Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS KELAS X
SMA NEGERI 1 KOTA TERNATE PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI

FIFIDJASKIA NAZWAR

03091811003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGERUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2021
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................................1

B. Identifikasi Masalah....................................................................................4

C. Batasan Masalah.........................................................................................4

D. Rumusan Masalah.......................................................................................5

E. Tujuan Penelitian........................................................................................5

F. Manfaat Penelitian......................................................................................5

G. Asumsi Penelitian.......................................................................................6

H. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................6

I. Definisi Istilah/Operasional.......................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori...............................................................................................8

1. Kemampuan berppikir kritis...............................................................8

2. Model Discovery Learning.................................................................9

3. Usaha dan energi................................................................................11

B. Hasil Penelitian Relevan...........................................................................15

i
C. Kerangka Teoritik......................................................................................15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian.................................................................17

B. Tempat Dan Waktu Penelitian.....................................................................17

C. Kelas Dan Subjek Penelitian.......................................................................17

D. Tahap-Tahap Penelitian...............................................................................17

E. Prosedur Pengumpula Data.........................................................................20

F. Analisis Data...............................................................................................20

G. Pengecekan Keabsahan Data......................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling mendasar dalam siklus
kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat. Pendidikan menjadi pokok utama
dalam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM ) dalam suatu Negara, SDM berperan
penting sebagai tolok ukur kemajuan suatu Negara. Indonesia sendiri tertuang
langsung dalam pembukaan UUD 1945 telah dengan jelas menjadikan pendidikan
sebagai salah satu tujuan utama pembangunan kualitas SDM di Indonesia. ( Dewi.
C.R.P, Suastra. W.I, Suswandi. I, 2017). Pada dasarnya fisika merupakan salah satu
bidang ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan kejadian alam yang bersifat nyata
maupun gejala yang bersifat abstrak. Sehingga dalam pembelajaran fisika diperlukan
kemampun berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah fisika.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi pada abad ke-21


membutuhkan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan berpikir
kritis.Kemampuan berpikir kritis adalah berpikir reflektif dan beralasan yang
berfokus pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau
dilakukan ( Ennis 1985) dalam (Nurazizah. S , Sinaga. P, Jauhari. A, 2017). Berpikir
kritis diperlukan untuk memeriksa kebenaran dari suatu informasi, sehingga dapat
memutuskan informasi tersebut layak diterima atau ditolak. Selain itu, siswa yang
mampu berpikir kritis akan mampu menyelesaikan masalah secara efektif dan dengan
berpikir kritis akan menunjang kemampuan literasi sains siswa.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan sains dan teknologi dalam bidang
kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Mengacu
pada pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan dihadapkan pada
tantangan yang semakin berat, salah satunya tantangan tersebut adalah bahwa

1
2

pendidikan hendaknya mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki


kemampuan utuh dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
(Yuliati.Y, 2017)

Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi yang
diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Manusia selalu dihadapkan pada
permasalahan sehingga diperlukan data-data agar mampu membuat keputusan yang
logis. Membuat keputusan yang tepat diperlukan kemampuan berpikir krtis, hal ini
dilakukan agar apabila ada sesuatu keterangan yang tidak atau belum pasti hendaknya
jangan dipercaya begitu saja. Menurut Gerhard sebagaimana dikutif oleh Redhana
(2003), dalam (Purwanto.E.C, Nugroho.E.S, Wiyanto.W, 2012).

Namun pada kenyataanya kemampuan berpikir kritis tergolong masih rendah dan
siswa kesulitan dalam mengidentifikasi data yang diberikan saat pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir kritis tersebut bukan merupakan bawaan sejak lahir melainkan
muncul ketika dilatihkan atau diterapkan melalui proses pembelajaran oleh pendidik
sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. (Nurazizah. S , Sinaga. P, Jauhari. A,
2017). Perlu menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi salah satunya
dengan model pembelajaran discovery learning atau model pembelajaran pemecahan
masalah dimana dengan model pembelajaran ini akan melatih siswa untuk berpikir
kritis.

Model pembelajaran discovery learning mengarahkan siswa untuk memahami


konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk mencapai suatu kesimpulan.
Model discovery learning dibagi menjadi dua tahap, yaitu perencanaan dan
pelaksanaan. Tahap perencanaan terdiri atas menentukan tujuan pembelajaran,
melakukan identifikasi karakteristik siswa, memilih materi pelajaran, menentukan
topik-topik pelajaran dari yang sederhana hingga yang kompleks dan dari yang
konkret hingga yang abstrak, serta melakukan penilaian proses dan hasil belajar
siswa. Sementara itu, tahap pelaksanaan meliputi:
3

1) stimulation (stimulation/pemberian rangsangan)

Pada awalnya, siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan permasalahan,


kemudian dilanjutkan dengan mengarahkan siswa agar timbul keinginan untuk
menyelesaikan sendiri.

2) problem statement (pertanyaan/ identifikasi masalah)

Setelah melakukan stimulus, langkah selanjutnya adalah guru memberi


kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian siswa dapat memilih salah satu masalah
dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).

3) data collection (pengumpulan data)

Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis dengan memberi kesempatan siswa untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

4) data processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa untuk kemudian ditafsirkan. Semua informasi dan diolah,
diacak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

5) verification (pembuktian)

Pada tahap ini, siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang diterapkan dengan temuan alternatf, kemudian dihubungkan
dengan hasil data yang telah diolah.
4

6) generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dijadikan prinsip


umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. (Sunardi. S, P.P. Retno, Darmawan. B.A, 2017).

B. Identifikasi Masalah

1. Kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah


2. Siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi data yang diberikan pada
saat pemecahan masalah
3. Pemahaman konsep yang rendah dalam proses pembelajaran
4. Kesulitan dalam menarik kesimpulan dari fenomena fisika
5. Guru yang dalam penyampaian materi itu-itu saja

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas peneliti membatasi masalah kedalam 2 ranah


yakni ranah kognitif dan ranah psikomotorik. Dimana pada ranah kognitif peneliti
mengambil keseluruhan indikator (C1-C6) dan pada ranah psikomotorik yakni
kemampuan berpikir kritis peneliti mengambil 3 indikator berpikir kritis yaitu 1)
klarifikasi dasar (mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, menganlisis
argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi), 2) memberikan alasan
untuk suatu keputusan (mempertimbaangkan kredibilita suatu sumber, mengobservasi
dan mempertimbngkan hasil observasi), 3) menyimpulkan (membuat dedukasi dan
mempertmbangkan hasil dedukasi, membuat induksi dan mempertimbangkan hasil
induksi dan membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.
5

D. Rumusan Masalah

Apakah penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan


kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota Ternate pada konsep
usaha dan energi?

E. Tujuan Penelitian

Untuk menngetahui kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota
Ternate dalam penerapan model pembelajaran discovery learning

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran guna memperkaya ilmu pengetahuan,
khususnya pada bidang pendidikan
b. Untuk lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran
c. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi bagi penelitian
lanjutan terutama penelitian tentang peningkatan kemampuan berpikir
kritis
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, model pembelajaran discovery leaning dalam pembelajaran
usaha dan energi dapat dijadikan sebagai alternative pembelajaran baru
untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran fisika
b. Bagi siswa, model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran
usaha dan energi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta
membantu siswa aktif dalam pembelajaran.
6

c. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu rujukan dalam


pengembangan model pembelajaran, serta sebagai acuan untuk
pengembangan penelitian lebih lanjut.

H. Asumsi penelitian
1. Guru SMA Negeri 1 Kota Ternate mampu mengimplementasikan model

pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis

2. Siswa SMA Negeri 1 Kota Ternate mampu mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran discovey learning terhadap kemampuan

berpikir kritis

G. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah tentang meningkatkan


kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota Ternate pada konsep
usaha dan energi .

H. Definisi istilah/operasional
1. Model pembelajaran discovery learning

Model pembelajaran discovery learning mengarahkan siswa untuk memahami


konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk mencapai suatu
kesimpulan. Model discovery learning dibagi menjadi dua tahap, yaitu
perencanaan dan pelaksanaan. Tahaap perencanaan terdiri atas menentukan tujuan
pembelajaran, melakukan identifikasi karakteristik siswa, memilih materi
pelajaran, menentukan topik-topik pelajaran dari yang sederhana hingga yang
kompleks dan dari yang konkret hingga yang abstrak, serta melakukan penilaian
proses dan hasil belajar siswa.

2. Kemampuan berpikir kritis


7

Berpikir kritis adalah berpikir refleksi dan beralasan yang berfokus pada
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan (Ennis
1985). Lai (2011) mengemukakan bahwa dalam ketrampilan berpikir kritis, siswa
dituntut untuk dapat menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan
penalaran induktif dan deduktif, menilai atau mengevaluasi, dan membuat
keputusan atau memecahkan masalah. Siswa dalam memecahkan suatu masalah,
harus mengetahui dan memahami masalahnya terlebih dahulu. (Nurazizah. S ,
Sinaga. P, Jauhari. A, 2017)

Berpikir kritis adalah proses metakognitif yang melalui penilaian reflektif yang
bertujuan, meningkatkan peluang menghasilkan kesimpulan logis untuk argumen
atau solusi untuk masalah. Instruksi dalam berpikir kritis menjadi sangat penting
karena memungkinkan individu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
kompleks tentang informasi yang mereka temui dan promosikan pengambilan
keputusan yang baik dalam pemecahan masalah dalam aplikasi dalam dunia nyata
(Butler et al, 2012) dalam (Negoro. R.A, dkk., 2018)
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi
pada pembelajaran saat ini. Perhatian pembelajaraan terhadap kemampuan berpikir
kritis disebabkan oleh pengaruhnya bagi orang dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang saat ini berkembang sangat pesat (Luthvitasari,
Putra, Linuwih, 2012). Selain itu, kesuksesan dan profesionalitas seseorang juga
sangat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya Quitadamo,
Faiola, Johnson, & Kurtz, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Frijters, Dam, &
Rijlaarsdam, (2008), menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan
berpikir kritis yang baik, maka orang tersebut dapat ikut serta berperan sebagai
konsumen sains (National Research Council, 2012).

Berpikir kritis adalah berpikir refleksi dan beralasan yang berfokus pada
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan (Ennis
1985). Lai (2011) mengemukakan bahwa dalam ketrampilan berpikir kritis, siswa
dituntut untuk dapat menganalisis argumen, membuat kesimpulan menggunakan
penalaran induktif dan deduktif, menilai atau mengevaluasi, dan membuat keputusan
atau memecahkan masalah. Siswa dalam memecahkan suatu masalah, harus
mengetahui dan memahami masalahnya terlebih dahulu. (Nurazizah. S , Sinaga. P,
Jauhari. A, 2017)

Berpikir kritis adalah proses metakognitif yang melalui penilaian reflektif yang
bertujuan, meningkatkan peluang menghasilkan kesimpulan logis untuk argumen atau
solusi untuk masalah. Instruksi dalam berpikir kritis menjadi sangat penting karena

8
9

memungkinkan individu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kompleks


tentang informasi yang mereka temui dan promosikan pengambilan keputusan yang
baik dalam pemecahan masalah dalam aplikasi dalam dunia nyata (Butler et al, 2012)
dalam (Negoro. R.A, dkk., 2018)

Menurut Ennis ketrampilan berpikir kritis dikelompokan menjadi lima indikator,


yaitu (1) memberi penjelasan sederhana (elementary clarification), (2) membangun
ketrampilan dasar (basic support) (3) membuat inferensi (inference), (4) memberi
penjelasan lanjut (advanced clarification), dan (5) mengatur strategi dan taktik
(Strategies and tactics) (Ennie, 2005) dalam (Negoro. R.A, dkk., 2018)

Ketrampilan berpikir kritis dapat dilatihkan kepada siswa melalui pembiasaan


berpikir dengan belajar bernalar, dengan cara tersebut diperlukan keterlibatan
aktivitas pemikir sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan ketrampilan
berpikir kritis, dengan memberi sejumlah pertanyaan, sambil membimbing dan
mengaitkan pada konsep yang dimliki siswa. (Negoro. R.A, dkk., 2018)

2. Model pembelajaran discovery learning

Model pembelajaran discovery learning mengarahkan siswa untuk memahami


konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk mencapai suatu kesimpulan.
Model discovery learning dibagi menjadi dua tahap, yaitu perencanaan dan
pelaksanaan. Tahaap perencanaan terdiri atas menentukan tujuan pembelajaran,
melakukan identifikasi karakteristik siswa, memilih materi pelajaran, menentukan
topik-topik pelajaran dari yang sederhana hingga yang kompleks dan dari yang
konkret hingga yang abstrak, serta melakukan penilaian proses dan hasil belajar
siswa. Sementara itu, tahap pelaksanaan meliputi:

1) stimulation (stimulation/pemberian rangsangan) Pada awalnya, siswa


dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan permasalahan, kemudian dilanjutkan
dengan mengarahkan siswa agar timbul keinginan untuk menyelesaikan sendiri.
10

2) problem statement (pertanyaan/ identifikasi masalah) Setelah melakukan


stimulus, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian siswa dapat memilih salah satu masalah dan merumuskannya dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

3) data collection (pengumpulan data) Tahap ini berfungsi untuk menjawab


pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis dengan memberi kesempatan
siswa untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan
sebagainya.

4) data processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan


mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa untuk kemudian
ditafsirkan. Semua informasi dan diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan
bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu.

5) verification (pembuktian) Pada tahap ini, siswa memeriksa secara cermat


untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang diterapkan dengan temuan
alternatf, kemudian dihubungkan dengan hasil data yang telah diolah.

6) generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi adalah


proses menarik kesimpulan yang dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. (Sunardi.
S, P.P. Retno, Darmawan. B.A, 2017)
11

3. Materi
a. usaha

Usaha dalam fisika didefinisikan sebagai transfer energi melalui gaya yang
menyebabkan suatu benda berpindah. Usaha merupakan besaran skalar hasil
perkalian titik antara vektor gaya yang bekerja pada benda dengan perpindahannya.

Usaha (W) = F.s cos θ

Dengan:

W= usaha (joule)

F= nilai gaya yang bekerja pada benda (N)

S= besar perpindahan (m)

θ = sudut antara gaya F dengan perpindahan s

Usaha dapat dihitung dari luas daerah dibawah grafik gaya terhadap posisi. Untuk
grafis F= f(x), maka W= luas daerah dibawah kurva F = f(x). Usaha yang dilakukan
oleh beberapa gaya pada suatu sistem sama dengan jumlah usaha yang dilakukan oleh
masing-masing gaya.

W= W1 + W2 + W3 +...

b. energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Ada berbagai macam bentuk
energi, diantaranya: energi mekanik, energi panas (kalor), energi listrik, energi kimia,
energi bunyi, dan energi cahaya. Energi mekanik merupakan jumlah energi kinetik
dan energi potensial yang dimiliki benda.

EM = EP + EK
12

Eenergi kinetik adalah energi yang dimliki suatu benda karena gerakannya.

EK = ½ mv2

Energi potensial adalah energi yang dimliki suatu benda karena pengaruh
kedudukan atau letak benda tersebut.

Energi potensial gravitasi adalah energi yang tersimpan dalam sebuah benda
sebagai akibat posisi vertikal atau ketinggiannya. Energi potensial gravitasi yang
dimiliki beda bermassa m pada ketinggian h dengan percepatan gravitasi g ditentukan
sebagai berikut.

EP = mgh

Berdasarkan hukum gravitasi Newton, energi potensial gravitasi suatu benda


bermassa m pada jarak r dari pusat bumi yang bermassa Ma adalah:

EP= - GMbm/r

Perubahan energi potensial gravitasi dapat ditentukan sebagai berikut.

∆ EP=¿ EP2 – EP1 = mgh2 – mgh1 = mg (h2 – h1)

a. hubungan usaha dan energi

Hubungan usaha dan energi potensial gravitasi

W= - ∆ EP = -(EP2-EP1 )

Hubungan usaha dan energi potensial elastik:

W= -1/2 k(∆ x22-∆ x12 )

Usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif:

Wk = -∆ EP
13

Hubungan usaha dan energi kinetik:

W= ∆ EK = EK2 – EK1

Usaha yang dilakukan oleh gaya tak konservatif:

Wtk = ∆ EM = ∆ EP + ∆ EK

Usaha yang dilakukan oleh suatu resultan gaya sama dengan jumlah usaha yang
dilakukan oleh gaya konservatif dan usaha oleh gaya tak konservatif.

Wres= Wk + Wtk

Hubungan usaha yang dikerjakan oleh resultan gaya (Wres ) dan perubahan energi
kinetik benda (teorema usaha-energi kinetik):

Wres = Wk + WTK = - ∆ EP + (∆ EP + ∆ EK) = ∆ EK

Sehingga Wres = ∆ EK = ½ m( v22 – v12)

b. hukum kekekalan energi mekanik

Energi mekanik merupakan jumlah energi potensial dan energi kinetik yang
dimiliki benda

EM= EP + EK

Hukum kekekalan energi mekanik berbunyi : “jika pada suatu sistem hanya
bekerja beberapa gaya dalam yang bersifat konservatif (tidak bekerja gaya luar dan
gaya dalam tak konservatif), maka energi mekanik sistem pada posisi apa saja selalu
tetap(kekal)”.

EM1 = EM2 EM1 = EM2 Ep1 + Ek1 = EP2 + Ek2

1/2kx12 + 1/2mv12 = 1/2kx22 + 1/2mv22


14

Ep1 + Ek1 = EP2 + Ek2 atau Mgh1 +1/2mv12 = Mgh2 +1/2mv22

B. Hasil Penelitian Relevan


1. (Kartika Sari. D, 2018) dalam penelitiannya yang berjudul “penerapan

discovery learning model dengn pendekatan sainifik untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep kalor dan perpindahan kalor”

menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka dapat dittarik kesimpulan yaitu: (1) penerapan discovery learning

model dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa kelas XI MAN 2 Kota Bengkulu pada konsep kalor dan

perpindahan kalor, dapat dilihat peningkatan presentase rata-rata kemampuan

berpikir kritis siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya, yaitu presentase

rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus 1 berada pada kategori

cukup, lalu meningkat pada siklus 2 pada kategori baik, dan kemudian

meningkat lagi pada siklus 3 paada kategori baik. Selai itu, selalu terjadi

peningkatan banyaknya siswa yang memperoleh presentase kemampuan

berpikir kritis dalam kualifikasi baik sampai sangat baik dan=ri siklus 1 ke

siklus berikutnya; (2) penerapan discovery learning model dengan

pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI

MAN 2 Kota Bengkulu pada konsep kalor dan perpindahan kalor pada ikus

1,2 dan 3 selalu terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar siswa dan

selalu dalam kategori baik.


15

2. (Sapitri E.U. dkk, 2016) dalam penelitiannya yang berjudul penerapan model

discovery learning untuk menngkatkan keterampilan berpikir kritis siswa

kelas X pada materi kalor. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari

hasil tes yang diberikan pada siswa, rata-rata hasil keterampilan berpikir

kritis siswa setelah ternormalisasi dengan mmenggunakan uji N-gain pada

indikator membuat keputusan sebesar 0,37; membandingkan sebesar 0,39;

pemecahan masalah sebesar 0,33. Hasil dari keterampilan berpikir kritis

siswa diperoleh peningkatan dengan kategori sedang pada rentang 0,3 ≤ < g >

≥ < 0. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

penelitian selanjutnya dan dapat untuk meningkatkan keterampilan berpikir

kritis siswa.

C. Kerangka Teoritik

1. Kondisi Awal

Pada kondisi awal, diketahui bahwa pembelajaran IPA Fisika pada materi usaha
dan energi yang dilakukan guru selama ini masih belum maksimal menerapkan model
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi tersebut. Peserta didik banyak yang mengalami kesulitan memahami konsep
tersebut. Hasil belajar peserta didik juga belum menunjukkan ketuntasan belajar
secara klasikal.

2. Tindakan

Melihat kondisi awal tersebut dan untuk mengatasi rendahnya pemahaman


kemampuan berpikir kritis siswa maka guru hendaknya merubah model pembelajaran
16

denngan menerapkan model pembelajaran discovery learning. Guru melaksanakan


pembelajaran pada konsep usaha dan energi melalui serangkaian tindakan
pembelajaran berbentuk siklus, dimana setiap siklusnya meliputi perencanaan,
tindakan, observasi, dan analisis refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,

yaitu siklus I dan siklus II dengan masing-masing siklus terdiri atas dua kali
pertemuan dan satu kali Tindakan (tes).

Guru selama ini masih belum maksimal Hasil


menerapkan model pembelajaran model
beelajar
Kondisi awal
pembelajaran yang mampu meningkatkan
rendah
kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep
usaha dan energi

Tindakan
Guru menggunakan model pembelajaran Siklus I

discovery learning untuk meningkatkan


Siklus II
kemampuan berpikir kritis
Kondisi akhir
Di duga dengan menerapkan model
pembelajaran discovery learning kemampuan
BAB III
berpikir kritis siswa akan meningkat
17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan penelitian tindak

kelas.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Ternate. Sekolah ini terletak di

Takoma, Ternate Tengah. Waktu penelitian adalah pada tahun ajaran 2021-2022

semester genap.

C. Kelas Dan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA 2 yang berjumlah

30 peserta didik, yang terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 17 peserta didik

perempuan.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini mencakup empat tahap yaitu: perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi

1. Siklus I

a. Perencanaan tindakan I
18

Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan

akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus

disiapkan dengan lengkap. beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1) Merancang program pelaksanaan pembelajaran dengan konsisten

dengan metode atau model yanng dilakukan (RPP).

2) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa

3) Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang akan

digunakan

4) Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen

b. Pelaksanaan tindakan I

Tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan

diterapkan. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah

disusun.

c. Pengamaatan/pengumpulan data I

Tahapan ini terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini

menggunakan lembar observasi yang meliputi aktivitas berupa kemampuan

berpikir kritis siswa.

d. Refleksi I

Tahapan refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasarkan data yang telah

terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan


19

yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap

hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan

untuk dasar perbaikan dalam menyusun perencanaan pada siklus berikutnya.

2. Siklus 2

a. Perencanaan tindakan II

Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan lancar serta perubahan

akibat tindakan dapat direkam dengan baik maka dalam perencanaan ini harus

disiapkan dengan lengkap. beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

5) Merancang program pelaksanaan pembelajaran dengan konsisten

dengan metode atau model yanng dilakukan (RPP).

6) Menyusun lembar observasi aktivitas siswa

7) Merancang dan menyiapkan media atau alat pelajaran yang akan

digunakan

8) Menyusun instrumen evaluasi dan uji instrumen

e. Pelaksanaan tindakan II

Tahapan ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan

diterapkan. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan RPP yang telah

disusun.

f. Pengamaatan/pengumpulan data II

Tahapan ini terkait dengan pelaksanaan tindakan kelas. Kegiatan ini

menggunakan lembar observasi yang meliputi aktivitas berupa kemampuan


20

berpikir kritis siswa

g. Refleksi II

Tahapan refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, berdasarkan data yang telah

terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

yang berikutnya. Kegiatan yang dilakukan adalah analisis dan penilaian terhadap

hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan.

E. Data dan Sumber Data

Sumber data yang diperoleh adalah data dari hasil uji kemampuan berpikir kritis

siswa setelah menerapkan model pembelajaran discovery learning.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil pekerjaan peserta didik dalam menyelesaikan soal yang

diberikan peneliti tentang kemampuan berpikir kritis. Hasil pekerjaan tersebut

digunakan untuk melihat kemajuan kemampuan berpikir kritis siswa setelah

menggunakan model pembelajaran discovery learning.

2. Hasil wawancara antara peneliti dengan peserta didik yang

dijadikan subyek penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis.

3. Hasil dokumentasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti

selama proses pembelajaran berlangsung, kegiatan ini bertujuan untuk

merekam kegiatan peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran.

4. Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan guru di


21

sekolah tersebut terhadap aktifitas praktisi dan peserta didik dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti.

5. Catatan lapangan dari rangkaian kegiatan siswa dalam

pembelajaran tindakan selama penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis data ini dilakukan setelah

data yang diperoleh dari sample melalui instrumen yang dipilih dan akan digunakan

untuk menjawab masalah dalam penelitian atau untuk menguji hipotesa yang

diajukan melalui penyajian data. Data yang terkumpul tidak mesti seluruhnya

disajikan dalam pelaporan penelitian, penyajian data ini adalah dalam rangka untuk

memperlihatkan data kepada para pembaca tentang realitas yang sebenarnya terjadi

sesuai dengan fokus dan tema penelitian.

Aktifitas dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction), penyajian

data (data display), dan penarikan kesimpulan/verifikasi data (conclusion

drawing/verification).

1. ReduksiData

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
22

tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.63

2. MenyajikanData

Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi

dengan cara menyusun secara narasi sekumpulan informasi yang telah

diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan kemungkinan

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang sudah

terorganisir ini dideskripsikan sehingga bermakna baik dalam bentuk narasi,

grafis maupuntabel. Dalam penelitian, penyajian data akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam melakukan penyajian data

selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network

dan chart.

3. Penarikan Kesimpulan danVerifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah memberikan kesimpulan

terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini juga mencakup pencarian

makna data serta pemberian penjelasan. Selanjutnya dilakukan kegiatan

verifikasi yaitu kegiatan mencari validitas kesimpulan dan kecocokan makna-

makna yang muncul dari data. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa dengan menerapkan model pembelajaran langsung dengan media kartu

ayat maka data yang diperlukan berupa data hasil belajar yang diperoleh dari
23

hasil belajar/nilai tes.

Hasil belajar dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi untuk

mengetahui ketuntasan belajar dengan cara menganalisis data hasil tes

dengan kriteria ketuntasan belajar, prosentase hasil belajar yang diperoleh

siswa tersebut kemudian dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum) yang telah ditentukan. Seorang siswa disebut tuntas belajar jika

telah mencapai skor 75 persen ke atas, untuk menghitung hasil belajar dengan

membandingkan jumlah nilai yang diperoleh siswa dengan jumlah skor

maksimum kemudian dikalikan 100% atau digunakan rumus Percentages

Correction sebagai berikut:

S = R x 100....................................................(3.1)

Keterangan:

S: Nilai yang dicari/diharapkan

R: jumlah skor dari item/soal yang dijawab benar

N: skor maksimal ideal dari tes tersebut.

Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini yakni dengan

membandingkan persentase ketuntasan belajar dalam penerapan model

pembelajaran discovery learning dengan model pembelajaran konvensional

pada siklus I, siklus II dan siklus III. Sedangkan persentase ketuntasan belajar
24

dihitung dengan cara membandingkan jumlah siswa yang tuntas belajar

dengan jumlah siswa secara keseluruhan (siswa maksimal) kemudian

dikalikan 100%.

 Ketuntasan individual

jumlah perolehan
Ketuntasan individu ¿ x100%..............................(3.2)
skor maksimum

 Ketuntasan klasikal

jumlah siswa yang tuntas


Ketuntasan klasikal ¿ x 100 %........................(3.3)
jumlah siswa
Daftar Pustaka

Dewi. C.R.P, Suastra. W.I, Suswandi. I. (2017). Penerapan model


pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar fisika siswa kelas X MIPA SMA Negeri tahun pelajaran
2018-2019. jurnal pendidikan fisika Undiksha , 21-29.

Agustin. S, Afrizon. R, H. Hidayati. (2019). pengujian validasi bahanajar fisika


bermuatan literasi saintifik pada materi dinamika rotasi kesetimbangan benda
tegar, elastisitas dan hukum hooke. pillar of physics education , 641-645.

Handriani. S.L, Harjono.A, Doyan.A. (2015). pengaruh model pembelajaran


inkuiri terstruktur dengan pendekatan saintifik terhadap kemampuan berpikir
kritisi dan hasil belajar fisika siswa. jurnal pendidikan fisika dan teknologi , 210-
220.

Lendri.A, Asrizal. A. (2019). pengaruh bahan ajar fisika bermuatan literasi


sainstifik dan HOTS dalam model pembelajaran penemuan materi fluida terhadap
hasil belajar siswa. pillar physics eduaction , 257-264.

Negoro. R.A, dkk. (2018). upaya membangun keterampilan berpikir kritis


menggunakan peta konsep untuk mereduksi misknsepsi fisika. jurnal pendidikan
(teori dan praktik) , 45-51.

Nurazizah. S , Sinaga. P, Jauhari. A. (2017). Profil kemampuan kognitif dan


keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi usaha dan energi. JPPPF-
Jurnal penelitian & pengembangan pendidikan fisika , 197.

Purwanto.E.C, Nugroho.E.S, Wiyanto.W. (2012). penerapan model


pembelajaran giuded discovery pada materi pemantulan cahaya untuk
meningkatkan berpikir kritis . Unnes physics Education Journal , 27-32.
Sunardi. S, P.P. Retno, Darmawan. B.A. (2017). Buku Guru fisika untuk
SMA/MA kelas X. Bandung: Yrama Widya.

Sunardi. S, P.P. Retno, Darmawan. B.A. (2017). Buku Guru Fisika untuk
SMA/MA kelas XI . Bandung: Yrama Widya.

Yuliati.Y. (2017). literasi sains dalam pembelajaran IPA. jurnal cakrawala


pendas , 21-28.

Anda mungkin juga menyukai