Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH JUM'AT

LIMA PERKARA PENGHALANG KESHOLIHAN SESEORANG

Oleh : HAFIZ FATHUR RAHMAN SH.

KHUTBAH I

‫اع‬ َّ ‫ِي َمنْ َت َو َّكل َ َع َل ْي ِه ِبصِ دْ ِق ِن َّي ٍة َك َفاهُ َو َمنْ َت َو‬


ِ ‫سل َ ِإ َل ْي ِه ِبا ِّت َب‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ ا َّلذ‬
ُ‫ص َرهُ َو َت َوالَّه‬ َ ‫سدَ ِت ِه َن‬ َ ‫ص َرهُ َع َلى َأ ْعدَ اِئ ِه َو َح‬
َ ‫اس َت ْن‬ ْ ‫ش ِر ْي َع ِت ِه َق َّر َب ُه َوَأدْ َناهُ َو َم ِن‬
َ
‫اب ِه َو َمنْ َحا َف َظ ِد ْي َن ُه‬ ِ ‫ص َح‬ْ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آلِ ِه َوَأ‬
َ ‫السالَ ُم َع َلى‬َّ ‫الصالَةُ َو‬ َّ ‫َو‬
‫هللا (َأ َّما َب ْعدُ) َف َقال َ َت َعا َلى وما أمروا االليعبدوا هللا‬ ِ ‫س ِب ْي ِل‬
َ ‫َو َجاهَدَ ف ِْي‬
‫مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكوة وذلك دين القيمة‬
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan
menghindarkan diri dari kecurangan,kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya.
Karena dengan demikian kita dapat istiqamah berusaha menjadi orang yang saleh

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Apa yang hendak disampaikan khatib pada khutbah kali ini sebenarnya
berasal dari satu pertanyaan asasi. Manakah sebenarnya yang lebih dulu ada di
dunia ini, kegegelapan lantas disusul dengan terang. Ataukah terang yang
kemudian dinodai dengan kegegelapan?

Dalam sebuah perkataanya sahabat Ali Karaamallhu Wajhah pernah berkata


“andaikan tidak ada lima keburukan didunia ini, tentunya manusia menjadi orang
saleh semua. Kelima keburukan itu adalah 1) merasa senang dengan kebodohan. 2)
tamak dengan dunia. 3) bakhil dengan kelebihan harta. 4) riya’ dalam beramal dan
5) membanggakan diri”. Dalam teks arabnya berbunyi demikian:

َ ‫صالِ ِح ْينَ اَ َّولُ َها اَ ْل َق َن‬


‫اعة‬ َ ‫اس ُكلُّ ُه ْم‬
ُ ‫ار ال َّن‬
َ ‫ص‬ َ ‫ال َل‬ٍ ‫ِص‬ َ ‫سخ‬ َ ‫َعنْ َعل ِّي َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه َل ْواَل َخ ْم‬
ِ‫الرأي‬ ّ ‫اب ِب‬ ُ ‫الريا َ فِى ا ْل َع َم ِل َواإْل ْع َج‬
ِّ ‫ض ِل َو‬ْ ‫ش ُّح ِبا ْل َف‬
ُّ ‫ص َع َلى ال ُّد ْن َيا َوال‬
ُ ‫الج ْه ِل َوا ْلح ِْر‬
َ ‫ُِب‬

KHUTBAH JUM’AT PESANTREN LABBAIK LITAHFIZHIL QUR’AN


Demikian keterangan Sayyidina Ali tentang lima hal yang merusak susunan
masyarakat muslim sehingga terjebaklah mereka dalam kenistaan. Sebagaimana
akan diterangkan satu persatu dibawah ini.

Pertama, merasa senang dengan kebodohan, artinya adalah membiarkan diri


bahkan merasa nyaman dengan ketidak tahuan dalam masalah agama.
Sebagaimana banyak terjadi pada muslim masa kini di perkotaan yang tiap harinya
disibukkan dengan urusan bisnis dan bermacam pekerjaan demi mencapai
cita-citanya. Sedangkan masalah ke-islaman cukup dipasrahkan saja kepada para
ustadz yang dipanggil ketika dibutuhkan. Entah untuk berdoa, untuk ditanya ataupun
sekedar dijadikan teman curhatnya.

Tidak ada dalam dirinya keinginan belajar dengan sungguh-sungguh apa itu
Islam dan bagaimana seharusnya menjadi muslim yang baik. Tidak pernah ingin
tahu cara shalat dan wudhu yang benar. Mereka sudah puas dengan pengetahuan
yang didapatnya dari teman atupun dari meniru tetangga. Paling-paling belajar
keislamannya didapat dari tayangan televisi pada kuliah subuh dan dalam
broadcast- broadcast semacamnya.

Memang itu tidak salah, tapi semua itu menunjukkan ketidak seriusan
keislaman mereka dibandingkan dengan keseriusannya belajar ilmu pengetahuan
atupun kesibukannya mengurus berbagai urusan dunia. Orang seperti ini
seharusnya mengingat pesan Rasulullah saw:

‫ض ُكل َّ َعال ٍِم ِبال ُّد ْن َيا َجاه ٍِل ِباَْألخ َِر ِة رواه الحاكم‬
ُ ‫هللاُ َي ْب َغ‬
Allah membenci orang yang pandai dalam urusan dunia tetapi bodoh dalam
urusan akhirat.

Ma’asyiral Mukminin Rahimakumullah

Kedua, tamak dengan dunia.

ketiga bakhil dengan kelebihan harta, kedunya merupakan pasangan yang selalu
terkait bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Karena siapapun yang
tamak dan merasa kurang dengan berbagai kepemilikan hartanya pastilah dia akan
berlaku bakhil dan sangat sayang dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

Dalam kesempaatan lain Rasulullah saw pernah menyinggung tentang


ketamakan. Beliau berkata yang artinya bahwa mencintai harta adalah sumber
segala kecelakaan dan keburukan. Baik keburukan fisik maupun mental. Mari kita
bersama-sama berintropeksi diri mengapa diri ini seringkali masuk angin gara-gara

KHUTBAH JUM’AT PESANTREN LABBAIK LITAHFIZHIL QUR’AN


terlalu sering di jalan demi mengejar satu pekerjaan. Betapa para pebisnis itu sering
kali keluar masuk rumah sakit berganti-ganti penyakit karena komplikasi yang
disebabkan kurangnya perhatian dalam mengurus diri dan lebih suka mengejar
materi. Meskipun ini bukanlah hukum universal yang dapat diterapkan pada semua
orang, tetapi minimal menjadi pelajaran bagi kita yang mengerti. Betapa kecintaan
dan ketamakan dunia selalu membawa petaka. Belum lagi petaka mental yang
merusak negeri ini. Korupsi, kolusi dan juga kebiasaan berbohong demi citra diri
semua bermuara pada satu kata ‘tamak terhadap dunia’. Untuk hal ini khatib lebih
baik tidak banyak komentar karena semua jam’ah telah mafhum adanya.

Rasulullah saw pernah bersabda:

‫لب َو ْال َبدَ نَ رواه الطبرانى‬ ُ ‫الر ْغ َب ُة فِ ْي َها ُت ْتع‬


َ ‫ِب ْال َق‬ ُّ ‫الزهْ ُد فِى ال ُّد ْن َيا ُي ِر ْي ُح ا ْل َق ْل َب َوال َبدَ نَ َو‬
ّ

Zuhud (tidak suka) dunia sangat menyenangkan hati dan badan. Sedangkan
cinta dunia sangat melelahkan hati dan badan.

Demikianlah bahwa kebakhilan ataupun kepelitan merupakan dampak


sistemik yang tidak terhindarkan dari ketamakan dunia. Dan kebakhilan pasti akan
menjauhkan seseorang dari Allah, surga dan sesama manusia. Itu artinya kesalehan
bagi orang yang bakhil adalah angan-angan belaka. Dan jikalau ada kesalehan di
sana pastilah itu hanya kesalehan yang semu. Karena hadits Rasulullah tentang
kebakhilan yang menjauhkan seseorang dari Allah dan surga serta manusia sesama
adalah hadits Shahih.

Para Jama’ah yang Dirahmati Allah

Keempat, riya dalam beramal. Riya’ adalah pamer yaitu melakukan satu amal
ibadah (agama) dengan maksud mendapatkan pujian dari manusia. Atau dengan
bahasa yang agak kasar riya dapat juga dikatakan dengan mengharapkan nilai
dunia dengan pekerjaan akhirat. Rasulullah saw menegaskan bahwa riya termasuk
dalam kategori syirik kecil (as-syirikul asyghar) dalam salah satu sabdanya
“sesungguhnya sesuatu yang sangat saya khawatirkan atas dirimu adalah syirik
kecil, yaitu riya” (HR.Ahmad).

Disebut demikian karena perwujudan riya yang sangat halus dan tidak
kentara. Adanya hanya dalam hati. Tidak ketahuan di dalam tindakan diri. Para sufi
mengibaratkan halusnya riya seperti semut hitam yang merayap di atas batu keras
warna hitam di tengah pekat malam. Begitu halusnya riya hingga seringkali mereka
yang terjangkit penyakit ini seringkali tidak sadar.

KHUTBAH JUM’AT PESANTREN LABBAIK LITAHFIZHIL QUR’AN


Fudhail bin Iyadh seorang sufi pernah mencoba menjabarkan tentang riya dengan
bahasa keseharian katanya: ”jika datang seorang pejabat kepadaku, kemudian aku
merapikan jenggotku dengan kedua belah tanganku, maka aku benar-benar merasa
khawatir kalau dicatat dalam kategori orang-orang munafik”

Demikianlah hendaknya segala apa yang dilakukan manusia disandarkan


kepada Allah swt. Tidak hanya semata mempertimbangkan kepentingan manusia.
Apalagi jika berhubungan dengan amal ibadah murni seperti shalat, baca al-qur’an,
zakat dan lainnya maka Allah swt mengancam mereka yang mendustainya dengan
neraka Rasulullah saw bersabda:

ٍ ‫هللا َح َّر َم ا ْل َج َّن َة َع َلى ُكل ِّ ُم َر‬


‫اء‬ َ َّ‫اِن‬
Sesungguhnya Allah swt mengharamkan surga bagi orang yang riya.

kelima, adalah ujub atau membanggakan diri. Yaitu merasa diri paling sempurna
dibandingkan dengan yang lain. Ketidak bolehan perasaan ujub ini dikhawatirkan
pada lahirnya kesombongan, dan kesombongan itu sendiri merupakan sifat Allah
yang tidak boleh ada dalam diri manusia.

Demikianlah lima hal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dapat
menghalangi seseorang menjadai seorang yang saleh.

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan
renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

‫ إ ّن ُه َتعا َ َلى‬.‫الح ِك ْي ِم‬ ِّ ‫ت‬


َ ‫والذ ْك ِر‬ ِ ‫ َو َن َف َعن ِْي َوِإ ّيا ُك ْم ِباآليا‬,‫العظِ ْي ِم‬
َ ‫آن‬ ِ ‫با َ َر َك هللاُ ل ِْي َولك ْم فِي القُ ْر‬
ٌ ‫َج ّوا ٌد َك ِر ْي ٌم َملِ ٌك َب ٌّر َرُؤ ْو‬
.‫ف َر ِح ْي ٌم‬

KHUTBAH JUM’AT PESANTREN LABBAIK LITAHFIZHIL QUR’AN


‫‪Khutbah II‬‬

‫ش َه ُد اَنْ الَ ِا َل َه ِاالَّ هللاُ َوهللاُ‬ ‫ش ْك ُر َل ُه َع َ‬


‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه َوا ِْم ِت َنا ِنهِ‪َ .‬واَ ْ‬ ‫سا ِن ِه َوال ُّ‬ ‫لى ا ِْح َ‬‫هلل َع َ‬‫ْل َح ْم ُد ِ‬
‫ض َوا ِنهِ‪ .‬الل ُه َّم‬ ‫ِلى ِر ْ‬ ‫س ْولُ ُه الدَّ اعِ ى ا َ‬ ‫س ِّيدَ َنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ش ِر ْي َك َل ُه َواَ ْ‬
‫ش َه ُد اَنَّ َ‬ ‫َو ْحدَ هُ الَ َ‬
‫اس‬ ‫س ِّل ْم َت ْسلِ ْي ًما كِث ْي ًرا اَ َّما َب ْع ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّن ُ‬‫اب ِه َو َ‬‫ص َح ِ‬ ‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد ِو َع َلى اَلِ ِه َواَ ْ‬
‫صل ِّ َع َلى َ‬ ‫َ‬
‫هللا اَ َم َر ُك ْم ِبا َ ْم ٍر َبدَ َأ فِ ْي ِه ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى‬
‫اع َل ُم ْوا اَنَّ ّ‬ ‫واهللا فِ ْي َما اَ َم َر َوا ْن َت ُه ْوا َع َّما َن َهى َو ْ‬
‫َ‬ ‫ِا َّتقُ‬
‫لى ال َّن ِبى يآ اَ ُّي َها ا َّل ِذ ْينَ آ َم ُن ْوا‬
‫صلُّ ْونَ َع َ‬ ‫ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُدْ سِ ِه َو َقال َ َتعا َ َلى اِنَّ َ‬
‫هللا َو َمآل ِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫س ِّل ْم َو َع َلى‬ ‫ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َ‬ ‫صل ِّ َع َلى َ‬
‫س ِّي ِد َنا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫س ِّل ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬
‫صلُّ ْوا َع َل ْي ِه َو َ‬
‫َ‬
‫ض ال ّل ُه َّم َع ِن ْال ُخ َل َف ِ‬
‫اء‬ ‫ار َ‬ ‫سلِ َك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُم َق َّر ِب ْينَ َو ْ‬
‫س ِّيدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َع َلى اَ ْن ِبيآِئ َك َو ُر ُ‬
‫آل َ‬
‫ِ‬
‫ابعِي ال َّت ِ‬
‫اب ِع ْينَ‬ ‫اب ِع ْينَ َو َت ِ‬ ‫رو ُع ْث َمان َو َعلِى َو َعنْ َبقِ َّي ِة َّ‬
‫الص َحا َب ِة َوال َّت ِ‬ ‫الراشِ ِد ْينَ اَ ِبى َب ْك ٍر َو ُع َم َ‬
‫َّ‬
‫الرا ِح ِم ْينَ‬‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َم ِت َك َيا اَ ْر َح َم َّ‬ ‫ار َ‬ ‫ان ِا َلى َي ْو ِم الدِّ ْي ِن َو ْ‬
‫س ٍ‬‫َل ُه ْم ِبا ِْح َ‬

‫ت اَالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬


‫ت‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫اغف ِْر لِ ْل ُمْؤ ِم ِن ْينَ َو ْال ُمْؤ ِم َنا ِ‬
‫اَلل ُه َّم ْ‬
‫ص ْر عِ َبادَ َك ْال ُم َو ِّح ِد َّي َة‬
‫ش ِر ِك ْينَ َوا ْن ُ‬
‫ش ْر َك َو ْال ُم ْ‬‫الل ُه َّم اَعِ َّز ْاالِ ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذل َّ ال ِّ‬
‫اع ِل َكلِ َما ِت َك‬
‫اءالدِّ ْي ِن َو ْ‬‫اخ ُذلْ َمنْ َخ َذل َ ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو دَ ِّم ْر اَ ْعدَ َ‬ ‫ص َر الدِّ ْينَ َو ْ‬
‫ص ْر َمنْ َن َ‬ ‫َوا ْن ُ‬
‫الزالَ ِزل َ َو ْالم َِحنَ َو ُ‬
‫س ْو َء ْالفِ ْت َن ِة َو ْالم َِحنَ‬ ‫اء َو َّ‬ ‫ِا َلى َي ْو َم الدِّ ْي ِن‪ .‬الل ُه َّم ادْ َف ْع َع َّنا ْال َبالَ َء َو ْا َلو َب َ‬
‫ان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّم ًة َيا‬‫اِئر ْال ُب ْلدَ ِ‬
‫س ِ‬ ‫خآص ًة َو َ‬
‫َّ‬ ‫َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َطنَ َعنْ َب َل ِد َنا ِا ْندُو ِن ْيسِ َّيا‬
‫ار‪َ .‬ر َّب َنا‬
‫اب ال َّن ِ‬‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َ‬ ‫َر َّب ْا َلعا َل ِم ْينَ ‪َ .‬ر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح َ‬
‫َظ َل ْم َنا اَ ْنفُ َ‬
‫س َن َاواِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا َ‬
‫لخاسِ ِر ْينَ ‪.‬‬

‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َف ْح ِ‬


‫شآء‬ ‫تآء ذِى ْالقُ ْر َ‬ ‫ان َوِإ ْي ِ‬‫س ِ‬ ‫هللا َيْأ ُم ُر َنا ِباْ َلعدْ ِل َو ْاالِ ْح َ‬‫هللا ! اِنَّ َ‬ ‫عِ َبادَ ِ‬
‫واهللا ْا َلعظِ ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْ‬
‫ش ُك ُر ْوهُ َع َ‬
‫لى ن َِع ِم ِه‬ ‫َ‬ ‫َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْال َب ْغي َي ِع ُظ ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت َذ َّك ُر ْونَ َو ْاذ ُك ُر‬
‫َي ِزدْ ُك ْم َو َلذ ِْك ُر ِ‬
‫هللا اَ ْك َب ْر‬

‫‪KHUTBAH JUM’AT PESANTREN LABBAIK LITAHFIZHIL QUR’AN‬‬


KHUTBAH JUM’AT PESANTREN LABBAIK LITAHFIZHIL QUR’AN

Anda mungkin juga menyukai