Anda di halaman 1dari 118

LAPORAN UAS PENGUMPULAN DATA DASAR

PERENCANAAN PROGRAM GIZI (PPG) JORONG KOTO


KACIAK, NAGARI MUARO PANEH, KECAMATAN BUKIT
SUNDI, KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATERA
BARAT TAHUN 2022

Kelompok 3 Jorong Koto Kaciak


Disusun Oleh Kel. 6 :\\\\

Ahlia Ryanti Putri (192210689)


Aulia Rahma Putri (192210654)

Pitri Patricia nst (192210671)

Risa Nadria (192210676)

Shilvira Ocdriani Harsel (192210720)

Shofwah safinatun Najah (192210721)

DOSEN PEMBIMBING :

Rina Hasniyati, SKM, M.Kes

Marni Handayani, S.SiT, M.Kes

Edmon, SKM, M.Kes

Dr. Gusnedi, S.TP, MPH

Ir.Zulferi, M.Pd

Dr. Hermita Bus Umar, SKM, M.KM

Andrafikar, SKM, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI

PADATAHUN AJARAN 2020/2021


i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang


Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan proposal PPG ini dengan tepat
waktu.

Terimakasih juga kami ucapkan pada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga proposal PPG ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga proposal PPG ini bisa menambah pengetahuan


para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa proposal PPG ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptantanya proposal PPG selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Padang, 24 April 2022

Kelompok 3

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. LatarBelakang.........................................................................................................1
B. TujuanPembahasan................................................................................................6
C. Manfaat..................................................................................................................8
BAB II..................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................1
A. TinjauanTeori.........................................................................................................1
B. MetodePenilaian Status Gizi..................................................................................2
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi....................................................11
D. Penyebab Utama PermasalahanGizi.....................................................................15
E. KerangkaTeori......................................................................................................17
F. KerangkaTeori......................................................................................................18
G. Hipotesis...............................................................................................................18
H. DefenisiOperasional.................................................................................................28
BAB III...............................................................................................................................48
METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................48
A. Design penelitian..................................................................................................48
B. Lokasi dan waktu..................................................................................................48
C. Populasi dan sampel.............................................................................................48
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................49
E. Teknik Pengolahan Data.......................................................................................51
F. Analisis Data.........................................................................................................52
BAB IV..............................................................................................................................53
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................53
A. Gambaran Umum Lokasi..........................................................................................53
POA Program Intervensi Gizi............................................................................................78
Penyusunan Hipopoc.......................................................................................................87

ii
iii

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................113

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak
akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan
panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar WHO (2005).Data
prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization
(WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi
tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-
rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%,
dan pada tahun 2021 prevalensi stunting di Indonesia sudah turun menjadi
24,4% (Balitbangkes 2021).

Prevalensi stunting di Sumatera Barat tidak berbeda jauh dengan


prevalensi di tingkat Nasional. Pada tahun 2018 prevalensi stunting di
Sumatera Barat berada pada angka 29,9% (Balitbangkes 2018), dan turun
menjadi 23,3% di tahun 2021 (Balitbangkes 2021). Namun demikian, masih
terdapat disparitas yang cukup tajam antar kabupaten dan kota di Sumatera
Barat, dimana prevalensi stunting berada pada rentang 19% di kota Bukit
tinggi sampai dengan 40,1% di kabupaten Solok (Hasil SSGI Kab/Kota
2021).

Berdasarkan data riskesdas 2018 untuk prevalensi balita Indonesia


menunjukkan bahwa dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U)
sekitar 3,9% memiliki berat badan yang sangat kurang dan sekitar 13,8% BB
kurang. Berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U), prevalensi
anak sangat pendek dan pendek secara berurutan adalah 11,5% dan 19,3.
Sedangkan dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
diketahui proporsi anak kurus dan sangat kurus adalah sebesar 6,7% dan
3,5%.

1
2

Berdasarkan data riskesdas 2018 untuk prevalensi balita Sumatra Barat


menunjukkan bahwa dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U)
sekitar 5,4% memiliki berat badan yang sangat kurang dan sekitar 15,4% BB
kurang. Berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U), prevalensi
anak sangat pendek dan pendek secara berurutan adalah 9,6% dan 20,3%.
Sedangkan dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
diketahui proporsi anak kurus dan sangat kurus adalah sebesar 2,9% dan
8,4%.

Dalam rangka penyelenggaraan percepatan penurunan stunting,


pemerintah melibatkan kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah desa terkait, dan pemangku
kepentingan, untuk mencapai angka prevalensi stunting 14% di tahun 2024.
(Indonesian Government, 2021). Sedangkan di Kota Solok tahun 2019
pemerintahan menargetkan prevalensi stunting pada anak di bawah 2 tahun
mencapai angka 28%, dan yang terealisasikan sebanyak 13,9% (Kesehatan,
2020).

Mempertimbangkan pentingnya ketersediaan dan keandalan data


stunting (dan status gizi secara umum) di tingkat kecamatan dan desa maka
kegiatan ini dilakukan secara rutin. Adapunopsi platform yang dapat
digunakan kabupaten/kota dalam pelaksanaan pengukuran tersebut adalah
sebagai berikut: posyandu, bulan penimbangan balita dan pemberian vitamin
A, survei gizi kabupaten/kota(Kementerian PPN/ Bappenas, 2018).

Terdapat dua faktor langsung penyebab gizi kurang pada anak balita,
yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi dan keduanya saling mendorong.
Faktor penyebab langsung pertama adalah makanan yang dikonsumsi, harus
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi
seimbang. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang cukup
dan harga terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan di tingkat
rumah tangga. Selanjutnya pola konsumsi pangan rumah tangga akan
berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan.
3

Anemia adalah suatu keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb)


dalam tubuh dibawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu (Irianto,
2014). Anemia pada ibu hamil berdampak buruk bagi ibu maupun janin.
Kemungkinan dampak buruk terhadap ibu hamil yaitu proses persalinan yang
membutuhkan waktu lama dan mengakibatkan perdarahan serta syok akibat
kontraksi. Dampak buruk pada janin yaitu terjadinya prematur, bayi lahir
berat badan rendah, kecacatan bahkan kematian bayi (Fikawati, 2015).

Anemia sering disebut kurang darah yaitu keadaan dimana kadar


hemoglobin dalam darah kurang dari normal (<12gr/dL) yang berakibat
pada daya tahan tubuh, kemampuan dan konsentrasi belajar, kebugaran
tubuh, menghambat tumbuh kembang dan akan membahayakan kehamilan
nanti (Kemenkes RI, 2010). Anemia merupakan salah satu kelainan darah
yang umum terjadiketika kadar sel darah merah dalam tubuh menjadi terlalu
rendah.

Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan
stress pada organ tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari
proses penyakit bukan penyakit itu sendiri (Proverawati, A, 2011). Anemia
merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin seseorangkurang dari 10gr/dL,
sedangkan angka idealnya untuk ibu dewasaberdasarkan standar WHO
adalah 12gr/dL. Artinya, seorang ibu dewasayang sedang hamil maupun tidak
akan didiagnosis mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah
12gr/dL. Akan tetapi, munculnya gejala bersifat individual, bisa jadi orang
yang memiliki hemoglobin 10gr/dL masih dapat beraktifitas secara normal
dan energik, sedangkan yang lain tampak letih dan lesu (Fatonah, S, 2016).
(Yulianti, 2019).

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19


tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
4

adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun
di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar
18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja
berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).
(Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Berdasarkan data riskesdas 2018 untuk prevalensi anemia pada ibu


hamil Indonesia adalah 48,9%. Untuk prevalensi ibu hamil yang
mengonsumsi pemberian tablet tambah darah <90 tablet adalah 62,3%,
sedangkan untuk yang mengonsumsi ≥90 tablet adalah 37,7%. Menurut data
prevalensi Sumatra Barat, ibu hamil yang mengonsumsi pemberian tablet
tambah darah <90 tablet adalah 65,9%, sedangkan untuk yang mengonsumsi
≥90 tablet adalah 34,1%.

Berdasarkan data riskesdas 2018 untuk prevalensi remaja putri usia 10-
19 tahun Indonesia yang memperoleh tablet tambah darah 22,9%, sedangkan
untuk remaja Sumatera Barat adalah 30,4%.

Anak Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Anak Balita
adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris. H, 2006) atau
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan. Para ahli
menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup
rentan terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu.
Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan
masalah kurang gizi. (Kementerian Kesehatan RI, 2015)

Menurut hasil SSGBI (Survei Status Gizi Balita Indonesia) dan SSN
2019 (Confidence Interval 95%) untuk paramter status gizi balita
underweight (Berat Badan kurang) adalah 16,29% (15,94-16,65), stunting
27.67% (27,22-28,11), wasting (kurus) 7,44% (7,19-7,71).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu


mengalami malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu atau lebih zat gizi
5

makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan


timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut (Sipahutar,
AritonangdanSiregar, 2013).

World Health Organization (WHO) (2015) angka Kematian Ibu (AKI)


99% terjadi di negara berkembang, pada tahun 2013 adalah 230 per 100.000
kelahiran hidup dibanding 16 per 100.000 kelahiran hidup di negara-negara
maju. Menurut WHO pada 2013, tercatat angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih sekitar 190 per 100.000 kelahiran. Indonesia masuk kedalam
jajaran negara dengan AKI tertinggi, yaitu menduduki peringkat ke-3 dalam
negara anggota ASEAN. Romauli (2013) megatakan bahwa pendarahan
menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan
kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama
terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama
ibu. Muliawati (2013) mengatakan bahwa penyebab kematian tersebut erat
hubungannya dengan asupan gizi, misalnya perdarahan merupakan salah satu
akibat dari kekurangan zat besi, eklampsia disebabkan oleh hipertensi yang
juga ada hubungannya dengan asupan gizi. Ibu hamil yang mengalami
kekurangan asupan gizi akan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) (Waryana, 2010).

Program pemerintah di bidang kesehatan salah satunya adalah


Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu sebuah dokumen yang akan
menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan
negara-negara di dunia. Program pemerintah SDGs yang terdiri dari tujuh
belas (17) tujuan dan target SDGs naik menjadi 17 goals, 169 target dan 252
indikator, salah satu tujuannya adalah menurunan angka kematian ibu (AKI)
sampai dengan angka 70 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun (2015)
(RAKORPOP Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Gizi merupakan elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat


dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh (Devi, 2010). Pertumbuhan janin
6

sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil. Status gizi yang baik
berhubungan dengan penggunaan makanan yang diserap oleh tubuh (Adriani,
2012). Ibu hamil sebaiknya dalam masa kehamilan harus memenuhi asupan
gizi agar tidak terjadi kekurangan energi kronis (KEK). Kekurangan energi
kronis (KEK) merupakan keadaan dimana seseorang menderita ketidak
seimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun
(Muliawati, 2013).

Hasil riskesdas pada tahun 2013 mendapatkan proporsi ibu hamil umur
15-45 tahun dengan LILA < 23,5 cm di Indonesia sebanyak 24,2%.Provinsi
di Indonesia yang proporsi ibu hamil dengan LILA <23,5 cm terendah di Bali
sebanyak 10,1% dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur sebanyak 45,5%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu hamil antara lain
umur, berat badan, suhu lingkungan, aktivitas, status kesehatan, kebiasaan
dan pandangan wanita terhadap makanan, pengetahuan zat gizi dalam
makanan, status ekonomi, pekerjaan, tingkat pendidikan, paritas, dan riwayat
penyakit.

Sulistyaningsih (2011) mengatakan bahwa pemantauan status gizi ibu


hamil dapat dilakukan dengan melihat penambahan berat badan selama
kehamilan, selain melihat penambahan berat badan selama hamil, status gizi
ibu hamil dapat juga dilihat dari Lingkar Lengan Atas (LILA). Ukuran LILA
yang normal adalah 23,5cm. Ibu dengan ukuran LILA di bawah 23,5 cm
menunjukan adanya kekurangan energi kronis (KEK). LILA telah digunakan
sebagai indikator proksi terhadap risiko KEK untuk ibu hamil di Indonesia
karena tidak terdapat data berat badan prahamil pada sebagian besar ibu
hamil (Ariyani, 2012).Program pemerintah di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) berusaha memantau status gizi ibu hamil dengan kunjungan
antenatal minimal 4 kali selama kehamilan, pengisian Kartu Menuju Sehat
(KMS) ibu hamil. Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan
(PMT) pada ibu hamil (Depkes RI, 2015).
7

B. TujuanPembahasan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui status gizi balita, remaja (putri), dan ibu hamil serta
faktor yang berhubungan dengan tingkat status gizi di Jorong Koto
panjang Nagari Murao paneh Kecamatan Bukik sundi Kabupaten Solok,
Provinsi Sumatera Barat tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan status gizi menurut indeks
BB/U, TB/U, BB/TB dan IMT/U di Jorong Koto panjang Nagari
Muaro paneh Kecamatan. Bukik sundi Kabupaten Solok, Provinsi
Sumatera Barat.
b) Diketahuinya distribusi remaja putri berdasarkan status gizi menurut
indeks IMT/U di Jorong Koto panjang Nagari Muaro paneh
Kecamatan Bukik sundi Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
c) Diketahuinya distribusi ibu hamil berdasarkan status gizi menurut
indeks LiLA faktor yang berhubungan di Jorong Koto panjang Nagari
Muaro paneh Kecamatan Bukik sundi Kabupaten Solok, Provinsi
Sumatera Barat.
d) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan asupan zat gizi makro (KH,
Protein, Lemak) dan mikro (Zn, Fe, Ca, Vit A, Vit C, Asam Folat, dll)
di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
e) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan penyakit infeksi dalam 6
bulan terakhir diKabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
f) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan pola konsumsi di
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
g) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan kerawanan pangan keluarga
di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
h) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan ketersediaan pangan
keluarga di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
i) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan pola asuh balita di
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
8

j) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan kesehatan lingkungan


keluarga di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
k) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan pelayanan kesehatan di
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
l) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan tingkat pendidikan ibu di
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
m) Diketahuinya distribusi balita berdasarkan tingkat ekonomi keluarga di
Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
n) Diketahuinya hubungan antara status gizi balita dengan faktor
penyebab langsung dan tidak langsung.

C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam pengumpulan
data dan pengkajian terkait status gizi balita, remaja putri dan ibu hamil
serta faktor yang berhubungan.
2. Menyediakan data status gizi dan faktor yang mempengaruhi yang
diperlukan dalam implementasi program percepatan penanggulangan
stunting yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pengelola program.
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat terkait permasalahan
stunting, faktor penyebab, dampak dan upaya penanggulangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTeori
1. Status Gizi
a. Pengertian

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam


bentuk variabel tertentu, perwujudan dari nutrituredalam bentuk
variable tertentu.Keadaan gizi merupakan akibat dari keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut, atau fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler
tubuh (Supariasa, Bachyar dan Ibnu, 2012).
Status gizi yang baik adalah status kesehatan yang dihasilkan dari
keseimbangan intakedan kebutuhan.Parameter status gizi dapat
dilakukan dengan pengukuran antropometri, pemeriksaan biokimia dan
anamnesa riwayat gizi. Intakeberkaitan dengan zat gizi yang masuk
dalam tubuh. Zat gizi sendiri diartikan sebagai zat-zat makanan yang
terkandung dalam suatu bahan pangan yang dapat dimanfaatkan oleh
tubuh.Makanan yang kita makan harus memenuhi kebutuhan fisik
berupa kenyang dan memenuhi kebutuhan kimia tubuh
(Kristiyanasari,2010).
Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode
pengukuran, tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian
status gizi dapat menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi,
misalnya status gizi yang berhubungan dengan tingkat kesehatan, atau
berhubungan dengan penyakit tertentu. Menilai persediaan gizi tubuh
dapat diukur melalui beberapa metode penilaian, seperti pada Tabel
berikut.

1
2

Tabel Penilaian Persediaan Gizi Tubuh


Tingkat Kekurangan Gizi Metode Yang Digunakan
Asupan zat gizi tidak cukup Surveu konsumsi pangan
Penurunan persediaan gizi dalam jaringan Biokimia
Penurunan fungsi jaringan Biokimia
Berkurangnya aktivitas enzim yang Antropometri atau Biokimia
dipengaruhi zat gizi, terutama protein
Perubahan fungsi Kebiasaan atau physiological
Gejala Klinik Klinik
Tanda-Tanda anatomi Klinik
Sumber :Bahan Ajar Gizi, Penilaian Status Gizi 2017

B. MetodePenilaian Status Gizi


1. Penilaian langsung
a. Metode Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropo yang berarti manusia


dan metri adalah ukuran. Metode antropometri dapat diartikan sebagai
mengukur fisik dan bagian tubuh manusia Jadi antropometri adalah
pengukuran tubuh atau bagian tubuh manusia Dalam menilai status
gizi dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh
manusia sebagai metode untuk menentukan status giri Kontep dasar
yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri untuk
mengukur status gizi adalah konsep dasar pertumbuhan.

Beberapa contoh ukuran tubuh manusia sebagai parameter


antropometri yang sering digunakan untuk menentukan status gizi
misalnya berat badan, tinggi badan, ukuran lingkar kepala, ukuran
lingkar dada, ukuran lingkar lengan atas, dan lainnya. Hasil ukuran
anropometri tersebut kemudian dirujukkan pada standar atau rujukan
pertumbuhan manusia.
3

Pengukuran antropometri pada :

1) Balita

Pada Balita pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan


mengukur beberapa parameter. Indikator antropometri yang sering
digunakan untuk balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/TB),
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Umur
(BB/U). Perbedaan penggunaan indikator tersebut akan memberikan
gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.(Gibson, 2005).

Indikator BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang


sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu
yang tidak lama (singkat), misalnya terjadi wabah penyakit dan
kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi
kurus. Disamping untuk identifikasi masalah kekurusan, indikator ini
dapat juga memberikan indikasi kegemukan. (Litbangkes, 2010)

Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan


indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan
indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut
karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi
badan. Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek
(masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi
lain (masalah gizi akut). (Riskesdas, 2013)

Indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U memberikan


indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari
keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup
tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari
sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.
(Riskesdas, 2013)

Indikator BB/TB merupakan indikator status gizi saat ini


(current nutrition status), indikator ini dapat digunakan untuk
4

mengetahui proporsi badan (gemuk, normal, kurus) dan kelebihannya


umur tidak perlu diketahui. (Irawati, 1998)

Tabel Kategori Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan


Indeks Untuk Pengukuran Status Gizi Pada Balita.

Indeks Kategori Ambang Batas (Z-


score)
Status Gizi

Berat Badan menurut Umur Berat badan sangat < -3 SD


(BB/U) kurang (severely
underweight)
Anak umur 0-60 bulan
berat badan kurang -3 SD sampai dengan<
(underweight) - 2 SD

berat badan normal -2 SD sampai dengan


+1 SD

risiko berat badan >+ 1 SD


lebih

Panjang Badan menurut Sangat Pendek < -3 SD


Umur (PB/U) (severely stunted)

Anak umur 0-60 bulan Pendek (stunted) -3 SD sampai dengan<


- 2 SD

Normal -2 SD sampai dengan


+3 SD

Tinggi >+3 SD

Berat Badan menurut gizi buruk (severely < -3 SD


Panjang Badan (BB/PB) wasted

Anak umur 0-60 bulan gizi kurang (wasted) -3 SD sampai


5

dengan<- 2 SD

gizi baik (normal) -2 SD sampai dengan


+1 SD

berisiko gizi lebih >+1 SD


(possible risk of
overweight)

Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely < -3 SD


menurut Umur (IMT/U) wasted)

Anak umur 0-60 bulan Gizi kurang (wasted) -3 SD sampai dengan<


- 2 SD

Gizi baik (normal) -2 SD sampai dengan +


1 SD

Berisiko gizi lebih >+1 SD


(possible risk of
overweight)

Gizi lebih > + 2 SD sd +3 SD


(overweight)

Obesitas (obese) > + 3 SD

Gizi

Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely <-3 SD


menurut Umur (IMT/U) thinness)

Anak umur 5-18 tahun Gizi kurang (thinness) -3 sampai dengan < -2
SD

Gizi baik (normal) -2 SD sampai dengan +


1 SD
Gizi
6

Gizi lebih > + 1 SD sampai


(overweight) dengan + 2 SD

Obesitas (obese) > +2 SD

Sumber : Peraturan Menkes RI No 2 TH 2020

2) Remaja Putri
Menurut Sarwono (2010) remaja sebagai periode transisi antara
masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau
seseorang yangmenunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah tidur,
mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Remaja adalah
individu yang sedang mengalami perubahan dari masa anak-anak
menuju masa dewasa. Menurut WHO (World Health Organization)
remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang darisaat pertama
kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat
mencapaikematangan seksual, dengan batasan usia remaja awal 10-14
tahun, remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2010).

Pengukuran Antropometri pada remajasebagaiindikator status


gizidapatdilakukandengancaramengukurbeberapa parameter. Jenis-
jenisdariindeksantropometri salah
satunyaadalahindeksmassatubuhmenurutumur (IMT/U). Pengukuran
IMT dapatdilakukan pada anak-anak, remajamaupun orang dewasa.
Pada remajapengukuran IMT sangatterkaitdenganumurnya,
karenadenganperubahanumurterjadiperubahankomposisitubuh dan
densitastubuh, pada remajadigunakanindikator IMT/U. Cara
pengukuran IMT/U adalah:

Berat Badan( Kg)


IMT =
Tinggi Badan(m)2
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan
perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki
adalah 20.1-25,0. dan untuk perempuan adalah 18. 23.8. Untuk
7

kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingka


kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu
batas amhang antara laki-laki dan perempuan Ketentuan yang
digunakan adalah menggunakar amhang batas laki-laki untuk kategon
kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan
untuk kategorigamuk tingkat berat. Untuk kepentingam Indonesia
batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasik
penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil
kesimpulan batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut:

Kategori IMT

Kekurangan berat
< 17
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat
17 – 18,4
badan tingkat ringan

Normal 18,5 – 25

Kelebihan berat badan


25,1 - 27
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan
>27
tingkat berat

3) Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan
dalam tubuh ibu hamil sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk
kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ
tubuh. Menurut (Supariasa, dkk 2012) penilaian status gizi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung
8

dan tidak langsung. Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang


berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai
macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang
memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan
Triyanti, 2007).

Status gizi ibu hamil dapat diketahui dengan melakukan


pengukuran lingkar lengan atas (LILA).Pengukuran LILA cukup
representatif, dimana ukuran LILA ibu hamil erat dengan IMT ibu
hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti pula dengan
semakin tinggi IMT ibu. (Hidayati, 2012). Lingkar lengan atas (LILA)
merupakan gambaran keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah
kulit. LILA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak berpengaruh oleh cairan tubuh.

Ukuran LILA digunakan untuk skrining kekurangan energi


kronis yang digunakan untuk mendeteksi ibu hamil dengan risiko
melahirkan BBLR. Pengukuran LILA ditujukan untuk mengetahui
apakah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS) menderita kurang
energi kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK
adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah (BBLR).

Cara ukur pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas


dilakukan pada lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pengukuran
LILA dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan
ujung siku dalam ukuran cm (centi meter). Kelebihannya mudah
dilakukan dan waktunya cepat, alat sederhana, murah dan mudah
dibawa.

b. Metode Laboratorium

Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah


satu metode yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian
9

tubuh. Tujuan penilaian status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat
ketersediaan zat gizi dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari
makanan.

Metode laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu uji


biokimia dan uji fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur status gizi
dengan menggunakan peralatan laboratorium kimia. Tes biokimia
mengukur zat gizi dalam cairan tubuh atau jaringan tubuh atau ekskresi
urin. Misalnya mengukur status iodium dengan memeriksa urin,
mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan darah dan lainnya.
Tes fungsi fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau tes fisik.

c. Metode Klinis

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis


yang dapat digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang
berkaitan dengan kekurangan gizi. Gejala dan tanda yang muncul,
sering kurang spesifik untuk menggambarkan kekurangan zat gizi
tertentu. Mengukur status gizi dengan melakukan pemeriksaan bagian-
bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat
kekurangan atau kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan
dengan bantuan perabaan, pendengaran, pengetokan, penglihatan, dan
lainnya.Misalnya pemeriksaan pembesaran kelenjar gondok sebagai
akibat dari kekurangan iodium.
Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan termasuk gangguan gizi
yang dialami seseorang. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan beberapa
cara, di antaranya melalui kegiatan anamnesis, observasi, palpasi, perkusi,
dan/atau auskultasi.
d. Pengukuran Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi makanan sering juga disebut survei
konsumsi pangan, merupakan salah satu metode pengukuran status gizi.
Asupan makan yang kurang akan mengakibatkan status gizi kurang.
Sebaliknya, asupan makan yang lebih akan mengakibatkan status gizi
10

lebih. Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah untuk


mengetahui asupan gizi dan makanan serta mengetahui kebiasaan dan pola
makan, baik pada individu, rumah tangga, maupun kelompok masyarakat.
Tujuan khusus pengukuran konsumsi pangan adalah:
− Menentukan tingkat kecukupan asupan gizi pada individu
− Menentukan tingkat asupan gizi individu hubungannya dengan
penyakit
− Mengetahui rata-rata asupan gizi pada kelompok masyarakat
− Menentukan proporsi masyarakat yang asupan gizinya kurang.
2. Penilaian Tidak Langsung
a. Survei Konsumsi Pangan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan gizi secara
tidak langsung dengan melihat kebiasaan makananatau gambaran tingkat
kecukupan bahan makanan dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data ini dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Pengukuran
konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data yaitu kualitatif yang
melingkupi frekuensi makanan, dietary history, dan daftar makanan.
Sedagkan data kuantitatif yang mencakup metode recall 24 jam, perkiraan
makan, penimbangan makan, metode inventaris dan pencatatan
(Mardalena, 2017)
b. Faktor Ekologi
Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Lingkungan yang baik, yang memungkinkan
makhluk tumbuh akan membentuk makhluk yang baik. Status gizi adalah
keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan makanan
dengan kebutuhan zat gizi. Jadi ekologi yang berkaitan dengan gizl adalah
keadaan lingkungan manusia yang memungkinkan manusia tumbuh
optimal dan mempengaruhi status gizi seseorang
Faktor ekologi yang mempengaruhi status gizi di antaranya adalah
beberapa informasi ekologi yang berkaitan dengan penyebab gizi kurang.
Informasi tersebut di antaranya data sosial ekonomi, data kependudukan,
11

keadaan lingkungan fisik dan data vital statistik. Data yang termasuk
sosial ekonomi misalnya jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan,
keadaan budaya, agama, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, ketersediaan
air bersih, pelayanan kesehatan, ketersediaan lahan pertanian dan
informasi yang lain.
c. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisa dari beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi secara tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi


1. Faktor langsung
a. Asupan Makan
Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat
berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang
dapat menyebabkan malnutrisi.
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu
hamil dapat menyebabkan ibu hamil mengalami Kurang Energi Kronis
(KEK).Wanita hamil berisiko mengalami KEK jika memiliki Lingkar
Lengan Atas (LILA) <23,5cm. Ibu hamil KEK berisiko melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR) yang jika tidak tertangani dengan baik
akan berisiko mengalami stunting (Kemenkes,RI 2016).
Periode 1000 Hari PertamaKehidupan (1000 HPK) adalah
periode 9 bulan janin dalam kandungan (270 hari) hingga anak usia 2
tahun (730 hari). Pada 20 minggu pertama dibutuhkan kecukupan
protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan sel dan menentukan
jumlah selotak dan potensi tinggi badan.
12

Seorang ibu hamil harus berjuang menjaga asupan nutrisinya


agar pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan janinnya optimal.
Selanjutnya pada 20 minggu sampai dengan bayi lahir dibutuh kan
cukup anenergi, protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan dan
pembesaran sel. Idealnya, berat badan bayi saat dilahirkan adalah
tidak kurang dari 2500 gram, dan panjang badan bayi tidak kurang dari
48 cm.
Inilah alasan mengapa setiap bayi yang baru saja lahir akan
diukur berat dan panjang tubuhnya, dan dipantau terus menerus
terutama di periode emas pertumbuhannya, yaitu 0 sampai 2 tahun.
Dalam kurun waktu 2 tahun ini, orang tua harus berupaya keras agar
bayinya tidak memiliki tinggi badan ataupanjang badan yang stunting.
Selama 6 bulan setelah bayi lahir, bayi memerlukan zat gizi makro dan
mikro yang hanya cukup diperoleh dari ASI eksklusif. Di atas 6 bulan
bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI yang cukup dan
berkualita suntuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal (Kemenkes RI, 2016)
b. Penyakit Infeksi

Keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyakit infeksi


yang saling terkait. Apabila seseorang tidak mendapat asupan gizi
yang cukup akan mengalami kekurangan gizi dan sakit. Demikian juga
bila seseorang sering sakit akan menyebabkan gangguan nafsu makan
dan selanjutnya akan mengakibatkan gizi kurang (Depkes RI, 2007).

Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2009) menyatakan


bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan
parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi
yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi. Mekanisme
patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya
nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan
pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit
13

diare, mual/muntah dan pendarahan terus menerus serta meningkatnya


kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit
yang terdapat dalam tubuh. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah
protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.

2. Faktor Tidak Langsung


a. Pola Konsumsi
Program pemberian makanan tambahan merupakan program
untuk menambah nutrisi pada balita, biasanya diperoleh saat mengikuti
posyandu. Adapun pemberian makanan tambahan tersebut berupa
makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat.
b. Kerawanan Pangan
Kerawanan pangan dapat diartikan juga sebagai kondisi suatu
daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan
keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan
fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian masyarakat
(Permentan No 43/2010).
c. Ketersediaan Pangan – Data Kab. Solok

Keberhasilan kinerja Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten


Solok pada tahun 2018 berdasarkan indikator kinerja sasaran yang
dapat dicapai yaitu peningkatan produksi perikanan 100,05%,
meningkatnya daya saing usaha perikanan 118,66%, terjaganya
ketersediaan pangan sebesar 101,76%, terkendalinya harga pangan
utama di pasaran 100%, tersedianya bahan pangan segar yang aman
dikonsumsi masyarakat 55,56%, peningkatan diversifikasi pangan
sebesar 102,79% dan meningkatnya nilai akuntabilitas kinerja sebesar
100,00%.

Dengan demikian berdasarkan perbandingan antara capaian


kinerja (performance result) tahun 2018 dengan rencana kinerja
(performance plan) tahun 2018 pada indikator kinerja utama sebagai
tolok ukur keberhasilan organisasi seperti tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok
14

tahun 2018 telah berhasil mencapai sasaran strategis sebesar 96,97%


(dengan kategori capaian kinerja Sangat Baik) namun perlu perbaikan
dalam pencapaian satu sasaran strategis yakni tersedianya bahan
pangan segar yang aman dikonsumsi masyarakat dengan capaian
Sedang

d. Pola Asuh Keluarga

Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua


kepada anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian,
kasih sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik,
mental dan emosional.

e. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara manusia & lingkungan agar dapat menjamin keadaan
sehat dari manusia. (WHO (World Health Organization)).
Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan
stunting pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk
masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan
penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Kedua hal ini bisa meninggikan
risiko anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi cacing usus
(cacingan).

f. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan pusat-pusat pelayanan
kesehatan yang terdiri dari kecukupan jumlah rumah sakit, jumlah
tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas pendidikan
meliputi jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi karangtarunanya
serta media massa seperti radio, televise dan lain-lain. Perilaku
sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health
promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah
raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit
15

(health prevention behavior) yang merupakan respon untuk melakukan


pencegahan penyakit.
Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang
kekurangan layanan kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan
perawatan pada anak atau ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga
dibutuhkan untuk memberi pengetahuan mengenai gizi untuk ibu
hamil dan anak di masa awal kehidupannya.
Hasil Riskesdas 2013 menyebutkan kondisi konsumsi makanan
ibu hamil dan balita tahun 2016-2017 menunjukkan di Indonesia 1 dari
5 ibu hamil kurang gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein,
7 dari 10 Balita kurang kalori, serta 5 dari 10 Balita kurang protein

D. Penyebab Utama PermasalahanGizi


a. Ekonomi
Salah satau yang penyebab dasar dari wasting dan stunting adalah
kondisi ekonomi keluarga yang rendah (miskin).Kondisi keluarga yang
miskin dapat menyebabkan keluarga tersebut mengalami keterbatasan
dalam memenehu kebutuhan gizi keluarga dari segi kualitas maupun
kuantitas. Keadaan sosial ekonomi yang tergolong rendah akan
mempengaruhi tingkat Pendidikan renda, kualitas sanitasi dan air minum
yang rendah, daya beli yang rendah serta layanan Kesehatan yang terbatas.
Semuanya dapat berkontribusi terkena penyakit dan rendahnya asupan zat
gizi dapat berpeluang untuk terjadinya stunting (Fikadu, dkk, 2014 dalam
lainua, 2016)
Besarnya pendapatan yang diperoleh atau diterima dalam rumah
tangga dapat menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat.Namun data
pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga dilakukan pendekatan
melalui pengeluaran rumah tangga.Pengeluaran rumah tangga ini dapat
dibedakan menurut pengeluaran makan dan bukan makan, dimana
menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah
tangganya.Pengeluaran untuk konsumsi makanan dan buka makan
berkaitan denga tingkat pendapatan masyarakat. Di Indonesia, pemenuhan
16

kebutuhan makanan masih menjadi prioritas utama, dikarenakan untuk


memenuhi kebutuhan gizi (Consumption and Cost, wiyogowati, 2012).
Persentase pengeluaran pangan yang tinggi (≥ 70%) merupakan
faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada
anak balita dengan riwayat berat lahir rendah pada tahun 2010 di
Indonesia. Persentase pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total yang
tinggi (≥70%) menggambarkan ketahanan pangan keluarga yang rendah,
artinya semakin tinggi pengeluaran untuk konsumsi pangan ada
kecenderungan bahwa rumah tangga tersebut miskin dan memiliki tingkat
ketahanan pangan yang rendah. Keluarga yang miskin dan ketahanan
pangan keluarga rendah rentan memiliki anak stunting karena keluarga
tidak mampu mencukupi kebutuhan asupan gizi anak dalam jangka waktu
yang lama, sehingga permasalahan gizi akut ini tidak dapat terhindarkan
(Rosha,dkk, 2013).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah modal utama dalam menunjang ekonomi
keluarga yang juga berperan dalam penyusunan makan keluarga,
perawatan anak dan pengasuhan keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat
Pendidikan yang tinggi akan mendapatkan informasi Kesehatan yang lebih
mudah khususnya dibidang gizi, sehingga dapat menambahkan
pengetahuannya dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Depkes RI, 2015).
Menurut Hidayat (2009), tingkat Pendidikan keluarga yang rendah
akan sulit dalam menerima arahan dalam pemenuhan gizi. Mereka sering
tidak meyakini pentingnya pemenuhan gizi dan pentingnya pelayanan
Kesehatan yang dapat menunjang pertumbuhan anak, sehingga dapat
berpeluang terhadap terjadinya stunting. Semakin tingginya Pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan memungkinkan makin baiknya tingkat
ketahanan pada pangan keluarga, makin baik pola asuh pada anak dan
keluarga, makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan
pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
17

dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan Kesehatan
(Waryana, 2010)
Menurut Anisa (2012) kecendrungan kejadian stunting pada balita
lebih banyak terjadi pada ayah yang memiliki tingkat Pendidikan yang
rendah. Pendidikan yang tinggi dapat mencerminkan pendapatang yang
lebih tinggi dan ayah akan lebih memperhatikan gizi istri saat hamil.
Sehingga tidak akan terjadinya kekurangan gizi data kehamilan yang dapat
menyebabkan anak yang akan dilahirkan mengalami stunting. Keluarga
dengan ayah yang berpendidikan rendah dengan pendapatan yang rendah
biasanya memiliki rumah yang kurang layak, kurang dalam memanfaatkan
fasilitas Kesehatan dan kebersihan lingkungan kurang terjaga, selain itu
konsumsi makanan tidak seimbang, keadaan ini akan menghambat
perkembangan pada anak (Mugianti et al, 2018).
Menurut Astuti (2017), ibu dengan tingkat Pendidikan tinggi akan
cenderung memiliki pengetahuan yang luas dan mudahnya menangkap
informasi dari Pendidikan formal yang mereka tempuh maupun dari media
massa (cetak dan eletronik) untuk menjaga Kesehatan anak dalam
mencapai status gizi yang baik sehingga perkembangan anak menjadi lebih
optimal. Semakin tinggi Pendidikan ibu maka pengetahuannya tentang gizi
akan lebih baik, sebaliknya semakin rendahnya Pendidikan ibu maka
pengetahuan tentang gizi akan kurang biak. Pendidikan ibu yang rendah
saat kehamilan akan mempengaruhi pengetahuan gizi ibu saat
mengandung. Ibu hamil yang mengalami kurang gizi dapat mengakibatkan
janin yang dikandung juga mengalami kekurangan gizi. Jika kekurangan
gizi pada kehamilan terjadi terus menerus akan melahirkan anak yang
mengalami kekurangan gizi. Jika kondisi ini terus berlangsung dalam
kurun yang cukup lama maka akan menyebabkan anak mengalami
kegagalan dalam pertumbuhan (stunting) (Ni’mah dan Muniroh, 2016).
18

E. KerangkaTeori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Masalah Gizi Unicef 1999

Sumber : Unicef, 1999


19

F. KerangkaTeori

G. Hipotesis
1. Ada hubungan asupan dengan status gizi balita (0-59 bulan) di
Kabupaten Solok tahun 2022 .
2. Ada hubungan penyakit infeksi dengan status gizi balita (0-59 bulan)
di Kabupaten Solok tahun 2022.
3. Ada hubungan pola konsumsi dengan status gizi balita (0-59 bulan) di
Kabupaten Solok tahun 2022.
4. Ada hubungan pelayanan kesehatan dengan status gizi balita (0-59
bulan) di Kabupaten Solok tahun 2022.
5. Ada ketersediaan pangan rumah tangga dengan status gizi balita (0-59
bulan) di Kabupaten Solok tahun 2022.
6. Ada hubungan pola asuh dengan status gizi balita (umur 0-59 bulan) di
Kabupaten Solok tahun 2022.
7. Ada hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi balita
(0-59 bulan) di Kabupaten Solok tahun 2022.
20

8. Ada hubungan asupan Fe dengan status gizi remaja putri di Kabupaten


Solok tahun 2022.
9. Ada hubungan pola konsumsi dengan status gizi remaja putri di
Kabupaten Solok tahun 2022.
10. Ada hubungan asupan dengan status gizi ibu hamil di Kabupaten Solok
tahun 2022.
11. Ada hubungan penyakit infeksi dengan status gizi ibu hamil di
Kabupaten Solok tahun 2022.
12. Ada hubungan pola konsumsi dengan status gizi ibu hamil di
Kabupaten Solok tahun 2022.
13. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan status gizi balita
(0-59 bulan) di Kabupaten Solok tahun 2022.
28

H. DefenisiOperasional

Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur Ukur

Status gizi Status gizi adalah Antropometri - BB/U Kategori Z-Score Indeks BB/U
pada balita ukuran keberhasilan - TB/U  Berat Badan Sangat Kurang :
(0-59 bln) dalam pemenuhan - BB/TB < -3 SD
- TB/U nutrisi untuk anak yang  Berat Badan Kurang : > -3 Sd Ordinal
 Dacin
- BB/U diindikasikan oleh TB s/d<
 Timbangan
- BB/TB dan
digital -2 SD
BB(Almatsier,2003).
- IMT/U  Form tanggal  BeratBadanNormal:>-2SDs/d
lahir < +1SD
 AUPB  Resiko Berat Badan Lebih :
 Mikrotoise >+1 SD
(Peraturan Menkes,2020)
Status gizi Status giziadalah status Antropometr  IMT/U Kategori Z-Score Indeks IMT/U Ordinal
pada remaja kesehatan yang iHb  Timbangan  -3 s/d – 2 SD GiziKurang
29

putri dihasilkan oleh digital  -2 s/d + 1 SD Gizi


(12-18thn) keseimbangan antara  Mikrotoa Baik(normal)
kebutuhan dan  Form  +1 s/d +2 SD Gizi Lebih
masukannutrient. penimbangan  > +2 SDObesitas
(Beck,2000:1)  alat CekHb
 Perempuan : 12-
16gr/dL (Peraturan
Menkes,2020)
Status gizi ibu Status gizi adalah suatu Antropometr  LILA 1. KEK < 23,5cm Ordinal
hamil keadaan keseimbangan iHb  alat cekHb 2. Normal ≥23,5cm
dalam tubuh sebagai 3. Hb >11gr/dL
alat pemasukan
Trimester 1 : 11,6-13,9 gr/dL
kosumsi makanan dan
Trimester 2 : 9,7 – 14,8 gr/dL
penggunaan zat-zat gizi
Trimester 3 : 9,5-15 gr/dL
yang digunakan oleh
tubuh unutk
kelansungan hidup
dalam mempertahankan

fungsi-fungsi organ.
30

(DepkesRI,2013)
Penyakit Penyakit infeksi Wawancara  Kuesioner Dikategorikan menjadi : Nominal
infeksi balita merupakan satu  PernahTerinfeksi
kumpulan jenis-jenis Jika mengalami salah satu
penyakit yang mudah dari penyakit infeksi dalam 3
menyerang khususnya bulan terakhir
anak- anak di indonesia
 Tidak pernahTerinfeksi
yang disebabkan oleh
Jika tidak pernah mengalami
infeksi virus, infeksi
keluhan dari semua penyakit
bakteri, infeksi parasit.
infeksi dalam 3 bulanterakhir
Penyakit infeksiyang
mempengaruhi status
gizi balita sejak
3 bulan terakhir.
(Rampengan, 1997).
Contoh dari penyakit
infeksi, yaitu : ISPA,
diare, pneumonia,
difteri, campak, TBC,
cacar air,tetanus,
31

demam tifoid).
Asupan balita  Asupan adalah Wawancara A. Form SQ-FFQ Baik : Ordinal
semua jenis (Semi  Makanan pokok : 3p x hari
makanan dan Quantitative-  Protein Nabati : 1p xhari
minuman yang Food Frequency
 Protein Hewani :1p xhari
dikonsumsi Questioners)
 Sayuran : 1,5 p xhari
tubuh setiap
hari. (sumarno,  Buah : 3p xhari

dkk dalam Gizi Cukup : Jika asupan yang

Indonesia1990) dikonsumsi≥80% AKG


Kurang :
Jikaasupanyang dikonsumsi
<80%AKG
Asupan remaja  Asupan adalah Wawancara  Form SQ-FFQ Baik : Ordinal
putri semua jenis (Semi  Makanan pokok : 5 x hari
makanan dan Quantitative-
 Protein Nabati : 3 xhari
minuman yang Food Frequency
 Protein Hewani : 3 x hari
dikonsumsi Questioners)
 Sayuran : 3 xhari
tubuh setiap
hari. (sumarno,  Buah : 4 xhari
32

dkk dalam Gizi Cukup : Jika asupan yang


Indonesia1990) dikonsumsi
≥80% AKG
Kurang : Jika asupan
yang dikonsumsi <80%AKG
Asupan ibu  Asupan adalah Wawancara  Form SQ-FFQ Baik : Ordinal
hamil semua jenis (Semi  Makanan pokok : 6p x hari
makanan dan Quantitative-  Protein Nabati : 4p xhari
minuman yang Food Frequency
 Protein Hewani :3p x hari
dikonsumsi Questioners)
 Sayuran : 4p xhari
tubuh setiap
hari. (sumarno,  Buah : 4p xhari

dkk dalam Gizi  Susu : 1p


Indonesia1990)
Cukup : Jika asupan yang
dikonsumsi
≥80% AKGKurang :
Jikaasupan
yangdikonsumsi <80% AKG
Pola konsumsi Pola konsumsi Wawancara  Form SQ-FFQ Baik : Ordinal
33

anak merupakan informasi (Semi  Makanan pokok : 3p x hari


tentang jenis dan Quantitative-
 Protein Nabati : 1p x hari
frekuensi pangan yang Food Frequency
 Protein Hewani :1p xhari
di konsumsi oleh Questioners)
 Sayuran : 1,5 p xhari
seseorang atau
kelompok orang pada  Buah : 3p xhari

waktu tertentu. Cukup : Jika asupan yang


(Baliwati,dkk.2004:69- dikonsumsi≥80% AKG
70). Kurang : Jika asupan yang
dikonsumsi<80% AKG
Pola konsumsi Pola konsumsi Wawancara  Form SQ-FFQ Baik : Ordinal
dan konsumsi fe merupakan informasi (Semi  Makanan pokok : 5 x hari
remaja putri tentang jenis dan Quantitative-  Protein Nabati : 3 xhari
frekuensi pangan yang Food Frequency
 Protein Hewani : 3 x hari
di konsumsi oleh Questioners)
 Sayuran : 3 xhari
seseorang atau
kelompok orang pada  Buah : 4 xhari

waktu tertentu. Cukup : Jika asupan yang

(Baliwati,dkk.2004:69- dikonsumsi≥80% AKG

70). Kurang : Jika asupan yang


34

dikonsumsi<80% AKG
Pola konsumsi Polakonsumsi Wawancara  Form SQ-FFQ Baik : Ordinal
ibu hamil merupakan informasi (Semi  Makanan pokok : 6p x hari
tentang jenis dan Quantitative-
 Protein Nabati : 4p x hari
frekuensi pangan yang Food Frequency
 Protein Hewani :3p x hari
di konsumsi oleh Questioners)
 Sayuran : 4p xhari
seseorangatau
kelompok orang pada  Buah : 4p xhari

waktu tertentu.  Susu : 1p


(Baliwati,dkk.2004:69- Cukup : Jika asupan yang
70). dikonsumsi≥80% AKG
Kurang : Jika asupan yang
dikonsumsi<80% AKG
Pola asuh Pola asuh merupakan Wawancara Kuesioner Dikelompokkan dalam 2 kategori : Nominal
anak cara pengasuh anak 1. Baik,bila > 75% jawabanbenar
yang merupakan 2. Rendah, bila <75%
kegiatan dalam usaha jawabanbenar
memeilhara,
membimbing,
membina dan
35

meindungia anak
dalam memberi
makanan anaknya
untuk kelangsungan
hidup, berkembang dan
mencapai pertumbuhan
yang serasi, selaras,
dan seimbang baik
fisik maupunmental.
(shchib, 2010) Pola
Asuhaniniterbagi :
a.Pola AsuhMakan
Adalah cara makan
seseorangatau
sekelompok orang
dalammemilih
makanan dan
memakanannya
sebagai
tanggapan terhadap
36

pengaruh fisiologi,
psikologi, budaya, dan
sosial ( Waryana,
2010 ). Untuk kebutuhan
pangan atau gizi balita,
ibu menyiapkan diri
sejak prenatal dalam
mengatur dietnya
selama kehamilan,
masa neonatal berupa
pemberian ASI,
menyiapkan makanan
tambahan berupa
maknan padat yang
lebih bervariasi
bahannya atau makanan
yang diperkaya, dan
dukungana emosional
untuk anak ( Kartini,
2006)
37

b. Pola asuh hygiene


dan sanitasi
Cara seseorang
atausekelompok Wawancara Kuisioner Baik jika : ya
orangdalammengambil Kurang jika :
tindakanatau tidak

upayauntuk
meningkatkankebersiha
n

dankesehatan melalui
pemeliharaandini Kuisioner
setiapindividu Wawancara
c.Pola asuh kesehatan Imunisasi:
ada atau tidaknya bayi - Baik jika lengkap
dan balita datang ke melakukan imunisasi
posyandu. sesuaiumur
- Imunisasi - Tidak baik jika imunisasi
38

tidak lengkap sesuai umur


39

Pelayanan Upaya yang dalam Wawancara Kuesioner Posyandu: Ordinal


Kesehatan suatu organisasi untuk  Baik jika ≥ 4 kali selama
Balita memelihara dan 6bulan
meningkatkan  Kurang jika < 4 kali selama
kesehatanmencegah 6bulan
dan menyembuhkan
penyakit perorangan,
keluarga, kelompok
dan ataupun
masyarakat
(Notoatmodjo,2008).
 Penimbangan/
posyandu
40

 PMT Wawancara Kuesioner  Baik :Jika diberikan PMT Ordinal


pada balita
 Tidak baik : Jika tidak
diberikan PMT padabalita

 Penyuluhanataukon Wawancara Kuesioner  Baik :jikadiberikan PTM


sultasigizi pada balita
 Tidakbaik :jikatidakdiberika
PTM pada balita

 Pemberian vitamin Wawancara Kuesioner  Baik :jikadiberikasesuaiumur


A dan jadwalpemberian vit A
setiapbulanFebruari dan
Agustus
 Tidakbaik :jikatidakdiberikans
esuaiumur dan
jadwalpemberian vit A
setiapbulanFebruari dan
Agustus
Ketersediaan  Ketersediaan Wawancara Kuesioner Dikelompokkan dalam 3 Ordinal
41

Pangan Rumah pangan adalah kategori : Besar sama 60%


Tangga tersedianya (18 poin) : baik 59-50% (15
pangan di poin) : cukup
tingkat Rumah Kecil dari 50% (dibawah 15 poin)
tangga untuk : buruk
beberapa hari
dalam segi
jumlah dan
mutu yang
memadai serta
merata,aman
dan terjangkau
(Badan
UrusanLogistic,
2001)
Tingkat  Tingkat Wawancara Kuesioner Dikelompokkan dalam 6 kategori : Ordinal
Pendidikan pendidikan 1. Tidaksekolah
Ibu adalah tahapan 2. Tidak tamatSD
pendidikan 3. SD
berkelanjutan,
4. SMP
42

yang sudah 5. SMA


ditetapkan oleh 6. PendidikanTinggi
lembaga terkait
berdasarkan
tingkat
perkembangan
peserta didik,
tingkat
kesulitan bahan
pengajar, dan
carapenyajian
bahan pelajaran.
 Tingkat Wawancara Kuesioner Dikelompokkan dalam 6 kategori : Ordinal
Tingkat pendidikan 7. Tidaksekolah
Pendidikan adalah tahapan 8. Tidak tamatSD
Ibu hamil pendidikan 9. SD
berkelanjutan,
10. SMP
yang sudah
11. SMA
ditetapkan oleh
12. PendidikanTinggi
lembaga terkait
43

Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur Ukur

berdasarkan
tingkat
perkembangan
peserta didik,
tingkat
kesulitan bahan
pengajar, dan
carapenyajian
bahan pelajaran.
Tingkat  Pendapatan Wawancara Kuesioner Dinyatakan dalam satuan rupiah : Interval
Pendapatan keluarga adalah 1. Golongan Atas : Rp
Keluarga Rata-rata 2.600.000–
jumlah 3.500.000 / bulan
penghasilan 2. Golongan Menengah :
keluarga dalam Rp
1 bulan (Badan
1.500.000 - Rp 2.500.000 /
PusatStatistik,2
bulan Golongan Bawah :  Rp
012)
44

Skala
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur Ukur

1.500.000
45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Design penelitian

PKL PPG (Program Perencanaan Gizi) ini bersifat analitik dengan


menggunakan desain cross sectional study yaitu jenis penelitian yang mengamati
data-data populasi atau sampel satu kali saja pada saat yang sama dengan
mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada keluarga
yang memiliki balita (0-59 bulan), remaja wanita dan ibu hamil di Kecamatan
Bukik sundi, Kabupaten Solok tahun 2022.

B. Lokasi dan waktu

PKL PPG (Program PerencanaanGizi) iniakandilaksanakan di


Kecamatan Bukik sundi Kabupaten Solok tahun 2022,di Kecamatan ini terdapat
wilayah kerja Puskesmas yakni Wilayah Kerja Puskesmas.Waktu pelaksanaan
PKL PPG (Program Perencanaan Gizi) ini dilakukan pada tanggal 20 Februari
2022.
Tahap-tahap Penyusunan PKL PPG (Program Perencanaan Gizi) ini yaitu,
pada minggu I pembekalan, minggu II-III pembuatan proposal, minggu IV-V
pembuatan kuisoner, minggu VI uji coba di lapangan dan pembuatan template,
minggu VII memvalidasikuisionerterkait uji coba yang dilakukan, minggu IX
pengumpulan data di lapangan, minggu X- XII pengolahan data, mingguXIII-
XVI persentasi hasil PKL PPG (Program Perencanaan Gizi).

C. Populasi dan sampel

1) Populasi
Populasi pada pengumpulan data dasar ini adalah seluruh keluarga yang
memilikibalita (0-59 bulan), dan remaja wanita serta semua ibu hamil di
Kecamatan Bukik sundi, Kabupaten Solok tahun 2022.
46

2) Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel pada penelitian ini adalah
balita (0-59bulan), ibu hamil, dan remaja putri.
Rumus pengambilan sampel yang digunakan adalah :
2
z x P(1−P)
n= 2
d

Keterangan :
n= jumlahsampel
d= presisi / derajatakurasi yang diinginkan (15%)
Z1-α/2 = nilaikurva normal pada CI (Confidence interval ) 95% = 1,96
P= Prevalensibalitakecamatan
Dari hasil perhitungan besar sampel adalah X. Jadi besar sampel minimal
adalah X orang. Bagi jorong yang mencukupi jumlah sampel, setiap
mahasiswa diharuskan mendapatkan sampel X KK balita.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling.

Sampel dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi yang


memenuhikriteria sampel yang ditetapkan oleh peneliti. Sampel adalah
KK yang mempunyai anak balita, di dalam KK yang mempunyai anak
SD, remaja (SMP dan SMA). Sedangkan ibu hamil diambil secara
keseluruhan.

Kriteria inklusi yaitu :

a. Bersediamenjadiresponden.
b. Berada di tempatsaatpenelitianberlangsung.
c. Tinggal di Kecamatan X selamalebihdari 6 bulan.
d. Balita umur 0 – 59 bulan.
Kriteriaeksklusiyaitu :
a. Balita (umur 6-59 bulan) yang ibunyatelahmeninggaldunia.
b. Keluargabalita yang hanyasinggah dan tidakinginmenetapdisana.

D. Teknik Pengumpulan Data

1) Data Primer
47

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari


responden. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti mahasiswi tingkat
III S1 Terapan Jurusan Gizi sebanyak 76 orang yang terbagi dalam 14
jorong . Adapun pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut
:
Tabel 1
Teknik pengumpulan data primer
No. Variabel Cara Pengumpulan
Pengukuran antropometri dengan
menggunakan alat microtoise, AUPB, dacin,
1. Data status gizi
timbangan digital berat badan, form tanggal
lahir
2. Data asupan Wawancara dengan Recall 24 jam
Data penyakit
3. Wawancara dengan menggunakan kuesioner
infeksi
4. Data pola asuh anak Wawancara dengan menggunakan kuesioner
Wawancara dengan menggunakan format SQ-
5. Data pola konsumsi
FFQ
Data pelayanan
6. Wawancara dengan menggunakan kuesioner
kesehatan
Data Ketersediaan
7. pangan rumah Wawancara dengan menggunakan kuesioner
tangga
Data tingkat
8. Wawancara dengan menggunakan kuesioner
pendidikan ibu
Data tingkat
9. pendapatan Wawancara dengan menggunakan kuesioner
keluarga

Dalam mengumpulkan data antropometri kita menggunakan


timbangan digital untuk mengukur berat badan sedangkan untuk
mengukur tinggi badan kita menggunakan mikrotoa dan aupb.
48

Saat melakukan pengukuran berat badan dipastikan terlebih


dahulu timbangan digital yang dipakai sudah di kalibrasi dan
penimbangan dilakukan dengan benar. Sebelum responden ditimbang
dilihat terlebih dahulu apakah terdapat aksesoris yang memberatkan
seperti dompet, jam tangan dsb diletakkan terlebih dahulu serta alas
kaki dilepaskan, angka pada timbangan digital sudah menunjukan
angka nol, barulah responden ditimbang dan di dapatkan pengukuran
berat badan. Sedangkan untuk melakukan pengukuran tinggi badan
anak dibawah 2 tahun menggunakan alat aupb, dipastikan sebelum
menggunakan alat, alat tidak macet agar bisa digunakan dengan baik.
Anak yang akan di ukur tinggi badannya dipastikan tidak memakai
aksesoris kepala dan alas kaki. Aupebe diletakkan di tempat yang datar
lalu anak di letakkan, dipastikan kepala anak menyentuh ujung aupebe,
kaki dalam keadaan lurus dan ujung telapak kaki menyentuh ujung
bawah aupebe. Untuk pengukuran tinggi badan anak diatas 2 tahun dan
orang dewasa dapat menggunakan mikrotoa. Sebelum menggunakan
alat dipastikan alat tersebut sudah dikalibrasi. Mikrotoa tidak macet
dan skala nya berada di angka nol. Mikrotoa di pasang pada dinding
yang datar serta lantai nya juga datar. Responden yang akan di ukur
melepas alas kaki dan sanggul, responden berdiri lurus. Saat
pengukuran kepala bagian belakang, bahu, panggul dan tumit
menyentuh pada dinding. Ujung mikrotoa membentuk sudut 90 derajat
pada saat menyentuh kepala.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap dari data primer yang ada
relevansinya dengan penelitian. Data sekunder mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan status gizi keluarga di Kabupaten Solok. Data
yang di dapat meliputi jumlah balita pada tahun 2022, status gizi, serta
kenaikan prevalensi status gizi setiap tahun di Kabupaten Solok Tahun
2022. Data gambaran umum lokasi yang dijadikan tempat penelitian dan
data mengenai jumlah balita diperoleh dari data puskesmas dan dinas
kesehatan kabupaten.

E. Teknik Pengolahan Data


49

Pengolahan data hasilpenelitiandilakukansecara manual dan


computerisasidenganmenggunakan program yang sesuai. Pengolahan data
dapatdilakukansetelahterkumpulnya data primer yang
dilakukandengancarasebagaiberikut:

1) Editing (Pemeriksaan Data)

Setelah kuesionerdiisi, makasetiapjawaban pada


kuesionerdiperiksakelengkapanisijawabandarisetiappertanyaannya. Hal
inibertujuanuntukmelengkapi data yang kurangsebelumpengolahan data.

2) Coding (Pemberian Kode)

Setelah editing selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah pemberian


kode dan skor pada item-item jawaban dilembaran kuesioner dan kemudian
dimasukkan kedalam master tabel.

3) Entry

Setelah dilakukan pengskoran sesuai pertanyaan kuesioner maka data


diolah dengan program komputer SQ-FFQ dan SPSS, dan dicari distribusi
frekuensi 

4) Cleaning (Pembersihan data)


Setelah itu, data yang sudah dimasukkan diteliti kembali untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan yang bisa saja terjadi saat
memasukkan data ke komputer dengan mempertimbangkan kesesuaian
jawaban dengan maksud kuesioner.

F. Analisis Data

Untuk menganalisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu analisis


univairat dan analisis bivariat
1) Analisis Univariat
Bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing
variabel penelitian. Data tersebut meliputi karakteristik status gizi yang diteliti
50

diantaranya pola konsumsi, penyakit infeksi, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan


ketersediaan pangan dan tingkat pengetahuan ibu, tingkat ekonomi keluarga
melalui hasil pengukuran antropometri, pengisian kuesioner dan format SQ-FFQ
makanan balita. remaja putri dan ibu hamil. Data-data tersebut akan dijelaskan
dengan menggunakan tabel dan di interpretasikan berdasarkan hasil yang
diperoleh. 
2) Analisis Bivariat
Dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan, yaitu variable
independen dan variable dependen dengan menggunakan uji chi square.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi


1. Geografis
Koto Kaciak Nagari Muaro Paneh merupakan salah satu wilayah yang
termasuk dalam jorong Koto Kaciak di Kecamatan Bukit Sundi, Solok, Provinsi
Sumatera Barat, Indonesia.
2. Demografi
Pada umumnya penduduk Koto Kaciak merupakan penduduk asli Minang.
Pekerjaan penduduk Koto Kaciak pada umumnya petani, buruh dan wiraswasta.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di kampong benteng adalah sebagai
berikut :
1. Sarana Jalan
2. Sarana Kesehatan
a. Posyandu
b. Praktik bidan desa
3. Sarana pendidikan
a. SMA
4. Sarana Peribadatan
a. Musholla
4. Identitas Sampel
Jumlah sampel balita di Pasar Usang ditambah Napa sebanyak 60 orang
balita, 2 orang ibu hamil dan 10 orang remaja putri.
B. Hasil Analisis Univariat
a. Kategori status gizi Balita
Dari pengumpulan data mengenai status gizi dilakukan dengan
pengumpulan data BB dan TB sehingga kategori status gizi dikelompokkan
berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB,IMT/U. Di bawah ini merupakan
distribusi frekuensi balita berdasarkan status gizi (BB/U, TB/U, BB/TB, IMT/U)
1. Indeks BB/U

Tabel 4.1.1

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


STATUS GIZI BERDASARKAN BB/U DI NAGARI MUARO PANEH,
BUKIT SUNDI TAHUN 2022

Status Gizi BB/U


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BB sangat kurang 5 8,3 8,3 8,3
BB kurang 9 15,0 15,0 23,3
BB normal 38 63,3 63,3 86,7
Risiko BB Lebih 8 13,3 13,3 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.1 diperoleh sebanyak 5 orang (8,3%) dengan kategori BB


sangat kurang, diperoleh sebanyak 9 orang (15,0%) dengan kategori BB kurang,
diperoleh sebanyak 38 orang (63,3%) dengan kategori Normal, dan sebanyak 8 orang
(13,3%) dengan kategori resiko BB lebih, di Koto Kaciak Muaro Paneh.

2. Indeks TB/U
Tabel 4.1.2

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


STATUS GIZI BERDASARKAN TB/U DI NAGARI MUARO PANEH,
BUKIT SUNDI TAHUN 2022

Status Gizi TB/U


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat pendek 4 6,7 6,7 6,7
Pendek 7 11,7 11,7 18,3
Normal 47 78,3 78,3 96,7
Tinggi 2 3,3 3,3 100,0
Total 60 100,0 100,0

52
Berdasarkan Tabel 4.1.2 diperoleh sebanyak 4 orang (6,7%) dengan kategori Sangat
pendek, diperoleh sebanyak 7 orang (11,7%) dengan kategori pendek, diperoleh
sebanyak 47 orang (78,3%) dengan kategori Normal, dan sebanyak 2 orang (3,3%)
dengan kategori tinggi, di Koto Kaciak Muaro Paneh.

3. Indeks BB/TB
Tabel 4.1.3

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


STATUS GIZI BERDASARKAN TB/BB DI NAGARI MUARO PANEH,
BUKIT SUNDI TAHUN 2022

Status Gizi BB/TB


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gizi buruk 4 6,7 6,7 6,7
Gizi kurang 7 11,7 11,7 18,3
Gizi baik 41 68,3 68,3 86,7
Beresiko gizi lebih 4 6,7 6,7 93,3
Gizi lebih 2 3,3 3,3 96,7
Obesitas 2 3,3 3,3 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.3 diperoleh sebanyak 4 orang (6,7%) dengan kategori Gizi
buruk, diperoleh sebanyak 7 orang (11,7%) dengan kategori gizi kurang, diperoleh
sebanyak 41 orang (68,3%) dengan kategori gizi baik, diperoleh sebanyak 4 orang (6,7%)
dengan kategori beresiko gizi lebih, diperoleh sebanyak 2 orang (3,3%) dengan kategori
gizi lebih dan sebanyak 2 orang (3,3%) dengan kategori obesitas di Koto Kaciak Muaro
Paneh.
4. Indeks IMT/U
Tabel 4.1.4

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


STATUS GIZI BERDASARKAN IMT/U DI NAGARI MUARO PANEH,
BUKIT SUNDI TAHUN 2022

Status Gizi IMT/U


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gizi buruk 2 3,3 3,3 3,3
Gizi kurang 8 13,3 13,3 16,7

53
Gizi baik 38 63,3 63,3 80,0
Beresiko gizi lebih 7 11,7 11,7 91,7
Gizi lebih 3 5,0 5,0 96,7
Obesitas 2 3,3 3,3 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.4 diperoleh sebanyak 2 orang (3,3%) dengan kategori Gizi
buruk, diperoleh sebanyak 8 orang (13,3%) dengan kategori gizi kurang, diperoleh
sebanyak 38 orang (63,3%) dengan kategori gizi baik, diperoleh sebanyak 7 orang
(11,7%) dengan kategori beresiko gizi lebih, diperoleh sebanyak 3 orang (5,0%) dengan
kategori gizi lebih dan sebanyak 2 orang (3,3%) dengan kategori obesitas di Koto Kaciak
Muaro Paneh.

b. Kategori Penyakit Infeksi pada Balita


Distribusi frekuensi balita berdasarkan penyakit infeksi dibagi menjadi kategori balita
yang terkena infeksi dan tidak terkena penyakit infeksi dalam 1 bulan terakhir. Berikut ini
dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1.5

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


PENYAKIT INFEKSI DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI
TAHUN 2022

Penyakit Infeksi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 59 98,3 98,3 98,3
Tidak 1 1,7 1,7 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.5 diperoleh sebanyak 59 orang (98,3%) dengan kategori


penyakit infeksi dari total 60 orang balita di Koto Kaciak Muaro Paneh.

c. Kategori Asupan Gizi Balita


Tabel 4.1.6

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN ENERGI DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN
2022

54
KPE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 33 55,0 60,0 60,0
Cukup 22 36,7 40,0 100,0
Total 55 91,7 100,0
Missing System 5 8,3
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.6 diperoleh sebanyak 33 orang (55%) dengan katogori


kurang, sebanyak 22 orang (36,7) dengan kategori cukup, dan terdapat missing sebanyak
5 orang (8,3%) disebabkan karena terdapat 5 orang yang masih bayi di Koto Kaciak
Muaro Paneh.
Tabel 4.1.7

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN PROTEIN DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI
TAHUN 2022

KPP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 9 15,0 16,7 16,7
Cukup 45 75,0 83,3 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.7 diperoleh sebanyak 9 orang (15%) dengan kategori kurang,
sebanyak 45 orang (75%) dengan kategori cukup, dan terdapat missing sebanyak 6 orang
(10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang masih bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.
Tabel 4.1.8

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN LEMAK DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN
2022

KPL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 27 45,0 50,0 50,0
Cukup 27 45,0 50,0 100,0
Total 54 90,0 100,0

55
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.8 diperoleh sebanyak 27 orang (45%) dengan kategori asupan
kurang, dan sebanyak 27 orang (45%) dengan kategori asupan cukup dan terdapat
missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang masih bayi di
Koto Kaciak Muaro Paneh.
Tabel 4.1.9

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN KARBOHIDRAT DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI
TAHUN 2022

KPKH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 33 55,0 61,1 61,1
Cukup 21 35,0 38,9 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.9 diperoleh sebanyak 33 orang (55%) dengan kategori asupan
kurang, dan sebanyak 21 orang (35%) dengan kategori asupan cukup dan terdapat
missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang masih bayi di
Koto Kaciak Muaro Paneh.

Tabel 4.1.10

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN VITAMIN A DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI
TAHUN 2022

KPVA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 14 23,3 25,9 25,9
Cukup 40 66,7 74,1 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

56
Berdasarkan Tabel 4.1.10 diperoleh sebanyak 14 orang (23,3%) dengan kategori
asupan kurang, dan sebanyak 40 orang (60%) dengan kategori asupan cukup dan terdapat
missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang masih bayi di
Koto Kaciak Muaro Paneh.

Tabel 4.1.11

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN VITAMIN C DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI
TAHUN 2022

KPVC
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 34 56,7 63,0 63,0
Cukup 20 33,3 37,0 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.11 diperoleh sebanyak 34 orang (56,7%) dengan kategori


asupan kurang, dan sebanyak 20 orang (33,3%) dengan kategori asupan cukup dan
terdapat missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang masih
bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.

Tabel 4.1.12

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN ZINC DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN
2022

KPZINC
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 26 43,3 48,1 48,1
Cukup 28 46,7 51,9 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.12 diperoleh sebanyak 26 orang (43,3%) dengan kategori

57
asupan kurang, dan sebanyak 28 orang (46,7%) dengan kategori asupan cukup dan
terdapat missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang masih
bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.
Tabel 4.1.13

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI


ASUPAN IRON Fe DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN
2022

KPFE
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 30 50,0 55,6 55,6
Cukup 24 40,0 44,4 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.13 diperoleh sebanyak 30 orang (50%) dengan kategori


asupan kurang, dan sebanyak 24 orang (40%) dengan kategori asupan cukup dan terdapat
missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang masih bayi di
Koto Kaciak Muaro Paneh.

d. Kategori Pola Konsumsi Anak

Tabel 4.1.14 - 4.1.18

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KATEGORI POLA


KONSUMSI DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN 2022

pola konsumsi kh harian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 34 56,7 63,0 63,0
Kurang 20 33,3 37,0 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.14 diperoleh sebanyak 34 orang (56,7%) dengan kategori pola
konsumsi cukup, dan sebanyak 20 orang (33,3%) dengan kategori pola konsumsi kurang
dan terdapat missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang
masih bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.

58
pola konsumsi protein hewani harian
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 19 31,7 35,2 35,2
Kurang 35 58,3 64,8 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.15 diperoleh sebanyak 19 orang (31,7%) dengan kategori pola
konsumsi cukup, dan sebanyak 35 orang (58,3%) dengan kategori pola konsumsi kurang
dan terdapat missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang
masih bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.

pola konsumsi protein nabati harian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 40 66,7 74,1 74,1
Kurang 14 23,3 25,9 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.16 diperoleh sebanyak 40 orang (66,7%) dengan kategori pola
konsumsi cukup, dan sebanyak 14 orang (23,3%) dengan kategori pola konsumsi kurang
dan terdapat missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang
masih bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.

pola konsumsi sayur harian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 53 88,3 98,1 98,1
Kurang 1 1,7 1,9 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.17 diperoleh sebanyak 53 orang (88,3%) dengan kategori pola
59
konsumsi cukup, dan sebanyak 1 orang (1,7%) dengan kategori pola konsumsi kurang
dan terdapat missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang
masih bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.

pola konsumsi buah harian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 28 46,7 51,9 51,9
Kurang 26 43,3 48,1 100,0
Total 54 90,0 100,0
Missing System 6 10,0
Total 60 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.18 diperoleh sebanyak 28 orang (46,7%) dengan kategori pola
konsumsi cukup, dan sebanyak 26 orang (43,3%) dengan kategori pola konsumsi kurang
dan terdapat missing sebanyak 6 orang (10%) disebabkan karena terdapat 6 orang yang
masih bayi di Koto Kaciak Muaro Paneh.

e. Kategori Pola Asuh


Tabel 4.1.19

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN POLA ASUH IBU DI


NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN 2022

kategori Pola Asuh Balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 24 40,0 40,0 40,0
Rendah 36 60,0 60,0 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.19 diperoleh 24 orang (40,0%) dengan kategori pola asuh
ibu baik, sebanyak 36 orang (60%) dengan kategori pola asuh ibu rendah di Koto Kaciak
Muaro Paneh

f. Kategori Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.1.20

60
DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN PELAYANAN
KESEHATAN DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN 2022

kategori Pelayanan Kesehatan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 16 26,7 26,7 26,7
Baik 44 73,3 73,3 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.20 diperoleh 16 orang (26,7%) dengan kategori pelayanan


kesehatan yang kurang, sebanyak 44 orang (73,3%) dengan kategori pelayanan kesehatan
yang baik di Koto Kaciak Muaro Paneh

g. Ketersediaan Pangan RT
Tabel 4.1.21

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KETERSEDIAAN


PANGAN RT DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN
2022

kategori Ketersediaan Pangan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 36 60,0 60,0 60,0
Cukup 9 15,0 15,0 75,0
Kurang 15 25,0 25,0 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.21 diperoleh 36 orang (60%) dengan kategori ketersediaan


pangan RT baik, sebanyak 9 orang (15%) dengan kategori ketersediaan pangan RT cukup,
sebanyak 15 orang (25%) dengan kategori ketersediaan pangan RT kurang di Koto Kaciak
Muaro Paneh

h. Tingkat Pendidikan Ibu


Tabel 4.1.22

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KETERSEDIAAN


PANGAN RT DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN
2022

Status Pendidikan :
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

61
Valid TAMAT SMA/MAN 51 85,0 85,0 85,0
TAMAT DI,DII,DIII 5 8,3 8,3 93,3
TAMAT DIV/PT 4 6,7 6,7 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.22 diperoleh 51 orang (85%) dengan kategori tamat


SMA/MAN, sebanyak 5 orang (8,3%) dengan kategori tamat DI,DII,DIII, sebanyak 4
orang (6,7%) dengan kategori tamat DIV/PT di Koto Kaciak Muaro Paneh

i. Tingkat Pendapatan
Tabel 4.1.23

DISTRIBUSI FREKUENSI BALITA BERDASARKAN KETERSEDIAAN


PANGAN RT DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN
2022

Pendapatan Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Golongan Atas 11 18,3 18,3 18,3
Golongan Menengah 42 70,0 70,0 88,3
Golongan Bawah 7 11,7 11,7 100,0
Total 60 100,0 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1.23 diperoleh 11 orang (18,3%) dengan kategori golongan


atas, sebanyak 42 orang (70%) dengan kategori golongan menengah, sebanyak 7 orang
(11,7%) dengan kategori golongan bawah di Koto Kaciak Muaro Paneh.

C. Hasil Analisis Bivariate

Tabel4.1.16

HUBUNGAN ASUPAN ENERGIBALITA DENGAN STATUS


GIZIDINAGARIMUARO PANEH,BUKIT SUNDITAHUN2022

Correlations
Status Gizi
IMT/U KPE
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,160
Sig. (2-tailed) ,243
N 60 55
KPE Pearson Correlation ,160 1

62
Sig. (2-tailed) ,243
N 55 55

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui


hubungan status gizi balita dengan asupan energi sebesar 0,243 > 0,05 maka tidak
terdapat korelasi yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubngan
anatara asupan energi balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.17

HUBUNGAN ASUPAN PROTEINBALITA DENGAN STATUS


GIZIDINAGARIMUARO PANEH,BUKIT SUNDITAHUN2022

Correlations
Status Gizi
IMT/U KPP
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,059
Sig. (2-tailed) ,672
N 60 54
KPP Pearson Correlation ,059 1
Sig. (2-tailed) ,672
N 54 54

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui


hubungan status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,672 > 0,05 maka tidak
terdapat korelasi yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan
antara asupan protein balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.18

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK BALITA DENGAN STATUS


GIZIDINAGARIMUARO PANEH,BUKIT SUNDITAHUN2022

Correlations
Status Gizi
IMT/U KPL
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 -,019
Sig. (2-tailed) ,892
N 60 54

63
KPL Pearson Correlation -,019 1
Sig. (2-tailed) ,892
N 54 54

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui


hubungan status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,892 > 0,05 maka tidak
terdapat korelasi yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara
asupan lemak balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.19

HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRATBALITA DENGAN STATUS


GIZIDINAGARIMUARO PANEH,BUKIT SUNDITAHUN2022

Correlations
Status Gizi
IMT/U KPKH
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,127
Sig. (2-tailed) ,361
N 60 54
KPKH Pearson Correlation ,127 1
Sig. (2-tailed) ,361
N 54 54

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui


hubungan status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,361 > 0,05 maka tidak
terdapat korelasi yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan
antara asupan karbohidrat balita terhadap status gizi balita

Tabel4.1.20
HUBUNGAN POLA KOMSUMSI KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI
BALITA DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
Status Gizi pola konsumsi
IMT/U kh harian
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,172
Sig. (2-tailed) ,213
N 60 54
pola konsumsi kh harian Pearson Correlation ,172 1
Sig. (2-tailed) ,213
N 54 54

64
Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,213 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pola konsumsi
karbohidrat harian balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.21
HUBUNGAN POLA KOMSUMSI PROTEIN HEWANI DENGAN STATUS GIZI
BALITA DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
pola konsumsi
Status Gizi protein hewani
IMT/U harian
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 -,021
Sig. (2-tailed) ,879
N 60 54
pola konsumsi protein Pearson Correlation -,021 1
hewani harian Sig. (2-tailed) ,879
N 54 54
Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,879 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pola konsumsi protein
hewani harian balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.22
HUBUNGAN POLA KOMSUMSI PROTEIN NABATI DENGAN STATUS GIZI
BALITA DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
pola konsumsi
Status Gizi protein nabati
IMT/U harian
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 -,293*
Sig. (2-tailed) ,031
N 60 54
pola konsumsi protein nabati Pearson Correlation -,293 *
1
harian Sig. (2-tailed) ,031
N 54 54

65
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,031 < 0,05 maka terdapat korelasi yang
signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pola konsumsi protein nabati
harian balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.23
HUBUNGAN POLA KOMSUMSI SAYUR DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
Status Gizi pola konsumsi
IMT/U sayur harian
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 -,018
Sig. (2-tailed) ,896
N 60 54
pola konsumsi sayur harian Pearson Correlation -,018 1
Sig. (2-tailed) ,896
N 54 54
Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,896 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pola konsumsi sayuran
harian balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.24
HUBUNGAN POLA KOMSUMSI BUAH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
Status Gizi pola konsumsi
IMT/U buah harian
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 -,014
Sig. (2-tailed) ,920
N 60 54
pola konsumsi buah harian Pearson Correlation -,014 1
Sig. (2-tailed) ,920
N 54 54

66
Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,920 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pola konsumsi buah
harian balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.25
HUBUNGAN PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
Status Gizi Kategori
IMT/U Penyakit Infeksi
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,024
Sig. (2-tailed) ,859
N 60 59
Kategori Penyakit Infeksi Pearson Correlation ,024 1
Sig. (2-tailed) ,859
N 59 59
Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,859 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara kategori penyakit
infeksi balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.26
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI NAGARI
MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
Status Gizi kategori Pola
IMT/U Asuh Balita
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,394**
Sig. (2-tailed) ,002
N 60 60
kategori Pola Asuh Balita Pearson Correlation ,394 **
1
Sig. (2-tailed) ,002
N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

67
Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,02 < 0,05 maka terdapat korelasi yang
signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pola asuh balita terhadap
status gizi balita

Tabel4.1.27
HUBUNGAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
kategori
Status Gizi Pelayanan
IMT/U Kesehatan
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,012
Sig. (2-tailed) ,928
N 60 56
kategori Pelayanan Pearson Correlation ,012 1
Kesehatan Sig. (2-tailed) ,928
N 56 56

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,928 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pelayanan kesehatan
balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.28
HUBUNGAN KETERSEDIAAN PANGAN RT DENGAN STATUS GIZI BALITA
DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
kategori
Status Gizi Ketersediaan
IMT/U Pangan
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,050
Sig. (2-tailed) ,707
N 60 59
kategori Ketersediaan Pearson Correlation ,050 1
Pangan Sig. (2-tailed) ,707

68
N 59 59

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,707 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara ketersediaan pangan
balita terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.29
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA
DI NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
Status Gizi Status
IMT/U Pendidikan Ibu :
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 -,049
Sig. (2-tailed) ,709
N 60 60
Status Pendidikan Ibu Pearson Correlation -,049 1
: Sig. (2-tailed) ,709
N 60 60

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 0,709 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara pendidikan ibu
terhadap status gizi balita.

Tabel4.1.30
HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
NAGARI MUARO PANEH, BUKIT SUNDI TAHUN2022

Correlations
kategori tingkat
Status Gizi ekonomi
IMT/U keluarga
Status Gizi IMT/U Pearson Correlation 1 ,000
Sig. (2-tailed) 1,000
N 60 60
kategori tingkat ekonomi Pearson Correlation ,000 1

69
keluarga Sig. (2-tailed) 1,000
N 60 60

Berdasarkan nilai signifikan Sig 2-tailed tabel diatas dapat diketahui hubungan
status gizi balita dengan asupan protein sebesar 1 > 0,05 maka tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Korelasi tersebut sejalan dengan hubungan antara tingkat ekonomi
keluarga terhadap status gizi balita.

70
BAB V

RENCANA INTERVENSI

A. Identifikasi Masalah
Masalah ialah adanya suatu kesenjangan antara kenyataan dan harapan yang
didapat dengan harapan yang diinginkan. Sebelum dilakukan analisa masalah yang
terjadi di Jorong Koto Kaciak terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah.
Hasil kajian pada penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa masalah gizi
dan kesehatan masyarakat di Jorong Koto Kaciak masih perlu mendapatkan perhatian.
1. Balita
Tabel 5.1

Prioritas Masalah

Prevalensi Potensi Ketersediaan Ketersediaan Total


Kejadian Beresiko Sarana SDM dan
NO MASALAH Terhadap Prasarana Dana

Prevalensi Skor Skor Skor skor skor


%

1 Kategori BB 15% 8 10 8 9 35
Kurang

2 Kategori TB 11,7% 7 9 8 9 33
Pendek

3 Kategori Gizi 13,3% 7 10 8 9 34


Kurang

4 Kategori 98,3% 10 9 9 8 36
Penyakit Infeksi

5 Kategori Asupan 55% 9 7 7 6 29


Energi (kurang)

6 Kategori Asupan 15% 8 8 7 8 31


Protein (kurang)

7 Kategori Asupan 15% 8 7 7 6 28


Lemak (kurang)

8 Kategori Asupan 55% 9 8 7 8 32


Karbohidrat

71
(kurang)

9 Kategori Asupan 23,3% 8 9 9 9 35


Vitamin A
(kurang)

10 Kategori Asupan 56,7% 9 8 7 8 32


Vitamin C
(kurang)

11 Kategori Asupan 43,4% 8 7 7 6 28


Zink (kurang)

12 Kategori Asupan 50% 9 10 8 9 36


Fe (kurang)

13 Kategori 33,3% 8 7 6 8 29
Ketersediaan
Karbohidrat
(kurang)

14 Kategori 58,3% 8 8 8 7 31
Ketersediaan
Protein Hewani
(kurang)

15 Kategori 23,3% 7 7 6 8 28
Ketersediaan
Protein Nabati
(kurang)

16 Kategori 1,7% 5 7 6 7 25
Ketersediaan
Sayur (kurang)

17 Kategori 43,4% 8 8 7 7 30
Ketersediaan
Buah (kurang)

18 Kategori Pola 60% 10 8 9 9 36


Asuh (rendah)

19 Kategori 26,7% 7 7 6 7 27
Pelayanan
Kesehatan
(kurang)

20 Kategori 25% 7 7 7 6 27

72
Ketersediaan
Pangan RT
(kurang)

21 Kategori Tingkat 85% 9 8 6 7 30


Pendidikan Ibu
(Tamat
SMA.MAN)

22 Kategori 11,7% 7 7 7 6 27
Pendapatan
(kebawah)

Berdasarkan pembobokan dapat diketahui bahwa persentase variabel yang paling


dominan bermasalah adalah :

No Prioritas Indikator Total skor

1 I Pola Asuh Kurang 36

2 I Asupan Fe (kurang) 36

3 II Penyakit Infeksi 35

4 II BB Kurang 35

5 II Asupan Vitamin A (kurang) 35

6 III Gizi buruk 34

7 III TB sangat pendek 33

73
2. Urutan Prioritas Masalah
Tabel 5.2
Urutan Prioritas Masalah

No Masalah Penyebab Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah

Balita

1 Kategori BB kurang - Asupan zat gizi kurang a. Penyuluhan tentang permasalahan gizi pada balita
- Ketersediaan pangan b. Penyuluhan tentang hygine dan sanitasi makanan
rendah c. Penyuluhan tentang pola makan gizi seimbang balita
- Penyakit infeksi d. Penyuluhan tentang pola asuh ibu balita kemudian diberikan
- Pengetahuan ibu pretest dan post test
kurang e. Melaksanakan pameran gizi tentang gizi seimbang untuk balita dan
- Pola asuh kurang bahan makanan sumber zat gizi
- Tingkat ekonomi f. Demo memasak yang baik untuk balita
rendah
2 Kategori TB sangat pendek - Asupan zat gizi kurang a. Pemberian konseling gizi tentang asupan, pola makan dan
- Ketersediaan pangan kebiasaan makan yang baik kepada balita
rendah b. Penyuluhan tentang pola asuh balita
- Penyakit infeksi c. Penyuluhan tentang ketersediaan pangan yang baik dan cara
- Pengetahuan ibu pemanfaatan perkarangan rumah guna memenuhi kebutuhan zat gizi
kurang d. Penyuluhan tentang hygine dan sanitasi makanan minuman serta
- Pola asuh kurang PHBS
- Tingkat ekonomi e. Memberikan alternative pada masyarakat dengan sumber pangan
rendah sekitar yang ada untuk meningkatkan status ekonomi masyarakat
f. Demo memasak yang baik untuk balita
3 Kategori Gizi kurang - Asupan zat gizi kurang a. Pemberian konseling gizi tentang asupan,pola makan dan kebiasaan
- Ketersediaan pangan makan yang baik kepada balita
rendah b. Penyuluhan tentang pola asuh balita
c. Penyuluhan tentang ketersediaan pangan yang baik dan cara

74
- Penyakit infeksi pemanfaatan perkarangan rumah guna memenuhi kebutuhan zat gizi
- Pengetahuan ibu d. Memberikan alternative pada masyarakat dengan sumber pangan
kurang sekitar yang ada untuk menngkatkan status ekonomi masyarakat
- Pola asuh kurang e. Demo memasak yang baik untuk balita
Tingkat ekonomi rendah

75
POA Program Intervensi Gizi
Adapun planning of action (POA) yang dapat dilakukan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5

POA Program Intervensi Gizi

No Penanggung
Kegiatan Tujuan Sasaran Hari/Tanggal Waktu Tempat Biaya
. Jawab
1. Musyawarah Tujuan Umum : Masyarakat Agustus 2022 180 Menit Musholla/ Rp 100.000 Mahasiswa
Masyarakat masyarakat mengetahui Jorong Balai Desa
Jorong program yang akan
dilaksanakan oleh
mahasiswa.
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat
melakukan pendekatan
dan perkenalan kepada
masyarakat Jorong
2. Masyarakat mengetahui
program intervensi yang
akan dilaksanakan
3. Demi kelancaran
program yang akan
Dilaksanakan
2. Penjajakan dengan Tujuan umum : Keluarga Agustus 2022 90 menit Rumah Rp 20.000 Mahasiswa
keluarga binaan : Untuk menetapkan keluarga binaan ( Kunjungan I) keluarga
a. Perkenalan dan yang akan menjadi keluarga binaan
pendekatan binaan.
dengan Tujuan khusus :
keluarga binaan 1. Untuk pendekatan
b. Menjelaskan dengan keluarga binaan
76
kegiatan yang 2. Untuk mempermudah
akan segala urusan yang
dilaksanakan terkait dengan keluarga
bersama keluarga binaan
binaan 3. Untuk memperoleh izin
dari keluarga binaan

3. Penyuluhan tentang Tujuan umum : Ibu balita Agustus 2022 60 menit Mesjid Rp 100.000 Mahasiswa
gizi seimbang untuk meningkatkan (Penyuluhan I.a)
untuk balita pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang
TujuanKhusus:
1. Ibu mengetahui
pengertian makanan
Seimbang.
2. Ibu mengetahui tentang
pyramida makanan
seimbang
3. Ibu mengetahui
kebutuhan gizi Balita

4. Penyuluhan tentang Tujuan umum : Remaja Agustus 2022 75 menit Mesjid Rp 100.000 Mahasiswa
anemia pada remaja untuk meningkatkan puteri (Penyuluhan I.b)
puteri pengetahuan remaja puteri
tentang anemia.
Tujuan Khusus:
1. Remaja puteri
mengetahui pengertian
anemia
2. Remaja puteri
mengetahui penyebab
dan dampak anemia

77
3. Remaja puteri
mengetahui pengertian
dan manfaat TTD
4. Remaja puteri
mengetahui tentang
makanan tinggi Fe
5. Remaja puteri
mengetahui manfaat
konsumsi makanan
tinggi Fe
5. Penyuluhan tentang Tujuan umum : Ibu hamil Agustus 2022 60 menit Mesjid Rp 100.000 Mahasiswa
gizi seimbang untuk meningkatkan (Penyuluhan I.c)
untuk ibu hamil pengetahuan ibu hamil
tentang gizi seimbang
TujuanKhusus:
1. Ibu mengetahui
pengertian makanan
Seimbang untuk ibu
hamil.
2. Ibu mengetahui tentang
pyramida makanan
seimbang
3. Ibu mengetahui
kebutuhan gizi saat
hamil.
4. Ibu mengetahui kenaikan
BB yang dianjurkan saat
hamil.
5. Ibu mengetahui dampak
kelebihan atau
kekurangan BB saat
hamil.
78
6. Pameran gizi tentang : Tujuan Umum: Ibu balita, Agustus 2022 Jam 10.00 Pekarangan Rp 400.000 Mahasiswa
a. Gizi seimbang Untuk mengetahui dan remaja S/d 16.00 rumah
untuk balita, meningkatkan pengetahuan puteri, ibu WIB warga
remaja puteri, ibu ibu balita, remaja puteri, ibu hamil
hamil dan bahan hamil tentang gizi seimbang
makanan sumber untuk balita, remaja puteri
zat gizi, dan ibu hamil serta bahan
b. Pameran tentang makanan sumber zat gizi
anemia pada Tujuan Khusus:
remaja puteri 1. Menambah pengetahuan
dan ibu hamil ibu balita, remaja puteri,
ibu hamil tentang
konsep makanan gizi
seimbang.
2. Menambah pengetahuan
ibu balita, remaja puteri,
ibu hamil tentang
konsep makanan gizi
seimbang
3. Untuk merubah perilaku
ibu balita tentang
pemberian makanan
yang bergizi dan
seimbang kepada balita
4. Untuk merubah perilaku
remaja puteri dan ibu
hamil tentang konsumsi
makanan yang bergizi
dan seimbang.
5. Meningkatkan
pengetahuan remaja
puteri dan ibu hamil

79
tentang pengertian,
penyebab dan dampak
anemia
6. Untuk meningkatkan
pengetahuan remaja
puteri dan ibu hamil
tentang bahan makanan
tinggi Fe
7. Untuk merubah perilaku
remaja puteri dan ibu
hamil tentang konsumsi
makanan tinggi Fe
7. Keluarga Binaan TujuanUmum : Keluarga Agustus 2022 150 menit Rumah - Mahasiswa
Untuk memperbaiki status yang ( Kunjungan II) keluarga
gizi balita dengan menjadi binaan
pendekatan keluarga binaan keluarga
Tujuan Khusus : binaan
1. Mencapai status gizi
baik pada balita
2. Untuk menambah
pengetahuan ibu tentang
asupan, pola makan, dan
kebiasaan makan yang
baik

8. Penyuluhan tentang 1. Menambah pengetahuan Ibu balita Agustus 2022 30 menit Masjid/ Rp 100.000 Mahasiswa
pentingnya status gizi ibu tentang status gizi (Penyuluhan Posyandu
pada balita pada balita II.a)
2. Tercapainya
pengetahuan ibu tentang
status gizi pada balita

80
9. Penyuluhan tentang Tujuan umum : Remaja Agustus 2022 75 menit Mesjid Rp 100.000 Mahasiswa
kurus dan KEK pada untuk meningkatkan puteri (Penyuluhan
remaja puteri pengetahuan remaja puteri II.b)
tentang kurus dan KEK:
Tujuan Khusus:
1. Remaja puteri
mengetahui pengertian
kurus dan KEK
2. Remaja puteri
mengetahui penyebab
dan dampak kurus dan
KEK
3. Remaja puteri
mengetahui tentang
makanan sumber KH
10. Penyuluhan tentang Tujuan umum : Ibu hamil Agustus 2022 75 menit Mesjid Rp 100.000 Mahasiswa
anemia pada ibu untuk meningkatkan (Penyuluhan
hamil pengetahuan ibu hamil II.c)
tentang anemia.
Tujuan Khusus:
1. Ibu hamil mengetahui
pengertian anemia
2. Ibu hamil mengetahui
penyebab dan dampak
anemia saat kehamilan
3. Ibu hamil mengetahui
pengertian dan manfaat
TTD untuk ibu hamil dan
anjuran konsumsi TTD
untuk ibu hamil
4. Ibu hamil mengetahui
tentang makanan tinggi

81
Fe
5. Ibu hamil mengetahui
manfaat konsumsi
makanan tinggi Fe saat
kehamilan
11. Penyuluhan tentang Tujuan Umum: Ibu balita Agustus 2022 60 menit Masjid Rp 50.000 Mahasiswa
tumbuh kembang Meningkatkan pengetahuan (Penyuluhan
anak dan pola asuh keluarga balita dan dapat III.a)
yang baik untuk mengaplikasikannya dalam
balita kehidupan sehari-hari.
Tujuan Khusus :
1. Memahami dan dapat
menjelaskan pengertian
tumbuh kembang anak
dan pola asuh yang baik.
2. Memahami dan dapat
menjelaskan manfaat
mengetahui tentang
tumbuh kembang anak
dan pola asuh yang baik
3. Memahami dan
menjelaskan akibat
tumbuh dan kembang
anak serta pola asuh
yang tidak baik.
4. Bisa menerapkan materi
tumbuh kembang anak
dan pola asuh anak
dengan baik
12. Keluarga Binaan Tujuan Umum : Keluarga Agustus 2022 90 menit Rumah - Mahasiswa
Untuk memperbaiki status yang ( Kunjungan III) keluarga
gizi balita dengan menjadi binaan
82
pendekatan keluarga binaan keluarga
Tujuan Khusus : binaan
1. Mencapai status gizi baik
pada balita
2. Untuk menambah
pengetahuan ibu tentang
asupan, pola makan, dan
kebiasaan makan yang
Baik
13. Melakukan pelatihan Tujuan Umum: Kader Agustus 2022 120 menit Posyandu Rp 50.000 Mahasiswa
kader dalam Meningkatkan pengetahuan posyandu
pengukuran keterampilan kader dalam
antropometri dan kegiatan posyandu
mengisi buku KMS Tujuan Khusus :
1. Kader memahami dan
mampu melakukan
pengukuran antropometri
dengan baik dan benar.
2. Kader memahami dan
mampu melihat hasil
pengukuran ke dalam
KMS
3. Kader berperan aktif
dalam mengajak
masyarakat untuk
mengikuti posyandu
14. Penyuluhan pola Tujuan Umum: Ibu balita Agustus 2022 60 menit Posyandu Rp 50.000 Mahasiswa
makan dan kebiasaan Untuk meningkatkan (Penyuluhan
makan yang baik pengetahuan ibu balita IV.a)
untuk balita tentang pola makan dan
kebiasaan makan yang baik
untuk balita
83
Tujuan Khusus :
1. keluarga mengetahui pola
makan yang baik,
2. keluarga mengetahui
kebiasaan makan yang
baik
15. Demonstrasi menu Tujuan Umum: Keluarga Agustus 2022 120 menit Posyandu Rp 300.000 Mahasiswa
gizi seimbang untuk untuk menambah balita
balita pengetahuan keluarga dan
bisa menerapkan menu gizi
seimbang
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui apa itu gizi
seimbang
2. Keluarga mengetahui
bagaimana menu gizi
seimbang
3. Keluarga dapat
menerapkan gizi
seimbang dalam
kehidupan sehari-hari

84
Penyusunan Hipopoc Tabel 5.3

Hipopoc Tabel

NO KEGIATAN INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

1 Musyawarah - - Materi tentang 1. Pembuatan dan 1. Terbentuknya -


Masyarakat Jorong kegiatan penyebaran kerjasama
intervensi yang undangan antara
akan dilakukan kepada masyarakat dan
selama PKL masyarakat. mahasiswa
dilaksanakan.
- Sasaran : Bapak 2. Penyampaian 2. Terlaksananya
kepala hasil kegiatan yang
kampung,
pengumpulan akan
masyarakat,
tenaga kesehatan data dasar dan dilaksanakan
dan perangkat kegiatan
desa. intervensi yang
- Media: power akan dilakukan
point dan
Infocus 3. Diskusi tentang
kegiatan
intervensi yang
akan dilakukan
bersama
masyarakat

2 Penjajakan dengan I. Perkenalan dan Waktu : Agustus 1. Perkenalan dan 1. Ditetapkannya -


pendekatan 2022 ( Kunjungan pendekatan keluarga yang
85
86
keluarga binaan dengan keluarga I) dengan keluarga akan menjadi
binaan Tempat : Rumah binaan keluarga binaan
II. Menjelaskan keluarga binaan 2. Menjelaskan 2. Diperoleh izin
kegiatan yang Dana: Rp.20.000 kegiatan yang dari keluarga
akan akan binaan
dilaksanakan Tenaga: dilaksanakan
bersama Mahasiswa bersama
keluarga binaan keluarga binaan
Peralatan:
Flipchart dan
leaflet

3 Penyuluhan tentang gizi I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan SAP Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu
seimbang untuk balita Mengidentifikasi 2022 Pelaksanaan pre balita tentang gizi balita pada saat
sasaran, siapa test seimbang dilakukan
yang akan (Penyuluhan I.a) 3. Pemberian meningkat sebesar pengambilan data
memberikan Tempat : Masjid penyuluhan
20% awal 40% setelah
penyuluhan, Dana: Rp.100.000 4. Pelaksanaan post
tempat, materi, test dilakukan
Tenaga:
media, sarana penyuluhan
Mahasiswa
/prasarana. meningkat menjadi
II. Pelaksanaan Peralatan: 60% setelah
(melakukan Flipchart dan intervensi.
penyuluhan
leaflet
dengan metoda
ceramah,
membagikan
leaflet, diskusi
III. Evaluasi
(evaluasi Input,

87
Proses, output
dan Outcome )
4 Penyuluhan tentang I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan Pengetahuan Pengetahuan remaja
Anemia pada remaja Mengidentifikas 2022 SAP remaja puteri puteri pada saat
Puteri i sasaran, siapa 2. Pelaksanaan tentang anemia dilakukan
yang akan (Penyuluhan I.b) pre test meningkat sebesar pengambilan data
memberikan Tempat : Masjid 3. Pemberian
20% awal 40% setelah
penyuluhan, Dana: Rp.100.000 penyuluhan
tempat, materi, 4. Pelaksanaan dilakukan
Tenaga:
media, sarana post test penyuluhan
Mahasiswa
/prasarana. meningkat menjadi
II. Pelaksanaan Peralatan: 60% setelah
(melakukan Flipchart dan intervensi.
penyuluhan
leaflet
dengan metoda
ceramah,
membagikan
leaflet, diskusi
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )
5 Penyuluhan tentang gizi I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu
seimbang ibu hamil Mengidentifikas 2022 SAP hamil tentang gizi hamil pada saat
i sasaran, siapa 2. Pelaksanaan seimbang dilakukan
yang akan (Penyuluhan I.c) pre test meningkat sebesar pengambilan data
memberikan Tempat : Masjid 3. Pemberian
20% awal 40% setelah
penyuluhan, Dana: Rp.100.000 penyuluhan
tempat, materi, 4. Pelaksanaan dilakukan
Tenaga: penyuluhan
media, sarana post test
Mahasiswa meningkat menjadi
/prasarana.
II. Pelaksanaan 60% setelah
88
(melakukan Peralatan: intervensi.
penyuluhan Flipchart dan
dengan metoda leaflet
ceramah,
membagikan
leaflet, diskusi
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )
6 Pameran Gizi I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan dan Pengetahuan Ibu Pengetahuan Ibu
Mengidentifikasi 2022 pembagian balita, remaja balita, remaja
sasaran, tempat, Tempat : undangan puteri, ibu hamil puteri, ibu hamil
materi, media, 2. Pembuatan SAP
Perkarangan tentang gizi pada saat dilakukan
sarana 3. Pelaksanaan pre
/prasarana. Rumah Warga test seimbang, bahan pengambilan data
II. Pelaksanaan Dana: Rp.400.000 4. Pelaksanaan makanan sumber awal 40% setelah
pameran Tenaga: kegiatan zat gizi untuk dilakukan pelatihan
III. Evaluasi Mahasiswa (pameran) balita, remaja meningkat menjadi
(evaluasi Input, Peralatan: 5. Pelaksanaan post puteri, ibu hamil 60% dan mampu
Proses, output Flipchart, piramida test meningkat sebesar menerapkan dalam
dan Outcome )
makanan, model isi 20% dan mampu keluarga setelah
piringku, buku foto menerapkan dalam intervensi
dan leaflet keluarga

7 Keluarga Binaan I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan SAP 1. Pengetahuan 1. Pengetahuan


Mengidentifikas 2022 (Kunjungan 2. Pelaksanaan pre keluarga tentang keluarga pada
i sasaran, siapa II) tes gizi seimbang, saat dilakukan
yang akan 3. Pemberian asupan, pola pengambilan
Tempat : rumah
memberikan pembinaan makan, data awal 50%
pembinaan, balita 4. Pelaksanaan post kebiasaan setelah

89
tempat, materi, Tenaga: test makan yang dilakukan
media, sarana mahasiswa baik, tumbuh pelatihan
/prasarana Peralatan: kembang, meningkat
II. Pelaksanaan faktor yang menjadi 70%
Flipchart, buku
(melakukan mempengaruhi setelah
konseling dan foto dan leaflet tumbuh dilakukan
penyuluhan gizi kembang, dan intervensi
dengan metoda personal 2. Status gizi
ceramah, hygiene balita menjadi
membagikan meningkat optimal 6 bulan
liflet, poster, sebesar 20% setelah
diskusi 2. Bertambahnya intervensi
III. Evaluasi pengetahuan ibu
(evaluasi Input, balita terkait
Proses, output status gizi
dan Outcome ) balitanya
3. Perilaku ibu
terkait gizi
berubah ke arah
yang lebih baik
4. Terciptanya
keluarga yang
sadar gizi
8 Penyuluhan tentang I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan SAP Pengetahuan ibu 1. Pengetahuan
pentingnya status gizi Mengidentifika 2022 ( Penyuluhan 2. Pelaksanaan pre balita tentang gizi ibu balita pada
pada balita si sasaran, siapa II.a) test balita meningkat saat dilakukan
yang akan 3. Pemberian pengambilan
Tempat : sebesar 20%
memberikan penyuluhan data awal 40%
penyuluhan, Masjid/Posyandu 4. Pelaksanaan post setelah
tempat, materi, Dana: Rp.100.000 test dilakukan
media, sarana Tenaga: penyuluhan
/prasarana meningkat
90
II. Pelaksanaan Mahasiswa menjadi 60%.
(melakukan 2. Meningkatnya
penyuluhan Peralatan: status gizi
dengan metoda Flipchart dan balita 6 bulan
ceramah, leaflet setelah
membagikan intervensi
leaflet, diskusi)
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )
9. Penyuluhan tentang I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan Pengetahuan Pengetahuan remaja
kurus dan KEK pada Mengidentifikas 2022 ( Penyuluhan SAP remaja puteri puteri pada saat
remaja puteri i sasaran, siapa II.b) 2. Pelaksanaan tentang kurus dan dilakukan
yang akan pre test pengambilan data
KEK meningkat
memberikan 3. Pemberian awal 40% setelah
penyuluhan, penyuluhan sebesar 20% dilakukan
Tempat :
tempat, materi, 4. Pelaksanaan penyuluhan
Masjid/Posyandu
media, sarana post test meningkat menjadi
/prasarana Dana: Rp.100.000 60%.
II. Pelaksanaan Tenaga:
(melakukan Mahasiswa
penyuluhan
dengan metoda Peralatan:
ceramah, Flipchart dan
membagikan leaflet
leaflet, diskusi)
III. Evaluasi
10 Penyuluhan tentang I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu
anemia pada ibu hamil Mengidentifikas 2022 ( Penyuluhan SAP hamil tentang hamil pada saat
i sasaran, siapa 2. Pelaksanaan anemia meningkat dilakukan

91
yang akan II.c) pre test sebesar 20% pengambilan data
memberikan 3. Pemberian awal 40% setelah
penyuluhan, penyuluhan dilakukan
tempat, materi, Tempat : 4. Pelaksanaan penyuluhan
media, sarana Masjid/Posyandu post test meningkat menjadi
/prasarana Dana: Rp.100.000 60%.
II. Pelaksanaan
Tenaga:
(melakukan
penyuluhan Mahasiswa
dengan metoda
Peralatan:
ceramah,
membagikan Flipchart dan
leaflet, diskusi) leaflet
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )
11 Penyuluhan tentang I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan Pengetahuan 1. Pengetahuan
tumbuh kembang anak Mengidentifika 2022 SAP keluarga tentang keluarga pada
dan pola asuh yang baik si sasaran, siapa Tempat : Masjid 2. Pelaksanaan tumbuh kembang saat dilakukan
yang akan pre test pengambilan
untuk balita Dana: Rp.50.000 anak dan pola asuh
memberikan 3. Pemberian data awal 40%
penyuluhan, Tenaga: penyuluhan meningkat sebesar setelah
tempat, materi, Mahasiswa 4. Pelaksanaan 20% dilakukan
media, sarana post test penyuluhan
/prasarana Peralatan: meningkat
II. Pelaksanaan Flipchart dan menjadi 60%
(melakukan leaflet 2. Meningkatnya
penyuluhan pertumbuhan
dengan metoda anak 6 bulan
ceramah, setelah
membagikan intervensi
92
leaflet, diskusi)
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )
12 Keluarga Binaan I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan 1. Pengetahuan 1. Pengetahuan
Mengidentifikas 2022 (Kunjungan SAP keluarga tentang keluarga pada
i sasaran, siapa III) 2. Pelaksanaan gizi seimbang, saat dilakukan
yang akan pre tes asupan, pola pengambilan
Tempat : rumah
memberikan 3. Pemberian makan, data awal 50%
pembinaan, balita pembinaan kebiasaan setelah
tempat, materi, Tenaga: 4. Pelaksanaan makan yang dilakukan
media, sarana mahasiswa post test baik, tumbuh pelatihan
/prasarana Peralatan: kembang, faktor meningkat
II. Pelaksanaan Flipchart, buku yang menjadi 70%
(melakukan foto dan leaflet mempengaruhi setelah
konseling dan tumbuh dilakukan
penyuluhan gizi kembang, dan intervensi
dengan metoda personal 2. Status gizi balita
ceramah, hygiene menjadi optimal
membagikan meningkat setelah
liflet, poster, sebesar 20% intervensi
diskusi 2. Bertambahnya
III. Evaluasi pengetahuan ibu
(evaluasi Input, balita terkait
Proses, output status gizi
dan Outcome ) balitanya
3. Perilaku ibu
terkait gizi
berubah ke
arah yang lebih
baik
93
4. Terciptanya
keluarga yang

94
sadar gizi

13 Melakukan pelatihan I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan SAP Meningkatnya Perubahan perilaku
kader dalam Mengidentifika 2022 2. Pelaksanaan pre pengetahuan dan kader setelah
pengukuran si sasaran, siapa Tempat : Posyandu test keterampilan adanya pelatihan
yang akan 3. Pemberian
antropometri dan Dana: Rp.50.000 kader yang baik, yang dilakukan.
memberikan penyuluhan
mengisi buku KMS penyuluhan, Tenaga: 4. Pelaksanaan post yang dilihat dari
Meningkatnya
tempat, materi, Mahasiswa test hasil post test
pengetahuan dan
media, sarana yang meningkat
Peralatan: keterampilan kader
/prasarana. sebesar 20 %
II. Pelaksanaan Flipchart dan setelah intervensi
setelah dilakukan
(melakukan leaflet
pelatihan
penyuluhan
dengan metoda
ceramah,
membagikan
leaflet, diskusi)
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )

14 Penyuluhan pola makan I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu
dan kebiasaan makan Mengidentifika 2022 (Penyuluhan SAP balita tentang pola balita pada saat
yang baik untuk balita si sasaran, siapa IV.a) 2. Pelaksanaan makan dan dilakukan
yang akan pre test
Tempat : Posyandu kebiasaan makan pengambilan data
memberikan 3. Pemberian
penyuluhan, Dana: Rp.50.000 penyuluhan meningkat sebesar awal 40% setelah
tempat, materi, Tenaga: 4. Pelaksanaan 20% dilakukan
media, sarana Mahasiswa post test penyuluhan
/prasarana meningkat menjadi
95
II. Pelaksanaan Peralatan: 60% setelah
(melakukan Flipchart dan intervensi.
penyuluhan leaflet
dengan metoda
ceramah,
membagikan
leaflet, diskusi)
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )

96
15 Demonstrasi menu gizi I. Persiapan Waktu : Agustus 1. Pembuatan dan Pengetahuan Pengetahuan
seimbang untuk balita Mengidentifika 2022 pembagian keluarga balita keluarga balita pada
si sasaran, siapa Tempat : Posyandu undangan tentang gizi saat dilakukan
yang akan 2. Pembuatan
Dana: Rp.300.000 seimbang pengambilan data
memberikan SAP
penyuluhan, Tenaga: 3. Pelaksanaan meningkat sebesar awal 40% setelah
tempat, materi, Mahasiswa pre test 20% dilakukan
media, sarana 4. Pelaksanaan demonstrasi
/prasarana. Peralatan: kegiatan meningkat menjadi
II. Pelaksanaan Flipchart, piramida (pameran 60% setelah
(melakukan makanan, model isi 5. Pelaksanaan intervensi.
penyuluhan piringku, buku foto post test
dengan metoda dan leaflet
ceramah,
membagikan
leaflet, diskusi)
III. Evaluasi
(evaluasi Input,
Proses, output
dan Outcome )

97
Indikator Evaluasi Kegiatan

Indicator evaluasi akan menjadi patokan bagi kami untuk melihat keberhasilan
dari intervensi gizi yangb akan dilakukan adalah dengan melihat adanya perubahan yang
dapat dilihat dari table indikator evaluasi kegiatan dibawah ini :

Table 5.7

Indikator Evaluasi Kegiatan

Kegiatan Indikator Evaluasi

MMJ (Musyawarah Input : 1. Terbentuknya


kerjasama antara
Masyarakat Jorong) 1. Materi tentang masyarakat dan
kegiatan intervensi mahasiswa
yang akan dilakukan 2. Terlaksananya kegiatan
selama PKL yang akan
dilaksanakan. dilaksanakan
2. Sasaran : Ibu kepala
jorong, masyarakat,
tenaga kesehatan dan
perangkat desa.
3. Media: power point
dan Infocus
Penjajakan dengan Input : 1. Ditetapkannya keluarga
keluarga binaan yang akan menjadi
(Kunjungan I) 1. Penyelenggara keluarga binaan
: mahasiswa PKL 2. Diperoleh izin dari
Gizi sebanyak 4 keluarga binaan
orang dan kader
posyandu sebanyak
6 orang serta 1 orang
bidan desa
2. Sasaran : keluarga
binaan
3. Tempat : rumah
keluarga binaan
4. Biaya : Rp. 20.000
5. Peralatan: Flipchart
dan leaflet
Proses : pada saat
penjajakan, dilakukan
perkenalan dan
pendekatan kepada
keluarga binaan serta
menjelskan kegiatan
yang akan dilaksanakan

98
bersama keluarga binaan.
Penyuluhan tentang Input : 1. Adanya penyelenggara
gizi seimbang penyuluhan
1. Penyelenggara seperti mahasiswa PKL
: mahasiswa PKL Gizi sebayak 6 orang,
Gizi sebanyak 4 kader posyandu 4 orang,
orang dan kader dan 1 orang bidan desa
posyandu sebanyak 2. Adanya ibu balita atau
6 orang serta 1 orang keluarga balita yang hadir
bidan desa dalam penyuluhan
2. Sasaran : Ibu atau 3. Terjalankannya metode
keluarga balita penyuluhan yaitu
3. Metode : ceramah dan ceramah dan tanya
tanya jawab jawab
4. Adanya leaflet dan
4. Media : leaflet flipchart sebagai media
dan flipchart penyuluhan
5. Materi : bahan 5. Adanya
presentasi tentang gizi materi penyuluhan
seimbang 6. Tersediannya
6. Tempat : Masjid tempat penyuluhan
7. Biaya : Rp. 100.000, 7. Tersedianya sarana dan
8. Sarana dan prasarana : prasana yang
kursi, papan flipchart mendukung penyuluhan
seperti kursi dan papan
Proses :
flipchart.
Pada saat penyuluhan 8. Adanya biaya
dilakukan pre test dan untuk penyelenggaran
post penyuluhan
test untuk melihat adanya 9. Adanya peningkatan
peningkatan pengetahuan pada hasil post test
dan tentang materi
pemahaman ibu tentang penyuluhan yang
materi penyuluhan diberikan
Penyuluhan tentang Input : 1. Adanya penyelenggara
Anemia pada remaja penyuluhan
puteri 1. Penyelenggara : seperti mahasiswa PKL
mahasiswa PKL Gizi sebayak 6 orang,
Gizi sebanyak 6 kader posyandu 4 orang,
orang dan kader dan satu orang bidan desa
posyandu sebanyak 2. Adanya remaja putri yang
4 orang serta 1 hadir dalam penyuluhan
orang bidan desa 3. Terjalankannya metode
2. Sasaran : remaja putri penyuluhan yaitu
3. Metode : ceramah ceramah dan tanya jawab
dan Tanya jawab 4. Adanya leaflet dan
4. Media : leaflet flipchart sebagai media
dan flipchart penyuluhan
5. Materi : bahan 5. Adanya materi penyuluhan
presentasi tentang 6. Tersediannya

99
gizi remaja putri tempat penyuluhan
6. Tempat : 7. Tersedianya sarana
Masjid/Posyandu dan prasana yang
7. Biaya : Rp. 100.000, mendukung penyuluhan
8. Sarana dan prasarana seperti kursi dan papan
: kursi, papan flipchart.
flipchart 8. Adanya biaya untuk
penyelenggaran
Proses : penyuluhan Adanya
1. Pada saat peningkatan pada hasil
penyuluhan post test tentang materi
dilakukan pre test penyuluhan yang
dan post test untuk diberikan
melihat adanya
peningkatan
pengetahuan dan
pemahaman remaja
putri tentang materi
penyuluhan
Penyuluhan tentang Input : 1. Adanya
gizi 1. Penyelenggara : penyelenggara
seimbang ibu hamil mahasiswa PKL Gizi penyuluhan seperti
sebanyak 6 orang dan mahasiswa PKL Gizi
kader posyandu sebayak 6 orang,
sebanyak 4 orang kader posyandu 4
serta 1 orang bidan orang, dan satu orang
desa bidan desa
2. Sasaran : ibu hamil 2. Adanya remaja putri
3. Metode : ceramah yang hadir dalam
dan Tanya jawab penyuluhan
4. Media : 3. Terjalankannya
leaflet dan flipchart metode penyuluhan
5. Materi : bahan yaitu ceramah dan
presentasi tentang tanya jawab
gizi ibu hamil 4. Adanya leaflet dan
6. Tempat : flipchart sebagai
Masjid/Posyandu media penyuluhan
7. Biaya : Rp. 100.000, 5. Adanya
8. Sarana dan prasarana materi penyuluhan
: kursi, papan 6. Tersediannya tempat
flipchart penyuluhan
7. Tersedianya sarana
Proses : dan prasana
Pada saat penyuluhan yang mendukung
dilakukan pre test dan penyuluhan seperti
post kursi dan papan
test untuk melihat flipchart.
adanya 8. Adanya biaya
peningkatan pengetahuan untuk penyelenggaran
dan pemahaman ibu hamil penyuluhan

100
tentang materi penyuluhan 9. Adanya peningkatan
pada hasil post test
tentang
materi
10. penyuluhan
yang diberikan
Melakukan pameran Input : 1. Adanya Penyuluhan
penyelenggara seperti
gizi
1. Penyelenggara: mahasiswa PKL Gizi
mahasiswa PKL Gizi sebayak 6 orang, kader
sebanyak 6 orang posyandu 4 orang, dan
dan kader posyandu 1 orang bidan desa
sebanyak 4 orang, 1 2. Adanya ibu balita,
orang bidan desa remaja putri dan ibu
2. Sasaran : Ibu hamil yang hadir dalam
balita, remaja pameran gizi
putri, ibu haml 3. Adanya flipchart,
3. Media : flipchart, piramida makanan,
piramida makanan, model isi piringku,
model isi piringku, buku foto dan leaflet
buku foto dan leaflet sebagai media pameran
4. Materi : bahan 4. Adanya materi pameran
tentang tentang 5. Tersediannya tempat
gizi pameran
5. Tempat : 6. Tersedianya sarana dan
Perkarangan prasana yang
rumah warga mendukung penyuluhan
6. Biaya : Rp. 400.000,- seperti meja, kursi dan
7. Sarana dan papan flipchart
prasarana : meja, 7. Adanya biaya untuk
kursi penyelenggaran
pameran gizi
Proses : saat pameran
dilakukan juga
penampilan
contoh olahan pangan
local
dan manfaatnya untuk
balita, remaja putri serta
ibu hamil
Keluarga Binaan Input : 1. Adanya penyelenggara
(Kunjungan II) keluargabinaan seperti
1. Penyelenggara: mahasiswa PKL Gizi
mahasiswa PKL sebayak 6 orang, kader
Gizi sebanyak 6 posyandu 4 orang, dan
orang dan kader satu orang bidan desa
posyandu sebanyak 2. Adanya keluarga binaan
4 orang, 1 orang yang hadir
bidan desa 3. Terjalankannya metode
2. Sasaran : keluarga koseling gizi

101
yang menjadi 4. Adanya leaflet, makanan
keluarga binaan makanan tambahan, buku
3. Metode : konseling pedoman makanan
gizi 5. Adanya materi asuhan
4. Media : leaflet, gizi keluarga binaan
makanan 6. Tersediannya
pendamping ASI, tempat asuhan gizi
buku pedoman keluarga binaan
makanan 7. Dilaksanakannya
5. Materi : bahan penimbangan berat badan
tentang tentang dan pengukuran
tentang asuhan gizi tinggi badan balita
keluarga binaan 8. Dilaksanakannya
6. Tempat : rumah konseling gizi untuk ibu
balita balita atau keluarga balita

Proses :
1. Penimbangan
berat badan balita
dan pengukuran
tinggi badan balita
2. Dilakukan juga
konseling gizi untuk
ibu balita atau
keluarga balita
Penyuluhan tentang Input : 1. Adanya penyelenggara
pentingnya status gizi penyuluhan
pada balita 1. Penyelenggara seperti mahasiswa PKL
: mahasiswa PKL Gizi sebayak 6 orang,
Gizi sebanyak 4 kader posyandu 4 orang,
orang dan kader dan satu orang bidan desa
posyandu sebanyak 2. Adanya ibu balita yang
8 orang serta 1 hadir dalam penyuluhan
orang bidan desa 3. Terjalankannya metode
2. Sasaran : Ibu balita penyuluhan yaitu
3. Metode : ceramah ceramah dan tanya jawab
dan tanya jawab 4. Adanya leaflet dan
4. Media : leaflet dan flipchart sebagai media
flipchart penyuluhan
5. Materi : bahan 5. Adanya materi penyuluhan
presentasi tentang 6. Tersediannya
gizi balita tempat penyuluhan
6. Tempat : Masjid/ 7. Tersedianya sarana dan
Posyandu prasana yang mendukung
7. Biaya : Rp. 100.000, penyuluhan seperti kursi
8. Sarana dan prasarana dan papan flipchart
: kursi, papan 8. Adanya biaya untuk
flipchart penyelenggaran
penyuluhan
Proses : 9. Adanya peningkatan pada

102
Pada saat penyuluhan hasil post test tentang
dilakukan pre test dan materi penyuluhan yang
post diberikan.
test untuk melihat
adanya
peningkatan pengetahuan
dan pemahaman ibu
tentang materi penyuluhan
Penyuluhan tentang Input : 1. Adanya penyelenggara
kurus dan KEK pada 1. Penyelenggara : penyuluhan
remaja puteri mahasiswa PKL Gizi seperti mahasiswa PKL
sebanyak 6 orang dan Gizi sebayak 6 orang,
kader posyandu kader posyandu 4
sebanyak 4 orang orang, dan satu orang
serta 1 orang bidan bidan desa
desa 2. Adanya remaja putri
2. Sasaran : remaja putri yang hadir dalam
3. Metode : ceramah penyuluhan
dan tanya jawab 3. Terjalankannya metode
4. Media : leaflet dan penyuluhan yaitu
flipchart ceramah dan tanya
5. Materi : bahan jawab
presentasi tentang
gizi remaja putri
6. Tempat :
Masjid/Posyandu
7. Biaya : Rp. 100.000,
8. Sarana dan prasarana
: kursi, papan
flipchart

Proses :
Pada saat penyuluhan
dilakukan pre test dan
post
test untuk melihat adanya
peningkatan pengetahuan
dan pemahaman remaja
putri tentang materi
penyuluhan
Penyuluhan tentang Input : 1. Adanya penyelenggara
anemia pada ibu penyuluhan
hamil 1. Penyelenggara seperti mahasiswa PKL
: mahasiswa PKL Gizi sebayak 6 orang,
Gizi sebanyak 4 kader posyandu 4 orang,
orang dan kader dan satu orang bidan desa
posyandu sebanyak 2. Adanya ibu hamil yang
8 orang serta 1 hadir dalam penyuluhan
orang bidan desa 3. Terjalankannya metode
2. Sasaran : ibu hamil
103
3. Metode : ceramah penyuluhan yaitu
dan tanya jawab ceramah dan tanya jawab
4. Media : leaflet dan 4. Adanya leaflet dan
flipchart flipchart sebagai media
5. Materi : bahan penyuluhan
presentasi 5. Adanya materi penyuluhan
tentang anemia pada 6. Tersediannya
ibu hamil tempat penyuluhan
6. Tempat : 7. Tersedianya sarana dan
Masjid/Posyandu prasana yang mendukung
7. Biaya : Rp. 100.000, penyuluhan seperti kursi
8. Sarana dan prasarana dan papan flipchart.
: kursi, papan 8. Adanya biaya untuk
flipchart penyelenggaran
penyuluha
Proses : 9. Adanya peningkatan pada
hasil post test tentang
Pada saat penyuluhan materi penyuluhan yang
dilakukan pre test dan diberikan
post test untuk melihat
adanya peningkatan
pengetahuan dan
pemahaman ibu hamil
tentang materi penyuluhan
Penyuluhan tentang Input : 1. Adanya penyelenggara
tumbuh kembang penyuluhan
anak dan pola asuh 1. Penyelenggara : seperti mahasiswa PKL
mahasiswa PKL Gizi Gizi sebayak 6 orang,
sebanyak 6 orang kader posyandu 4
dan kader posyandu orang, dan satu orang
sebanyak 4 orang bidan desa
serta 1 orang bidan 2. Adanya ibu balita yang
desa hadir dalam penyuluhan
2. Sasaran : Ibu balita 3. Terjalankannya metode
3. Metode : ceramah penyuluhan yaitu
dan tanya jawab ceramah dan tanya
4. Media : leaflet jawab
dan flipchart 4. Adanya leaflet dan
5. Materi : bahan flipchart sebagai media
presentasi tentang penyuluhan
tumbuh kembang 5. Adanya
anak dan pola asuh materi penyuluhan
6. Tempat : Masjid 6. Tersediannya
7. Biaya : Rp. 50.000, tempat penyuluhan
8. Sarana dan 7. Tersedianya sarana dan
prasarana : kursi, prasana yang
papan flipchart mendukung penyuluhan
seperti kursi dan papan
Proses : flipchart.
Pada saat penyuluhan 8. Adanya biaya

104
dilakukan pre test dan untuk penyelenggaran
post penyuluhan
test untuk melihat 9. Adanya peningkatan
adanya pada hasil post test
peningkatan pengetahuan tentang materi
dan pemahaman ibu penyuluhan yang
tentang materi penyuluhan diberikan
Keluarga Binaan Input : 1. Adanya penyelenggara
(Kunjungan III) keluargabinaan seperti
1. Penyelenggara: mahasiswa PKL Gizi
mahasiswa PKL sebayak 6 orang, kader
Gizi sebanyak 6 posyandu 4 orang, dan
orang dan kader satu orang bidan desa
posyandu sebanyak 2. Adanya keluarga binaan
4 orang, yang hadir
1 orang bidan desa 3. Terjalankannya metode
koseling gizi
2. Sasaran : keluarga
4. Adanya leaflet, makanan
yang menjadi
makanan tambahan, buku
keluarga binaan
pedoman makanan
3. Metode : konseling
gizi 5. Adanya materi asuhan
4. Media : leaflet, gizi keluarga binaan
makanan 6. Tersediannya
pendamping ASI, tempat asuhan gizi
buku pedoman keluarga binaan
makanan 7. Dilaksanakannya
5. Materi : bahan penimbangan berat badan
tentang tentang dan pengukuran
tentang asuhan gizi tinggi badan balita
keluarga binaan 8. Dilaksanakannya
6. Tempat : rumah konseling gizi untuk ibu
balita balita atau keluarga balita

Proses :
1. Penimbangan berat
badan balita dan
pengukuran tinggi
badan balita
2. Dilakukan juga
konseling gizi untuk
ibu balita atau
keluarga balita
Melakukan pelatihan Input : 1. Adanya penyelenggara
kader pelatihan kader seperti
dalam pengukuran 1. Penyelenggara: mahasiswa PKL Gizi
antropometri dan mahasiswa PKL sebayak 6 orang dan
mengisi buku KMS Gizi sebanyak 6 adanya keikutsertaan
orang dan kader yang hadir dalam
kader posyandu pelatihan

105
2. Adanya kader yang
sebanyak 4 orang, 1 hadir dalam kegiatan
orang bidan desa pelatihan kader
2. Sasaran : keluarga 3. Adanya leaflet,
yang menjadi flipchart, poster sebagai
keluarga binaan media pameran
3. Metode : konseling 4. Adanya materi pelatihan
gizi kader
4. Media : buku KMS, 5. Tersedianya
SK Antropometri tempat pelatihan kader
5. Materi : bahan 6. Tersedianya
tentang tentang sarana
tentang asuhan gizi danprasana
keluarga binaan
6. Tempat : posyandu 7. yang
Biaya : Rp. 50.000 mendukung pelatihan
kader
Proses : 7. Adanya biaya
Pada saat pelatihan untuk penyelenggaran
dilakukan pre-test dan penyuluhan
post- test untuk melihat 8. Dilaksanakannya
adanya peningkatan pelatihan kader
pengetahuan dan
pemahaman kader
tentang materi
penyuluhan
Penyuluhan pola Input : 1. Adanya penyelenggara
makan dan kebiasaan penyuluhan
makan yang baik 1. Penyelenggara : seperti mahasiswa PKL
untuk balita mahasiswa PKL Gizi Gizi sebayak 6 orang,
sebanyak 6 orang kader posyandu 4 orang,
dan kader posyandu dan satu orang bidan
sebanyak 4 orang desa
serta 1 orang bidan 2. Adanya ibu balita yang
desa hadir dalam penyuluhan
2. Sasaran : Ibu atau 3. Terjalankannya metode
balita penyuluhan yaitu
3. Metode : ceramah ceramah dan tanya
dan tanya jawab jawab
4. Media : leaflet 4. Adanya leaflet dan
dan flipchart flipchart sebagai media
5. Materi : bahan penyuluhan
presentasi tentang 5. Adanya
pola makan dan materi penyuluhan
kebiasaan makan 6. Tersediannya
yang baik untuk tempat penyuluhan
balita 7. Tersedianya sarana dan
6. Tempat : Masjid 7. prasana yang
Biaya : Rp. 50.000, mendukung penyuluhan
8. Sarana dan seperti kursi dan papan
prasarana : kursi,
106
papan flipchart flipchart.
8. Adanya biaya
Proses : untuk penyelenggaran
penyuluhan
Pada saat penyuluhan 9. Adanya peningkatan
dilakukan pre test dan pada hasil post test
post tentang materi
test untuk melihat penyuluhan yang
adanya diberikan
peningkatan pengetahuan
dan pemahaman ibu
tentang materi penyuluhan
Demonstrasi menu Input : 1. Adanya penyelenggara
gizi penyuluhan
seimbang 1. Penyelenggara: seperti mahasiswa PKL
mahasiswa PKL Gizi Gizi sebayak 6 orang,
sebanyak 6 orang kader posyandu 4
dan kader posyandu orang, dan satu orang
sebanyak 4 orang, 1 bidan desa
orang bidan desa 2. Adanya ibu atau
2. Sasaran : Ibu keluarga balita yang
atau hadir dalam demonstrasi
keluarga menu gizi seimbang
balita 3. Adanya
3. Media : flipchart, flipchart,piramida
piramida makanan, makanan, model isi
model isi piringku, piringku, buku foto dan
buku foto dan leaflet leaflet sebagai media
4. Materi : bahan pameran
tentang tentang 4. Adanya materi
gizi demonstrasi
5. Tempat : Tersediannya tempat
Perkarangan demonstrasi
rumah warga 6. Tersedianya sarana dan
6. Biaya : Rp. prasana yang
300.000,- mendukung penyuluhan
7. Sarana dan seperti meja, kursi dan
prasarana : meja, papan flipchart
kursi 7. Adanya biaya
untuk penyelenggaran
Proses : saat penyuluhan
demonstrasi 8. Dilaksanakannya
dilakukan juga konseling gizi balita
penampilan contoh untuk ibu atau keluarga
olahan pangan local balita yang datang
dan manfaatnya dan ingin melakukan
untuk balita konseling gizi

107
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisi data pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti,
dapat di simpulkan bahwa :

1. Distribusi Frekuensi status gizi balita (0-59) di jorong Koto Kaciak Kecamatan Bukik
Sundi Muaro Paneh yaitu berdasarkan indeks BB/U diperoleh (8,3%) dengan kategori
BB sangat kurang, (15,0%) dengan kategori BB kurang, (63,3%) dengan kategori
Normal, dan (13,3%) dengan kategori resiko BB lebih. Berdasarkan indeks TB/U
diperoleh (6,7%) dengan kategori Sangat pendek, (11,7%) dengan kategori pendek,
(78,3%) dengan kategori Normal, (3,3%) dengan kategori tinggi. Berdasarkan indeks
BB/TB diperoleh (6,7%) dengan kategori Gizi buruk, (11,7%) dengan kategori gizi
kurang, (68,3%) dengan kategori gizi baik, (6,7%) dengan kategori beresiko gizi lebih,
(3,3%) dengan kategori gizi lebih dan (3,3%) dengan kategori obesitas. Berdasarkan
indeks IMT/U diperoleh (3,3%) dengan kategori Gizi buruk, (13,3%) dengan kategori
gizi kurang, (63,3%) dengan kategori gizi baik, (11,7%) dengan kategori beresiko gizi
lebih, (5,0%) dengan kategori gizi lebih dan (3,3%) dengan kategori obesitas.
2. Frekuensi asupan balita (0-59 bulan) di Jorong Balai Lalang, Nagari Saning Baka,
Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok, yaitu :
a. Energi : 55% asupan kurang , 36,7% baik dan 8,3% asupan berlebih

b. Protein : 15% asupan kurang, 75% baik dan 10% asupan berlebih

c. Lemak : 45% asupan kurang, 45% asupan baik dan 10% asupan berlebih

d. Karbohidrat : 55% asupan kurang, 35% asupan baik dan 10 % asupan berlebih

e. Vitamin A: 23,3% asupan kurang, 60% asupan baik dan 10% asupan berlebih

f. Vitamin C : 56,7% asupan kurang, 33,3% asupan baik dan 10% asupan berlebih

g. Zink : 43,3% asupan kurang, 46,7% asupan baik dan 10% asupan berlebih

h. Besi : 50% asupan kurang, 40% asupan baik dan 10% asupan berlebih
3. Frekuensi Penyakit infeksi balita (0-59 bulan) di Jorong Koto Kaciak, Nagari Muaro

Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, yaitu balita yang pernah terinfeksi

penyakit sebanyak 98,3% dan yang tidak pernah terinfeksi 1,7%.

4. Frekuensi pola asuh balita (0-59 bulan) di Jorong Koto Kaciak, Nagari Muaro Paneh,

Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, yaitu 40,0% ini dikategorikan pola asuh

ibu baik, dan 60% kategori pola asuh ibu rendah.

5. Frekuensi pola konsumsi balita (0-59 bulan) di Jorong Koto Kaciak, Nagari Muaro

Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, Berdasarkan pola kh harian yaitu

Kurang 33,3%, Baik 56,7% dan lebih 10%. Berdasarkan pola protein hewani harian

yaitu Kurang 58,3%, Baik 31,7% dan lebih 10%. Berdasarkan pola protein nabati

harian yaitu Kurang 23,3%, Baik 66,7% dan lebih 10%. Berdasarkan pola sayur harian

yaitu Kurang 1,7%, Baik 88,3% dan lebih 10%. Berdasarkan pola buah harian yaitu

Kurang 43,3%, Baik 46,7% dan lebih 10%.

6. Frekuensi pelayanan kesehatan balita (0-59 bulan) di Jorong Koto Kaciak, Nagari

Muaro Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, kategori baik yaitu 73,3%

dan 26,7% kategori kurang.

7. Frekuensi ketersediaan pangan rumah tangga di Jorong Koto Kaciak, Nagari Muaro

Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, yaitu (60%) dengan kategori

ketersediaan pangan RT baik, (15%) dengan kategori ketersediaan pangan RT cukup,

(25%) dengan kategori ketersediaan pangan RT kurang baik cukup yaitu 87%.

8. Frekuensi tingkat pendidikan ibu balita (0-59 bulan) di Jorong Koto Kaciak, Nagari

Muaro Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, yaitu diperoleh (85%)

dengan kategori tamat SMA/MAN, (8,3%) dengan kategori tamat DI,DII,DIII, dan

(6,7%) dengan kategori tamat DIV/PT.

109
9. Frekuensi tingkat pendapatan keluarga balita (0-59 bulan) di Jorong Koto Kaciak,

Nagari Muaro Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok, yaitu (18,3%)

dengan kategori golongan atas, (70%) dengan kategori golongan menengah, dan

(11,7%) dengan kategori golongan bawah.

B. Saran

1. Bagi Ibu Balita

Bagi ibu balita yang memiliki balita dengan status gizi kurang dan buruk

diharapkan agar lebih memperhatikan asupan zat gizi yang dikonsumsi oleh balita

dan memanfaatkan sarana yang ada di sekitar serta memanfaatkan pekarangan

sekitar rumah untuk menanam bahan makanan

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan agar tetap melakukan pelayanan kesehatan yang

baik dan lebih memperhatikan masalah kesehatan yang ada.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan untuk meneliti faktor lain yang belum diteliti pada

penelitian ini

110
DAFTAR PUSTAKA

Indonesian Government (2021) ‘Presidential Decree of Republic Indonesia No 72/2021


about Accelerating Stunting Reduction’, Indonesian Government,

Kementerian Kesehatan RI (2015) ‘INFODATIN Situasi Kesehatan Anak Balita di


Indonesia’, Kementerian Kesehatan RI, pp. 1–8. Available at:
file:///C:/Users/acer/Downloads/infodatin-anak-balita.pdf.

Kementerian Kesehatan RI (2017) ‘Infodatin Reproduksi Remaja-Ed.Pdf’, Situasi


Kesehatan Reproduksi Remaja, pp. 1–8.

Kementerian PPN/ Bappenas (2018) ‘Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan


Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota’, Rencana Aksi Nasional dalam Rangka
Penurunan Stunting: Rembuk Stunting, (November), pp. 1–51. Available at:
https://www.bappenas.go.id.

Kesehatan, D. (2020) ‘LKJIP DINAS KESEHATAN KABUPATEN SOLOK TAHUN


2019’.

Yulianti, Y. (2019) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Keja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya Tahun 2019’,
pp. 10–35.

WHO.2013. Childhood Stunting: Context, Causes and Consequences


ConceptualFramework
2013.Diunduhdarihttp://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_c
olloqium_14Oct_ConceptualFramework_colour.pdf

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar
Antropometri Anak.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak. Jakarta.

Kristiyanasari, Weni. 2010.Gizi Ibu Hamil. Nuha Medika: Yogyakarta


Soetjiningsih, 2004. Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto

Anonim. TinjauanPustaka. (Online)


(http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2985/3/BAB%20II.pdf di kutip 31
Agustus 2021)

Badan Pusat Statistik. 2018.Prevalensi BalitaSangatPendek dan


PendekMenurutKabupaten/Kota Tahun 2018 (Persen), 2018. (Online)
(https://www.bps.go.id/indicator/30/1531/1/prevalensi-balita-sangat-pendek-dan-
pendek-menurut-kabupaten-kota-tahun-2018.html di kutip 20 Agustus 2021)

Sartika, R.A. 2010. AnalisisPemanfaatan Program PelayananKesehatan Status GiziBalita.


JurnalKesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 2, Oktober 2010.
DepartemenGiziKesehatan Masyarakat, FKM Universitas Indonesia, KampusBaru
UI Depok. hal.76-83.

Shochib, Moh, Pola Asuh Orang TuaDalamMembantuAnakMengembangkanDisplinDiri,


Jakarta: PT RinekaCipta, 2010

Supariasa, I Dewa Nyoman., BachyarBakry., IbnuFajar. 2016. Penilaian Status Gizi.


Jakarta :PenerbitBukuKedokteran
EGC.http://nurulilmirh.blogspot.com/2015/02/penilaian-status-gizi.htmldiakses
pada tanggal 28 Januari 2022

RisetKesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan


PengembanganKesehatanKemetrian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/informasiterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf

112
113

Anda mungkin juga menyukai