Oleh:
Ferika Indarwati, S.Kep.,Ns., MNg
DEFINISI
• Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
depresi sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau
HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012)
HIV
• Pemakaian alat kesehatan yang tidak disterilisasi dengan baik dan benar
• Penggunaan jarum suntik secara bergantian
• Memakai alat personal hygiene yang tajam/runcing/dapat melukai
kulit/membrane mukosa tubuh bergantian
• HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan,
hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan
sosial yang lain.
PATOFISIOLOGI
• Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik
dipahami dengan menggunakan kaidah saling memengaruhi antara
HIV dan sistem imun.
HIV
sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut hingga
beberapa tahun. Pada pasien tidak menunjukkan gejala ataupun menderita
limfadenopati persisten, dan banyak penderita yang mengalami infeksi
oportunistik “ringan” seperti ariawan (Candida) atau harpes zoster selama fase
ini replikasi virus dalam jaringan limfoid terus berlanjut.
▪ (3) fase krisis, pada tahap akhir.
Kehancuran system imun dan peningkatan viremia yang nyata. Khasnya
pasien mengalami demam lebih dari 1 bulan, mudah lelah, penurunan berat
badan, dan diare. Jumlah sel CD4+ menurun dibawah 500 sel/μL. Pasien
mengalami infeksi oportunistik
Diagnosis
Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
• ✓ ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
• ✓ Western blot (positif)
• ✓ P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
• ✓ Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim
HIV
immunomodulator.
• Perawatan suportif juga sangat penting karena efek infeksi HIV dan
penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek
tersebut mencangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan
imobilisasi dan perubahan status mental.
HIV MASALAH KEPERAWATAN
CONTOH RENPRA
HIV
CONTOH RENPRA
HIV
EBN
• Khezri, M., Farokhzadian, J., Nematollahi,
M., Foroughameri, G., & Sharifi, H. (2019).
HIV/AIDS prevention education: An
effective tool for enhancing street
children's knowledge and attitude. A
HIV
- Factor genetic
- Factor Humoral
- Factor lingkungan
- Kontak dengan sinar matahari
SLE
- Infeksi virus/bakteri
- Obat golongan sulva
- Penghentian lehamilan
- Trauma psikis
PATOGENESIS
SLE
SLE
KLASIFIKASI
➢Sistemik lupus eritematosus (Tipe lupus
ini dapatmenyebabkan inflamasi pada
beberapa macam organ)
➢Discoid lupus (Tipe lupus ini hanya
SLE
Mrthotrexate)
2. Edukasi dan konseling (Paparan sinar UV,
diit, Latihan, Istirahat tidur, Kontrol nyeri,
Dukungan keluarga)
3. Rehabilitasi
MASALAH KEPERAWATAN
SLE
CONTOH RENPRA
SLE
CONTOH RENPRA
SLE
EBN
➢ Fangtham, M., Kasturi, S., Bannuru, R. R., Nash, J.
L., & Wang, C. (2019). Non-pharmacologic therapies
for systemic lupus erythematosus. Lupus, 28(6), 703-
712.
➢ Hasil sistematik review menunjukkan: eksersise dan
intervensi psikologis sebagai terapi pendukung dari terapi
medis, dapat menurunkan kelelahan, depresi, nyeri dan
meningkatkan kualitas hidup penderita SLE.
➢ Li, J., Shi, Y., & Zhou, W. (2022). Sandplay therapy could be
a method to decrease disease activity and psychological
stress in children with systemic lupus erythematosus.
Lupus, 09612033211072398.
➢ da Silva, S. G. L., Terreri, M. T., Abad, T. T. O.,
Machado, D., Fonseca, F. L. A., Hix, S., ... & Len, C.
A. (2018). The effect of nutritional intervention on the
lipid profile and dietary intake of adolescents with
juvenile systemic lupus erythematosus: a
randomized, controlled trial. Lupus, 27(5), 820-827.
DEFINISI & ETIOLOGI
➢Pembesaran hati
(hepatomegali),
➢Tekanan darah menurun,
➢Pembesaran kelenjar limfa,
➢Gelisah,
➢Timbul sianosis di sekitar mulut,
➢Muntah,
➢Melena.
SPEKTRUM KLINIS DHF
DHF
KLASIFIKASI
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi
4 golongan, yaitu :
a. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan
spontan. Uji tourniquet positif, trombositopenia dan
DHF
hemokonsentrasi.
b. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala peerdarahan
spontan.
c. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120
mmHg).
d. Derajat IV : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur.
FASE & KOMPLIKASI DHF
➢Fase demam berdarah atau Dengue
Hemmorhagic Fever berdasarkan
Widagdo (2012) :
a. Fase demam tinggi.
DHF
b. Fase kritis.
c. Fase penyembuhan.
Komplikasi DHF:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
➢Simtomatik pasien
➢Pemberian cairan
DHF
➢Intoleransi kativitas
➢Pola nafas tidak efetif
➢ Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
➢Resiko perdarahan
CONTOH RENPRA
34
EBN DHF
• Andriani, N. W. E. (2014). Kajian Penatalaksanaan
Terapi Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada Penderita Anak Yang Menjalani Perawatan Di
Rsup Prof. Dr. RD Kandou Tahun
2013. PHARMACON, 3(2). DOI:
https://doi.org/10.35799/pha.3.2014.4771
DHF
36
The Power of PowerPoint - thepopp.com
Terimakasih
37