Anda di halaman 1dari 28

ORGANISASI KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

Mata kuliah: ManajemenAgribisnis (SPBIS 16349)

DosenPengasuh Kelas VI G
1. Dra. LustryRahayu, M.Si
2. Srie N. Sulisetiawati, S.AB, M.Par

Oleh: Kelompok-4

No Nama Mahasiswa NIM

1 Veni R. Mulle 1803020006

2. Katarina Kewa 1803020264

3. Karolina Nees 1803020271

4. Benedikta A.S Bataona 1803020062

5. Ridho M.N Radja 1803020073

SEMESTER VI G

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2021
DAFTAR ISI

BAB 5. ORGANISASI KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

1.1 LatarBelakang
1.2 Materi
1) Bentuk-bentuk Badan usaha Agribisnis
2) Perdagangan besar, Eceran dan kaki lima, Franchaising
3) Koperasi dalam agribisnis
4) Lembaga pendukung Agribisnis
5) Kemitraan Agribisnis
6) Pembahasan kasus Koperasi, Lembaga pendukung dan Kemitraan Agribisnis
1.3 Kesimpulan Atau Resume
1.4 Soal Latihan Atau Bahan Diskusi

DAFTAR PUSTAKA
BAB V : ORGANISASI KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

1.1 Latar Belakang

Kelembagaan memiliki pengertian yang sangat luas. Kelembagaan dapat diartikan sebagai
aturan main yang di anut oleh sekelompok masyarakat dalam melakukan transaksi dengan pihak
lainnya(Hayami dan Rutta,1984; Binswanger dan Ruttan, 1978). Agribisnis juga memiliki
makna yang snagat luas. Agribisnis dapat didefenisikan Sebagai serangkaian kegiatan usaha
yang menghasilkan produk pertanian hingga di konsumsi oleh konsumen (Beierlein, 1986;
Downey dan Ericson, 1992; Cramer dan Jensen, 1994). Berdasarkan defenisi tersebut maka
agribisnis dapat mencakup seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan produksi,
penggolahan, pemasaran, dan konsumsi produk pertanian yang dihasilkan petani. Di samping
itu, agribisnis dapat mencakup kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengadaan sarana produksi
pertanian yang dibutuhkan petani, dan penyediaan modal usaha tani bagi petani.

Ketersediaan seluruh komponen kelembagaan agribisnis tersebut bersifat dinamis akibat


investasi yang dilakukan pemerintah, perusahaan swasta maupun petani, terutama petani kaya.
Begitu pila perilaku setiap lembaga agribisnis akan bervariasi menurut tipe dan bersifat dinamis
akibat dinamika situasi pasar komoditas pertanian dan pasar input usaha tani. Misalnya, pada
komoditas sayuran yang memiliki resiko harga relative tinggi suku bunga pinjaman modal yang
diberi oleh lembaga permodalan kepada petani cendrung tinggi dibanding komoditas padi yang
memiliki resiko harga relatif rendah.

Salah satu subsitem agribisnis yang peranannya cukup penting adalah jasa penunjang atau
kelembagaan pendukung pertanian. Peren kemebagaan agribisnis sangat menentukan terhadap
keberhasilan pembangunan pertanian, karena diharapkan akan mampu berkontribusi terhadap
aksebilitas petani terhadap pengembangan sosial ekonomi petani, serta pasar. Jika di kaitkan
dengan sistem agribisnis, kelembagaan harus mampu berperan dalam menunjang terhadap
kegiatan dalam subsistem pengadaan saranal produksi, usaha tani, penggolahan hasil pertanian
dan pemasaran.
1.2 Materi

1. Bentuk-Bentuk Badan Usaha Agribisnis

Badan usaha atau corporate merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-
sumber ekonomi atau faktor produksi yang menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyrakat. Badan
usaha agribisnis berarti sumber-sumber ekonomi atau faktor-faktor produksi yang menggolah
sumber daya pertanian.

Beberapa badan usaha atau perusahaan yang dapat di pilih antara lain Perusahaan Perseorangan,
Firma (Fa), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Terbatas Negara
(PERSERO), Perusahaan Negara Umum (PERUM), Perusahaan Daerah (PD), Perusahaan
Negara Jawatan (PERJAN), Koperasi, joint venture (patungan).

1. Perusahaan Perseorangan

Usaha ini dimiliki, dikelola dan dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab penuh
terhadap semua resiko dan aktifitas perusahaan. Dalam hal izin usaha secara relative dapat
dikatakan lebih ringan dan lebih sederhana persyaratannya dibandingkan dengan jenis
perusahaan lainnya.

Ciri dan sifat perusahaan perseorangan :


a) Relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan.
b) Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.
c) Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.
d) Seluruh keuntungan dinikmati sendiri.
e) Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri.
f) Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang lebih
besar.
g) Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.
h) Sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan
Adapun kebaikan dan keburukan dari perusahaan perseorangan:

N Kebaikan Keburukan
o
1 Pemilik bebas dalam mengambil Tanggung jawab pemilik perusahaan tidak
keputusan sehingga keputusan dapat terbatas, seluruh harta milik pribadi menjadi
secara cepat dilaksanakan. jaminan terhadap hutang perusahaan.
2 Seluruh keuntungan perusahaan Sumber keuangan perusahaan terbatas sebab
menjadi hak pemilik perusahaan usaha-usaha untuk memperoleh sumber dana
sepenuhnya sangat tergantung pada kemampuan pemilik
perusahaan saja.
3 Sifat kerahasiaaan perusahaan dapat Kelangsungan usaha perusahaan kurang
terjamin baik dalam hal keuangan terjamin sebab jika seandainya pemilik
maupun dalam masalah proses meninggal atau terkena hukuman penjara maka
produksi. perusahaan akan berhenti pula usahanya.
4 Biasanya pemilik perusahaan lebih giat Penggelolaan manajemennya lebih kompleks
berusaha untuk mencapai tujuan sebab semua aktivitas manajemen seperti
perusahaan yang menjadi miliknya itu. pencarian kredit, pembelanjaan, produksi,
ketenagakerjaan serta pemasaran dilakukan oleh
pemilik sendiri.

2. Firma

Firma merupakan suatu persekutuan antara dua orang atau lebih dengan nama bersama untuk
menjalankan usaha dimana tanggung jawab masing-masing anggota firma tidak terbatas,
sedangkan laba yang diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi bersama-sama dan bila terjadi
kerugian akan dipikul bersama-sama pula.

Kebaikan dan keburukan dari Firma:

N Kebaikan Keburukan
o
1 Kemampuan manajemen lebih besar Tanggung jawab pemilik tidak terbatas terhadap
karena adanya pembagian kerja diantara seluruh hutang perusahaan, kekayaan pribadi
para anggota. menjadi jaminan bagi hutang-hutang firma.
2 Pendirian firma realtif lebih mudah Kerugian yang diakibatkan oleh seorang
karena tidak memerlukan akte anggota harus ditanggung bersama oleh anggota
pendirian` lain.
3 Kebutuhan modal lebih mudah Kelangsungan perusahaan tidak menetu sebab
terpenuhi, lebih mudah mencari kredit jika salah seorang membatalkan perjanjian
karena mempunyai kemampuan untuk menjalankan usaha bersama, maka secara
financial yang lebih besar. otomatis firma menjadi bubar.

3. Perseroan Komanditer

Perseroan komanditer atau disebut Commanditaire Vennootschaaap (CV) menurut pasal 19


KUHD adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha bersama antara orang-orang
yang bersedia memimpin, mengatur perusahaan, serta bertanggung jawab penuh dengan
kekayaan pribadinya, dengan orang-orang yang memberikan pinjaman dan tidak bersedia
memimpin perusahaan serta bertangggung jawab terbatas pada kekayaan yang diikuti sertakan
dalam perusahaan itu.

Sekutu Pimpinan, disebut pula sekutu komplementer atau sekutu pemelihara yaitu anggota yang
aktif dalam kepenggurusan CV, turut memimpin perusahaan dan bertanggung jawab secara tidak
terbatas terhadap semua hutang-hutang perusahaan.

Sekutu Terbatas, adalah anggota yang bertanggung jawab terbatas terhadap hutang perusahaan
sebesar modal yang disetorkan pada mereka tidak diperbolehkan aktif dalam perusahaan.

Sekutu Diam, yaitu sekutu yang tidak turun aktif dalam menjalankan kegiatan perusahaan namun
dikenal umum Sebagoai sekutu dalam CV tersebut.

Sekutu Rahasia, yaitu sekutu yang aktif dalam menjalankan kegiatan perusahaan tetapi tidak
diketahui oleh umum bahwa mereka sebenarnya termasuk anggota CV.

Kebaikan dan keburukan dari persekutuan komanditer:

N Kebaikan Keburukan
o
1 Pendiriannya relative mudah. Kelangsungan hidup tidak menentu.
2 Kemampuan manajemennya lebih besar Sulit untuk menarik kembali modalnya
terutama bagi sekutu pimpinan.
3 Mudah memperoleh kredit Sebagian sekutu mempunyai Tanggung jawab
tidak terbatas.
4 Modal yang dikumpulkan lebih besar.

4. Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas (PT) adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi
yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya. Di
dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang
lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT dibutuhkan
sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.

Ciri dan sifat dari PT :

a) Kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi.

b) Modal dan ukuran perusahaan besar.

c) Kelangsungan hidup perusahaan PT ada di tangan pemilik saham.

d) Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham.

e) Kepemilikan mudah berpindah tangan.

f) Mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan / pegawai.

g) Keuntungan dibagikan kepada pemilik modal / saham dalam bentuk dividen.

h) Kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang saham.

i) Sulit untuk membubarkan PT.

j) Pajak berganda pada pajak penghasilan (pph) dan pajak deviden.

Kebaikan dan keburukan perseroan terbatas:

No Kebaikan Keburukan
1 Adanya Tanggung jawab yang terbatas PT merupakan subyek pajak tersendiri dan
bagi para pemegang saham terhadap dividen yang diterima oleh para pemegang saham
hutang-hutang perusahaan. dikenakan pajak lagi Sebago pajak pendapatan
bagi pemegang saham tersebut.
2 Mudah mendapatkan tambahan modal Mendirika suatu PT tidak mudah atau lebih rumit,
misalnya dengan mengeluarkan saham memerlukan akte notaries dan ijin khusus untuk
baru. usaha tertentu yang kesemuanya itu memerlukan
biaya yang besar.

3 Kelangsungan hidup PT lebih terjamin Kurang terjaminnya rahasia perusahaan karena


sebab pemiliknya masih berganti- semua kegiatan perusahaan harus dilaporkan
ganti. kepada para pemegang saham terutama yang
menyangkut laba perusahaan.

5. Perseroan Terbatas Negara (PERSERO)

PERSERO ini sebelumnya adalah perusahaan negara (PN) dan berubah menjadi persero karena
PN menggadakan penambahan modal yang ditawarkan kepada pihak swasta.

Cirri-ciri pokok PERSERO adalah:

1. Tujuan usahanya adalah mencari keuntungan.


2. Berstatus hukum perdata dan berbentuk perseroan terbatas.
3. Modal seluruhnya tau sebagian milik negara yang dipisahkan seperti ini memungkinkan
diadakannya usaha bersama dengan pihak swasta dan juga dimungkinkannya adanya
penjualan saham perusahaan milik negara.
4. Tidak memiliki fasilitas negara.
5. Pimpinan dipegang oleh direksi.
6. Karyawan mempunyai status Sebagai karyawan perusahaan swasta biasa.
7. Peranan pemerintah adalah Sebago pemegang saham dan hak suara didasarkan pada
banyaknya saham yang dimiliki atau menurut perjanjian yang telah ditentukan.
6. Perusahaan Negara Umum (PERUM)

PERUM adalah suatu perusahaan negara yang bertujuan untuk melayani kepentingan umum,
tetapi sekaligus mencari keuntungan.

Ciri-ciri PERUM adalah :


1. Melayani kepentingan masyarakat umum.
2. Dipimpin oleh seorang direksi atau direktur.
3. Mempunyai kekayaan sendiri bergerak diperusahaan swasta.
4. Dikelola dengan modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara.
5. Pekerjanya adalah pegawai perusahaan swasta.
6. Memupuk keuntungan untuk mengisis kas negara.
7. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public.

7. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas kekeluargaan.


Organisasi Buruh Sedunia (Intemational Labor Organization/ILO), dalam resolusinya
nomor 127 yang dibuat pada tahun 1966, membuat batasan mengenai ciri-ciri utama
koperasi yaitu:

1) Merupakan perkumpulan orang-orang;


2) Yang secara sukarela bergabung bersama;
3) Untuk mencapai tujuan ekonomi yang sama;
4) Melalui pembentukan organisasi bisnis yang diawasi secara demokratis
5) Yang memberikan kontribusi modal yang sama dan menerima bagian resiko dan
manfaat yang adil dari perusahaan di mana anggota aktif berpartisipasi

Koperasi resmi yang pertama pada zaman modern ini adalah “Perkumpulan para
pelopor Keadilan Rochdale” di Inggris 1844 dengan lebih dikenal sebagai Prinsip-
prinsip Rochdale yakni:

1. Modal harus mereka sediakan sendiri dan modal tersebut mendapat suku bunga
tetap.
2. Koperasi hanya menyediakan bahan makanan yang paling pokok dan yang dapat
diperoleh kepada para anggota.
3. Timbangan dan ukuran penuh harus diberikan.
4. Harga pasar harus dibayar langsung, tidak ada kredit yang diberikan atau diminta.
5. “laba” harus dibagi menurut perbandingan jumlah pembelian yang dilakukan oleh
setiap anggota.
6. Prinsipnya adalah bahwa setiap satu anggota memiliki satu suara yang
menentukan, dan harus ada persamaan bagi semua jenis kelamin dalam
keanggotaan.
7. Manajemen harus dikelola oleh para pejabat dan komite atau panitia yang dipilih
secara berkala.
8. Presentase tertentu dari sisa hasil usaha harus disediakan bagi pendidikan.
9. Perhitungan (laporan) keuangan dan neraca harus sering disajikan kepada para
anggota.
Undang-undang Capper-Volstead tahun 1922 merupakan undang-undang koperasi yang
paling menonjol diantaranya karena UU tersebut member kepastian hak-hak pengusaha tani
untuk mengorganisasi pasar dan hasil secara kolektif selama memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Asosiasi/koperasi menyelenggarakan sekurang-kurangnya setengah dari bisnisnya dalam
hubungan para anggotanya.
b) Tidak ada anggota asosiasi yang mempunyai lebih dari satu hak suara atau asosiasi
membatasi dividen tidak lebih dari 8 persen.
Fungsi dari didirikannya koperasi anatara lain yaitu:
1) Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia.
2) Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia.
3) Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia.
4) Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi

Selain memiliki fungsi seperti tersebut di atas, koperasi di dalam pendiriannya juga
memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan fungsi dari koperasi itu antara lain yaitu :

1) Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia.

2) Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia.

3) Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan,
membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.

Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa bentuk. Terdapat beberapa


penggolongan dari koperasi. Penggolongan dari koperasi dapat dilakukan antara lain yaitu
menurut sifat usahanya. Menurut sifat usahanya, koperasi dibedakan menjadi empat macam
sebagai berikut.
a) Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari, misalnya


barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak goreng), barang-barang sandang
(seperti kain batik, tekstil), barang-barang pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak
tanah, dan lain-lain). Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-angggotanya dapat membeli
barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.

b) Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi
pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh koperasi organisasi maupun
orang-orang yang mampu menghasilkan suatu barang dan jasa-jasa. Dengan demikian, dapat
meningkatakan taraf kesejahteraan anggota. Orang-orang tersebut adalah kaum buruh dan kaum
pengusaha. Misalnya Peternak Sapi Perah, Koperasi Kerajinan Banbu dan Rotan, serta Koperasi
Pertanian.

c) Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam

Koperasi kredit didirikan guna menolong anggota denagn meminjamkan uang secara
kredit dengan bunga ringan. Uang itu dimaksud untuk tujuan produksi. Oleh karena itu, disebut
koperasi kredit.Untuk memberikan pinjaman, koperasi memerlukan modal. Modal utama
koperasi kredit berasal dari simpanan anggota sendiri. Uang simpanan yang dikumpulkan
bersama-sama itu dipinjamkan kepada anggota yang memerlukan. Oleh karena itu, koperasi
kredit lebih tepat disebut kperasi simpan pinjam.Tujuan koperasi kredit adalah saling membantu,
memperbaiki keadaan ekonomi, atau kesejahteraan anggota. Adapun cara koperasi kredit dalam
membantu keadaan ekonomi anggota sebagai berikut.(a)membantu keperluan kredit para
anggota, yang sangat membutuhkan denagn syarat-syarat yang ringan.(b)Mendidik kepada para
anggota, supaya giat menympan secara teratur, sehingga membentuk modal sendiri.(c)Mendidik
anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.(d)Menambah
pengetahuan tentang perkoperasian.

d) Koperasi Jasa

Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu bagi para
anggota maupun masyarakat umum.
2. Perdagangan Besar, Eceran dan Kaki Lima, Franchaising.
1) Perdagangan Besar

Perdagangan besar, yaitu segala aktivitas marketing yang menggerakan barang-barang dari
produsen ke pedagang eceran atau kelembaga-lembaga marketing lainnya.

Untuk meneliti apakah kegiatan distribusi itu merupakan kegiatan perdagangan besar atau
bukan, ada 3 macam sifat yang perlu diperhatikan:

1. Motif pembelian
Motif pembelian ini memiliki tujuan bahwa barang bukan untuk dikonsumsi tetapi untuk
dijual kembali dengan memperoleh keuntungan.
2. Jumlah pembelian
Kita mengenal beberapa kategori konsumen:
a. Comercial consumers
b. Industrial consumers
c. Governmental consumers

3. Cara-cara dari perusahaan tersebut.


a. Mengenai cara berusaha dari beberapa criteria, yaitu: perdagangan besar mempunyai
usaha yang diskriminatif, hanya melayani pedagang eceran, tidak melayani semua
konsumen.
b. Transaksi perdagangan besar adalah besar, dalam arti lebih besar dari kebutuhan sehari-
hari.
c. Harga-harga dapat berubah sesuai, bukan on price policy seperti para pedagang, tetapi
dapat diadakan korting, kredit, cara-cara penggiriman dan sebagainya.

Keuntungan dan kelemahan perdagangan besar:

N Keuntungan Kelemahan
o
1 Kemampuan untuk memindahkan Harga ditentukan oleh pembeli.
sejumlah besar produk dengan satu
transaksi.
2 Kontrak untuk produk kadan- Ketat peraturan tentang menyortir dan
kadang dapat diamankan sebelum kemasan.
tanaman di panen.
3 Diversifikasi dalam strategi Sejumlah besar produk harus disampaikan.
pemasaran.

Adapun fungsi perdagangan besar:

1. Penggumpulan dan penyebaran (assembling and distributing)


2. Pembelian dan penjualan (buyers and selling )
3. Pemilihan barang (selection of goods)
4. Pemberian kredit (financing)
5. Penyimpanan (storage)
6. Pengangkutan (transportation)

2). Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran atau kerap kali disebut perdagangan ritel adalah kegiatan usaha menjual
barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga.

Keuntungan dari perdagangan eceran adalah:

1. Modal yang diperlukan kecil dan rentabilitasnya besar.


2. Pedagang-pedagang eceran kecil mengangap bahwa pendapatannya dari usaha itu
merupakan pendapatan tambahan atau kadang-kadang hanya iseng atau mengisi waktu
lowong terutama pada daerah musiman.
3. Tempat kedudukan pedagang-pedagang eceran kecil biasanya paling strategis. Mereka
selalu mendekatkan pada pusat-pusat konsumen.
4. Hubungan antara para pedagang eceran kecil dan konsumen adalah kuat. Misalnya kita
lihat pembeli pada warung-warung kopi mengadakan obrolan yang dekat sekali dengan
pemiliknya.

Kelemahan yang terdapat pada perdagangan eceran adalah:

1. Keahlian kurang
2. Administrasi dalam arti pembukuan tidak diperhatikan, sehingga kadang-kadang habis
dimakan.
3. Pedagangan kecil tidak mampu mengadakan sales promotion.

3). Perdangan kaki lima

Pedagang kaki lima ialah orang (pedagang-pedagang)golongan ekonomi lemah, yang berjualan
barang kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dengan modal yang relative kecil, modal
sendiri atau modal orang lain, baik berjualan ditempat terlarang ataupun tidak. Istilah kaki lima
diambil dari pengertian tempat ditepi jalan yang lebarnya kaki lima. Tempat ini terletak ditrotoir,
depan toko, dan tepi jalan.

Adapun cirri-ciri pedagang kaki lima ialah:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisir dengan baik.


2. Tidak memiliki surat ijin usaha.
3. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja.
4. Bergerak ditrotoir,atau tepi-tepi jalan protocol, di pusat-pusat Diana banyak orang ramai.
5. Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak kadang-kadang berlari mendekati
konsumen.

4). Franchaising (Waralaba)

Franchaising juga didefenisikan sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa,
Diana sebuah perusahaan induk memberikan kepada individu atau perusahaan lain yang berskala
kecil dan menengah, hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan
cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, disuatu tempat tertentu.

Adapun kelebihan franchaising:

1. Produk yang ditawarkan telah memasuki pemasaran yang luas diterima oleh umum.
2. Franchaising tidak mengeluarkan biaya lagi untuk memperkenalkan kredibilitas
perusahaan induknya.
3. Bantuan manajemen dengan diberikan pelatihan-pelatihan dalambidang akunting,
manajemen personalia, marketing dan produksi.
4. Tingkat kegagalan keseluruhan lebih rendah.
5. Pengawasan untuk memnjaga kualitas produk dan pelayanan.
6. Pengetahuan tentang pasar sudah begitu tinggi maka dengan mudah dilakukan
perencanaan secara detail untuk menghadapi pasar lokal.

adapun kekurangan francahising:

a) Biaya franchise yang minta pihak franchisor umumnya tinggi.


b) Pembatasan penggoperasian bisnis.
c) Kurangnya kebebasan dalam operasi.

3.Koperasi Dalam Agribisnis

Koperasi adalah lembaga ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

adapun peran koperasi dalam agribisnis:

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada


khususnya dan petani pada umumnya.
2) Mengembangkan kreativitas, menambah wawasan dan membangun jiwa berorganisasi
bagi para petani.

Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan dalam beberap bentuk. Terdapat beberapa penggolongan
dari koperasi. Penggolongan dari koperasi dapat dilakukan antara lain yaitu menurut sifat
usahanya. Menurut sifat uasahanya, koperasi dibedakan menjadi empat macam segi sebagai
berikut:

a. Koperasi konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang menggusahakan kebutuhan sehari-hari, misalnya
barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam,dan minyak goreng), barang-barang
sandang (seperti kain batik dan tekstil), barang-barang pembantu keperluan sehari-hari
(seperti sabun, minyak tanah, dll). Tujuan koperasi konsumsi adalah agar anggota-
anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga
yang layak.
b. Koperasi produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegaitan ekonomi
pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yag dilakukan oleh koperasi organisasi
maupun orang-orang yang mampu menghasilkan suatu barang dan jasa-jasa. Dengan
demikian, dapat meningkatkan taraf kesejatraan anggota. Misalnya peternak sapi perah,
koperasi kerajinan bambu dan rotan, serta koperasi pertanian.
c. Koperasi kredit atau simpan pinjam
Koperasi kredit didirikan guna menolong anggota dengan meminjamkan uang secara kredit
dengan bunga. Uang itu dimaksud untuk tujuan produksi. Oleh karena itu, disebut koperasi
kredit. Untuk memberikan piinjaman, koperasi memerlukan modal. Modal utama koperasi
kredit berasal dari simpanan anggota sendiri. Uang simpanan yang dikumpulkan bersama-
sama itu dipinjamkan kepada anggota yang memerlukan. Oleh karena itu, koperasi kredit
lebih tepat disebut koperasi simpanan ekonomi, atau kesejatraan anggota.
d. Koperasi jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang penyediaan jasa tertentu para anggota
maupun masyarakat umum.

Jadi, dengan adanya koperasi petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur
silang hubungan antara pemilik input dalam menghasilkan output ekonomi desa dan dalam
mengatur distribusi dari ouput tersebut.

4. Lembaga Pendukung Agribisnis

Keberadaan lembaga pendukung pengembangan agribisnis sangat penting untuk menciptakan


agribisnis yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga tersebut sangat menentukan dalam
upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan
agribisnis. Beberapa pendukung pengembangan agribisnis adalah:

1. Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki wewenang,
regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif dan adil. Misalnya :
dibentuknya BULOG yang berperan dalam menjaga stabilitas harga beras
2. Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam penyediaan modal
investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Penataan lembaga ini segera
dilakukan, terutama dalam mebuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil
dan menengah yang tidak memiliki asset yang cukup untuk digunakan guna memperoleh
pembiayaan usaha.
3. Lembaga pemasaran dan distribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan agribisnis, karena
fungsinya Sebago fasilitator yang menghubungkan antar deficit unit (konsumen pengguna
yang membutuhkan produk) dan surplus unit (produsen yang menghasilkan produk) .
4. Lembaga penyuluhan
Berperan dalam memberikan layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya
pertanian. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun sehingga perlu penataan dan upaya
pemberdayaan kembali dengan deskripsi yang terbaik. Peranannya bukan lagi sebagai
penyuluh penuh, melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.
5. Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input dan hasil
pertanian. Pada perkembangannya di Indonesia KUD terhambat karena KUD dibentuk
hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas, penggurus dan pegawai
KUD kurang professional.
6. Lembaga riset agribisnis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang dahulunya
berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan agribisnis harus
diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk menghasilkan komoditas yang unggul
dan daya saing yang tinggi.
7. Lembaga terjamin dan penangungan resiko
Lembaga dalam agribisnis teknologi besar, anmaun hampir semuanya dapat diatasi dengan
teknologi dan manajemen yang handal. Instrument headling dalam bursa komoditas juga
perlu dikembangkan guna memberikan sarana penjamin berbagai resiko dari agribisnis dan
industry pengolahannya.
5. Kemitraan Agribisnis
1. Pengertian kemitraan

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk
membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian,
saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus
ada ksepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak pada landasan yang
sama, kesediaan untuk berkorban.

Kemitraan pada efisiensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerja sama
dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo
(2003), kemitraan adalah suatu kerja sama yang formal antara individu-individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.

Adapun unsure-unsur kemitraan yaitu:

1) Adanya hubungan (kerja sama) antara dua pihak atau lebih.


2) Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut.
3) Adanya keterbukaan atau trust relationship antara pihak-pihak tersebut.
4) Adanya hubungan timbale balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
2. Jenis atau pola kemitraan

Dalam pasal 27 UU Usaha Kecil ditentukan pola-pola kemitraan Sebago berikut:

a. Inti plasma
Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah
atau usaha besar yang didalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak Sebago
inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti melaksanaan pembinaan mulai
penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.
b. Subkontrak
Pola subkontarak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah
atau uasaha besar yang didalam usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan
oleh usaha besar Sebago bagian dari produksinya. Kelemahan pola subkontrak ini adalah
pada besarnya keberuntungan pada pengusaha kecil pada pengusaha menengah atau
besar.
c. Dagang umum.
Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau usaha besar memasarkan produksi usaha kecil taua usaha kecil memasok
kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
d. Waralaba
Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang didalamnya usaha menengah tau usaha
besar pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi merek dan saluran
distribusi perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba dengan disertai bantuan dan
bimbingan manajemen.

e. Keagenan
Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang didalamnya usaha kecil diberi hak
khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya.
Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena sama-sama menjadi perantara
dalam memasarkan barang dan jasa perusahaan menengah atau besar. Namun, secara
hukum berbeda karena mempunyai karakteristik dan tanggungjawab hukum yang
berbeda.
3. Tujuan atau manfaat kemitraan.
Kenyataan menunjukan bahwa usaha kecil masih belum dapat mewujudkan kemempuan
dan peranannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal itu disebabkan oleh
kenyataan bahwa usaha kecil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran,
permodalan, sumber daya manusia dan ternologi, serta iklim usaha yang belum mendukung
perkembangannya.
 Pemberdayaan usaha kecil dilakukan melalui:
1. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung bagi pengembangan usaha kecil.
2. Pembinaan dan pengembangan usaha kecil serta kemitraan usaha.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka untuk menghasilkan tingkat efisisensi dan
produktifitas yang optimal diperlukan sinergi antara pihak yang memiliki modal kuat,
teknologi maju, manajemen moderen dengan pihak yang memiliki bahan baku, tenaga
kerja dan lahan. Sinergi ini di kenal dengan kemitraan. Kemitraan yang dihasilkan
merupakan suatu proses yang dibutuhkan bersama oleh pihak yang bermitra dengan tujuan
memperoleh nilai tambah. Hanya dengan kemitraan yang saling menguntungkan, saling
membutuhkan dan saling memperkuat, dunia usaha baik kecil maupun menengah akan
mampu bersaing.

Adapun secara lebih rinci tujuan kemitraan meliputi, beberapa aspek yang diantaranya:

1. Tujuan dari aspek ekonomi


Dalam kondisi yang ideal tujuab yang dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara
lebih kongkrit yaitu:
a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat.
b. Meningkatkan perolehan nilai tambah pada pelaku kemitraan.
2. Tujuan dari aspek sosial dan budaya
Kemitraan usaha dirancang Sebagai bagian dari upaya pemberdayaan usaha kecil.
Pengusaha besar beperan Sebago faktor percepatan pemberdayaan usaha kecil sesuai
kemampuan dan kompetensinya dalam mendukung mitra uasahnaya menuju
kemandirian usaha, atau dengan kata lain kemitraan usaha yang dilakukan oleh
pengusaha besar yang telah mapan dengan pengusaha kecil sekaligus Sebago
Tanggung jawab sosial pengusaha besar untuk ikut memberdayakan usaha kecil agar
tumbuh menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri. Adapun Sebago wujud tanggun
jawab sosial itu dapat berupa pemberian pembinaan dan pembimbingan kepada
pengusaha kecil, dengan pembinaan dan bimbingan yang terus-menerus diharapkan
pengusaha kecil dapat tumbuh dan berkembang Sebago komponen ekonomi yang
tangguh dan mandiri.
3. Tujuan dari aspek teknologi.
Sehubungan dengan keterbatasan khusus teknologi pada usaha kecil, maka pengusaha
besar dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan terhadap pengusaha kecil
meliputi juga memberikan bimbingan teknologi. Oleh karena itu bimbingan teknologi
yang dimaksud adalah berkenaan dengan teknik berproduksi untuk meningkatkan
produkstifitas dan efisiensi.
4. Tujuan dari aspek manajemen
Manajemen merupakan proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk
mengkoordinasi barbagai aktifitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa
dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Sehingga ada dua (2) yang menjadi
pusat perhatian, yaitu : (1) peningkatan produktifitas individu yang melaksanakan
kerja, (2) peningkatan produktifitas organisasi didalam kerja yang dilaksanakan.
Pemgusaha kecil yang umunya tingkat manajemen usaha rendah, dengan kemitraan
usaha diharapkan ada pembenahan manajemen, peningkatan kualitas sumber daya
manusia serta pemantapan organisasi.

6.Pembahasan Kasus Koperasi, Lembaga Pendukung Dan Kemitraan Agribisnis

1. KOPERASI
Koperasi pertanian memiliki peran penting dalam mendukung petani kecil. Peran kunci
koperasi tersebut, yaitu untuk meningkatkan akses pasar, meningkatkan posisi tawar
petani, dan meningkatkan kemampuan mengadopsi teknologi. Masalah yang dihadapi
petani kopi adalah posisi tawar petani lemah dalam penentuan harga. Penelitian ini
bertujuan mengetahui perilaku usaha koperasi dengan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi harga pembelian, jumlah pembelian, jumlah penjualan, jumlah anggota
dan sisa hasil usaha pada koperasi. Model perilaku ekonomi koperasi dibangun sebagai
suatu sistem persamaan simultan yang terdiri dari harga pembelian, jumlah pembelian,
harga penjualan, jumlah anggota koperasi dan Sisa hasil usaha. Model ini diestimasi
dengan metode 2SLS. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar variabel dalam
model menunjukkan bahwa koperasi telah menjalankan kegiatan usahanya sesuai
dengan prinsip-prinsip koperasi. Hal ini ditunjukkan dari perilaku koperasi dalam
melakukan pembelian terhadap kopi anggota.

2. LEMBAGA PENDUKUNG
Kecamatan Manonjaya merupakan salah satu kecamatan yang berada diKabupaten
Tasikmalaya Provinsi JawaBarat. Kecamatan Manonjaya terdiri atas 11 desa dengan luas
wilayah 44,71 km2dan jumlah penduduk 60.952 orang (BPSKabupaten Tasikmalaya,
2013). Daerah ini merupakan daerah agraris dan mempunyai potensi pengembangan di
sektor pertanian yaitu usahatani padi sawah dan mendong, perikanan danpeternakan baik
unggas, ternak kecil maupun ternak besar. Kegiatan bisnis yang banyak dilakukan adalah
industri kreatif yang berbahan baku mendong. Salah satu dampak dari pengusahaan lahan
sempit adalah rendahnya pendapatan petani yang berdampak pula terhadap ketahanan
pangan keluarga, yaitu rendahnya aksesibilitas keluarga tani dalam memperoleh
kebutuhan terhadap pangan khususnya beras. Masyarakat petani yang miskin, selain luas
lahannya yang sempit, juga disebabkan oleh produktivitas yang rendah, infrastruktur
terbatas, aksesibilitas rendah terhadap modal, teknologi informasi dan pasar serta
rendahnya kapasitas petani.

Hasil penelitian menunjukkan untuk kinerja kelembagaan agribisnis bahwa petani


merasa puas dengan kios sarana produksi, pedagang pengumpul/bandar, pengrajin,
kelompoktani, penyuluh dan perguruan tinggi yang cukup baik kinerjanya dalam
menjalankan fungsi kelembagaan agribisnis pada usahatani mendong. Prioritas
peningkatan fungsi kelembagaan terletak pada keberadaan koperasi, persyaratan
pembelian mendong, harga jual mendong, kelompoktani sebagai unit produksi dan
penyedia sarana produksi serta pelatihan oleh lembaga informasi dan teknologi.
Sedangkan untuk kinerja kelembagaan menunjukkan bahwa kelembagaan agribisnis
mendong masih perlu ditingkatkan lagi agar mampu menghadapi tantangan persaingan
dengan penguatan kemandirian petani melalui peningkatan fungsi kelompoktani sebagai
unit produksi dan pengadaan sarana produksi sehingga ada peningkatan nilai tambah dan
nilai tukar dari kegiatan usahataninya dengan tidak terlepas dari adanya pelatihan
penerapan inovasi teknologi dari lembaga terkait

3. KEMITRAAN
Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk melakukan
restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen
yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk berkualitas tinggi, dan harga yang
murah . Salah satu upaya yang dapat dilakukan UKM adalah melalui hubungan
kerjasama dengan Usaha Besar (UB). Kesadaran akan kerjasama ini telah melahirkan
konsep supply chain management (SCM) pada tahun 1990-an. Supply chain pada
dasarnya merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja
untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Pentingnya persahabatan, kesetiaan, dan rasa saling percaya antara industri yang satu
dengan lainnya untuk menciptakan ruang pasar tanpa pesaing, yang kemudian
memunculkan konsep blue ocean strategy.
Kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM dan UB, dikenal
dengan istilah kemitraan (Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan).
Kemitraan tersebut harus disertai pembinaan UB terhadap UKM yang memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Kemitraan
merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka
waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai
dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan
usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi
sampai target tercapai. Pola kemitraan antara UKM dan UB di Indonesia yang telah
dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP No. 44 Tahun
1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu : (1).Inti Plasma, (2).Subkontrak,
(3).Dagang Umum, (4).Keagenan, dan (5).Waralaba.
Pola pertama, yaitu inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB
sebagai inti membina dan mengembangkan UKM yang menjadi plasmanya dalam
menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis
manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang
diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, UB
mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan
mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.
Pola kedua, yaitu subkontrak merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang
didalamnya UKM memproduksi komponen yang diperlukan oleh UB sebagai bagian dari
produksinya. Subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara
UB dan UKM, di mana UB sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada
UKM selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan
(komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam
pola ini UB memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan
dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan.
Pola ketiga, yaitu dagang umum merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang di
dalamnya UB memasarkan hasil produksi UKM atau UKM memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh UB sebagai mitranya. Dalam pola ini UB memasarkan produk atau
menerima pasokan dari UKM untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh UB.
Pola keempat, yaitu keagenan merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB,
yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB
sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak
prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak
sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang
bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
Pola kelima, yaitu waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi
waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi
perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan
manajemen. Dalam pola ini UB yang bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan
penjaminan yang diajukan oleh UKM sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga.
Kemitraan dengan UB begitu penting buat pengembangan UKM. Kunci keberhasilan
UKM dalam persaingan baik di pasar domestik maupun pasar global adalah membangun
kemitraan dengan perusahaan-perusahaan yang besar. Pengembangan UKM memang
dianggap sulit dilakukan tanpa melibatkan partisipasi usaha-usaha besar. Dengan
kemitraan UKM dapat melakukan ekspor melalui perusahaan besar yang sudah menjadi
eksportir, baru setelah merasa kuat dapat melakukan ekspor sendiri. Disamping itu,
kemitraan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara UKM dan
UB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tumbuh kembangnya UKM di
Indonesia tidak terlepas dari fungsinya sebagai mitra dari UB yang terikat dalam suatu
pola kemitraan usaha.

Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan kemitraan
diantaranya adalah (1).meningkatkatnya produktivitas, (2).efisiensi, (3).jaminan kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas, (4).menurunkan resiko kerugian, (5).memberikan social
benefit yang cukup tinggi, dan (6).meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.
Kemanfaatan kemitraan dapat ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang. Pertama, dari sudut
pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi, produktivitas, peningkatan
kualitas produk, menekan biaya produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya
penelitian dan pengembangan, dan meningkatkan daya saing. Kedua, dari sudut moral,
kemitraan usaha menunjukkan upaya kebersamaan dam kesetaraan. Ketiga, dari sudut
pandang soial-politik, kemitraan usaha dapat mencegah kesenjangan sosial, kecemburuan
sosial, dan gejolah sosial-politik. Kemanfaatan ini dapat dicapai sepanjang kemitraan
yang dilakukan didasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan, dan
menguntungkan.
Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang
bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam
kemitraan harus memiliki dasar-dasar etikan bisnis yang dipahami dan dianut bersama
sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Menurut Keraf (1995) etika adalah
sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun
sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada
adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku dari para pelaku yang menjalankan
kemitraan tersebut.

Disamping itu, ada banyak prasyarat dalam melakukan kemitraan usaha antara UKM dan
UB, diantaranya adalah harus adanya komitmen yang kuat diantara pihak-pihak yang
bermitra. Kemitraan usaha memerlukan adanya kesiapan yang akan bermitra, terutama
pada pihak UKM yang umumnya tingkat manajemen usaha dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang rendah, agar mampu berperan seabagai mitra yang
handal. Pembenahan manajemen, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan
pemantapan organisasi usaha mutlak harus diserasikan dan diselaraskan, sehingga
kemitraan usaha dapat dijalankan memenuhi kaidah-kaidah yang semestinya.

Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang
kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak
lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang
bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan
perilaku) yang baik, maka dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan
dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berjalan tidaknya kemitraan
usaha, dalam hal ini antara UKM dan UB, tergantung pada kesetaraan nilai-nilai, moral,
sikap, dan perilaku dari para pelaku kemitraan. Atau dengan perkataan lain, keberhasilan
kemitraan usaha tergantung pada adanya kesetaran budaya organisasi.
1.2 Kesimpulan atau Resume
Badan usaha atau corporate merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengolah
sumber-sumber ekonomi atau faktor produksi yang menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan
masyrakat. Badan usaha agribisnis berarti sumber-sumber ekonomi atau faktor-faktor
produksi yang menggolah sumber daya pertanian.
Keberadaan lembaga pendukung pengembangan dan kemitraan agribisnis sangat penting
untuk menciptakan agribisnis yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga tersebut
sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam
mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. dan juga tercapainya tujuan dari aspek
ekonomi, sosial dan budaya, teknologi dan juga manajemen.

1.3 Soal latihan atau Bahan Diskusi


1. Apa saja bentuk-bentuk badan usaha agribisnis?
2. Sebutkan keuntungan dan kelemahan dari Perdagangan besar, Perdagangan eceran dan
kaki lima dan juga Franchaising!
3. Apa peran koperasi dalam agribisnis?
4. Bagaimana lembaga pendukung dan kemitraan mempengaruhi agribisnis?
DAFTAR PUSTAKA

Hendrojogi. 1998. Koperasi : Azas-azas, Teori dan Praktek. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Silvana Maulidah, 2010. Koperasi Pertanian. Jurusan Sosek Pertanian UB. Malang

Silvana maulidah,SP.MP.Kelembagaan dalam agribisnis.UB Brawijaya.

W. David Downey & Steven P. Erickson.1992.Manajemen Agribisnis.Edisi Kedua.Penerbit


Erlangga.

www.coursehero.com

www.academi.edu

Anda mungkin juga menyukai