Anda di halaman 1dari 26

Analisis Forecasting (Peramalan)

Kebijakan Kesehatan
Analisis Kebijakan Kesehatan
Pert 6
Ayulia Fardila Sari ZA
• Forecasting adalah kegiatan menentukan
informasi faktual tentang situasi di masa
depan atas dasar informasi yg ada sekarang
Tujuan Forecasting
• Memberikan informasi mengenai kebijakan di
masa depan dan konsekuensinya
• Melakukan kontrol dan intervensi kebijakan
guna memengaruhi perubahan, sehingga akan
mengurangi resiko yg lebih besar
Jenis Forecasting:
– Proyeksi, yakni ramalan yang didasarkan pada
ekstrapolasi berdasarkan kecenderungan masa lalu,
dg asumsi bahwa masa yang akan datang memiliki
pola yg sama dg masa lalu
– Prediksi, yaitu ramalan yg didasarkan pada asumsi
teoritis
– Perkiraan, yakni ramalan yg didasarkan pada
penilaian para pakar tentang situasi masyarakat yang
akan datang
Proyeksi
• Proyeksi adalah ramalan yang didasarkan pada
ekstrapolasi berdasarkan kecenderungan masa
lalu, dg asumsi bahwa masa yang akan datang
memiliki pola yg sama dg masa lalu
• Contoh: kita dapat menghitung proyeksi
jumlah penduduk tahun 2010 berdasarkan
data jumlah penduduk 5 thn terakhir: 2004,
2003, 2002, 2001, 1999
• Proyeksi dapat menggunakan model
matematika dan regresi
Model Matematika
• Metode Aritmatik Contoh:
Penduduk pd tahun 2005 =
1000 jiwa, pertumbuhan
penduduk selama 5 thn
terakhir (1999-2004) rata-rata
10 jiwa per tahun, maka
jumlah penduduk pd tahun
2015 sebesar:

P2015 = 1000 (1 + 10 x 10) =


1.100 jiwa
• Metode Geometrik Contoh:
Jumlah penduduk pd tahun
2005 = 1000 jiwa,
pertumbuhan penduduk
sebesar 2% per tahun, maka
jumlah penduduk pd tahun
2010 sebesar:

P2010 = 1000 (1 + 0,02)5 =


1.100 jiwa
Model Regresi
Prediksi
• Prediksi yaitu ramalan yg didasarkan pada
asumsi teoritis
• Misalnya, berdasarkan teori supply dan
demand, harga normal akan terjadi pada titik
temu antara supply dan demand. Ketika supply
dan demand tidak seimbang, maka akan lahir
black market
• Jika pada puskesmas prosedur pelayanannya
berbelit2, maka akan meningkatkan korupsi
Jenis-Jenis Masa Depan
• Masa depan potensial (potential future)
• Masa depan masuk akal (plausible future)
• Masa depan normatif (normative future)
• Masa depan potensial (potential future)
– Yakni situasi masa depan yg mungkin dpt terjadi, yg berbeda dg situasi
sosial yg memang terjadi
– Contoh: sbg akibat penebangan hutan yg terus menerus, maka
berbagai jenis masa depan mungkin dapat terjadi, mis: bencana alam,
kekurangan persediaan air, kenaikan suhu udara, musnahnya satwa,
dsb
• Masa depan masuk akal (plausible future)
– Yaitu situasi masa depan yg atas dasar asumsi akan terjadi apabila
pembuat kebijakan tidak melakukan intervensi
– Contoh: bencana alam, kekurangan persediaan air, kenaikan suhu
udara, punahnya satwa, sangat logis dapat terjadi apabila pemerintah
tidak melakukan kontrol terhadap penebangan hutan
• Masa depan normatif (normative future)
– Yakni masa depan yang seharusnya terjadi
– Contoh: apabila lebar jalan raya diperluas, manajemen lalu lintas
disempurnakan, dan pertumbuhan jumlah kendaraan dikontrol ketat,
maka jumlah kecelakaan lalu lintas di masa depan akan berkurang
Objek Peramalan
• Konsekuensi kebijakan sekarang
– yaitu ramalan digunakan untuk mengestimasi kondisi yg datang,
apabila tidak ada kebijakan baru
• Konsekuensi kebijakan baru
– yakni ramalan yang digunakan untuk mengestimasi kondisi yang
akan datang apabila diterapkan kebijakan baru
• Isi kebijakan baru
– yakni ramalan yang digunakan untuk mengestimasi perubahan
dalam isi kebijakan baru
• Perilaku stakeholders
– yaitu ramalan yang digunakan untuk mengestimasi dukungan
atau penolakan yg mungkin lahir dg adanya kebijakan baru
Pengembangan Alternatif
Kebijakan
• Yakni mengembangkan alternatif kebijakan
dan menentukan kriteria seleksi terhadap
berbagai alternatif yang ditawarkan
• Kebijakan yang dipilih adalah kebijakan yang
telah lolos dari proses seleksi karena
dipandang lebih unggul daripada alternatif
kebijakan yang lain
• Proses seleksi harus mendasarkan pada
kriteria yang jelas
Metode Pengembangan Alternatif
Kebijakan
• Metode Status Quo (No- Action)
• Metode Survai Cepat (Quick Surveys)
• Tinjauan Pustaka (Literature Review)
• Perbandingan dengan Pengalaman Nyata
(Comparison of Real – Worls Experiences)
• Metode Analogy, Methapor, dan Synetics
• Curah Pendapat (Brainstorming)
Kriteria Seleksi
• Kesesuaian dg visi dan misi organisasi
• Applicable (dapat diimplementasikan)
• Mampu mempromosikan pemerataan dan
keadilan pada masyarakat
• Mendasarkan pd kriteria penilaian yang jelas
dan transparan
Kriteria Penilaian menurut Bardach
• Kelayakan teknis
• Kemungkinan ekonomik & finansial
• Kelayakan politik
• Kelayakan administratif
Kelayakan Teknis
• Apakah alternatif yg dipilih dapat mengatasi
pokok persoalan yg muncul. Mencakup 2 sub
kriteria:
– Efektifitas (effectiveness), apakah alternatif yg
dipilih dapat mencapai tujuan yg diinginkan
– Kecukupan (adequacy), menyangkut seberapa
jauh alternatif yg dipilih mampu memecahkan
persoalan
Kemungkinan Ekonomi & Finansial
• Kriteria ini menyangkut subkriteria:
– Economic efficiency (efisiensi ekonomi)
mempersoalkan apakah dg menggunakan
resources yg ada dpt diperoleh manfaat yg
optimal
– Profitability (keuntungan) mempersoalkan
perbandingan antara input dg output kebijakan
– Cost effectiveness (efisiensi biaya) mempersoalkan
apakah tujuan dpt dicapai dg biaya minimal
Kelayakan Politik
• Kriteria ini mencakup sub-kriteria:
– Acceptability (tk penerimaan) apakah alternatif kebijakan yg
bersangkutan dpt diterima oleh para aktor politik (pembuat
keputusan) dan masyarakat (penerima kebijakan)
– Appropriateness (kepantasan) mempersoalkan apakah
kebijakan yg bersangkutan tdk bertentangan dg nilai2 yg ada
dlm masyarakat
– Responsiveness (daya tanggap) menanyakan apakah kebijakan
yg bersangkutan sesuai dg kebutuhan masyarakat
– Legal, apakah kebijakan yg bersangkutan tdk bertentangan dg
peraturan yg ada
– Equity (keadilan) menanyakan apakah kebijakan tsb dapat
mempromosikan pemerataan dan keadilan dlm masyarakat
Kelayakan Administratif
• Kriteria ini mencakup sub kriteria:
– Authority (otoritas) mempersoalkan apakah organisasi
pelaksana kebijakan cukup memiliki otoritas
– Institutional commitment (komitmen institusi) menyangkut
komitmen dari para administrator dari tingkat atas sampai
tingkat bawah
– Capability (kapasitas) berkenaan dg kemampuan aparatur
baik kemampuan konseptual maupun ketrampilan
– Organizational support (dukungan organisasi) adalah ada
tidaknya dukungan dari organisasi pelaksana kebijakan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai