Anda di halaman 1dari 3

Kuswantoro (2014), Teaching Factory menjadi konsep pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya

untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dan
kebutuhan industri.

Teaching Factory (TEFA) adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana industri, sehingga dapat
menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah (Wibowo,
2016).

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Suryatama, manajemen adalah penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran.

G.R. Terry (2010:16) menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas
tindakan – tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

menurut Hasibuan (2013:1), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

Ricky W. Griffin (2004:7) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,


pengorganisasian,

Athoillah kegunaan manajemen adalah elemen- elemen dasar yang melekat didalam proses

(Sukarna,2011:10), membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu

Handoko (2009:23), fungsi manajemen terdiri dari planning, organizing, staffing, leading, dan controlling

Dan menurut Henry Frayol (2010:179), manajer menjalankan fungsi manajemen, yaitu merencanakan,
mengorganisasi, mengkoordinasi, dan mengendalikan.

Terry, Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai
tujuan yang digariskan,

Alptekin et al. (2001), memaparkan bahwa Teaching factory memiliki tujuan ganda.

jelas strategi strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan)
yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh (Erly Suandy, 2001: 2)

Wijaya (2013), juga mengemukakan bahwa model pengelolaan Teaching Factory SMK sesuai kebutuhan
dunia usaha dan industri yang dirumuskan dan diuji coba

Pelaksanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, karena tanpa pelaksanaan
terhadap apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan tidak akan pernah menjadi kenyataan
(Salirawati, 2009).

UU No. 20 tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2 disebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melakukan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang
benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan semula (Manullang, 2012)

dan bekerja, tidak lagi memisahkan antara tempat penyampaian teori dan praktik (Direktorat
Pembinaan SMK, 2017: 3)
Fajaryati, N (2012:4), Teaching Factory merupakan suatu gabungan dari pendekatan pembelajaran
berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi dimana proses belajar

Siswanto, I (2015:3), Teaching Factory adalah kegiatan pembelajaran dimana peserta didik secara
langsung melakukan kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa.

Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktik produktif merupakan konsep metode pendidikan yang
berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan
dunia industri. (Direktorat Pembinaan SMK, 2016: 85)

Siswandi, G (2015:6) mengungkapkan Teaching Factory merupakan pembelajaran yang


mengintegrasikan aplikasi berorientasi pelatihan dengan pendekatan

Hadlock et.al (2008: 14), Tujuan Teaching Factory adalah: „The goal of learning factory is to
change
Tujuan pembelajaran Teaching Factory menurut Syarifuddin K. (2018 :51)
Tujuan dari pembelajaran Teaching Factory menurut Asep Totoh Widjaya (2020: 56)
ATMI-BizDec (2015:15) terdapat 3 unsur utama yang inspiratif dalam mengimplementasikan
Teaching Factor
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 18 ayat 1, 2, dan 3 yang
Thompson (1973: 105-115) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan
Siswandi, G (2015: 2) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan lebih berorientasi dengan
persyaratan
UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
akhlak mulia, serta keterampilan siswa untuk hidup mandiri dan mengikut pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan program kejuruannya (Mulyasa; 2006).

Handoyo (2016: 2) menjelaskan bahwa sekolah menengah kejuruan merupakan lanjutan


pendidikan menengah pertama yang mempunyai tujuan utama
Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah
Proses dan makna berdasarkan perspektif subjek lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif
(Sugiarto,2017:8).
John Creswell dalam Raco(2010:18-20) menyajikan tahapan penelitian kualitatif sebagai berikut
Mundir (2013:39) menyatakan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak perhatiannya
Moleong (2016: 127) ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti
Siyoto (2015:31) menyatakan bahwa dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki
Prastowo (2016: 43), dalam metode penelitian kualitatif, peneliti bahkan sebagai
Suharsaputra (2014: 198), dalam penelitian kualitatif peneliti adalah satu-satunya
Jauhari (2020:1-2) menyebutkan bahwa data merupakan fakta tentang orang
data sedangkan isi dari catatan dokumen merupakan subyek penelitian dan nilai asset tersebut
sebagai obyek penelitiannya (Anshori, 2019:91).
Raco (2010:108-109) menyebutkan bahwa data penelitian kualitatif biasanya
Sugiyono (2013:231) menjelaskan bahwa Wawancara digunakan sebagai teknik
Daymon (2007:118) mengemukakan bahwa tahapan wawancara akan berlanjut dari wawancara
Wijoyo (2021:53) menambahkan bahwa koding adalah memberi nomor yang sesua
Sugiyono, (2016:145) Obsevasi merupakan teknik pengolahan data yang mempunyai
Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
berulang - ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,2007:274).

Anda mungkin juga menyukai