Anda di halaman 1dari 92

PENGEMBANGAN E-MODUL FISIKA BERBASIS ETNO STEM :

PROSES PEMBUATAN LAMANG TERHADAP KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

PROPOSAL
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Langkah Awal untuk
Menyusun Skripsi pada Jurusan Tadris IPA Fisika

Oleh :
ALMIRA FADHILAH
NIM. 1814080057

JURUSAN TADRIS IPA KONSENTRASI FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/2022 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................10
C. Batasan Masalah............................................................................................11
D. Rumusan Masalah.........................................................................................11
E. Tujuan Pengembangan...................................................................................11
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan.......................................................12
G. Manfaat Pengembangan................................................................................12
H. Asumsi Pengembangan.................................................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................15
A. Landasan Teori............................................................................................15
B. Kajian Penelitian yang Relevan..................................................................45
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................48
A. Jenis Penelitian............................................................................................48
B. Model Pengembangan.................................................................................49
C. Prosedur Pengembangan.............................................................................55
D. Uji Coba Produk..........................................................................................62
E. Subjek Uji Coba..........................................................................................64
F. Jenis Data....................................................................................................64
G. Instrumen Pengumpulan Data....................................................................66
H. Teknik Analisis dan Pengolahan Data.........................................................76
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................82

i
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan di abad 21 menuntut berbagai keterampilan yang harus

dikuasai perserta didik, sehingga diharapkan pendidik dapat mempersiapkan

perserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi

pribadi yang sukses dalam hidup. Dalam sebuah buku yang terdapat kutipan “An

Educator’s Guide to the Four Cs” yang dikeluarkan oleh NEA (National

Education Association) yaitu didalamnya dapat disimpulkan bahwa keterampilan

abad 21.1 Dikenal dengan istilah 4K yang meliputi keterampilan berpikir kritis,

kreatif, komunikasi dan kolaborasi. Kemampuan berpikir kritis sangat penting

dimiliki, karena mampu berpikir kritis yang digunakan untuk memecahkan

masalah dan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.2 Ilmu

pengetahuan dan teknologi berkembang bertujuan untuk menghasilkan sumber

daya manusia yang mampu menguasai keterampilan abad 21.3

Percapaian keterampilan abad 21 tersebut dilakukan dengan memperbarui

kualitas pembelajaran, membantu siswa mengembangkan partisipasi,

menyesuaikan porsonalisasi belajar, menekan pada pembelajaran berbasis proyek

1
Amy Shaw , Ou Lydia Liu, “Thinking Critically About Critical Thinking: Validating The
Russian HEIghte Critical Thinking Assessment,” Studies In Higher Education 45, no. 9 (1
September 2020).
2
Muhammadiyeva, “The Role of Critical Thinking in Developing Speaking Skills,” International
Journal on Integrated Education Vol 3 No.1 (2020).
3
Igor M. Kopotun, “The Use of Smart Technologies in The Profesional The Professional Training
of Students of The Law Departments for The Development of Their Critical Thinking,”
International Journal of Learning, Teaching and Educational Research Vol. 19 No. 3 (Maret
2020).
2

atau masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi, meningkatkan keterlibatan

dan motivasi siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi dalam belajar,

menggunakan sarana belajar yang tepat, mendesain aktivitas belajar yang relevan

dan nyata,mengembangkan pembelajaran student-centered dan mengaitkannya di

dalam Al-Qur’an. Untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat menjalani

kehidupan di era ini maka dapat diupayakan memalui proses belajar mengajar di

sekolah.4

Berpikir kritis salah satu strategi kognitif yang digunakan oleh peserta

didik untuk mendapatkan pengetahuan tambahan melalui pemikiran sendiri untuk

mengembangkan dan bermain-main dengan ide, mempertanyakan, memberikan

bukti untuk mendukung ide dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.5

Karakteristik yang diperlukan dalam berpikir kritis yaitu kemampuan untuk

menarik kesimpulan dari pengamatan, mengidentifikasi asumsi, berpikir secara

rasional dan berpikir secara logis serta bisa mengevaluasi argumen.6 Kemampuan

berpikir kritis mutlak dibutuhkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah,

karena dengan kemampuan berpikir kritis, peserta didik mampu menyelesaikan

masalah dengan beberapa interpretasi melalui eksplorasi suatu masalah,

menangkap masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi dan mengemukakan

pendapat dirinya sendiri.7


4
Patrick Severine Kavenuke ,Mjege Kinyota, “The Critical Thinking Skills of Prospective
Teachers: Investigating Their Systematicity, Self-confidence And Scepticism,” Thinking Skills and
Creativity 37, 2020.
5
Paula Alvarez-Huerta ,dkk, “Disposition Toward Critical Thinking and Creative Confidence
Beliefs in Higher Education Students : The Mediating Role of Openness to Diversity and
Challenge,” Thinking Skills and Creativity 43 (2022): hlm. 2.
6
Teun J. Dekker, “Teaching Critical Thinking Through Engagement With Multiplicity,” Thinking
Skills and Creativity 37, 100701, 2020.
7
Stephanie Pieschl Deborah Silvyer, “Secondary Students’ Epistemic thinking and Year as
Predictors of Critical Source Eveluation of Internet Blogs,” Computers and Education 160 (2021):
3

Seseorang dikatakan berpikir kritis jika ia memikirkan suatu hal, mencoba

memahami, bertanya pada diri sendiri, mencari informasi yang relevan. 8 Berpikir

kritis bertujuan untuk mengambil keputusan yang masuk akal terhadap apa yang

dipercaya dan apa yang akan dilakukan.9 Agar dapat bersaing peserta didik harus

mempunyai kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis akan

membawa seseorang untuk berpikir dan bekerja dengan teliti.10

Salah satu mata pelajaran yang dianggap dapat melatih kemampuan

berpikir kritis peserta didik adalah Fisika. Melalui pelajaran fisika peserta didik

diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan

kreatif.11 Pembelajaran Fisika memungkinkan peserta didik secara individual

maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menentukan konsep serta

prinsip secara menyeluruh dan nyata.12

Berpikir kritis yang terdapat didalam Al-Qur’an QS. Ali-‘Imran Ayat 190-

191 yang berbunyi :

١٩٠ َ‫ ِد ْين‬Mَ‫ ُدوْ ا ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْعت‬Mَ‫اتِلُوْ نَ ُك ْم َواَل تَ ْعت‬MMَ‫بِي ِْل هّٰللا ِ الَّ ِذ ْينَ يُق‬M‫﴿ َوقَاتِلُوْ ا ِف ْي َس‬

‫ْث اَ ْخ َرجُوْ ُك ْم َو ْالفِ ْتنَةُ اَ َش ُّد ِمنَ ْالقَ ْت ِل ۚ َواَل‬ ُ ‫َوا ْقتُلُوْ هُ ْم َحي‬
ُ ‫ْث ثَقِ ْفتُ ُموْ هُ ْم َواَ ْخ ِرجُوْ هُ ْم ِّم ْن َحي‬

hlm. 2-3.
8
Soon Ae Kim ,dkk, “effect of Korean Nursing Students’ Experience of Incivility in Clinical
Settings on Critical Thinking,” Heliyon 6. No.7 e04367 (2020).
9
Rizhal Hendi Ristanto,dkk, “Enhancing Students’ Biology-Critical Thinking Skill Through
CIRC-Based Scientific Approach (Cirsa),” Universal Journal of Educational Research 8(4A)
(2020).
10
F. Rombout ,dkk, “Teaching Strategies of Value-loaded Critical Thinking in Philosophy
Classroom Dialogues,” Thinking Skills and Creativity Vol. 43 (2022): hlm.2.
11
Pursitasari,dkk, “Enhancement of Student’s Critical Thinking Skill Through science Context-
Based Inquiry Learning,” Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 9(1) (2020): 97–105.
12
Adrienne Traxler, “Networks and Learning : A View From Physics,” Journal of Learning
Analytics Vol. 9, no. 1 (2022).
4

‫ ز َۤا ُء‬M‫ذلِكَ َج‬Mٰ M‫ا ْقتُلُوْ هُ ۗ ْم َك‬Mَ‫وْ ُك ْم ف‬Mُ‫ا ِ ْن ٰقتَل‬Mَ‫ ۚ ِه ف‬M‫وْ ُك ْم فِ ْي‬MMُ‫ َر ِام َح ٰتّى ي ُٰقتِل‬M‫تُ ٰقتِلُوْ هُ ْم ِع ْن َد ْال َم ْس ِج ِد ْال َح‬

﴾ ١٩١ َ‫ْال ٰكفِ ِر ْين‬

Artinya :

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian

malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang

berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk,

atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit

dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan

semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.

(Ali 'Imran/3:190-191)

Tafsiran Q.S Ali-‘Imran Ayat 190-191 yang berbicara mengenai tantangan

langit dan bumi serta keindahan dan keajaiban ciptaannya juga dalam pergantian

siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat dalam dirasakan

langsung pengaruh panas matahari, dinginya malam, dan pengaruhnya pada flora

dan fauna, sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukan keesaan

Allah SWT. Dan Ulul Albab adalah orang-orang yang mau menggunakan

pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hikmah darinya,

menggambarkan keagungan Allah dan mengingat hikmah akal dan keutamaanya,

disamping keagungan karunia-nya dalam segala sikap dan perbuatan mereka,


5

sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan, berbaring dan sebagainya. 13 Ayat

diatas salah satu objek berpikir kritis dalam Al-Qur’an, alam semesta yaitu objek

tafakur dengan kata lafal Ulul Albab memaksimalkan seluruh potensi manusia

untuk berpikir atas penciptaan langit serta bumi dengan segala isi kandungan serta

segala proses yang teratur supaya mendapatkan kesimpulan kalau proses

penciptaan ialah suatu hikmah.14

Undang-undang No.14 tahun 2005 ayat 10 menyatakan bahwa pendidik

dituntut sebagai pengajar akan tetapi juga sebagai tenaga kerja yang profesional

yang mempunyai kreativitas untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar

yang inovatif, variatif, menarik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 15

Dengan menggunakan teknologi dapat membuat proses belajar yang menarik dan

menyenangkan yang telah dibuat sebagai bahan pendukung untuk proses

pembelajaran.16

Untuk mengurangi kejenuhan peserta didik belajar dengan modul, maka

modul perlu dikombinasikan dengan media elektronik yang sering disebut

electronic modul (e-modul). Pembelajaran online seperti e-modul dan program

simulasi berbasis komputer dikenal untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan menawarkan kesempatan belajar yang fleksibel dan hemat

13
Al-Maraghi ,Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maraghi Juz IVI, cetakan ke-2 (Semarang: PT. Karya
Toha Putra Semarang, 1993).
14
Syamsul Huda Rohmadi, “Pengembangan Berpikir Kritis (Critical Thinking) dalam Al-Qur’an:
Perspektif Psikologi Pendidikan,” Jurnal Psikologi Islam Vol.5. No.2 (2018): hlm. 30.
15
Nurliani Siregar ,dkk, “Sosialisasi Pengembangan Buku Ajar bagi guru-guru SD Negeri 155703
Sigolang Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanulih Tengah,” Wadah Ilmiah Penelitian
Pengabdian Untuk Nommenses (WIPPUN) Vol.1, no. 1 (April 2022).
16
Reza Ardiansyah ,dkk, “Analisis Kebutuhan Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Materi
Genetik pada Matakuliah Genetika di Universitas Negeri Malang,” Seminar Nasional Pendidikan
dan Saintek, 2016, hlm.1.
6

biaya.17 E-modul juga dapat digunakan dimana saja, sehingga lebih praktis untuk

dibawa kemana-mana.18 Modul Elektronik atau e-modul di dalamnya

menampilkan teks, gambar, grafik, audio, animasi, dan video dalam proses

pembelajaran.19 E-modul yang disisipkan fitur multimedia dapat memperkaya

pengalaman membaca buku apabila digunakan dengan benar.20

Melalui kurikulum 2013 peserta didik diberi kesempatan untuk belajar dari

kebudayaan dan lingkungan sekitar. E-modul fisika terintegrasi kearifan lokal

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.21 Salah satu usaha

untuk mewujudkan pembelajaran Fisika yang mengacu pada siswa untuk berpikir

kritis di masa ini, mampu untuk mendukung perserta didik bisa belajar mandiri

dan bisa mengasah kekampuan berpikir kritis perserta didik dapat dilakukan

dengan mengembangkan E-modul fisika yang menggunakan pendekatan STEM:

Proses Pembuatan Lamang.

Alasan pengambilan tema terkait proses pembuatan lamang dalam

penelitian ini karena budaya ini sudah menjadi hal yang dikenal serta dekat dalam

kehidupan sehari-hari perserta didik daerah Sumatera Barat. Pembelajaran perlu

dilakukan untuk menyediakan pengetahuan Fisika dengan penanaman nilai ilmiah


17
Mary E.W Dankbar ,dkk, “Comparative Effectiveness of a Serious Game and an E-Modul to
Support Patient Safety Knowledge and Awareness,” BMC Medical Education Vol 17 (2017).
18
Viktor Yurjevich Shuryging ,Lyubov Alekseevna Krasnova, “Electronic Learning Courses as A
Means to Activate Students’ Independent Work in Studying Physics,” International Journal of
Environmental and Science Education Vol.11. No.8 (2016).
19
Julfi Adrian Nugraha ,dkk, “Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Teknologi Melalui
Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat,” EDUBIOLOGICA Jurnal Penelitian Ilmu dan
Pendidikan Biologi Vol.7, No.1 (Juni 2019): 1–6.
20
Yeka Hendriyani ,dkk, “The Development of Interactive Project Based E-module in Visual
Program Course,” Proceedings of 2nd International Conference Innovation in Education vol.504
(ICoLE 2020).
21
Cici Dwi Haspen ,dkk, “Validitas E-modul Fisika SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing
Terintegrasi Etnosains untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Perserta Didik.,” Jurnal
Eksakta Pendidikan (JEP) Vol.5 No.1 (Mei 2021): 96.
7

serta kearifan lokal budaya masyarakat yang telah lama berkembangan. Melalui

proses pembuatan lamang, perserta didik dapat belajar tentang fisika, tenologi,

pembuatan dan seni serta matematika. Saat ini perserta didik tidak hanya cukup

mahir dalam matematika, membaca dan menulis, namun perserta didik juga perlu

memiliki keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran dan melek secara

teknologi.22

Pembelajaran yang memadukan pendekatan STEM: Proses pembuatan

lamang membantu peserta didik untuk menguasai konsep dari pembelajaran

fisika.23 Penerapan pembelajaran dengan STEM dapat membantu peserta didik

yang dimulai dari pemecahan masalah dengan cara yang efektif, efisien dan

kolaboratif.24 Selain dengan pendekatan STEM, dapat memadukan padankan

pembelajaran dengan kearifan lokal yang bermanfaat bagi peserta didik agar bisa

merefleksikan nilai-nilai budaya Minangkabau dan melestarikan budaya bangsa

agar budaya-budaya yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera Barat tidak

pudar dan hilang seiring perkembangan zaman.

Minangkabau dikenal kaya dengan makanan tradisional, baik dalam

bentuk makanan khas dalam tradisi upacara kebudayaan masyarakat, maupun

dalam bentuk makanan khas wisata kulinernya.25 Lamang merupakan salah satu
22
Sri Purwanigsih, Rita Arnila, “Pengembangan E-Modul Berbasis Stem (Science, Technology,
Engineering and Mathematic) pada Materi Fluida Statis dan Fluida Dinamis Menggunakan Kivosft
Flipbook Maker,” EDUMASPUL Jurnal Pendidikan Vol.5, no. 1 (2021).
23
Indri Sari Utami Rahmat Firman Septiyanto, “Pengembangan STEM-A (Science, Technology,
Engineering, Mathenatic and Animation) Berbasis Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Fisika.,”
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 6, no. 1 (29 April 2017): Hal. 67-73.
24
Muniroh Munawar,Fenny Roshayanti, “Implementation of STEM (Science Technology
Engineering Art Mathematics)- Based Early Childhood Education Learning in Semarang City,”
Jurnal Ceria (Cerdas Energik Responsif Inovatif Adaptif) Vol.2, no. 5 (September 2019).
25
Agus Setyawan Farzy, “Eksotika Fotografi Makanan pada Masakan Tradisional Sumatera Barat
(The Exotics of Food Photography in Traditional West Sumatran Cuisine),” Journal of Empirical
8

makanan tradisional yang muncul semenjak adanya Islamisasi di Minangkabau.

Proses pembuatan lamang yang unik juga erat kaitanya dengan materi fisika Suhu,

Kalor dan Termodinamika.

Pendidik perlu ikut berkontribusi dalam menanamkan pendidikan karakter

kepada peserta didik melalui budaya yang ada disekitarnya. 26 Penggunaan budaya

lokal, tradisi, praktik, kepercayaan dan bahasa asli dapat meningkatkan sikap

peserta didik terhadap fisika.27 Hasil penelitian sebelumnya dikembangkan oleh

F. Almuharomah, dkk tentang pengembangan Modul Fisika STEM terintegrasi

kearifan lokal beduk untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif SMP

dinyatakan bahwa layak dan mendapat respon yang positif dari perserta didik. 28

Hasil penelitian sebelumnya mengenai penelitian dan pemgembangan oleh

Pangesti, dkk tentang bahan ajar berbasis STEM (Science Technology

Engineering and Mathematic) untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa

SMA menunjukan kategori layak untuk digunakan.29 Berdasarkan wawancara dari

salah satu pendidik fisika di SMAN 5 PADANG, diperoleh informasi bahawa

pendidik dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran

ekspositori dan menggunakankan PPT (Power Point) sebagai media pembelajaran

Studies on Social Science Vol.1, no. 2 (22 Januari 2022).


26
Massita Rhoida Nailiyah ,dkk, “Pengembangan Modul IPA Tematik Berbasis Etnosains
Kabupaten Jember pada Tema Budidaya Tanaman Tembakau di SMP.,” Jurnal Pembelajaran
Fisika Vol.5, no. 3 (Desember 2016).
27
Almahida Aureola Dywan ,dkk, “Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning
Berbasis STEM dan Tidak Berbasis STEM Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa,” Jurnal
Basicedu Vol.4, no. 2 (2 April 2020): hlm.344-354.
28
Farida Amrul Almuharomah ,dkk, “Pengembangan Modul Fisika STEM Terintegrasi Kearifan
Lokal Beduk untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP,” Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika Vol.7, no. 1 (2019).
29
Kurnia Ika Pangesti Dwi Yulianti, “Bahan Ajar Berbasis STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA,” UPEJ
Unnes Physics Education Journal Vol. 6, no. 3 (2017).
9

yang utama dan belum mengaitkan pembelajaran fisika menggunakan pendekatan

STEM kedalam kearifan lokal yang ada di sekitar siswa.

Dari wawancara dan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Peneliti

tertarik untuk membuat bahan ajar yang menarik yang menggabungkan anatara E-

modul dipadukan dengan pendekatan STEM dalam proses pembuatan lamang

terhadap berpikir kritis perserta didik. Bahan yang dikembangkan dibuat dalam

bentuk E-modul agar mendukung perserta didik. Berdasarkan Surat Edaran

Kemendikbud No.4 tahun 2020. Bahan ajar dalam bentuk e-modul ini dibagikan

secara online dan offline dapat memotivasi perserta didik untuk belajar secara

mandiri. Peneliti berharap penelitian ini berguna untuk pendidik dan perserta

didik agar proses pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.

Berdasarkan masalah yang terjadi maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang: “Pengembangan E-modul Fisika Berbasis Etno Stem:

Proses Pembuatan Lamang Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Perserta

Didik”

B. Identifikasi Masalah

1. Pembelajaran Fisika juga masih berpusat kepada pendidik yang

mengakibatkan perserta didik hanya menerima saja informasi yang

disampaikan.

2. Bahan ajar yang menjadi pegangan perserta didik masih berupa PPT

(Power Poit). Belum menggunakan pendekatan STEM dan belum adanya


10

bahan ajar e-modul yang dikaitkan kedalam kearifan lokal yang ada

disekitar perserta didik, materi fisika suhu kalor bisa dikatkan dalam

proses pembuatan lamang.

3. Perserta didik dituntut oleh abad 21 agar bisa berpikir kritis

4. Bahan ajar yang digunakan belum mampu mengarahkan perserta didik

untuk bisa belajar mandiri dan belum mengasah berpikir kritis.

5. Terbatasnya waktu pembelajaran disekolah sehingga perserta didik

mengalami kesulitan pada materi yang belum dipahami.

C. Batasan Masalah

1. Subjek penelitian kelas XI SMAN 5 PADANG

2. Bahan ajar yang akan penelitian kembangkan adalah E-Modul Fisika

berbasis Etno STEM proses pembuatan lamang pada materi suhu,kalor dan

termodinamika dalam pelajaran Fisika Tingkat MA/SMA.

3. E-modul yang dikembangkan digunakan untuk mengarahkan peserta didik

agar bisa belajar secara mandiri dan bisa mengarahkan peserta didik untuk

berpikir kritis.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses mengembangkan E-modul Fisika berbasis Etno STEM

proses pembuatan lamang pada materi suhu, kalor dan termodinamika

terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik?


11

2. Bagaimana kualitas E-modul Fisika berbasis Etno STEM proses

pembuatan lamang terhadap berpikir kritis peserta didik valid, praktis dan

efektif?

E. Tujuan Pengembangan

1. Untuk mengembangkan E-modul fisika berbasis Etno STEM proses

pembuatan lamang terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

2. Untuk menghasilkan kualitas E-modul fisika berbasis Etno STEM proses

pembuatan lamang terhadap berpikir kritis peserta didik yang valid, praktis

dan efektif

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1. Bahan ajar yang dikembangkan merupakan bahan ajar dalam bentuk E-

modul (Modul Elektronik).

2. E-modul fisika yang dikembangkan menggunakan pendekatan berbasis

Etno STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematic) yang ada

di minangkabau dalam bidang makanan yaitu lamang.

3. E-modul fisika berbasis Etno STEM proses pembuatan lamang yang

dikembangkan diintegrasikan juga dengan ayat-ayat Al-Qur’an agar

peserta didik mengetahui bahwasanya ayat Al-Qur’an juga ada membahas

tentang alam semesta khususnya tentang fisika.

4. E-modul Fisika berbasis Etno STEM pembuatan lamang yang

dikembangkan dengan meggunakan aplikasi Book Creator.


12

5. Materi yang dibuat di dalam E-modul Fisika berbasis Etno STEM proses

pembuatan lamang yaitu materi suhu, kalor dan termodinamika.

G. Manfaat Pengembangan

1. Manfaat teoritis

Peneliti berharap dapat menjadi bahan kajian peneliti yang relevan bagi

peneliti lain, baik yang berkaitan dengan penelitian lanjutan yang bersifat

mengembangkan maupun penelitian sejenis yang bersifat memperluas atau

sebagai pelengkap kajian pustaka. E-modul ini juga dapat digunakan

sebagai penunjang bagi pendidik dan sekolah dalam meningkatkan

berpikir kritis peserta didik terhadap pembelajaran fisika

2. Manfaat praktis

a. Bagi dunia pendidikan dapat memberikan sumbangan yang positif

terhadap kemajuan pendidikan guna meningkatkan kualitas

pembelajaran

b. Bagi sekolah, sebagai pertimbangan bagi institusi pendidikan dalam

menentukan kebijakan penggunaan media berupa e-modul fisika

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan.

c. Bagi peserta didik, sebagai bahan alternatif untuk meningkatkan hasil

belajar peserta didik dalam pembelajaran. media berupa e-modul fisika

pembelajaran ini dapat diakses dan digunakan kapan dan dimana saja

sehingga peserta didik dapat mengulang-ulang pembelajaran.


13

d. Bagi pendidik, dapat menjadi salah satu alternatif dalam pelaksanaan

pembelajaran fisika yang lebih menarik yang bisa diterapkan di

sekolah dan memotivasi pendidik untuk mengembangkan pendekatan

pembelajaran lain.

e. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan penelitian tentang

pengembangan E-modul fisika berbasis Etno STEM proses pembuatan

lamang khususnya pada pembelajaran fisika.

H. Asumsi Pengembangan

1. Asumsi Penelitian Pengembangan

a. Media pembelajaran fisika menggunakan Book Creator dapat

digunakan pada komputer, laptop atau notebook dan smartphone.

b. Materi yang dikembangkan dalam e-modul fisika adalah suhu, kalor

dan termodinamika yang sesuai dengan KI dan KD berdasarkan

kurikulum yang berlaku secara nasional, yaitu kurikulum 2013 revisi

2. Keterbatasan

a. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu praktikalitas hanya pada skala

kecil saja, dan belum dapat dilakukan keseluruh

b. Materi yang dikaji dalam pengembangan e-modul ini hanya pada

materi fisika suhu, kalor dan termodinamika


14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Fisika Dalam Perspektif Islam

Fisika adalah sebagai ilmu yang menyelidiki fenomena-fenomena pada

benda tak bernyawa. Karena berhubungan dengan alam maka pembelajaran

fisika tidak hanya bertujuan untuk membekali peserta didik dengan ilmu tetapi

juga bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang mengagungkan

kebesaran Allah.30 Sebagai contoh elaborasi integrasi islam dengan fisika

seperti dalam menjelaskan gerakan matahari, bulan, serta bumi terus

berlangsung tanpa sedikitpun bersinggung dengan kehidupan kita semua

30
Muh.Tarmizi Tahir, “Religious Integration In Science Learing In Madrasah,” Al-Muta’aliyah
Journal of Islamic Education (JIE) Vol.6, no. 1 (Februari 2021).
15

fenomena ini terjadi untuk memberikan kehidupan di muka bumi dan aneka

kemungkinan yang terjadi. Bumi melakukan rotasi, permukaannya yang

menghadap matahari akan terus-menerus terpapar cahaya matahari, sementara

bagian belakangnya akan selalu berada pada kegelapan. Jika keadaannya

semacam itu, maka kehidupan makhluk hidup didunia ini tidak akan ada. 31

Telah disebutkan dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 33 sebagai berikut :

ٍ َ‫س َو ْالقَ َم ۗ َر ُك ٌّل فِ ْي فَل‬


﴾ ٣٣ َ‫ك يَّ ْسبَحُوْ ن‬ َ ‫ر َوال َّش ْم‬Mَ ‫ق الَّي َْل َوالنَّهَا‬
َ َ‫﴿ َوهُ َو الَّ ِذيْ َخل‬

Artinya :

33. Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.

Masing-masing beredar pada garis edarnya. (Al-Anbiya'/21:33)

Tafsir QS. Al-Anbiya’: 33 yaitu Allah lah yang telah menciptakan bagi

kalian malam dan siang sebagai nikmat yang dilimpahkan kepada kalian dan

sebagai hujjah atas keagungan kekuasaannya-Nya. Keduanya mempunyai

kemaslahatan yang berbeda bagi kehidupan, urusan dunia dan akhirat kalian.

Allah pula yang telah menciptakan bumi, matahari dan bulan berjalan pada

orbitnya sebagaimana ikan berenang di laut.

Ini adalah pendapat modern, dan semua ini berjalan di alam yang

memenuhi jagat raya ini. Matahari berjalan, bumi berjalan dan bulan pun

berjalan, sedangkan di tengah-tengah adalah makhluk-makhluk hidup ini.

Perumpamaan alam-alam ini tidak ubahnya seperti alat cetak, sedangkan

31
Moh. Huzaini, “Bumi Bagaikan Makhluq Berakal Konsisten dalam Orbitnya,” IQTISODINA
Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Islam Vol. 4, no. 2 (Desember 2021): hlm.37.
16

makhluk-makhluk adalah kalimat dan baris-barisnya, atau sepertinya pabrik

yang setiap hari memproduksi barang baru setelah barang lama lenyap.32

2. Pembelajaran Fisika

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan

pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu

siswa agar dapat belajar dengan baik.33 Fisika merupakan ilmu pengetahuan

tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum

yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode

ilmiah. Fisika yang merupakan bagian dari sains, memiliki karakteristik yang

sama dengan sains lainya, sebagai sains, fisika lahir dan berkembang melalui

pengamatan dan eksperimen yang merupakan Langkah-langkah dalam kerja

ilmiah.34 Keterkaitan sains dan kehidupan manusia menunjukkan kemajuan

yang pesat berkat keberhasilan manusia dalam manganalisis dan

mendeskripsikan alam.35

Pembelajaran fisika bertujuan untuk membekali peserta didik dengan

pengetahuan, pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan ilmu


32
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Juz XVII (Semarang: Karya Toha Putra
Semarang, 1988).
33
Aenun Rahmawati Dewi Rusydatul Fauziah, Menjadi Guru Profesional dengan Menciptakan
Bahan Ajar yang Kreatif dan Mengevaluasi Pembelajaran (Bogor: Universitas Djuanda Bogor,
2020).
34
Pujianto ,dkk, Fisika untuk SMA/MA Kelas X Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam
(Klaten: PT. Intan Pariwara, 2016).
35
Ace Nurasa ,dkk, “Tinjauan Kritis Terhadap Ontologi Ilmu (Hakikat Realitis) dalam Perspektif
sains Moderen,” JIIP Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 2614-8854, Vol.5, no. 1 (Januari 2022).
17

pengetahuan dan teknologi.36 Fisika bukan hanya sebatas angka tanpa makna

fisis yang menganalisis peristiwa alam secara ilmiah serta menentukan aturan

atau hukum alam yang memungkinkan dapat diterangkan gejalanya

berdasarkan cara bernalar ilmiah.37 Pembelajaran fisika banyak membahas

pada kejadian dan fenomena alam. Peserta didik perlu mempelajari fisika

karena setiap manusia tidak akan terlepas dari segala kejadian, fenomena,

bentuk, sifat, dan gejala yang terjadi di alam semesta. Ketika belajar fisika,

peserta didik akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep,

asas, teori, prinsip, dan hukum-hukum fisika.38

3. Science, Technology, Engineering, and Mahematic (STEM)

STEM adalah sebuah pendekatan pembelajaran terpadu yang

mendorong peserta didik untuk berpikir lebih luas tentang masalah di

dunia nyata. STEM juga mendukung pengalaman belajar yang berarti

dalam pemecahan masalah, serta terkait dalam sains, teknologi, yang dapat

diartikan melalui tenik, seni dan termasuk juga unsur matematika.39

Zanj K. Avery menjelaskan bahwa Pendidikan STEM sebagai

pendekatan interdisiplin, yang di dalamnya siswa dituntut untuk memiliki

pengetahuan dan keterampilan pada bidang ilmu pengetahuan, dan


36
Yolanda Febrianti ,dkk, “Pengembangan Bahan Ajar Komik Fisika Berbasis Pendekatan
Kontekstual Materi Hukum Newton,” WaPFi (Wahana Pendidikan Fisika) Vol. 7, no. 1 (2022):
hlm. 11.
37
Sulistiyono, “Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Scientific Investigation untuk
Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Penguasaan Materi Siswa SMA,” Jago MIPA : Jurnal
Pendidikan Matematika dan IPA Vol.2, no. 1 (2022): hlm. 34-35.
38
Rika Yunita Anawati ,dkk, “Pengaruh Model Discovery Learning Berbasis Alat Peraga
Sederhana Fisika Materi Usaha dan Energi Terhadap Higher Order Thinking Skills (HOTS),”
Curricula. Journal Of Teaching and Learning Vol. 5, no. 3 (2020).
39
Ospa Pea Yuanita Meishanti Mei Jauharul Maknun, “Pengembangan E-modul Berbasis STEM
(Science Technologi Engineering and Mathematic) Materi Sistem Pernafasan,” EDUSCOPE
Vol.7, no. 1 (Juli 2021): hln. 45.
18

keterampilan pada bidang ilmu pengetahuan teknologi, rekayasa dan

matematika.40 STEM menekankan Pada kecerdasan dan mempunyai

dedikasi untuk ilmu pengetahuan.41

Penerapan STEM dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari 4C

yaitu creativity, critical thinking, collaboration and communication.

Sehingga perserta didik mampu menemukan solusi inovatif pada masalah

yang dihadapi secara nyata dan dapat menyampaikan dengan baik.42

Pendekatan STEM berupa untuk menumbuhkan keterampilan seperti

penyelidikan ilmiah dan kemampuan untuk memecahkan masalah.

Kepedulian untuk meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan STEM karena disebabkan banyaknya permintaan untuk

keterampilan STEM untuk memenuhi tantangan ekonomi yang semakin

akut.

Literasi STEM mengacu pada kemampuan individu untuk

menerapkan pemahaman tentang bagaimana ketatnya persaingan bekerja

di dunia nyata yang membutuhkan empat domain yang saling terkait.

STEM menjadi isu penting dalam Pendidikan saat ini.43 STEM

berkembang dengan sangat cepat.44 Tanpa dasar sains, teknologi, teknik


40
Zanj K. Every Edward M. Reeve, “Developing Effective STEM Professional Development
Programs,” Journal Of Technology Education 25, no. 1 (t.t.): hlm. 55-69.
41
Viviane Seyranian Alex Madva, “The Longitudinal Effects Of STEM Identity and Gender on
Flourishing and Achievement in college Physics,” International Journal of STEM Education, no. 1
(2018): hlm.40.
42
Diyah Ayu Budi Lestari Budi Astuti, “Implementasi LKS dengan Pendekatan STEM (Science,
Technology, Engineering and Mathematics) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa” Vol.4, no. 2 (Desember 2018).
43
Todd R. Kelley J. Geoff Knowles, “A Conceptual Framework For Integrated STEM Education,”
International Journal of STEM Education Vol. 3, no. 11 (2016).
44
Lara Perez-Felkner John S. Felkner, “The Puzzling Relationship Between International
Development and Gender Equity: The Case Of STEM Postsecondary Education In Cambodia,”
International Journal Of Educational Development, 2020.
19

dan matematika yang kuat perserta didik tidak akan mampu memenuhi

syarat mendapatkan suatu pekerjaan di era yang persaingan dan kemajuan

teknologi.45 Pembelajaran berbasis STEM Menuntut perserta didik untuk

menjadi innovator (pembaharuan), pemecahan masalah dan penemu yang

percaya diri, sadar teknologi dan mmapu berpikir logis. Pembelajaran

STEM memberikan kesempatan bagi perserta didik untuk belajar tidak

hanya di dalam kelas tetapi juga bisa di luar kelas.46

4. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan Ajar (Instuctional Materials) adalah seperangkat alat

pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara

mengevaluasi.47 Yang didesain secara sistematis dan menarik dalam

rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau

sub kompetensi dengan segala kompleksitasnya. Pengertian ini

menjelaskan bahwa suatu bahan ajar harus dirancang dan ditulis dengan

kaidah instruksional karena akan digunakan oleh pendidik dalam

membantu dan menunjang proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahan ajar merupakan segala bentuk bahan

yang berisi materi pembelajaran yang digunakan dalam proses


45
Rani Oktavia, “Bahan Ajar Berbasis Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM)
untuk Mendukung Pembelajaran IPA Terpadu,” Jurnal SEMESTA Pendidikan IPA Journal of
Science Education and Teaching Vol. 2, no. 1 (2019): hln.32-36.
46
Luke McGuire Kelly Lynn Mulvey, “STEM Gender Stereotypes From Early Childhood Through
Adolescence at Informal Science Centers,” Journal of Applied Developmental Psychology 67,
2020.
47
Jajang Bayu Kelana D. Fadly Pratama, Bahan Ajar IPA Berbasis Literasi Sains, Cetakan ke-1
(Bandung: PT. LEKKAS, 2019).
20

pembelajaran dimana materi pembelajaran tersebut hendaknya dapat

dipelajari dan dikuasai para peserta didik, baik berupa pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap melalui kegiatan pembelajaran. 48

Pengembangan bahan ajar juga dapat dipandang sebagai upaya suatu

pendidik untuk memberikan layanan yang lebih luas kepada peserta didik

untuk dapat berkembang secara optimal. 49 Kemajuan teknologi telah

tercermin dalam bahan ajar, yang mengakibatkan bahan ajar lebih

ditingkatkan dari segi kualitas dan kuantitas dan membawa banyak

manfaat bagi pendidik dan peserta didik.50 Dengan kecanggihan teknologi

peserta didik kritis mendapatkan informasi dan kreatif mengembangkan

informasi. Teknologi juga mempermudah proses pembelajaran.51

b. Jenis-Jenis Bahan Ajar

1. Bahan ajar untuk pembelajaran mandiri

Peserta didik melakukan kegiatan belajar mandiri (Self Learning) tanda

kehadiran pendidik. Pendidik bertindak sebagai fasilitator yang

bertugas merancang kegiatan pembelajaran, menyiapkan bahan ajar

memberikan tugas belajar kepada peserta didik. Jenis bahan ajar yang

diperlukan pendidik antara lain modul, materi presentasi bersuara,

film, program audio.


48
Anna Elvarita ,dkk, “Pengembangan Bahan Ajar Mekanika Tanah Berbasis E-Modul pada
Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Negeri Jakarta,” Jurnal Pendidikan
Teknik Sipil (JPenSil) Vol.9, no. 1 (1 Januari 2020): hlm. 1-7.
49
Ratumanan Imas Rosmiati, Perencancanaan Pembelajaran, Cekatan ke-1 (Depok: PT. Raja
Grafindo Persada, 2019).
50
Timur Koparan, “Analysis of Teaching Materials Developed by Prospective Mathematics
Teachers and Their Views on Material Development,” Malaysian Online Journal of Educational
Technology Vol.5, no. 4 (2017).
51
Febriani ,Ahmad Nurhuda, “Kurikulum Pembelajaran Sejarah di Era Digital,” Tarikhuna
Journal of History and History Education Vol.2, no. 2 (November 2020).
21

2. Bahan ajar untuk sistem tatap muka

Pendidik dan peserta didik melakukan interaksi belajar mengajar baik

di kelas maupun diluar kelas. Untuk mendukung kegiatan belajar

mengajar dan membuatnya menjadi lebih efektif. Bahan ajar ini dapat

berupa bahan komplikasi, handout, atau dalam bentuk lembar kerja

peserta didik (LKPD).

3. Bahan ajar untuk sistem pembelajaran kombinasi

Sistem kombinasi yang dimaksud di sini adalah kombinasi antara

pembelajaran mandiri dan pembelajaran tatap muka. Bahan ajar untuk

sistem pembelajabahan ran kombinasi dapat berbentuk buku ajar,

modul, bahan kompilasi, materi prestasi dalam bentuk powerpoint atau

adobe flash.

Pengelompokan bahan ajar cetak dapat ditinjau dari aspek

teknologi, sebagai berikut :

1) Handout

2) Buku

3) Modul

4) Lembar Kegiatan Peserta Didik (Student Worksheet)

5) Brosur

6) Leaflet

7) Wallchart

8) Foto atau Gambar52

c. Prinsip-Prinsip Bahan Ajar


52
Imas Rosmiati, Perencancanaan Pembelajaran.
22

1) Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya

relevan ada kaitan atau hubungannya dengan pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya, jika kompetensi yang

diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi

pembelajaran diajarkan harus berupa fakta, atau bahan hafalan.

2) Prinsip konsisten artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus

dikuasai peserta didik empat macam, maka bahan ajar yang harus

diajarkan juga meliputi empat macam

3) Prinsip kecakupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup

memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar

yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh

terlalu banyak, jika terlalu sedikit kurang membantu mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan

membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk

mempelajarinya.53

5. Modul Pembelajaran Fisika

a. Pengertian Modul Pelajaran Fisika

Modul merupakan suatu media pembelajaran yang berisi kumpulan

bahan ajar kompleks yang disajikan dalam bentuk “self-instruction”,

dapat diartikan bahwa modul itu bisa dipelajari oleh siswa secara

mandiri.54 Modul juga dapat membantu guru dalam membimbing peserta


53
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar
dalam Pendidikan Agama Islam, Cetakan ke-1 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011).
54
Alif Alimin ,Hansi Effendi, “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Daring pada Mata
Diklat Instalasi Penerangan Listrik Kelas XI di Sekolah Menegah Kejuruan,” Ranah Research
Journal of Multidicsiplinary Research and Development Vol.2, no. 4 (Agustus 2020).
23

didik dan menambah sumber belajar mereka. Modul adalah bahan ajar

yang ditulis sendiri oleh pendidik untuk memudahkan siswa dalam

mempelajari materi secara mandiri.55

Modul adalah suatu pedoman bahan ajar yang digunakan oleh

peserta didik dalam proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis,

operasional, serta terarah sehingga peserta didik dapat belajar secara

mandiri yang dapat membantu peserta didik memahami tujuan belajar

dengan seperangkat pengalaman belajar yang terencana.56 Di dalam modul

terdapat bahan belajar (learning materials), aktivitas pembelajaran yang

akan dilakukan peserta didik bahan pedoman bagi tutor serta alat penilaian

hasil belajar mandiri.57

b. Tujuan Modul

1) Siswa dapat menggunakan cara yang mereka inginkan dalam belajar

2) Siswa dapat menyesuaikan dalam belajar sesuai dengan kemampuan

masing-masing.

3) Siswa diberi kesempatan untuk mengenal kelebihan dan

kekurangannya dan memperbaiki kelemahan untuk melalu program

remedial.

55
Nahuah ,Pristi Suhendro, Modul Elektronik Prosedur Penyusun dan Aplikasinya, Cetakan ke-1
(Yayasan Kita Menulis, 2020).
56
Syafruddin Nurdin Adriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran, Cetakan ke-2 (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2016).
57
Darsini, “Efektivitas penggunaan Metode Ekspositori Berbantuan Modul untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Luas Bangunan Datar pada Siswa Kelas VI SDN Pandean 3 Kabupaten Ngawi
Tahun Pelajaran 2018/2019,” Jurnal Edukasi New Normal Vol.2, no. 1 (2022).
24

4) Siswa mempunyai pola minat yang berbeda-beda untuk mencapai

tujuan yang sama sehingga siswa dapat menyesuaikan topik pelajaran

yang diminati.58

c. Fungsi Modul

Fungsi modul ialah sebagai bahan belajar yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran peserta didik. Dengan modul peserta didik

diharapkan dapat belajar lebih terarah dan sistematis. Selain itu, peserta

didik diharapkan dapat menguasai kompetensi yang dituntut oleh kegiatan

pembelajaran yang diikutinya, modul juga diharapkan memberikan

petunjuk belajar bagi peserta didik selama mengikuti pelajaran. Sedangkan

bagi pengajar modul berfungsi sebagai acuan dalam menyajikan dan

memberikan materi pembelajaran selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.59

d. Kelebihan dan kelemahan Modul

1. Pembelajaran dengan menggunakan modul memiliki kelebihan :

a. Fokus pada kemampuan individual siswa.

b. Adanya kontrol terhadap hasil belajar dengan penggunaan standar

kompetensi di setiap modul yang harus dicapai masing-masing

siswa

58
Adriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran.
59
Bambang Warsita, Pendidikan Jarak Jauh Perancangan, Pengembangan, Implementasi dan
Evaluasi Diklat, Cetakan ke-1 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011).
25

c. Relevansi kurikulum yang ditunjukan dengan adanya tujuan dan

cara pencapaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui keterkaitan

antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya

2. Pembelajaran dengan menggunakan modul memiliki kelemahan :

a. Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu.

Bagus atau tidak kualitas dari suatu modul bergantung pada

penyusunanya

b. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta

membutuhkan manajemen Pendidikan yang sangat berbeda dari

pembelajaran konvensional, karena setiap siswa memiliki waktu

yang berbeda-beda dalam menyelesaikan modul.

Manfaat dari pengembangan modul adalah membuat siswanya

lebih mudah dalam memahami setiap mata pelajaran karena modul dibuat

semenarik mungkin dan disesuaikan dengan permasalahan yang dialami

siswa. Salah satu kemampuan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran

fisika adalah kemampuan dalam memecahkan masalah.60

6. Modul Elektronik (E-Modul)

Kemajuan teknologi di dunia ini sudah semakin meningkat, hampir

seluruh kegiatan yang dilakukan memakai teknologi, begitu pula dengan

pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan.61 Peningkatan kualitas

pembelajaran harus sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan

60
Anggraini Diah Puspitasari, “Penerapan Media Pembelajaran Fisika Menggunakan Modul Cetak
dan Modul Elektronik pada Siswa SMA,” Jurnal Pendidikan Fisika Vol.7, no. 1 (Maret 2019).
61
Hilmania Dwi Lestari ,Desak Putu Parmiti, “Pengembangan E-Modul IPA Bermuatan Tes
Online untuk Meningkatkan Hasil Belajar,” Journal of Education Technology Vol.4, no. 1 (2020).
26

informasi yang sedang berkembang luas di masyarakat. Salah satu bentuk

bahan ajar yang dapat dikembangkan adalah modul, sebagian besar modul

dibuat dalam bentuk cetak. modul dalam bentuk cetak cenderung monoton dan

kurang dalam diminati peserta didik, cara agar modul dapat lebih diminati

peserta didik adalah dengan menciptakan modul dalam bentuk elektronik yang

dapat dijadikan suatu produk interaktif karena dapat disisipkan produk lain

seperti gambar, animasi, audio, maupun video, selain itu dengan

perkembangan teknologi.62

a. Pengertian E-Modul

Modul Elektronik atau (E-modul) adalah bahan belajar mandiri

yang disusun secara sistematis yang dipakai dalam pembelajaran, yang

dalam penggunaanya memakai piranti elektronik berupa komputer untuk

meningkatkan daya interaktif siswa dan ketertarikan siswa sehingga tujuan

dari pembelajaran tersebut dapat dicapai dengan baik.63 Modul elektronik

merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara sistematis ke dalam

pembelajaran yang bersifat self instruction, self contained, stand alone,

adaptif dan user friendly didalamnya memuat satu materi pembelajaran.64

E-modul mempunyai kelebihan yang sistematis dengan

penggunaan piranti elektronik memberikan kesempatan siswa untuk

belajar dimana saja karena e-modul berbentuk file, sehingga lebih praktis
62
Ricu Sidiq ,Najuah, “Pengembangan E-Modul Interaktif Berbasis Android Pada Mata Kuliah
Strategi Belajar Mengajar,” Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 9, no. 1 (Januari 2020).
63
Sri Maiyena ,dkk, “Pengembangan Modul Elektronik Fisika Berbasis Konstruktivitas Untuk
Kelas X SMA,” JoTaLP : Journal of Teaching and Learning Physics Vol.5, no. 1 (2020).
64
Wahyu Nuning Budiarti , Mawan Akhir Riwanto, “Pengembangan Modul Elektronik (E-modul)
Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia SD Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Mahasiswa PGSD,” Elementary School Vol.8, no. 1 (1 Januari 2021): hlm. 97-104.
27

untuk dibawa.65 Belajar mengajar dengan teknologi digital dapat

mempromosikan cara belajar baru dan dapat secara efektif berkontribusi

pada keberhasilan pengetahuan dan keterampilan.66 Teknologi adalah

kekuatan pendorong untuk reformasi pendidikan, teknologi pendidikan

tidak bisa ditangkap hanya dengan melihat komputer di dalam kelas.

Komputer hanya sebagai alat yang ditambahkan ke dalam pembuatan

bahan ajar.67

b. Fungsi E-modul

1. Bahan ajar mandiri, maksudnya e-modul berfungsi untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik tanpa tergantung pada

kehadiran pendidik, sehingga melatih kemandirian peserta didik.

2. Pengganti fungsi pendidik, siswa dibiasakan belajar mandiri tanpa

harus ada pendidik berfungsi secara langsung. Oleh karena itu

efektivitas bahasa yang digunakan dalam e-modul yang dikembangkan

harus diperhatikan agar mudah dipahami peserta didik.

3. Perangkat evaluasi, siswa harus dapat mengukur kemampuannya

sendiri dengan menggunakan e-modul tersebut

4. Rujukan, karena umumnya setiap e-modul membahas pokok bahasan

materi tersendiri referensi pembelajaran selain buku teks.

c. Kelebihan dan Kelemahan E-modul

65
Susilawati Susilawati ,dkk, “Penguasaan Konsep Siswa Melalui Sumber Belajar E-modul Gerak
Lurus dengan Software Flipbook Maker,” (UPEJ)Unnes Physics Education Journal Vol.9, no. 1
(t.t.).
66
Michael Sailer ,dkk, “Contextual Facilitator For Learning Activities Involving Technology in
Higher Education: The Cb-Model,” Computers In Human Behavior, 106794, 121 (2021).
67
Nicholas C. Burbules ,dkk, “Five Trends Of Education And Technologgy In A Sustainable
Future,” Geography And Sustainability Vol. 1 (2020): hlm. 93-97.
28

1. kelebihan E-modul dibandingkan Modul cetak :

a. Kelebihan e-modul dibanding dengan modul cetak adalah sifat

yang interaktif memudahkan dalam navigasi, memungkinkan

menampilkan atau memuat gambar, audio, video dan animasi serta

dilengkapi tes atau soal dan kuis yang interaktif sehingga dapat

mengukur tingkat penguasaan materi di akhir kegiatan belajar. Ini

merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan modul cetak.68

b. E-modul dapat diakses secara online baik melalui laptop maupun

smartphone. E-modul memfasilitasi peserta didik belajar secara

mandiri. Peserta didik dapat mengakses e-modul kapanpun dan

dimanapun dengan menggunakan smartphone.69

c. E-modul dapat meningkatkan efektifitas dan fleksibilitas, pelajaran

dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, tidak terikat ruang dan

waktu. Dapat meningkatkan motivasi peserta didik, dapat

menyajikan lebih interaktif dan lebih dinamis dibandingkan dengan

media cetak.70

d. Kelebihan e-modul dari modul cetak adalah e-modul lengkap

dengan media interaktif seperti video, audio, animasi dan fitur

68
Suarsana Mahayukti, “Pengembangan E-Modul Berorientasi Pemecahan Masalah Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa” Vol.2, no. 2 (Oktober).
69
Alexander Hamonangan Simamora ,dkk, “pengembangan E-Modul Berbasis Proyek Untuk Mata
Kuliah Fotografik di Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha,” Journal
of Education Technology Vol.2, no. 1 (2018): 51–60.
70
Annisatul Aulia Andromeda, “Pengembangan E-modul Berbasis Inkuiri Terbimbing Terintegrasi
Multirepresentasi dan virtual Laboratory pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Untuk
Kelas X SMA/MA,” EKJ Edukimia Journal Vol. 1, no. 1 (30 Juli 2019).
29

interaktif lain yang dapat dimainkan dan diputar ulang oleh peserta

didik.71

2. kelemahan E-modul dibandingkan Modul cetak :

a. Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu dibutuhkan lama

b. Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang

dimiliki oleh peserta didik pada umumnya

c. Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk

terus menerus memantau proses belajar siswa, memberikan

motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa

membutuhkan.

7. Kearifan Lokal

a. Pengertian Kearifan Lokal

Dalam kamus besar bahasa indonesia, arti dari kata kearifan berarti

kebijaksanaan, cerdik, pandai, karakter atau kepribadian sedangkan kata

lokal diartikan sebagai setempat. Berdasarkan pengertian tersebut, kearifan

lokal adalah segala sesuatu yang bersifat bijaksana, dihasilkan dari sebuah

kecerdasan manusia dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat setempat.72

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta

strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh

masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan

71
Budhi Oktavia Rahadian Zainul, “Pengenalan dan Pengembangan E-modul Bagi Guru-Guru
Anggota MGMP Kimia dan Biologi Kota Padang Panjang,” 2019.
72
Irwanto, “Kaba Lamamang Tanjung Ampalu: Sebuah Penelusuran Kearifan Lokal” Vol.28, no. 1
(2020): hlm.55.
30

kebutuhan mereka.73 Pengetahuan adat juga merupakan istilah umum yang

dipahami sebagai pengetahuan lokal atau tradisional yang diperoleh

selama jangka waktu yang panjang untuk membimbing interaksi manusia

dengan lingkungan.74 Jadi secara keseluruhan kearifan lokal adalah

gagasan yang timbul dan berkembang secara terus menerus di dalam

sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata aturan atau norma, nilai,

budaya , kepercayaan dan kebiasaan sehari-hari.75 Pengetahuan adat atau

kearifan lokal digunakan untuk menggambarkan pengetahuan yang dibuat

oleh masyarakat adat yang memungkinkan untuk digunakan dalam

pembelajaran.76 Penerapan kearifan lokal dalam bentuk E-modul Fisika

dalam konteks ini adalah untuk menggali keadaan lingkungan fisik sekitar

maupun rutinitas masyarakat sehari-hari. Sehingga peserta didik akan

lebih mudah dalam memahami materi fisika karena konsepnya sering

dijumpai oleh peserta didik sendiri.77

b. Fungsi Kearifan Lokal

1. Penanda identitas sebuah komunitas sebagai elemen perekat (aspek

kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan.

73
Sibyl Diver, “Negotianti Indigenous Knowledge at the Science-Policy Interface: Insights from
the Xaxli’p Community Forest,” Environmental Science & Policy 73, 2017, hlm. 1-11.
74
Emmanuel Mavhura ,dkk, “Forest and Wildlife Resource-Conservation Efforts Based on
Indigenous Knowledge: The Case of Nharira Community in Chikomba District, Zimbabwa,”
Forest Policy and Economics 105, 2019, hlm. 83-90.
75
Khusna, “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Fisika Berbasis Kearifan Lokal Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII Materi Cahaya Di MTs Miftahul Falah Talun Kec.
Kayen Kab. Pati,” 2018.
76
Muhammad Aliman, “Local Wisdom Of Minangkabau Tradition Malamang As A
Supplementary Of Teaching Material For Geography At Senior High School,” International
Conference on Education and Science (ICONS), 2017.
77
Renol Afrizon Letmi Driwidal, “Upaya Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Melalui
Kajian Konsep Fisika Pada Arsitektur Kearifan Lokal Budaya Sumatera Barat.,” Jurnal Eksakta
Pendidikan (JEP) Vol.1, no. 2 (November 2017).
31

2. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah

komunitas.

3. Mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan

kelompok dengan meletakkannya di atas commom ground atau

kebudayaan yang dimiliki

4. Mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai

sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai kemungkinan

yang timbul.78

c. Contoh-contoh Kearifan Lokal yang berkaitan dengan fisika

1. Beduk, pengoprasian beduk erat kaitannya dengan materi fisika

getaran, gelombang dan bunyi.79

2. Pupuik batang padi, rabab, talempong, bansi berkaitan dengan materi

fisika bunyi.80

3. Permainan Kanikir, erat kaitanya dengan materi fisika momentum dan

impuls.81

4. Tarian bonet kaitannya dengan materi fisika tentang gerak melingkar.82

78
Sely Indri Prameswari ,dkk, “Kearifan Lokal Masyarakat Adat Dayak Hibun Dalam
Melestarikan Hutan Teringkang di Dusun Beruak Desa Gunam Kecamatan Parindu Kabupaten
Sanggau,” Jurnal Hutan Lestari Vol.7, no. 4 (2019): hlm. 1669.
79
Farida Amrul Almuharumah ,dkk, “Pengembangan Modul Fisika STEM Terintegrasi Kearifan
Lokal Beduk Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP.,” Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika Vol. 7, no. 1 (2019).
80
Letmi Driwidal, “Upaya Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Kajian Konsep
Fisika Pada Arsitektur Kearifan Lokal Budaya Sumatera Barat.”
81
Anatasija Limba Lisa Suharlan, “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal
Permainan Kanikir di Desa Hitu Lama Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah,” Biosel:
Biology Science and Education Vol.9, no. 1 (2020): hlm. 35-42.
82
Vivi Elvi Rosanti Husin , Agsen Hosanty Billik, “Identifikasi Konsep Fisika Pada Kearifan
Lokal Anyaman di Kabupaten Timor Tengah Selatan,” Jurnal Fisika : Fisika sains dan
Aplikasinya Vol.4, no. 2 (Oktober 2019).
32

5. Anyaman, tenunan, ukiran erat kaitanya dengan materi fisika gaya,

hukum newton dan tekanan.83

6. Arsitektur rumah gadang berkaitan dengan materi fisika tentang

kecepatan aliran air, momentum dan impuls, adhesi dan kohesi dan

peristiwa kapilaritas.84

8. Lamang

Setiap masyarakat (suku bangsa) memiliki makanan tradisional

dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan warisan turun temurun dari

leluhurnya. Salah satu makanan tradisional yang cukup dikenal di

indonesia sejak dahulu adalah lamang. Lamang adalah sejenis makanan

yang terbuat dari beras ketan (pulut) yang dicampur dengan air kelapa

(santan) serta garam, yang kemudian dimasukan kedalam bambu yang

sudah berlapis daun pisang muda, selanjutnya dimasak pada perapian yang

telah disiapkan.85 Dimasak menggunakan kayu bakar selama 4-6 jam.86

Bambu yang digunakan untuk membuat lamang adalah bambu dewasa

(Panjang 20 cm, diameter 5 cm), bambu yang berumur tua tidak dijadikan

alat masak lamang karena bambu berusia tua akan dijadikan perlengkapan

83
Lisa Suharlan, “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal Permainan Kanikir di Desa
Hitu Lama Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.”
84
Letmi Driwidal, “Upaya Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Kajian Konsep
Fisika Pada Arsitektur Kearifan Lokal Budaya Sumatera Barat.”
85
Refisrul, “Fungsi Lemang Dalam Upacara Perkawinan Suku Besemah Di Kabupaten Kaur
Provinsi Bengkulu,” Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol.5, no. 2 (November 2019): hlm.
236-238.
86
“Local Wisdom Of Minangkabau Tradition Malamang As A Supplementary Of Teaching
Material For Geography At Senior High School.”
33

bangunan rumah, pagar sedangkan bambu berumur muda biasanya tetap

dibiarkan tumbuh dan juga bisa dijadikan masakan atau sayur (rebung).87

Proses pengukusan dan pembakaran lamang menggunakan konsep

fisika suhu dan kalor, kaitan materi kalor pada proses pembakaran lamang

yaitu alat bakar lamang yang terbuat dari alumunium, besi atau baja yang

mudah mengantarkan panas (konduksi) wadahnya diameter 38 cm tinggi

45 cm berkapasitas 15 liter air, pembakaran menggunakan alat bakar

lamang hanya untuk 10 batang bambu. Bambu termasuk kedalam daya

hantar panas isolator atau bahan yang sulit menghantarkan panas. proses

pembakaran dengan cara meletakkan bambu di atas alat bakar yang sudah

diisi bara api yang terbuat dari besi atau baja posisi bambu harus diputar

agar pemanasan merata. Dalam proses pembuatan lamang juga terdapat

materi fisika yaitu suhu, suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin

suatu benda. Skala yang digunakan skala celcius. Suhu pemanasan yang

digunakan yaitu pengukusan suhu uap panas yang terukur berkisar 80°C -

95°C, pada metode perebusan menggunakan suhu didih 100°C, dan pada

proses pembakaran suhu panas yang sekitar 128,4°C – 211,6°C.

9. Keterampilan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir manusia, merupakan suatu anugerah yang diberikan

tuhan yang tidak ternilai harganya. Dari hasil olah pikir, manusia menemukan

berbagai pengetahuan yang sangat berguna untuk mengembangkan kehidupan

87
Yudhistira Ardi Poetra, “Upaya Pemerintah Dalam Mengkomunikasikan Tradisi Malamang
Menjadi Objek Pariwisata Budaya di Kabupaten Padang Pariaman,” Jurnal Pustaka Budaya Vol.5,
no. 2 (Juli 2018).
34

kearah yang lebih baik.88 Berpikir ala Al-Qur’an merupakan memikirkan

sesuatu objek atau peristiwa berarti menganalisi keduanya dengan

menggunakan citra visual, lalu menerjemahkan ke dalam kata-kata, dan

akhirnya menjelma dalam perbuatan.89 Berpikir adalah melatih ide-ide, dengan

cara yang tepat dan seksama, yang dimulai dengan adanya masalah.90

Telah disebutkan didalam Al-Qur’an dalam QS. Ar-Rum Ayat 8 :

ِّ ‫ض َو َما بَ ْينَهُ َمٓا اِاَّل بِ ْال َح‬ ‫﴿ اَولَم يتَفَ َّكرُوْ ا ف ٓي اَ ْنفُسهم ۗ ما خَ لَ َ هّٰللا‬
ۗ‫ق َواَ َج ٍل ُّم َس ّمًى‬ َ ْ‫ت َوااْل َر‬ِ ‫ق ُ السَّمٰ ٰو‬ َ ِْ ِ ْ ِ َ ْ َ
﴾ ٨ َ‫اس بِلِقَ ۤاِئ َربِّ ِه ْم لَ ٰكفِرُوْ ن‬
ِ َّ‫َواِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ الن‬
Artinya :

8. Apakah mereka tidak berpikir tentang (kejadian) dirinya? Allah tidak

menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali

dengan benar dan waktu yang ditentukan. Sesungguhnya banyak di antara

manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.

Tafsiran QS. Ar-Rum ayat 8 : yaitu anjuran mentafakkuri proses

penciptaan manusia, penciptaan langit dan bumi berserta segala makhluk yang

ada didalamnya. Karena sesungguhnya Allah menciptakan semua itu

mempunyai maksud dan tujuan yang benar bagi mereka yang mau

mentafakkurinya. Jika mereka mampu menggunakan mata dan kalbunya

dengan baik untuk memahami darimana mereka dilahirkan, bagaimana mereka

tumbuh menjadi besar dan tua kemudian mati, kemana mereka akan kembali
88
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, Edisi ke-1 (PT. Fajar
Interpratama Mandiri, Kencana, 2013).
89
Mahmud Puput Fatturahman, Psikologi Pendidikan, Cetakan ke-3 (CV. Perpustakan Setia,
2017).
90
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, Cetakan ke-2 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016).
35

setelah mati, serta merenungkan alam raya maka itu pasti mengantarkan

mereka kepada keyakinan tentang keesaan Allah serta keniscayaan hari

kebangkitan. Tafakkur dapat di artikan sebagai usaha berpikir yang

menungkinkan manusia untuk berpikir tentang segala hal, baik tentang segala

ciptaan Allah SWT.91

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau

gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang

berhubungan dengan konsep atau masalah yang dipaparkan.92 Keterampilan

berpikir kritis adalah kemampuan analisis atau keterampilan berpikir yang

tinggi dimana seseorang menguraikan kesimpulan berdasarkan bukti, berfokus

kepada argumen dan penalaran. Keterbukaan terhadap argumen atau bukti

baru, mengevaluasi opsi yang berbeda dan berpikir logis. 93 Pemikiran yang

sesuai dengan fakta atau teori yang diketahui yang sering dikaitkan dan

mendefinisikannya sebagai tindakan memperoleh, mengembangkan, melatih

kemampuan untuk memahami koneksi inferensial yang ada di antara

pertanyaan.94

Proses Kritis terdiri dari 3 mekanisme mental, sebagai berikut:

91
Noffiyanti, “Tafakkur dalam Kehidupan Perspektif Al-Qur’an dan Hadis,” Mau’idhoh Hasanah
Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi Vol.2, no. 1 (Juli 2021).
92
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Cetakan ke-1 (PT. Fajar
Interpratama Mandiri, Kencana, 2013).
93
Miguel Landa-Blanco Antonio Corte s-Remos, “Pschology Students Attitudes Towards
Researct: The Of Critical Thinking, Epistemic Orientation and Satisfaction With Research
Courses,” Heliyon 7, 2021.
94
Zhenzhen Li, “Critical Thinking Cultivation In Chinese Learning Classes for International
Students During the Covid-19 Pandemic,” Thinking Skills and Creativity 40, 2020.
36

1. Kemampuan Untuk memiliki pikiran terbuka, menghasilkan sejumlah

ide yang berbeda (Pelebaran).

2. Kemampuan untuk membuka kombinasi yang tidak biasa antara ide-

ide yang berbeda dan dikenal (Menghubungkan).

3. Kemampuan untuk menangkap dan restrukturisasi properti baru dari

situasi tertentu dengan ide untuk mengasumsikan perspektif yang

berbeda (Reorganisasi).95

b. Unsur-unsur Dasar Berpikir Kritis

Menurut Ennis terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang

disingkat menjadi FRISCO:

1. F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang

diyakini maka harus bisa memperjelas pertanyaan atau isu yang

tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai apa.

2. R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan

putusan-putusan yang dibuat berdasarkan situasi dan fakta yang

relevan.

3. I (Inference): Membuat kesimpulan yang beralasan atau

menyungguhkan. Bagaimana penting dari langkah penyimpulan ini

adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan, pertimbang

dari interpretasi akan situasi dan bukti.

4. S (Situation): Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam

berpikir akan membantu memperjelas pertanyaan (dalam F) dan

95
,dkk, “Disposition Toward Critical Thinking and Creative Confidence Beliefs in Higher
Education Students : The Mediating Role of Openness to Diversity and Challenge.”
37

mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-bagian yang relevan

sebagai pendukung

5. C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah yang digunakan.

6. O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh

keputusan yang diambil.96

c. Karakteristik Berpikir Kritis

1. Memiliki Perangkat pikiran tertentu yang digunakan untuk mendekati

gagasannya dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan

memecahkan masalah.

2. Bersikap skeptis, yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali

telat membuktikan sendiri kebenarannya

Berdasarkan karakteristik di atas, pendidikan mengharapkan agar

seluruh peserta didik dapat berkembang menjadi manusia yang mampu

berpikir secara kritis. Oleh karena itu, maka guru pada semua jenjang

pendidikan seharusnya dapat memberikan perhatian penuh pada proses

perkembangan kemampuan berpikiran kritis.97

d. Indikator Berpikir Kritis

1. Memberikan penjelasan sederhana (Elementary Clarification):

memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen pertanyaan, bertanya

dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan.

96
Filiz Demirci, Cengiz özyürek., “The Effects of Using Concept Cartoons in Astronomy Subjects
on Critical Thinking Skills among Seventh Grade Student,” International Electronic Journal of
Elementary Education Vol. 10, no. 2 (Desember 2017).
97
Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains, Cetakan Ke-1 (Bandung: PT. Pustaka Reka
Cipta, 2013).
38

2. Membangun keterampilan dasar (Basic Support): apakah sumber dapat

dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan laporan hasil

observasi.

3. Membuat Inferensi (Inferring): mendedukasi dan mempertimbangkan

hasil dedukasi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,

menentukan pertimbangan

4. Membuat penjelasan lebih lanjut (Advanced Clarification):

mendefinisikan istilah dan pertimbangan definisi dalam tiga dimensi,

mengidentifikasi asumsi.

5. Mengatur strategi dan taktik (Strategies and Tactics): memutuskan

suatu tindakan, berinteraksi dengan orang lain.98

10. Karakteristik Materi

Karakteristik materi yang diambil adalah kelas XI IPA

a. Suhu dan Kalor

KD 3.5 : Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang

meliputi karakteristik termal suatu bahan, kapasitas dan konduktivitas

kalor pada kehidupan sehari-hari.

KD 4.5 : Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik

termal suatu bahan, terutama terkait dengan kapasitas dan

konduktivitas kalor, beserta presentasi hasil percobaan dan

pemanfaatannya.

98
Masani Romauli, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA Melalui
Pendekatan Keterampilan Proses,” Jurnal Basicedu Vol.4, no. 3 (2020): hlm. 580.
39

Tabel 1.2 Karakteristik Materi Suhu dan Kalor

Materi Pembahasan
A. Suhu
Suhu adalah besaran untuk menyatakan ukuran
derajat panas dinginnya suatu benda. Terdapat
empat skala yang digunakan dalam pengukuran
suhu yaitu, skala Celcius, Fahrenheit, Reamur,
dan Kelvin.
B. Pemuaian zat
1. Pemuaian zat
Suhu a. Muai panjang
b. Muai luas
c. Muai ruang
2. Pemuaian zat cair
Muai zat cair lebih besar jika dibandingkan
dengan muai zat padat.
3. Pemuaian zat gas
Sifat gas diantaranya adanya perubahan
volume dan selalu mengisi seluruh ruangan.
Kalor B. kalor
Kalor adalah energi yang mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah.
1. Pengaruh kalor pada perubahan wujud zat
a. Proses mencair dan membeku
b. proses menguap dan mengembun
c. Proses mengkristal dan menyublim
2. Azas black
Kalor merupakan energi yang dapat
berpindah, prinsip ini merupakan prinsip
40

hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan


energi dirumuskan pertama kali oleh Joseph
Black (1728-1899)
3. Perpindahan Kalor
a. Konduksi
b. Konveksi
c. Radiasi

b. Termodinamika

KD 3.7 : Menganalisis hukum-hukum termodinamika

KD 4.7 : Membuat karya atau model penerapan hukum I dan II

Termodinamika dan makna fisisnya.

Tabel 2.2 Karakteristik Materi Termodinamika.

Materi Pembahasan
Termodinamika A. Sistem Termodinamika
Termodinamika mencakup dua konsep, yaitu
konsep termal atau kalor dan konsep dinamika
atau mekanika
B. Keadaan Termodinamika
1. Hukum Ke nol
2. Hukum I termodinamika
3. Hukum II termodinamika

Integrasi Ayat Al-Qur’an yang Berhubungan dengan Materi

a. Suhu dan Kalor

QS. An-Nahl ayat 13


41

﴾ ١٣ َ‫ض ُم ْختَلِفًا اَ ْل َوانُهٗ ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم ي ََّّذ َّكرُوْ ن‬
ِ ْ‫﴿ َو َما َذ َراَ لَ ُك ْم فِى ااْل َر‬

Artinya :

13. (Dia juga mengendalikan) apa yang Dia ciptakan untukmu di bumi ini

dengan berbagai jenis dan macam warnanya. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang

mengambil pelajaran.

Secara harfiah memang kita melihat dan merasakan banyak wujud dan

jenis benda yang diciptakan Allah SWT. Dibalik itu banyak juga yang tidak

tampak dan berupa sifat atau potensi, antara lain seperti energi yang disediakan

untuk manusia. Energi itu termasuk suhu dan kalor.99

b. Termodinamika

QS. Ar-Rahman ayat 9

﴾ ٩ َ‫ ْال َو ْزنَ بِ ْالقِ ْس ِط َواَل تُ ْخ ِسرُوا ْال ِميْزَ ان‬M‫﴿ َواَقِ ْي ُموا‬

Artinya :

9. Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu

mengurangi timbangan itu.

Tafsiran Q.S Ar-Rahman ayat 9 yang berbicara mengenai bahwa

Allah memperhatikan segala pertumbuhan dan perkataan manusia. Adapun

pengulangan di sini mengandung arti bahwa allah mewasiatkan keadilan

dan menekankan agar keadilan itu dipakai dan dianjurkan. Pertama Allah

SWT telah menyuruh agar melakukan keseimbangan. Kemudian


99
Romlah, Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Fisika, Cetakan ke-1 (Bandar Lampung: Harakindo
Publishing, 2011).
42

melakukan tugyan, yang berarti melampaui batas. Selanjutnya dia

melarang khusran, yang berarti mengurangi dan berbuat curang. Qatadah

berkata mengenai ayat ini, berlaku adillah hai anak adam, sebagaimana

kamu ingin diperlakukan dengan adil, dan tunaikanlah dengan sempurna,

karena dengan keadilan manusia menjadi beres. Dan setelah Allah SWT

menyebutkan nikmah-nikmat-Nya, yaitu dengan diangkat-nya langit, maka

Dia sebutkan lawan dari langit itu, yaitu bumi.100

11. Kriteria Kualitas Produk

a. Tingkat Kevalidan

Menurut KBBI, valid berarti memuat cara yang semestinya, perangkat

pembelajaran E-modul dikatakan valid jika perangkat pembelajaran

tersebut berkualitas baik fokus pada materi dan pendekatan pembelajaran

yang digunakan. Kelayakan dinili dari empat aspek yaitu kelayakan isi,

kelayakan kebahasaan, kelayakan media dan kelayakan konstruksi.101

1. Kelayakan isi

Kelayakan isi produk dilihat dari cakupan materi, serta keakuratan

materi, serta kesesuaian dengan kompetensi dan pendekatan yang

digunakan

2. Kelayakan kebahasaan

Kelayakan bahasa meliputi kesesuaian dengan perkembangan perserta

didik, ketepatan kaida penulisan serta sesuai dengan EYD.

100
Tafsir Al-Maraghi Juz XVII.
101
Dyah Purboningsih, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Guided
Discovery pada Materi Barisan dan Deret untuk Siswa SMK Kelas X,” Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, t.t.
43

3. Kelayakan media

Kelayakan media dinilai dari tampilan produk, ketepatan warna dan

huruf yang digunakan.

4. Kelayakan konstruksi

Kelayakan konstruksi dinilai seberapa jauh item-item tes mampu

mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan

konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validasi

konstruksi biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang

dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya

performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat,

konsep diri, locus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi,

dan lain-lain

b. Tingkat Kepratisan

Menurut KBBI praktikalitas berarti bersifat praktis artinya mudah dan

senang dalam pemakaian. Menurut purboningsih perangkat pembelajaran

dikatakan praktis jika pendidik dan peserta didik mempertimbangkan

perangkat pembelajaran mudah digunakan dan sesuai dengan rencana

penelitian. Apabila terdapat kekonsistenan antara kurikulum dengan proses

pembelajaran, maka perangkat pembelajaran bisa dikatakan praktis.

Praktis disini adalah praktis dalam kemudahan penggunaan, waktu

penggunaan, kesenangan dan kemenarikan produk yang dikembangkan.

c. Tingkat Keefektifan
44

Menurut KBBI tingkat efektivitas dapat dikatakan efektif jika dapat

membawa hasil. Perangkat pembelajaran E-modul dikatakan efektif jika

peserta didik mengerti dan paham dengan produk yang dikembangkan. Uji

efektivitas dalam produk ini digunakan untuk melihat tingkatan

kemampuan berpikir kritis aspek elementary clarification, basic support

dan advance clarification.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Linda Novitasari tentang Fisika, Etnosains,

Dan Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Sains. Menunjukan bisa

meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa dalam pembelajaran, ini

layak dicoba untuk pembelajaran lainya.102

2. Penelitian yang dilakukan oleh Meli Junita Dinissjah dan Nirwana tentang

Penggunaan Model Pembelajaran Direct Instruction Berbasis Etnosains

dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa. menunjukan bahwa model ini dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik.103

3. Penelitian yang dilakukan oleh azizah dan yasin tentang Pengembangan

Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Kearifan Lokal. dinyatakan valid

dan layak digunakan.104

102
Linda Novitasari ,dkk, “Fisika, Etnosains, dan Kearifan Lokal dalam Pembelajaran Sains,”
Seminar Nasional Pendidikan Fisika III, 15 Juli 2017.
103
Meli Junia Dinissjah ,dkk, “Penggunaan Model Pembelajaran Direct Instruction Berbasis
Etnosains dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa,”
Jurnal Kumpara Fisika Vol.2, no. 2 (Agustus 2019).
104
Azizahwati Azzizahwati, “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Kearifan Lokal,”
Jurnal Geliga Sains Vol.5, no. 1 (2017): 65–69.
45

4. Penelitian yang dilakukan oleh Husnul Khatimah tentang Pengembangan

LKS Berbasis Kearifan Lokal untuk Peningkatan Keterampilan

Penyelesaian Masalah Siswa. dinyatakan valid dan bisa digunakan dalam

pembelajaran.105

5. Penelitian yang dilakukan oleh Farida Amrul Al muharomah tentang

Pengembangan Modul Fisika STEM Terintegrasi Kearifan Lokal “Beduk”

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP.

Dinyatakan bahwa layak digunakan serta mendapat respon yang baik dari

peserta didik.106

Terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terdahulu dengan peneliti lakukan yaitu bahwa peneliti terdahulu belum

ada yang membuat bahan ajar E-modul Fisika yang berbasis STEM

pembuatan lamang terhadap berpikir kritis peserta didik. masing-masing

peneliti ada yang hanya mengambil kearifan lokal saja. Peneliti

sebelumnya membuat bahan ajar berbentuk cetak. Karena itu, peneliti

tertarik untuk menggabungkan peneliti tentang bahan ajar E-modul fisika

yang dibuat dalam bentuk digital dengan pendekatan STEM proses

pembuatan lamang terhadap berpikir kritis peserta didik

C. Kerangka Berpikir

105
Husnul Khatimah ,dkk, “Pengembangan LKS Berbasis Kearifan Lokal untuk Peningkatan
Keterampilan Penyelesaian Masalah Siswa,” Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol.6, no. 2
(2018).
106
,dkk, “Pengembangan Modul Fisika STEM Terintegrasi Kearifan Lokal Beduk Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP.”
46

Kesulitan yang sebagian besar dialami oleh peserta didik mengenai

pembelajaran fisika adalah peserta didik masih belum menggunakan bahan

ajar yang menarik. Seperti buku cetak masih menjadi bahan utama dalam

proses pembelajaran, hal ini mengakibatkan pembelajaran cenderung

membosankan. Jika ditinjau kembali, buku cetak memiliki biaya yang

cukup mahal dan tidak dapat menampilkan video, gambar, animasi atau

audio. Bahan ajar yang digunakan belum bisa menarik peserta didik agar

bisa belajar secara mandiri dan belum bisa mengasah berpikir kritis peserta

didik. Dengan menggunakan bahan ajar berupa modul digital (e-modul)

akan menjadikan suasana belajar menjadi lebih baik. Pengembangan bahan

ajar berupa buku digital dilakukan agar menarik minat peserta didik untuk

belajar. Pengembangan bahan ajar dalam bentuk e-modul ini

menggunakan pendekatan STEM proses pembuatan lamang. Diharapkan

dengan e-modul ini peserta didik lebih memahami konsep materi Fisika

dengan lebih mudah karena pembelajaran dikaitkan dengan sesuatu yang

ada di lingkungan sekitar mereka. Bahan ajar e-modul ini juga diharapkan

bisa mengasah pola berpikir kritis peserta didik.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D).

Penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk


47

menghasilkan sebuah produk dalam bidang keahlian tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut.107 Produk penelitian dan pengembangan

dalam bidang pendidikan dapat berupa media, model, peralatan, buku,

modul, alat evaluasi dan perangkat pembelajaran.108

Penelitian yang berjenis Research and Development merupakan

suatu proses atau langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya dengan terlebih

dahulu mencari tahu permasalahan yang membutuhkan suatu produk

tertentu sebagai solusinya.109 Pada penelitian ini yang akan dikembangkan

oleh peneliti adalah bahan ajar. Pengembangan media pembelajaran akan

menghasilkan E-Modul Fisika berbasis STEM Proses Pembuatan Lamang

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik.

B. Model Pengembangan

Melaksanakan pengembangan Bahan ajar E-Modul Fisika berbasis STEM

proses pembuatan lamang terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

diperlukan model-model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan.

Model pengembangan dalam penelitian ini adalah model Plomp yang meliputi

tiga tahapan pengembangan, yaitu: penelitian pendahuluan (Preliminary

107
Zaki Rahmani ,dkk, “Perencanaan Sistem Informasi Akademik Pada Paud Godwilling
Mampang Depok Berbasis Java Menggunakan Metode R&D,” Seminar Nasional Riset dan
Inovasi Teknologi (SEMNAS RISTEK) Vol.6, no. 1 (19 Januari 2022): hlm.455.
108
Siti Rohma ,dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web Model ADDIE Untuk
Mata Pelajaran Desain Grafis Percetakan,” Pengembangan Media Pembelajaran Vol.12, no. 1 (1
Januari 2022): hlm.3-4.
109
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan pemgembangan, Edisi ke-4 (Jakarta: PT.
KENCANA, 2013).
48

Research), fase pengembangan atau prototipe (Development of Prototype phase),

dan fase penilaian (Assessment Phase).110

1. Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research)

Tahapan ini dilakukan dalam beberapa tahapan :

a. Analisis kebutuhan dan konteks

Analisis kebutuhan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan

masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan

suatu pengembangan bahan pembelajaran. Dengan analisis ini akan

didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah

dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan media

pembelajaran yang dikembangkan. Analisis peserta didik dilaksanakan

dengan wawancara terhadap pendidik dan peserta didik fisika.

No Daftar Pertanyaan Untuk Pendidik

1. Sekarang ini belajar dengan menggunakan penyederhanaan

kurikulum, bagaimana cara guru menerapkan pembelajaran

Fisika kepada peserta didik?

2. Apa ada kendala dalam pembelajaran yang ditemukan?

3. Bahan ajar seperti apa yang digunakan untuk pembelajaran saat

ini?

110
Nurul Fauziah ,dkk, “Analisis Preliminery Research Phase dengan Model Plomp Sebagai Dasar
Pengembanagan Modul Belajar Bermuatan Hasil Riset Untuk Mahasiswa,” Jurnal Bioterdidik :
Wahana Ekspresi Ilmiah Vol.9, no. 3 (Desember 2021): hlm.228.
49

No. Daftar Pertanyaan Untuk Peserta Didik


4.1. Apakah dengan
Apakah bahan
dengan ajar yang ada
pembelajaran peserta
seperti saat didik bisapaham
ini kamu paham

dengan pembelajaran
dengan yang dilaksanakan?
materi fisika?
5.2. Apakah pesertacara
Bagaimana didik E-modul?
pendidik Kalau ada ada
menerangkan apakah E-modul
Pembelajaran?

3. tersebut
Bahanpendidik yang
ajar seperti kembangkan
apa yang atau E-modul yang
sering digunakan?

4. beredar di internet?
Apakah selama pembelajaran pendidik hanya memberikan
6. Apakah dalam menerapkan pembelajaran, ada dikaitkan
tugas saja?

5. dengan kearifancara
Bagaimana lokalkamu
yangmengerjakan
ada di sekitartugas
peserta didik?
yang diberikan

pendidik?

6. Apakah ada kesulitan yang dirasakan selama pembelajaran

pada kondisi sekarang?

7. Menurut kamu, apakah perlu dibuatkan bahan ajar yang

efektif yang bisa menunjang pembelajaran pasca covid-19

saat ini?

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara

b. Analisis literatur / Studi pustaka

Analisis ini dilakukan untuk menentukan konsep-konsep landasan teori

yang memperkuat pengembangan bahan ajar E-modul fisika Berbasis

STEM proses pembuatan lamang terhadap berpikir kritis peserta didik.

analisis literatur dilakukan dengan cara menganalisis teori-teori dan

penelitian yang relevan dengan bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM
50

yang dikembangkan. Dalam tahap ini juga dilakukan analisis kurikulum

dan materi yang sudah disesuaikan dengan kompetensi dasar (KD) produk

yang dibuat.

1. Analisis Kurikulum

Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada

saat itu. Dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai.

Analisis kurikulum berguna untuk menganalisis Kompetensi Dasar

(KD) pada materi fisika suhu, kalor dan termodinamika.

2. Analisis Materi

Analisis materi bertujuan untuk menentukan isi dan materi yang

dibutuhkan dalam bahan ajar yang dikembangkan. Pemilihan materi

pelajaran disesuaikan dengan materi yang sesuai dengan Pendekatan

STEM proses pembuatan lamang. Analisis ini membantu

mengidentifikasi kemungkinan contoh Analisi dan non contoh untuk

digambarkan dalam mengantar peneliti ke proses pengembangan.

3. Analisis Media

Pada tahap analisis media, peneliti menganalisis media pelajaran yang

digunakan dan beredar di lapangan. Analisis yang dilakukan meliputi

identifikasi media pelajaran seperti apa yang digunakan dan beredar di

lapangan, mengidentifikasi media pembelajaran yang digunakan di

SMAN 5 Padang serta kelebihan dan kekurangan media pembelajaran

beredar tersebut.

4. Analisis Konsep
51

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep yang akan

diajarkan, menyusun dalam bentuk struktur dan rincian konsep-konsep

individu ke dalam hal yang kritis dan tidak relevan. Analisis

membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan contoh

untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan. Analisis

konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi pengetahuan

deklaratif atau prosedural pada materi fisika yang akan dikembangkan.

2. Pengembangan atau Prototipe (Development of Prototype phase)

Tahapan ini merupakan kelanjutan dari tahapan pertama yang bertujuan

untuk menghasilkan prototipe bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM

proses pembuatan lamang terhadap berpikir kritis peserta didik yang valid.

pada tahap ini terjadi pengulangan-pengulangan untuk perbaikan prototipe.

Tahapan kegiatan adalah mendesain prototipe, melakukan evaluasi formatif,

dan revisi prototipe. Pada tahap ini juga didesain instrumen validasi produk,

instrumen praktikalitas dan instrumen efektifitas dan keefektifan oleh ahli, dan

instrumen untuk validasi instrumen.

a. Mendesain Produk

Pada tahap ini dilakukan perancangan bahan ajar E-modul fisika berbasis

STEM proses pembuatan lamang terhadap berpikir kritis peserta didik,

dengan unsur-unsur bahan ajar adalah tampilan background bahan ajar

kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan

pembelajaran dan tampilan materi fisika dan tampilan biodata penulis.

b. Evaluasi Formatif
52

Evaluasi formatif dilakukan untuk mengetahui kevalidan bahan ajar E-

modul fisika berbasis STEM proses pembuatan lamang. Bentuk kegiatan

evaluasi formatif yang dilakukan pada bahan ajar E-modul fisika berbasis

STEM proses pembuatan lamang adalah penilaian oleh pakar (expert

review). Pakar atau ahli diminta untuk memberikan penilaian dan saran

terhadap prototipe I bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM proses

pembuatan lamang. Penilaian dan saran dari para pakar terhadap produk

menggunakan instrumen validasi produk dari segi validasi isi, bahasa dan

media. Pakar ahli juga diminta memprediksi kepraktisan dan keefektifan

penerapan bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM proses pembuatan

lamang.

c. Revisi Prototipe

Revisi terhadap desain produk dilakukan berdasarkan masukan dan saran

pada ahli dan praktisi hasil evaluasi formatif. Penilaian ahli dan praktisi

harus memperlihatkan bahwa prototipe sudah dikategorikan valid sehingga

layak digunakan. Jika hasil dan praktisi menyatakan tidak layak maka

akan dilakukan revisi kembali dan tahap evaluasi formatif di ulang. Jika

penilaian para ahli dan praktisi menyatakan prototipe I valid, maka peneliti

diajukan ke tahap penilaian (assessment phase). Hasil dari tahap ini adalah

prototipe II bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM proses pembuatan

lamang terhadap berpikir kritis peserta didik yang bisa diimplementasikan

dalam pembelajaran untuk melihat kepraktisan dan keefektifannya.

3. Penilaian (Assessment Phase)


53

Tujuan dari tahap ini adalah untuk melihat praktikalitas dan efektivitas dari

prototipe II bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM proses pembuatan

lamang hasil fase pengembangan. Tingkat kepraktisan dilihat dari jawaban

angket praktikalitas oleh pendidik fisika dan angket praktikalitas peserta didik.

Efektivitas bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM proses pembuatan

lamang dilihat dari soal tes dan jawaban angket peserta didik setelah

menggunakan produk yang dikembangkan. Setiap tahapan bertujuan untuk

menghasilkan produk yang valid, praktis dan efektif sesuai dengan kriteria

kualitas produk dari Nieveen.

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini diadopsi dari

langkah penelitian pengembangan pendidikan dengan model Plomp. Adapun

prosedur pengembangan dengan model Plomp adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research)

Tahap ini bertujuan untuk menganalisis masalah utama yang mendasari

pentingnya pengembangan bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM

proses pembuatan lamang pada materi fisika Suhu, kalor dan

termodinamika terhadap berpikir kritis peserta didik. kesimpulan langkah-

langkah Preliminary Research bisa dilihat pada tabel 3.2 berikut

Tabel 3.2 Langkah-langkah Preliminary Research

Aktivitas Kriteria/ Deskripsi Hasil


penelitian Sasaran kegiatan
Analisis Analisis 1. Menganalisis Rencana
54

Pendahuluan kebutuhan rasional pe penggunaan E-


gembangan
(pendidik dan modul fisika
penggunaan E-
peserta didik) berbasis STEM
modul fisika
berbasis STEM proses pembuatan
proses pembuatan
lamang dalam
lamang
materi fisika
2. Menganalisis
pengembangan Suhu, Kalor dan
penggunaan E-
termodinamika
modul fisika
terhadap berpikir
berbasis STEM
proses pembuatan kritis peserta
lamang yang
didik. yang sesuai
sesuai dengan
dengan
perkembangan
peserta didik perkembangan

peserta didik.
55

Analisis Menganalisis Teori-teori dan

Literatur teori-teori dan hasil penelitian

penelitian yang yang mendukung

relevan dengan pengembangan E-

pengembangan E- modul fisika

modul fisika berbasis STEM

berbasis STEM proses pembuatan

proses pembuatan lamang

lamang

2. Pengembangan atau Prototipe (Development of Prototype phase)

Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap pertama, bertujuan untuk

menghasilkan prototipe penggunaan bahan ajar E-modul fisika berbasis

STEM proses pembuatan lamang yang valid. tahap ini terdiri dari tiga

kegiatan yaitu : mendesain prototipe, melakukan evaluasi formatif,dan

revisi prototipe, ringkasan kegiatan pada tahap ini dilihat pada tabel 3.3

berikut :

Tabel 3.3 Tahap Evaluasi Formatif Pada Development Of Prototype phase

Tahapan Evaluasi Kriteria Instrumen Hasil


penelitian
56

Mendesain Sebagai Lanjutan dari tahap Desain awal


prototipe sebelumnya prototipe I E-
modul fisika
berbasis STEM
proses
pembuatan
lamang dalam
materi fisika
Suhu, Kalor dan
termodinamika
terhadap
berpikir kritis
perserta didik
57

Evaluasi Expert 1. Validasi 1. Prototipe E-


Formatif review isi instrumen modul fisika
2. Validasi validasi berbasis STEM
Bahasa produk proses
3. validasi pembuatan
Media lamang dalam
4. Validasi materi fisika
Konstruksi Suhu, Kalor dan
Termodinamika
terhadap
berpikir kritis

komentar prototipe II
dan saran (bahan ajar E-
terhadap modul fisika
prototipe berbasis STEM
proses
pembuatan
lamang pada
materi fisika
Suhu, Kalor dan
Termodinamika
terhadap
berpikir kritis
peserta didik.
58

3. Tahapan Penilaian (Assessment Phase)

Tujuan tahap ini adalah melakukan penilaian mendalam terhadap prototipe

II Bahan ajar berbasis STEM proses pembuatan lamang yang telah

direvisi. Instrumen yang digunakan untuk melihat kepraktisan produk

adalah angket kepraktisan yang diisi oleh 2 orang pendidik fisika dan

angket kepraktisan yang diisi oleh peserta didik. instrumen yang

digunakan untuk melihat keefektifan produk adalah jawaban angket dan

soal tes yang diisi oleh peserta didik terhadap produk yang dikembangkan.

Rangkuman kegiatan pada tahap evaluasi sumatif dalam pengembangan

bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM dalam proses pembuatan

lamang dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Tahap Evaluasi Sumatif Assessment Phase

Kegiatan Kriteria Instrumen Hasil


penilaian
Uji coba Praktikalitas Angket Bahan ajar berbasis
terbatas praktikalitas bahan STEM proses
ajar E-modul fisika pembuatan lamang
berbasis STEM pada materi fisika
proses pembuatan Suhu, Kalor dan
lamang saat uji Termodinamika untuk
coba untuk peserta melihat berpikir kritis
didik perserta didik yang
praktis
Efektivitas Soal tes dan angket Bahan ajar berbasis
berpikir kritis saat STEM pada materi
penerapan produk fisika Suhu, Kalor dan
untuk peserta didik Termodinamika
Untuk melihat
59

berpikir kritis peserta


didik yang efektif.

Berdasarkan langkah pengembangan yang sudah dilakukan, dapat

digambarkan menjadi bagian alur seperti terlihat pada gambar berikut :

Langkah
Tahap Kegiatan Penelitian Pengembangan
Plomp
1. Preliminary
1. Analisis Kebutuhan Research (Riset
2. Analisis Literatur
Awal).
Tahap I
2. Prototyping
Penyusunan Desain Awal bahan ajar berbasis
STEM proses pembuatan lamang phase
Produk
E-modul

Prototipe I bahan ajar


E-modul fisika STEM

Revisi Validasi

Analisis
prototipe

Valid

Tahap II 3. Assessment
Uji Coba Terbatas Phase
Uji coba terbatas

Analisis Belum praktis


hasil dan Efektif
Revisi
60

sudah Praktis dan Efektif

Bahan ajar E-modul berbasis


STEM proses pembauatan lamang
yang valid, praktis dan efektif

D. Uji Coba Produk

1. Uji Validasi

Kevalidan E-modul ini dilihat dari segi kelayakan isi, kelayakan bahasa,

kelayakan media dan kelayakan konstruksi. Uji validasi menunjukan tingkat

pengakuan atau pengesahan oleh para ahli, sehingga E-modul yang

dikembangkan layak diuji cobakan. Uji validasi bertujuan untuk mendapatkan

penilaian, saran, ataupun komentar mengenai E-modul yang dikembangakan.

Validator yang memvalidasi E-modul ini berjumlah empat orang, yang terdiri

dari 1 orang validator materi, 1 orang sebagai validator bahasa, 1 orang

sebagai validator media, dan satu orang sebagai validator konstruksi.

a. Aspek Materi

Aspek materi dinilai oleh satu orang dosen yang ahli materi fisika. Aspek

ini dinilai berdasarkan kelayakan materi dari bahan ajar E-modul fisika

berbasis STEM proses pembuatan lamang terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik.

b. Aspek Kebahasaan
61

Aspek kebahasaan dinilai oleh satu orang dosen yang ahli bahasa

indonesia. Aspek ini dinilai berdasarkan bahasa dan penggunaan tanda

baca pada e-modul fisika berbasis STEM proses pembuatan lamang

terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

c. Aspek Media

Aspek media dinilai oleh satu orang dosen yang ahli media. Aspek ini

dinilai berdasarkan kelayakan media dari E-modul berbasis STEM proses

pembuatan lamang terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

d. Aspek Konstruksi

Aspek konstruksi dinilai oleh satu orang dosen yang ahli konstruksi.

Aspek ini dinilai berdasarkan komponen penyajian pada E-modul fisika

berbasis STEM proses pembuatan lamang terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik.

2. Uji Praktikalitas

Praktikalitas menunjukan sejauh mana tingkat ketercapaian dan

kepraktisan produk bahan ajar E-modul fisika berbasis STEM proses

pembuatan lamang pada materi fisika Suhu, kalor dan termodinamika

terhadap berpikir kritis peserta didik, memiliki praktikalitas yang tinggi

apabila bersifat praktis. Praktikalitas produk dapat diketahui dengan

melihat respon pendidikan dan peserta didik setelah menggunakan bahan

ajar E-modul yang dikembangkan.

3. Uji Efektivitas
62

Efektivitas produk menunjukan keefektifan atau tidaknya produk E-modul

yang dikembangkan sebagai bahan ajar. Keefektifan produk dapat dilihat

dari minat peserta didik dalam belajar fisika setelah menggunakan bahan

ajar E-modul fisika berbasis STEM proses pembuatan lamang yang

dikembangkan. Uji efektivitas produk ini pada materi fisika Suhu, Kalor

dan Termodinamika dapat dilihat dari angket dan soal yang akan diberikan

kepada peserta didik sesudah menggunakan produk yang dikembangkan.

Data yang didapat dianalisis sehingga dapat ditentukan tingkat

efektifitasnya.

E. Subjek Uji Coba

Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek validitas, terdiri dari 5 orang validator yang ahli pada bidangnya,

yaitu dua orang validator ahli materi, satu orang validator ahli bahasa, dan

dua orang validator ahli media

2. Subjek praktikalitas, terdiri dari beberapa pendidik fisika dan peserta didik

kelas XI di SMAN 5 Padang

3. Subjek efektivitas, terdiri dari peserta didik kelas XI di SMAN 5 Padang.

F. Jenis Data

Data hasil penelitian dikelompokkan menjadi 2 yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif.

1. Data Kualitatif
63

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah masukan atau saran dari hasil

validasi yang telah dilakukan, lembar masukan atau saran dari hasil

penilaian validator (ahli materi, ahli media dan ahli bahasa) dengan

kategori yaitu :

SB = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

K = Kurang

SK = Sangat Kurang

Sedangkan data kualitatif respon peserta didik berupa masukan atau saran

respon berupa pernyataan dengan kategori :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

CS = Cukup Setuju

KS = Kurang Setuju

SKS = Sangat Kurang Setuju

Hal tersebut dengan pernyataan positif dan negatif. Data kualitatif

diperoleh dari data instrumen angket, praktikalitas, dan efektifitas.

2. Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah skor penilaian setiap poin

kriteria penilaian dari data kualitatif pada lembar penilaian yang diisi oleh

ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa diubah menjadi skor dan skala

likert yaitu :
64

SB = 5

B =4

C =3

K =2

SK =1

Kategori respon peserta didik berupa pertanyaan positif dan negatif

yang kemudian diubah kedalam skor berdasarkan skala likert yaitu :

SS =5

S =4

CS = 3

TS = 2

STS = 1

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan beberapa

teknik sebagai berikut :

Tabel 3.5 Instrumen Pengumpulan Data dalam Penelitian

No Kriteria Instrumen
1. Valid a. Lembar penilaian instrumen validitas

b. Lembar penilaian instrumen praktikalitas

c. Lembar penilaian instrumen efektivitas

d. Angket validitas E-modul Fisika berbasis

STEM proses pembuatan lamang terhadap


65

berpikir kritis peserta didik kelas XI.

2. Praktis a. Angket praktikalitas E-modul Fisika

berbasis STEM proses pembuatan lamang

pada materi fisika Suhu, Kalor dan

Termodinamika oleh pendidik

b. Angket praktikalitas bahan ajar fisika

berbasis STEM proses pembuatan lamang

pada materi fisika Suhu, Kalor dan

Termodinamika oleh peserta didik

3. Efektif a. Angket efektivitas E-modul fisika

berbasis STEM proses pembuatan lamang

terhadap berpikir kritis oleh peserta didik.

b. Tes, berupa soal yang dilakukan dengan

menyesuaikan kondisi pembelajaran di

sekolah tersebut, baik online atau offline.


66

Terlihat bahwa masing-masing aspek diukur terdiri dari instrumen yang

berbeda-beda. Instrumen tersebut telah disesuaikan dengan teori yang ada.

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

1. Validasi Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa lembar validasi dari ahli materi, ahli

media, ahli bahasa, ahli konstruksi, pendidik IPA (Fisika), serta peserta

didik. Instrumen penelitian yang akan digunakan harus divalidasi

terlebih dahulu. Validasi instrumen penelitian bahan ajar E-modul

fisika berbasis STEM proses pembuatan lamang dilakukan oleh dua

orang validator instrumen dari dosen Tadris IPA-Fisika dengan

menyebarkan angket validasi instrumen penelitian pertanyaan-

pertanyaan yang sudah dinilai oleh validator akan diuji reliabilitasnya

dan kevalidannya. Untuk menguji kevalidan dari validasi instrumen

digunakan skala likert, yaitu pernyataan memperoleh bobot tertinggi

sebagai berikut :

Tabel 3.6 Bobot Pernyataan Validitas Instrumen

Pernyataan Bobot Pertanyaan

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Cukup Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1


67

Perhitungan data nilai akhir hasil validasi dianalisis dalam skala (0-

100) dilakukan dengan menggunakan rumus :

x
P= x 100 % …………………………………. (3.1)
y

Keterangan :

P = Nilai validitas instrumen penelitian

X = Skor yang diperoleh dari hasil validasi

Y = Skor maksimum hasil validasi

Tabel 3.7 Kriteria Nilai Validasi Instrumen

Nilai Angka Klasifikasi

81 – 100 Sangat Valid

61 – 80 Valid

41 – 60 Cukup Valid

21 – 40 Kurang Valid

0 – 20 Tidak Valid

Instrumen validasi dikatakan valid apabila hasil yang didapatkan

berada dalam rentang 61% - 100%, dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian. Penyajian data dan analisis data penelitian validasi angket

validasi, validasi angket praktikalitas, dan validitas angket efektivitas

sebagai berikut :

a. Validasi angket validasi


68

Data yang diperoleh dari hasil validasi angket validitas oleh dua orang

validator.

b. Validasi angket praktikalitas

Data yang diperoleh dari hasil validasi angket validitas oleh dua orang

validator

c. Validasi soal kuis efektivitas

Soal kuis efektivitas peserta didik di validasi oleh satu orang validator.

Soal kuis terdiri 10 butir

d. Instrumen validitas

Instrumen validasi dapat berupa angket yang diberikan kepada lima

orang validator ahli yang terdiri dari dua orang validator ahli materi,

dua orang validator ahli media, satu orang validator ahli bahasa.

2. Lembar Instrumen validasi

Instrumen validasi dapat berupa angket yang diberikan kepada empat

orang validator ahli yaitu satu orang validator materi atau isi, satu

orang validator media, satu orang validator bahasa dan satu orang

validator konstruksi. Angket validasi digunakan untuk mengetahui

kelayakan isi, kesesuaian dengan syarat konstruksi (kebebasan), dan

kesesuaian dengan syarat teknis (kegeografisan) terhadap produk yang

dirancang sebagai implementasi bahan ajar E-modul yang diadopsi

dari kriteria penilaian media pembelajaran dan beberapa referensi lain

untuk pencapaian kompetensi peserta didik pada materi fisika Suhu,

Kalor dan Termodinamika.


69

3. Lembar instrumen praktikalitas

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui praktikalitas E-modul

fisika berbasis STEM proses pembuatan lamang adalah menggunakan

angket. Teknik pengumpulan data untuk mengetahui praktikalitas E-

modul adalah dengan menyebar angket kepada pendidik fisika, peserta

didik SMA/MA. Angket praktikalitas pendidik diisi oleh 2 orang

pendidik SMA/MA terhadap penggunan E-modul fisika berbasis

STEM proses pembuatan lamang pada materi fisika Suhu, Kalor dan

Termodinamika

4. Lembar instrumen efektivitas

instrumen yang digunakan untuk mengetahui efektivitas bahan ajar E-

modul berbasis STEM adalah dengan menggunakan angket dan soal

tes untuk melihat keterampilan berpikir kritis peserta didik. dari soal

yang diberikan dilihat kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah

menggunakan E-modul terinterasi kearifan lokal pada materi fisika

Suhu, Kalor dan Termodinamika. Soal tes dijawab oleh beberapa

orang peserta didik kelas XI. Sebelum soal tes digunakan pada kelas

peneliti, soal diuji cobakan terlebih dahulu untuk melihat reliabilitas

soal tes, daya beda dan tingkat kesukaran soal tes.

a. Reliabilitas Soal
70

Reliabilitas ini sangat diperlukan guna menyokong terbentuknya

validitas. Untuk menenkan reliabilitas suatu tes, digunakan rumus

sebagai berikut:111

[ ]
2

[ ]
b
k σ
r 11= 1− ………………………..(3.2)
k −1 2
δ
t

Keterangan :

r 11 = Reliabilitas yang dicari

K=¿ Banyak butir soal

2
∑ = Jumlah Varians skor tiap-tiap item
σb

2
δ
t
= Varians total

Skor reliabilitas yang dianalisis dalam skala 0 – 1.00 diklasifikasi

kedalam kriteria klasifikasi indeks reliabilitas soal.112

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal

No Kriteria Reliabilitas Kategori

1. 0.90 < r11 ≤ 1.00 Reliabilitas Sangat Tinggi

2. 0.70 < r11 ≤ 0.90 Reliabilitas Tinggi

3. 0.40 < r11 ≤ 0.70 Reliabilitas Cukup

4. 0.20 < r11 ≤ 0.40 Reliabilitas Rendah


111
suharsimi Arikunto, Penelitian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta:
Aditya Media, 2011).
112
Elis Ratnawulan A. Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia, 2015).
71

5. 0.00 < r11 ≤ 0.20 Reliabilitas Sangat Rendah

Tabel 3.8 menunjukkan rentang nilai serta klasifikasi kriteria

klasifikasi indeks reliabilitas soal yang telah dianalisis. Penilaian

indeks reliabilitas soal memiliki rentang dari 0 – 1.00 dengan kategori

klasifikasi reliabilitas sangat rendah hingga reliabilitas sangat tinggi.

b. Daya Pembeda

Beda subjek peserta tes dipisahkan menjadi dua sama besar

berdasarkan atas skor total yang mereka peroleh. Untuk mengetahui

daya beda soal dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menghimpun tes yang dikerjakan peserta didik

2. Menskor tes yang dikerjakan peserta didik dengan kunci yang

ditentukan

3. Mengurutkan tes pekerjaan peserta didik dari yang mendapatkan

skor tertinggi sampai yang terendah

4. Mengambil atau menetapkan sebanyak 27% skor teratas sebagai

kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok

bawah (JB)

5. Menghitung jumlah jawaban yang betul untuk setiap soal baik

untuk kelompok atas maupun kelompok bawah

6. Menghitung daya beda soal.


72

Dengan menggunakan persamaan :

Ba B b
D= − ……………………………………. (3.3)
Ja Jb

Keterangan :

D = Daya beda butir soal

Ja = Banyaknya peserta didik

Jb = Banyaknya peserta didik

Ba = Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

Bb = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar

Skor daya pembeda yang dianalisis dalam skala negatif -1.00

diklasifikasikan kedalam kriteria klasifikasi indeks daya beda soal

yang dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:113

Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Daya Beda

No Indeks Daya Beda Kategori

1. Negatif Sangat Jelek

2. 0.00 – 0.20 Jelek

3. 0.21 – 0.40 Cukup

4. 0.41 – 0.70 Baik

5. 0.71 – 1.00 Baik Sekali

113
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian Edisi Revisi, cetakan ke-7 (Jakarta: Rineka Cipta,
2005).
73

Tabel 3.9 menunjukan rentang nilai secara klasifikasi kriteria

klasifikasi indeks daya beda soal yang telah dianalisis. Penilaian

indeks daya beda soal memiliki rentang nilai dengan negatif -1.00

dengan kategori klasifikasi daya beda sangat jelek hingga baik

sekali.

c. Tingkat kesukaran Soal

Tingkat kesukaran soal adalah kemampuan tes tersebut dalam

menjaring banyak subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan

benar. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab dengan

benar maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi, sebaliknya jika sedikit

dari subjek yang hanya menjawab benar maka taraf kesukarannya

rendah. Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dan dicari dengan

menggunakan persamaan :

J
P= ………………………………..(3.4)
B

Keterangan :

P = Tingkat kesukaran soal

B = Subjek menjawab benar

J = Banyak subjek yang mengikuti tes

Skor tingkat kesukaran soal yang dianalisis dalam skala 0 – 1.00

diklasifikasikan kedalam kriteria klasifikasi indeks tingkat kesukaran soal

yang dapat dilihat pada tabel 3.10 sebagai berikut :


74

Tabel 3.10 Klasifikasi Indeks Tingkat Kesukaran Soal

No Indeks Kesukaran Kategori

1. 0.00 – 0.15 Sangat Sukar

2. 0.16 – 0.30 Sukar

3. 0.31 – 0.70 Sedang

4. 0.71 – 0.85 Mudah

5. 0.86 – 0.100 Sangat Mudah

Penilaian indeks tingkat kesukaran soal memiliki rentang nilai dari 0 – 1.00

dengan kategori klasifikasi tingkat kesukaran sangat mudah hingga sangat sukar.

H. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

1. Teknik analisis dan pengolahan data untuk validitas produk

Validitas produk yang telah dibuat dapat dilihat dari angket-angket yang

diisi oleh empat validator dan hasil tanya jawab selama proses validasi

validitas E-modul fisika berbasis STEM proses pembuatan lamang.

Pembobotan lembar angket dilakukan berdasarkan skala likert. Skala likert

dikembangkan oleh Rensis Likert, responden hanya memberikan

persetujuan atau ketidak setujuan terhadap butir angket tersebut. Skala

likert disusun berkategori positif. Pertanyaan positif mendapatkan bobot

tertinggi dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.11 Bobot Pernyataan Validasi Media


75

No Pernyataan Bobot Pernyataan

1. Sangat Tidak Setuju 1

2. Tidak Setuju 2

3. Ragu-Ragu 3

4. Setuju 4

5. Sangat Setuju 5

Skor dihitung dengan cara mengalikan jumlah skor responden dengan nilai

bobot. Jumlah skor total dibagi dengan jumlah bobot tertinggi, kemudian

digunakan rentang 0 – 100. Penilaian validitas ditentukan berdasarkan

kriteria interpretasi skor yang diperoleh. Perhitungan data nilai hasil

validasi dianalisis dalam skala (0 – 100) dilakukan dengan menggunakan

rumus :

X
P= ×100 % …………………………………..(3.5)
Y

Keterangan :

P = Nilai validatas produk penelitian

X = Skor yang diperoleh dari hasil validasi produk


76

Y = Skor maksimum hasil validitas produk

Tabel 3.12 Kriteria Nilai Validitas

No Kategori Interval

1. Sangat Tidak Valid 0 – 20

2. Tidak Valid 21 – 40

3. Cukup Valid 41 – 60

4. Valid 61 – 80

5. Sangat Valid 81 100

Validitas produk yang dikembangkan dikatakan valid ketika hasil validitas

yang didapat berada dalam rentang 61 – 80, dan dapat dilanjutkan pada

tahap praktikalitas.

2. Teknik analisis dan pengolahan data untuk praktikalitas produk

Kepraktisan produk yang dikembangkan dilihat dari angket diberikan

kepada beberapa orang peserta didik kelas XI IPA SMAN 5 Padang.

Pembobotan dilakukan berdasarkan skala Likert sama dengan analisis data

validitas produk

Tabel 3.13 Bobot Pernyataan Praktikalitas Media

No Pernyataan Bobot Pertanyaan

1. Sangat Tidak Praktis 1

2. Tidak Praktis 2

3. Cukup Praktis 3

4. Tidak Praktis 4

5. Sangat Praktis 5
77

Teknik prakalitas ditentukan melalui rumus :

X
P= x 100 % …………………………………..(3.6)
Y

Keterangan :

P = Nilai validitas praktikalitas produk

X = Skor yang diperoleh dari hasil validasi praktikalitas

Y = Skor maksimum hasil validasi praktikalitas

Tabel 3.14 Kriteria Nilai Praktikalitas Media

No Kategori Interval

1. Sangat Tidak Praktis 0 – 20

2. Tidak Praktis 21 – 40

3. Cukup Praktis 41 – 60

4. Praktis 61 – 80

5. Sangat Praktis 81 – 100

Produk yang dikembangkan dikatakan praktis ketika hasil praktikalitas


berada dalam rentang 61 – 80, dan dapat dilanjutkan dalam tahap
efektivitas.
78

3. Teknik analisis dan pengolahan data efektif produk

Keefektifan produk yang dikembangakan dilihat dari angket dan soal

berpikir kritis yang diberikan kepada beberapa orang peserta didik kelas

XI IPA SMAN 5 Padang. Pembobotan dilakukan berdasarkan skala likert

sama dengan analisis data validitas produk.

Tabel 3.15 Bobot Pernyataan Efektifitas Media

No Pernyataan Bobot Pertanyaan

1. Sangat Tidak Praktis 1

2. Tidak Praktis 2

3. Cukup Praktis 3

4. Tidak Praktis 4

5. Sangat Praktis 5

Teknik efektifitas ditentukan melalui rumus :

X
P= ×100 % ………………………….. (3.7)
Y

Keterangan :

P = Nilai validitas efektivitas produk

X = Skor yang diperoleh dari hasil validitas efektivitas

Y = Skor maksimum hasil validasi efektivitas

Tabel 3.16 Bobot Pernyataan Efektivitas Media Pelajaran


79

No Kategori Interval

1. Sangat Tidak Efektif 0 – 20

2. Tidak Efektif 21 – 40

3. Cukup Efektif 41 – 60

4. Efektif 61 – 80

5. Sangat Efektif 81 – 100

Produk yang dikembangkan dikatakan efektif ketika hasil efektifitas berada dalam

rentang 61 – 100. Soal yang digunakan untuk analisis keterampilan berpikir kritis

yang soal pilihan ganda. Setiap soal yang dijawab benar akan mendapatkan skor

62,5 dan jika salah mendapatkan 0. Jika semua soal dijawab dengan benar maka

akan mendapatkan skor 100.

a. Jika dijawab benar skor 6,25

b. Jika dijawab salah atau tidak dijawab skor 0

c. Jumlah skor maksimal adalah 100

Jumlah Skor
d. Nilai= x 100
Skor Maksimal

Tabel 3.17 Kriteria Nilai Efektivitas Media

No Kategori Interval

1. Sangat Tidak Efektif 0 – 20

2. Tidak Efektif 21 – 40

3. Cukup Efektif 41 – 60

4. Efektif 61 – 80

5. Sangat Efektif 81 – 100


80

Produk efektif dan sangat efektif apabila berada rentang 61-100.

DAFTAR PUSTAKA

Agsen Hosanty Billik, Vivi Elvi Rosanti Husin. “Identifikasi Konsep Fisika Pada
Kearifan Lokal Anyaman di Kabupaten Timor Tengah Selatan.” Jurnal
Fisika : Fisika sains dan Aplikasinya Vol.4, no. 2 (Oktober 2019).
Mawan Akhir Riwanto, Wahyu Nuning Budiarti. “Pengembangan Modul
Elektronik (E-modul) Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia SD
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Mahasiswa PGSD.”
Elementary School Vol.8, no. 1 (1 Januari 2021): hlm. 97-104.
Ou Lydia Liu, Amy Shaw. “Thinking Critically About Critical Thinking:
Validating The Russian HEIghte Critical Thinking Assessment.” Studies
In Higher Education 45, no. 9 (1 September 2020).
A. Rusdiana, Elis Ratnawulan. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia,
2015.
Adriantoni, Syafruddin Nurdin. Kurikulum dan Pembelajaran. Cetakan ke-2.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016.
Adrienne Traxler. “Networks and Learning : A View From Physics.” Journal of
Learning Analytics Vol. 9, no. 1 (2022).
Agus Setyawan Farzy. “Eksotika Fotografi Makanan pada Masakan Tradisional
Sumatera Barat (The Exotics of Food Photography in Traditional West
81

Sumatran Cuisine).” Journal of Empirical Studies on Social Science Vol.1,


no. 2 (22 Januari 2022).
Ahmad Mustafa, Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi Juz IVI. Cetakan ke-2.
Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi Juz XVII. Semarang: Karya
Toha Putra Semarang, 1988.
Ahmad Nurhuda, Febriani. “Kurikulum Pembelajaran Sejarah di Era Digital.”
Tarikhuna Journal of History and History Education Vol.2, no. 2
(November 2020).
Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cetakan ke-
1. PT. Fajar Interpratama Mandiri, Kencana, 2013.
Alex Madva, Viviane Seyranian. “The Longitudinal Effects Of STEM Identity
and Gender on Flourishing and Achievement in college Physics.”
International Journal of STEM Education, no. 1 (2018): hlm.40.
Ali Mudlofir. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Cetakan ke-1. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2011.
Andromeda, Annisatul Aulia. “Pengembangan E-modul Berbasis Inkuiri
Terbimbing Terintegrasi Multirepresentasi dan virtual Laboratory pada
Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Untuk Kelas X SMA/MA.”
EKJ Edukimia Journal Vol. 1, no. 1 (30 Juli 2019).
Anggraini Diah Puspitasari. “Penerapan Media Pembelajaran Fisika
Menggunakan Modul Cetak dan Modul Elektronik pada Siswa SMA.”
Jurnal Pendidikan Fisika Vol.7, no. 1 (Maret 2019).
Antonio Corte s-Remos, Miguel Landa-Blanco. “Pschology Students Attitudes
Towards Researct: The Of Critical Thinking, Epistemic Orientation and
Satisfaction With Research Courses.” Heliyon 7, 2021.
Azizahwati Azzizahwati. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Kearifan
Lokal.” Jurnal Geliga Sains Vol.5, no. 1 (2017): 65–69.
82

Bambang Warsita. Pendidikan Jarak Jauh Perancangan, Pengembangan,


Implementasi dan Evaluasi Diklat. Cetakan ke-1. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Budi Astuti, Diyah Ayu Budi Lestari. “Implementasi LKS dengan Pendekatan
STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa” Vol.4, no. 2 (Desember
2018).
D. Fadly Pratama, Jajang Bayu Kelana. Bahan Ajar IPA Berbasis Literasi Sains.
Cetakan ke-1. Bandung: PT. LEKKAS, 2019.
Darsini. “Efektivitas penggunaan Metode Ekspositori Berbantuan Modul untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Luas Bangunan Datar pada Siswa Kelas VI
SDN Pandean 3 Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2018/2019.” Jurnal
Edukasi New Normal Vol.2, no. 1 (2022).
Deborah Silvyer, Stephanie Pieschl. “Secondary Students’ Epistemic thinking and
Year as Predictors of Critical Source Eveluation of Internet Blogs.”
Computers and Education 160 (2021): hlm. 2-3.
Desak Putu Parmiti, Hilmania Dwi Lestari. “Pengembangan E-Modul IPA
Bermuatan Tes Online untuk Meningkatkan Hasil Belajar.” Journal of
Education Technology Vol.4, no. 1 (2020).
Dewi Rusydatul Fauziah, Aenun Rahmawati. Menjadi Guru Profesional dengan
Menciptakan Bahan Ajar yang Kreatif dan Mengevaluasi Pembelajaran.
Bogor: Universitas Djuanda Bogor, 2020.
Ace Nurasa. “Tinjauan Kritis Terhadap Ontologi Ilmu (Hakikat Realitis) dalam
Perspektif sains Moderen.” JIIP Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 2614-
8854, Vol.5, no. 1 (Januari 2022).
Alexander Hamonangan Simamora. “pengembangan E-Modul Berbasis Proyek
Untuk Mata Kuliah Fotografik di Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas
Ilmu Pendidikan Undiksha.” Journal of Education Technology Vol.2, no.
1 (2018): 51–60.
Almahida Aureola Dywan. “Efektivitas Model Pembelajaran Project Based
Learning Berbasis STEM dan Tidak Berbasis STEM Terhadap
83

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.” Jurnal Basicedu Vol.4, no. 2 (2


April 2020): hlm.344-354.
Anna Elvarita. “Pengembangan Bahan Ajar Mekanika Tanah Berbasis E-Modul
pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Negeri
Jakarta.” Jurnal Pendidikan Teknik Sipil (JPenSil) Vol.9, no. 1 (1 Januari
2020): hlm. 1-7.
Cici Dwi Haspen. “Validitas E-modul Fisika SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing
Terintegrasi Etnosains untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Perserta Didik.” Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP) Vol.5 No.1 (Mei 2021):
96.
Emmanuel Mavhura. “Forest and Wildlife Resource-Conservation Efforts Based
on Indigenous Knowledge: The Case of Nharira Community in Chikomba
District, Zimbabwa.” Forest Policy and Economics 105, 2019, hlm. 83-90.
F. Rombout. “Teaching Strategies of Value-loaded Critical Thinking in
Philosophy Classroom Dialogues.” Thinking Skills and Creativity Vol. 43
(2022): hlm.2.
Farida Amrul Almuharomah. “Pengembangan Modul Fisika STEM Terintegrasi
Kearifan Lokal Beduk untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMP.” Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol.7, no. 1 (2019).
Farida Amrul Almuharumah. “Pengembangan Modul Fisika STEM Terintegrasi
Kearifan Lokal Beduk Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMP.” Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 7, no. 1 (2019).
Husnul Khatimah. “Pengembangan LKS Berbasis Kearifan Lokal untuk
Peningkatan Keterampilan Penyelesaian Masalah Siswa.” Bioscientist :
Jurnal Ilmiah Biologi Vol.6, no. 2 (2018).
Julfi Adrian Nugraha. “Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Teknologi
Melalui Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.”
EDUBIOLOGICA Jurnal Penelitian Ilmu dan Pendidikan Biologi Vol.7,
No.1 (Juni 2019): 1–6.
Linda Novitasari. “Fisika, Etnosains, dan Kearifan Lokal dalam Pembelajaran
Sains.” Seminar Nasional Pendidikan Fisika III, 15 Juli 2017.
84

Mary E.W Dankbar. “Comparative Effectiveness of a Serious Game and an E-


Modul to Support Patient Safety Knowledge and Awareness.” BMC
Medical Education Vol 17 (2017).
Massita Rhoida Nailiyah. “Pengembangan Modul IPA Tematik Berbasis
Etnosains Kabupaten Jember pada Tema Budidaya Tanaman Tembakau di
SMP.” Jurnal Pembelajaran Fisika Vol.5, no. 3 (Desember 2016).
Meli Junia Dinissjah. “Penggunaan Model Pembelajaran Direct Instruction
Berbasis Etnosains dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.” Jurnal Kumpara Fisika Vol.2, no. 2
(Agustus 2019).
Michael Sailer. “Contextual Facilitator For Learning Activities Involving
Technology in Higher Education: The Cb-Model.” Computers In Human
Behavior, 106794, 121 (2021).
Nicholas C. Burbules. “Five Trends Of Education And Technologgy In A
Sustainable Future.” Geography And Sustainability Vol. 1 (2020): hlm.
93-97.
Nurliani Siregar. “Sosialisasi Pengembangan Buku Ajar bagi guru-guru SD
Negeri 155703 Sigolang Kecamatan Andam Dewi Kabupaten Tapanulih
Tengah.” Wadah Ilmiah Penelitian Pengabdian Untuk Nommenses
(WIPPUN) Vol.1, no. 1 (April 2022).
Nurul Fauziah. “Analisis Preliminery Research Phase dengan Model Plomp
Sebagai Dasar Pengembanagan Modul Belajar Bermuatan Hasil Riset
Untuk Mahasiswa.” Jurnal Bioterdidik : Wahana Ekspresi Ilmiah Vol.9,
no. 3 (Desember 2021): hlm.228.
Paula Alvarez-Huerta. “Disposition Toward Critical Thinking and Creative
Confidence Beliefs in Higher Education Students : The Mediating Role of
Openness to Diversity and Challenge.” Thinking Skills and Creativity 43
(2022): hlm. 2.
Pujianto. Fisika untuk SMA/MA Kelas X Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu
Alam. Klaten: PT. Intan Pariwara, 2016.
85

Reza Ardiansyah. “Analisis Kebutuhan Pengembangan Bahan Ajar Perubahan


Materi Genetik pada Matakuliah Genetika di Universitas Negeri Malang.”
Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek, 2016, hlm.1.
Rika Yunita Anawati. “Pengaruh Model Discovery Learning Berbasis Alat Peraga
Sederhana Fisika Materi Usaha dan Energi Terhadap Higher Order
Thinking Skills (HOTS).” Curricula. Journal Of Teaching and Learning
Vol. 5, no. 3 (2020).
Sely Indri Prameswari. “Kearifan Lokal Masyarakat Adat Dayak Hibun Dalam
Melestarikan Hutan Teringkang di Dusun Beruak Desa Gunam Kecamatan
Parindu Kabupaten Sanggau.” Jurnal Hutan Lestari Vol.7, no. 4 (2019):
hlm. 1669.
Siti Rohma. “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Web Model ADDIE
Untuk Mata Pelajaran Desain Grafis Percetakan.” Pengembangan Media
Pembelajaran Vol.12, no. 1 (1 Januari 2022): hlm.3-4.
Soon Ae Kim. “effect of Korean Nursing Students’ Experience of Incivility in
Clinical Settings on Critical Thinking.” Heliyon 6. No.7 e04367 (2020).
Sri Maiyena. “Pengembangan Modul Elektronik Fisika Berbasis Konstruktivitas
Untuk Kelas X SMA.” JoTaLP : Journal of Teaching and Learning
Physics Vol.5, no. 1 (2020).
Susilawati Susilawati. “Penguasaan Konsep Siswa Melalui Sumber Belajar E-
modul Gerak Lurus dengan Software Flipbook Maker.” (UPEJ)Unnes
Physics Education Journal Vol.9, no. 1 (t.t.).
Yeka Hendriyani. “The Development of Interactive Project Based E-module in
Visual Program Course.” Proceedings of 2nd International Conference
Innovation in Education vol.504 (ICoLE 2020).
Yolanda Febrianti. “Pengembangan Bahan Ajar Komik Fisika Berbasis
Pendekatan Kontekstual Materi Hukum Newton.” WaPFi (Wahana
Pendidikan Fisika) Vol. 7, no. 1 (2022): hlm. 11.
Zaki Rahmani. “Perencanaan Sistem Informasi Akademik Pada Paud Godwilling
Mampang Depok Berbasis Java Menggunakan Metode R&D.” Seminar
86

Nasional Riset dan Inovasi Teknologi (SEMNAS RISTEK) Vol.6, no. 1 (19
Januari 2022): hlm.455.
Dwi Yulianti, Kurnia Ika Pangesti. “Bahan Ajar Berbasis STEM (Science,
Technology, Engineering, and Mathematics) untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Siswa SMA.” UPEJ Unnes Physics Education
Journal Vol. 6, no. 3 (2017).
Dyah Purboningsih. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan
Guided Discovery pada Materi Barisan dan Deret untuk Siswa SMK Kelas
X.” Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, t.t.
Edward M. Reeve, Zanj K. Every. “Developing Effective STEM Professional
Development Programs.” Journal Of Technology Education 25, no. 1 (t.t.):
hlm. 55-69.
Fenny Roshayanti, Muniroh Munawar. “Implementation of STEM (Science
Technology Engineering Art Mathematics)- Based Early Childhood
Education Learning in Semarang City.” Jurnal Ceria (Cerdas Energik
Responsif Inovatif Adaptif) Vol.2, no. 5 (September 2019).
Filiz Demirci, Cengiz özyürek. “The Effects of Using Concept Cartoons in
Astronomy Subjects on Critical Thinking Skills among Seventh Grade
Student.” International Electronic Journal of Elementary Education Vol.
10, no. 2 (Desember 2017).
Hansi Effendi, Alif Alimin. “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Daring pada Mata Diklat Instalasi Penerangan Listrik Kelas XI di Sekolah
Menegah Kejuruan.” Ranah Research Journal of Multidicsiplinary
Research and Development Vol.2, no. 4 (Agustus 2020).
Igor M. Kopotun. “The Use of Smart Technologies in The Profesional The
Professional Training of Students of The Law Departments for The
Development of Their Critical Thinking.” International Journal of
Learning, Teaching and Educational Research Vol. 19 No. 3 (Maret
2020).
Imas Rosmiati, Ratumanan. Perencancanaan Pembelajaran. Cekatan ke-1.
Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2019.
87

Irwanto. “Kaba Lamamang Tanjung Ampalu: Sebuah Penelusuran Kearifan


Lokal” Vol.28, no. 1 (2020): hlm.55.
J. Geoff Knowles, Todd R. Kelley. “A Conceptual Framework For Integrated
STEM Education.” International Journal of STEM Education Vol. 3, no.
11 (2016).
John S. Felkner, Lara Perez-Felkner. “The Puzzling Relationship Between
International Development and Gender Equity: The Case Of STEM
Postsecondary Education In Cambodia.” International Journal Of
Educational Development, 2020.
Kelly Lynn Mulvey, Luke McGuire. “STEM Gender Stereotypes From Early
Childhood Through Adolescence at Informal Science Centers.” Journal of
Applied Developmental Psychology 67, 2020.
Khusna. “Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Fisika Berbasis Kearifan Lokal
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII Materi Cahaya Di
MTs Miftahul Falah Talun Kec. Kayen Kab. Pati,” 2018.
Letmi Driwidal, Renol Afrizon. “Upaya Menumbuhkan Karakter Peduli
Lingkungan Melalui Kajian Konsep Fisika Pada Arsitektur Kearifan Lokal
Budaya Sumatera Barat.” Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP) Vol.1, no. 2
(November 2017).
Lisa Suharlan, Anatasija Limba. “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kearifan
Lokal Permainan Kanikir di Desa Hitu Lama Kecamatan Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah.” Biosel: Biology Science and Education
Vol.9, no. 1 (2020): hlm. 35-42.
Lyubov Alekseevna Krasnova, Viktor Yurjevich Shuryging. “Electronic Learning
Courses as A Means to Activate Students’ Independent Work in Studying
Physics.” International Journal of Environmental and Science Education
Vol.11. No.8 (2016).
Mahayukti, Suarsana. “Pengembangan E-Modul Berorientasi Pemecahan Masalah
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa” Vol.2, no.
2 (Oktober).
88

Masani Romauli. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran


IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses.” Jurnal Basicedu Vol.4,
no. 3 (2020): hlm. 580.
Mei Jauharul Maknun, Ospa Pea Yuanita Meishanti. “Pengembangan E-modul
Berbasis STEM (Science Technologi Engineering and Mathematic) Materi
Sistem Pernafasan.” EDUSCOPE Vol.7, no. 1 (Juli 2021): hln. 45.
Mjege Kinyota, Patrick Severine Kavenuke. “The Critical Thinking Skills of
Prospective Teachers: Investigating Their Systematicity, Self-confidence
And Scepticism.” Thinking Skills and Creativity 37, 2020.
Moh. Huzaini. “Bumi Bagaikan Makhluq Berakal Konsisten dalam Orbitnya.”
IQTISODINA Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Islam Vol. 4, no. 2
(Desember 2021): hlm.37.
Muhammad Aliman. “Local Wisdom Of Minangkabau Tradition Malamang As A
Supplementary Of Teaching Material For Geography At Senior High
School.” International Conference on Education and Science (ICONS),
2017.
Muhammadiyeva. “The Role of Critical Thinking in Developing Speaking Skills.”
International Journal on Integrated Education Vol 3 No.1 (2020).
Muh.Tarmizi Tahir. “Religious Integration In Science Learing In Madrasah.” Al-
Muta’aliyah Journal of Islamic Education (JIE) Vol.6, no. 1 (Februari
2021).
Najuah, Ricu Sidiq. “Pengembangan E-Modul Interaktif Berbasis Android Pada
Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar.” Jurnal Pendidikan Sejarah Vol.
9, no. 1 (Januari 2020).
Noffiyanti. “Tafakkur dalam Kehidupan Perspektif Al-Qur’an dan Hadis.”
Mau’idhoh Hasanah Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi Vol.2, no. 1
(Juli 2021).
Pristi Suhendro, Nahuah. Modul Elektronik Prosedur Penyusun dan Aplikasinya.
Cetakan ke-1. Yayasan Kita Menulis, 2020.
Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan pemgembangan. Edisi ke-4.
Jakarta: PT. KENCANA, 2013.
89

Puput Fatturahman, Mahmud. Psikologi Pendidikan. Cetakan ke-3. CV.


Perpustakan Setia, 2017.
Pursitasari,dkk. “Enhancement of Student’s Critical Thinking Skill Through
science Context-Based Inquiry Learning.” Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia JPII 9(1) (2020): 97–105.
Rahadian Zainul, Budhi Oktavia. “Pengenalan dan Pengembangan E-modul Bagi
Guru-Guru Anggota MGMP Kimia dan Biologi Kota Padang Panjang,”
2019.
Rahmat Firman Septiyanto, Indri Sari Utami. “Pengembangan STEM-A (Science,
Technology, Engineering, Mathenatic and Animation) Berbasis Kearifan
Lokal dalam Pembelajaran Fisika.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Vol.
6, no. 1 (29 April 2017): Hal. 67-73.
Rani Oktavia. “Bahan Ajar Berbasis Science, Technology, Engineering,
Mathematics (STEM) untuk Mendukung Pembelajaran IPA Terpadu.”
Jurnal SEMESTA Pendidikan IPA Journal of Science Education and
Teaching Vol. 2, no. 1 (2019): hln.32-36.
Refisrul. “Fungsi Lemang Dalam Upacara Perkawinan Suku Besemah Di
Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.” Jurnal Penelitian Sejarah dan
Budaya Vol.5, no. 2 (November 2019): hlm. 236-238.
Rita Arnila, Sri Purwanigsih. “Pengembangan E-Modul Berbasis Stem (Science,
Technology, Engineering and Mathematic) pada Materi Fluida Statis dan
Fluida Dinamis Menggunakan Kivosft Flipbook Maker.” EDUMASPUL
Jurnal Pendidikan Vol.5, no. 1 (2021).
Rizhal Hendi Ristanto,dkk. “Enhancing Students’ Biology-Critical Thinking Skill
Through CIRC-Based Scientific Approach (Cirsa).” Universal Journal of
Educational Research 8(4A) (2020).
Rohmalina Wahab. Psikologi Belajar. Cetakan ke-2. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2016.
Romlah. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Fisika. Cetakan ke-1. Bandar Lampung:
Harakindo Publishing, 2011.
90

Sibyl Diver. “Negotianti Indigenous Knowledge at the Science-Policy Interface:


Insights from the Xaxli’p Community Forest.” Environmental Science &
Policy 73, 2017, hlm. 1-11.
Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Cetakan ke-7. Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
suharsimi Arikunto. Penelitian & Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Aditya Media, 2011.
Sulistiyono. “Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Scientific
Investigation untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Penguasaan
Materi Siswa SMA.” Jago MIPA : Jurnal Pendidikan Matematika dan
IPA Vol.2, no. 1 (2022): hlm. 34-35.
Syamsul Huda Rohmadi. “Pengembangan Berpikir Kritis (Critical Thinking)
dalam Al-Qur’an: Perspektif Psikologi Pendidikan.” Jurnal Psikologi
Islam Vol.5. No.2 (2018): hlm. 30.
Teun J. Dekker. “Teaching Critical Thinking Through Engagement With
Multiplicity.” Thinking Skills and Creativity 37, 100701, 2020.
Timur Koparan. “Analysis of Teaching Materials Developed by Prospective
Mathematics Teachers and Their Views on Material Development.”
Malaysian Online Journal of Educational Technology Vol.5, no. 4 (2017).
Wahab Jufri. Belajar dan Pembelajaran Sains. Cetakan Ke-1. Bandung: PT.
Pustaka Reka Cipta, 2013.
Wina Sanjaya. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Edisi ke-1. PT.
Fajar Interpratama Mandiri, Kencana, 2013.
Yudhistira Ardi Poetra. “Upaya Pemerintah Dalam Mengkomunikasikan Tradisi
Malamang Menjadi Objek Pariwisata Budaya di Kabupaten Padang
Pariaman.” Jurnal Pustaka Budaya Vol.5, no. 2 (Juli 2018).
Zhenzhen Li. “Critical Thinking Cultivation In Chinese Learning Classes for
International Students During the Covid-19 Pandemic.” Thinking Skills
and Creativity 40, 2020.

Anda mungkin juga menyukai