2019
LAPORAN TATA LAKSANA PEMBERIAN IPT UNTUK PENCEGAHAN TB PADA
PASIEN HIV BULAN JANUARI SAMPAI BULAN AGUSTUS TAHUN 2019
UPTD RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
A. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk negara dengan beban tinggi Tuberkulosis (TB), dengan
insidensi 187/100.000 penduduk dan prevalensi 281/100.000 penduduk pada tahun
2011. Koinfeksi TB sering terjadi pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Orang
dengan HIV mempunyai kemungkinan sekitar 30 kali lebih berisiko untuk sakit TB
dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV. Lebih dari 25% kematian
pada ODHA disebabkan oleh TB. Di tahun 2012, sekitar 320,000 orang meninggal
karena HIV terkait dengan TB. Sebagai respons terdapatnya epidemi ganda HIV
dan TB, World Health Organization (WHO) merekomendasikan 12 aktivitas
kolaborasi TB/HIV yang salah satu diantaranya adalah profilaksis dengan Isoniazid
(INH preventive therapy/IPT).
Pemberian ARV akan mengurangi insiden TB pada ODHA karena efek
proteksinya terhadap TB. Meta analisis yang dilakukan Lawn, dkk tahun 2010 pada
beberapa penelitian kohort di negara maju dan negara dengan sumber daya
terbatas menunjukkan ART dapat mengurangi insiden TB sebanyak 67% (IK 95%
61-73). Hal yang sama juga dilaporkan pada review sistematik dan meta analisis
yang dilakukan oleh Suthar, dkk tahun 2012 yaitu mempunyai efek proteksi 65%
(IK 95% 0,56-0,72), tergantung dari jumlah CD4nya. ODHA dalam terapi ARV tetap
mempunyai risiko lebih tinggi terkena TB dibandingkan dengan populasi non HIV.
Berdasarkan penelitian oleh Gupta, dkk menunjukkan bahkan pada ODHA CD4 >
700 sel/ul kejadian TB 4,4 kali lebih tinggi.
Isoniazid preventive therapy (IPT) / Pengobatan Pencegahan Dengan INH
(PP INH) merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang penting
untuk pencegahan TB pada orang dengan HIV, dan telah direkomendasikan di
dalam Policy Statement on Preventive Therapy against TB in PLHIV, sejak 1998
oleh WHO dan the Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS).
Meskipun demikian, implementasinya belum dilaksanakan secara meluas.
Hambatan utama adalah kekhawatiran akan sulitnya menyingkirkan diagnosis TB,
kurangnya akses terhadap INH dan kekhawatiran akan terjadinya resistensi INH.
Beberapa pertemuan internasional seperti WHO 3Is meeting dan From
Mekong to Bali: The Scale up of TB-HIV Collaboration Activities, sudah dilakukan
untuk memperbarui kebijakan ini, hingga pada tahun 2011 WHO mengeluarkan
Guidelines for Intensified TB Case-Finding and IPT for PLHIV in Resource
Constrained Settings.
Berdasarkan hasil 12 uji klinis acak yang digunakan di dalam the Cochrane
review, pada ODHA obat profilaksis TB menurunkan risiko menjadi TB aktif
sebesar 32% (IK 95% 0,15-0,46), dan bagi mereka yang TST positif, risiko
menurun hingga 62% (IK 95% 0,43-0,75) [9]. Pada penelitian yang dilakukan di
Brazil oleh Golub, dkk, diketahui bahwa insiden TB dengan pengobatan
pencegahan dengan INH (PP INH) pada ODHA dengan ART sebesar 0,8 per 100
pasien per tahun. Ini lebih rendah dibandingkan dengan hanya pemberian ARV
sebesar 1,9 per 100 pasien per tahun. Pada penelitian RCT oleh Rangaka MX di
Afrika Selatan diketahui bahwa insiden TB dengan pengobatan pencegahan
dengan INH (PP INH) pada ODHA dengan ART sebesar 2,3 per 100 pasien per
tahun dibandingkan tanpa PP INH sebesar 3,6 per 100 pasien per tahun.
Penggunaan bersama INH dan ARV pada pasien HIV berasosiasi secara
signifikan dalam menurunkan insiden TB. Dengan perluasan akses ART
penggunaan PP INH pada ODHA akan meningkatkan kontrol TB di negara dengan
beban TB tinggi.
Menindaklanjuti rekomendasi WHO mengenai pemberian PP INH pada
ODHA tersebut maka UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menyelenggarakan
program TB yang meliputi pemeriksaan, pengobatan rawat jalan dan pelayanan
rujukan bagi pasien TB dengan indikasi rawat inap.
Perawat
1. Memberikan informasi mengenai PP INH
2. Melakukan skrining TB pada ODHA dengan menggunakan
formulir skrining TB dan penilaian kriteria pemberian PP
INH
3 . Mencatat dan melengkapi formulir Ikhtisar Keperawatan,
Kartu Pasien, register ART dan pra ART
4. Membuat laporan bulanan Perawatan HIV dan ART
(bekerjsama dengan petugas RR bila di layanan terdapat
petugas RR), dan mengirimkan ke Dinas Kesehatan
Kab/Kota
5. Mencatat waktu kunjungan pada kartu pasien dan
menjadwalkan waktu kunjungan berikutnya.
6. Menilai kepatuhan pasien
7. Membantu Dokter di layanan HIV dalam hal melakukan
pemantauan secara rutin pada ODHA yang diberikan PP
INH baik selama pemberian maupun setelah pemberian PP
INH.
8. Membantu melacak keberadaan pasien bila ada pasien
yang mangkir setelah mendapat informasi dari petugas
farmasi
Farmasi
1. Memastikan ketersediaan obat INH dan B6 dalam bentuk
paket perorang
2. Menyiapkan dan membagikan INH dan B6
3. Mengidentifikasi pasien mangkir
4. Membuat laporan jumlah penerimaan dan pemakaian obat
per bulan
5. Menghitung dan menjamin ketersediaan buffer stock untuk 3
bulan kedepan.
B. Layanan TB
Dokter
1. Menerima rujukan pasien yang di diagnosis TB baik selama
pemberian maupun setelah PP INH (selama masa
pemantauan) dan melakukan penatalaksanaan TB.
2. Merujuk kembali pasien yang sudah mendapat pengobatan
TB ke layanan HIV untuk mendapatkan profilaksis sekunder
No. Instansi Tugas & Fungsi
C. Laboratorium RS
Petugas laboratorium
1. Memberikan edukasi cara mengeluarkan dahak yang benar
2. Mengambil dahak pada ODHA untuk pemeriksaan
mikroskopis BTA berdasarkan permintaan petugas
kesehatan.
3. Memastikan bahwa dahak yang diterima memenuhi syarat
untuk diperiksa.
4. Melakukan pemeriksaan mikroskopois BTA
5. Mencatat hasil pemeriksaan dahak (TB04) dan Mengirimkan
hasil pemeriksaan permintaan dahak (TB05)
F. Paduan Pengobatan
Isoniazid dosis 300 mg akan diberikan setiap hari selama 6 bulan (total 180
dosis). Vitamin B6 diberikan untuk mengurangi efek samping INH akan diberikan
dengan dosis 25mg perhari atau 50mg selang sehari atau 2 hari sekali.
G. PENANGANAN EFEK SAMPING
Ikterus tanpa penyebab lain Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang
.
Baal, kesemutan Tambahkan dosis vitamin B6 sampai dengan
100mgefek samping “gatal dan
*Penatalaksanaan pasien dengan
kemerahan kulit”:
Jika seorang pasien dalam PP INH mulai mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu
kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin,sambil meneruskan
PP INH dengan pengawasan ketat. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien
hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit.
Bila keadaan seperti ini, hentikan PP INH.Tunggu sampai kemerahan kulit
tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu
dirujuk.
HIV Hasil
Pemeriksaan Tata Laksana
No. No. CM Umur
(+) (-) Profilaksis Laten INH Profilaksis
TB
I. PENUTUP
Dalam kegiatan ini ruang lingkup pembahasan meliputi tatalaksana pemberian
PP INH sampai dengan pencatatan dan pelaporan, dan sekaligus memberikan
masukan untuk peningkatan mutu pelaksanaan. Semoga dapat menjadi dasar
untuk peningkatan pelayanan TB dengan strategi DOTS dan menjadi acuan
untuk melakukan rencana tindak lanjut pada program kerja berikutnya.