Anda di halaman 1dari 2

PUTRI BONGSU ALANG

Putri Bongsu Alang adalah cerita rakyat dari Sumatera Selatan.

Di daerah Sumatera Selatan tepatnya di tepi Sungai Bilah hiduplah seorang putri yang cantik
bernama Bongsu Alang. Kecantikan putri Bongsu Alang semakin bersinar dengan
kepribadiannya yang mulia sehingga semua orang menyayanginya. Kecantikan putri ini
tersiar hingga ke mana-mana dan sampai ke telinga Raja Nulong. Kemudian raja Nulong
mengutus seorang patih untuk datang menemui Putri Bongsu Alang. Kedatangan patih
bermaksud untuk menyampaikan pesan Raja Nulong yang ingin mengambilnya sebagai
permaisuri.

Putri Bongsu Alang mengajukan sebuah syarat yaitu Raja Nulong harus dapat memetik tujuh
buah jeruk purut dan dipetik dengan menggunakan kaki. meskipun sulit namun Raja Nulong
sudah bertekad untuk menjadikan Putri Bongsu Alang sebagai istrinya. Setelah beberapa hari
akhirnya Raja Nulong berhasil memetik tujuh buah jeruk purut dengan menggunakan kaki.
jeruk purut itu lalu diletakkan di dalam ruas bambu dan diberikan kepada Putri Bongsu
Alang. Sang putri merasa senang dan menerima pinangan raja Nulong. Akhirnya pernikahan
pun dilangsungkan dan putri Bongsu Alang diboyong ke istana untuk menjadi permaisuri.
Walaupun telah tinggal di istana namun permaisuri tidak menjadi sombong, dia malah sangat
berbaik hati kepada semua rakyat. Kecerdasannya dalam menyelesaikan masalah istana dan
masyarakat membuat rakyat mencintai Permaisuri Bongsu Alang. Rakyat hidup dengan
makmur dan sejahtera. Di dalam istana Permaisuri memiliki seorang dayang yang di percaya
mengurusi semua keperluannya nama dayang tersebut adalah Jebak Jabir. Dayang ini merasa
iri kepada Permaisuri dan bermaksud ingin mencelakakannya.

Pada suatu hari Permaisuri Bongsu Alang mengajak Dayang Jebak Jabir untuk mandi di
sungai. Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Jebak Jabir. Ketika sedang asyik bermain air,
Jebak Jabir mengajak Permaisuri Bongsu Alang untuk mandi di tempat yang lebih dalam.
Jebak Jabir berjanji akan menjaga permaisuri. Tanpa berprasangka apa-apa permaisuri pun
mandi ke tempat yang lebih dalam, ketika itulah Jebak Jabir mendorong permaisuri hingga
tenggelam. Permaisuri yang tidak bisa berenang merasa ketakutan dan akhirnya tenggelam.
Jebak Jabir lalu memakai pakaian permaisuri dan pulang ke istana dan berpura-pura menjadi
permaisuri Bongsu Alang.

Perawakan Jebak Jabir memang sangat mirip dengan Permaisuri, wajah dan bentuk tubuhnya
sangat mirip seperti kembar adanya. Hanya saja Jebak Jabir memiliki kulit yang lebih hitam
dari Permaisuri. Hal ini tidak menimbulkan kecurigaan Raja Nulong. Ketika Jebak Jabir
pulang ke istana dia berpura-pura menangis dan mengatakan kalau Jebak Jabir tenggelam di
sungai. Raja Nulong yang tidak mengetahui hal ini berusaha menghibur permaisuri palsu.
Lalu tinggallah Jebak Jabir di istana sebagai permaisuri dan tidak ada yang curiga
terhadapnya.

Hingga pada suatu hari Raja Nulong berjalan-jalan di tepi sungai, ketika itu Raja Nulong
menemukan bambu yang berisi jeruk purut pemberiannya kepada Permaisuri Bongsu Alang
ketika ingin meminangnya dahulu. Raja Nulong merasa sedih karena menganggap bahwa
permaisuri telah melupakan pemberian itu. Pada ketika itulah terdengar angin berbisik dan
membunyikan suara seorang wanita. Suara tersebut memberitahu kepada Raja Nulong bahwa
Jebak Jabir adalah permaisuri palsu. Suara itu tidak lain adalah suara Permaisuri Bongsu
Alang yang telah berubah menjadi sebatang pohon rindang di tepi sungai.

Mendengar bisikan angin tersebut Raja Nulong sadar kalau dia telah ditipu. Kemudian raja
Nulong segera pulang ke istana dan menemui Jebak Jabir. Mengetahui kalau penyamarannya
telah di ketahui raja, Jebak Jabir menggigil ketakutan dan menceritakan kejadian sebenarnya.
Mendengar cerita itu raja Nulong marah dan memerintahkan bawahannya untuk menangkap
Jebak Jabir dan memberi hukuman setimpal atas kesalahannya.
Seluruh rakyat yang mendengar cerita itu menjadi sedih, mereka berdoa agar permaisuri bisa
kembali menjadi manusia. Karena permaisuri memiliki hati yang mulia maka ia pun berubah
menjadi manusia dan kembali ke istana. Permaisuri hidup bahagia bersama raja Nulong.
Pohon tempat Permaisuri di namai pohon Kayu Si Alang. Lama-kelamaan menjadi kayu
Tualang dan desa itu kini bernama desa Tualang.

Anda mungkin juga menyukai