau juga tidak
jalan tidak stabil. bisa berjalan lurus karena
pada roda penggerak terjadi
slip

14.3.2 Perbaikan :

Mengerem roda penggerak


yang slip dan atau menurunkan daya
motor
Macam-macam pengendali slip per-
cepatan :
Untuk mengendalikan slip
percepatan dibedakan menjadi tiga
yaitu :
 Pengereman roda yang slip
Gambar 14.21 Slip penggerak depan  Menurunkan daya motor
 Kombinasi antara pengereman
 Pada mobil dengan roda yang slip dengan menu-
penggerak roda depan mobil runkan daya motor.
tidak bisa dibelokkan.karena
pada roda penggerak terjadi 14.3.2.1 ASR dengan prinsip pe-
slip ngatur moment rem

Sistem pengatur moment rem


dibangun pada komponen listrik dan

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 385


Teknik Ototronik

hidraulis sistem rem yang meng- defferensial menghasilkan persa-


gunakan ABS. maan moment (M kanan = M kiri)
Oleh karena itu berlaku :
 M kiri =Mp/2 + M rem  Gaya
penggerak kiri sama dengan
gaya penggerak rem kanan +
1/2 Mp
 Jumlah gaya penggerak =
Gambar 14.23 Roda dalam keadaan  gaya traksi
split
Pengertian beberapa istilah :
Pada saat awal berjalan/ perce- ASR : Antriebs Schlupf Regelung
patan tanpa pengatur momen rem LTCS : Low Speeds Traktion
pada split. ( roda kiri dan kanan Control Sistem
berbeda). roda penggerak berdiri BSD : Bremsen Sperv Differential
diatas jalan yang mempunyai ham- EDS : Elektronische Differential
batan gesek () yang berbeda. Spere
Dimana ( roda kiri >  roda kiri). ABD : Automatisches Bremsen
Oleh karena deferensial selalu mem- Differential
bagi moment penggerak (MP) sama ETC : Elektronic Traktion Control
besar antara roda kanan dan kiri, ETS : Elektronic Traktion Suport
sehingga MP/2 ditentukan oleh roda BTC : Breake Traktion Control
dengan  kecil
14.3.2.2 Pengendalian Slip Perce-
patan.

Umumnya pada saat mobil mulai


50 50 berjalan atau percepatan, perpin-
% % dahan tenaga tergantung pada slip
Mp/2+M Mp/2+M antara roda dan jalan. Berjalan
rem Mp = 100 % rem
Gambar 14.24 Pengereman pada roda normal di atas jalan licin tidak cukup
yang slip ( kecil) hanya dengan mengatur pedal gas
untuk menghindari slip roda
Pada saat awal berjalan/ perce- penggerak. Dengan meningkatkan
patan dengan sistem pengatur mo- slip maka turun gaya samping. Oleh
men rem pada  slip. Pada saat roda karena itu mobil tidak bisa jalan
melebihi batas slip, roda peng-gerak stabil.
kanan berputar lebih cepat (slip). Pada pengatur slip yang lengkap
Dengan bantuan sensor pu-taran bekerja pada sistem rem dan atau
roda, besar slip diinformasikan ke pada motor manajemen dan bekerja
kontrol unit ABS/ASR. Kontrol unit pada semua tingkat kecepatan.
dengan bantuan unit hidraulis mem- ASR dengan sistem kerja
berikan tekanan rem pada roda yang tunggal pada sistem rem :
slip. Sehingga pada roda kanan me-
nimbulkan moment pengereman dan

386
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Pada sistem ini traksi dan gaya meng-hindari kerugian gaya dorong
samping yang optimal dicapai pada ke samping (pada penggerak be-
kecepatan < 50 km/jam. lakang) atau kemampuan di
belokkan (pada penggerak depan)
pengaturan sudah harus bekerja jika
salah satu roda penggerak slip lebih
dari 30 %.
Kemungkinan yang diatur pada
mesin :
Gambar 14.25. ASR Pengereman pada  Meregulasi daya mesin
roda penggerak melalui katup gas dengan
motor listrik penggerak katup
Dengan ASR roda yang slip gas (E gas)
dapat diperlambat dengan rem roda  Memundurkan saat
itu sendiri tanpa menginjak rem, pengapian (melalui kontrol
sehingga dicapai slip yang ideal unit mesin)
pada kecepatan yang semestinya.  Mematikan silinder motor
Melalui defferensial dipindahkan (dengan mematikan injektor)
moment rem yang ada sebagai  Mengurangi tekanan turbo
moment penggerak pada roda yang (melalui kontrol unit mesin)
berlawanan.  Memindahkan gigi yang
Jika momen penggerak terlalu besar (pada transmisi
tinggi, ke dua roda direm tetapi lama- automatis) elektronik
nya pengereman harus dibatasi su- ASR dengan pengaturan daya motor
paya rem tidak terlalu panas. disebut juga :
ASC : Automatic Stability Control
14.3.2.3 ASR dengan pengatur EMS : Elektronische
daya motor Motorleistungs Stenerung

Pengaturan daya motor dimak- 14.3.2.4 ASR dengan pengaturan


sud adalah menurunkan daya motor kombinasi antara rem
dengan jalan mengatur saat penga- dan daya motor.
pian, injeksi bahan bakar dan posisi
katup gas sehingga daya motor Pada ASR kombinasi terjadi
dapat diturunkan sesuai traksi yang pengaturan pada sistem rem dan
me-mungkinkan tidak terjadi slip. moment putar motor. Oleh karena itu
keuntungan pada ke dua sistem
dapat disatukan.

Gambar 14.26. ASR pengaturan daya


motor

Gaya samping optimal pada


semua tingkat kecepatan. Untuk
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 387
Teknik Ototronik

Gambar 14.27. ASR pengaturan KP = Katup pemindah dengan


kombinasi antara daya motor dengan pembatas tekanan (70-130
rem bar)
Pada sistem ini dapat diperoleh KI = Katup isap
traksi dan gaya samping yang P = Pompa pengembali yang
optimal pada semua kecepatan mampu mengisap
sehingga didapatkan tidak terjadi slip PT = Penyimpan tekanan
perce-patan PP = Peredam getaran (pulsasi)

14.3.2.4.1 Prinsip kerja. 14.3.2.4.2 Cara Kerja Unit Hi-


draulis ABS/ASR
Jika salah satu roda berputar
bebas (slip) segera sistem rem pada Pada tahapan ini roda yang slip
roda itu aktif. Jika roda kedua ikut akibat percepatan di rem untuk
berputar bebas (slip) segera pula menghindari daya mesin hanya me-
sistem rem pada roda kedua aktif ngalir ke roda yang slip tersebut
(kedua roda direm) bersamaan dimana fase kerjanya sama dengan
dengan itu moment putar roda ABS :
dikurangi.
Pada kecepatan tinggi yang
bekerja hanya ASR dengan pe-
ngaturan moment motor ASR
Simtem Pengaturan Slip pada Rem
Aliran hidraulis tertutup dengan
pembatas tekanan (Misal Bosch
ASR5)
Contoh : Mobil penggerak depan de- Gambar 14.29. Menaikkan
tekanan
ngan pembagian saluran rem
diagonal.
Menaikkan Tekanan ABS
 Tekanan rem dari silinder
master melalui katup KP dari
KM ke kaliper.

Menahan Tekanan ABS

Gambar 14.28. Rangkaian ABS dan ASR

Keterangan gambar :
KM = Katup masuk
KB = Katup buang
Gambar 14.30 Menahan tekanan
388
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

 Katup KM berarus  tekanan


pada kaliper tetap.

Menurunkan Tekanan ABS ASR Menurunkan Tekanan

Gambar 14.33 ASR menurunkan


Gambar 14.31 Menurunkan tekanan tekanan

 Katup KB, KM dan pompa  Katup KB, pompa, katup KP


berarus  cairan rem me- dan katup KI berarus 
ngalir ke penyimpan tekanan tekanan kaliper turun melalui
rendah dan dipompa melalui katup KB.
peredam pulsasi dan katup
pemindah ke sil master.

ASR Menaikkan Tekanan

Gambar 14.34 Skema lengkap ABS


Gambar 14.32 ASR menaikan tekanan Bosch generasi 5 dengan pembagian
saluran diagonal.
 Katup KI, pompa dan katup
KP berarus  pompa meng-
isap cairan dari silinder
master melalui katup KI
 Tekanan pompa mengalir
melalui katup KM ke kaliper
 Tekanan maksimal dibatasi
oleg katup pembatas tekanan
KP
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 389
Teknik Ototronik

penggerak melebihi batas ter-


tentu saat pengapian diper-
lambat. Jika moment mesin
masih terlalu besar pengapian
dimatikan (injeksi dimatikan
juga).

c. Penaturan gaya mesin dengan


injeksi :
Pada kondisi yang ideal
(untuk penggerak depan)
semua komponen yang
Gambar 14.35 Skema lengkap ABS/ASR dibutuhkan ada pada
Bosch generasi 5 dengan pembagian kendaraan, yaitu : Kontrol unit
saluran diagonal. ABS/ASR kontrol unit mesin
dan hubungan antara kedua
ASR Sistem Pengaturan Daya Motor kontrol unit tersebut.
Dengan demikian sistem
Macam-macam pengaturan motor : ini menjadi sederhana dan
murah.
a. Pengaturan pembukaan katup Supaya regulasi daya mesin
gas : lebih baik, untuk mematikan
Jika salah satu atau kedua injektor diperlukan persetengah
roda penggerak slip, momen silinder, artinya : injektor dima-
putar motor akan dikurangi de- tikan setiap langkah kerja
ngan menutup katup gas. Batas kedua.
slip tergantung dari kecepatan
mobil dan apakah salah satu Macam-macam Pengaturan Katup
atau kedua roda yang slip. Gas :
Pada kendaraan dengan
penggerak depan pengaturan
katup gas tidak harus dengan
cepat karena stabilitas mobil
masih terjaga oleh roda bela-
kang yang masih berputar se-
suai dengan kecepatan ken-
daraan.
Pada kendaraan
penggerak aksel belakang
katup gas harus menutup
sangat cepat supaya stabilitas
kendaraan terjaga. Gambar 14.36 Pengatur throutle

b. Pengendalian tambahan :
Melalui sistem pengapian
dan injeksi apabila slip pada
390
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

dan sinyal dialirkan ke konrol


unit ABS/ASR.

1. Katup gas
2. Saluran isap
3. Katup ASR
4. Motor penutup

Gambar 14.37 Mekanisme pengendali


gas dengan dos vacum

a) Penutupan katup gas dengan


motor :
Pada sistem ini katup gas
dikendali-kan oleh sopir melalui Gambar 14.38 Mekanisme pengendali
kabel gas dengan pegas peng- gas dengan motor listrik
hubung ke poros katup gas.
Jika roda bergerak melebihi
batas slip tertentu kontrol unit
ABS/ASR memberi arus ke
motor penutup.
Motor penutup mengurangi
pembu-kaan katup gas ber-
lawanan gaya kaki sopir. Sudut
katup gas diukur dari potensio
meter katup gas dan sinyal
dialirkan ke kontrol unit
ABS/ASR.

b) Pengaturan daya mesin dengan


katup ASR tersendiri
Pada mesin ini akan di-
tambah sebuah katup penutup
yang letaknya di atas atau di
bawah katup gas. Jika slip pada
roda penggerak melebihi batas
tertentu kontrol unit ABS/ASR
memberikan arus ke motor
penutup.
Posisi katup ASR diukur
dengan sebuah potensio meter Gambar 14.39 Blok skema ETC/ASR

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 391


Teknik Ototronik

c) Pengaturan Katup Gas dengan Terdapat satu potensio


Sistem E Gas meter ganda yang mengukur
Pada sistem ini buhungan posisi katup gas yang sebe-
mekanis antara pedal gas dan narnya. Katup gas listrik me-
katup gas tidak ada. Posisi rubah sudut tergantung :
pedal gas akan dirubah menjadi  Fungsi ASR
sinyal listrik dengan sebuah  Fungsi Cruse Control
potensio meter, sinyal tersebut (tempomat)
dialirkan ke kontrol unit “E” gas  Pengatur putaran idel
(data kondisi yang diinginkan)  Fungsi rpm maksimal
Pembukaan/penutupan  Kecepatan maksimal
katup gas terjadi dengan  Pengatur gaya
sebuah motor listrik, posisi pengereman motor
katup gas diukur dengan Kontrol unit ABS/ASR mempunyai
sebuah potensio meter (data dua mikro prosesor untuk fungsi ABS
kondisi sebe-narnya). dan dua untuk ASR.
Kontrol unit ini mampu mendiagnosa
Disamping itu E gas juga diri untuk mengeluarkan kode gang-
berfungsi sebagai : guan dan pemeriksaan sistem dibu-
 Regulator putaran idel tuhkan tester dari merek mobil.
 Sebagai Cruse Control
 Sebagai pembatas kece-
patan
 Sebagai pembatas putaran
mesin maksimal
 Sebagai pengatur gaya
pengereman motor

Sensor posisi pedal terdiri


dari sebuah potensiometer gan-
da dengan demikian kemam-
puan dapat diandalkan.
Gaya pedal ditentukan
oleh pegas yang cocok.
Contoh : Mercedes dengan
engi-ne management system

Gambar 14.41 Skema Blok Kontrol Unit


Gambar 14.40 Potensiometer pada ASR (Mercedes ARS2)
katup gas

392
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Pengaturan Gaya Pengereman Lampu Fungsi ASR


Mesin : Lampu ini menyala berkedip jika
Apabila pengereman mesin ASR bekerja dengan demikian sopir
terlalu besar dan licin, roda dapat informasi bahwa jalan licin
penggerak dapat slip lebih dari 30% sekali.
walaupun rem tidak diinjak. Hal ini
berbahaya pada kendaraan dengan
penggerak roda belakang karena
stabilitas kendaraan hilang
Momen pengereman mesin yang
besar terjadi biasanya ditimbulkan
setelah pemnindahan gigi besar ke
gigi kecil pada saat kopling dilepas.
Sistem ini menghindari slip roda
yang terlalu besar dengan
menaikkan putaran mesin. Putaran
mesin dinaikkan dengan putaran
sebuah katup gas listrik atau dengan Gambar 14.43 Tombol rantai salju
bantuan dari pengatur putaran idel.
Tombol Rantai Salju.
Pada saat banyak salju dan
rantai yang terpasang pada roda
penggerak, ASR bisa mengurang
efek rantai salju oleh karena itu
dengan menekan tombol rantai salju
batas ASR diperbesar ( 50%).
Sistem ini berfungsi sampai 30
km/jam.

Gambar 14.42 Lampu kontrol ABS/ASR

Lampu Kontrol, Saklar dan Lampu


Fungsi Lampu Kontrol :
Lampu kontrol ASR ditunjukkan
dengan lampu ASR yang menyala
atau ASR tidak berfungsi lagi pada
saat lampu tersebut menyala, tetapi Gambar 14.44 Saklar ASR
ABS tetap berfungsi baik.
Saklar ASR Off
Lampu ABS dan ASR menyala Apabila mesin hidup saklar
Ini berarti ada gangguan pada ASR “Off”
kedua sistem. di”On”kan pengaturan daya mesin
tidak berfungsi lagi dan pengaturan
daya rem tetap berfungsi sampai 38
km/jam. Pada saat saklar di On kan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 393
Teknik Ototronik

lampu fungsi akan menyala terus Perbaikan :


dan apabila batas slip dicapai lampu Mengerem salah satu atau
akan berkedip. kedua roda pada satu aksel untuk
meng-hindari oversteering atau
14.4. Pengatur Stabilitas under-steering.
Otomatis ”ESP”
14.4.1. Fungsi Pengontrol Sta-
bilitas Elektronik

Sistem ini untuk memperbaiki


stabilitas kendaraan pada semua
kondisi berjalan.

Sistem ini biasanya disebut juga :


ESP = Elektronik Stability Program
(Mercedes)
FDR = Fahr Dinamik Regelung
(Bosch)
DSR = Dinamik Stability Control
(BMW)

14.4.2. Prinsip Kerja :

Pengontrolan stabilitas
elektronik bekerja dengan
pengereman individual pada salah
satu atau kedua roda pada satu
aksel. Dengan demikian pada saat
kendaraan dibelokkan selalu
mengikuti sudut stir dan stabil saat
percepatan maupun perlambatan.
ESP merupakan tambahan dari
fungsi ABS, ASR dan MSR.
Pengaturan momen mesin melalui
kontrol unit mesin.
Pengaturan momen rem
Gambar 14.45 Efek understeering dan dikendalikan kontrol ESP.
oversteering

Jika kendaraan berjalan dan


belok di jalan yang licin maka
kendaraan tersebut akan
Oversteering atau Understeering.

394
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Gambar 14.46 Sistem kombinasi

ABS : Menghindari blokir dari roda


pada saat pengereman
dengan demikian kemam-
puan belok dan stabilitas
terjaga.
ASR : Menghindari slip pada saat
percepatan dengan Gambar 14.47 Understeering
demikian kemampuan stir
Keterangan:
dan sta-bilitas terjaga. 1. Arah jalan yang diinginkan
MSR : Menghindari blokir dari roda 2. Roda dengan pengereman
penggerak oleh karena 3. Momen putar kendaraan yang
pengereman motor. ditim-bulkan
ESP : Menghindari jalannya ken- 4. Arah understeering
daraan menyimpang dari
sudut stir (Oversteering dan  Kendaraan akan menggeser
Understeering). dengan aksel depan keluar
jalur yang diinginkan
14.4.3. Cara Kerja Sistem ESP  ESP akan mengerem roda
pada beberapa situasi belakang kiri waktu dan gaya
jalan pengereman sangat teliti
sesuai kondisi 
a) Kendaraan understeering pada
saat belok ke kiri b) Kendaraan Oversteering pada
saat belok ke kiri

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 395


Teknik Ototronik

Gambar 14.48 Oversteering


Gambar 14.49 Blok skema ESP
Keterangan:
1. Arah jalan yang diinginkan Aliran Hidraulis ESP
2. Roda dengan pengereman
3. Momen putar kendaraan yang Aliran hidraulis ESP berdasarkan
ditim-bulkan. unit hidraulis BOSCH ASR 5 dengan
4. Arah oversteering. pompa awal agar kenaikan tekanan
ESP bisa lebih cepat.
 Kendaraan akan menggeser
dengan aksel belakang
keluar jalur yang diinginkan 14.4.4. Sensor Tambahan
 ESP akan mengerem roda
depan kanan waktu dan gaya
pengereman sangat teliti a) Sensor kemudi :
sesuai kondisi  Kegunaan : Untuk mengukur
su-dut stir seteliti mungkin

Gambar 14.50 Sensor kemudi

396
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Sensor sudut stir adalah digital


dengan 9 pasang LED dan foto
transistor. 2 buah mikro kontroler
yang terpasang pada stator
mengolah sinyal sudut stir. Rotor
mempunyai 8 sirip penghalang
dengan panjang yang berbeda.
Posisi stir bisa diukur seteliti 2,5 0
sepanjang  7200 (2 putaran stir).
1. Spiral kontak
2. Elektronika sensor
3. LED dan foto transistor
4. Roda dengan sirip penghalang.

b) Sensor Gaya Samping


Kegunaan : untuk mengukur
be-sar percepatan gaya Gambar 14.52 Sensor gaya putar (yaw)
2
samping (m/det )
Keterangan :
a.Rumah sensor
b.Elemen pengukur
c.Rangkaian elektrinik (Hi Bird)
d.Plat pengantar fleksibel.

Gambar 14.51 Sensor gaya samping Cara Kerja :


Sebuah silinder dari baja dapat
Keterangan : getaran dengan frekuensi tertentu,
a. Elektronika sensor. dari 4 elemen piezo (yang me-
b. Pengirim sinyal Hall nimbulkan getaran). 4 pasang
c. Elemen pegas dan masa elemen piezo terpasang berhadapan
d. Pegas pengukur
melin-tang pada saat kendaraan
e. Peredam
berputar getaran yang ditimbulkan
Prinsip Kerja : dari elemen piezo berubah. Besar
Sistem pegas dan masa (untuk perubahan getaran adalah hasil dari
masa magnet permanen) akan putaran kendaraan.
bergerak sesuai besar gaya samping
dengan demikian magnet permanen 14.5. Mendiagnosa kerusakan
terhadap sensor Hall berubah  pada sistem ABS,
tegangan Hall berubah juga. ASR/ETC dan ESP
c) Sensor Kecepatan Putar Diagnosa pada kerusakan
Kegunaan : Mengukur kecepatan sistem ABS, ASR/ETC dan ESP
putar keliling sumbu vertikal. pada kendaraan bermotor pada
dasarnya dapat dilakukan melalui 2
cara yaitu:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 397
Teknik Ototronik

 Dengan memanfaatkan lampu 14.5.2 Mendiagnosa dengan


in-dikator ABS, ASR/ETC dan menggunakan
ESP. Automotive Diagnose
 Dengan menggunakan Auto- Scantool
motive Diagnose Scantool
Pada setiap kendaraan bermotor
14.5.1 Diagnosa dengan yang sudah dilengkapi dengan
meman-faatkan lampu sistem kontrol elektronik disediakan
indikator. konektor DLC (Data Link Conector)
yang berfungsi sebagai sambungan
Pada panel instrumen terdapat untuk dapat membaca kondisi yang
lampu-lampu indikator, diantaranya ada pada sistem.
untuk ABS, ASR/ETC dan ESP. Untuk dapat membaca kondisi
Lampu indikator ini dapat kita tersebut tentulah dibutuhkan alat
gunakan sebagai alat bantu yang namanya Scantool, yang
diagnosa. Pada sistem ini apabila berfungsi membantu kita untuk
terjadi kerusakan di dalam sistem berkomunikasi dengan sistem.
maka lampu indikator akan menyala, Dengan menggunakan Scantool
disamping itu kode kerusakan yang kita dapat dengan mudah
terjadi akan disimpan di dalam mengetahui dan mendiagnosa
memori kontrol unit. Dengan kerusakan yang terjadi, karena
menggunakan prosedur yang ada Scantool langsung menampilkan
(contoh menjamper pin tertentu pada data kode dan part yang rusak
DLC) maka lampu indikator akan secara visual dan juga dapat
berkedip. Kedipan lampu indikator ini langsung membaca sinyal-sinyal
menunjukan kode kerusakan yang yang ada.
terjadi. Selanjutnya kode tersebut
kita cocokan dengan manual yang
ada untuk mengetahui apa
sebenarnya yang rusak.

Gambar 14.54 Data link conector (DLC)

Gambar 14.53 lampu indikator

398
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008)
Teknik Ototronik

Pada sistem ini sebetulnya


sudah tidak ada lagi istilah
perbaikan, karena komponen sistem
yang ada tidak untuk diperbaiki akan
tetapi diganti. Jadi pada sistem yang
demikian lebih banyak dilakukan
adalah penggantian komponen
sistem yang rusak yang sudah
ditunjukkan melalui proses diagnosa.
Pekerjaan yang sesungguhnya
setelah diagnosa adalah melepas
komponen lama dan memasang
komponen baru sebagai pengganti.

Gambar 14.55 Scanner handy

Gambar 14.56 Scanner handy

Gambar 14.57 Scanner PC base

14.6 Memperbaiki sistem ABS,


ASR/ETC dan ESP
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008) 399

Anda mungkin juga menyukai