Poliuri
3. Polidipsi
4. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
1. Lemah
2. Kesemutan ( rasa baal di ujung – ujung ekstremitas )
3. Gatal
4. Mata kabur
5. Disfungsi ereksi pada pria
6. Pruritus vulvae pada wanita
7. Luka yang sulit sembuh.
Faktor resiko :
Pemeriksaan Fisik
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL
(11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM+Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak
mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral ( TTGO ) > 200 mg/dL ( 11.1
mmol/L ) TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus
75 gram yang dilarutkan dalam air.
4. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu ( TGT ) atau Gula Darah
Puasa Terganggu ( GDPT ) tergantung dari hasil yang diperoleh.
Kriteria gangguan toleransi glukosa :
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100
– 125 mg/dL ( 5,6 – 6,9 mmol/L )
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma 140 – 199 mg/dL
pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram ( 7,8 – 11.1 mmoL/L )
3. Hba1c 5,7 – 6,4 %
Komplikasi :
1. Akut
Ketoasidosis diabetic, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
2. Kronik
Makroangiopati, Pembuluh darah janyunh, Pembuluh darah perifer, Pembuluh darah
otak
3. Mikroangiopati : Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan :
Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetic, disfungsi ereksi
GHS
GHS
+
Monoterapi
Catatan
GHS
1. GHS : gaya hidup +
sehat Kombinasi 2 OHO
2. Dinyatakan gagal GHS
Jalur alternatif jika : +
bila dengan terapi
2-3 bulan tidak
tidak terdapat insulin Kombinasi 2 OHO
mencapai target diabetisi betul betul +
HbAlc <7% menolak insulin Basal Insulin
3. Bila tidak ada Kendali glukosa belum
pemeriksaan optimal
HbA1c dapat
digunakan GHS
+ GHS
pemeriksaan
glukosa darah, Kombinasi 3 OHO
rata - rata glukosa
darah sehanri
dikoverskan ke
HbA 1c menurut
kriteria ADA 2010
Kadar HbA1c
<7% 7-8% 8-9% >9% 9-10% >10%
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respon kadar
glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal.
2. Sulfonilurea : 15-30 menit sebelum makan.
3. Metformin : sebelum /pada saat/ sesudah makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama makan suapan pertama.
Penunjang- Penunjang
1. Urinalisis
2. Funduskopi
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
4. EKG
5. Xray thoraks
Keterangan :
Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
1. Karbohidrat 45 – 65 %
2. Protein 15 – 20 %
3. Lemak 20 – 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari
sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi
PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat +25
g/hr, diutamakan serat larut.
Jumlah kalori basal per hari :
1. Laki-laki : 30 kal/kg BB idaman
2. Wanita : 25 kal/kg BB idaman
Rumus Broca : *
Berat badan idaman = (TB – 100) – 10 %
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang : < 90 % BB idaman
BB normal : 90 – 110 % BB idaman
BB lebih : 110 – 120 % BB idaman
Gemuk : >120 % BB idaman
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmanisehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu selama kurang
lebih 30-60 menit minimal 150 menit / minggu intensitas sedang). Kegiatan sehari-
hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus tetap
dilakukan.
Kriteria Rujukan
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut :
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat
Peralatan
1. Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah, darah rutin, urin rutin, ureum,
kreatinin
2. Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa
3. Monofilamen test
Prognosis
Prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit ini adalah penyakit kronis, quo ad vitam
umumnya adalah dubia ad bonam, namun quo ad fungsionam dan sanationamnya adalah
dubia ad malam.
DILIPIDEMIA
I. PENGERTIAN
Dislipidemia adalah kelainan metabolism lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun
penurunan fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, kolesterol LdL, dan atau trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL.
Dislipidemia merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis sehingga dapat menyebabkan
stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Peripheral Arterial Disease (PAD), Sindroma Koroner
Akut (SKA).
II. ANAMNESA
1. Petugas menerima pasien
2. petugas mengidentifikasi pasien
3. Petugas menganamnesa pasien, apakah pasien merasa sering pusing, merasa badannya
linu-linu, pasien merasa kegemukan, pasien merasa cepat lelah
4. Petugas mencuci tangan 7 langkah
5. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien, tensi, suhu, nadi, pernafasan
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan antropometri (lingkar perut
dan IMT / Indeks Massa Tubuh) dan tekanan darah.
Cara pengukuran IMT (kg/m²) = BB (kg) / TB² (m)
7. Petugas mengirimkan permintaan laboratorium pasien untuk dilakukan pemeriksaan
kadar cholesterol total, kadar cholesterol LDL, kadar cholesterol HDL, dan Trigliserida
8. Petugas membaca hasil laboratorium dimana terdapat semua atau salah satu hasil
pemeriksaan yang tidak normal
9. Petugas menegakkan diagnose dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
10. Petugas melakukan terapi pada pasien
non farmakologis
Modifikasi diet, latihan jasmani, pengelolaan berat badan. Latihan fisik dilakukan
selama 150 menit per minggu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien
Farmakologis
Terapi cairan, diberikan cairan RL/ asering/ D5 sesuai kebutuhan pasien.
Hipertrigliserida, diberikan asam fibrat (gemfibrozil 2 x 600 mg/hr, fenofibrat 1 x
160 mg/hr). Hipercholesterolemia, diberikan dengan golongan statin (simvastatin
10 mg, 1 x 1 / hari malam hari)
11. Petugas memberikan resep kepada keluarga pasien untuk mengambil obat di apotek
12. Petugas mencuci tangan 7 langkah
13. Petugas mendokumentasikan tindakan
GASTRITIS
I. PENGERTIAN
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung sebagai
mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses
inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.
II. ANAMNESA
Hasil Anamnesa (Subjective)
Keluhan
Pasien dating ke dokter karena rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas.
Keluhan mereda atau memburuk bila diikuti dengan makan, mual, muntah dan kembung.
Faktor risiko
a.Pola makan yang tidak baik: waktu makan terlambat, jenis makanan pedas, porsi makan
yang besar
b.Sering minum kopi dan tEH
c. Infeksi bakteri atau parasite
d.Penggunaan obat analgetik dan steroid
e. Usia lanjut
f. Alkoholisme
g.Stress
h.Penyakit lainnya, seperti: refluks empedu, penyakit autoimun, HIV/AIDS, Chreon disease
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan, kecuali pada gastritis kronis dengan melakukan pemeriksaan:
1. Darah rutin
2. Untuk mengetahui infeksi Helicobacter pylori : pemeriksaan Ureabreath test dan feses.
3. Rontgen dengan barium enema
4. Endoskopi
Penegakan Diagnostik (Assessmet)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untukj diagnosis definitive
dilakukan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
a. Kolesistitis
b. Kolelitiasis
c. Chron disease
d. Kanker lambung
e. Gastroenteritis
f. Limfoma
g. Ulkus peptikum
h. Sarkoidosis
i. GERD
Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas
b. Ulkus peptikum
c. Perforasi lambung
d. Anemia
Penatalaksanaan
Terapi diberikan peroral dengan obat, antara lain : H2 Bloker 2x/ hari (Ranitidin 150 mg/kali,
Famotidin 20 mg/kali, Cimetidine 400-800 mg/kali), PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali,
Lansoprazol 30 mg/kali), serta Antasida dosis 3 x 500-1000 mg/hari.
Kriteri Rujukan
2. Terjadi komplikasi.
HIPERTENSI ESENSIAL
I. PENGERTIAN
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi
menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi, masih banyak pasien yang belum mendapat
pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi tetapi target tekanan darah belum tercapai
serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
II. ANAMNESA
Anamnesis
Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Kelukhan hipertensi antara lain :
1. Sakit atau nyeri kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Leher kaku
6. Penglihatan kabur
7. Rasa sakit di dada
Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.