ABSTRAK
PENDAHULUAN
sehingga siswa lebih mudah memahami yang dipandang sesuai untuk pembelajaran
konsep-konsep yang terkandung Bahasa Inggris untuk siswa tunarungu
didalamnya, melibatkan seluruh siswa maupun tunagrahita di SMPLB adalah
untuk ikut aktif tanpa mengesampingkan model Make a match. Dalam bahasa
ketepatan, kemanfaatan dan kesesuaian Indonesia model ini disebut model
metode yang digunakan dengan materi yang pembelajaran mencari pasangan. Menurut
dibahas dengan menambah variasi model Lorna Curran, (LPMP, 2008:13) dalam
pembelajaran yang menarik dan model pembelajaran make a match
menyenangkan bagi siswa sebagai alternatif langkah-langkahnya, yaitu: 1. Guru
pilihan bagi pemecahan masalah tersebut. menyiapkan beberapa kartu yang berisi
Sesuai Standar Isi tahun 2006 beberapa konsep atau topik yang cocok
pembelajaran Bahasa Inggris terdiri dari 4 untuk sesi review, sebaiknya satu bagian
(empat) standar kompetensi yaitu kartu soal dan bagian lainnya kartu
mendengarkan, berbicara, membaca dan jawaban, 2. Setiap siswa mendapat satu
menulis. Keempat standar kompetensi buah kartu, 3. Tiap siswa memikirkan
tersebut harus diajarkan agar siswa mampu jawaban/soal dari kartu yang dipegang, 4.
menguasai materi sesuai yang diharapkan. Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan
Terutama untuk standar kompetensi kartunya (soal jawaban), 5. Setiap siswa
berbicara {speaking), yaitu mengungkapkan yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
makna dalam teks percakapan batas waktu diberi poin, 6. Setelah satu
transaksional/interpersonal lisan dan/atau babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
isyarat sangat sederhana untuk berinteraksi mendapat kartu yang berbeda dari
dengan lingkungan terdekat. Adapun sebelumnya, 7. Demikian seterusnya, 8.
kompetensi dasarnya yaitu menggunakan Kesimpulan/penutup.
makna dalam ragam bahasa lisan terutama
dalam percakapan transaksional/ Berdasarkan model pembelajaran di
interpersonal sangat sederhana dan atas, pada penelitian ini guru menyiapkan
berterima yang melibatkan tindak tutur: kartu-kartu baik kartu gambar maupun kartu
menyapa yang belum/sudah dikenal, kata dan bisa juga berwujud benda nyata
memperkenalkan did sendiri/orang lain, yang ada di sekitar kelas, misalnya buku,
mengucapkan terima kasih, meminta maaf, bolpen, penghapus, papan tulis, penggaris,
memerintah atau melarang, meminta dan tas, payung, gunting, bola, sepeda dan Iain-
memberi informasi, mengungkapkan lain. Benda nyata, kartu gambar maupun
kesantunan. kartu kata yang disiapkan guru merupakan
materi yang harus sesuai dengan sesi review
Bagi siswa tunarungu dan tunagrahita, pada saat pembelajaran tersebut. Benda
pencapaian kompetensi dasar di atas tentu
nyata, kartu gambar maupun kartu kata
tidak mudah, sehingga diperlukan model yang disiapkan guru dibagi menjadi dua
pembelajaran yang menarik dan
bagian. Bagian pertama untuk kartu soal
menyenangkan siswa dengan media tertentu dan bagian kedua untuk kartu jawaban.
sehingga tanpa terasa siswa dapat
melakukan percakapan dengan Bahasa Setiap siswa diberi satu kartu, pada
Inggris. Salah satu model pembelajaran saat permainan kartu yang dipegang dapat
berupa kartu soal maupun kartu jawaban. mata). Adapun Isbani dkk (1989:23)
Untuk memandu, kartu soal pada awal berpendapat bahwa media pendidikan audio
kegiatan dipegang guru dan seluruh siswa visual aids adalah alat, metode dan teknik
memegang kartu jawaban tetapi hanya ada yang digunakan dalam rangka lebih
satu jawaban yang benar. Bagi siswa yang mengefektifkan komunikasi dan interaksi
memegang kartu jawaban benar maka harus antara guru dan siswa dalam proses
lari mendekati pasangan yang memegang pendidikan dan pengajaran di sekolah.
kartu soal (baik itu guru maupun siswa)
Sementara itu Bobby de Porter
kemudian harus membacanya terlebih
(2000:67) mengatakan bahwa sebuah
dahulu bila sudah hafal/lancar maka
gambar lebih berarti dari seribu kata. Jika
pasangan yang membawa kartu soal dan
anda menggunakan alat peraga dalam
kartu jawaban melakukan percakapan
situasi belajar, akan terjadi hal yang
seperti pada kartu yang dipegang masing-
menakjubkan. Bukan hanya mengawali
masing.
proses belajar dengan cara merangsang
Setiap siswa yang dapat mencocokkan modalitas visual, alat peraga juga secara
antara kartu soal dengan kartu jawaban, harfiah menyalakan jalur syaraf seperti
kemudian dapat melakukan percakapan kembang api di malam lebaran. Beribu-ribu
seperti dalam kartu yang dipegang sebelum asosiasi tiba-tiba diluncurkan ke dalam
batas waktu habis, akan mendapat hadiah kesadaran. Kaitan ini menyediakan konteks
sebagai pengganti poin. yang kaya untuk pembelajaran yang baru.
Dalam penelitian ini kartu gambar, Digunakannya benda nyata, kartu
kartu kata, dan benda nyata yang digunakan gambar, kartu kata sebagai media visual
berfungsi sebagai media visual aids atau aids dalam penelitian ini didasari oleh hasil
alat peraga yang diasumsikan dapat penelitian Glenn Doman dan Janet Doman
membantu para siswa dalam memahami (2006) menunjukkan bahwa pembelajaran
materi Bahasa Inggris khususnya dalam dengan bantuan kartu kata yang berlanjut
berbicara percakapan Bahasa Inggris. dengan kartu kalimat telah terbukti mampu
merangsang anak-anak cedera otak, baik
Dalam kaitannya dengan media visual
dalam kemampuan membaca maupun
aids banyak ahli pendidikan berpendapat
kemampuan lainnya. Dijelaskan dalam
bahwa visual aids adalah teknik
bukunya yang berjudul "What To Do About
pembelajaran dengan penggunaan alat
Your 5raw-Injured Child" tentang seorang
bantu pandang yang berupa gambar, poster,
anak cedera otak berat berumur tiga tahun
diagram dan leaflet (Sudjana, 2001:83).
bernama Tomy yang divonis tidak akan
Sedangkan Soedjono (1956:84) menyatakan
pernah bisa berjalan atau berbicara,
bahwa alat peraga visual adalah alat peraga
sehingga dia harus tinggal di lembaga
yang dapat dilihat. Pada waktu menerima
perawatan seumur hidup, tetapi setelah
peragaan, indera yang aktif adalah
menjalankan program intervensi dengan
penglihatan (mata). Adapun alat peraga
cara mengajarkan berbagai pengetahuan
auditif visual adalah alat peraga yang dapat
dengan menggunakan kartu kata, Tomy
dilihat dan didengar. Pada waktu menerima
mengalami banyak kemajuan. Setelah enam
peragaan, indera yang aktif adalah
puluh hari menjalankan program Tomy
pendengaran dan penglihatan (telinga dan
sudah dapat merangkak dengan tangan dan kata. Kondisi ini menjadikan Tomy tidak
lututnya. Pada kunjungan ketiga Tomy perlu menghabiskan hidupnya di lembaga
sudah dapat mengucapkan dua kata perawatan dan mampu belajar di sekolah
pertamanya yaitu "Mama" dan "Papa". Atas khusus.
kegigihan orangtuanya pada usia empat
Hasil penelitian di atas, memperkuat
tahun dua bulan Tomy sudah dapat
harapan peneliti agar anak-anak tunarungu
membaca buku, dan pada kunjungan yang
wicara dan anak tunagrahita dalam
kesebelas Tomy sudah dapat membaca apa
meningkatkan kemampuan percakapan
saja dengan lancar dengan tekanan dan nada
Bahasa Inggris, mengingat kondisi fisik dan
suara yang tepat, serta dapat memahami
psikisnya tidak separah anak-anak cedera
maknanya. Semua itu dilakukan
otak.
orangtuanya dengan menggunakan kartu
METODE
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas Penelitian tindakan ini dilakukan dalam
VII anak tunarungu wicara (SMPLB B) dan dua siklus, setelah pada siklus I dilakukan
anak tunagrahita (SMPLB C) di SLB B-C refleksi akan muncul pemasalahan baru
Hamong Putro Jombor Sukoharjo tahun sehingga perlu dilakukan perencanaan
pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 8 ulang, pelaksanaan ulang, tindakan ulang,
anak, 4 siswa perempuan anak tunarungu pengamatan ulang serta refleksi ulang.
wicara (SMPLB B) dan 4 siswa laki-laki
Siklus I bertujuan untuk mengetahui
anak tunagrahita (SMPLB C).
tingkat kemampuan siswa dalam
Dalam penelitian ini terdapat dua percakapan Bahasa Inggris yang kemudian
macam variabel yaitu variabel bebas dan digunakan sebagai bahan refleksi untuk
variabel terikat. Model pembelajaran make melakukan tindakan pada siklus II, sedang
a match merupakan variabel bebas dan siklus II bertujuan untuk mengetahui
meningkatnya kemampuan percakapan peningkatan kemampuan siswa dalam
Bahasa Inggris merupakan variabel terikat. percakapan Bahasa Inggris setelah
Penelitian ini merupakan penelitian dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan
tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
siklus I.
berbasis pada kelas. Dengan penelitian ini
diperoleh manfaat berupa perbaikan praktis Teknik penggumpulan data dilakukan
yang meliputi penanggulangan berbagai melalui tes dan nontes. Tes, digunakan
permasalahan belajar siswa dan kesulitan untuk mengetahui tingkat kemampuan
mengajar guru. percakapan Bahasa Inggris setelah proses
PTK ini dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran melalui penerapan model
proses berdaur 4 tahap sebagaimana yang pembelajaran make a match dengan
ditulis Suharsimi Arikunto (2004:16) yaitu menggunakan media visual aids yang
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) berupa benda nyata, kartu gambar dan kartu
pengamatan dan (4) refleksi. kata. Tes dilakukan pada tiap siklus
penelitian.
Tabel
Skor persentaseTingkat Kemampuan Percakapan BahasaInggris pada Siklus I
guru, dan 2 siswa atau 25% menunjukkan atau 12,5%o responden termasuk dalam
reaksi positif bila distimulasi dan dipandu kategori cukup dengan mendapatkan skor 6
guru, 4 responden (50%) menunjukkan dan 1 siswa atau 12,5 % responden termasuk
kemampuan percakapan Bahasa Inggris dalam kategori kurang dengan memperoleh
yang baik, ada 2 siswa (25%) responden skor 2. Dengan menerapkan cara
menunjukkan kemampuan yang cukup baik perhitungan seperti yang telah diuraikan
dan 2 siswa (25%) responden menunjukan pada bagian teknik analisis data, diperoleh
kemampuan kurang baik. data skor rata-rata tingkat kemampuan
Hasil Penelitian Siklus II percakapan Bahasa Inggris dengan model
pembelajaran make a match menggunakan
Hasil Tes
media visual aids sebesar 7,0. Jika skor
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui maksimal 8, maka skor rata-rata siswa
kemampuan percakapan Bahasa Inggris sebesar 7,0 tersebut berarti ada pada
siswa : dari 8 siswa yang diteliti ada 6 siswa kategori baik dan apabila dihitung dengan
atau 75% responden termasuk dalam persentase sebesar 87,5 %. Hasil penelitian
kategori baik dengan memperoleh skor siklus II dapat dilihat pada tabel 2 dibawah
masing-masing sebesar 8, kemudian 1 siswa ini:
Tabel 2
Skor Persentase
Tingkat Kemampuan percakapan Bahasa Inggris pada Siklus II
siklus II ini dapat melakukan percakapan 67,25%) kemudian pada siklus II naik
Bahasa Inggris dengan baik, 1 siswa atau menjadi 7,0 atau bila dihitung dengan
12,5 % responden dapat melakukan persentase sebesar 87,5%, jadi dari siklus I
percakapan dengan dimotivasi serta 1 siswa dibandingkan dengan siklus II ada kenaikan
atau 12,5%o responden dapat melakukan sebesar 1,62 dari 5,38 menjadi 7,0 dan ada
percakapan dengan dipandu guru. peningkatan dalam kategori dari tingkat
Hasil wawancara pada siklus II kemampuan cukup pada siklus I kemudian
diperoleh informasi dari 8 siswa atau 100% menjadi tingkat kemampuan baik pada
responden menyatakan setuju, lebih mudah siklus II. Dengan hitungan persentase dari
dan senang apabila dalam pembelajaran siklus I ke siklus II ada kenaikan sebesar
percakapan Bahasa Inggris dengan model 20,25% dari 67,25% menjadi 87,5%.
make a match menggunakan media visual Secara klasikal tingkat kemampuan
aids. Siswa yang pada siklus I tidak siswa dalam percakapan Bahasa Inggris
menjawab pertanyaan pada siklus II mau dengan menggunakan model pembelajaran
menjawab pertanyaan. make a match menggunakan media visual
Dari data jurnal guru diperoleh aids berupa benda nyata, kartu gambar dan
gambaran bahwa 8 siswa atau 100% kartu kata meningkat dari siklus I ke siklus
responden yang diteliti tingkah lakunya II, ada kenaikan sebesar 20,25% yaitu dari
memberi reaksi positif terhadap 67,25% menjadi 87,5%.
pembelajaran Bahasa Inggris dalam Dari hasil observasi, wawancara dan
percakapan dengan model make a match jurnal diketahui bahwa pada siklus I, ada 4
menggunakan media visual aids yang siswa atau 50% responden aktif pada saat
berupa benda nyata, kartu gambar maupun proses pembelajaran, senang melakukan
kartu kata dengan hasil yang baik. kegiatan tanpa dipandu guru, 2 siswa atau
Berdasarkan temuan penelitian di atas, 25% responden mau aktif apabila
diketahui bahwa hasil tes pada penelitian ini distimulasi oleh guru dan 2 siswa lainnya
difokuskan pada aspek kemampuan atau 50% responden agak pasif sehingga
percakapan Bahasa Inggris dari kemampuan harus distimulasi dan dipandu guru, dan
siswa. Pada siklus I diketahui 4 siswa atau
pada siklus II diketahui ada 6 siswa atau
50%) responden mencapai kategori baik, 75% aktif tanpa dipandu guru, ada 1 siswa
sedangkan 3 siswa lainnya atau 37,5% atau 12,5%) responden aktif tetapi harus
responden mencapai kategori cukup baik dimotivasi/distimulasi oleh guru dan 1
tetapi masih ada 1 siswa atau 12,5% siswa lagi atau 12,5% responden mau aktif
responden yang termasuk kategori kurang bila dimotivasi dan dipandu oleh guru.
baik. Pada siklus II, 6 siswa atau 75% Pada siklus I semua siswa harus berdiri
responden telah mencapai kategori baik, kemudian berlari untuk mengambil benda
ada 1 siswa atau 12,5% responden termasuk nyata yang disediakan guru lalu mencari
dalam kategori cukup baik dan 1 siswa pasangan untuk praktek percakapan, setelah
teermasuk kategori kurang baik. itu siswa harus berlari mengambil kartu,
Skor rata-rata pada siklus I sebesar 5,38 baik kartu soal maupun kartu jawaban
apabila dihitung dengan persentase sebesar kemudian harus mencari pasangannya
sesuai kartu gambar yang dipegang lalu pasangan lawan jenis sekarang tidak malu
harus berlari mencari benda nyata yang lagi bila mendapat pasangan lawan jenis.
telah disiapkan guru sesuai kartu masing- Dari hasil wawancara pada siklus I,
masing. Setelah setiap pasangan memegang dengan model make a match ada 4 siswa
benda nyata, kartu gambar dan kartu kata atau 50%> menyatakan senang,
maka saatnya mereka bergiliran untuk enak/mempermudah percakapan Bahasa
praktek percakapan. Pada siklus I masih ada Inggris, 2 siswa atau 25%> responden
2 pasangan yang harus diingatkan bahwa menyatakan senang sambil tertawa dan 2
sekarang sampai pada gilirannya, kemudian siswa (25%>) responden tidak menjawab
ada 1 pasangan yang masih harus dipandu. ketika ditanya hanya tersenyum sambil
Hal tersebut pada siklus I diulang lagi pada menunduk dan hal tersebut tidak terjadi lagi
siklus II, dan tinggal 1 pasangan yang harus pada siklus II karena hasil wawancara
dipandu untuk melakukan percakapan siklus II, 8 siswa atau 100%) responden
Bahasa Inggris. 2 siswa atau 25% menjawab senang dan lebih mudah serta
responden yang pada siklus I diketahui lebih enak belajar Bahasa Inggris
sering berbincang-bincang (mengobrol) percakapan dengan model make a match
pada saat guru menerangkan kepada siswa menggunakan media visual aids bahkan
lain, hal ini tidak tampak lagi pada siklus II sebagian siswa minta diulang lagi karena
dan 1 siswa yang pada siklus I malu pembelajaran tersebut sangat
(bersembunyi) dibawah meja bila mendapat menyenangkan.
Tabel 3
Data kemampuan siswa pada siklus I dan II
Kemampuan
No Nama Siswa
Siklus I Siklus II
1. IPK 8 8
2. ARA 5 8
3. DE 5 8
4. RAUN 4 6
5. HS 7 8
6. N 7 8
7. I 7 8
8. IT 1 2
Jumah 43 56
Rata-rata 5,38 7,0
Kategori Cukup Baik
Data jurnal menunjukkan 4 siswa atau reaksi yang positif pada siklus I, hal
50%> responden memberikan reaksi yang tersebut tidak terjadi lagi pada siklus II
positif, 2 siswa atau 25% responden mau karena pada siklus II, 8 siswa atau 100%)
aktif bila distimulasi guru dan 2 siswa atau responden bertingkah laku memberikan
25% responden harus distimulasi dan reaksi yang positif.
dipandu guru dahulu baru mau memberikan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA