3. TUJUAN SERTIFIKASI
3.1 Memastikan kompetensi kerja pada jabatan Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat Kabupaten/Kota (TAPM-Kabupaten/Kota).
3.2 Sebagai acuan bagi LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi dan asesor dalam rangka pelaksanaan sertifikasi
kompetensi.
4. ACUAN NORMATIF
4.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
4.2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
4.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006 tentang
Sistem Pelatihan Kerja Nasional.
4.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Aturan
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
4.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Badan Nasional Sertifikasi Profesi.
4
4.6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2020 tentang
Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa.
4.7. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 201 Tahun
2021 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan Pokok
Aktifitas Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Pada Jabatan Kerja Tenaga
Pendamping Profesional.
4.8. Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2021 tentang
Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa.
4.9. Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
423 Tahun 2021 tentang Penetapan Deskripsi dan Unit Kompetensi Peta
Okupasi Tenaga Pendamping Profesional.
4.10. Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor: 2/BNSP/VIII/2017
Tentang Pedoman Pengembangan dan Pemeliharan Skema Sertifikasi Profesi.
5
NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI
Melakukan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
10. M.74TPP01.016.2
Pemerintahan Desa
Melakukan Mentoring Pada Tenaga
11. M.74TPP01.019.2
Pendamping Profesional
12. M.74TPP01.020.2 Melakukan Fasilitasi Pelatihan Pendamping
13. M.74TPP01.021.2 Melakukan Evaluasi Kinerja Pendamping
14. M.74TPP01.022.2 Menyusun Laporan Hasil Kerja Pendampingan
8. Biaya Sertifikasi
Biaya sertifikasi untuk Skema Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten/Kota (TAPM-Kabupaten/Kota) akan ditetapkan oleh Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi.
6
9. Proses Sertifikasi
9.1 Proses Pendaftaran
9.1.1. LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi menginformasikan kepada pemohon persyaratan
sertifikasi sesuai skema sertifikasi, jenis bukti, aturan bukti, proses
sertifikasi, hak pemohon dan kewajiban pemohon, biaya sertifikasi dan
kewajiban pemegang sertifikat kompetensi.
9.1.2. Pemohon mengisi formulir Permohonan Sertifikasi (APL 01) yang
dilengkapi dengan bukti :
a. Fotokopi KTP
b. Pasfoto berwarna ukuran (4x6) sebanyak 2 (dua) lembar
c. Daftar Riwayat Hidup
d. Fotokopi Ijazah minimal Pendidikan Strata 1 (S-1) atau sederajat
semua bidang ilmu
e. Surat pengalaman kegiatan pembangunan desa dan/atau
pemberdayaan masyarakat minimal 5 (lima) tahun untuk S-1 atau 3
(tiga) tahun untuk S-2
f. Fotokopi sertifikat pelatihan/bimtek/workshop terkait dengan
pembangunan desa dan/atau pemberdayaan masyarakat.
9.1.3. Pemohon mengisi formulir Asesmen Mandiri (APL 02) dan dilengkapi
dengan bukti pendukung yang relevan (jika ada).
9.1.4. Peserta menyatakan setuju untuk memenuhi persyaratan sertifikasi dan
memberikan setiap informasi yang diperlukan untuk penilaian.
9.1.5. LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi menelaah berkas pendaftaran untuk konfirmasi bahwa
peserta sertifikasi memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam skema
sertifikasi.
9.1.6. Pemohon yang memenuhi persyaratan dinyatakan sebagai peserta
sertifikasi.
7
9.2.5. Asesor melakukan pengkajian dan evaluasi kecukupan bukti dari
dokumen pendukung yang disampaikan pada lampiran dokumen
Asesmen Mandiri APL-02, untuk memastikan bahwa bukti tersebut
mencerminkan bukti yang diperlukan.
9.2.6. Peserta yang memenuhi persyaratan bukti dan menyatakan kompeten
direkomendasikan untuk mengikuti proses lanjut asesmen/uji
kompetensi.
8
9.4.4. Keputusan sertifikasi dilakukan melalui rapat tim teknis dengan
melakukan verifikasi rekomendasi dan informasi uji kompetensi dan
dibuat dalam berita acara
9.4.5. Keputusan pemberian sertifikat dibuat dalam surat keputusan LSP P2
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
berdasarkan berita acara rapat tim teknis
9.4.6. LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi menerbitkan sertifikat kompetensi kepada peserta yang
ditetapkan kompeten dalam bentuk surat dan/atau kartu, yang
ditandatangani dan disahkan oleh personil yang ditunjuk LSP P2
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
dengan masa berlaku sertifikat 3 (tiga) tahun.
9.4.7. Sertifikat diserahkan setelah seluruh persyaratan sertifikasi dipenuhi.
9
9.7.4. Proses pengambilan keputusan sertifikasi ulang dilakukan sesuai
dengan klausul 9.4.
9.9. Banding
9.9.1. LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi memberikan kesempatan kepada peserta untuk
mengajukan banding apabila keputusan sertifikasi dirasa tidak sesuai
dengan keinginannya.
9.9.2. Banding dilakukan maksimal 3 hari sejak keputusan sertifikasi
ditetapkan.
9.9.3. LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi menyediakan formulir yang digunakan untuk pengajuan
banding.
9.9.4. LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi membentuk tim banding yang ditugaskan untuk menangani
proses banding yang beranggotakan personil yang tidak terlibat subjek
yang dibanding yang dijadikan materi banding.
9.9.5. LSP P2 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi menjamin bahwa proses banding dilakukan secara objektif
dan tidak memihak.
9.9.6. Keputusan banding selambat-lambatnya 14 hari kerja terhitung sejak
permohonan banding diterima oleh LSP P2 Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
9.9.7. Keputusan banding bersifat mengikat kedua belah pihak.
10
9.10. Kode Etik
Kode Etik Tenaga Pendamping Profesional (TPP) dikutip berdasarkan
Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
nomor 40 tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat
Desa.
9.10.1 Kewajiban dalam menjalankan peranan dan fungsinya sebagai
seorang profesional, Tenaga Pendamping Profesional berkewajiban
untuk:
1) bertekad, yakin, antusias, bersemangat, dan berdedikasi tinggi
mewujudkan pencapaian tujuan SDGs Desa, serta tujuan program
dan kegiatan sektoral Kementerian;
2) mengawal kebijakan Kementerian terhadap desa disetiap proses
melalui fasilitasi dan asistensi;
3) tunduk pada kebijakan Kementerian yang berkaitan dengan
pendayagunaan Tenaga Pendamping Profesional;
4) menghormati serta menjunjung tinggi tata nilai dan adat istiadat
yang berlaku di masyarakat desa;
5) memiliki keinginan, kehendak, komitmen yang kuat untuk
melibatkan diri secara aktif dalam upaya menemukenali dan
memecahkan masalah pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa;
6) memiliki keinginan, kehendak, komitmen yang kuat untuk
memfasilitasi pemerintah desa, BPD dan masyarakat desa secara
mandiri dalam menemukenali dan memecahkan masalah
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;
7) jujur dan proaktif memberikan informasi yang akurat, terkini, dan
lengkap tentang pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa kepada pemerintah desa, BPD dan masyarakat
desa;
8) konsisten bertindak sesuai dengan pesan yang
dikomunikasikannya kepada pemerintah desa, anggota BPD dan
masyarakat desa;
9) mematuhi aturan yang berlaku dan menghindarkan diri dari
berbagai kepentingan pribadi/kelompok/golongan yang dapat
mempengaruhi kualitas pendampingan;
10) membangun upaya kebersamaan, kemitraan dan persatuan serta
tidak memicu munculnya konflik, perpecahan, provokasi dan
diskriminasi;
11) berupaya menyelesaikan konflik serta menangani pengaduan
melalui cara musyawarah yang transparansi dan akuntabel untuk
pencapaian konsensus;
12) memiliki keberpihakan dan kepedulian yang tinggi kepada
ketidakberdayaan kelompok marginal dan rentan;
11
13) memiliki komitmen yang kuat untuk mempelajari hal-hal baru yang
terkait dengan pekerjaannya, berorientasi pada masa depan
(visioner), dan kaya ide-ide baru dalam menjalankan tugas sebagai
pendamping masyarakat desa;
9.10.2. Larangan
Dalam menjalankan peranan dan fungsinya sebagai seorang
profesional, Tenaga Pendamping Profesional dilarang:
1) melakukan tindakan pidana, kekerasan fisik, psikis dan seksual;
2) melakukan tindakan tercela dan bertentangan dengan norma
kesusilaan yang dapat mencemarkan nama baik Kementerian;
3) menggunakan dan mengedarkan narkoba;
4) memalsukan data, informasi dan dokumen pendampingan;
5) menyalahgunakan data dan/atau informasi yang dimiliki untuk
hal-hal di luar tugas dan dapat merugikan kepentingan
masyarakat desa;
6) menyebarkan fitnah, hasutan, propaganda dan/atau provokasi
negatif;
7) menyebarkan provokasi negatif terhadap kebijakan kementerian
dan pelaksanaan pendampingan masyarakat desa dalam
bentuk tulisan, foto, gambar, audio dan video di semua jenis
media;
8) menyalahgunakan atribut Kementerian untuk kepentingan lain di
luar kepentingan Kementerian dan pendampingan masyarakat
desa;
9) menyalahgunakan posisi untuk mendapatkan keuntungan atau
manfaat bagi diri sendiri dan/atau orang lain;
10) meminta dan menerima uang, barang, dan/atau imbalan atas
pekerjaan dan/atau kegiatan dalam melaksankan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pendamping;
11) bertindak sebagai pemborong, supplier, perantara perdagangan,
maupun menunjuk salah satu supplier atau berfungsi sebagai
perantara yang dapat menimbulkan konflik kepentingan di
wilayah dampingannya serta membantu secara teknis
pembuatan laporan pertanggungjawaban desa;
12) bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau
merekayasa pembayaran atau administrasi atas pemerintah
desa;
13) memaksakan kehendak atas suatu usulan kegiatan dalam
perencanaan pembangunan desa selama melaksanakan tugas
pendampingan;
14) melakukan rekayasa APB Desa untuk kepentingan pribadi,
keluarga atau kelompok;
12
15) membiarkan dan menutupi proses penyimpangan yang terjadi
secara sengaja dalam pelaksanaan pembangunan desa yang
mengakibatkan kerugian masyarakat dan negara; dan
16) melakukan pekerjaan yang mendapat imbalan dan beresiko
mengurangi jam kerja pendampingan;
17) menjabat dalam kepengurusan partai politik; dan
18) menduduki jabatan pada lembaga yang sumber pendanaan
utamanya berasal dari APBN, APBD dan APBDes
13