Anda di halaman 1dari 21

Aspek Trigatra dan Pancagatra Dalam Astagatra / Antargatra -

Aspek Bidang Ketahanan Nasional Di Dalam Kehidupan Nasional -


PMP
Sat, 21/10/2006 - 2:54pm — godam64
A. Aspek Trigatra yang Merupakan Aspek Alamiah
1. Posisi dan lokasi geografi negara
2. Keadaan dan kekayaan alam
3. Keadaan dan kemampuan penduduk

B. Aspek Pancagatra yang merupakan aspek sosial kemasyarakatan / Ipoleksosbudhankam


1. Ideologi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial Budaya / Sosbud
5. Pertahanan Keamanan / Hankam

C. Aspek Astagatra / Antargatra


Merupakan gabungan dari aspek trigatra dan pancagatra / ipoleksosbudhankam di mana antara
keduanya terdapat hubungan yang bersifat timbal balik dengan hubungan yang erat / korelasi
yang saling ketergantungan / interdependensi.
1. PENGERTIAN TANNAS
KETAHANAN BERASAL DARI BHS JAWA YAITU ―TAHAN‖ ARTINYA
KUAT, TANGGUH DAN ULET. KETAHANAN BERARTI KEKUATAN,
KETANGGUHAN, KEULETAN
JADI TANNAS ADALAH KONDISI DINAMIK BANGSA YG MELIPUTI
SEGENAP ASPEK KEHIDUPAN NASIONAL YG TERINTEGRASI
BERISI KEULETAN DAN KETANGGUHAN YG MENGANDUNG
KEMAMPUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEKUATAN NASIONAL
DALAM MENGHADAPI DAN MENGATASI SEGALA TANTANGAN,
ANCAMAN, HAMBATAN DAN GANGGUAN BAIK DARI LUAR
MAUPUN DARI DALAM YG LANGSUNG MAUPUN TIDAK
LANGSUNG MEMBAHAYAKAN INTEGRITAS , IDENTITAS,
KELANGSUNGAN HIDUP BANGSA DAN NEGARA SERTA
PERJUANGAN MENGEJAR TUJUAN NASIONAL.
2. KONSEPSI TANNAS ADALAH KONSEP PENGEMBANGAN
KEKUATAN NASIONAL MELALUI PENGATURAN DAN
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN DAN KEAMANAN YG
SEIMBANG, SERASI DAN SELARAS DALAM ASPEK KEHIDUPAN
SECARA UTUH, MENYELURUH DAN TERPADU BERDASARKAN UUD
1945 DAN WASANTARA.
CIRI-CIRI TANNAS
1. MERUPAKAN KONDISI SEBAGAI PERSYARATAN UTAMA NEG
BERKEMBANG
2. SURVIVE BANGSA
3. SEBAGAI KONDISI DINAMIS BANGSA GUNA
MENGEMBANGKAN KEKUATAN NASIONAL
4. UNTUK MENGHADAPI T A H G NEGARA INDONESIA
5. MENGGUNAKAN METODE ASTAGATRA
6. BERPEDOMAN PADA WAWASAN NAS.
7. DILAKSANAKAN DENGAN KEMANDIRIAN
ASAS-ASAS TANNAS
1. ASAS KESEJAHTERAAN DAN KEAMANAN
2. ASAS MENYELURUH DAN TERPADU
3. ASAS MAWAS KE DALAM DAN KE LUAR
4. ASAS KEKELUARGAAN
SIFAT-SIFAT TANNAS
1. MANDIRI
2. DINAMIS
3. MANUNGGAL
4. WIBAWA
5. KONSULTASI DAN KERJA SAMA
TANNAS DLM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
1. TANNAS ASPEK ALAMIAH (TRIGATRA)
2. TANNAS ASPEK SOSIAL (PANCAGATRA)
ASPEK ALAMIAH (TRI GATRA)
1. ASPEK GEOGRAFI
2. ASPEK KEKAYAAN ALAM
3. ASPEK KEPENDUDUKAN
ASPEK SOSIAL (PANCA GATRA)
1. ASPEK TANNAS IDEOLOGI
2. ASPEK TANNAS POLITIK
3. ASPEK TANNAS EKONOMI
4. ASPEK TANNAS PERTAHANAN DAN KEAMANAN
5. ASPEK TANNAS SOSBUD
INTERELASI DAN INTERDEPENDENSI ANTAR GATRA DAN
ASTAGATRA
1. HUBUNGAN ANTAR GATRA DALAM TRIGATRA
2. HUBUNGAN ANTARGATRA DALAM PANCAGATRA
3. HUBUNGAN ANTARA TRIGATRA DENGAN PANCAGTRA
1. Aspek Ideologi
Ideologi suatu negara diartikan sebagai guiding of principles atau prinsip yang dijadikan dasar
suatu bangsa. Ideologi adalah pengetahuan dasar atau cita-cita. Ideologi merupakan konsep
yang mendalam mengenai kehidupan yang dicita-citakan serta yang ingin diiperjuangkan dalam
kehidupan nyata.
Ideologi dapat dijabarkan kedalam sistem nilai kehidupan, yaitu serangkaian nilai yang tersusun
secara sistematis dan merupakan kebulatan ajaran dan doktrin.
Dalam strategi pembinaan ideologi ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu :
• Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI
• Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI
• Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya
• Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan kedinamisan
• Ideologi pancasila mengakui keaneragaman dalam hidup berbangsa dan dijadikan alat untuk
menyejahterakan dan mempersatukan masyarakat
• Kalangan elit eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus harus mewujudkan cita-cita bangsa
dengan melaksanakan GBHN dengan mengedepankan kepentingan bangsa
• Mensosialisasikan pancasila sebagai ideologi humanis, religius, demokratis, nasionalis, dan
berkeadilan
• Tumbuhkan sikap positif terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi untuk
mewujudkan cita-cita bangsa

2. Politik
Dalam hal ini politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang digunakan untuk
mencapai tujuan dan kekuasaan. Kehidupan politik dapat dibagi kedalam dua sektor yaitu sektor
masyarakat yang memberikan input dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai output.
Sistem politik yang diterapkan dalam suatu negara sangat menentukan kehidupan politik di
negara yang bersangkutan. Upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan ketahanan di bidang
politik adalah upaya mencari keseimbangan dan keserasian antara keluaran dan masukan
berdasarkan pancasila dan merupakan pencerminan dari demokrasi pancasila.
Ketahanan politik dalam negeri menyangkut hal–hal berikut :
• Sistem pemerintahan berdasarkan hukum
• Dimungkinkan terjadi perbedaan pendapat, tetapi bukan menyangkut nilai dasar
• Kepemimpinan nasional diharapkan mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam
masyarakat dengan tetap memegang teguh nilai-nilai pancasila
• Terjalin komunikasi timbal balik antara masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan tujuan
nasional
Ketahanan aspek politik luar negeri menyangkut hal-hal :
• Meningkatkan kerjasama di berbagai bidang atas dasar saling menguntungkan dan
meningkatakan citra politik di Indonesia dan memantapkan persatuan dan kesatuan
• Meningkatkan persahabatan dan kerja sama antarnegara berkembang dan negara maju sesuai
dengan kepentingan nasional
• Citra positif bangsa Indonesia perlu ditingkatkan melalui promosi, diplomasi, lobi internasional,
pertukaran pemuda, dan kegiatan olahraga

3. Aspek Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam mengelola faktor
produksi dan distribusi barang dan jasa untuk kesejahteraan rakyat. Upaya meningkatkan
ketahanan ekonomi adalah upaya meningkatkan kapasitas produksi dan kelancaran barang dan
jasa secara merata ke seluruh wilayah negara.
Upaya untuk menciptakan ketahan ekonomi adalah
• Sistem ekonomi diarahkan untuk kemakmuran rakyat
• Ekonomi kerakyatan harus menghindari free fight liberalism, etatisme, dan tidak dibenarkan
adanya monopoli
• Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan selaras antarsektor
• Pembangunan ekonomi dilaksanakan bersama atas dasar kekeluargaan.
• Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya harus dilaksanankan secara selaras dan
seimbang antarwilayah dan antarsektor
• Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi
Ketahanan dibidang ekonomi dapat ditingkatkan melalui pembangunan nasional yang berhasil,
namun tidak dapat dilupakan faktor-faktor non-teknis dapat mempengaruhi karena saling terkait
dan berhubungan.

4. Aspek Sosial Budaya


Ketahanan sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamik budaya bangsa yang berisai
keuletan untuk mengembangkankekuatan nasional dalm menghadapi dan mengatasi ATHG, baik
dari dalam maupun luar, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang membahayakan
kelangsungan hidup sosial NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan esensi ketahanan budaya adalah pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan sosial
budaya. Dengan demikian, ketahanan budaya merupakan pengembangan sosial budaya dimana
setiap warga masyarakat dapat mengembangkan kemampuan pribadi dengan segenap
potensinya berdasarkan nilai-nilai pancasila

5. Aspek Pertahanan dan Keamanan


Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan pertahanan
dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ATHG yang
membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa berdasarkan pancasila dan
UUD 1945.
Ketahanan dibidang keamanan adalah ketangguhan suatu bangsa dalam upaya bela negara,
dimana seluruh IPOLEKSOSBUD-HANKAM disusun, dikerahkan secara terpimpin, terintegrasi,
terorganisasi untuk menjamin terselenggaranya Sistem Ketahan Nasional
Prinsip – prinsip Sistem Ketahanan Nasional antara lain :
• Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan
• Pertahanan keamanan dilandasi dengan landasan ideal pancasila, landasan konstitusional UUD
1945, dan landasan visional wawasan nusantara
• Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang melibatkan segenap potensi dan
kekuatan nasional
• Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan Sishankamnas (Sishankamrata)

Masukan ini dipos pada Desember 18, 2010 7:56 am dan disimpan padaTugas Kuliah . Anda dapat
mengikuti semua aliran respons RSS 2.0 dari masukan ini Anda dapat memberikan tanggapan,
atau trackback dari situs anda.
Latar Belakang Masalah
Kehidupan masyarakat yang harmonis adalah dambaan dan cita-cita setiap orang,
sedangkan fenomena yang mulai muncul ditengah masyarakat adalah konflik-konflik
antara etnik yang semakin meningkat. Kondisi tersebut tidak terlepas dari peran serta
masyarakat lokal yang belum mampu mewujudkan kondisi yang kondusif bagi
terciptanya suatu tatanan kehidupan yang harmonis. Memahami kondisi tersebut maka
digunakan konsep-konsep sosiologi serta pemikiran yang berkembang saat ini sebagai
pisau analisis dalam upaya pemecahan masalah yang dibahas secara menyeluruh dari
berbagai aspek kehidupan
.

Peran masyarakat lokal dan permasalahannya dalam tatanan kehidupan masyarakat


yang harmonis secara historis dari zaman penjajahan Belanda, Orde Baru, dan
Modernisasi, dapat digambarkan sebagai berikut: (a) Masa penjajahan Belanda,
permasalahan masyarakat lokal adalah mengalami represif, dan pengkotak-kotakkan,
(b) Masa Orde Baru, permasalahan masyarakat lokal adalah pemandulan dan
penghilangan identitas termasuk nilai-nilai dan norma yang dimiliki, (c) Masa
Modernisasi permasalahan masyarakat lokal adalah marginalisasi dari berbagai aspek
kehidupan.

Ketiga kelompok permasalahan tersebut berdampak pada berbagai aspek kehidupan


sebagai berikut : (1) Aspek Idiologi, adalah timbulnya keraguan dan interpretasi
berbeda terhadap nilai-nilai Pancasila.
Hal ini disebabkan nilai-nilai Pancasila dianggap tidak dapat memenuhi serta
menjamin aspirasi idiologi masyarakat lokal sehingga menumbuhkan primodialisme
sempit dan disintegrasi bangsa. (2) Aspek Politik, adalah tidak adanya keseimbangan,
keserasian dan keselarasan hubungan antara penyelenggara pemerintahan, negara dan
masyarakat lokal sehingga pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menempatkan peran masyarakat lokal pada posisi yang
strategis belum optimal. (3) Aspek Ekonomi, adalah terbatasnya kemampuan
mengelola secara modern potensi ekonomi sumber daya alam sekitarnya serta
terjadinya benturan dengan nilai tradisional dalam ekonomi berpotensi menimbulkan
kerawanan sosial ekonomi. (4) Aspek Sosial budaya, adalah terbatasnya pemahaman
mengenai keberagaman kultur dapat memperkecil kesempatan masyarakat lokal untuk
melakukan hubungan interaksi antara satu dengan lainnya. (5) Aspek Hankam, adalah
belum optimalnya sinergi dan pemanfaatan potensi dan kearifan masyarakat lokal
dalam rangka mewujudkan pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Disisi lain,
aspek trigatra menggambarkan sebagai berikut : (6) Aspek geografi, letak geografi
Indonesia yang strategis dan menjadi perlintasan perniagaan internasional
memberikan pengaruh terhadap perkembangan perilaku konsumtif masyarakat lokal.
(7) Aspek kependudukan, peningkatan penduduk berdampak pada meningkatnya
kebutuhan akan lahan dan berbagai kebutuhan lainnya. Sehingga terjadi pembukaan
lahan baru, sebagai areal pemukiman dan persawahan atau perkebunan. (8) Aspek
kekayaan alam, meningkatnya pertambahan penduduk diikuti dengan meningkatnya
pemanfaatan kekayaan alam juga sehingga pengelolaan kekayaan seringkali tanpa
kontrol keseimbangan kemampuan sumber kekayaan alam itu sendiri.

Pengertian-pengertian
1. Masyarakat adat adalah komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur secara
turun temurun, diatas suatu wilayah adat, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh
hukum adat dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan
masyarakat (S. Masiun, 2000, dalam Bambang Hendarta SP, 2005 : 21).
2. Masyarakat lokal adalah kelompok masyarakat yang secara historis memiliki
teritorial dan identitas diri dan mengidentifikasikan diri sebagai kelompok yang
berbeda (United Nations, dalam Bambang Hudayana, 2005 : 2).

Landasan Pemikiran
Paradigma Nasional
1. Landasan Idiil adalah Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
2. Landasan Konstitusionil adalah UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang
melandasi seluruh konstitusi seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Landasan Visional adalah wawasan nusantara sebagai gagasan dan cara pandang
seluruh bangsa Indonesia yang mengarah pada suatu kesatuan Ipoleksosbuhankam
guna ketahanan nasional.
4. Landasan Konsepsional adalah ketahanan sosial sebagai suatu kondisi dinamik
bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terinegrasi,
ulet dan tangguh dalam menghadapi segala ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan (ATHG) sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
dalam mencapai tujuan nasional.
5. Peraturan Perundang-undangan: (a) UUD 1945 pasal 18 b(2) tentang kesatuan
masyarakat hukum dan hak adat; pasal 27 (2) tentang hak-hak warga negara dan pasal
28 i (3) tentang identitas budaya dan hak masyarakat tradisional. (b) UU Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
6. Landasan Teori
a. Teori Fungsional Struktural menjelaskan bahwa struktur sosial dan pranata sosial
berada dalam suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian dan elemen-elemen
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa teori ini menekankan pada keteraturan dan mengabaikan
konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat (Soetomo, 1995 : 15).
b. Teori Perspektif disorganisasi sosial menggunakan analogi bahwa masyarakat atau
sistem sosial sebagai human organism atau struktur dan fungsi yang organized dan
disorganized (integrated dan disintegrated).
c. Pemberdayaan sosial diartikan sebagai pemberian kemampuan (empowering) untuk
mengelola sumber daya yang dimiliki masyarakat (David C Korten, 1988) sedangkan
Ginanjar Kartasasmita 1996 memberikan definisi, pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun, mendorong, memotivasi, membangkitkan kesadaran terhadap potensi
yang dimiliki (Gunanto Suryono, Dkk: 2002)

Kondisi Peluang dan Kendala


Peluang yaitu: (1) nilai kearifan lokal yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk
mewujudkan suatu tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis; (2) masyarakat
lokal memiliki potensi kekayaan alam; (3) penegakkan supremasi hukum yang
terus ditingkatkan pemerintah dapat membangun kebersamaan ditengah-tengah
masyarakat; (4) pendidikan yang terus dibangun oleh pemerintah akan
meningkatkan kualitas penduduk Indonesia; (5) populasi masyarakat lokal yang
relatif besar merupakan modal dasar SDM bagi pembangunan.

Kendala yaitu: (1) wilayah Indonesia yang dibatasi oleh pulau-pulau memberikan
keterbatasan komunikasi dan interaksi antar masyarakat lokal; (2) keterbatasan
SDM lokal sehingga produktifitas masih rendah; (3) masih menggunakan
teknologi lokal/tradisional; (4) masyarakat lokal pada umumnya memiliki
kreatifitas rendah; (5) demokratisasi sempit dan tidak selaras dengan penegakan
hukum berdampak negatif terhadap interaksi masyarakat lokal dan pendatang; (6)
kemajuan teknologi yang disalahgunakan dapat menjadi media bagi tuntutan
kemerdekaan bagi etnis tertentu yang merasa tertindas atau termarginalisasi; (7)
berkembangnya budaya primordialisme dan paternalistik sempit.

Pengaruh dan Implikasi Peran dan Kehidupan Masyarakat Lokal


Pengaruh peran masyarakat lokal terhadap perwujudan tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis, dapat ditinjau dan dijelaskan dari aspek-aspek berikut
: (1) Idiologi adalah terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis
dapat meningkatkan keyakinan serta interpretasi masyarakat lokal bahwa
Pancasila adalah idiologi dalam berbangsa dan bernegara yang juga memuat nilai-
nilai atau kaidah penuntun kearah kehidupan yang lebih baik; (2) Politik adalah
terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis, maka masyarakat
lokal dapat aktif berperan serta dalam politik praktis; (3) Ekonomi, terwujudnya
tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dapat mendorong masyarakat lokal
untuk mengelola berbagai potensi ekonomi dan sumber daya alam sehingga
kebutuhan masyarakat lokal dapat terpenuhi; (4) Sosial Budaya, dengan
terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis, membuka kesempatan
yang luas bagi masyarakat lokal untuk dapat meningkatkan interaksinya dengan
masyarakat lainnya serta berkembangnya nilai-nilai dan perilaku kebersamaan
dan kesetiakawanan sosial; (5) Pertahanan dan Keamanan, dengan terwujudnya
tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis berdampak pada kuatnya
pemahamanan konsep HANKAMRATA (Pertahanan dan Keamanan Rakyat
Semesta) sebagai doktrin bagi seluruh lapisan masyarakat untuk membela dan
mempertahankan negara dan bangsa dari adanya ancaman keamanan.

Adapun implikasi kehidupan masyarakat yang harmonis terhadap penyelesaian


krisis nasional yaitu : (1) dari segi idiologi adalah terwujudnya kekuatan idiologi
Pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Masyarakat lokal tidak mudah
terpengaruh oleh berbagai idiologi yang datang dari luar ataupun dari dalam
negeri yang mencoba merongrong untuk mengganti idiologi Pancasila. Sehingga
krisis idiologi dapat terselesaikan; (2) dari segi politik adalah berdampak pada
stabilitas politik, dimana masyarakat lokal telah memiliki kekuatan dan pengaruh
strategis sehingga krisis politik dapat diselesaikan baik di tataran lokal sendiri
maupun tataran nasional; (3) dari segi ekonomi adalah berdampak pada
terwujudnya peningkatan kemampuan masyarakat lokal dalam mengelola dan
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya tanpa ketergantungan yang tinggi dari
luar; (4) dari segi sosial budaya adalah berdampak pada terwujudnya peningkatan
nilai-nilai atau dan perilaku kebersamaan dan kesetiakawanan sosial diantara
masyarakat lainnya sehingga krisis sosial dapat diselesaikan; (5) dari segi
pertahanan dan keamanan adalah terwujudnya peningkatan Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta sehingga krisis pertahanan dan keamanan dapat
diselesaikan.

Peran Serta Masyarakat Lokal Yang Diharapkan


Untuk mewujudkan sebagaimana disebutkan di atas, maka peran serta masyarakat
lokal yang diharapkan adalah : (1) Tinjauan idiologi, adanya inisiatif
menempatkan Pancasila sebagai idiologi dalam berbangsa dan bernegara; (2)
Tinjauan politik, munculnya inisiatif membangun kapasitas mereka dalam
mengakses berbagai peluang politik dan kekuasaan; (3) Tinjauan ekonomi,
munculnya inisiatif untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola sumber-
sumber ekonomi demi memenuhi kebutuhan pokok masyarakat lokal; (4) Tinjauan
sosial budaya, munculnya inisiatif untuk mewujudkan kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang dapat mengatasi perpecahan dan disintegrasi bangsa;
(5) Tinjauan pertahanan dan keamanan, munculnya inisiatif untuk meningkatkan
kesadaran bahwa pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia adalah
merupakan tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia.
Kebijakan dan Strategi
Agar harapan di atas dapat terwujud maka disusun kebijakan dalam upaya
meningkatkan peran serta masyarakat lokal guna menjaga tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam rangka mengatasi krisis nasional sebagai
berikut: (1) mewujudkan peran serta masyarakat lokal untuk memahami dan
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai idiologi; (2)
meningkatkan akses berbagai peluang politik dan kekuasaan dalam rangka
stabiltas politik; (3) mewujudkan kemampuan pengelolaan ekonomi dan sumber-
sumber kekayaan alam secara terkendali untuk kelangsungan tersedianya
kebutuhan pokok masyarakat lokal; (4) mewujudkan kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial masyarakat lokal yang dapat mencegah dan mengatasi
disintegrasi bangsa; (5) mewujudkan kesadaran dan pemahaman bahwa
pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia adalah tanggung jawab
bersama seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan strategi sebagai berikut : (1) Bidang idiologi adalah peningkatan


pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi perilaku sehari-
hari bagi masyarakat lokal dalam beraktifitas; (2) Bidang politik adalah
menciptakan suasana kondusif bagi masyarakat lokal untuk mengakses berbagai
peluang politik dan kekuasaan dalam mewujudkan kestabilan politik; (3) Bidang
ekonomi adalah menciptakan suasana kondusif masyarakat lokal untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengelola ekonomi dan sumber-sumber
kekayaan alam secara terkendali; (4) Bidang sosial budaya adalah menggali dan
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya masyarakat lokal yang dapat membangun
integrasi sosial dan kesetiakawanan sosial; (5) Bidang pertahanan dan keamanan
adalah mendorong penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam mewujudkan
pertahanan dan keamanan rakyat semesta.

Implementasi Yang Dilakukan


Implementasi dari strategi ini dilakukan upaya meliputi :
1. Subyek
a. Suprastruktur adalah disesuaikan kewenangan masing-masing merumuskan
kebijakan sehubungan dengan program peningkatan peran masyarakat lokal
dalam menjaga tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis.
b. Infrastruktur adalah memberikan masukan yang bersifat membangun dalam
rangka peningkatan peran masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis.
2. Obyek
c. Pemangku kepentingan adalah semua pihak-pihak yang terkait dalam rangka
peningkatan peran masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis.
d. Masyarakat adalah seluruh lapisan masyarakat lokal bersedia dan bersikap agar
tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis tetap terjaga
3. Metode
a. Legislasi/Regulasi : merevisi dan melengkapi peraturan perundang-undangan
yang mengatur peran masyarakat lokal dalam tatanan kehidupan masyarakat yang
harmonis.
b. Edukasi : memberikan pemahaman kepada masyarakat lokal tentang
peningkatan peran masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam mengatasi krisis nasional.
c. Sosialisasi : memasyarakatkan nilai-nilai tentang peningkatan peran masyarakat
lokal dalam menjaga tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis, sehingga
diperoleh kesamaan pemahaman.
4. Sarana
a. Memanfaatkan pranata-pranata sosial,
b. Memanfaatkan media cetak, elektronik.
c. Memanfaatkan media kesenian
d. Memanfaatkan media pertemuan masyarakat lokal, serta seminar, baik nasional
maupun internasional.
5. Kegiatan yang dilaksanakan.
a. Bidang idiologi : (1) kegiatan pertemuan masyarakat lokal yang membahas nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila dan bentuk implementasinya; (2) simulasi
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila; (3) sarana hiburan yang bertemakan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
b. Bidang politik : (1) budaya politik diarahkan pada transparaansi dalam
kehidupan politik; (2) meningkatkan partisipasi politik di kalangan masyarakat
lokal.
c. Bidang ekonomi : (1) menciptakan tumbuhnya pelaku-pelaku ekonomi dari
kalangan masyarakat lokal; (2) memberikan proteksi tumbuhnya pelaku-pelaku
ekonomi dari kalangan masyarakat lokal.
d. Bidang sosial budaya : (1) menginventarisasi nilai-nilai budaya masyarakat lokal
yang dapat membangun kesetiakawanan sosial; (2) menumbuhkan kembali nilai-
nilai budaya masyarakat lokal yang dapat membangun kesetiakawanan sosial.
e. Bidang pertahanan dan keamanan : (1) melakukan bimbingan sosial untuk
penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam mewujudkan pertahanan dan
keamanan rakyat semesta; (2) Simulasi mewujudkan pertahanan dan keamanan
rakyat semesta.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil pembahasan tentang peningkatan peran masyarakat lokal dalam
menjaga tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dalam rangka mengatasi
krisis nasional dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Ditinjau dari segi Ipoleksosbudhankam terdapat beberapa permasalahan dalam
meningkatkan peran masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis. Yaitu : (1) rendahnya keyakinan masyarakat lokal
terhadap pancasila, (2) masyarakat lokal hanya dimanfaatkan untuk
melanggengkan kekuasaan, (3) keterbatasan dalam mengelola ekonomi,
keterbatasan melakukan interaksi serta (4) hambatan terwujudnya konsep
Hankamrata.

b. Untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan


masyarakat yang harmonis dalam rangka mengatasi krisis perlu dilakukan : (1)
meningkatkan peran serta masyarakat lokal untuk menggali dan memahami nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai idiologi, (2) meningkatkan
kemampuan masyarakat lokal untuk mengakses berbagai peluang politik dan
kekuasaan dalam mewujudkan kestabilan politik, (3) meningkatkan kemampuan
masyarakat lokal untuk mengelola ekonomi dan sumber-sumber kekayaan alam
secara terkendali untuk kelangsungan tersedianya kebutuhan pokok masyarakat
lokal, (4) meningkatkan kebersamaan dan kesetiakawanan sosial masyarakat lokal
yang dapat mengatasi perpecahan dan disintegrasi bangsa, (5) meningkatkan
kesadaran masyarakat lokal bahwa pertahanan dan keamanan negara Republik
Indonesia adalah tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia.

Kemudian dengan memperhatikan berbagai kekurangan yang dapat menghambat


meningkatkan peran serta masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam rangka mengatasi krisis nasional maka
disampaikan saran sebagai berikut :
a. Menyusun produk hukum yang dapat memberikan perlindungan dan
kesempatan bagi masyarakat lokal peran serta masyarakat lokal dalam menjaga
tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis.

b. Para pemangku kepentingan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat


lokal agar memberikan perhatian serius kepada masyarakat lokal agar mereka
dapat berpartisipasi dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat lokal
dalam menjaga tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis guna mengatasi
krisis nasional.

Jakarta, 21 Nopember 2006


Kemudian dengan memperhatikan berbagai kekurangan yang dapat menghambat
meningkatkan peran serta masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam rangka mengatasi krisis nasional maka
disampaikan saran sebagai berikut :a. Menyusun produk hukum yang dapat
memberikan perlindungan dan kesempatan bagi masyarakat lokal peran serta
masyarakat lokal dalam menjaga tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis.
Untuk mewujudkan sebagaimana disebutkan di atas, maka peran serta masyarakat
lokal yang diharapkan adalah : (1) Tinjauan idiologi, adanya inisiatif
menempatkan Pancasila sebagai idiologi dalam berbangsa dan bernegara; (2)
Tinjauan politik, munculnya inisiatif membangun kapasitas mereka dalam
mengakses berbagai peluang politik dan kekuasaan; (3) Tinjauan ekonomi,
munculnya inisiatif untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola sumber-
sumber ekonomi demi memenuhi kebutuhan pokok masyarakat lokal; (4) Tinjauan
sosial budaya, munculnya inisiatif untuk mewujudkan kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang dapat mengatasi perpecahan dan disintegrasi bangsa;
(5) Tinjauan pertahanan dan keamanan, munculnya inisiatif untuk meningkatkan
kesadaran bahwa pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia adalah
merupakan tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia.
Adapun implikasi kehidupan masyarakat yang harmonis terhadap penyelesaian
krisis nasional yaitu : (1) dari segi idiologi adalah terwujudnya kekuatan idiologi
Pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Masyarakat lokal tidak mudah
terpengaruh oleh berbagai idiologi yang datang dari luar ataupun dari dalam
negeri yang mencoba merongrong untuk mengganti idiologi Pancasila. Sehingga
krisis idiologi dapat terselesaikan; (2) dari segi politik adalah berdampak pada
stabilitas politik, dimana masyarakat lokal telah memiliki kekuatan dan pengaruh
strategis sehingga krisis politik dapat diselesaikan baik di tataran lokal sendiri
maupun tataran nasional; (3) dari segi ekonomi adalah berdampak pada
terwujudnya peningkatan kemampuan masyarakat lokal dalam mengelola dan
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya tanpa ketergantungan yang tinggi dari
luar; (4) dari segi sosial budaya adalah berdampak pada terwujudnya peningkatan
nilai-nilai atau dan perilaku kebersamaan dan kesetiakawanan sosial diantara
masyarakat lainnya sehingga krisis sosial dapat diselesaikan; (5) dari segi
pertahanan dan keamanan adalah terwujudnya peningkatan Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta sehingga krisis pertahanan dan keamanan dapat
diselesaikan.Untuk mewujudkan sebagaimana disebutkan di atas, maka peran serta
masyarakat lokal yang diharapkan adalah : (1) Tinjauan idiologi, adanya inisiatif
menempatkan Pancasila sebagai idiologi dalam berbangsa dan bernegara; (2)
Tinjauan politik, munculnya inisiatif membangun kapasitas mereka dalam
mengakses berbagai peluang politik dan kekuasaan; (3) Tinjauan ekonomi,
munculnya inisiatif untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola sumber-
sumber ekonomi demi memenuhi kebutuhan pokok masyarakat lokal; (4) Tinjauan
sosial budaya, munculnya inisiatif untuk mewujudkan kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang dapat mengatasi perpecahan dan disintegrasi bangsa;
(5) Tinjauan pertahanan dan keamanan, munculnya inisiatif untuk meningkatkan
kesadaran bahwa pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia adalah
merupakan tanggung jawab bersama seluruh rakyat Indonesia.
yaitu (1) nilai kearifan lokal yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk mewujudkan
suatu tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis; (2) masyarakat lokal memiliki
potensi kekayaan alam; (3) penegakkan supremasi hukum yang terus ditingkatkan
pemerintah dapat membangun kebersamaan ditengah-tengah masyarakat; (4)
pendidikan yang terus dibangun oleh pemerintah akan meningkatkan kualitas
penduduk Indonesia; (5) populasi masyarakat lokal yang relatif besar merupakan
modal dasar SDM bagi pembangunan.
PANCAGATRA DAN TRIGATRA
Pancagatra dan Trigatra. Suatu hal yang baru bagi saya. Hal tersebut baru saya
dengar dari dosen mata pelajaran softskill, Pendidikan Kewarganegaraan.
Menurut dosen tersebut, jika Bangsa Indonesia ingin maju maka kedua hal
tersebut harus dibenahi terlebih dahulu. Kedua hal tersebut juga dapat menjadi
penentu dari keberhasilan atau kehancuran bangsa Indonesia. Tergantung
bagaimana bangsa ini mengurus kedua hal tersebut.
Pancagatra merupakan komponen kenegaraan yang terdiri dari aspek hukum,
ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Sedangkan Trigatra terdiri dari letak
astronomis bangsa Indonesia, SDM , dan SDA yang dimiliki. Pancagatra dan
Trigatra dapat berhubungan erat. Untuk menjadi penentu kemajuan bangsa
Indonesia, pancagatra dan trigatra harus dikelola dengan baik. Tidak boleh ada
kecacatan dalam mengurus kedua hal tersebut bila bangsa ini ingin mengalami
kemajuan. Sebagai contoh aspek Trigatra yang dimiliki Indonesia sebenarnya
sudah mencukupi sebagai modal menjadi bangsa yang terhormat dan terdepan
dalam pergaulan dunia. Coba bayangkan, negara Indonesia terletak di tempat
yang amat strategis. Diantara dua benua dan dua samudra. Yang di era
globalisasi ini merupakan jalur perdagangan dan lalu lintas internasional (baik
laut & udara) yang sangat sibuk. Indonesia dapat mengambil keuntungan dari
pungutan retribusi atas tiap kapal lau dan pesawat asing yang melalui wilayah
kedaulatan negara kita. Hali itu memang sudah dilakukan namun kadangkala
keuntungan tersebut tidak pernah sampai ke kas negara atau daerah yang
mana hasilnya dapat digunakan untuk pembangunan nasional maupun daerah.
Namun, justru berakhir di kantong para pejabat yang berkepentingan.
Hali itu pun berkaitan dengan aspek kedua dari Trigatra yaitu SDM. Negara kita
merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke 4 di dunia. Namun, fakta
tersebut tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pembangunan nasional.
Jikalau sudah dimanfaatkan, itupun tidak dengan cara yang bermatabat.
Contoh, Indonesia justru melakukan pengiriman besar-besaran TKI dan TKW ke
luar negeri hingga para TKI dan TKW tersebut berjuluk “Pahlawan
Devisa” namun dengan cerita yang sangat miris. Contohnya adalah para TKI dan
TKW yang mengalami penyiksaan dari majikan dan tidak diperlakukan secara
manusiawi. Lalu para masyarakat kita yang kalah kualitas jika dibanding
masyarakat luar negeri. Sehingga muncullah slogan “Jadi Kuli di Negeri
Sendiri”. Jika pemerintah sadar bahwa pemanfaatan SDM yang dimiliki harus
dengan cara yang bermartabat maka pemerintah harus membuat kebijakan-
kebijakan yang membuat terciptanya lapangan pekerjaan. Bukan dengan
mengirim TKI atau TKW. Namun andaikan harus mengirim, maka pemerintah
wajib memberdayakan para TKI atau TKW dengan kemampuan agar di luar
negeri nanti mendapatkan pekerjaan yang layak. Lalu pemerataan pendidikan
dan peningkatan kualitas intelektual individu masyarakat Indonesia.
Lalu yang ketiga adalah SDA. Jika kita ingin membahas SDA yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia pasti tidak akan habis. Apa aja ada di Indonesia. Jika
diumpamakan alam Indonesia bagaikan “Surga Dunia” dikarenakan keindahan
dan beragamnya SD yang dimiliki. Itupun sebelum dihancurkan, dirusak,
dieksploitasi besar-besaran oleh orang-orang yang gila keuntungan. Indonesia
pun tidak dapat menikmati hasil eksploitasi SD secara penuh dan menyeluruh
karena kebanyakan dinikmati oleh orang asing atau orang berduit yang dekat
dengan kekuasaan. Itulah yang membuat Indonesia terus terpuruk.
Ketidakberesan dalam mengurus Trigatra akhirnya juga merembet ke
Pancagatra. Karena untuk mengelola pancagtra dan trigatra dibutuhkan orang-
orang yang berkualitas baik secara akal maupun moral. Kalau dalam
pembentukan manusia yang akan mengelola kedua hal tersebut sudah rusak
maka bagaimana kita berharap bangsa ini dapat mengalami kemajuan……
PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL

Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan
serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari
dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

Contoh Bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas (catur dharma eka karma) :

1. Ancaman di dalam negeri


Contohnya adalah pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat
indonesia.

2. Ancama dari luar negeri


Contohnya adalah infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme
serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negri.

1. Pokok-Pokok Pikiran Landasan Konsepsi Ketahan Nasional


1.1. manusia budaya
Sebagai salah satu mahluk tuhan manusialah yang paling sempurna karena memiliki naluri,
kemampuan berpikir, akal, dan berbagai keterampilan sehingga disebut manusia budaya.
Manusia budaya senantiasa berjuang memepertahankan, eksistansi, pertumbuhan, dan
kelangsungan hidupnya.
Manusia budaya berkelompok , bermasyarakat, dengan berbagai batasan menjadi suatubangsa
yang berorganisasi dalam bentuk negara.

1.2 Tujuan nasional, ideologi negara, dan falsafah bangsa


Setiap bangsa mempunyai aspirasi langgeng, yaitu kesejahteraan dan keamanan, sebagai
pangkal tolak citacita yang ingin diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, sesuai dengan nilai-nilai budaya, etik, serta tata lakunya. Cita-cita ini dirumuskan
dalam tujuan nasional.serangkaian cita-cita yang mendasar dan menyeluruh ,serta saling
berkaiatan merupakan sistem pemikiran yang logis, berbentuk sistem nilaiyang diyakini
kebenarannya, menjadi dasar dalam menata masyarakat , dan memberikan arah serta
perwujudan tujuan nasional. Sistem nilaia ini ialah ideologi bangsa yang besumber pada falsafah
bangsa.
Filsafat adalah suatu renungan yang secara sadar dan sistematis yang bertujuan mencari hikmah
kebenaran, kearifan, dan kebijaksanaan semaksimal mungkin.

1.3 Wawasan nasional


Dalam penyelenggaraan kehidupannya, suatu bangsa harus berlandaskan dan perpedoman yang
kokoh, sehingga tetap mengarah pada pada tujuan nasional. Landasan dan pedoman ini berupa
konsepsi pandangan hidup yang tersusun berdasarkah hibungan dinamis antara cita-cita,
ideologi, aspek sosial budaya, kondisi geografis dan kesjahterannya. Konsepsi pandangan hidup
inilah yang dinamakan wawsan nasional.
Jadi wawasan nasionaladalah cara pandang suatu bangsa atas diri dan lingkungannyayang
dipengaruhi oleh budaya, sejarah dan karakteristik geografi berdasarkan falsafah bangsa dan
ideologi negara.
1.4 Kesejahteraan dan keamanan sebagai kebutuhan esensial manusia
Kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial, baik secara individu maupun anggota
masyarakat dalm kehidupan berbangsa dan bernegaraadaalah kesejahteraan dan keamanan.

2. Konsepsi Ketahanan Nasional


2.1 Pengertian dan sifat ketahanan nasional
Pengertian ketahanan nasional
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa, meliputi seluruh aspek
kehidupannasional yang terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan,
ancaman, hambatan, serta gangguan dari luar maupun dari dalam, langsung maupun tidak
langsung membahayakan integrasi, identitas, kelangsungan hidupbangsa dan negara , serta
perjuangan mengejar tujuan nasionalnya.
Pengertian konsepsi ketahanan nasional
Konsepsi ketahanan nasional adalah keseimbangan dan keserasian dalam kehidupan sosial
melingkupi seluruh aspek kehidupan secara utuh menyeluruh berlandaskan falsafah bangsa,
ideologi negara, konstitusi dan wawasan nasional dengan metode astagatra. Konsepsi kethanan
nasional ini merupakan saran unutuk mewujudkan ketahanan nasional.
Pengertian tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan
1. tantangan adalah suatu hal/upaya yang bersifat/bertujuan menggugah kemampuan.
2. ancaman adalah suatu hal/upaya yang bersifat/bertujuan mengubah dan merombak
kebijaksanaan yang dilandaskan secara konsepsional.
3. hambatan adalah suatau hal yang bersifat melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional yangberasal dari dalam.
4. gangguan adalah hambatan yang berasal dari luar.
Sifat ketahanan nasional
Ketahan nasionalsuatu bangsa memiliki sifat sebagai berikut. :
1. manunggal, yaitu sifat integratif yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang
seimbang serasi, dan selaras dengan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. mawas ke dalam, yaitu ketahan nasional yang diarahkan pada diribangsa dan negara itu
sendiri.
3. kewibwaan, yaitu kethanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat menunggal dapat
mewujudkan kewibawaan nasional.
4. dinamis, yaitu kondisitingkatketahanan nasional suatu negara yang tidak tetap.
5. menitik beratkan konstitusi dan saling menghargai. Ketahanan nasional tidak mendahuluka
sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan. Maka, konsepsi ketahan nasional tidak mengutamakan
penggunaan adu kekuasaan dan adu kekerasan.

2.2 Konsepsi ketahanan nasional


Berdasarkan pengertian konsepsi ketahan nasional, seluruh aspek kehidupan nasional diperinci
dengan sistematika astagatra (delapan aspek), terdiri dari trigatra (tiga aspek alamiah), dan
panca gatra (lima aspek sosial).
Trigatra (aspek alamiah)
Trigatra (aspek alamiah) aialah aspek aspek suatu negara yang sudah melekat pada negara itu.
Oleh karena itu, unsur-unsurnya tidak sama dalam tiap negara. Trigatra meliputi geografi,
kekayaan alam, dan kependudukan. Ketiga aspek alamiah mengandung unsur-unsur yang
bersifat relatif tetap, yaitu : geografi, kekayaan alam, dan kependudukan.
Geografi
Geografi suatu negara adalah segala sesuatu pada pemukaan bumi ang dapat dibedakan antara
hasil proses alam dan hasil ulah manusia, dan memberikan gambaran tentang karakteristik
wilayah kedalam maupun keluar.
Menurut letak geografinya, bentuk negara dapat dibagi dalam negara yang berada di daratan, di
lautan, atau keduanya. Ada negara yang mempunyai ciri khusus berkenaan dengan letaknya
yaitu :
1. Negara dikelilingi daratan. Lingkungan negara ini bersifat serba daratan atau serba benua.
2. Negara dikelilingi lautan dapat dibedakan dalam :
a. negara kepulauan (archipelagiis state) adalah suatu negara yang bersifat kepulauan atau
(archipelago).
b. Negara pulau (island state) bebeda dengan negara kepulauan, pada negara pulau unsur darat
lebih besar daripada unsur laut.
c. Negara mempunyai bagian wilayah yang bersifat kepulauan. Negaranya sendiri bersifat negara
daratan, tetapi mempunyai suatu bagian wilayah yang bersifat kepulauan. Ini tidak dapat
disamakan denga negara kepulauan.
d. ―circume marine‖ state adalah negara yang komponennya hanya dapat dicapai melalui
transportasi laut, sehingga di dalamnya terdapat laut mediterania.

Geografi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :


1. letak wilayah suatu negara ditentukan dari segi astronomis dengan garis lintang dan garis
bujur.
2. luas wilayah suatu negara ialah luas daratan yang dapat meliputi luas daratan, lautan,
landasan kontinen, dan ZEE ( Zona Ekonomi Ekslusif).
3. iklim suatu negara dipengaruhi oleh letak astronomunya, sehingga ada negara yang beriklim
tropis, sutropis, dan dingin.
4. bentangan alam adalah wujud permukaan bumi.
5. perbatasan wilayah negara ditentukan oleh proses sejarah, ketentuan politik, hukum sosial,
dan ketentuan hukum nasional, anataralain perjanjian pebatasan dan keputusan pengadilan atau
mahkamah internasional.
Kekayaan alam
Kekayaan alam suatu negara ialah segala sumber dan potensi alam dalam lingkungan ruang
angkasa, atsmosfer, permukaan bumi (daratan dan lautan) dan bumi yang berada di wiayah
kekuasaan/yurisdiksinya.
Menurut jenisnya, kekayaan alam dibedakan dalam delapan golongan berikut :
1. hewani (fauna)
2. nabati (flora)
3. mineral (minyak bumi, uranium, biji besi, batubara, dan lain-lain)
4. tanah (tempat tinggal, tepat berpijak, tempat bercocok tanam)
5. udara (sinar matahari, oksigen, karbondioksida)
6. potensi ruang angkasa.
7. energi (gas alam, panas alam, air artetis, geotermis)
8. air dan lautan.
Menurut sifanya kekayaan alam dapat digolongkan menjaditiga golongan yaitu :
1. kekayaan yang dapat diperbaharui
2. kekayaan yang tidak dapat diperbaharui
3. kekayaan tetap
Dengan pemnfaatan kekayaan alam akan mewajibkan setiap bangsa untuk :
1. menyusun kebijaksanaan dan peraturan tentang pengamanan penggunaan kekayaan alam
seefisien mungkin agar memberikan manfaat optimal dan lestari bagi nusa dan bangsa.
2. menyusun pola pengelolaan kekayan alam dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.
3. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. membina kesadaran nasional untuk pemanfaatan kekayaan alam.
5. mengadakan program pembangaunan serasi
6. mengadakan pembentukan modal cukup.
7. menciptakan daya beli, konsumsi cukup, baik di dalam maupun di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai