Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


SINTESA HEALTH RESILIENCE

Pengampu :
Adang Bachtiar, dr., MPH., DSc

Oleh :
Hendri Yudhistira 21420038
Meri Bunga Adelia 21420045
Mery Amdika Desianti 21420046

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MALAHAYATI
LAMPUNG
2022
HEALTH RESILIENCE
The Ultimate Goal for Acceleration in TB Elimination

Strategi Program Tuberkulosis Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020-2024 dilaksanakan dengan enam strategi,


yakni:

 Strategi 1. Penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi, dan


kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis 2030.
 Strategi 2. Peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu dan berpihak pada pasien.
 Strategi 3. Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan
pencegahan tuberkulosis serta pengendalian infeksi.
 Strategi 4. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tatalaksana
Tuberkulosis.
 Strategi 5. Peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisektor lainnya dalam
eliminasi tuberkulosis.
 Strategi 6. Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan.

Sasaran populasi dan kelompok berisiko Tuberkulosis

 Sasaran populasi pada program penanggulangan tuberkulosis 2020-2024 ialah semua


orang terduga tuberkulosis. Sedangkan intervensi penanggulangan tuberkulosis akan
difokuskan pada 1) populasi berisiko tinggi, yaitu perokok, orang yang mengalami
malnutrisi, pasien diabetes mellitus, kelompok lanjut usia, orang dengan HIV/AIDS, serta
petugas kesehatan, dan 2) congregate setting seperti lapas/rutan, wilayah padat kumuh,
tempat kerja (sektor formal dan informal)

PLAN OF ACTION : Peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu dan berpihak pada
pasien

 Optimalisasi upaya deteksi dini dan manajemen kasus tuberkulosis sensitif obat secara
komprehensif serta terintegrasi dengan layanan kesehatan selain tuberkulosis serta di tempat
dengan populasi risiko tinggi tuberkulosis (congregate setting).
Kegiatan utama yang terkait meliputi:

1. Intensifikasi penemuan kasus tuberkulosis sensitif dan resistan obat melalui ntegrasi layanan
dengan layanan kesehatan selain TBC yaitu HIV, KIA, Lansia, Penyakit Tidak Menular
(DM) dan Gizi.
2. Penemuan kasus tuberkulosis secara aktif (active case finding).
3. Skrining pada populasi berisiko tinggi tuberkulosis dengan ronsen paru dan pemeriksaan
sputum.
4. Intensifikasi penemuan kasus melalui investigasi kontak (IK) untuk deteksi dini kasus
tuberkulosis di masyarakat serta penyediaan pengobatan pencegahan tuberkulosis pada
kontak dari kasus indeks TBC terkonfirmasi bakteriologis yang eligible.
5. Dukungan kepatuhan minum obat serta manajemen efek samping obat baik untuk
meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis sensitif obat maupun resistan
obat.
6. Peningkatan kapasitas untuk deteksi dini dan diagnosis yang berkualitas untuk semua tipe
tuberkulosis yang meliputi) revisi dan pembaruan paduan/SOP pemeriksaan laboratorium)
penambahan dan renovasi laboratorium untuk kultur/DST) menambah jumlah mesin TCM di
puskesmas termasuk pemeliharaannya) penguatan kapasitas petugas laboratorium melalui
pelatihan/pelatihan penyegaran maupun mentoring) revisi dan implementasi sistem
penjaminan mutu (quality assurance) untuk seluruh tes diagnostik, dan) pertemuan
monitoring dan evaluasi laboratorium.
7. Menyediakan layanan tuberkulosis terintegrasi dan komprehensif dengan program HIV di
puskesmas dan RS di kabupaten/kota, terutama di wilayah dengan beban kasus HIV tinggi.
8. Meningkatkan kapasitas diagnosis dan pengobatan pasien tuberkulosis anak.
9. Pengembangan materi komunikasi, informasi dan edukasi tentang semua tipe tuberkulosis
yang komprehensif dan atraktif.

 Optimalisasi upaya deteksi dini, diagnosis dan pengobatan tuberkulosis resistan obat secara
komprehensif.

Kegiatan utama yang terkait meliputi:

1. Ekspansi RS rujukan TBC RO (minimal 1 RS rujukan TBC RO) terutama di provinsi dan
kabupaten/kota yang tinggi beban kasus TBC RO serta desentralisasi layanan TBC RO di
puskesmas untuk melanjutkan pengobatan pasien TBC RO hingga tuntas
2. Meningkatkan akses universal terhadap layanan diagnostik dan pengobatan TBC RO yang
berkualitas di RS swasta dan RS khusus, seperti RS POLRIm RS TNI, klinik di
Lapas/Rutan.
3. Menyediakan layanan tuberkulosis resistan obat secara komprehensif.
4. Menyediakan fasilitas pendukung (enabler), misalnya biaya transportasi, bagi pasien supaya
pasien terdiagnosis TBC RO segera memulai pengobatannya;
5. Pemberian penghargaan kepada petugas kesehatan yang mampu meningkatkan keikutsertaan
pasien terdiagnosis TBC RO dalam pengobatan TBC RO hingga menindaklanjuti pasien
tersebut sampai sembuh dan lengkap pengobatannya.
6. Dukungan kepatuhan minum obat serta manajemen efek samping obat untuk meningkatkan
keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis resistan obat
 Optimalisasi prosedur penunjang diagnosis dan pengobatan untuk tuberkulosis sensitif
obat dan resistan obat secara terpadu.

Kegiatan utama yang terkait meliputi:

1. Penguatan infrastruktur dan peralatan laboratorium termasuk keselamatan dan keamanan


kerja di laboratorium.
2. Meningkatkan akses dan pemanfaatan TCM di puskesmas, meningkatkan akses terhadap
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan lini satu dan dua pada pasien yang berisiko TBC-
MDR dan TBC-XDR, serta pemeliharaan laboratorium biakan dan uji kepekaan.
3. Penyesuaian jejaring laboratorium tuberkulosis sesuai dengan kebijakan Kemenkes dan
pengembangan salah satu laboratorium rujukan nasional (LRN) menjadi laboratorium
rujukan supranasional atau center of excellence(CoE).
4. Pembuatan dan pembaharuan paduan pemeriksaan tuberkulosis di laboratorium termasuk
SOP, pedoman-pedoman pemeriksaan, manual penggunaan alat, termasuk rekomendasi
laboratorium yang terbaru sesuai dengan situasi terkini serta mengikuti panduan global
(misalnya: rekomendasi WHO)
5. Implementasi dan pengembangan sistem informasi laboratorium yang terintegrasi dengan
sistem informasi tuberkulosis (SITB).
6. Penguatan monitoring dan evaluasi pemeriksaan laboratorium tuberkulosis dan jejaringnya
melalui supervise dan pertemuan monev lab tuberculosis.

 Dukungan SDM untuk Program Tuberkulosis Nasional melalui penyediaan Technical


Assistant untuk kegiatan PPM, akselerasi program TBC RO, ekspansi penanganan infeksi
laten tuberkulosis, penguatan TB-HIV, termasuk penguatan kapasitas sistem informasi
kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota.

Anda mungkin juga menyukai