Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN OBSERVASI JPO WALIKOTA DEPOK

Tugas Mata Kuliah Ergonomi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

Disusun oleh :
Kelompok 2 – 3PA01

1. Alfina Andriani 10519481


2. Anggita Putri Maharani 10519824
3. Athaya Syahda Firjatullah 11519135
4. Ayu Zafirah Sinulingga 11519219
5. Dinda Fitriani 11519854
6. Divia Lahfah Amanda 11519902
7. Dyta Amelia 11519953
8. Fathiah Zahra 12519314
9. Habil Darmawan 12519666
10. Mutiara Aini 14519529
11. Shafiyah Putri Adirananda 16519008
12. Stephanie Gabriel 16519158

DEPOK
2022
A. Definisi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Menurut Fruin (dalam Rahmi & Sumabrata, 2016), mendefinisikan
bahwa jembatan penyeberangan merupakan fasilitas untuk pejalan kaki yang
memerlukan perhatian khusus, karena berfungsi sebagai media
penyeberangan yang aman dan nyaman serta terhindar dari bahaya
kecelakaan dengan kendaraan bermotor ketika menyeberang jalan.
Namun, menurut Hartono (dalam Rahmi & Sumbrata, 2016)
menyatakan mengenai kondisi jembatan penyeberangan seringkali tidak
memenuhi standar atau tidak memenuhi kebutuhan pengguna, sehingga bagi
individu yang menggunakan jembatan penyeberangan merasakan
ketidaknyamanan dan bahkan banyak penyeberang jalan menghindari
penggunaan jembatan penyeberangan. Terdapat beberapa faktor yang
membuat itu terjadi, di antaranya adalah dari segi kelayakan penggunaan
(standarisasi, lokasi) Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) tersebut.

B. Standarisasi JPO
Menurut Isya, Caisarina, dan Herawaty (2015), standar perencanaan
jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan No.027/T/Bt/1995
adalah sebagai berikut :

No Pemeriksaan Standard

1 Ketinggian bagian bawah JPO 4,6 m

2 Lebar bebas untuk pejalan Minimal 2 m


kaki

3 Tinggi tanjakan tangga Minimal 15 cm dan maksimal 21,5


cm

4 Lebar anjakan tangga Minimal 21,5 cm dan maksimal 30,5


cm

5 Peletakan tangga dan kepala Diletakkan di luar jalur trotoar


jembatan

6 Peletakan pilar tengah Di tengah medan


jembatan
Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan umum (dalam Yunus,
Kasmuri dan Istiqomah, 2020), standard dari Jembatan Penyeberangan Orang
(JPO) yang baik adalah sebagai berikut :

No Pemeriksaan Standard

1. Ketinggian 4,6m / 5,1m

2. Lebar Badan 2,00m

3. Tinggi Sandaran 1,35m

4. Jumlah Tiang Sandaran 2-3 buah

5. Dilapisi Pelindung Kawat Kasa 12 Minimal 3m


mm & 12 nm

6. Panjang Jembatan Pelindung panas dipasang jika


panjang jembatan >40m

7, Adanya Pilar Tengah Diletakkan di median

8. Tinggi Anak Tangga 15-21,5cm

9. Lebar Injakan Anak Tangga 21,5-30,5cm

10. Sudut Kemiringan Tangga < 38º

11. Lebar Tangga 2,00m

12. Letak Tangga Di luar trotoar

13. Ruang Bebas pada Kaki Tangga Letaknya di antara sisi kaki
tangga dan trotoar

14. Tipe Tangga Berbentuk L atau U

15. Jenis Tangga Beton atau Baja


C. Hasil Survey JPO Walikota Depok & Wawancara
1. Hasil Survey JPO Walikota Depok

No Pemeriksaan Standard Survey Keterangan

1. Tinggi Anak Tangga 15-21,5cm 16-18cm Sesuai

2. Lebar Anak Tangga 21,5-30,5cm 31cm Sesuai

3. Panjang Anak Tangga 2,00 m 200cm Sesuai

4. Lebar Bebas Jalur Minimal 170cm Tidak


Pejalan Kaki 2,00 m Sesuai

5. Lebar Bebas 2,00 m 224cm Tidak


(Sepanjang Jalan di Sesuai
Atas JPO)

6. Jenis Tangga Beton atau Beton Sesuai


Baja

7. Tipe Tangga Berbentuk L Berbentuk U Sesuai


atau U

8. Adanya Pilar Tengah Diletakkan Berada di Sesuai


di median tengah

9. Dilapisi Pelindung Minimal 3m +/- 3m Sesuai


Kawat Kasa 12mm &
12nm

Selain pemeriksaan di atas, hasil survei lain yang didapatkan yaitu,


bahwa atap yang digunakan pada JPO tersebut menggunakan bahan fiber.
Kondisi atap pada JPO terlihat bahwa beberapa atap ditambal oleh bahan
lain dan harus segera diperbaiki. Selain itu, untuk jalanan pada JPO
menggunakan bahan semen dan beberapa terlihat berlubang, sehingga
menurut pernyataan dari salah satu interviewee mengatakan bahwa ketika
hujan terdapat genangan air di beberapa area yang berlubang. Di dekat
anak tangga JPO bagian atas juga terdapat tempat sampah dan dipasangi
CCTV.
2. Hasil wawancara
a. Interviewee 1
Interviewee merupakan seorang polisi yang memilih menyeberang
menggunakan zebra cross. Interviewee mengakui bahwa alasannya
memilih menyeberang menggunakan zebra cross adalah karena
keadaan saat itu yang sedang lumayan sepi dan ketika keadaan ramai
seperti di pagi hari, interviewee akan menyeberang menggunakan
jembatan penyeberangan orang (JPO). Menurut interviewee, JPO yang
dimaksud sudah cukup layak namun masih memerlukan perbaikan pada
bagian atap. Selain itu, interviewee juga mengkhawatirkan akan
genangan yang kerap muncul pada jembatan tersebut ketika terjadi
hujan karena mungkin akan menyebabkan beberapa orang terpeleset
apabila tidak hati-hati. Berdasarkan pernyataannya pula, interviewee
mengatakan bahwa interviewee tidak mengetahui bahwasannya zebra
cross yang interviewee gunakan untuk menyeberang itu merupakan
sarana bagi lansia dan penyandang disabilitas.
b. Interviewee 2
Interviewee 2 merupakan seorang ibu-ibu yang memilih
menyeberang menggunakan zebra cross dibanding menyebrang
menggunakan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Ketika
interviewee ditanya alasannya mengapa memilih menyeberang
menggunakan zebra cross, interviewee mengatakan bahwa
menyeberang menggunakan zebra cross memakan sedikit tenaga dan
mempersingkat waktu terlebih karena pada saat diwawancara
interviewee sedang terburu-buru. Meskipun begitu, interviewee
mengakui bahwa interviewee juga sering menyeberang menggunakan
JPO ketika tidak terburu-buru. Menurut interviewee, JPO yang tersedia
tersebut sudah cukup layak dan interviewee tidak memiliki keluhan
apapun terkait kenyamanan JPO yang dimaksud.
c. Interviewee 3
Interviewee 3 merupakan seorang perempuan yang sedang
menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Interviewee mengatakan bahwa interviewee lebih memilih
menyeberang menggunakan JPO karena merasa lebih nyaman dan
aman.
d. Interviewee 4
Interviewee 4 merupakan seorang petugas keamanan (Satpol PP)
yang sedang menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan
orang (JPO). Keselamatan diri menjadi alasan bagi interviewee untuk
memilih menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan. Di
samping hal itu, interviewee juga menyadari bahwa zebra cross yang
tersedia di sebelah jembatan tersebut merupakan sarana bagi lansia dan
penyandang disabilitas sehingga interviewee selalu menggunakan
jembatan penyeberangan untuk menyeberang. Bagi interviewee,
jembatan tersebut sudah cukup aman dan nyaman digunakan sehingga
interviewee tidak memiliki keluhan apapun terkait keadaan maupun
struktur jembatan penyeberangan yang dimaksud.

D. Kesimpulan
Jembatan penyeberangan merupakan fasilitas untuk pejalan kaki yang
memerlukan perhatian khusus, karena berfungsi sebagai media
penyeberangan yang aman dan nyaman serta terhindar dari bahaya
kecelakaan dengan kendaraan bermotor ketika menyeberang jalan. Namun
eksistensi jembatan penyeberangan ini sering kali diabaikan oleh pejalan kaki
itu sendiri. Banyak pejalan kaki yang lebih memilih menyeberang tidak
menggunakan jembatan penyeberangan karena berbagai faktor. Faktor-faktor
tersebut di antaranya adalah kesadaran individu dan dari segi kelayakan
penggunaan, seperti standar maupun lokasi jembatan tersebut. Melalui
observasi yang dilakukan pada salah satu jembatan penyeberangan orang di
kota Depok, ditemukan bahwa jembatan penyeberangan yang dimaksud
sudah sesuai dengan standar jembatan penyeberangan orang yang baik.
Meskipun terdapat beberapa komponen yang tidak sesuai dengan standar,
namun secara keseluruhan jembatan tersebut terbilang layak dan cukup baik.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa pejalan kaki,
didapatkan bahwa tidak ada keluhan mendalam terkait kondisi jembatan
penyeberangan orang tersebut. Keluhan yang dipaparkan oleh salah satu
pejalan kaki yaitu mengenai kondisi atap jembatan yang sekiranya harus
diperbaiki dan munculnya genangan air apabila terjadi hujan sehingga ada
kemungkinan akan menyebabkan beberapa orang terpeleset. Selain itu,
melalui pernyataan para interviewee juga didapatkan bahwa kesadaran
individu seperti keselamatan dan kenyamanan menjadi alasan utama dalam
memilih jembatan penyeberangan sebagai alternatif media untuk
menyeberang.
DAFTAR PUSTAKA

Isya, M., Caisarina, I., & Herawaty, E. (2015). Aksesibilitas jembatan


penyeberangan orang (jpo) bagi penyandang difabel di kota banda aceh
menurut persepsi masyarakat. Teras Jurnal, 5(1).

Rahmi, D.D., & Sumabrata,J. (2016). Analisa infrastruktur jembatan


penyeberangan orang berdasarkan kebutuhan pejalan kaki studi kasus:jpo di
jalan mh thamrin jakarta pusat. Proceedings of the 19th International
Symposium of FSTPT Islamic University of Indonesia.

Yunus, I., Kasmuri, M., & Istiqomah, A.R. (2020). Analisa efektivitas dan
kelayakan jembatan penyeberangan orang (jpo) masjid agung di kota
palembang. Bina Darma Conference on Engineering Science, 2(1).
LAMPIRAN

A. Dokumentasi Wawancara
B. Dokumentasi Keadaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
Walikota Depok
C. Dokumentasi Orang Menyeberang di Zebra Cross khusus Lansia dan
Disabilitas

Anda mungkin juga menyukai