JALAN
CREATED BY KELOMPOK 4 :
-MUHAMMAD AL ADENAN
-RAYHAN RAKHMAD F.
-ANISYAH JULIA N.
-NADIN SINDIA I.
-FAHRI AHMAD
-VIOLA FLORENSIA A.
Suatu pagi pada jam istirahat pertama di SMP N 3 Sangatta Utara. Viola
termenung di salah satu meja baca perpustakaan. Ia tak menyadari
bahwa kegelisahannya tersebut sejak tadi telah diperhatikan oleh
sahabatnya Nadin.
Nadin : Ya tidak apa-apa. Aku pikir kamu kemana tadi. Aku mencari-cari
kamu loh.
Viola : He…he. Ya aku kemana lagi kalau tidak ke mushala atau
perpustakaan. Mau ke kantin, aku tidak punya uang. He… he.
Nadin : justru itu, mudah sekali kalau aku mau mencarimu kawan. Oh
ya, ngomong-ngomong rencanamu setelah lulus apa? Pasti kamu mau
mengambil jurusan Design Mode di Universitas Mulawarman kan?
Sejak dulu kamu bicara tentang mimpimu untuk bisa berkuliah di
jurusan itu.
Nadin : Loh, kok entahlah. Ada apa ini kawan? Bukankah kamu bercita-
cita untuk menjadi Designer terkenal?
Nadin : ada apa ini kawan? Ada masalah apa sebenarnya? Ayo ceritakan
padaku!
Viola : tentang mimpi-mimpiku itu Din, rasanya aku tak bisa terus
memupuknya. Orang tuaku tidak setuju aku melanjutkan pendidikan
tinggi. Mereka ingin aku bekerja di luar negeri sebagai TKW saja.
Nadin : Wah, rumit juga ya. Kamu ceritakan semua detailnya ya! Nanti
kita cari solusi bersama-sama.
Nadin : begini saja Viola, kita konsultasikan masalahmu ini kepada Pak
Rayhan. Mungkin saja beliau punya masukan terbaik yang bisa
membantu semua persoalanmu itu.
Nadin dan Viola pun akhirnya menuju kelas mereka. Setelah jam
istirahat kedua selepas shalat dhuhur, mereka berdua pergi menuju
ruang Pak Rayhan yang merupakan guru Bimbingan Konseling di kelas
mereka.
Pak Rayhan : Oh Nadin,Viola, ada apa ini? Apa ada yang mau kalian
diskusikan kepada Bapak?
Nadin : Oh iya Pak, ada sesuatu hal penting yang ingin kami diskusikan.
Kami yakin akan dapat menemukan solusi terbaik jika masalah ini kami
sampaikan kepada Bapak Rayhan.
Nadin : Ini bukan tentang saya Pak, tapi Viola. Nah, Viola, ceritakanlah
masalahmu itu!
Viola : Baiklah.
Setelah menceritakan semua masalah Viola kepada Pak Rayhan.
Akhirnya Pak Rayhan memutuskan untuk membawa persoalan ini ke
bapak Adenan, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
Pak Rayhan : Nah, begitu saja ya. Kapan kita menemui Pak Adenan?
Nadin : betul Pak, secepatnya saja. Kalau boleh saya usul, waktu jam
istirahat masih 15 menit lagi. Saya rasa cukup untuk membicarakan hal
ini kepada beliau. Saya rasa beliau saat ini juga masih berada di ruang
kerjanya.
Pak Rayhan : Ide yang bagus pak. nah, Viola, kapan kira-kira kami bisa
mengunjungi orang tuamu?
Viola : Kalau hari minggu pagi bagaimana Pak? Insya Allah orang tua
saya tidak berjualan di pasar karena hari tersebut sedang ada festival di
kompleks pasar yang tidak memungkinkan pedangan untuk berjualan.
Apa bapak Adenan dan bapak Rayhan tidak keberatan meluangkan
waktu libur di hari itu?
Viola : Ada Pak, sebentar saya panggilkan. Silahkan duduk dulu pak.
Nadin, kamu bantu aku menyiapkan minum untuk pak Adenan dan pak
Rayhan ya!
Nadin : Oke Viola.
Tak lama kemudian, ayah dan ibu Viola datang ke ruang tamu
menyambut Pak Adenan dan Pak Rayhan.
Ayah Viola : Wah, ada tamu spesial rupanya. Pak Adenan, apa kabar? Ini
Pak Rayhan guru BK di sekolah Viola ya?
Pak Adenan : ah, tidak apa-apa bu. Terima kasih sudah diperbolehkan
berkunjung.
Ibu Viola : kalau boleh tahu, angin apa yang membawa bapak-bapak ke
rumah kami ini? Apa Viola membuat masalah di sekolah?
Pak Adenan : oh, tidak bu. Sama sekali tidak. Justru Viola adalah salah
satu anak yang membanggakan yang kami miliki di sekolah.
Ayah Viola : syukurlah kalau begitu pak. lantas ada masalah apa ya pak?
Karena begini bu, saya rasa sangat disayangkan bahwa anak secerdas
Viola tidak bisa melanjutkan pendidikannya hanya karena terhalang
dari restu kedua orang tuanya. Sementara Viola ingin sekali untuk
belajar di perguruan tinggi negeri.
Pak Rayhan : begini Pak, bu. Maaf kalau saya lancang. Memang sangat
sulit sekali jika menjalani studi tanpa adanya kemampuan finansial yang
mendukung. Tapi bukan berarti proses pembelajaran itu harus terputus
begitu saja. Apalagi Viola adalah anak yang cerdas. Sangat disayangkan
jika ia tidak difasilitasi untuk belajar.
Ayah Viola : saya sepakat dengan pak Adenan dan pak Rayhan. Namun
lagi-lagi kami tak berkemampuan untuk membiayai Viola, khususnya
ketika ia akan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
Ibu Viola : Betul pak. Kami benar-benar kesulitan masalah keuangan.
Kami tak ingin mengeluh, namun inilah hambatan terbesar kami saat
ini.
Pak Adenan : Bapak, ibu. Kedatangan kami ke sini bukan hanya untuk
menceramahi akan pentingnya pendidikan, bukan itu. Kami ke sini juga
membawa sebuah solusi yang cukup baik untuk Bapak dan ibu,
khususnya untuk Viola.
Ibu Viola : Masya Allah, Alhamdulillah kalau begitu. Terima kasih banyak
pak Adenan,pak Rayhan
Ayah Viola : betulkan bisa begitu pak, bu? Saya sangat bersyukur kalau
memang Viola bisa tetap melanjutkan pendidikannya. Viola, kemarilah
sebentar nak!
Viola : Iya ayah. (menagis haru)
Ayah Viola : Kau tetap bisa berkuliah nak. Berterima kasihlah pada
bapak-bapak gurumu ini!
Viola : Din, terima kasih banyak. Kamu juga sudah banyak membantu
saya. (memeluk Nadin sambil menagis)