Anda di halaman 1dari 17

Asuhan

Keperawatan Pada
Pasien Dengan
HIV/AIDS

Lilis Lusiani, M.Kep


Prinsip

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGERTIAN

AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome


didefinisikan kumpulan penyakit dengan
karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang
berat dan merupakan stadium akhir infeksi HIV

Kerusakan progresif pada system kekebalan


tubuh menyebabkan odha amat rentan dan mudah
terjangkit bermacam-macam penyakit
ETIOLOGI

AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada


manusia yang termasuk dalam keluarga lentivirus.
Secara genetik HIV dibedakan menjadi dua, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2.

Keduanya merupakan virus yang menginfeksi sel T-


CD4 yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi
untuk HIV

AIDS disebabkan oleh HIV yang dikenal dengan


retrovirus yang di tularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis


HIV berdasarkan WHO
(Nursalam & kurniawati, 2009)

a. Gejala mayor yaitu penurunan berat badan, diare lebih


dari 1 bulan (kronis/berulang), demam, dan tuberkulosis
b. G e j a l a m i n o r y a i t u k a n d i d i a s i s o r a l , b a t u k , p n e m o n i a ,
dan infeksi kulit.
PATOFISIOLOGI
A. P e r i o d e j e n d e l a

Pada periode ini pemeriksaan tes antibodi HIV masih negatif


walaupun virus sudah ada dalam darah pasien.
Hal itu karena antibodi yang terbentuk belum cukup terdeteksi
melalui pemeriksaan laboratium.
Biasanya antibodi terhadap HIV muncul dalam 3-6 minggu
hingga 12 minggu setelah infeksi primer.
Pada periode ini pasien mampu dan berisiko menularkan HIV
kepada orang lain.
PATOFISIOLOGI

B. FASE INFEKSI AKUT

Proses ini di mulai setelah HIV menginfeksi sel target


kemudian terjadi proses replika yang menghasilkan virus
baru yang jumlahnya berjuta-juta virion.

Hal ini memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan


gejala mirip flu.

Sekitar 50-70% orang hiv yang terinfeksi mengalami sindrom


infeksi akut selama 3-6 minggu seperti influenza yaitu
demam, sakit otot, berkeringat, ruam, sakit tenggorokan,
sakit kepala, keletihan, pembengkakan kelenjar limfe, mual,
muntah, anoreksia, diare, dan penurunan BB.
PATOFISIOLOGI

Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T yang


dramatis kemudian terjadi kenaikan limfosit T
karena respon imun. Pada fase ini jumlah limfosit T
masih di atas 500 sel/mm3 kemudian akan menurun
setelah 6 minggu terinfeksi HIV
PATOFISIOLOGI
c. FASE INFEKSI LATEN
Pada fase infeksi laten terjadi pembentukan respon imun
spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam sel dendritic
folikuler (SDF) di pusat germinativum kelenjar limfe.

Jumlah limfosit T-CD4 menurun sekitar 500- 200 sel/mm3.


Meskipun telah terjadi serokonversi positif individu pada
umumnya belum menunjukan gejala klinis (asimtomatis).

Fase ini terjadi sekitar 8-10 tahun setelah terinfeksi HIV.


Pada tahun ke delapan setelah terinfeksi HIV gejala klinis
akan muncul seperti demam , kehilangan BB < 10%, diare, lesi
pada mukosa dan infeksi kulit berulang .
PATOFISIOLOGI
d. Fase Infeksi Kronis

Replika virus terus terjadi di dalam kelenjar limfe yang di


ikuti kematian SDF karena banyaknya virus.
Fungsi kelenjar limfe yaitu sebagai perangkap virus akan
menurun atau bahkan hilang dan virus diluncurkan dalam
darah

Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion


berlebihan, limfosit semakin tertekan karena infeksi HIV
semakin banyak.
Pada saat tersebut terjadi penurunan, jumlah limfosit T-
CD4 di bawah 200 sel/mm3

Kondisi ini menyebabkan sistem imun pasien menurun dan


semakin rentan terhadap berbagai infeksi sekunder.
Perjalanan penyakit semakin progresif yang mendorong ke
arah AIDS.
Pengkajian

Pola Persepsi  Pola Persepsi dan Konsep

Kesehatan Diri
 Pola Hubungan dengan
Pola Nutrisi Metabolik
Sesama
Pola Eliminasi  Pola Reproduksi
Pola Aktivitas dan Seksualitas
Latihan  Pola Mekanisme Koping
Pola Tidur dan dan Toleransi Terhadap
Stress
Istirahat  Pola Sistem Kepercayaan
Pola Persepsi Kognitif
Pengkajian

 Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko


tinggi, menggunakan obat-obat.

 Penampilan umum : pucat, kelaparan.

 Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa


menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah,
lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
Pengkajian

 Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan,


perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas,
meringis.

 Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh


diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan
sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori,
gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
Pengkajian

 Kepala : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem


muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering,
suara berubah, disfagia, epsitaksis.
 Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
 Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak
mampu melakukan ADL.
 Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem
perifer, dizziness.
Pengkajian

 Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB,


menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk produktif
atau non produktif.
 GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah,
BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,
hepatosplenomegali, kuning.
 Genital : lesi atau eksudat pada genital
 Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek,
petekie positif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,


malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
 Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi
HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat
ditransmisikan.
 Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
 defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi
zat gizi.
 Diare berhubungan dengan infeksi GI

 Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang


keadaan yang orang dicintai.
Prinsip Tindakan Keperawatan

a. Mencegah, memperkecil infeksi


b. Mempertahankan homeostatis.
c. Mengusahakan kenyamanan
d. Memberikan penyesuaian psikososial
e. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/
prognosis dan kebutuhan perawatan.

Anda mungkin juga menyukai