Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Vertebrata

Hari, tanggal : 17 Maret 2021

SATWA ENDEMIK INDONESIA

Kelompok 4/P1:
Annaisa Kharisma Ardiani (G34190004)
Hazariah Umliana Tanjung (G34190021)
Risma Yuniar (G34190037)
Yasmin Kamila (G34190056)
Muhammad Arya Wibowo (G34190074)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Barbourula kalimantanensis

● Taksonomi (Isandar 1978)


Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Bangsa : Anura
Suku : Bombinatoridae
Marga : Barbourula
Spesies : Barbourula kalimantanensis

● Morfologi
Barbourula kalimantanensis berukuran sedang, pada jantan mencapai 66 mm dan
betina mencapai 77 mm. Katak ini memiliki kepala yang sangat pipih, moncong bulat,
lubang hidung pada ujung moncong sedikit tertutup kulit, serta tidak memiliki canthus
rostralis maupun lores. Mata terletak di samping kepala. Adanya gigi pada rahang atas
dan rahang bawah. Gigi vomer terletak di atap mulut tepatnya belakang koane dan
menyerupai sepasang tuberkular. Ciri yang khas dari katak ini adalah tidak mempunyai
paru-paru. Tidak memiliki glottis dan pembukaan esofagus mengarah langsung ke
lambung, pada jantan dewasa tidak memiliki kantung suara. Lengan dan kaki berselaput
penuh seperti dayung. Jari kedua dan ketiga pada tangan serta jari ketiga dan keempat
pada kaki memiliki ukuran yang hampir sama panjang. Ujung jari seperti cakram, tetapi
tidak memiliki alur circummarginal. Telapak tangan memiliki 3 tuberkular metakarpal,
tapi tidak memiliki tuberkular subarticular. Adanya kulit tebal di sepanjang tepi median
jari pertama kaki. Telapak kaki terdapat bonggol metatarsal dalam, tetapi tidak
mempunyai tuberkular metatarsal luar. Adanya lipatan kulit di sepanjang paha dan tibia.
Betina memiliki otot mirip segitiga di kedua sisi kloaka yang disebut claspers anal.
Kulit punggung berkerut, dengan tuberkular kecil atau spinula yang terletak di bagian
belakang dan lengan. Kulit perut halus. Saat masih hidup berwarna coklat dengan
bintik-bintik hitam (Ubaidillah et al. 2013).

● Status Konservasi
Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), Barbourula
kalimantanensis dikategorikan sebagai terancam punah, menerapkan kriteria Bab (iii);
yaitu, tingkat kemunculannya (EOO) kurang dari 5000 km2; semua individu dalam
jumlah yang lebih sedikit dari lima lokasi dan habitat hutannya di Kalimantan menurun
(Rachmayuningtyas et al. 2011). Akibat perubahan lingkungan, Barbourula
kalimantanensis sangat rentan terhadap perubahan kualitas air, terutama kandungan
oksigen. Hal ini menyebabkan Barbourula kalimantanensis mengalami degradasi
habitat ke hulu sungai. Penebangan dan pembakaran hutan di sekitar sungai membuat
kualitas air semakin buruk, sehingga populasi Barbourula kalimantanensis terancam
punah.

● Habitat
Barbourula kalimantanensis hidup di perairan tawar yang jernih, suhu 14-17˚C
(dingin), dan dengan kecepatan arus 2-5 m/detik. Katak ini ditemukan di sungai
Kapuas, Kalimantan Barat dalam area hutan hujan primer (Ubaidillah et al. 2013).

Lanthanotus borneensis
● Taksonomi (Steindachner 1877)
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Deuterostomia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Infrafilum : Gnathostomata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Autarchoglossa
Famili : Lanthanotidae
Genus : Lanthanotus
Spesies : Lanthanotus borneensis

● Morfologi
Lanthanotus borneensis memiliki warna tubuh kuning kecoklatan, panjang tubuh
sekitar 30 cm dengan sisik yang membentuk garis diseluruh tubuhnya, terdapat titik-
titik berwarna coklat tua pada bagian perutnya dan membentuk pola bergaris, tidak
memiliki telinga eksternal yang terbuka, mata dan hidung kecil, tungkai kecil, tubuhnya
berbentuk silindris, ekor dapat memegang, lidah bercabang (Steindachner 1877).

● Status Konservasi
Hewan Lanthanotus borneensis ini belum dinilai oleh IUCN, tetapi kemungkinan besar
termasuk spesies dengan kategori rentan atau terancam punah (Stoner dan Nijman
2015). Sekitar 100 museum diketahui memiliki 1 atau lebih spesies ini (Sprackland
1999). Sekitar 1960-1990, spesies Lanthanotus borneensis diperjualbelikan secara
ilegal. Kini, hewan ini termasuk binatang yang dilindungi di berbagai negara dan
terdapat sanksi bagi yang mempunyainya secara liar (Langner 2017; Nijman dan Stoner
2015). Penangkaran pertama dikonfirmasi di kebung binatang Jepang pada 2014
(Mendyk, Shuter, dan Kathriner 2015). Beberapa tahun kemudian Eropa memulai
program pembiakkan di kebun binatang Schönbrunn di Austria, kebun binatang Praha
di Republik Ceko, dan kebun binatang Moskow di Rusia.

Hilangnya habitat merupakan ancaman serius bagi spesies ini, mengingat sekarang
hutan di Kalimantan banyak digantikan dengan lahan perkebunan kelapa sawit. Namun,
Lanthanotus borneensi ini tetap dapat bertahan hidup dalam kepadatan tinggi pada
habitat yang terdegradasi (termasuk area kelapa sawit) dan sungai berbatu (Langner
2017).

● Habitat
Lanthanotus borneensis adalah spesies endemik di Pulau Kalimantan. Hewan ini
dikenal di Kalimantan Barat dan Utara di Indonesia (Langner 2017). Hingga 2012.
Jelajahnya hanya yang diketahui di Kalimantan Utara adalah bagian dari Kalimantan
Timur. Hewan ini ditemukan pada dataran rendah pada ketinggian di bawah 300 m
(1000 kaki) di dekat sungai atau rawa-rawa (Stoner dan Nijman 2015). Hewan ini juga
biasa ditemukan di hutan hujan, tetapi ditemukan juga pada aliran sungai berbatu pada
lahan-lahan pertanian yang terdegradasi, plantasi kelapa sawit, dan perkebunan buah-
buahan yang sudah matang. Habitatnya tropis dengan suhu sekitar 22-29˚C. Area
ditemukannya Lanthanotus borneensis, airnya jerninh dengan pH netral (Langner
2017).
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar DT. 1978. A New Species of Barbourula: First Record of a Discoglossid


Anuran in Borneo. Copea. 4(6): 564–566.

Langner C. 2017. Hidden in the heart of Borneo—Shedding light on some mysteries of


an enigmatic lizard: First records of habitat use, behavior, and food items
of Lanthanotus borneensis Steindachner, 1878 in its natural habitat. Russian
Journal of Herpetology. 24(1): 1-10.
Mendyk RW, Shuter A, Kathriner A. 2015. Historical notes on a living specimen
of Lanthanotus borneensis (Squamata: Sauria: Lanthanotidae) maintained at the
Bronx Zoo from 1968 to 1976. Biawak. 9 (2): 44–49.
Nijman V, Stoner SS. 2014. Keeping an ear to the ground: monitoring the trade in
Earless Monitor Selangor (MY): TRAFFIC.

Rachmayuningtyas BA, Bickford DP, Kamsi M, Kutty SN, Meier R, Arifin U,


Rachmansah A, Iskandar DT. 2011. Conservation status of the only Lungless
Frog Barbourula kalimantanensis Iskandar, 1978 (Amphibia: Anura:
Bombinatoridae). Journal of Threatened Taxa. 3(8): 1981–1989

Steindachner F. 1877. Ueber zwei neue eidechsen-arten aus Sud-Amerika und


Borneo. Denkschriften der Kaiserlichen Akademie der Wissenschaften in
Wien. Mathematisch-Naturwissenschaftliche Klasse. 38(1): 1-4.

Steindachner F. 1877. On two new genera and species of lizards from South
America and Borneo. Annals and Magazine of Natural History. (4)20: 160.

Seindachner F. 1877. Lanthanotus borneensis. Retrieved maret 23, 2021, from


Integrated Taxonomic Information System (ITIS):
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_
value=716496#null

Sprackland RG. 1999. Sarawak's Earless Monitor Lizard (Lanthanotus


borneensis). Reptiles (March): 72–79.Stoner SS, Nijman V. 2015. The case for
CITES Appendix I-listing of Earless Monitor Lizards Lanthanotus
borneensis. TRAFFIC Bulletin. 27 (2): 55-58.

Ubaidilliah R, Marwoto RM, Hadiaty RK, Fahmi, Mumpuni, Pratiwi R, Tjakrawidjaja


AH,Mudjiono, Hartati ST, Heryanto, et al. 2013. Biota Perairan Terancam
Punah Di Indonesia : Prioritas Perlindungan. Jakarta (ID) : Kementerian
Kelautan dan Perikanan.

Anda mungkin juga menyukai