Anda di halaman 1dari 4

Nama : Cut Ridhatul Aulia

Nim : 18170069
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam (MPI)

GAYA KEPEMIMPINAN DELEGATIF

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam setiap organisasi dibutuhkan pemimpin yang mampu membawa

organisasinya kearah yang lebih baik. Seperti yang dikemukakan Miftah Thoha

kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni

memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan

merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang

yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan

wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan

sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.1

Peran kepemimpinan sangat penting dalam sebuah organisasi sebagai salah

satu penentu keberhasilan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Maka

dari itu, tantangan dalam mengembangkan strategi organisasi tergantung kepada

seorang pemimpin. Pemimpin harus tanggap dalam menjalankan suatu organisasi. Ia

juga harus memiliki gaya kepemimpinan yang sesuai dengan organisasi yang

dipimpinnya. Dalam hal ini penulis akan menguraikan sedikit mengenai salah satu

gaya atau model kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan delegatif.

1
Miftah Thoha, Kepemimpinan dan Manajemen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 9.
BAB II : GAYA KEPEMIMPINAN DELEGATIF

Gaya kepemimpinan free-rein (delegasi) adalah penyerahan wewenang

pimpinan ke bawahan di dalarn sebuah organisasi dengan harapan tugas tersebut

dapat dipertanggungjawabkan, dan diselesaikan tepat pada waktunya, serta tidak

bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Salusu berpendapat bahwa gaya kepemimpinan delegatif adalah gaya yang

mendorong kemampuan staf untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol

yang dilakukan oleh pemimpin sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila staf

memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran

organisasi.2 Sedangkan Permadi mengatakan bahwa dalam gaya kepemimpinan

bertipe delegatif ditemukan nilai-nilai pelimpahan kekuasaan atau nilai kepercayaan

yang sangat tinggi dari seorang atasan kepada seorang bawahan. Selain itu, nilai

pengutusan yang tulus dari seorang atasan sangat kuat, sehingga bawahan dapat

membuat keputusan dengan penuh tanggungjawab, walau tetap memperhatikan

kemajuan manajernya.3

Sementara Eims melihat gaya kepemimpinan delegatif berpusat pada nilai

pengutusan. Kata “pengutusan” mengandung makna kepercayaan yang sangat besar,

dan dituntut seorang 202 Pengaruh Kepemimpinan Delegatif terhadap Kinerja

Pegawai pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jember

bawahan untuk dapat menjadi wakil yang tepat dan benar. Oleh karena itu, seorang

delegator harus rnempunyai kompetensi yang dapat menjamin bahwa apa yang

2
Salusu, Pengambilan Keputusan Strategic untuk Organisasi Public dan Organisasi Non
Profit, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 195.

3
Permadi, Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Manajemen, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
h. 97.
dilakukannya tidak merugikan perusahaan. Jadi karyawan yang ditunjuk atau

didelegasikan oleh pimpinannya dalam menentukan kebijakan harus selalu tepat.4

Pengertian delegatif sebagai pelimpahan atau penyerahan wewenang dari

sebuah tanggungjawab tidaklah sama dengan memberikan sebuah benda kepada

seseorang dan diberikan kepada orang yang lain. Dalam proses pemberian wewenang

yang dimaksud diikuti oleh sebuah tanggungjawab yang sangat menentukan mati

hidupnya sebuah organisasi. Seorang pimpinan dalam melakukan pendelegasian

sebuah tanggungjawab harus mengenal nilai -nilai yang terkandung dalam apa yang

diberikan kepada orang yang dipercayainya. Keputusan itu sangat besar risikonya,

mengingat pendelegasian itu terdapat kekeliruan yang dapat mengakibatkan

malapetaka bagi organisasi. Oleh karena itu, yang perlu dipahami dan merupakan hal

yang bersifat esensial adalah siapa yang akan menerima pendelegasian itu,

bagaimana kapasitasnya di organisasi, bagaimana kreativitasnya, loyalitasnya

terhadap organisasi, dan bagaimana prestasinya.

Menurut Rivai bahwa tipe seseorang yang bergaya delegatif adalah mempunyai

kemampuan membuat staf atau pengikutnya mengerjakan apa yang diinginkan untuk

dilakukan. Menilai kesuksesan penyelia dalam meraih respon yang efektif dan

antusias dari stafnya dan dalam mempromosikan suasana yang menyenangkan.

Seorang delegator harus mempertimbangkan sejauhmana telah memberikan

pengetahuannya terhadap stafnya, telah memberikan kontrol yang efektif dan sesuai,

telah menstimulasi respon yang efektif dan antusias bawahannya, memberikan

suasana yang menyenangkan, dan disukai bawahan atau stafnya.5

4
Eims L. Ciri Kepemimpinan yang Efektif, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003), h. 162.

5
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori Ke
Praktik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 103.
BAB III : KESIMPULAN

Kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan dimana seorang

pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan sepenuhnya. Dengan

demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas

atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin sepenuhnya menyerahkan

tanggung jawab dan tugas kepada bawahannya. Penyerahan wewenang pimpinan ke

bawahan di dalam sebuah organisasi dengan harapan tugas tersebut dapat

dipertanggungjawabkan, dan diselesaikan tepat pada waktunya, serta tidak

bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Miftah Thoha. Kepemimpinan dan Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Salusu. Pengambilan Keputusan Strategic untuk Organisasi Public dan Organisasi


Non Profit. Jakarta: Grasindo, 2006.

Permadi. Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta,


2006.

Eims L. Ciri Kepemimpinan yang Efektif. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003.

Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori
Ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Anda mungkin juga menyukai