Anda di halaman 1dari 25

KONFIDENSIAL

KONSEPSI PENANGANAN KONDISI SOSIAL


DI WILAYAH RAWAN KONFLIK

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Bangsa Indonesia menyadari bahwa berbagai aspek kehidupan bangsa tidak


mungkin diselenggarakan secara parsiel ataupun terpisah-pisah, tapi harus
merupakan upaya terpadu sehingga akan menghasilkan suatu sinergi kemampuan
berupa peningkatan ketahanan setiap aspek kehidupan bangsa secara selaras, serasi
dan seimbang. Salah satu upaya tersebut adalah berupa pembinaan terhadap kondisi
sosial bangsa Indonesia yang akan berpengaruh terhadap ketahanan wilayah.

b. Pembinaan pada aspek kondisi sosial bangsa Indonesia merupakan faktor yang
sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup negara itu. Tanpa mampu
membina dan menangani masalah kondisi sosial serta dapat menciptakan rasa aman,
maka suatu bangsa tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan
melaksanakan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan.

c. Dengan demikian maka kondisi sosial rakyat Indonesia beserta segenap


potensi lainnya merupakan sumber kekuatan bangsa yang menjadi dasar dalam upaya
pertahanan keamanan nagara dan perlu dibina agar seluruh potensi yang di miliki
bangsa ini dapat dimanfaatkan dalam pemulihan keamanan di daerah-daerah rawan
konflik.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang


konsepsi penanganan kondisi sosial budaya dalam rangka pemulihan keamanan
wilayah rawan konflik.

b. Tujuan. Sebagai masukan bagi pimpinan dalam mengambil langkah-


langkah dan kebijaksanaan bagi konsepsi penanganan kondisi sosial dalam pemulihan
keamanan di wilayah rawan konflik.
/ 3. Ruang…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Tulisan ini menguraikan tentang kondisi sosial saat
ini, kondisi sosial yang diharapkan, faktor-faktor yang mempengaruhi dan konsepsi
penanganan kondisi sosial diwilayah rawan konflik melalui pendekatan Binter yang disusun
dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Kondisi sosial saat ini.
c. Kondisi sosial yang diharapkan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi.
e. Konsepsi penanganan kondisi sosial di wilayah rawan konflik.
f. Kesimpulan dan saran.
g. Penutup.

4. Pendekatan. Penulisan ini menggunakan metode diskriptis analisis dengan


pendekatan empiris aplikatif berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis.

5. Pengertian.
a. Binter. Adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan, pengembangan, pengarahan,
penggunaan serta pengendalian unsur-unsur teritorial dengan segala aspeknya untuk
dijadikan ruang, alat dan kondisi juang yang tangguh dalam menghadapi setiap bentuk
ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.
b. Bintahwil. Adalah segala usaha dan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, penyusunan, pengembangan, pengarahan dan pengendalian dalam
rangka mewujudkan keadaan yang aman dan tenteram dalam suatu wilayah
dilaksanakan secara terkoordinasi antar segenap aparatur / pembinan keamanan
dalam wilayah yang bersangkutan.
c. Keamanan Swakarsa. Adalah suatu sistim keamanan yang memberdayakan
peran dan tanggung jawab masyarakat dalam pembinaan keamanan. Kemampuan
masyarakat satu sama lain tumbuh dan berkembang atas kehendak dan kesadaran
masyarakat itu sendiri secara seimbang, serasi dan membudaya, sehingga dapat
membentuk pola sikap kebiasaan dan perilaku masyarakat dalam mewujudkan daya
tangkal, daya cegah dan daya penanggulangan terhadap setiap bentuk ancaman /
gangguan serta tanggap terhadap setiap perubahan dinamika sosial dimasyarakat.
/ BAB II …….
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
3

BAB II
KONDISI SOSIAL SAAT INI

6. Umum. Dalam mengatasi berbagai masalah keamanan akhir-akhir ini aparat


Teritorial benar-benar mendapat ujian sehingga perlu perhatian khusus dalam
penanganannya karena terjadi kerusuhan, pembakaran serta penjarahan, pembunuhan
sehingga berkembang issue bahwa Komando Kewilayahan kurang berhasil. Untuk
menguji tingkat kebenaran issue yang berkembang tersebut maka diperlukan pengkajian
semua aspek kondisi sosial dengan segala permasalahan yang terjadi saat ini.

7. Kondisi Sosial.

a. Bidang Idiologi. Banyak kalangan dan para pakar di berbagai belahan


dunia dewasa ini yang berpendapat bahwa zaman idiologi sudah berlalu. Pendapat
tersebut telah merasuki sebagian masyarakat Indonesia, terlebih ada kesan bahwa
selama ini sosialisasi Pancasila sebagai idiologi negara lebih bersifat doktriner dan
menjadi jargon-jargon pembangunan. Disamping itu faham liberalisme yang
menghadapi pola Barat muncul ke permukaan untuk merubah bentuk negara kesatuan
menjadi negara federal, tanpa memahami proses terjadinya beberapa negara menjadi
negara federal. Disisi lain faham komunisme masih tetap berkembang dengan
menggunakan moment penyesuaian dari adanya tuntutan HAM, Demokratisasi,
Liberalisme, Fanatisme, Agama, Humanisme dan Nasionalisme sempit. Oleh
karenanya bila dikaitkan dengan situasi dan kondisi Indonesia saat ini, maka Pancasila
masih tetap diperlukan sebagai landasan integrasi nasional.

b. Bidang Politik. Pengaruh tata politik internasional yang dapat menginter-


vensi kedaulatan suatu negara secara keseluruhan, telah menembus atmosfir
perpolitikan di Indonesia. Hal ini terlihat dari suasana yang kurang sehat dalam
sistem politik , sehingga menyebabkan berbagai kemerosotan dalam kehidupan sosial
politik. Pembangunan politik selama ini telah menumbuhkan budaya politik yang
negatif, seperti telah muncul dan menguatnya sektarianisme baru yang bersifat
antagonistik akibat proses diferensiasi yang terjadi dalam masyarakat, memudarnya
etika pluralisme ditandai dengan pertentangan antar kelompok dan polarisasi
kehidupan masyarakat, munculnya primordialisme disertai dengan timbul prasangka-
prasangka primordial dan munculnya petualangan politik yang lebih mementingkan
kepentingan golongan dari pada kepentingan negara dan bangsa.
/ c. Bidang Ekonomi……….
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
4

c. Bidang Ekonomi. Kondisi ekonomi saat ini sangat memprihatinkan dan


berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sulitnya memacu pertumbuhan
ekonomi ini, dipengaruhi oleh lambannya pertumbuhan volume dan nilai ekspor kita.
Menurunnya aliran devisa yang bersumber pendapatan ekspor tersebut menyebabkan
likuiditas perekonomian menjadi macet. Akhirnya hal ini mempengaruhi pasar barang
dan pasar uang di dalam negeri. Kondisi demikian itu dipengaruhi pula oleh tidak
adanya jaminan keamanan bagi dunia usaha dan kepastian serta keseriusan dalam
penegakan hukum.

d. Bidang Sosial Budaya.

1) Makin meluasnya informasi serta makin berkembangnya media


komunikasi serta makin bebasnya pemberitaan, berdampak makin mudahnya
pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan budaya Pancasila
mempengaruhi generasi muda bangsa.

2) Berbagai kerawanan dibidang SARA telah mengarah kepada tirani


mayoritas dan reaksi aktif dari kelompok universitas sehingga perlu mendapat
perhatian dari segenap tokoh formal dan informal.

3) Sikap masyarakat yang rentan terhadap issue, hasutan dan provokasi


merupakan akumulasi dari krisis ekonomi, hukum, politik dan krisis
kepercayaan.

e. Bidang Hankam. Kondisi keamanan memasuki tahun 2003 secara umum


cukup terkendali. Gerakan pengacau yang bersifat sparatis dan sporadis masih ada
di Aceh, Papua, NTT. Perkembangan ke tiga daerah di tanah air tersebut
senantiasa diamati pihak dalam negeri dan luar negeri, sehingga perlu penanganan
yang bersifat lintas sektoral dalam kerangka penegakan hukum. Tantangan paling
sulit yang dihadapi pemerintah dan TNI-Polri saat ini adalah bagaimana
mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap TNI dan Polri sebagai aparat
keamanan dan penegak hukum.

/ BAB …....

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
5

BAB- III
KONDISI SOSIAL YANG DIHARAPKAN

8. Umum. Peran TNI selaku penegak kedaulatan negara maupun sebagai


komponen pembangunan bangsa dihadapkan pada dinamika strategis perkembangan
kehidupan sosial kemasyarakatan, dituntut untuk lebih teraktualisasi dan terimplementasi
dengan baik mengingat aspirasi yang berkembang harus segera ditangani. Binter pada
dasarnya adalah pembinaan potensi geografi, demografi dan kondisi sosial menjadi kekuatan
kewilayahan dalam rangka Hankamneg.

9. Kondisi Sosial. Kondisi sosial dibina menjadi kekuatan sosial yang diarahkan
kepada terwujudnya kondisi ketahanan nasional yang siap menghadapi kemungkinan
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang timbul baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri, adapun aspek yang dibina meliputi :

a. Idiologi. Diyakininya Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara serta


alat perekat persatuan bangsa oleh segenap komponen bangsa. Pluralitas dari segi
agama, suku bangsa dan adat istiadat terwadahi dengan baik dalam idiologi bangsa,
yakni Pancasila, sehingga langsung maupun tidak langsung Pancasila telah teruji dan
mampu mewadahi keberagamaan tersebut secara proaktif.

b. Politik. Pada aspek politik perlu dikembangkan dalam kehidupan politik adalah
perubahan sistem politik orde baru kereformasi harus dilihat dan diterima sebagai
proses dialektika untuk menemukan sistem politik Indonesia yang benar-benar
demokratis, berkedaulatan rakyat, sanggup mewadahi dinamika masyarakatnya yang
sangat majemuk yang berarti juga demi perwujudan persatuan Indonesia yang
sesungguhnya, karena kesetaran dan kesamaan yang menjamin hak warga negara
harus merupakan paradigma kenegaraan. Setiap warga diberi kebebasan berpolitik
termasuk berpartai dan bebas menyalurkan aspirasi politiknya. Adapun strategi
pembinaan dibidang politik adalah dengan mengaktualisasikan peran TNI sebagai
katalisator dalam ikut mendorong kehidupan demokrasi dan kesejahteraan yang
berkeadilan, yang implementasinya melalui upaya dan tindakan TNI untuk sejauh
mungkin secara kuantitatif penugaskaryaan pada jabatan sipil, kecuali atas dasar
kepakaran, sebagai infra struktur politik harus dapat menjaga jarak yang sama dengan
partai politik yang ada dan bertindak sebagai perekat dengan pengendali konflik.
/ c. Ekonomi ……..
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
6

c. Ekonomi. Pembangunan nasional harus dilaksanakan dan diarahkan tidak


semata-mata untuk pertumbuhan ekonomi tetapi memperhatikan pemerataan ekonomi
dan harus dapat menyentuh perubahan struktural antara pusat dan daerah maupun
antar kota dan desa. Kemudian ekonomi mengurangi ketergantungan asing dan
pemberdayaan ekonomi rakyat yang sudah seharusnya menjadi orientasi
kebijaksanaan ekonomi nasional kedepan. Dalam jangka pendek pemerintah harus
biasa segera menghentikan situasi krisis ekonomi agar semakin memberatkan
kehidupan layak dan tidak menambah jumlah pengangguran. Sedangkan strategi
yang dipilih dalam pembinaaan adalah dengan membatasi sepak terjang konglomerat
dan melindungi pengusaha kecil, menengah serta koperasi melalui peraturan
perundang-undangan. Ekspor harus terus ditingkatkan dan sistim perpajakan
harus terus dibenahi sebagai sumber pendapatan. Untuk meningkatkan kehidupan
ekonomi / kesejahteraan rakyat, maka program-program operasi Bhakti TNI perlu terus
ditingkatkan dengan perencanaan yang lebih matang dan terkoordinasi.

d. Sosial Budaya. Pluralisme atau kemajemukan Indonesia baik sukuan,


agama, bahasa, ras, tradisi maupun nilai-nilai baru yang berhembus bersama arus
globalisasi harus dapat diterima secara wajar dengan memberi ruang hidup padanya,
sehingga masyarakat akan belajar memahami perbedaan dengan tidak semata-mata
menganggap miliknya sebagai yang paling dan benar. Sedangkan strategi yang
dapat dipilih adalah dengan meniadakan bentuk-bentuk larangan, seperti peredaran
buku, pementasan, pencekalan seorang dalam diskusi dan sejenisnya. Masyarakat
harus diberi keleluasaan melihat pluralisme agar kreatifitas dan potensinya untuk hidup
bersama dalam perbedaan yang mendukung aspek sosial budaya tetap dilanjutkan
seperti : kesehatan, buta aksara, reboisasi, membangun desa dan lain-lain.

e. Pertahanan Keamanan. Perlu dikembangkan pada kemampuan aparat


keamanan baik TNI maupun Polri untuk bekerja secara profesional yang sangat
menentukan pertahanan dan keamanan nasional, meskipun soal Hankam bukan
hanya urusan aparat keamanan semata tetapi juga merupakan kewajiban setiap
warga negara sesuai pasal 30 UUD 1945. Namun demikian untuk menjamin
penyelenggaraan bela negara tersebut perlu diadakan program-program wajib Militer
bagi warga / masyarakat dengan ketentuan-ketentuan yang perlu dipikirkan kemudian.

/ BAB ……..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
7

BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

10. Umum. Keberhasilan pembinaan teritorial dalam rangka mewujudkan


tercapainya tujuan dan sasaran pembinaan teritorial yaiut terwujudnya kekuatan kewilayahan
berupa rak juang yang tangguh bagi kepentingan Hankamneg. Keadaan ini tidak terlepas
adanya pengaruh perkembangan lingkungan strategis global, regiaonal dan nasional baik
langsung maupun tidak langsung, khususnya yang berkaitan dengan demokratisasi, HAM dan
kepastian hukum.

11. Perkembangan lingkungan.

a. Global.

1) Berakhirnya perang dingin yang ditandai oleh hancurnya kekuatan


komunis dengan runtuhnya Uni Soviet dan negara-negara sosialis di Eropa
Timur serta terjadinya peredaan ketegangan dunia antara blok barat dan blok
timur sehingga dunia telah memasuki era baru. Masalah-masalah politik dan
idiologi cenderung dikesampingkan, sebaliknya masalah ekonomi semakin
dominan.

2) Pengaruh globalisasi dan liberalisasi ekonomi dari negara-negara maju


(barat) yang kapilalis dengan langkah-langkah mereka melalui penerapan
sistem perdagangan bebas, telah menyebabkan krisis ekonomi yang melanda
di beberapa kawasan. Beberapa negara yang struktur ekonominya tidak
cukup kuat , terutama dinegara-negara yang totaliter dan mengalami krisis
ekonomi yang cukup parah.

3) Ditingkat lingkungan inter nasional, poroses globalisasi dan liberalisasi


ekonomi pada akhirnya melahirkan krisis ekonomi keuangan yang kemudian
menerpa krisis ekonomi dan politik di tingkat regional seperti yang terjadi
dikawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara. Krisis tersebut telah menyebabkan
Indonesia mengalami krisis multidimensi termasuk krisis kepercayaan terhadap
pemerintah yang berakibat runtuhnya pemerintah orde baru.
/ b. Regional ……..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
8

b. Regional.

1) Asia Timur. Pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia, begitu


pesat seperti Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong menandai makin beratnya
persaingan dikawasan tersebut. Pengembangan Angkatan Bersenjata RRC
serta klainnya terhadap kepulauan Paracel dan Spratly merupakan ancaman
stabilitas kawasan perlu mendapatkan perhatian.

2) Asia Barat. Konflik Timur - Tengah antara Arab – Israel, Irak, Iran dan
Libanon masih memerlukan waktu penyelesaian yang cukup lama.

3) Asia Tenggara. Stabilitas keamanan Asia Tenggara cenderung


terus membaik sebagi wujud kerjasama atar negara ASEAN. Namun
beberapa masalah keamanan masih belum dapat diselesaikan menyangkut
masalah perbatasan dan sengketa wilayah antar negara ASEAN, misalnya
Indonesia, Malaysia, Brunei, Philipina dan RRC. Hal tersebut disebabkan
belum adanya persamaan persepsi tentang konsep keamanan regional yang
perlu segera ditangani.

4) Perkembangan lingkungan regional ini sangat rentan dengan kondisi


dan konfigurasi geografi, demografi, sumber kekayaan alam dan kondisi sosial
bangsa Indonesia.

c. Nasional.

1) Kondisi geografi yang terdiri dari ribuan pulau baik pulau besar maupun
pulau kecil yang di jembatani oleh lautan luas, merupakan kerawanan dibidang
pertahanan. Sebagai negara kepulauan, pemerintah Republik Indonesia
mempunyai konsekwensi untuk mengamankan seluruh wilayah termasuk
penyediaan alur laut guna kepentingan masyarakat internasional dan juga
untuk mengawasi kemungkinan timbulnya ancaman wilayah. Jumlah penduduk
Indonesia yang besar adalah suatu kekuatan bangsa namun pengelolaan
penduduk seperti pengaturan populasi, pesebaran, kualitas SDM, kesehatan,
pendidikan merupakan faktor yang menetukan diperolehnya keuntungan atau
kerugian bagi kepentingan bangsa Indonesia.

/ 2) Munculnya …….

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
9

2) Kehidupan politik pada era reformasi diwarnai oleh perbutan kekuasaan


antara golongan, hal ini dapat dilihat dengan munculnya partai yang beragam
azas dan menunjukkan adanya unsur-unsur idiologi lain yang berkembang
ditengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Situasi perpolitikan
menjurus pada konflik elit bangsa sesuai kepentingannya yang dapat
menimbulkan kembali konflik vertikal dan horizontal, termasukan keinginan
beberapa daerah untuk melepaskan diri dari NKRI.
3) Menghadapi era perdagangan bebas dan mengatasi krisis ekonomi,
pemerintah berupaya dalam menentukan kebijaksanaan dibidang ekonomi
yang berbasis kerakyatan, namun belum berhasil secara maksimal bahkan
terpuruk. Krisis ekonomi yang tidak dapat segera diatasi, dapat menimbulkan
keserahan masyarakat dan meningkatnya aksi kerusuhan, oleh karenanya
pemberantasan KKN dalam menghilangkan ekonomi biaya tinggi, terus
dilanjutkan. Kepastian hukum dan penegakkan hukum masih kurang
dirasakan oleh rakyat, sehingga dapat dieksploitasi oleh berbagai pihak yang
anti pemerintah Republik Indonesia dan dapat menimbulkan gejolak sosial dan
kerusuhan sosial, walaupun pemerintah terus berupaya meningkatkan Kondisi
HAM dan demokrasi. Masalah SARA masih merupakan problem pokok dalam
masyarakat Indonesia, mengingat masyarakat yang heterogen khususnya yang
berlatar belakang suku dan agama.
4) Tuntutan dari proses demokratisasi menghendaki agar TNI mematuhi
prinsip-prinsip demokrasi. Sejalan dengan proses demokratisasi, TNI harus
meluruskan kembali pengertian supremasi sipil menjadi supremasi rakyat yang
dirumuskan sebagai “ Kedaulatan adalah ditangan Rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyarawatan Rakyat “. Supremasi rakyat ini
harus menjadi agenda komunikasi antara pimpinan TNI dengan elite politik.
5) Mningkatnya gangguan Kamtibmas akibat pengaruh globalisasi akan
meningkatkan tindak kejahatan dan kekerasan, seperti : kejahatan yang
terorganisir Whit Color Crime, Sadisme dan sejenisnya serta adanya
perdagangan gelap senjata api. Tuntutan bangsa Indonesia terhadap postur
TNI yang handal dalam melaksanakan tugas dalam menjaga kedaulatan
negara terhadap segala bentuk ancaman yang datang dan responsive terhadap
trouble espot yang terjadi di Indonesia serta tuntutan terhadap TNI yang
memiliki keuletan kewilayahan perlu segera diwujudkan dalam menghadapi
setiap ancaman terutama ancaman disintegrasi bangsa.
/ 12. Peluang…..
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
10

12. Peluang dan Kendala.

a. Peluang.

1) Pancasila merupakan pangkal kekuatan moral ideologis bangsa


Indonesia untuk menghadapi setiap ancaman yang datang dari luar dan dalam
negeri.

2) Posisi dan konfigurasi geografi Indonesia, kondisi demografi dan


kekayaan alamnya merupakan kelebihan komperatif yang dapat ditingkatkan
menjadi keunggulan kompetatif yang mampu mendukung pencapaian sasaran
pembangunan nasional dan upaya pertahanan keamanan.

3) Kehidupan sosial budaya yang semakin maju dengan semangat


kebangsaan yang dinamis merupakan kondisi yang diperlukan untuk
pencapaian sekaligus pembinaan semangat perlawanan rakyat semesta.

b. Kendala.

1) Belum pulihnya kondisi perekonomian Indonesia akibat krisis moneter


yang berkepanjangan, mengakibatkan kemampuan anggaran mendukung
terwujudnya kekuatan komponen Hankamneg dalam rangka Sishankamrata
belum terpenuhi.

2) Legitimasi. Kendala yang dirasakan dalam pembinaan teritorial dasar


hukumnya belum secara tegas dituangkan dalam undang-undang.

3) Pemahaman. Kendala yang berlaku tentang pembinaan teritorial


adalah belum tumbuhnya kesadaran bahwa sesungguhnya pembinaan teritorial
adalah milik rakyat/seluruh masyarakat, aparatur negara, termasuk jajaran
Komando kewilayahan cenderung bersikap konservatif dan lebih mendahulukan
kepatuhan pada kepentingan tugasnya dari pada menanggapi aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang sering tidak sejalan dengan kemauan
pemerintah.

/ 4) Struktur…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
11

4) Struktur. Kendala yang bersifat khusus, adalah belum


ditegaskannya persepsi di jajaran Mabes – Dephan tentang budaya bela
negara dalam kaitannya dengan pelaksanaan fungsi pembinaan teritorial.
Yang menjadi sumber kerancuan adalah persepsi yang tidak utuh antara
berbagai isntasi yang berwenang misalnya pada tingkat Ditjen Persmanvet
Dephan yang mengolah PPBN tanpa mempersoalkan kaitannya dengan
pembinaan teritorial, sehingga norma atau petunjuk yang diberlakukan untuk
dilaksanakan oleh eselon pelaksana cenderung normatif, kaku dan tidak terarah
sebagai upaya kebudayaan. Para pelaku dilapangan cenderung
mendahulukan tugas yang bersifat teknis prosedural sehingga selalu bersifat
sektoral.

BAB V
KONSEPSI PENANGANAN KONDISI SOSIAL
DIWILAYAH RAWAN KONFLIK

13. Umum. Pembinaan kondisi sosial perlu mendapat prioritas pada usaha
memperbaiki kondisi kehidupan sosial ekonomi dalam meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan, dalam upaya memperkokoh dan tercapainya ketahanan nasional. Dalam
menghadapi lingkungan strategis akan membawa dampak positif dan negatif seluruh aspek
kehidupan masyarakat yang harus dapat diantisipasi.

14. Kebijaksanaan.

a. Kebijakan Komando Kewilayahan diharapkan mampu mengakomodasi dan


memadukan semua kekuatan struktural dan kultural, baik yang berada dalam jajaran
maupun yang berada diwilayah Komando Kewilayahan tersebut. Hal ini dilakukan
secara komplementer agar bisa saling menutupi kekurangan yang ada melalui Binter
diarahkan pada terciptanya pembinaan teritorial sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.

/ b. Mendorong…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
12

b. Mendorong terciptanya kesamaan visi, persepsi dan interpretasi diantara


semua elemen yang ada di wilayah tersebut, serta mendorong pelibatan elemen-
elemen tersebut dalam pelaksanaan pembinaan kondisi sosial berdasarkan kemitraan,
kesetaraan dan kebersamaan, dengan tujuan mempercepat penyelesaian konflik di
daerah tersebut.

15. Strategi.

a. Tujuan.
1) Menata kembali tentang kedudukan Komando Kewilayahan dalam
pelaksanaan pembinaan teritorial yang didalamnya sudah tercakup tentang
pembinaan kondisi sosial.
2) Mewujudkan fungsi Komando Kewilayahan dalam pembinaan teritorial
yang didalamnya sudah tercakup tentang pembinaan kondisi sosial.
3) Meningkatkan peran Komando Kewilayahan dalam pelaksanaan
pembinaan teritorial yang didalamnya sudah tercakup tentang pembinaan
kondisi sosial.

b. Sasaran.
1) Terwujudnya peran Komando Kewilayahan yang mampu mendukung
pelaksanaan pembinaan teritorial di wilayah.
2) Terwujudnya keserasian antara fungsi Komando Kewilayahan dengan
Pemda dalam pelaksanaan pembinaan teritorial di wilayah.
3) Meningkatkan peran Komando Kewilayahan dalam pembinaan teritorial
di wilayah.

c. Pelaksanaan Strategi.

1) Strategi ke dalam. Adalah upaya Komando Kewilayahan dalam


menginternalisasikan nilai-nilai kultural daerah kedalam pelaksanaan reformasi
internal TNI di jajaran Komando Kewilayahan tersebut, agar TNI kembali
diterima dikalangan masyarakat daerah tersebut.

/ Untuk…..
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
13

Untuk menentukan sasaran strategi kedalam itu, tetap merujuk kepada empat
butir reformasi internal TNI, yaitu :

a) Tertanam dan terlaksananya kembali jati diri TNI pada setiap


prajurit dan satuan dijajaran Komando Kewilayahan dalam rangka
mensukseskan tugas pokoknya.

b) Terhindarnya setiap prajurit dan satuan di jajaran Komando


Kewilayahan dalam setiap aktivitas politik praktis.

c) Terkonsentrasinya pikiran, sikap dan tindakan setiap prajurit dan


satuan kepada bidang pertahanan secara profesional, efektif, efisien dan
modern.

d) Ikut sertanya setiap prajurit dan satuan di wilayah tersebut dalam


tugas-tugas kemanusiaan (civic mission).

Untuk melaksanakan strategi kedalam tersebut diperlukan pola dan metode


yang tepat yaitu menggunakan pola dan metode pembinaan satuan, sebagai
berikut :

a) Terhadap sasaran yang menyangkut jati diri TNI, dititik beratkan


pada metode pembinaan mental dan pembinaan disiplin.

b) Terhadap sasaran kedua dan ketiga yang menyangkut


terhindarnya setiap prajurit dan satuan dari kehidupan politik praktis,
serta terkonsentrasinya pada bidang pertahanan, maka penerapan
metode dititik beratkan pada pembinaan latihan dalam rangka
peningkatan mutu profesionalisme prajurit dan satuan untuk tugas-tugas
pertahanan.

c) Terhadap sasaran keempat yaitu ikut serta dalam tugas-tugas


kemanusiaan difokuskan pada penerapan Binter terutama melalui Bhakti
TNI.

/ 2) Strategi…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
14

2) Strategi Keluar. Adalah segala upaya Komando Kewilayahan dalam


mengeksternalisasikan kemampuan Binternya kesemua elemen masyarakat
dalam rangka penyelesaian konflik. Sedangkan penerapan pola dan metode
menggunakan metode Binter itu sendiri, sehingga Binter disini, disamping
sebagai metode juga sebagai obyek aktivitas. Binter sebagai metode
merupakan bagian dari pembinaan fungsi organik satuan, sedangkan Binter
sebagai obyek aktivitas penerapannya dapat ditempuh melalui metode
konsensual, legislasi dan regulasi, sosialisasi, edukasi, kulturasi (termasuk
didalamnya keteladanan), yudikasi atau penegakan hukum dan Bhakti TNI.
Sasaran strategi keluar, meliputi sasaran pelaksanaan Binter sebagai obyek
aktivitas yang terdiri dari sasaran geografis, demografis dan kondisi sosial
adalah sebagai berikut :

a) Sasaran Geografis, adalah tertatanya ruang geografis diwilayah


yang memungkinkan terbukanya peluang bagi masyarakat setempat
dalam menggunakan ruang geografis yang sudah tertata itu untuk
kepentingan kesejahteraan maupun pertahanan.

b) Sasaran Demografis meliputi meningkatnya kualitas sumber daya


manusia di wilayah tersebut, menimal akan terdorong menjadi orang-
orang pekerja keras dan memiliki jiwa bela negara yang tinggi.

c) Sasaran bidang politik adalah tumbuhnya sikap dan prilaku


keseharian dikalangan esekutif dan legislatif, sehingga mampu tampil
sebagai pemimpin atau wakil-wakil rakyat yang dapat diteladani dan
terpercaya serta terbentuknya forum bersama yang dapat
mengakomodasi semua kepentingan elemen-elemen masyarakat
diwilayah tersebut dalam rangka efektivitas dan efisiensi pemecahan
konflik.

d) Sasaran bidang ekonomi adalah tampilnya pemerintah daerah


sebagai center of gravity yang dapat memayungi semua pilar ekonomi
daerah, sehingga timbul kegairahan dalam memacu perekonomian
masyarakat dan tersusunnya perencanaan tentang sistim pembangunan
dibidang ekonomi untuk kepentingan masyarakat guna menghindari
timbulnya kesenjangan sosial.
/ e) Sasaran…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
15

e) Sasaran bidang sosial budaya adalah terjaganya nilai-nilai


budaya setempat dan tampilnya komponen tokoh masyarakat dan tokoh
agama sebagai simbol kultur yang mampu mengangkat harkat dan
martabat setempat serta berlangsungnya dunia pendidikan sehingga
dapat meningkatkan SDM daerah tersebut .

f) Sasaran bidang informasi adalah terciptanya informasi yang


benar, obyektif dan menjaga netralitas pemberitaan tanpa rekayasa
serta berpatokan kepada kode etik jurnalistik. Adanya opini baru dan
klarifikasi informasi untuk mengcounter opini yang salah dan
menyesatkan.

g) Sasaran bidang keamanan adalah terciptanya kondisi-kondisi


kondusif sebagai upaya berlangsungnya kehidupan sosial
kemasyarakatan dan upaya peningkatan perekonomian rakyat,
terkendalinya keamanan dengan upaya penegakan hukum dan
menghargai hak azasi manusia oleh prajurit serta adanya usaha
segenap prajurit dalam bertugas di daerah tersebut dalam merebut hati
dan pikiran rakyat.

d. Sarana dan Prasarana.


1) Memanfaatkan buku-buku petunjuk tentang pembinaan teritorial.
2) Memanfaatkan protap Bintahwill.
3) Memanfaatkan alat-alat milik Satuan.
4) Memanfaatkan sarana dan prasarana milik pemerintah dan instansi.
5) Memanfaatkan partisipasi masyarakat setempat.

e. Subyek dan Obyek.

1) Subyek Binter. Yang akan datang terdiri dari berbagai institusi terkait
secara bersamaan terpadu dan saling bantu melaksanakan Binter secara
proporsional.

a) Komando Kewilayahan ( Komando Kewilayahan TNI AD) :


Diarahkan sebagai pelaksana Binter matra darat dalam rangka
mendukung Sishankamrata.
/ b) Pemerintah…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
16

b) Pemerintah Pusat (Dephan) : Pada tingkat kebijaksanaan


diarahkan sebagai penentu kebijaksanaan dan strategi di bidang
Hankam dalam rangka menetapkan program-program Binter.

c) Pemerintah Daerah (Pemda) : Sebagai kepanjangan tangan


Pemerintah Pusat (Dephan), diarahkan sebagai perencana usulan
program pembangunan dibidang Hankam ke pusat serta menerima
program dari pusat yang akan dilaksanakan oleh Komando
Kewilayahan.

d) Masyarakat : Melalui lembaga-lembaga masyarakat di daerah


diarahkan sebagai patner Komando Kewilayahan dan dilibatkan dalam
perencanaan Binter di daerah, agar Binter diakui keberadaannya
ditengah-tengah rakyat sehingga mendapat legitimasi dari rakyat.

2) Obyek Binter. Yang akan datang terdiri dari Geografi, Demografi dan
Kondisi Sosial, dibina dengan titik berat pada demografi khususnya pada
kesadaran bela negara sesuai dengan UUD 1945 Pasal 30 tentang hak dan
Kewajiban Warga Negara dalam Pembelaan Negara.
a) Geografi disusun menjadi kekuatan geografi sesuai dengan
kondisi yang tersedia apa adanya agar pemerintah daerah leluasa
menggunakan geografi untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.
Pengorganisasian wilayah geografi sebagai daerah pangkal perlawanan,
daerah tempur (operasi) dan daerah komunikasi diarahkan untuk
mampu menjadi kekuatan pertahanan dan keamanan yang
aktualisasikan sesuai visi peran modern.
b) Demografi yang disusun menjadi kekuatan demografi diarahkan
pada pembinaan kesadaran bela negara sehingga memudahkan untuk
dimobilisasi menjadi pengganti dan pengganda kekuatan TNI sewaktu-
waktu dibutuhkan.
c) Kondisi Sosial disusun menjadi kekuatan sosial diarahkan pada
terwujudnya kondisi ketahanan nasional Expert dan siap dihadapkan
pada kondisi darurat perang, khususnya terwujudnya persatuan dan
kesatuan yang kokoh kuat dilandasi rasa kebangsaan yang tinggi.
/ f. Metode…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
17

f. Metode. Metode yang akan digunakan adalah metode Binter dengan


menggunakan Bhakti TNI, pembinaan ketahanan wilayah dan Komunikasi Sosial TNI
serta pembangunan nasional terpadu dengan titik berat arah kebijaksanaan pada
terciptanya kemanunggalan TNI dengan rakyat serta tumbuhnya kesadaran bela
negara. Metode Binter secara keseluruhan digunakan sebagai alat komunikasi dan
silaturahmi TNI kepada Rakyat.

16. Upaya-upaya yang dilakukan .

a. Internalisasi nilai kultural daerah. Dalam menginternalisasikan nilai-nilai


kultural daerah kedalam pelaksanaan reformasi internal TNI di jajaran Komando
Kewilayahan diperlukan upaya-upaya sebagai berikut :

1) Personel. Untuk pencapaian sasaran pemantapan satuan teritorial :


a) Meningkatkan kualitas personel Komando Kewilayahan, dengan
melaksanakan kegiatan pendidikan, latihan dan penugasan di Lemdik
maupun di Satuan yang diprogramkan oleh Komando Atas.
b) Menempatkan personel Komando Kewilayahan berdasarkan
skala prioritas dengan tidak meninggalkan aspek pembinaan personel.

2) Organisasi.
a) Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dibidang
organisasi dihadapkan dengan perkembangan situasi yang
mempengaruhi terhadap tugas pokok Komando Kewilayahan dalam
rangka mendukung pelaksanaan pembinaan teritorial.
b) Membuat protap yang memadai keterlibatan susunan tugas dari
seluruh instansi terkait.
c) Mensosialisasikan, menguji coba protap yang telah dibuat
selanjutnya disahkan menjadi satu ketetapan oleh seluruh instansi yang
terkait untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan Binter dan
pembangunan.

/ 3) Materiil…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
18

3) Materiil.
a) Menginventarisir seluruh materiil yang direncanakan dalam
protap untuk digunakan dalam rangka Hankamneg dan Pembangunan.
b) Mengklasifikasikan materiil yang ada diseluruh instansi terkait
untuk dapat mengukur tingkat kesiapan dan hal-hal yang dibutuhkan
dalam rangka permodernisasian.
c) Menghitung pendapatan anggaran daerah dan rencana
pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk penyiapan meteriil.
d) Dirapatkan dan minta persetujuan DPR.
e) Memprogramkan didalam Renbangda yang dituangkan dalam
peraturan daerah.

b. Eksternalisasikan kemampuan Binter. Dalam mengeksternalisasikan


kemampuan Binter kepada semua elemen masyarakat dalam rangka penyelesaian
konflik perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

1) Bidang Geografi.

a) Secara aktif mendata dan memantau sumber daya alam sebagai


potensi yang terkandung dalam bumi, air dan dirgantara yang dapat
didayagunakan untuk kepentingan pertahanan negara dan
kesejahteraan. Dari data yang diperoleh Korem/Kodim pro aktif
memberikan masukan kepada Pemda setempat untuk dapat
memberdayakan sumber daya alam yang ada di daerah untuk
kepentingan kesejahteraan rakyat dan untuk peningkatan pendapatan
daerah agar dalam pengelolaan sumber daya alam tidak terjadi
penyimpangan. Dalam pelaksanaannya Pemda didorong untuk
melibatkan seluruh komponen bangsa secara terpadu sesuai dengan
disiplin ilmu masing-masing, antara lain melalui metode bhakti TNI
dimana Korem, Kodim dan Koramil sebagai penggerak, sementara
Pemda sebagai fasilitator.

/ b) Korem…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
19

b) Korem, Kodim dan Koramil selalu aktif memantau kondisi sarana


dan prasarana yang ada di daerah, antara lain berupa jalan, jembatan
dan sarana prasarana lainnya. Kondisi faktual terhadap sarana dan
prasarana tersebut selalu diinformasikan dan dikoordinasikan dengan
Pemda setempat agar pelaksanaan pembangunan dapat mendukung
kepentingan pertahanan.

c) Membuat peta daerah rawan yang selalu dimonitor sebagai


langkah antisipasi kemungkinan bencana yang akan terjadi sehingga
dapat diambil langkah-langkah secara dini kondisi daerah tersebut selalu
dikomunikasikan dengan pemerintah daerah sebagai penanggung jawab
dalam penanggulangan bencana.

2) Bidang Demografi.

a) Kultur masyarakat di daerah rawan yang selalu bangga dengan


kedaerahan dan kelompoknya sehingga dalam perilaku dan sikapnya
selalu lebih menonjolkan akunya. Dengan kondisi demikian sulit untuk
diajak berusyawarah dalam rangka menghasilkan suatu masalah karena
masing-masing orang selalu merasa pendapatnyalah yang paling benar
dan tidak mau menerima pendapat orang lain. Dengan kondisi
masyarakat yang sulit dalam segala hal dan Pemdapun tidak tanggap
dengan kesulitan rakyat tersebut maka ini merupakan kesempatan buat
Korem, Kodim dan Koramil untuk memanfaatkan peluang tersebut
melalui aktivitas Binter yang dapat menyentuh hati dan kepentingan
rakyat. Langkah-langkah yang dilaksanakan oleh Korem, Kodim dan
Koramil tersebut dapat melalui kegiatan fisik yang berupa karya bhakti
bersama-sama rakyat dan non fisik dengan menyelenggarakan forum
silaturahmi untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam
menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan serta untuk menumbuhkan
rasa nasionalisme.

b) Kondisi masyarakat daerah rawan konflik, hubungan antara


sesama kelompok di masyarakat tidak berjalan sesuai dengan mestinya,
hal ini akibat antara masing - masing kelompok masyarakat saling
tidak mempercayai dan saling mencurigai satu dengan yang lainnya.

/ Dengan…...
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
20

Dengan kondisi masyarakat tersebut TNI sebagai pemersatu bangsa


maka Korem, Kodim dan Koramil aktif mempelopori dan mendorong
Pemda untuk membentuk forum bersama yang terdiri dari seluruh
komponen bangsa, dengan dibentuknya forum bersama tersebut akan
menumbuhkan kepercayaan antara satu dengan yang lain.

c) Kondisi SDM masyarakat di daerah konflik khususnya daerah


pedalaman pada umumnya rendah hal ini disebabkan kurangnya
perhatian pemerintah terhadap pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan. Disamping itu juga dipengaruhi oleh terjadinya konflik
yang berkepanjangan. Dengan kondisi tersebut mendorong
masyarakat daerah rawan memiliki sifat-sifat iri dan cemburu terhadap
orang yang maju, apabila hal tersebut tidak dicari jalan keluar untuk
peningkatan SDM masyarakat daerah tersebut akan semakin tertinggal
dengan daerah lain dan pada akhirnya akan mudah dipengaruhi oleh
kepentingan tertentu. Untuk mengambil peran dalam peningkatan
SDM masyarakat tersebut Komando Kewilayahan dalam hal ini Korem,
Kodim dan Koramil harus aktif memberikan masukan kepada Pemda
tentang kondisi masyarakat dan selanjutnya bersama-sama mengambil
langkah dalam upaya peningkatan SDM melalui pembangunan sarana
dan prasarana pendidikan, hal ini disarankan kepada Pemda untuk
melaksanakan bhakti TNI yang dibiayai oleh Pemda.

3) Bidang Politik.

a) Uapaya dalam bidang ini adalah dengan mewujudkan satu visi,


persepsi dan interpretasi dalam memandang permasalahan yang ada di
daerah melalui forum kemuspidaan, Danrem / Dandim dapat mengajak
para Bupati dan Walikota setempat untuk memprakarsai gelar forum
dialog atau sarasehan agar masalah bersama yang tengah dihadapi
dapat dipahami secara transparan, kemudian mencari solusi bersama
tanpa harus ada campur tangan dari pihak asing.

/ b) Sebagai ………

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
21

b) Sebagai tindak lanjut terhadap terbentuknya forum bersama yang


dapat mengakomodasi semua kepentingan elemen masyarakat di
daerah tersebut dalam mencapai efektifitas dan efisiensi pemecahan
konflik, Korem perlu mengoptimalkan keberadaan mitra kerja, misalnya
LSM yang memiliki persepsi yang sama tentang Visi dan Misi Binter
berdasarkan NKRI. Sebagai kunci dalam forum bersama tersebut perlu
penerapan metode konsensual dan transformasi konflik dalam
pelaksanaan program sosialisasi tahap penjajakan.
c) Sikap dan perilaku keseharian kalangan eksekutif dan legislatif
yang mampu tampil sebagai pemimpin atau wakil rakyat yang dapat
diteladani dan terpercaya. Korem dan Kodim dapat bermitra dengan
pihak LSM untuk mendorong dan mengarahkan secara prosedural
program-program Pemda yang tidak mencerminkan adanya sikap-sikap
yang dibutuhkan dan mengajak pihak-pihak terkait untuk secara
konsekuen bersedia menegakkan hukum sesuai peraturan yang berlaku.

4) Bidang Informasi.
a) Dalam upaya mendorong terciptanya informasi yang benar,
obyektif dan menjaga netralitas pemberitaan tanpa rekayasa serta
berpedoman kepada kode etik jurnalistik serta menjaga dinamika
informasi yang demokratis melalui media yang sehat dan baik, perlu
adanya sebuah media bersama yang dapat mewadahi kebutuhan
informasi yang cepat, akurat dan tepat waktu. Dengan adanya media
bersama ini, diharapkan dapat menjawab kebutuhan pertukaran
informasi secara cepat dan dapat digunakan sebagai pembentukan opini
dan klarifikasi informasi guna mengkonter opini yang salah.
b) Upaya mewujudkan keinginan diatas, maka terhadap
pembentukan media bersama yang dapat mewadai kebutuhan informasi
cepat, akurat dan tepat waktu melalui forum kemuspidaan perlu
dikoordinasikan oleh semua pihak yang berkepentingan memberi
informasi dan pencari informasi. Dalam hal ini semua pihak yang
terkait adalah eksekutif termasuk didalamnya TNI dan Polri, legislatif dan
yudikatif serta kelompok masyarakat lainnya, sedangkan pendanaannya
dibebankan pada pemerintah daerah.
/ 5) Upaya…..
KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
22

5) Bidang Keamanan.

a) Upaya menciptakan kondisi kondusif agar berlangsungnya


kehidupan sosial kemasyarakatan dan upaya peningkatan
perekonomian rakyat, sangat bergantung pada terkendalinya keamanan
dengan upaya penegakan hukum dan menghargai hak azazi manusia
oleh prajurit. Untuk mengimplementasikan sasaran tersebut perlu
menjadi acuan bahwa parameter kondusifnya suatu wilayah adalah
adanya dinamika masyarakat yang tinggi. Oleh karenanya masyarakat
harus terbebas dari rasa was-was dan keberanian untuk melakukan
aktifitasnya. Selain itu Korem / Kodim juga harus berani membuat
kantong-kantong perlawanan masyarakat dan tidak terprovokasi dengan
issue - issue yang dihembuskan oleh pihak-pihak yang ingin
mengacaukan daerah tersebut dan juga tidak terprovokasi untuk
melakukan perbuatan yang melawan hukum.

b) Mengaktifkan kembali sistem keamanan lingkungan (Siskamling)


sedangkan bagi Korem dan Kodim harus benar-benar menegakkan
hukum secara transparan artinya berani mempublikasikan setiap
pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit serta tindakan yang telah
diambil sebagai bentuk penerapan sangsi hukum.

6) Bidang Ekonomi.

a) Mempengaruhi Pemda melakukan pemberdayaan sekaligus


memberikan kepercayaan yang penuh kepada semua pelaku ekonomi
masyarakat untuk memancing terciptanya kegairahan perekonomian
rakyat yang sehat. Peran ini akan menumbuhkan dan menghindarkan
daerah pada kponflik baru akibat dari kesenjangan ekonomi serta
perilaku KKN para pejabat daerah.

b) Mendukung upaya Pemda dalam mengelola lembaga ekonomi


agar berjalan diatas kepentingan rakyat dengan mengedepankan
pengembangan dan pembangunan semua aspek ekonomi yang
berbasis rakyat dan menciptakan sistem ekonomi kerakyatan.
/ c) Mendorong…..

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
23

c) Mendorong dan memberikan dukungan kepada DPRD dalam


monitoring kebijakan ekonomi publik yang dikeluarkan Pemda, serta
keteladanan para anggota DPRD untuk konsisten dalam menjalankan
semua peraturan perundang-undangan. TNI mempunyai peran penting
untuk tetap menjaga arus ekonomi di daerah rawan agar tetap berjalan
baik, walau dalam kondisi konflik dan rawan dengan mengedepankan
perannya seperti menjaga jalur distribusi barang dan jasa agar tetap
aman dari gangguan apapun.

7) Bidang Sosial Budaya.


a) Daerah rawan konflik pada umumnya mempunyai keragaman
kultur maupun etnis. Dalam hal ini Danrem / Dandim bersama Pemda
mempersiapkan berbagai pertemuan-pertemuan berskala Kabupaten
dan kewilayahan dalam bentuk forum bersama, guna didapat sebuah
konsensus dari berbagai elemen masyarakat untuk menjaga dan
menjalankan nilai-nilai budaya daerah masing-masing dengan prinsip
kebersamaan terutama dalam mendapatkan solusi penyelesaian konflik.
b) Memberikan rasa aman sekaligus mendorong kepada eksekutif
dan legislatif di daerah dalam menyiapkan berbagai peraturan yang
arahnya kepada pelestarian dan pemberdayaan lembaga-lembaga adat,
pendidikan dan keagamaan, sebagai upaya meningkatkan sumber daya
manusia dan martabat masyarakat daerah tersebut. Selanjutnya
mendukung Pemda mempersiapkan fasilitas pendukung program yang
layak dan dapat digunakan secara maksimal oleh masyarakat untuk
kegiatan sosial budaya.
c) Peran TNI disini adalah mendorong terjadinya proses konsensus
komponen masyarakat yang berkumpul dalam forum-forum bersama
tingkat kabupaten dan wilayah selanjutnya mendoronhg kearah
bergabungnya forum bersama tersebut kedalam forum bersama
kedaerahan. Disamping itu TNI secara bersama-sama mengerahkan
prajuritnya dalam kegiatan kemanunggalan dengan rakyat dalam bentuk
bhakti TNI dengan menjaga fasilitas-fasilitas tersebut secara tidak
langsung yang akan menimbulkan kesepahaman baru bagi masyarakat
terhadap TNI dalam menjaga keutuhan NKRI.
/ BAB ……

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
24

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

17. Kesimpulan.
a. Pemulihan keamanan daerah rawan pada dasarnya merupakan tanggung
jawab seluruh komponen bangsa, sehingga tanggung jawab itu harus diamalkan
dalam keseharian perilaku masyarkaat untuk mewujudkan rasa aman di wilayahnya
agar tercipta ketahanan wilayah yang tangguh guna menghadapi setiap ancaman.
b. Untuk menghindari kerancuan dalam pelaksanaan pembinaan kondisi sosial
melalui Binter, harus jelas dan terstruktur, maka diperlukan peraturan dan perundang-
undangan sebagai landasan hukum yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifikasi
daerah (kemampuan, kultur dan kondisi) dilihat dari sisi kepentingan Hanneg.

18. Saran.
a. Perlu dilaksanakan sosialisasi Binter kepada aparat pemerintah daerah,
masyarakat dan komponen bangsa lainnya guna menyamakan Visi, Misi dan
Interpretasi tentang pentingnya Binter dalam mewujudkan kondisi sosial yang mantap
bagi suatu ketahanan wilayah.
b. Khusus bagi Aparat teritorial agar diberikan kemampuan berkomunikasi dan
pembentukan opini melalui penataran terpusat oleh Komando Atas.

BAB VII
PENUTUP

19. Demikian tulisan ini dibuat sebagai sumbang saran dan bahan pertimbangan
Komando Atas dalam menentukan kebijaksanaan selanjutnya.

Jakarta, M e i 2003
PENULIS

KONFIDENSIAL
KONFIDENSIAL
25

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai