Anda di halaman 1dari 4

TRIAS KEMATIAN

Asidosis laktat
Mengganggu kaskade pembekuan darah
Koagulopati

Hipotermi Menurunkan performa miokardial Asidosis


Metabolik

Perdarahan massif akibat trauma atau operasi menyebabkan penurunan delivery oksigen
ke jaringan sehingga terjadi hipotermi. Kondisi hipotermi yang berkepanjangan akan
menimbulkan berbagai efek negatif, salah satunya gangguan pada kaskade pembekuan
darah, menghambat pembentukan bekuan darah. Pada kondisi tidak adanya ikatan
antara darah dan oksigen (hipoperfusi), tubuh akan membakar glukosa melalui
metabolism anaerob untuk menghasilkan energy, dengan hasil metabolism berupa asam
laktat dan badan keton yang akan menyebabkan asidosid metabolic. Kondisi asidosis ini
menyebabkan kerusakan di berbagai organ, termasuk menurukan performa miokardial
sehingga pada akhirnya akan menurunkan fungsi delivery oksigen.
TONSILEKTOMI & ADENOIDEKTOMI

Patofisiologi
Hyperplasia limfoid dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas bagian atas, pernapasan
melalui mulut, dan hipertensi pulmonal dengan cor pulmonale. Meskipun patologi hal-
hal tersebut jarang terjadi, namun anak-anak yang menjalani tonsilektomi atau
adenoidektomi harus dipertimbangkan mengenai peningkatan risiko terjadinya masalah
jalan napas perioperatif.

Pertimbangan anestesi
Preoperatif
- Operasi harus ditunda apabila terdapat bukti adanya infeksi akut atau kecurigaan
adanya gangguan koagulasi (misal, konsumsi aspirin sebelumnya).
- Pemberian antikolinergik preoperatif akan menurunkan sekresi faringeal.
- Riwayat obstruksi jalan napas atau apneu menunjukkan bahwa pasien memerlukan
induksi inhalasi tanpa paralisis sampai kemampuan untuk memberikan ventilasi
tekanan positif tercapai.
Intraoperatif
- Tuba endotrakeal yang telah diperkuat (misal, tuba RAE) dapat menurunkan risiko
melengkungnya tuba akibat retraksi mouth gag.
- Transfusi darah biasanya tidak diperlukan, namun para ahli anestesi harus waspada
terhadap hilangnya darah secara tersembunyi (occult).
- Inspeksi dan suction pada faring yang cermat dilakukan sebelum ekstubasi.

Postoperatif
- Meskipun ekstubasi yang dalam menurunkan kemungkinan laringospasme dan dapat
mencegah terlepasnya bekuan darah akibat batuk, sebagian besar ahli anestesi
memilih awake ekstubation karena risiko aspirasi.
- Mual muntah postoperatif adalah hal yang banyak terjadi. Ahli anestesi harus
waspada terhadap perdarahan postoperatif yang terjadi di ruang pemulihan, yang
mana dapat ditandai dengan kelemahan, pucat, takikardia, atau hipotensi.
- Apabila reoperasi dibutuhkan untuk mengontrol perdarahan, volume intravaskular
harus yang pertama kali dikembalikan. Evakuasi terhadap isi abdomen melalui NGT
diikuti RSI dengan penekanan pada krikoid menjadi teknik anestesi yang
direkomendasikan. Karena adanya kemungkinan terjadinya perdarahan dan
obstruksi jalan napas, anak-anak usia kurang dari 3 tahun di rawat inap untuk malam
pertama postoperatif. Sleep apneu dan infeksi dapat meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi postoperatif.
FISTULA TRAKEOESOGAGEAL

Patofisiologi
Terdapat beberapa tipe fistula trakeoesofageal. Tipe IIIB merupakan tipe terbanyak di
mana terjadi kombinasi dari esophagus bagian atas yang berakhir pada suatu sakus dan
esophagus bagian bawah yang berhubungan dengan trakea. Bernapas akan berakibat
pada distensi gaster, makan akan menyebabkan timbulnya tersedak, batuk, dan sianosis
(tiga C). Dikatakan suspek apabila terjadi kegagalan untuk melewatkan kateter menuju
ke abdomen dan dikonfirmasi dengan visualisasi dari kateter yang melingkar pada sakus
esophagus bagian atas. Pneumonia aspirasi dan anomali kongenital lain yang menyertai
(misal, kardiak) adalah hal yang banyak ditemukan. Hal tersebut juga termasuk adanya
defek vertebral, atresia ani, fistula trakeoesofageal dengan atresia esophageal, dan radial
dysplasia, yang dikenal dengan nama sindroma VATER. Varian dari VACTER juga
mencakup anomali kardiak dan tungkai.

Pertimbangan Anestesi
Preoperatif
- Manajemen preoperatif dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh anomali
congenital dan mencegah pneumonia aspirasi.
- Hal ini termasuk juga perawatan dengan kepala ditinggikan, tuba oral-esofageal, dan
menghindari makan.
- Penanganan dengan operasi definitif biasanya ditunda sampai setiap pneumonia
bersih atau membaik dengan terapi antibiotik.
Intraoperatif
- Nonatus-neonatus ini cenderung memiliki sekresi faringeal yang sangat banyak
sehingga membutuhkan suctioning yang berulang sebelum dan selama operasi.
- Ventilasi tekanan positif dihindari sebelum intubasi, karena distensi gaster mungkin
disertai dengan adanya ekspansi paru. Intubasi sering dilakukan saat pasien sadar
(awake intubation) dan tanpa relaksan otot.
- Neonatus-neonatus ini sering mengalami dehidrasi dan malnutrisi akibat asupan oral
yang kurang.
- Kunci keberhasilan manajemen adalah terletak pada posisi tuba endotrakeal yang
tepat. Idealnya, ujung tuba berada diantara fistula dan carina, sehingga gas anestesi
akan mengalir menuju kedua paru daripada menuju abdomen. Hal ini mustahil
dicapai bila fistula berhubungan dengan carina atau bronkus utama. Pada situasi
seperti ini, ventilasi intermiten dengan tuba gastrostomi yang telah dipasang saat
preoperative dapat menyebabkan ventilasi tekanan positif tanpa disertai distensi
gaster yang berlebihan. Suction pada tuba gastrostomi dan tuba sakus esophageal
bagian atas dapat membantu mencegah pneumonia aspirasi.
- Operasi pemisahan anastomosis fistula dan esophageal dilakukan via thorakotomi
ekstrapleural kanan dengan pasien berada pada posisi left lateral. Stetoskop
prekordial harus ditempatkan pada aksila yang tertekan (kiri), karena obstruksi pada
bronkus utama selama operasi dapat terjadi.
- Penurunan saturasi oksigen menunjukkan bahwa paru yang ter retraksi harus di
reekspansi. Operasi ini juga dapat mengakibatkan kompresi pembuluh darah besar,
trakea, jantung, dan nervus vagus.
- Tekanan darah harus di monitoring secara kontinyu melalui jalur arterial. Bayi-bayi
ini biasanya membutuhkan ventilasi dengan oksigen 100 %, meskipun terdapat
risiko retinopathy of prematurity. Darah harus tersedia untuk transfusi.
Postoperatif
- Komplikasi postoperatif dapat berupa refluks gastroesofageal, pneumonia aspirasi,
kompresi trakeal, dan terputusnya anastomosis.
- Kebanyakan pasien masih tetap membutuhkan intubasi dan ventilasi tekanan positif
pada periode postoperatif awal. Ekstensi leher dan instrumentasi pada esophagus
(misal, suctioning) dapat mengganggu operasi perbaikan dan harus dihindari.

Anda mungkin juga menyukai