Anda di halaman 1dari 10

Riset ♦ Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris # Endah Dwi Hastuti

Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris dengan


Model Make a Match pada Siswa Tunarungu Wicara dan
Tunagrahita Kelas VII SMPLB

Endah Dwi Hastuti


SLB Hamong Putro Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa tunarungu


wicara dan tunagrahita kelas VII SMPLB dalam percakapan Bahasa Inggris. Ada
beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam
percakapan bahasa Inggris, seperti tidak tertarik atau kurang senang karena
pembelajarannya monoton dan pasif. Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model
pembelajaran "Make a Match " berdasar pada situasi yang nyata dengan menggunakan
media visual aids berupa benda nyata, kartu gambar dan kartu kata. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara kuantitatif pada siklus pertama cukup baik dengan rata-rata
5,38 atau 67,25% dan siklus kedua adalah baik dengan rata-rata 7,0 atau 87,5%.
Artinya, dari siklus pertama ke siklus kedua, ada perbaikan sebesar 0,75 atau 20,25%.
Secara kualitatif, respon siswa pada model pembelajaran ini positif, yaitu membuat
siswa lebih aktif dan lebih senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan
demikian, model pembelajaran "Make a match" ini mampu meningkatkan kemampuan
mahasiswa percakapan dan pada akhirnya mampu meningkatkan nilai pada masing-
masing siswa.

Kata kunci: Tunarungu, tunagrahita, SMPLB, percakapan Bahasa Inggris, make a


match,

PENDAHULUAN

Bagi siswa SMPLB, Bahasa Inggris Keterbatasan kemampuan anak tunarungu


merupakan merupakan materi baru, dan tunagrahita menyebabkan mereka
sehingga memerlukan kemampuan khusus kurang mampu dalam percakapan, apalagi
untuk dapat memahaminya dengan baik. kalau guru menyampaikan materi dengan
Apalagi bagi siswa tunarungu wicara (B) metode yang monoton, kurang menarik,
dan siswa tunagrahita (C) atau sering tidak melibatkan seluruh siswa dan tanpa
dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus media pendidikan yang dapat
(ABK). mempermudah dan memperjelas materi.
Salah satu standar kompetensi yang Tujuan utama pembelajaran Bahasa Inggris
hams diajarkan pada siswa tunarungu dan adalah agar siswa berlaku aktif dan mampu
tunagrahita di SMPLB adalah berbicara memahami materi tersebut sebagaimana
(speaking) dan di dalamnya terdapat yang telah digariskan dalam kurikulum.
kompetensi dasar percakapan transaksional/ Memperhatikan realita diatas, perlu
interpersonal sangat sederhana dengan adanya solusi untuk dapat meningkatkan
melibatkan berbagai tindak tutur. kemampuan percakapan Bahasa Inggris,

66 )MI\_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010


Riset » Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris » Endah Dwi Hastuti

sehingga siswa lebih mudah memahami yang dipandang sesuai untuk pembelajaran
konsep-konsep yang terkandung Bahasa Inggris untuk siswa tunarungu
didalamnya, melibatkan seluruh siswa maupun tunagrahita di SMPLB adalah
untuk ikut aktif tanpa mengesampingkan model Make a match. Dalam bahasa
ketepatan, kemanfaatan dan kesesuaian Indonesia model ini disebut model
metode yang digunakan dengan materi yang pembelajaran mencari pasangan. Menurut
dibahas dengan menambah variasi model Lorna Curran, (LPMP, 2008:13) dalam
pembelajaran yang menarik dan model pembelajaran make a match
menyenangkan bagi siswa sebagai alternatif langkah-langkahnya, yaitu: 1. Guru
pilihan bagi pemecahan masalah tersebut. menyiapkan beberapa kartu yang berisi
Sesuai Standar Isi tahun 2006 beberapa konsep atau topik yang cocok
pembelajaran Bahasa Inggris terdiri dari 4 untuk sesi review, sebaiknya satu bagian
(empat) standar kompetensi yaitu kartu soal dan bagian lainnya kartu
mendengarkan, berbicara, membaca dan jawaban, 2. Setiap siswa mendapat satu
menulis. Keempat standar kompetensi buah kartu, 3. Tiap siswa memikirkan
tersebut harus diajarkan agar siswa mampu jawaban/soal dari kartu yang dipegang, 4.
menguasai materi sesuai yang diharapkan. Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan
Terutama untuk standar kompetensi kartunya (soal jawaban), 5. Setiap siswa
berbicara {speaking), yaitu mengungkapkan yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
makna dalam teks percakapan batas waktu diberi poin, 6. Setelah satu
transaksional/interpersonal lisan dan/atau babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
isyarat sangat sederhana untuk berinteraksi mendapat kartu yang berbeda dari
dengan lingkungan terdekat. Adapun sebelumnya, 7. Demikian seterusnya, 8.
kompetensi dasarnya yaitu menggunakan Kesimpulan/penutup.
makna dalam ragam bahasa lisan terutama
dalam percakapan transaksional/ Berdasarkan model pembelajaran di
interpersonal sangat sederhana dan atas, pada penelitian ini guru menyiapkan
berterima yang melibatkan tindak tutur: kartu-kartu baik kartu gambar maupun kartu
menyapa yang belum/sudah dikenal, kata dan bisa juga berwujud benda nyata
memperkenalkan did sendiri/orang lain, yang ada di sekitar kelas, misalnya buku,
mengucapkan terima kasih, meminta maaf, bolpen, penghapus, papan tulis, penggaris,
memerintah atau melarang, meminta dan tas, payung, gunting, bola, sepeda dan Iain-
memberi informasi, mengungkapkan lain. Benda nyata, kartu gambar maupun
kesantunan. kartu kata yang disiapkan guru merupakan
materi yang harus sesuai dengan sesi review
Bagi siswa tunarungu dan tunagrahita, pada saat pembelajaran tersebut. Benda
pencapaian kompetensi dasar di atas tentu
nyata, kartu gambar maupun kartu kata
tidak mudah, sehingga diperlukan model yang disiapkan guru dibagi menjadi dua
pembelajaran yang menarik dan
bagian. Bagian pertama untuk kartu soal
menyenangkan siswa dengan media tertentu dan bagian kedua untuk kartu jawaban.
sehingga tanpa terasa siswa dapat
melakukan percakapan dengan Bahasa Setiap siswa diberi satu kartu, pada
Inggris. Salah satu model pembelajaran saat permainan kartu yang dipegang dapat

}Affl_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010 67


Riset # Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris ♦ Endah Dwi Hastuti

berupa kartu soal maupun kartu jawaban. mata). Adapun Isbani dkk (1989:23)
Untuk memandu, kartu soal pada awal berpendapat bahwa media pendidikan audio
kegiatan dipegang guru dan seluruh siswa visual aids adalah alat, metode dan teknik
memegang kartu jawaban tetapi hanya ada yang digunakan dalam rangka lebih
satu jawaban yang benar. Bagi siswa yang mengefektifkan komunikasi dan interaksi
memegang kartu jawaban benar maka harus antara guru dan siswa dalam proses
lari mendekati pasangan yang memegang pendidikan dan pengajaran di sekolah.
kartu soal (baik itu guru maupun siswa)
Sementara itu Bobby de Porter
kemudian harus membacanya terlebih
(2000:67) mengatakan bahwa sebuah
dahulu bila sudah hafal/lancar maka
gambar lebih berarti dari seribu kata. Jika
pasangan yang membawa kartu soal dan
anda menggunakan alat peraga dalam
kartu jawaban melakukan percakapan
situasi belajar, akan terjadi hal yang
seperti pada kartu yang dipegang masing-
menakjubkan. Bukan hanya mengawali
masing.
proses belajar dengan cara merangsang
Setiap siswa yang dapat mencocokkan modalitas visual, alat peraga juga secara
antara kartu soal dengan kartu jawaban, harfiah menyalakan jalur syaraf seperti
kemudian dapat melakukan percakapan kembang api di malam lebaran. Beribu-ribu
seperti dalam kartu yang dipegang sebelum asosiasi tiba-tiba diluncurkan ke dalam
batas waktu habis, akan mendapat hadiah kesadaran. Kaitan ini menyediakan konteks
sebagai pengganti poin. yang kaya untuk pembelajaran yang baru.
Dalam penelitian ini kartu gambar, Digunakannya benda nyata, kartu
kartu kata, dan benda nyata yang digunakan gambar, kartu kata sebagai media visual
berfungsi sebagai media visual aids atau aids dalam penelitian ini didasari oleh hasil
alat peraga yang diasumsikan dapat penelitian Glenn Doman dan Janet Doman
membantu para siswa dalam memahami (2006) menunjukkan bahwa pembelajaran
materi Bahasa Inggris khususnya dalam dengan bantuan kartu kata yang berlanjut
berbicara percakapan Bahasa Inggris. dengan kartu kalimat telah terbukti mampu
merangsang anak-anak cedera otak, baik
Dalam kaitannya dengan media visual
dalam kemampuan membaca maupun
aids banyak ahli pendidikan berpendapat
kemampuan lainnya. Dijelaskan dalam
bahwa visual aids adalah teknik
bukunya yang berjudul "What To Do About
pembelajaran dengan penggunaan alat
Your 5raw-Injured Child" tentang seorang
bantu pandang yang berupa gambar, poster,
anak cedera otak berat berumur tiga tahun
diagram dan leaflet (Sudjana, 2001:83).
bernama Tomy yang divonis tidak akan
Sedangkan Soedjono (1956:84) menyatakan
pernah bisa berjalan atau berbicara,
bahwa alat peraga visual adalah alat peraga
sehingga dia harus tinggal di lembaga
yang dapat dilihat. Pada waktu menerima
perawatan seumur hidup, tetapi setelah
peragaan, indera yang aktif adalah
menjalankan program intervensi dengan
penglihatan (mata). Adapun alat peraga
cara mengajarkan berbagai pengetahuan
auditif visual adalah alat peraga yang dapat
dengan menggunakan kartu kata, Tomy
dilihat dan didengar. Pada waktu menerima
mengalami banyak kemajuan. Setelah enam
peragaan, indera yang aktif adalah
puluh hari menjalankan program Tomy
pendengaran dan penglihatan (telinga dan

68 }&SSI__Anakku» Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010


Riset » Meningkatkan Kemampuan Percakapan BahasaInggris ♦ Endah Dwi Hastuti

sudah dapat merangkak dengan tangan dan kata. Kondisi ini menjadikan Tomy tidak
lututnya. Pada kunjungan ketiga Tomy perlu menghabiskan hidupnya di lembaga
sudah dapat mengucapkan dua kata perawatan dan mampu belajar di sekolah
pertamanya yaitu "Mama" dan "Papa". Atas khusus.
kegigihan orangtuanya pada usia empat
Hasil penelitian di atas, memperkuat
tahun dua bulan Tomy sudah dapat
harapan peneliti agar anak-anak tunarungu
membaca buku, dan pada kunjungan yang
wicara dan anak tunagrahita dalam
kesebelas Tomy sudah dapat membaca apa
meningkatkan kemampuan percakapan
saja dengan lancar dengan tekanan dan nada
Bahasa Inggris, mengingat kondisi fisik dan
suara yang tepat, serta dapat memahami
psikisnya tidak separah anak-anak cedera
maknanya. Semua itu dilakukan
otak.
orangtuanya dengan menggunakan kartu

METODE

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas Penelitian tindakan ini dilakukan dalam
VII anak tunarungu wicara (SMPLB B) dan dua siklus, setelah pada siklus I dilakukan
anak tunagrahita (SMPLB C) di SLB B-C refleksi akan muncul pemasalahan baru
Hamong Putro Jombor Sukoharjo tahun sehingga perlu dilakukan perencanaan
pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 8 ulang, pelaksanaan ulang, tindakan ulang,
anak, 4 siswa perempuan anak tunarungu pengamatan ulang serta refleksi ulang.
wicara (SMPLB B) dan 4 siswa laki-laki
Siklus I bertujuan untuk mengetahui
anak tunagrahita (SMPLB C).
tingkat kemampuan siswa dalam
Dalam penelitian ini terdapat dua percakapan Bahasa Inggris yang kemudian
macam variabel yaitu variabel bebas dan digunakan sebagai bahan refleksi untuk
variabel terikat. Model pembelajaran make melakukan tindakan pada siklus II, sedang
a match merupakan variabel bebas dan siklus II bertujuan untuk mengetahui
meningkatnya kemampuan percakapan peningkatan kemampuan siswa dalam
Bahasa Inggris merupakan variabel terikat. percakapan Bahasa Inggris setelah
Penelitian ini merupakan penelitian dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan
tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
siklus I.
berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini
diperoleh manfaat berupa perbaikan praktis Teknik penggumpulan data dilakukan
yang meliputi penanggulangan berbagai melalui tes dan nontes. Tes, digunakan
permasalahan belajar siswa dan kesulitan untuk mengetahui tingkat kemampuan
mengajar guru. percakapan Bahasa Inggris setelah proses
PTK ini dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran melalui penerapan model
proses berdaur 4 tahap sebagaimana yang pembelajaran make a match dengan
ditulis Suharsimi Arikunto (2004:16) yaitu menggunakan media visual aids yang
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) berupa benda nyata, kartu gambar dan kartu
pengamatan dan (4) refleksi. kata. Tes dilakukan pada tiap siklus
penelitian.

JAM_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010 69


Riset + Meningkatkan Kemampuan Percakapan BahasaInggris ♦ Endah Dwi Hastuti

Pengumpulan data melalui nontes berguna untuk mengetahui gejala yang


dilakukan melalui tiga teknik, yaitu muncul pada saat penerapan model
observasi, wawancara dan jurnal. pembelajaran make a match dengan
Observasi digunakan untuk menggunakan media visual aids yang
memperoleh gambaran tingkat kemampuan berupa benda nyata, kartu gambar dan kartu
siswa dalam percakapan Bahasa Inggris dan kata sebagai media pendidikan atau alat
perubahan tingkah laku yang menyertai peraga, baik tentang kemajuan maupun
pada saat proses pembelajaran diterapkan kemunduran siswa yang dapat digunakan
model pembelajaran make a match dengan untuk mengadakan perbaikan pada siklus
menggunakan media visual aids yang berikutnya.
berupa benda nyata, kartu gambar dan kartu Teknik yang digunakan untuk
kata sebagai media pendidikan atau alat menganalisa data adalah teknik deskriptif
peraga. Observasi dilakukan untuk analitik:
mengamati secara langsung proses dan hasil
1. Data kuantitatif yang diperoleh dari
yang diperlukan untuk menentukan
hasil tes diolah dengan persentase.
langkah-langkah selanjutnya yang berupa
Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata
langkah perbaikan agar lebih efektif dan
untuk menemukan tingkat kemampuan
efisien.
percakapan Bahasa Inggris.
Wawancaradigunakan untuk
2. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil
mendapatkan data kualitatif berupa
observasi, wawancara dan jurnal,
tanggapan maupun jawaban tentang
diolah dengan cara mengklasifikasikan
kemampuan siswa dalam percakapan
berdasar aspek-aspek yang dijadikan
Bahasa Inggris dan perubahan tingkah laku
fokus analisis.
yang menyertai setelah diterapkan model
pembelajaran make a match dengan Hasil analisis data kuantitatif dan
menggunakan media visual aids yang kualitatif selanjutnya dijadikan sebagai
berupa benda nyata, kartu gambar dan kartu dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan
kata sebagai media pendidikan atau alat penerapan model pembelajaran make a
peraga melalui tanya jawab sepihak. match dalam percakapan Bahasa Inggris
dan perubahan tingkah laku yang
Jumal berisi tentang catatan reflektif
menyertai.
dan kritis tentang fenomena kelas yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Siklus I pembelajaran Make a match, diperoleh


Hasil Tes hasil:

Setelah diadakan tes perbuatan


tentang kemampuan percakapan Bahasa
Inggris menggunakan model

70 }AfJl_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010


Riset » Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris + Endah DwiHastuti

Tabel
Skor persentaseTingkat Kemampuan Percakapan BahasaInggris pada Siklus I

No Kategori Skor Responden % Keterangan


1. Baik 7,0 - 8,0 4 50 Skor rata-rata:
2. Cukup 4,0 - 6,9 3 37,5 5,38 (kategori cukup)
3. Kurang 0,0 - 3,9 1 12,2
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat tetapi kadang-kadang 2 siswa putra anak


diketahui bahwa tingkat kemampuan tunagrahita atau 25% responden tersebut
percakapan Bahasa Inggris siswa dengan terekam berbincang-bincang (bergurau)
model pembelajaran make a match disaat guru menerangkan kepada siswa lain
menggunakan media visual aids adalah atau pada saat guru membagikan kartu
sebagai berikut: dari 8 siswa yang diteliti kepada siswa lain dan kadang terekam ada 1
diketahui ada 4 siswa (50%) telah mencapai siswa putra anak tunagrahita (12,5%)
kategori baik, 3 siswa (37,5%) dengan bersembunyi di bawah meja karena
kategori cukup, dan 1 siswa (12,5%) yang mendapat pasangan siswa putri sehingga
termasuk dalam kategori kurang. Dengan harus dirayu dulu.
menerapkan cara perhitungan seperti yang
Dari hasil wawancara yang ditujukan
telah diuraikan pada bagian teknik analisis
kepada 8 siswa diperoleh informasi 4 siswa
data maka dapat diperoleh data skor rata-rata
putri atau 50% responden menyatakan
tingkat kemampuan percakapan Bahasa
bahwa pembelajaran Bahasa Inggris dalam
Inggris sebesar 5,38 atau termasuk dalam
percakapan dengan model make a match
kategori cukup.
menggunakan media visual aids, membuat
Hasil Nontes siswa merasa senang dan mempermudah
Hasil nontes pada siklus I mencakup dalam percakapan karena dibantu dengan
hasil yang diperoleh dari observasi, benda nyata, kartu gambar dan kartu kata, 2
wawancara, dan jurnal. siswa atau 25% responden pada saat ditanya
tentang penggunaan model pembelajaran
Hasil observasi pada siklus I make a match menjawab senang tetapi
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan sambil tertawa-tawa seperti tidak yakin
siswa dalam percakapan Bahasa Inggris dengan jawabannya, dan 2 siswa atau 25%
dengan model pembelajaran make a match responden tidak memberikan jawaban,
menggunakan media visual aids, suasana hanya senyum sambil menunduk .
kelas nampak hidup dan kondusif, 4 siswa
atau 50% responden aktif mengikuti seluruh Dari data jurnal menunjukkan bahwa
kegiatan dengan rasa senang tanpa dipaksa pembelajaran Bahasa Inggris dalam
maupun dipandu guru, 2 siswa atau 25% percakapan dengan model make a match
responden mau bersikap aktif apabila menggunakan media visual aids, disambut
dirangsang atau dipandu guru untuk baik oleh 4 siswa atau 50% responden
melakukan percakapan, kemudian 2 siswa dengan menunjukan reaksi yang positif saat
atau 25 % responden masih agak pasif kegiatan pembelajaran tersebut, tetapi 2
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa lainnya atau 25% responden
menunjukkan reaksi positif bila distimulasi

}\IS\_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010 71


Riset » Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris » Endah DwiHastuti

guru, dan 2 siswa atau 25% menunjukkan atau 12,5%o responden termasuk dalam
reaksi positif bila distimulasi dan dipandu kategori cukup dengan mendapatkan skor 6
guru, 4 responden (50%) menunjukkan dan 1 siswa atau 12,5 % responden termasuk
kemampuan percakapan Bahasa Inggris dalam kategori kurang dengan memperoleh
yang baik, ada 2 siswa (25%) responden skor 2. Dengan menerapkan cara
menunjukkan kemampuan yang cukup baik perhitungan seperti yang telah diuraikan
dan 2 siswa (25%) responden menunjukan pada bagian teknik analisis data, diperoleh
kemampuan kurang baik. data skor rata-rata tingkat kemampuan
Hasil Penelitian Siklus II percakapan Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran make a match menggunakan
Hasil Tes
media visual aids sebesar 7,0. Jika skor
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui maksimal 8, maka skor rata-rata siswa
kemampuan percakapan Bahasa Inggris sebesar 7,0 tersebut berarti ada pada
siswa : dari 8 siswa yang diteliti ada 6 siswa kategori baik dan apabila dihitung dengan
atau 75% responden termasuk dalam persentase sebesar 87,5 %. Hasil penelitian
kategori baik dengan memperoleh skor siklus II dapat dilihat pada tabel 2 dibawah
masing-masing sebesar 8, kemudian 1 siswa ini:

Tabel 2
Skor Persentase
Tingkat Kemampuan percakapan Bahasa Inggris pada Siklus II

No Kategori Skor Responden % Keterangan


1. Baik 7,0 8,0 6 75 Skor rata-rata : 7,0
2. Cukup 4,0 6,9 1 12,5 (Kategori Baik)
3. Kurang 0,0 3,9 1 12,5
Jumlah 100

Hasil Nontes Dari hasil observasi diketahui 6 siswa atau


Hasil observasi pada siklus II 75%) responden aktif mengikuti kegiatan, 1
menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa siswa (12,5%o) masih harus dimotivasi
Inggris dalam percakapan dengan model untuk ikut aktif saat proses pembelajaran
make a match menggunakan media visual sedang 1 siswa lainnya (12,5%) masih harus
aids mampu merangsang siswa untuk dipandu guru, kedua siswa yang sering
memiliki tingkat kemampuan yang baik, berbincang-bincang saat proses
suasana kelas yang menyenangkan makin pembelajaran, pada siklus II tidak
hidup dan kondusif, siswa melakukan berbincang-bincang lagi saat kegiatan
sendiri semua kegiatan yang merangsang belajar berlangsung, dan siswa yang pada
untuk percakapan Bahasa Inggris. Dalam siklus I malu bila mendapat pasangan lawan
pembelajaran ini siswa lebih aktif jenis, pada siklus II sudah tidak malu-malu
mengikuti kegiatan belajar selama proses lagi meskipun mendapat pasangan lawan
pembelajaran berlangsung karena merasa jenis. Dengan demikian dari 8 siswa yang
sebagai bagian dari kesibukan bersama. diteliti, 6 siswa atau 75% responden pada

72 J\fI\_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010


Riset + Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris ♦ Endah Dwi Hastuti

siklus II ini dapat melakukan percakapan 67,25%) kemudian pada siklus II naik
Bahasa Inggris dengan baik, 1 siswa atau menjadi 7,0 atau bila dihitung dengan
12,5 % responden dapat melakukan persentase sebesar 87,5%, jadi dari siklus I
percakapan dengan dimotivasi serta 1 siswa dibandingkan dengan siklus II ada kenaikan
atau 12,5%o responden dapat melakukan sebesar 1,62 dari 5,38 menjadi 7,0 dan ada
percakapan dengan dipandu guru. peningkatan dalam kategori dari tingkat
Hasil wawancara pada siklus II kemampuan cukup pada siklus I kemudian
diperoleh informasi dari 8 siswa atau 100% menjadi tingkat kemampuan baik pada
responden menyatakan setuju, lebih mudah siklus II. Dengan hitungan persentase dari
dan senang apabila dalam pembelajaran siklus I ke siklus II ada kenaikan sebesar

percakapan Bahasa Inggris dengan model 20,25% dari 67,25% menjadi 87,5%.
make a match menggunakan media visual Secara klasikal tingkat kemampuan
aids. Siswa yang pada siklus I tidak siswa dalam percakapan Bahasa Inggris
menjawab pertanyaan pada siklus II mau dengan menggunakan model pembelajaran
menjawab pertanyaan. make a match menggunakan media visual
Dari data jurnal guru diperoleh aids berupa benda nyata, kartu gambar dan
gambaran bahwa 8 siswa atau 100% kartu kata meningkat dari siklus I ke siklus
responden yang diteliti tingkah lakunya II, ada kenaikan sebesar 20,25% yaitu dari
memberi reaksi positif terhadap 67,25% menjadi 87,5%.
pembelajaran Bahasa Inggris dalam Dari hasil observasi, wawancara dan
percakapan dengan model make a match jurnal diketahui bahwa pada siklus I, ada 4
menggunakan media visual aids yang siswa atau 50% responden aktif pada saat
berupa benda nyata, kartu gambar maupun proses pembelajaran, senang melakukan
kartu kata dengan hasil yang baik. kegiatan tanpa dipandu guru, 2 siswa atau
Berdasarkan temuan penelitian di atas, 25% responden mau aktif apabila
diketahui bahwa hasil tes pada penelitian ini distimulasi oleh guru dan 2 siswa lainnya
difokuskan pada aspek kemampuan atau 50% responden agak pasif sehingga
percakapan Bahasa Inggris dari kemampuan harus distimulasi dan dipandu guru, dan
siswa. Pada siklus I diketahui 4 siswa atau
pada siklus II diketahui ada 6 siswa atau
50%) responden mencapai kategori baik, 75% aktif tanpa dipandu guru, ada 1 siswa
sedangkan 3 siswa lainnya atau 37,5% atau 12,5%) responden aktif tetapi harus
responden mencapai kategori cukup baik dimotivasi/distimulasi oleh guru dan 1
tetapi masih ada 1 siswa atau 12,5% siswa lagi atau 12,5% responden mau aktif
responden yang termasuk kategori kurang bila dimotivasi dan dipandu oleh guru.
baik. Pada siklus II, 6 siswa atau 75% Pada siklus I semua siswa harus berdiri
responden telah mencapai kategori baik, kemudian berlari untuk mengambil benda
ada 1 siswa atau 12,5% responden termasuk nyata yang disediakan guru lalu mencari
dalam kategori cukup baik dan 1 siswa pasangan untuk praktek percakapan, setelah
teermasuk kategori kurang baik. itu siswa harus berlari mengambil kartu,
Skor rata-rata pada siklus I sebesar 5,38 baik kartu soal maupun kartu jawaban
apabila dihitung dengan persentase sebesar kemudian harus mencari pasangannya

}AMl_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010 73


Riset + Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris » Endah DwiHastuti

sesuai kartu gambar yang dipegang lalu pasangan lawan jenis sekarang tidak malu
harus berlari mencari benda nyata yang lagi bila mendapat pasangan lawan jenis.
telah disiapkan guru sesuai kartu masing- Dari hasil wawancara pada siklus I,
masing. Setelah setiap pasangan memegang dengan model make a match ada 4 siswa
benda nyata, kartu gambar dan kartu kata atau 50%> menyatakan senang,
maka saatnya mereka bergiliran untuk enak/mempermudah percakapan Bahasa
praktek percakapan. Pada siklus I masih ada Inggris, 2 siswa atau 25%> responden
2 pasangan yang harus diingatkan bahwa menyatakan senang sambil tertawa dan 2
sekarang sampai pada gilirannya, kemudian siswa (25%>) responden tidak menjawab
ada 1 pasangan yang masih harus dipandu. ketika ditanya hanya tersenyum sambil
Hal tersebut pada siklus I diulang lagi pada menunduk dan hal tersebut tidak terjadi lagi
siklus II, dan tinggal 1 pasangan yang harus pada siklus II karena hasil wawancara
dipandu untuk melakukan percakapan siklus II, 8 siswa atau 100%) responden
Bahasa Inggris. 2 siswa atau 25% menjawab senang dan lebih mudah serta
responden yang pada siklus I diketahui lebih enak belajar Bahasa Inggris
sering berbincang-bincang (mengobrol) percakapan dengan model make a match
pada saat guru menerangkan kepada siswa menggunakan media visual aids bahkan
lain, hal ini tidak tampak lagi pada siklus II sebagian siswa minta diulang lagi karena
dan 1 siswa yang pada siklus I malu pembelajaran tersebut sangat
(bersembunyi) dibawah meja bila mendapat menyenangkan.

Tabel 3
Data kemampuan siswa pada siklus I dan II

Kemampuan
No Nama Siswa
Siklus I Siklus II
1. IPK 8 8
2. ARA 5 8
3. DE 5 8
4. RAUN 4 6
5. HS 7 8
6. N 7 8
7. I 7 8
8. IT 1 2
Jumah 43 56
Rata-rata 5,38 7,0
Kategori Cukup Baik

Data jurnal menunjukkan 4 siswa atau reaksi yang positif pada siklus I, hal
50%> responden memberikan reaksi yang tersebut tidak terjadi lagi pada siklus II
positif, 2 siswa atau 25% responden mau karena pada siklus II, 8 siswa atau 100%)
aktif bila distimulasi guru dan 2 siswa atau responden bertingkah laku memberikan
25% responden harus distimulasi dan reaksi yang positif.
dipandu guru dahulu baru mau memberikan

74 iASf\_Anakku » Volume 9 : Nomor 1 Tahun 2010


Riset + Meningkatkan Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris + Endah Dwi Hastuti

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan C Hamong Putro Jombor Bendosari


pembahasan dapat disimpulkan bahwa Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009, juga
penerapan model pembelajaran make a mampu membuat siswa aktif, merasa
match menggunakan media visual aids senang saat proses pembelajaran, serta
berupa benda nyata, kartu gambar maupun dapat meningkatkan hasil belajar, yang
kartu kata disamping dapat meningkatkan dibuktikan dengan adanya peningkatan skor
kemampuan percakapan Bahasa Inggris yang diperoleh secara individual.
siswa kelas VII SMPLB B dan C di SLB B-

DAFTAR PUSTAKA

Bobby de Porter, dkk. (2000). Quantum Soedjono AG. (1956). Pendahuluan


Teaching. Bandung: Kaifa didaktik dan metodik Umum. Jakarta:
Depdiknas. (2006(.Standar Isi. Jakarta: Harapan Masa
Depdiknas Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi.
Glenn Doman, Janet Doman. (2006). .How (2006). Penelitian Tindakan Kelas.
To Teach Your Baby To Read Jakarta: Bumi Aksara
(Bagaimana Mengajar Bayi Anda LPMP. (2008). Model-Model Pembelajar
Membaca Sambil Bermain). Jakarta: an. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Tigaraksa Satria
Isbani, R. dan Sardjono. (1989). Cipta
Karya Audio Visual Aids. Surakarta:
Uniersitas Sebelas Maret Press.

}Afn_Anakku » Volume 9: Nomor 1 Tahun 2010 75

Anda mungkin juga menyukai