Anda di halaman 1dari 29

ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

KELAS XII

KELOMPOK ADMINISTASI PAJAK

BAHAN AJAR

ADMINISTRASI PAJAK

1
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga Bahan Ajar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang
Mewah (PPnBM) disusun untuk siswa/i kelas XII SMK ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.

Bahan Ajar ini disusun dengan tujuan agar siswa/i dapat mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). Bahan Ajar ini memaparkan secara singkat
dan jelas materi pembelajaran serta dilengkapi pula dengan evaluasi yang akan
mendukung ketercapaian kompetensi dasar sesuai dengan yang diharapkan.

“Tak ada gading yang tak retak”, penyusun meyakini bahwa dalam pembuatan
Bahan Ajar ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang relevan dan membangun guna penyempurnaan bahan ajar ini di
masa yang akan datang. Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi siswa/i kelas XII SMK. Akhir kata penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Medan, September 2019

Tim Penyusun

i
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
KOMPETENSI INTI............................................................................................................. 1
KOMPETENSI DASAR........................................................................................................ 1
INDIKATOR.......................................................................................................................... 2
TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................................................. 2
PETUNJUK PENGGUNAAN............................................................................................... 3
PETA KONSEP...................................................................................................................... 4
MATERI...................................................................................................................................
UJI PENGUASAAN MATERI.............................................................................................. 23
RANGKUMAN..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 26

ii
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

Kompetensi Inti

3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan


faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang
dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis,
spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional,
regional, dan internasional.
4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan
prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan
bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah
bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar
kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Kompetensi Dasar

3.16 Menganalisis berbagai data yang terkait dengan PPN dan PPnBM

4.16 Melakukan perhitungan PPN dan PPnBM

C. Indikator

3.16 Menganalisis berbagai data yang terkait dengan PPN dan PPnBM
3.16.1 Mengidentifikasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3.16.2 Mengklasifikasi subjek dan objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3.16.3 Menganalisis perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3.16.4 Menganalisis Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

1
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

4.16 Melakukan perhitungan PPN dan PPnBM

4.16.1 Menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


4.16.2 Menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

D. Tujuan Pembelajaran

3.16 Menganalisis berbagai data yang terkait dengan PPN dan PPnBM
1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi/literasi, peserta didik dapat
mengidentifikasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi/literasi, peserta didik dapat
mengklasifikasi subjek dan objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Setelah berdiskusi dan menggali informasi/literasi, peserta didik dapat
menganalisis perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
4. Setelah berdiskusi dan menggali informasi/literasi, peserta didik dapat
menganalisis Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

4.16 Melakukan perhitungan PPN dan PPnBM


1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi/literasi, peserta didik mampu
menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi/literasi, peserta didik mampu
menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

E. Petunjuk Penggunaan

2
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

Petunjuk bagi peserta didik


1. Setiap peserta didik wajib mempelajari modul ini sesuai dengan kegiatan
belajar yang bersangkutan atau sesuai dengan petunjuk guru.
2. Apabila dalam mempelajari modul ini peserta didik mengalami kesulitan,
hendaknya menanyakan kepada para guru ataupun mencari lewat buku-buku
penunjang lainnya.
3. Peserta didik dianjurkan untuk melengkapi referensi seperti internet, koran,
buku dari sumber lain yang relevan/sesuai dengan pembahasan bila memang
diperlukan.
4. Setelah selesai kegiatan belajar yang bersangkutan, setiap peserta didik
menjawab soal-soal latihan dan menyelesaikan tugas sesuai petunjuk.
5. Bila tes hasil belajar belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) maka
siswa yang bersangkutan harus mengikuti program remedial sampai mencapai
KKM.
6. Siswa yang tuntas boleh dilakukan pengayaan dengan melanjutkan pelajaran
berikutnya.

3
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

F. Peta Konsep Dasar Hukum PPN

Pajak Pengertian umum PPN


Pertambah
an Nilai Karakteristik PPNl

Pemungut PPN

Subjek PPN
Subjek dan
Objek PPN
Objek PPN

Tata cara Menghitung PPN

PPN dan Dasar Pengenaan PPN


PPnBM
Penghitung
an Pajak Pajak Masukan dan
Pertambaha Keluaran
n Nilai
Faktur Pajak

Tempat Terutang PPN

BKP Yang tergolong


Mewah
Tujuan Pengenaan PPnBM
Pajak
Penjualan Kelompok PPnBM berupa
atas Barang kendaraan bermotor
Mewah
(PPnBM) Kelompok PPnBM selain
Kendaraan bermotor

Menghitung PPnBM 18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi dalam bab ini Anda diharapkan mampu :
 Mengidentifikasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Mengklasifikasi subjek dan objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Menganalisis perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Menganalisis Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Materi Pembelajaran
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
a. Dasar Hukum PPN
Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) adalah pajak yang dikenakan
atas pertambahan nilai barang dan jasa kena pajak yang timbul pada saat
terjadi penyerahan barang dan jasa di daerah pabean Indonesia. PPN
dikenakan atas pertambahan nilai dari barang yang dihasilkan atau
diserahkan oleh pengusaha kena pajak.
Dasar hukum PPN terdiri dari:
1) Undang-undang No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Undang-
undang No 18 tahun 2000 jo Undang-undang No 42 tahun 2009
tentang yang tetap dinamakan Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai.
2) Peraturan pemerintah no 143 tahun 2000 jo peraturan pemerintah
no 24 tahun 2002 tentang pelaksanaan Undang-undang no 8 tahun
1983.
3) Peraturan pemerintah No 144 tahun 2000 tentang jenis barang dan
jasa yang tidak dikenakan PPN
4) Peraturan pemerintah No 145 tahun 2000 tentang kelompok barang
kena pajak yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP. No 12


tahun 2006.
5) Peraturan pemerintah No 146 tahun 2000 tentang impor dan atau
penyerahan barang kena pajak tertentu dan atau penyerahan jasa
kena pajak tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 38
tahun 2003.
6) Peraturan pemerintah No 12 tahun 2001 tentang import dan atau
penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat stragis yang
dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana telah bebrapa kali
diubah terakhir dengan PP No 31 Tahun 2007.
b. Karakteristik PPN
1) PPN merupakan pajak tidak langsung
2) PPN merupakan pajak objektif
3) PPN dikenakan pada setiap rantai distribusi (Multy Stage Tax)
4) Meggunakan mekanisme pengkreditan
5) Merupakan pajak atas konsumsi dalam negeri
6) Merupakan beban konsumen akhir

c. Pemungut PPN
Pemungut PPN adalah bendaharawan pemerintah, badan atau instansi
pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh pengusaha kena
pajak atas penyerahan barang dan/atau jasa kena pajak kepada
bendaharawan pemerintah atau instansi pemerintah tersebut. Pengusaha
kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang
dan/atau jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang-
undang.

2. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


a. Subjek PPN
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

1) Pengusaha, menurut pasal 1 angka 14 dan 15 UU PPN 2009 adalah


orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegitan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar pabean, melakukan usaha jasa
termasuk mengekspor jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.
2) Pengusaha kena pajak, adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak
yang dikenai pajak berdasarkan UU tentang PPN.
3) Pengusaha kecil, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
No.68/KMK.03/2010 tanggal 23 maret 2010, adalah pengusaha yang
menyerahkan BKP dan/atau JKP dalam satu tahun buku memperoleh
jumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp.600.000.000. Apabila sampai dengan suatu masa pajak dalam satu
tahun buku jumlah peredaran bruto sebesar Rp.600.000.000 atau
lebih, maka pengusaha ini memenuhi syarat sebagai pengusaha kena
pajak yang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak selambat-lambatnya pada bulan berikutnya.
b. Objek PPN
Berdasarkan UU No.42 tahun 2009 pasal 4 ayat (1), PPN dikenakan atas
transaksi:
1) Penyerahan barang kena pajak
2) Impor barang kena pajak
3) Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
pengusaha
4) Pemanfatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean
5) Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak
6) Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak
7) Ekspor jasa kena pajak
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

Barang yang tidak dikenai PPN terdiri dari:


1) barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya yang tidak terutang PPN meliputi:
a) minyak mentah (crude oil);
b) gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
c) panas bumi;
d) asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam
batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan
kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap
(fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
e) batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
f) bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit
2) Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak yang tidak terutang PPN meliputi:
a) beras;
b) gabah;
c) jagung;
d) sagu;
e) kedelai;
f) garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
g) daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah
melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,
dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur,
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;


h) telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang
dibersihkan, diasinkan, atau dikemas;
i) susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses
didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung
tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau
tidak dikemas;
j) buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang
telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-
grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
k) sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar
yang dicacah
l) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga
atau katering. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari
pengenaan pajak berganda karena sudah merupakan objek
pengenaan Pajak Daerah
m) Uang, emas batangan, dan surat berharga

Jasa yang tidak dikenakan PPN:


1) Jasa pelayanan kesehatan medis. Jasa pelayanan kesehatan medis
yang tidak terutang PPN meliputi:
a) jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
b) jasa dokter hewan;
c) jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, gizi, dan
fisioterapi;
d) jasa kebidanan dan dukun bayi;
e) jasa paramedis dan perawat;
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

f) jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan,


laboratorium kesehatan, dan sanatorium;
g) jasa psikolog dan psikiater; dan
h) jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
2) Jasa pelayanan sosial. Jasa pelayanan sosial yang tidak terutang PPN
meliputi:
a) jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
b) jasa pemadam kebakaran;
c) jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
d) jasa lembaga rehabilitasi;
e) jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk
krematorium; dan
f) jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.
3) Jasa pengiriman surat dengan perangko. Jasa pengiriman surat
dengan perangko yang tidak terutang PPN meliputi jasa pengiriman
surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara
lain pengganti perangko tempel.
4) Jasa keuangan. Jasa keuangan yang tidak terutang PPN meliputi:
a) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain
yang dipersamakan dengan itu;
b) jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan
dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana
lainnya;
c) jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, berupa:
d) sewa guna usaha dengan hak opsi;
e) anjak piutang;
f) usaha kartu kredit; dan/atau
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

g) pembiayaan konsumen;
h) jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk
gadai syariah dan fidusia; dan
i) jasa penjaminan.
5) Jasa asuransi. Yang dimaksud dengan "jasa asuransi" adalah jasa
pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan
reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi
seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan
asuransi.
6) Jasa keagamaan. Jasa keagamaan yang tidak terutang PPN meliputi:
a) jasa pelayanan rumah ibadah;
b) jasa pemberian khotbah atau dakwah;
c) jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
d) jasa lainnya di bidang keagamaan.
7) Jasa pendidikan. Jasa pendidikan yang tidak terutang PPN meliputi:
a) jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional;
dan
b) jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
8) Jasa kesenian dan hiburan. Jasa kesenian dan hiburan yang tidak
terutang PPN meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja
seni dan hiburan.
9) Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan. Jasa penyiaran yang tidak
bersifat iklan yang tidak terutang PPN meliputi jasa penyiaran radio
atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta
yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang
bertujuan komersial.

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

10)Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara
dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri.
11) Jasa tenaga kerja. Jasa tenaga kerja yang tidak terutang PPN meliputi:
a) jasa tenaga kerja;
b) jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia
tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga
kerja tersebut; dan
c) jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
12) Jasa perhotelan. Jasa perhotelan yang tidak terutang PPN meliputi:
a) jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait
dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
b) jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan
di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.
13)Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum. Jasa tersebut yang tidak terutang PPN
meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan Bangunan,
pemberian lzin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak, dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk.
14)Jasa penyediaan tempat parkir, adalah jasa penyediaan tempat
parkir oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada
pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran
15)Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.
16)Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
17)Jasa boga atau catering.

3. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


a. Tata cara menghitung PPN

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

1) PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan


Dasar Pengenaan Pajak.

PPN = Dasar Pengenaan Pajak X Tarif Pajak

2) Pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak


keluaran untuk masa pajak yang sama
3) Dalam hal belum ada Pajak keluaran dalam suatu masa pajak, maka
pajak masukan tetap dikreditkan
4) Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar dari
pajak masukan maka selisihnya merupakan PPN yang harus
dibayarkan oleh pengusaha kena pajak
5) Apabila dalam suatu masa pajak, pajak masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar dari pajak keluaran, maka selisihnya
merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya
b. Tarif PPN
Menurut UU No 42 tahun 2009 pasal 7 adalah:
1) Tarif PPN adalah 10%
2) Tarif PPN 0% diterapkan atas: ekspor BKP berwujud, ekspor BKP
tidak berwujud, dan ekspor Jasa kena pajak.
3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat diubah menjadi
paling rendah 5% dan paling tinggi 15%. Perubahan tarif tersebut
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
c. Dasar Pengenaan PPN
Dasar pengenaan pajak adalah jumlah harga jual atau penggantian
atau nilai impor atau nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak
yang terutang; yaitu:
a. Harga Jual
adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

Pajak, seperti biaya pengiriman, biaya garansi, komisi, premi,


asuransi, biaya pemasangan, biaya bantuan teknik dan biaya biaya
lainnya.
Beberapa nilai yang bukan merupakan unsur harga jual sebagai dasar
pengenaan PPN dan potongan harga adalah potongan tunai atau rabat
yang dicantumkan dalam faktur pajak. Tidak termasuk potongan
harga adalah bonus, premi, komisi atau balas jasa lainnya.
b. Penggantian
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP), ekspor jasa kena pajak, atau ekspor barang kena pajak
tidak berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang P P N dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang
dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
c. Nilai Impor
adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan lainnya berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak
termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut Undang-Undang
PPN
d. Nilai Ekspor
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir. Yaitu, nilai yg tercantum dalam
dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat
muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
e. Nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan


Pajak untuk transaksi tertentu dengan keputusan menteri keuangan.
Transaksi menggunakan nilai lain yang ditetapkan Menteri
Keuangan adalah sebagai berikut:
1) untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;
2) untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;
3) untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah
perkiraan harga jual rata-rata;
4) untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata
per judul film;
5) untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar
harga jual eceran. PPN menggunakan tarif efektif yaitu =
8,7% dikalikan harga jual eceran, yaitu harga yang tercantum
pada pita cukai (harga bandrol);
6) untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga
pasar wajar;
7) untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang
atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak
antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan;
8) untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang
perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang
perantara dengan pembeli;
9) untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah
harga lelang;
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

10) untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari


jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih;
11) untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro
pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih;
12) untuk penyerahan Emas Perhiasan dan/atau jasa yang terkait
dengan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Emas Perhiasan
adalah 20% dari harga jual Emas Perhiasan atau nilai
penggantian;
13) untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight
forwarding) yang didalam tagihan jasa pengurusan transportasi
tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah
10% dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih.
d. Pajak Masukan dan Keluaran
Pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh
pengusaha kena pajak karena pemanfaatan BKP dari luar daerah pabean
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dan atau impor
barang kena pajak. Pajak masukan pada suatu masa pajak bisa
dikreditkan dengan pajak keluaran untuk masa pajak yang sama, pajak
masukan yang bisa dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan pajak
keluaran dalam masa pajak yang sama, bisa dikreditkan pada masa pajak
berikutnya selambat lambatnya pada bulan ketiga setelah berakhirnya
tahun buku yang bersangkutan, sepanjang belum dibebankan sebagai
biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut oleh pengusaha kena pajak
pada waktu perolehan atau impor barang kena pajak atau penerimaan
jasa kena pajak bisa dikreditkan dengan pajak keluaran yang dipungut
pengusaha kena pajak pada waktu penyerahan BKP atau JKP.
Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran dilakukan dalam
masa pajak yang sama.
e. Faktur Pajak
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

Adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atas
penyerahan BKP atau JKP yang digunakan sebagai sarana untuk
mengkreditkan pajak masukan. Faktur pajak harus diisi secara lengkap,
jelas, dan benar serta ditanda tangani oleh pihak yang ditunjuk oleh
pengusaha kena pajak.
Jenis faktur pajak antara lain:
1) Faktur pajak standar
2) Faktur pajak gabungan
3) Faktur pajak sederhana

f. Tempat Terutangnya Pajak


Terutangnya PPN adalah pada saat penyerahan barang kena pajak
atau pada saat penyerahan jasa kena pajak atau pada saat impor barang
kena pajak. Tetapi dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan
barang kena pajak atau sebelum penyerahan jasa kena pajak, maka
prinsip aktual tersebut di atas berubah sehingga saat terutangnya Pajak
Pertambahan Nilai adalah saat pembayaran, apabila pembayaran
dilakukan sebagian atau dikenal pula pembayaran uang muka sebelum
penyerahan, maka Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung
berdasarkan pembayaran yang dilakukan, PPN yang terutang pada saat
pembayaran sebagian atau pada saat pembayaran uang muka
perhitungan dengan PPN yang terutang pada saat penyerahan.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) terutang ditempat tinggal atau tempat
kedudukan dan tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Dalam hal impor, terutangnya
PPN terjadi ditempat barang kena pajak dimasukkan dan dipungut
melalui Direktorat Bea dan Cukai.
4. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
a. BKP yang Tergolong Mewah
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang
dikenakan atas konsumsi barang barang kena pajak yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan BKP yang

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean Indonesia. Selain


dikenakan PPN, penyerahan BKP yang tergolong mewah juga dikenai
PPnBM. Pemungutan PPN dan PPnBM menganut prinsip akrual, artinya
terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan BKP atau JKP. PPnBM
yang telah dibayar tidak dapat dikreditkan dengan PPnBM yang terutang.

Barang kena pajak yang tergolong mewah berdasarkan UU PPN 2009 adalah:
1) Barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok
2) Barang yang dikonsumsi oleh konsumen tertentu
3) Barang yang umumnya dikonsumsi masyarakat berpenghasilan tinggi
4) Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status
b. Tujuan Pengenaan PPnBM
1) Untuk memperoleh keseimbangan pembebanan pajak antara
konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen yang
berpenghasilan tinggi
2) Untuk mengendalikan pola konsumsi Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah
3) Melindungi produsen kecil atau tradisional
4) Untuk mengamankan penerimaan negara

c. Kelompok PPnBM Berupa Kendaraan Bermotor


1) Kendaraan bermotor mewah yang dikenakan PPnBM dengan tarif
sebesar 10%
a) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10-15 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel) dengan semua kapasitas isi slinder
b) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi dengan sistem 1
gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi slinder sampai
dengan 1.500cc.

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

2) Kendaraan bermotor mewah yang dikenakan PPnBM dengan tarif


sebesar 20%
a) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi dengan sistem 1
gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi slinder lebih dari
1.500cc sampai 2.500 cc
b) Kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin), dalam
bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup dengan
penumpang lebih dari 3 orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi, dengan sistem 1
gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak
(4x4), dengan semua kapasitas isi slinder, dengan masa total
tidak lebih dari 5 ton.
3) Kendaraan bermotor mewah yang dikenakan PPnBM dengan tarif
sebesar 30% adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan
kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, berupa:
a) Kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor
bakar cetus api atau nyala kompresi,dengan kapasitas isi slinder
sampai dengan 1.500cc
b) Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi, dengan sistem 2
gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi slinder sampai
dengan 1.500cc.
4) Kendaraan bermotor mewah yang dikenakan PPnBM dengan tarif
sebesar 40% adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan
kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, berupa:
a) Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi, dengan sistem 1
gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi slinder 2.500cc-
3.000cc
b) Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa
sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon,
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi


slinder 1.500cc-3.000cc
c) Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi,
berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station
wagon, dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4), dengan
kapasitas isi slinder 1.500cc-2.500cc
5) Kendaraan bermotor mewah yang dikenakan PPnBM dengan tarif
50% adalah semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.
6) Kendaraan bermotor mewah yang dikenakan PPnBM dengan tarif
sebesar 60% adalah:
a) Kendaraan bermotor roda dua dengan kapasitas isi slinder lebih
dari 250 cc sampai 500 cc
b) Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju,
pantai, digunung dan kendaraan semacam lainnya.
7) Kendaraan bermotor mewah yang dikenakan PPnBM dengan tarif
sebesar 75% adalah:
a) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan,
dengan sistem 1 gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2
gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi slinder lebih dari
3.000 cc
b) Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi,
berupa sedan atau station wagon dan selain sedan, dengan sistem
1 gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar
penggerak (4x4) dengan kapasitas isi slinder lebih dari 2.500 cc
c) Kendaraan bermotor roda 2 dengan kapasitas isi slinder lebih
500 cc
d) Trailer, semi trailer dari tipe caravan untuk perumahan atau
kemah.

d. Kelompok PPnBM selain Kendaraan Bermotor

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

1) Selain kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM dengan tarif


10%
a) Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat
pemanas dan pesawat penerima siran televisi
b) Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga
c) Kelompok mesin pengatur suhu udara
d) Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat
penerima siaran radio
e) Kelompok alat fotografi, alat sinematofgrafi dan perlengkapannya.

2) Selain kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM dengan tarif 20%


a) Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen,
kondominium, town house dan sejenisnya
b) Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta
reflektor antena
c) Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring,
mesin pengering, pesawat elektromagnetik dan instrumen musik
d) Kelompok wangi wangian.

3) Selain kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM dengan tarif 30%


a) Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano,
kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum
b) Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang
disebut kelompok (1).

4) Selain kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM dengan tarif 40%


a) Kelompok minuman yang mengandung alkohol
b) Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan
c) Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool
d) Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang
digunakan untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam
ruangan atau keperluan semacam itu
e) Kelompok barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari
logam mulia atau logam yang dilapisi logam mulia atau campuran
daripadanya
f) Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano,
selain yang disebut pada bagian (3), kecuali untuk keperluan
negara atau angkutan umum
18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

g) Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan,


pesawat udara lainnya tanpa tenaga penggerak.
h) Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali
keperluan negara
i) Kelompok jenis alas kaki
j) Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor
k) Kelompok barang yang terbuat dari porselin, atau keramik
l) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat
dari batu selain batu jalan atau batu tepi jalan

5) Selain kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM dengan tarif 50%


a) Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus
b) Kelompok pesawat udara, kecuali keperluan negara atau niaga
c) Kelompok senjata api kecuali untuk keperluan negara

6) Selain kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM dengan tarif 75%


a) Kelompok minuman yang mengandung alkohol
b) Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat
dari batu mulia dan/atau campuran mutiara
c) Kelompok kapal persiar mewah, kecuali untuk keperluan negara
dan umum

e. Menghitung PPnBM
Tarif PPnBM berdasarkan UU No 42 tahun 2009 pasal 8 adalah sebagai
berikut:
1) Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%

PPnBM Terutang = Tarif PPnBM X Dasar Pengenaan Pajak

DPPnya diperhatikan, apakah berdasarkan harga jual, nilai impor,


nilai pengganti, nilai ekspor, atau nilai lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan
2) Ekspor barang kena pajak yang tergolong mewah dikenai pajak
dengan tarif 0%
3) Ketentuan mengenai kelompok BKP yang tergolong mewah yang
dikenai PPnBM diatur dengan Peraturan Pemerintah

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

4) Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai PPnBM diatur


berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Contoh Soal
Andi seorang Importir, mengimpor BKP barang mewah dengan tariff 20% seharga
Rp.200.000.000. hitunglah jumlah PPN dan PPnBM yang harus dibayar Andi!

Jawab:
Dasar pengenaan pajak Rp. 200.000.000
PPN (10% X Rp. 200.000.000) = Rp. 20.000.000
PPnBM ( 20% X Rp. 200.000.000) = Rp. 40.000.000 +
Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dibayar Andi Rp. 60.000.000

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

UJI PENGUASAAN MATERI

Soal-Soal Latihan

1. PT Harapan Jaya adalah pengusaha kena pajak. Transaksi yang terjadi


selama bulan Mei 2016 adalah sebagai berikut:
Membeli barang kena pajak Rp. 2.400.000.000
Menjual barang kena pajak Rp. 1.800.000.000
Menjual ekspor ke Malaysia Rp. 800.000.000
Semua barang yang sudah terbeli terjual
Diminta :
a. Hitunglah besar pajak Masukan
b. Hitunglah besar pajak Keluaran
c. Hitunglah PPN lebih bayar / kurang bayar

2. PT mataram Sakti pada 5 Juni 2016 membeli sepeda motor merek Yamaha
langsung dari pabrikan sebanyak 50 unit @Rp. 10.000.000. tariff barang
mewah 10%. Barang tersebut dijual semua di dalam negeri dengan harga
per unit Rp.17.500.000.000.
Diminta:
a. Hitunglah PPN dan PPnBM yang harus dibayar pembeli pada saat
pembelian!
b. Hitunglah PPN yang dipungut dari pembeli
3. PT Nusantara Sakti pada tanggal 2 Mei 2016 membeli sepeda motor merek
Honda langsung dari pabrikan sebanyak 25 unit @Rp. 12.000.000. tariff
barang mewah 10%. Barang tersebut dijual semua di dalam negeri dengan
harga per unit Rp.18.000.000.000.
Diminta:
a. Hitunglah PPN dan PPnBM yang harus dibayar pembeli pada saat
pembelian!
b. Hitunglah PPN yang dipungut dari pembeli

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

RANGKUMAN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu cara pemungutan pajak
atas konsumsi masyarakat.
Pengusaha Kena Pajak terutang ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan
tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak. Dalam hal impor, terutangnya Pajak Pertambahan Nilai terjadi di tempat
Barang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Bea dan Cukai.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan
atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut di
dalam daerah pabean Indonesia dalam usaha atau pekerjaannya dan Impor barang yang
tergolong mewah.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah dibayar pada waktu perolehan
atau impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah, tidak bisa dikreditkan dengan
Pajak Pertambahan Nilai maupun Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
berdasarkan Undang-undang PPN dan PPnBM.

Cara menghitung PPN, sebagai berikut:

PPN = Dasar Pengenaan Pajak X Tarif Pajak

Cara menghitung Pajak Penjualan atas Barang Mewah, sebagai berikut:

PPnBM Terutang = Tarif PPnBM X Dasar Pengenaan Pajak

18
ADMINISTRASI PAJAK KELAS XII

DAFTAR PUSTAKA

Dimyanti,A Rahmat, dkk. 2016. Modul Paket Keahlian Akuntansi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Harti, Dwi. 2018. Administrasi Pajak SMK/MAK Kelas XII. Semarang : Erlangga.

https://herlinamargareta.wordpress.com/2013/05/12/akuntansi-perpajakan-koreksi-
fiskal/ diakses tanggal 7 Juli 2019. Pukul 13.25 WIB.

Mulyono Agus dkk, 2018. Administrasi Pajak SMK?MAK, Jakarta : Penerbit Andi

Mulyono, Agus. 2019. Administrasi Pajak SMK/MAK Kelas XII, Jakarta: Bumi Aksara

Priatna, Ratma Budi, dkk. 2010. AkuntansiKeuangan 1. Bandung: Ghalia Indonesia.

Soemarso,SR.2004.Akuntansi:SuatuPengantar.EdisiRevisi.Jakarta:Salemba Empat.

Stice, James D, earl K. Stice, K. Fred Skousen. 2009. AkuntansiKeuangan. Terjemahan Ali
Akbar. Jakarta: SalembaEmpat.

Utama, SP Ponty. 2018. Modul 6 (Administrasi Pajak), Yogyakarta : Universitas Negeri


Yogyakarta

18

Anda mungkin juga menyukai