Anda di halaman 1dari 14

MODUL PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FISIK

MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR II SEMETER 2 REGULER

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKKU

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untukmemperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan
dan membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan
respon terhadap terapi tersebut.
B. Tujuan
1. Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Mencari masalah keperawatan.
3. Menambah, menginformasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
4. Menginformasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
5. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaannya.
6. Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
7. Membantu proses rencana keperawatan dan pengobatan.
C. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap pasien, tertama pada:
1. Pasien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2. Secara rutin pada pasien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan pasien.
D. Prinsip
Bersih dan steril
E. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Speculum hidung
2. Kaca laring
3. Bengkok
4. Selimut
5. Snellen chart
6. Penlight
7. Handscoon (bersih dan steril)
8. Oftalmoskop
9. Otoskop
10. Timbangan berat badan
11. Meteran peninggi badan
12. Stetoskop
13. Spignomanometer dan manset
14. Penggaris
15. Garputala
16. Metline
17. Termometer
18. Reflek hammer
19. Spatel lidah
20. Arloji / jam tangan
21. Alat tulis dan catatan
B. Bahan
1. Lidi kapas
2. Tisu
3. Bahan untuk pengecap rasa
4. Bahan untuk pencium hidung
F. Prosedur Tindakan
A. Pengkajian
1. Cek perencanaan keperawatan pasien.
2. Kaji kenyamanan dan keamanan klien.
3. Kaji pencahayaan ruangan pasien yang memadai
4. Kaji tingkat kesadaran subjektif dan dengan berdasarkan nilai GCS.
5. Identifikasi status penampilan kesehatan. Sakit ringan, sakit sedang, sakit berat.
B. Perencanaan
1. Persiapan alat.
2. Siapkan sampiran atau jaga privasi pasien.
3. Persiapan Pasien: Jelaskan tindakan yang akan dilakukan, posisikan pasien nyaman dan aman.
4. Buat kontrak dengan pasien.

C. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
Menilai penampilan umum:
2. Ukur tinggi badan (cm), dan bentuk tubuh (tinggi atau pendek).
3. Ukur berat badan (kg), dan bentuk badan (kurus, gemuk,sedang).
4. Identifikasi ekspresi wajah, adakah tanda stress, bahagia, sedih dan lain-lain.
5. Identifikasi gaya berjalan dan keseimbangan.
6. Identifikasi cara bicara.
7. Identifikasi cara berpakaian dan berhias, kebersihan secara umum, adanya bau badan dan mulut.
8. Mengukur tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, respirasi rate, nadi)
Pemeriksaan kulit:
9. Inspeksi: Warna, lokasi lesi (jika ada), bentuk (linear, berkumpul, dermatomal), tipe (makula, papula,
pustula, bula atau tumor).
10. Palpasi:Kelembaban, suhu, tekstur, turgor kulit (kecepatan kulit untuk kembali pada keadaan semula),
mobilitas (kemudahan lipatan kulit untuk dapat digerakan, biasanya menurun pada klien dengan edema).
Pemeriksaan Kuku:
11. Inspeksi: warna, bentuk, adanya lesi.
12. Palpasi: bentuk.
Pemeriksaan kepala dan rambut:
13. Inspeksi:Bentuk, simetris, adanya benjolan, lesi, rambut (warna, distribusi, tekstur, adanya ketombe dan
kutu, kuantitas).
14. Palpasi:Benjolan, nodul, deformitas (fraktur), rambut (tekstur).
Pemeriksaan Mata:
15. Inspeksi: simetris, kelopak mata (lingkaran hitam di mata, oedem), alis mata, warna konjungtiva dan
sklera.
16. Pupil (ukuran, bentuk, simetris,reflek pupil, reaksi dekat).
17. Pemeriksaan ketajaman penglihatan: mintaklien untuk membaca koran atau majalah. Jika klien terbiasa
memakai alat bantu seperti kacamata / lensa, maka biarkan klien memakai alat bantu tersebut.
18. Pemeriksaan lapang pandang: minta klien duduk atau berdiri 60 cm berhadapan dengan perawat sejajar
dengan mata klien. Minta klien menutup salah satu mata, sejajar dengan salah satu mata perawat yang
juga ditutup. Perawat menggerakan tangan ke arah superior, inferior, temporal dan nasal. Klien mengikuti
arah gerakan.
Pemeriksaan Mulut:
19. Inspeksi: warna mukosa, warna bibir, gigi (kelengkapan, karies, karang gigi, infeksi), gusi (warna, lesi,
perdarahan, tonus), tonsil (warna, pembengkakan).
20. Palpasi:bibir dan lidah (nodul dan massa).
Pemeriksaan Hidung dan Sinus
21. Inspeksi: bentuk, mukosa, sekret, defiasi tulang, polip, pembengkakan.
22. Palpasi: sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, spenoid).
Pemeriksaan Telinga:
23. Inspeksi: daun telinga (simetris, warna, ukuran, adanya inflamasi, lesi, bengkak), liang telinga (serumen,
sekret).
24. Palpasi daun telinga (tekstur, adanya lesi).
25. Pemeriksaan kekuatan pendengaran: minta klien untuk menutup mata. Jarak antara klien dengan
perawat 15-60 cm, perawat melafalkan suku kata dengan suara keras, lembut dan berbisik. Minta klien
untuk mengulangi ucapan perawat. Jika diduga mengalami penurunan kekuatan pendengaran, lakukan
tes weber dan tes rinne.
26. Tes weber: pegang garpu tala dan hentakan di tulang telapak tangan lalu letakan garpu tala ditengah
atas kepala klien atau di dahi. Minta klien mendengarkan dan merasakan getaran suara dan catat di area
telinga mana terdengar (bisa 1 sisi / 2 sisi telinga).
27. Tes rinne: pegang garpu tala dan hentakan di tulang telapak tangan lalu letakan di prosesus mastoideus
sampai klien tidak lagi mendengar suaranya. Pindahkan dengan cepat garpu tala tersebut dekat dengan
liang telinga. Pastikan apakah klien dapat mendengarnya.
Pemeriksaan Leher:
28. Inspeksi: pembengkakan, pembesaran vena, lesi.
29. Palpasi: posisi trakhea, pembesaran KGB.
Pemeriksaan Payudara:
30. Inspeksi: simetris, lesi, puting, aerola, sekret.
31. Palpasi: masa, pembesaran KGB.
Pemeriksaan Thorax:
32. Inspeksi: warna kulit dada (apakah sama dengan kulit lainnya), bentuk dada, pernafasan (jenis, irama,
kedalaman), kesimetrisan dada saat istirahat dan saat menarik nafas, ekspansi dada, ada tidaknya
pernafasan cuping hidung, konfigurasi dinding dada, ada tidaknya massa atau benjolan, ada tidaknya
hematom dan luka.
33. Palpasi: temperatur, pengembangan paru, vocal premitus, adanya nyeri tekan, adanya masa.
34. Perkusi seluruh lapangan paru.
35. Auskultasi: suara nafas normal adn abnormal.
Pemeriksaan Jantung:
36. Inspeksi: ada tidaknya pulsasi dan ictus cordis.
37. Palpasi: teraba tidaknya ictus cordis.
38. Perkusi: menentukan batas jantung.
39. Auskultasi: irama jantung, suara jantung
Pemeriksaan Abdomen
40. Inspeksi: simetris, bentuk/ kontur, adanya pelebaran pembuluh darah, bentuk umbilikus.
41. Auskultasi: bising usus selama 1 menit, (gunakan stetoskop diafraghma), bunyi pembuluh darah aorta,
arteri renalis kanan-kiri, arteri iliaka kanan-kiri (gunakan stetoskop bell), amati friction rab.
42. Palpasi: palpasi semua kuadran (kaji adanya hematomegali, dan spenomegali, nyeri tekan),
43. Palpasi hepar: letakan tangan kiri dibawah horax posterior kanan pada ICS 11-12 (area pinggang).
Letakan tangan kanan pada abdomen kuadran kanan atas atau dibatas bawah heparkemudian tekan
kedalam dan keatas sepanjang batas lengkung tulang rusuk. Normalnya hepar tidak teraba. Ctt: bila pada
palpasi teraba hepar maka deskripsikan: berapa lebar jari tangan dibawah lengkung iga kanan,
bagaimana keadaan tepi hati, bagaimana konsistensinya, nyeri tekan.
44. Palpasi limpa:
a. Palpasi limpa diukur dengan menggunakan garis schuffner,dimulai dari regio iliaka kanan (titik
schuffner 8) melewati umbilikus menuju ke lengkung iga kiri (titik schuffner 1).
b. Instrusikan klien untuk inspirasi dalam melalui mulut (agar diafraghma turun dan limpa bergerak ke
arah ujung ujung jari pemeriksa).
c. Stelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi.
1) Berapa jauh dari lengkung iga kiri pada garis schuffner (S1 s/d S8).
2) Bagaimana konsistensinya? Limfa normal tidak teraba.
45. Perkusi seluruh kuadran (adanya nyeri ketuk).
46. Perkusi hepar (mengukur batas bawah dan atas hati).
a. Arah iliaka sejajar mid klavikula (suara yang didengar pertama kali adalah timpani), dari dada arah
ICS 4-5 sejajar mid klavikula (suara yang pertama kali terdengar adalah resonan karena terdapat
paru). Beri tanda titik ketika terdengar suara dullnes ukuran normal 6-12 cm.
b. Dari arah atas umbilikus sejajar sternum dan dari arah dada dibawah sternum, beri tanda titik ketika
terdengar dullnes. Ukuran normal 4-9 cm.
47. Perkusi limpa sepanjang bagian bawah kiri dada anterior sampai ditemukan suara dullnes. Normal akan
didengar di ICS 6-10.
Pemeriksaan Genetalia:
48. Inspeksi:
Pria: kebersihan, testis, nodul, lesi, cairan yang keluar, peradangan.
Wanita: kebersihan klitoris, labia mayora dan minor, nodul, lesi, cairan yang keluar.
49. Palpasi masa
Pemeriksaan Anus:
50. Inspeksi kulit, pembesaran pembuluh darah, polip, sekret.Palpasi masa spingter ani.
Pemeriksaan Ekstremitas:
51. Inspeksi pergerakan sendi, lesi, massa, tonus otot, warna kulit.Palpasi temperatur, oedem.
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL:
Muskuli/Otot:
1. Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan).
2. Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba.
3. Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa dan
bandingkan tangan kanan kiri.
4. Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah, suruh
pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah sampai yang
terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
Tulang/Ostium:
5. Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang.
6. Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan.
Persendiaan/Articulasi:
7. Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
8. Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
9. Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll).
PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI
10. Olfaktorius/ Penciuman:Pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat.
Apakah pasien dapat mengenali aroma.
11. Opticus/ Penglihatan:Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda
disekitar, jelas atau tidak.
12. Okulomotorius/ Kontriksi dan Dilatasi Pupil:Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan
cahaya dan akomodasinya.
13. Trokhlear/ Gerakkan bola mata ke atas dan bawah:Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan
bawah.
14. Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang:Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk
menguji reflek kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan)). Ukur sensasi dari sentuhan ringan
sampai kuat pada wajah kaji nyeri menyilang pada kuit wajah. Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan
gigi saat mempalpasi otot-otot rahang.
15. Abdusen/gerakkan bola mata menyamping: Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping kanan
kiri.
16. Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah,
menggembungkan pipi, menaikan dan menurunkan alis mata, perhatikkan kesimetrisanya.
17. Auditorius/pendengaran: Kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi
kata/kalimat.
18. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah: Meminta pasien mengidentifikasi rasa
asam, asin, pada bagian pangkal lidah.Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag”.
Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya.
19. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:Suruh pasien mengucapkan “ah” kaji gerakkan palatum dan
faringeal. Periksa kerasnya suara pasien.
20. Asesorius/gerakan kepala dan bahu:Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah
yang ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan.
21. Hipoglosal/posisi lidah:Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan
ke berbagai sisi.
Pengkajian syaraf sensori:
22. Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang pemeriksa
inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana.
23. Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang direasakan.
24. Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari,
meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
25. Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian berhenti suruh
pasien mengtakkan diatas/bawah.
26. Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu beberapa detik,
dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.
Pengkajian reflex:
27. Refleks Bisep : Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah). Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan
jari-jari lain diatas tendon bisep. Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer.
28. Refleks Trisep: Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa. Tempatkan lengan
bawah diantara fleksi dan ekstensi. Meminta pasien untuk merilekkan lengan. Raba terisep untuk
mmeastikan otot tidak teggang. Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek
29. Refleks Patella: Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi. Rilexkan pasien dan
alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada. Pukul tendo patella.
30. Refleks Brakhioradialis: Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa. Tempatkan
lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi. Pukul tendo brakhialis pada radius bagian
distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
31. Reflex Achilles: Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada
pemeriksaan patella. Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa. Pukul tendo Achilles.
32. Reflex Plantar (babinsky): Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung
stick harmmer. Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai
dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke
dalam.
33. Refleks Kutaneus:
Gluteal: Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya. Rangsang
ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas. Reflek positif spingter ani berkontraksi.
Abdominal: Minta klien berdiri/berbaring. Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal
ke medial, kaji gerakkan reflek otot abdominal. Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan bawah kiri
kanan.
Kremasterik/pada pria: Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas.
Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang.
34. Rapihkan alat
35. Cuci tangan.
D. Evaluasi
1. Respon pasien.
2. Pasien berada pada posisi aman dan nyaman.
3. Melakukan tindakan keperawatan dengan sistematis.
4. Komunikasi efektif.
E. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan.
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi.
3. Nama perawat yang melaksanakan.

G. Tes Formatif
1. Apa prinsip tindakan pemeriksaan fisik?
2. Apa saja yang harus dikaji sebelum melakukan tindakan pemeriksaan fisik?
3. Bagaimana perencanaan tindakan pemeriksaan fisik terhadap pasien?
4. Apa yang harus dievaluasi setelah melakukan tindakan pemeriksaan fisik terhadap pasien?
5. Apa saja yang harus diperhatikan dalam pendokumentasian tindakan?

H. Daftar Pustaka
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta. EGC.
Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.Jakarta: EGC.
Potter and Perry. (2004). Fundamental of nursing:Concepts,process & practice. Fourth Edition.St. Louse, Missouri:
Mosby-year Book,Inc.
Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang: Kilat press.
Indriana, 2004, Asuhan keperawatan dengan gangguan mata, ed.I, Jakarta, EGC.
FORMAT PENILAIAN UJIAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FISIK DEWASA
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKKU

Nama Mahasiwa :
NIM :
SKALA PENILAIAN
Perlu Latihan
Cukup Baik
PROSEDUR / LANGKAH KEGIATAN Lagi
1 2 3
ALAT & BAHAN :
Alat
1. Speculum hidung
2. Bengkok
3. Snellen chart
4. Penlight
5. Oftalmoskop, Otoskop
6. Timbangan berat badan
7. Meteran peninggi badan
8. Stetoskop
9. Spignomanometer dan manset
10. Penggaris
11. Garputala
12. Metline
13. Termometer
14. Reflek hammer
15. Spatel lidah
16. Arloji / jam tangan
Bahan
1. Handscoon (bersih dan steril
2. Lidi kapas
3. Tisu, masker
4. Bahan untuk pengecap rasa
5. Bahan untuk pencium hidung.
PROSEDUR TINDAKAN :
a. Pengkajian
1. Cek perencanaan keperawatan
pasien.
2. Kaji kenyamanan dan keamanan
klien.
3. Kaji pencahayaan ruangan pasien
yang memadai.
4. Kaji tingkat kesadaran subjektif
dan dengan berdasarkan nilai
GCS.
b. Perencanaan
1. Persiapan alat.
2. Siapkan sampiran atau jaga privasi
pasien.
3. Persiapan Pasien: Jelaskan
tindakan yang akan dilakukan,
serta posisikan pasien pada posisi
yang nyaman dan aman.
4. Buat kontrak dengan pasien.
c. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
Menilai penampilan umum:
2. Ukur tinggi badan (cm), dan
bentuk tubuh (tinggi atau pendek).
3. Ukur berat badan (kg), dan bentuk
badan (kurus, gemuk,sedang).
4. Identifikasi ekspresi wajah, adakah
tanda stress, bahagia, sedih dan
lain-lain.
5. Identifikasi gaya berjalan dan
keseimbangan.
6. Identifikasi cara bicara.
7. Identifikasi cara berpakaian dan
berhias, kebersihan secara
umum, adanya bau badan dan
mulut.
8. Mengukur tanda-tanda vital (suhu,
tekanan darah, respirasi rate,
nadi)
Pemeriksaan kulit:
9. Inspeksi: Warna, lokasi lesi (jika
ada), bentuk (linear, berkumpul,
dermatomal), tipe (makula, papula,
pustula, bula atau tumor).
10. Palpasi: Kelembaban, suhu,
tekstur, turgor kulit (kecepatan kulit
untuk kembali pada keadaan
semula), mobilitas (kemudahan
lipatan kulit untuk dapat digerakan,
biasanya menurun pada klien
dengan edema).
Pemeriksaan Kuku:
11. Inspeksi: warna, bentuk, adanya
lesi.
12. Palpasi: bentuk.
Pemeriksaan kepala dan
rambut:
13. Inspeksi: Bentuk, simetris, adanya
benjolan, lesi, rambut (warna,
distribusi, tekstur, adanya ketombe
dan kutu, kuantitas).
14. Palpasi: Benjolan, nodul,
deformitas (fraktur), rambut
(tekstur).
Pemeriksaan Mata:
15. Inspeksi: simetris, kelopak mata
(lingkaran hitam di mata, oedem),
alis mata, warna konjungtiva dan
sklera.
16. Pupil (ukuran, bentuk,
simetris,reflek pupil, reaksi dekat).
17. Pemeriksaan ketajaman
penglihatan: mintaklien untuk
membaca koran atau majalah. Jika
klien terbiasa memakai alat bantu
seperti kacamata / lensa, maka
biarkan klien memakai alat bantu
tersebut.
18. Pemeriksaan lapang pandang:
minta klien duduk atau berdiri 60
cm berhadapan dengan perawat
sejajar dengan mata klien. Minta
klien menutup salah satu mata,
sejajar dengan salah satu mata
perawat yang juga ditutup.
Perawat menggerakan tangan ke
arah superior, inferior, temporal
dan nasal. Klien mengikuti arah
gerakan.
Pemeriksaan Mulut:
19. Inspeksi: warna mukosa, warna
bibir, gigi (kelengkapan, karies,
karang gigi, infeksi), gusi (warna,
lesi, perdarahan, tonus), tonsil
(warna, pembengkakan).
20. Palpasi:bibir dan lidah (nodul dan
massa).
Pemeriksaan Hidung dan
Sinus
21. Inspeksi: bentuk, mukosa, sekret,
defiasi tulang, polip,
pembengkakan.
22. Palpasi: sinus (maksilaris, frontalis,
etmoidalis, spenoid).
Pemeriksaan Telinga:
23. Inspeksi: daun telinga (simetris,
warna, ukuran, adanya inflamasi,
lesi, bengkak), liang telinga
(serumen, sekret).
24. Palpasi daun telinga (tekstur,
adanya lesi).
25. Pemeriksaan kekuatan
pendengaran: minta klien untuk
menutup mata. Jarak antara klien
dengan perawat 15-60 cm,
perawat melafalkan suku kata
dengan lembut dan berbisik. Minta
klien untuk mengulangi ucapan
perawat. Jika diduga mengalami
penurunan kekuatan pendengaran,
lakukan tes weber dan tes rinne.
26. Tes weber: pegang garpu tala dan
hentakan di tulang telapak tangan
lalu letakan garpu tala ditengah
atas kepala klien atau di dahi.
Minta klien mendengarkan dan
merasakan getaran suara dan
catat di area telinga mana
terdengar (bisa 1 sisi / 2 sisi
telinga).
27. Tes rinne: pegang garpu tala dan
hentakan di tulang telapak tangan
lalu letakan di prosesus
mastoideus sampai klien tidak lagi
mendengar suaranya. Pindahkan
dengan cepat garpu tala tersebut
dekat dengan liang telinga.
Pastikan apakah klien dapat
mendengarnya.
Pemeriksaan Leher:
28. Inspeksi: pembengkakan,
pembesaran vena, lesi.
29. Palpasi: posisi trakhea,
pembesaran KGB.
Pemeriksaan Payudara:
30. Inspeksi: simetris, lesi, puting,
aerola, sekret.
31. Palpasi: masa, pembesaran KGB.
Pemeriksaan Thorax:
32. Inspeksi: warna kulit dada (apakah
sama dengan kulit lainnya), bentuk
dada, pernafasan (jenis, irama,
kedalaman), kesimetrisan dada
saat istirahat dan saat menarik
nafas, ekspansi dada, ada
tidaknya pernafasan cuping
hidung, konfigurasi dinding dada,
ada tidaknya massa atau benjolan,
ada tidaknya hematom dan luka.
33. Palpasi: temperatur,
pengembangan paru, vocal
premitus, adanya nyeri tekan,
adanya masa.
34. Perkusi seluruh lapangan paru.
35. Auskultasi: suara nafas normal adn
abnormal.
Pemeriksaan Jantung:
36. Inspeksi: ada tidaknya pulsasi dan
ictus cordis.
37. Palpasi: teraba tidaknya ictus
cordis.
38. Perkusi: menentukan batas
jantung.
39. Auskultasi: irama jantung, suara
jantung
Pemeriksaan Abdomen
40. Inspeksi: simetris, bentuk/ kontur,
adanya pelebaran pembuluh
darah, bentuk umbilikus.
41. Auskultasi: bising usus selama 1
menit, (gunakan stetoskop
diafraghma), bunyi pembuluh
darah aorta, arteri renalis kanan-
kiri, arteri iliaka kanan-kiri
(gunakan stetoskop bell), amati
friction rab.
42. Palpasi: palpasi semua kuadran
(kaji adanya hematomegali, dan
spenomegali, nyeri tekan),
43. Palpasi hepar: letakan tangan kiri
dibawah horax posterior kanan
pada ICS 11-12 (area pinggang).
Letakan tangan kanan pada
abdomen kuadran kanan atas atau
dibatas bawah heparkemudian
tekan kedalam dan keatas
sepanjang batas lengkung tulang
rusuk. Normalnya hepar tidak
teraba. Ctt: bila pada palpasi
teraba hepar maka deskripsikan:
berapa lebar jari tangan dibawah
lengkung iga kanan, bagaimana
keadaan tepi hati, bagaimana
konsistensinya, nyeri tekan.
44. Palpasi limpa:
1. Palpasi limpa diukur dengan
menggunakan garis
schuffner,dimulai dari regio
iliaka kanan (titik schuffner 8)
melewati umbilikus menuju ke
lengkung iga kiri (titik
schuffner 1).
2. Instrusikan klien untuk
inspirasi dalam melalui mulut
(agar diafraghma turun dan
limpa bergerak ke arah ujung
ujung jari pemeriksa).
3. Stelah tepi bawah limpa
teraba, maka dilakukan
deskripsi.
1) Berapa jauh dari lengkung
iga kiri pada garis
schuffner (S1 s/d S8).
2) Bagaimana
konsistensinya? Limfa
normal tidak teraba.
a) Perkusi seluruh
kuadran (adanya
nyeri ketuk).
b) Perkusi hepar
(mengukur batas
bawah dan atas hati).
d. Arah iliaka sejajar mid
klavikula (suara yang didengar
pertama kali adalah timpani),
dari dada arah ICS 4-5 sejajar
mid klavikula (suara yang
pertama kali terdengar adalah
resonan karena terdapat
paru). Beri tanda titik ketika
terdengar suara dullnes
ukuran normal 6-12 cm.
e. Dari arah atas umbilikus
sejajar sternum dan dari arah
dada dibawah sternum, beri
tanda titik ketika terdengar
dullnes. Ukuran normal 4-9
cm.
45. Perkusi limpa sepanjang bagian
bawah kiri dada anterior sampai
ditemukan suara dullnes. Normal
akan didengar di ICS 6-10.
Pemeriksaan Genetalia:
46. Inspeksi: Pria: kebersihan, testis,
nodul, lesi, cairan yang keluar,
peradangan.Wanita: kebersihan
klitoris, labia mayora dan minor,
nodul, lesi, cairan yang keluar.
47. Palpasi masa
Pemeriksaan Anus:
48. Inspeksi kulit, pembesaran
pembuluh darah, polip, sekret.
Palpasi masa spingter ani.
Pemeriksaan Ekstremitas:
49. Inspeksi pergerakan sendi, lesi,
massa, tonus otot, warna kulit.
Palpasi temperatur, oedem.
PEMERIKSAAN
MUSKULOSKELETAL:
Muskuli/Otot:
1. Inspeksi mengenai ukuran dan
adanya atrofi dan hipertrofi (ukur
dan catat jika ada perbedaan).
2. Palpasi pada otot istirahat dan
pada saat otot kontraksi untuk
mengetahui adanya kelemahan
dan kontraksi tiba-tiba.
3. Lakukan uji kekuatan otot dengan
menyuruh pasien menarik atau
mendorong tangan pemeriksa dan
bandingkan tangan kanan kiri.
4. Amati kekuatan suatu otot dengan
memberi penahanan pada anggota
gerak atas dan bawah, suruh
pasien menahan tangan atau kaki
sementara pemeriksa menariknya
dari yang lemah sampai yang
terkuat amati apakah pasien bisa
menahan.
Tulang/Ostium:
5. Amati kenormalan dan abnormalan
susunan tulang.
6. Palpasi untuk mengetahui adanya
nyeri tekan dan pembengkakan.
Persendiaan/Articulasi:
7. Inspeksi semua persendian untuk
mengetahui adanya kelainan sendi.
8. Palpasi persendian apakah ada
nyeri tekan.
9. Kaji range of mosion/ rentang
gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-
ekstensi).
PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI
10. Olfaktorius/ Penciuman:Pasien
membau aroma kopi dan vanilla
atau aroma lain yang tidak
menyengat. Apakah pasien dapat
mengenali aroma.
11. Opticus/ Penglihatan: Meminta kilen
untuk membaca bahan bacaan dan
mengenali benda-benda disekitar,
jelas atau tidak.
12. Okulomotorius/ Kontriksi dan
Dilatasi Pupil: Kaji arah pandangan,
ukur reaksi pupil terhadap pantulan
cahaya dan akomodasinya.
13. Trokhlear/ Gerakkan bola mata ke
atas dan bawah: Kaji arah tatapan,
minta pasien melihat ketas dan
bawah.
14. Trigeminal/ sensori kulit wajah,
pengerak otot rahang: Sentuh
ringan kornea dengan usapan
kapas untuk menguji reflek kornea
(reflek nagatif (diam)/positif (ada
gerkkan)). Ukur sensasi dari
sentuhan ringan sampai kuat pada
wajah kaji nyeri menyilang pada
kuit wajah. Kaji kemampuan klien
untuk mengatupkan gigi saat
mempalpasi otot-otot rahang.
15. Abdusen/ gerakkan bola mata
menyamping: Kaji arah tatapan,
minta pasien melihat kesamping
kanan kiri.
16. Facial/ ekspresi wajah dan
pengecapan: Meminta klien
tersenyum, mengencangkan wajah,
menggembungkan pipi, menaikan
dan menurunkan alis mata,
perhatikkan kesimetrisanya.
17. Auditorius/ pendengaran: Kaji klien
terhadap kata-kata yang di
bicarakkan, suruh klien mengulangi
kata/ kalimat.
18. Glosofaringeal/ pengecapan,
kemampuan menelan, gerakan
lidah: Meminta pasien
mengidentifikasi rasa asam, asin,
pada bagian pangkal lidah.
Gunakkan penekan lidah untuk
menimbulkan “reflek gag”. Meminta
klien untuk mengerakkan lidahnya.
19. Vagus/ sensasi faring, gerakan pita
suara: Suruh pasien mengucapkan
“ah” kaji gerakkan palatum dan
faringeal. Periksa kerasnya suara
pasien.
20. Asesorius/ gerakan kepala dan
bahu: Meminta pasien mengangkat
bahu dan memalingkan kepala
kearah yang ditahan oleh
pemeriksa, kaji dapatkah klien
melawan tahanan yang ringan.
21. Hipoglosal/ posisi lidah: Meminta
klien untuk menjulurkan lidah
kearah garis tengah dan
menggerakkan ke berbagai sisi.
Pengkajian syaraf sensori:
23. Nyeri superficial: gunakkan jarum
tumpul dan tekankan pada kulit
pasien pada titik-titik yang
pemeriksa inginkan, minta pasien
untuk mengungkapkan tingkat nyeri
dan di bagian mana.
24. Suhu: sentuh klien dengan botol
panas dan dingin, suruh pasien
mengatakkan sensasi yang
direasakan.
25. Vibrasi: tempelkan garapu tala yang
sudah di getarakan dan tempelkan
pada falangeal/ujung jari, meminta
pasien untuk mengatakkan adanya
getaran.
26. Posisi: tekan ibu jari kaki oleh
tangan pemeriksa dan gerakkan
naik-turun kemudian berhenti suruh
pasien mengtakkan diatas/bawah.
27. Stereognosis: berikkan pasien
benda familiar ( koin atau sendok)
dan berikkan waktu beberapa detik,
dan suruh pasien untuk
mengatakkan benda apa itu.
Pengkajian reflex:
28. Refleks Bisep : Fleksikan lengan
klien pada bagian siku sampai 45
derajat, dengan posisi tangan
pronasi (menghadap ke bawah).
Letakkan ibu jari pemeriksa pada
fossa antekkubital di dasar tendon
bisep dan jari-jari lain diatas tendon
bisep. Pukul ibu jari anda dengan
reflek harmmer.
29. Refleks Trisep: Letakkan lengan
tangan bawah pasien diatas tangan
pemeriksa. Tempatkan lengan
bawah diantara fleksi dan ekstensi.
Meminta pasien untuk merilekkan
lengan. Raba terisep untuk
mmeastikan otot tidak teggang.
Pukul tendon pada fossa olekrani.
30. Refleks Patella: Minta pasien duduk
dan tungkai menggantung di tempat
tidur/ kursi. Rilexkan pasien dan
alihkan perhatian untuk menarik
kedua tangan di depan dada. Pukul
tendo patella.
31. Refleks Brakhioradialis: Letakkan
lengan tangan bawah pasien diatas
tangan pemeriksa. Tempatkan
lengan bawah diantara fleksi dan
ekstensi serta sedikit pronasi. Pukul
tendo brakhialis pada radius bagian
distal dengan bagian datar
harmmer.
32. Reflex Achilles: Minta pasien duduk
dan tungkai menggantung di tempat
tidur/kursi seperti pada
pemeriksaan patella.
Dorsofleksikan telapak kaki dengan
tangan pemeriksa. Pukul tendo
Achilles.
33. Reflex Plantar (babinsky):
Gunakkan benda dengan
ketajaman yang sedang
(pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer. Goreskan pada telapak
kaki pasien bagian lateral, dimulai
dari ujung telapak kaki sampai
dengan sudut telapak jari kelingking
lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
telapak kaki akan tertarik ke dalam.
34. Refleks Kutaneus:
Gluteal: Meminta pasien
melakukan posisi berbaring miring
dan buka celana seperlunya.
Rangsang ringan bagian perineal
dengan benda berujung kapas.
Reflek positif spingter ani
berkontraksi.
Abdominal: Minta klien
berdiri/berbaring. Tekan kulit
abdomen dengan benda berujung
kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal.
Ulangi pada ke-4 kuadran (atas
ki.ka dan bawah kiri kanan.
Kremasterik/pada pria: Tekan
bagian paha atas dalam
menggunakkan benda berujung
kapas. Normalnya skrotum akan
naik/meningkat pada daerah yang
diransang
35. Rapihkan alat.
36. Cuci tangan.
d. Evaluasi
1. Respon pasien.
2. Pasien berada pada posisi aman
dan nyaman.
3. Melakukan tindakan keperawatan
dengan sistematis.
4. Komunikasi efektif.
e. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan.
2. Catat hasil dokumentasi setiap
tindakan yang dilakukan dan di
evaluasi.
3. Nama perawat yang
melaksanakan.
Total nilai yang diperoleh

Nilai Akhir Keterampian = Total Nilai yang Diperoleh x 100


Total Item

Kuningan,

Penguji,

( ............................................. )

Anda mungkin juga menyukai