FIFIDJASKIA NAZWAR
03091811003
UNIVERSITAS KHAIRUN
2021
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah....................................................................................4
C. Batasan Masalah.........................................................................................4
D. Rumusan Masalah.......................................................................................5
E. Tujuan Penelitian........................................................................................5
F. Manfaat Penelitian......................................................................................5
G. Asumsi Penelitian.......................................................................................6
I. Definisi Istilah/Operasional.......................................................................6
A. Kajian Teori...............................................................................................8
i
C. Kerangka Teoritik......................................................................................15
D. Tahap-Tahap Penelitian...............................................................................17
F. Analisis Data...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus
kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat. Pendidikan menjadi pokok utama
dalam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM ) dalam suatu Negara, SDM berperan
penting sebagai tolok ukur kemajuan suatu Negara. Indonesia sendiri tertuang
langsung dalam pembukaan UUD 1945 telah dengan jelas menjadikan pendidikan
sebagai salah satu tujuan utama pembangunan kualitas SDM di Indonesia. ( Dewi.
C.R.P, Suastra. W.I, Suswandi. I, 2017). Pada dasarnya fisika merupakan salah satu
bidang ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan kejadian alam yang bersifat nyata
maupun gejala yang bersifat abstrak. Sehingga dalam pembelajaran fisika diperlukan
kemampun berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah fisika.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan sains dan teknologi dalam bidang
kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Mengacu
pada pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan dihadapkan pada
tantangan yang semakin berat, salah satunya tantangan tersebut adalah bahwa
1
2
Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi yang
diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Manusia selalu dihadapkan pada
permasalahan sehingga diperlukan data-data agar mampu membuat keputusan yang
logis. Membuat keputusan yang tepat diperlukan kemampuan berpikir krtis, hal ini
dilakukan agar apabila ada sesuatu keterangan yang tidak atau belum pasti hendaknya
jangan dipercaya begitu saja. Menurut Gerhard sebagaimana dikutif oleh Redhana
(2003), dalam (Purwanto.E.C, Nugroho.E.S, Wiyanto.W, 2012).
Namun pada kenyataanya kemampuan berpikir kritis tergolong masih rendah dan
siswa kesulitan dalam mengidentifikasi data yang diberikan saat pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir kritis tersebut bukan merupakan bawaan sejak lahir melainkan
muncul ketika dilatihkan atau diterapkan melalui proses pembelajaran oleh pendidik
sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. (Nurazizah. S , Sinaga. P, Jauhari. A,
2017). Perlu menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi salah satunya
dengan model pembelajaran discovery learning atau model pembelajaran pemecahan
masalah dimana dengan model pembelajaran ini akan melatih siswa untuk berpikir
kritis.
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis dengan memberi kesempatan siswa untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa untuk kemudian ditafsirkan. Semua informasi dan diolah,
diacak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5) verification (pembuktian)
Pada tahap ini, siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang diterapkan dengan temuan alternatf, kemudian dihubungkan
dengan hasil data yang telah diolah.
4
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
Untuk menngetahui kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota
Ternate dalam penerapan model pembelajaran discovery learning
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran guna memperkaya ilmu pengetahuan,
khususnya pada bidang pendidikan
b. Untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran
c. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi bagi penelitian
lanjutan terutama penelitian tentang peningkatan kemampuan berpikir
kritis
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, model pembelajaran discovery leaning dalam pembelajaran
usaha dan energi dapat dijadikan sebagai alternative pembelajaran baru
untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran fisika
b. Bagi siswa, model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran
usaha dan energi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta
membantu siswa aktif dalam pembelajaran.
6
H. Asumsi penelitian
1. Guru SMA Negeri 1 Kota Ternate mampu mengimplementasikan model
berpikir kritis
H. Definisi istilah/operasional
1. Model pembelajaran discovery learning
Berpikir kritis adalah berpikir refleksi dan beralasan yang berfokus pada
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan (Ennis
1985). Lai (2011) mengemukakan bahwa dalam ketrampilan berpikir kritis, siswa
dituntut untuk dapat menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan
penalaran induktif dan deduktif, menilai atau mengevaluasi, dan membuat
keputusan atau memecahkan masalah. Siswa dalam memecahkan suatu masalah,
harus mengetahui dan memahami masalahnya terlebih dahulu. (Nurazizah. S ,
Sinaga. P, Jauhari. A, 2017)
Berpikir kritis adalah proses metakognitif yang melalui penilaian reflektif yang
bertujuan, meningkatkan peluang menghasilkan kesimpulan logis untuk argumen
atau solusi untuk masalah. Instruksi dalam berpikir kritis menjadi sangat penting
karena memungkinkan individu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
kompleks tentang informasi yang mereka temui dan promosikan pengambilan
keputusan yang baik dalam pemecahan masalah dalam aplikasi dalam dunia nyata
(Butler et al, 2012) dalam (Negoro. R.A, dkk., 2018)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi
pada pembelajaran saat ini. Perhatian pembelajaraan terhadap kemampuan berpikir
kritis disebabkan oleh pengaruhnya bagi orang dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang saat ini berkembang sangat pesat (Luthvitasari,
Putra, Linuwih, 2012). Selain itu, kesuksesan dan profesionalitas seseorang juga
sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya Quitadamo,
Faiola, Johnson, & Kurtz, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Frijters, Dam, &
Rijlaarsdam, (2008), menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan
berpikir kritis yang baik, maka orang tersebut dapat ikut serta berperan sebagai
konsumen sains (National Research Council, 2012).
Berpikir kritis adalah berpikir refleksi dan beralasan yang berfokus pada
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan (Ennis
1985). Lai (2011) mengemukakan bahwa dalam ketrampilan berpikir kritis, siswa
dituntut untuk dapat menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan
penalaran induktif dan deduktif, menilai atau mengevaluasi, dan membuat keputusan
atau memecahkan masalah. Siswa dalam memecahkan suatu masalah, harus
mengetahui dan memahami masalahnya terlebih dahulu. (Nurazizah. S , Sinaga. P,
Jauhari. A, 2017)
Berpikir kritis adalah proses metakognitif yang melalui penilaian reflektif yang
bertujuan, meningkatkan peluang menghasilkan kesimpulan logis untuk argumen atau
solusi untuk masalah. Instruksi dalam berpikir kritis menjadi sangat penting karena
8
9
3. Materi
a. usaha
Usaha dalam fisika didefinisikan sebagai transfer energi melalui gaya yang
menyebabkan suatu benda berpindah. Usaha merupakan besaran skalar hasil
perkalian titik antara vektor gaya yang bekerja pada benda dengan perpindahannya.
Dengan:
W= usaha (joule)
Usaha dapat dihitung dari luas daerah dibawah grafik gaya terhadap posisi. Untuk
grafis F= f(x), maka W= luas daerah dibawah kurva F = f(x). Usaha yang dilakukan
oleh beberapa gaya pada suatu sistem sama dengan jumlah usaha yang dilakukan oleh
masing-masing gaya.
W= W1 + W2 + W3 +...
b. energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Ada berbagai macam bentuk
energi, diantaranya: energi mekanik, energi panas (kalor), energi listrik, energi kimia,
energi bunyi, dan energi cahaya. Energi mekanik merupakan jumlah energi kinetik
dan energi potensial yang dimiliki benda.
EM = EP + EK
12
Eenergi kinetik adalah energi yang dimliki suatu benda karena gerakannya.
EK = ½ mv2
Energi potensial adalah energi yang dimliki suatu benda karena pengaruh
kedudukan atau letak benda tersebut.
Energi potensial gravitasi adalah energi yang tersimpan dalam sebuah benda
sebagai akibat posisi vertikal atau ketinggiannya. Energi potensial gravitasi yang
dimiliki beda bermassa m pada ketinggian h dengan percepatan gravitasi g ditentukan
sebagai berikut.
EP = mgh
EP= - GMbm/r
W= - ∆ EP = -(EP2-EP1 )
Wk = -∆ EP
13
W= ∆ EK = EK2 – EK1
Wtk = ∆ EM = ∆ EP + ∆ EK
Usaha yang dilakukan oleh suatu resultan gaya sama dengan jumlah usaha yang
dilakukan oleh gaya konservatif dan usaha oleh gaya tak konservatif.
Wres= Wk + Wtk
Hubungan usaha yang dikerjakan oleh resultan gaya (Wres ) dan perubahan energi
kinetik benda (teorema usaha-energi kinetik):
Energi mekanik merupakan jumlah energi potensial dan energi kinetik yang
dimiliki benda
EM= EP + EK
Hukum kekekalan energi mekanik berbunyi : “jika pada suatu sistem hanya
bekerja beberapa gaya dalam yang bersifat konservatif (tidak bekerja gaya luar dan
gaya dalam tak konservatif), maka energi mekanik sistem pada posisi apa saja selalu
tetap(kekal)”.
kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep kalor dan perpindahan kalor”
kritis siswa kelas XI MAN 2 Kota Bengkulu pada konsep kalor dan
berpikir kritis siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya, yaitu presentase
rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus 1 berada pada kategori
cukup, lalu meningkat pada siklus 2 pada kategori baik, dan kemudian
meningkat lagi pada siklus 3 paada kategori baik. Selai itu, selalu terjadi
berpikir kritis dalam kualifikasi baik sampai sangat baik dan=ri siklus 1 ke
MAN 2 Kota Bengkulu pada konsep kalor dan perpindahan kalor pada ikus
1,2 dan 3 selalu terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar siswa dan
2. (Sapitri E.U. dkk, 2016) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan model
kelas X pada materi kalor. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari
hasil tes yang diberikan pada siswa, rata-rata hasil keterampilan berpikir
siswa diperoleh peningkatan dengan kategori sedang pada rentang 0,3 ≤ < g >
≥ < 0. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
kritis siswa.
C. Kerangka Teoritik
1. Kondisi Awal
Pada kondisi awal, diketahui bahwa pembelajaran IPA Fisika pada materi usaha
dan energi yang dilakukan guru selama ini masih belum maksimal menerapkan model
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi tersebut. Peserta didik banyak yang mengalami kesulitan memahami konsep
tersebut. Hasil belajar peserta didik juga belum menunjukkan ketuntasan belajar
secara klasikal.
2. Tindakan
yaitu siklus I dan siklus II dengan masing-masing siklus terdiri atas dua kali
pertemuan dan satu kali Tindakan (tes).
Tindakan
Guru menggunakan model pembelajaran Siklus I
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kelas.
Takoma, Ternate Tengah. Waktu penelitian adalah pada tahun ajaran 2021-2022
semester genap.
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA 2 yang berjumlah
30 peserta didik, yang terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 17 peserta didik
perempuan.
D. Tahap-Tahap Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan tindakan I
18
akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus
digunakan
b. Pelaksanaan tindakan I
disusun.
c. Pengamaatan/pengumpulan data I
d. Refleksi I
tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasarkan data yang telah
yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan
2. Siklus 2
a. Perencanaan tindakan II
akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus
digunakan
e. Pelaksanaan tindakan II
disusun.
f. Pengamaatan/pengumpulan data II
g. Refleksi II
tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasarkan data yang telah
yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap
Sumber data yang diperoleh adalah data dari hasil uji kemampuan berpikir kritis
Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis data ini dilakukan setelah
data yang diperoleh dari sample melalui instrumen yang dipilih dan akan digunakan
untuk menjawab masalah dalam penelitian atau untuk menguji hipotesa yang
diajukan melalui penyajian data. Data yang terkumpul tidak mesti seluruhnya
disajikan dalam pelaporan penelitian, penyajian data ini adalah dalam rangka untuk
memperlihatkan data kepada para pembaca tentang realitas yang sebenarnya terjadi
Aktifitas dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction), penyajian
drawing/verification).
1. ReduksiData
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
22
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
2. MenyajikanData
selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network
dan chart.
terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini juga mencakup pencarian
makna yang muncul dari data. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
ayat maka data yang diperlukan berupa data hasil belajar yang diperoleh dari
23
Minimum) yang telah ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas belajar jika
telah mencapai skor 75 persen ke atas, untuk menghitung hasil belajar dengan
S = R x 100....................................................(3.1)
Keterangan:
pada siklus I, siklus II dan siklus III. Sedangkan persentase ketuntasan belajar
24
dikalikan 100%.
Ketuntasan individual
jumlah perolehan
Ketuntasan individu ¿ x100%..............................(3.2)
skor maksimum
Ketuntasan klasikal
Sunardi. S, P.P. Retno, Darmawan. B.A. (2017). Buku Guru Fisika untuk
SMA/MA kelas XI . Bandung: Yrama Widya.