Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

Penggunaan Flashcard dan Benda Nyata Sebagai Media Pengajaran


Mengajar Bahasa Inggris Berbicara kepada Pembelajar Muda

Vitha Ama Matuate


Program Studi Bahasa Inggris, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Email Universitas Widya Dharma
Pontianak :vitha_ama@widyadharma.ac.id

Abstrak
Flashcards dan benda nyata adalah dua jenis media pengajaran yang digunakan untuk pengajaran bahasa Inggris
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris, berbicara
merupakan salah satu keterampilan yang sulit dikuasai oleh pembelajar muda. Dengan menggunakan flashcard dan
benda nyata sebagai media pengajaran, siswa dapat belajar bahasa Inggris dengan menarik dan menyenangkan.
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat keefektifan penggunaan flashcard dan benda nyata sebagai media
pembelajaran pada siswa kelas campuran. Penelitian ini dilakukan pada saat kegiatan pengabdian masyarakat yang
diadakan oleh Jurusan Bahasa Inggris Universitas Widya Dharma Pontianak. Ada enam mahasiswa yang mengikuti
pengabdian masyarakat ini. Siswa-siswa tersebut merupakan campuran dari kelas satu hingga tiga sekolah dasar.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena lebih pada bagaimana mengimplementasikan
penggunaan flashcard dan benda nyata sebagai media pengajaran berbicara bahasa Inggris. Perencanaan kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu persiapan, observasi dan perlakuan, serta refleksi. Dalam
kegiatan pembelajaran, peneliti menggunakan flashcard dan objek nyata dalam sesi pengenalan dan pengeboran
pertemuan. Kesimpulannya, penggunaan flashcard dan benda nyata dalam pengajaran berbicara bahasa Inggris
dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar bahasa Inggris dan memotivasi mereka untuk percaya diri dalam
berbicara bahasa Inggris. Proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena kegiatan yang
dilakukan lebih banyak menggunakan pendekatan sederhana (identifikasi, menyebutkan nama-nama flashcard dan
benda nyata, serta tanya jawab) dan aktivitas fisik (belajar berbicara melalui permainan menggunakan flashcard dan
benda nyata. ).

Kata kunci:flashcards, benda nyata, media pengajaran, pengajaran berbicara

PERKENALAN
Dalam pembelajaran bahasa, ada empat keterampilan yang perlu dikuasai siswa. Keterampilan tersebut
meliputi mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan berbicara, sebagai salah satu tindakan
pembelajaran bahasa, memungkinkan penutur untuk berbagi informasi melalui komunikasi dan mengungkapkan
gagasan dan perasaan seseorang kepada orang lain (Efransyah, 2020). Interaksi antara guru dan siswa di kelas
menunjukkan bahwa keterampilan berbicara penting dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan dalam
kegiatan pembelajaran (Sari, 2018). Berdasarkan Depdiknas (2006, sebagaimana disebutkan dalam Sinaga &
Oktaviani 2020), kompetensi komunikasi lisan atau mendengarkan dan berbicara merupakan tujuan pembelajaran
bahasa Inggris di sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan berbicara bahasa Inggris sangat
diperlukan guna mempersiapkan siswa menghadapi perubahan dunia. Hal ini penting karena bahasa Inggris
merupakan prioritas bagi banyak pembelajar bahasa kedua dan bahasa asing (Nunan, 2013).
Guru perlu lebih kreatif dalam mencari cara mengajar yang baik dan efektif, terutama cara yang
berfokus pada keterampilan berbicara. Pengajaran berbicara lebih baik diajarkan sejak usia sangat muda.
Namun, tidak mudah untuk mengajarkan berbicara kepada pelajar muda. Hal ini disebabkan karena gaya
belajar pembelajar muda berbeda dengan pembelajar yang lebih tua. Selain itu siswa juga mempunyai
karakteristik belajar yang berbeda-beda (Sinaga & Oktaviani, 2020). Harmer (2007), sebagaimana disebutkan
dalam Supriati, Mahayanti dan Kusuma (2018), mengatakan bahwa pembelajar muda

50
MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

cara belajar mereka terganggu oleh karakteristik mereka, seperti respons kesejahteraan mereka terhadap
kehidupan mereka sendiri dan diri mereka sendiri sebagai topik kelas. Selain itu, mereka juga sangat senang
melakukan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka.
Menurut Prayatni (2019), ada beberapa manfaat mengajar pelajar muda: (1) Semakin dini Anda
belajar bahasa, semakin baik kemahiran bahasa Anda; (2) pembelajar dapat memperoleh kesempatan
untuk memiliki pengucapan yang mirip dengan penutur asli karena mereka dapat mengalami beberapa
peningkatan. (3) perolehan kemampuan seumur hidup untuk berkomunikasi dengan orang lain; dan,
akhirnya, pemahaman yang lebih baik tentang budaya lain. Di sini guru perlu kreatif menjembatani
pengalaman siswa dalam aktivitas sehari-hari dan fokus materi pembelajaran. Selain itu, guru harus
menemukan cara untuk menarik minat siswa dalam belajar bahasa Inggris dan perlu memiliki
persiapan mengajar yang baik kecuali siswa tersebut gagal dalam berbicara. Guru perlu menyadari
tantangan pengajaran berbicara. Misalnya, salah satunya adalah tantangan bagaimana membuat siswa
tetap menggunakan bahasa Inggris dalam berbicara. Hal ini dikarenakan siswa lebih nyaman
menggunakan bahasa ibu mereka sebagai bahasa berbicara di kelas berbahasa Inggris dan kurangnya
kosakata bahasa Inggris.
Persiapan mengajar dapat dimulai dengan memilih media pengajaran yang tepat untuk
proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris, media pengajaran
merupakan alat yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut
Wahyudin dan Rido (2020), penggunaan media pengajaran di kelas memiliki beberapa keunggulan
yang relevan dengan karakteristik siswa. Hal ini menunjukkan bahwa media pengajaran dapat
bermanfaat terutama dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris (Oktaviani
& Mandasari, 2020). Ada tiga jenis media pengajaran yaitu audio, visual, dan audio visual (Supriati,
Mahayanti, & Kusuma, 2018). Media pengajaran yang berbentuk audio bisa berupa rekaman audio
dan musik. Media visual berupa gambar atau foto. Untuk audio visual, contoh media ini berupa
slide, strip film, film, dan video.
Menurut Arsyad (2009), ada beberapa kriteria dasar media pengajaran. Media pengajaran (1)
mempunyai arti fisik sebagai perangkat keras dan dapat dilihat, didengar, dan diraba dengan menggunakan
panca indera; (2) mempunyai arti non fisik sebagai perangkat lunak; (3) menekankan pada media visual dan
audio; (4) media pengajaran merupakan alat untuk membantu proses belajar mengajar baik di dalam maupun
di luar kelas; (5) media pengajaran dapat digunakan secara luas; dan (6) dapat digunakan untuk komunikasi
antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
media pengajaran berkaitan dengan metode pembelajaran, teknik, dan cara penyampaian materi
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam penelitian ini, fokusnya lebih pada penggunaan dua media visual dalam pengajaran bahasa Inggris.
Penggunaan flashcard dan benda nyata merupakan dua alternatif yang dapat digunakan oleh guru mengajar.
Karena penelitian ini lebih fokus pada keterampilan berbicara, maka flashcard dan benda nyata digunakan sebagai
media komunikasi dalam proses pembelajaran. Kartu flash adalah kartu yang biasanya berisi gambar dan kata-kata
yang dapat dipegang oleh guru untuk digunakan oleh siswa (Harmer, 2007). Ini berguna untuk pengenalan kosakata,
pengeboran tata bahasa, dan produksi kalimat. Media lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah benda nyata.
Soulier (1981) mengartikan benda nyata sebagai benda yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Benda-
benda tersebut akan lebih mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Benda nyata digunakan untuk memberikan
beberapa pengalaman belajar dengan menggunakan benda nyata dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
penggunaan benda nyata dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan karena siswa lebih memahami materi
pembelajaran (Patau, 2020).
Berdasarkan penjelasan di atas, baik flashcard maupun benda nyata dapat digunakan dalam aktivitas
berbahasa Inggris. Dengan menyajikan fokus pembelajaran dalam bentuk media visual, flashcard dan benda
nyata dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbicara, bahkan dalam produksi kalimat
sederhana. Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada peningkatan keterampilan berbicara siswa menggunakan
kartu flash dan benda nyata melalui beberapa kegiatan pembelajaran sederhana untuk pelajar muda. Guru
memperoleh beberapa informasi tentang kemampuan, masalah, dan kebutuhan siswa dalam belajar bahasa
Inggris dan kemudian melakukan pembelajaran dalam 3 pertemuan.

51
MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan pada saat pengabdian masyarakat Jurusan Bahasa Inggris
Universitas Widya Dharma Pontianak. Diselenggarakan di Panti Asuhan Bunda Pengharapan,
Sungai Raya, Kalimantan Barat. Disanalah diadakan pengabdian masyarakat Jurusan Bahasa
Inggris Widya Dharma. Pertemuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk pembelajaran bahasa
Inggris. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas I, II, dan III Anak Panti Asuhan Bunda Pengharapan Sungai
Raya Kalimantan Barat. Sampel penelitian ini adalah 6 siswa yang terdiri dari 3 siswa kelas III,
2 siswa kelas II, dan 1 siswa kelas I SD yang tinggal di Panti Asuhan Bunda Pengharapan.
Prosedur analisis data menggunakan empat prosedur. Prosedur yang dilakukan adalah
persiapan, observasi, perlakuan berdasarkan rencana pengajaran pada setiap pertemuan,
dan refleksi.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi terhadap 6 orang siswa di Panti Asuhan Bunda Pengharapan, penggunaan
flashcard dan benda nyata dalam pembelajaran bahasa Inggris berjalan dengan baik. Para siswa antusias
menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Mereka juga menunjukkan semangatnya dalam belajar bahasa
Inggris. Sebagian besar siswa sudah cukup percaya diri dalam menyampaikan pidatonya meskipun masih
memerlukan bimbingan dalam tindakannya. Ada beberapa tujuan yang ditetapkan peneliti untuk proses
pembelajaran berbahasa Inggris. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan antara lain mampu
mengidentifikasi gambar pada flashcard atau benda nyata; menjadi lebih tertarik untuk belajar bahasa
Inggris; mampu menyebutkan nama flashcard atau benda nyata dengan benar; mampu membuat kalimat
sederhana berdasarkan flashcard dan benda nyata; dan percaya diri dalam berbicara bahasa Inggris. Materi
pembelajaran yang diberikan peneliti berdasarkan topik yang sudah dikenal oleh siswa. Penggunaan
flashcard dan benda nyata sebagai media pengajaran diterapkan pada tiga kali pertemuan pengabdian
masyarakat Jurusan Bahasa Inggris. Setiap pertemuan berlangsung selama 120 menit dengan berbagai
macam kegiatan, termasuk pembelajaran bahasa Inggris. Setiap pertemuan mempunyai topik yang berbeda-
beda. Pada pertemuan pertama, siswa belajar tentang bentuk dan warna. Pada pertemuan kedua, siswa
mempelajari tentang bagian-bagian tubuh; pada pertemuan ketiga, siswa mempelajari tentang benda-benda
disekitarnya.
Penggunaan flashcard dan benda nyata dilakukan dalam empat prosedur yaitu; persiapan,
observasi, perlakuan, dan refleksi. Sebagai persiapan, peneliti memperoleh beberapa informasi tentang
kemampuan berbicara siswa, permasalahannya, kebutuhannya, dan informasi lain tentang materi
pembelajaran yang mereka peroleh dari wali panti asuhannya. Setelah itu peneliti menyiapkan bahan
pembelajaran dengan menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa. Kemudian peneliti juga menyiapkan
bahan pembelajaran dan merencanakan kegiatan pembelajaran. Diputuskan bahwa setiap pertemuan
pembelajaran bahasa Inggris akan terdiri dari tiga sesi, yaitu sesi pendahuluan, sesi pengeboran, dan
sesi prosedur. Penggunaan flashcard dan benda nyata dalam pertemuan lebih banyak digunakan pada
sesi pengenalan dan pengeboran. Tujuannya adalah untuk membangkitkan minat siswa dalam memulai
pertemuan dan meningkatkan hafalan kosa kata bahasa Inggris. Selain itu, siswa diperkenalkan dengan
tata bahasa dalam sesi pengeboran. Rincian materi dan rencana pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Materi Pembelajaran

Rapat Tema Kosakata Tata bahasa


Pertemuan pertama Bentuk dan warna Bentuk: Apa bentuknya? Itu
Cinta Segi tiga adalah segitiga
Persegi panjang Lingkaran

Bintang Persegi

52
MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

Warna: Apa warna


Biru Hijau segitiga tersebut?
Cokelat Merah Warnanya merah

Merah Jambu Putih


Hitam Ungu
Kuning Abu-abu

Ungu Oranye
Pertemuan Kedua Bagian tubuh Bagian tubuh: Sentuh kepalamu!
Kepala Bahu
Lutut Jari kaki Apa ini?
Mata Telinga Ini kepalaku
Hidung Mulut

Pertemuan Ketiga Hal-hal di sekitar kita Objek: Apa itu?


Meja Kursi Itu adalah sebuah meja

Boneka Karpet
Jendela Pintu Bagaimana bentuk
Lampu Jam mejanya?
Buku Pena Itu persegi panjang
Pensil
Apa warna
mejanya?
Warnanya coklat

Tabel 2. Rincian kegiatan pembelajaran

1stPertemuan

Sesi Perawatan (Kegiatan Mengajar)


Sesi Perkenalan • Salam
(Pengamatan dan • Menanyakan kondisi siswa hari itu
perkenalan) • Perkenalan guru dan siswa
• Pengenalan kartu flash: Bentuk dan Warna

Sesi Pengeboran • Memainkan permainan “menebak” (Permainan sederhana


untuk menghafal kosakata)
• QnA menggunakan objek nyata di sekitar kelas.

Sesi produksi Penugasan

2danPertemuan

Sidang Kegiatan Mengajar


Sesi Perkenalan • Salam
• Menanyakan kondisi siswa hari itu
• Tinjau kembali materi pembelajaran terakhir
• Pengenalan kartu flash: bagian-bagian tubuh

53
MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

Sesi Pengeboran • Memainkan permainan “Apa yang hilang” (Permainan sederhana


untuk menghafal kosakata.)
• Menyanyikan “kepala bahu lutut dan kaki”
• Ulasan pengeboran: Sentuh bagian tubuh dan lakukan
QnA

Sesi produksi Penugasan

Pertemuan ke-3

Sidang Kegiatan Mengajar


Sesi Perkenalan • Salam
• Menanyakan kondisi siswa hari itu
• Tinjau kembali materi pembelajaran terakhir
• Pengenalan kartu flash: Hal-hal di sekitar kita

Sesi Pengeboran • Memainkan “Permainan ketuk” dan “permainan titik” (Permainan


sederhana untuk menghafal kosakata.)
• QnA menggunakan flashcard dan benda nyata di sekitar
kelas.

Sesi produksi Penugasan

Pada awal pertemuan pertama, peneliti melakukan observasi untuk melihat kemampuan siswa dalam
memahami pengajaran dan juga kemampuan mereka dalam berbicara bahasa Inggris. Para siswa diminta
untuk memperkenalkan diri mereka dalam bahasa Inggris, dan peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
tentang mereka. Tiga diantaranya baik dan percaya diri dalam memperkenalkan diri di depan teman-
temannya namun kesulitan dalam menyampaikan jawaban atas beberapa pertanyaan sederhana. Dua siswa
merasa malu dalam menyampaikan perkenalannya dan membutuhkan bimbingan dalam menjawab
pertanyaan. Siswa terakhir mengalami kesulitan dalam memperkenalkan diri karena dia tidak tahu cara
memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Peneliti membantunya untuk meningkatkan kepercayaan dirinya
dalam berbicara.
Pada sesi perkenalan pertemuan pertama, peneliti memperkenalkan materi pembelajaran
tentang warna, bentuk, dan ukuran. Peneliti memperkenalkan materi pembelajaran menggunakan
flashcards dengan menunjukkan kartu satu per satu dan meminta siswa mengidentifikasi
flashcards. Siswa diminta menyebutkan nama gambar tersebut dengan benar. Kemudian, peneliti
memberikan umpan balik atas beberapa kesalahan pengucapan atau kesalahan yang dilakukan
oleh siswa. Di akhir sesi perkenalan, peneliti meminta siswa menyebutkan nama semua flashcard.
Setelah beberapa tindakan pengenalan flashcard, peneliti memperkuat memori siswa terhadap
materi pembelajaran dalam sesi pengeboran.
Pada sesi pengeboran, peneliti meminta siswa untuk memainkan permainan menggunakan kartu
flash. Nama permainannya adalah permainan tebak-tebakan dimana siswa harus menebak flashcard. Dalam
kegiatan ini, peneliti menunjukkan bagian-bagian kecil dari sebuah gambar pada flashcard dan meminta
siswa menebak gambar apa itu. Guru melakukan hal yang sama dengan semua kartu. Kemudian, di akhir
kegiatan pengeboran, peneliti melakukan kegiatan tanya jawab dengan menggunakan benda-benda nyata
yang ada di sekitar kelas untuk mengidentifikasi bentuk dan warna benda tersebut. Peneliti juga membimbing
siswa untuk menjawabnya dengan jawaban yang panjang atau lengkap. Pada sesi produksi, peneliti meminta
siswa untuk mengerjakan tugas menggambar. Mereka diminta menggambar seseorang menggunakan
bentuk-bentuk yang telah mereka pelajari. Pada mulanya guru memberi contoh seperti ini

54
MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

siswa memahami tugas tersebut. Setelah menyelesaikan tugasnya, siswa mewarnai bentuk-bentuk
tersebut dengan menggunakan krayon. Di akhir sesi produksi, peneliti memberikan pertanyaan
kepada setiap siswa dan menanyakan tentang bentuk dan warna berdasarkan hasil tugas mereka.

Pada pertemuan kedua, peneliti mereview materi pembelajaran sebelumnya. Peneliti mereview
materi pembelajaran berdasarkan tugas pada pertemuan terakhir sebagai penghubung antara
pertemuan terakhir dan pertemuan kedua. Topik pertemuan kedua adalah bagian tubuh. Pada sesi
perkenalan, peneliti menunjukkan flashcard dan meminta siswa mengidentifikasi bagian tubuh dalam
bahasa Inggris dengan benar. Peneliti juga memberikan masukan atas beberapa kesalahan
pengucapan atau kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Dalam sesi pengeboran, siswa memainkan
permainan “Apa yang Hilang”. Dalam permainan ini, peneliti mengambil satu kartu flash dan
menyembunyikannya dari siswa. Kemudian, siswa menebak gambar apa itu dengan melihat sisa kartu
flash. Peneliti meminta siswa untuk berpartisipasi dalam permainan dengan meminta mereka
memimpin permainan secara bergiliran.
Selanjutnya peneliti meminta siswa menyanyikan lagu “kepala, bahu, lutut, dan jari kaki”.
Akhir dari sesi pengeboran adalah kegiatan tanya jawab dimana peneliti menyentuh salah satu
bagian tubuh salah satu siswa dan menanyakan nama bagian tersebut kepada siswa. Kemudian,
guru membimbing siswa untuk menjawab secara lengkap. Pada sesi produksi, peneliti meminta
siswa untuk menyelesaikan tugas. Tugas ini berisi gambar seorang laki-laki dan perempuan. Siswa
diminta mewarnai tubuh dan menyebutkan nama beberapa bagian tubuh dalam bahasa Inggris.
Terakhir, peneliti mengajukan pertanyaan kepada setiap siswa tentang bagian-bagian tubuh
berdasarkan hasil tugas siswa.
Pada pertemuan ketiga materi pembelajaran mengenai benda atau benda yang ada di sekitar siswa. Peneliti
memperkenalkan nama-nama benda dengan membagikan flashcard kepada siswa yang berisi gambar-gambar
benda yang mereka kenal. Gambar-gambar tersebut merupakan beberapa benda yang dapat ditemukan di sekitar
kelas. Masing-masing siswa mendapat satu kartu flash. Seorang siswa menunjukkan gambar tersebut dan bertanya
kepada siswa lainnya tentang gambar tersebut. Siswa yang lain menebak flashcard dan mendapat umpan balik
mengenai pengucapan mereka dari peneliti. Kemudian, mereka melakukan aktivitas tersebut secara bergantian.
Pada akhirnya, peneliti meminta siswa untuk menyebutkan nama flashcard tersebut satu per satu.

Pada sesi pengeboran, peneliti meminta siswa untuk memainkan “permainan ketuk”. Dalam
permainan ini peneliti meletakkan semua flashcard di lantai dan memberikan instruksi untuk mengetuk
kartu yang disebutkan oleh peneliti. Setelah siswa mengetuk flashcard, mereka menyebutkan nama
benda tersebut dalam satu kalimat lengkap. Misalnya, itu adalah sebuah meja. Kemudian peneliti
mengarahkan siswa untuk melakukan hal yang sama secara bergantian. Untuk kegiatan pengeboran
kedua, peneliti meminta siswa untuk memainkan “permainan titik”. Dalam permainan ini peneliti
menggunakan benda nyata sebagai permainannya. Peneliti meminta siswa untuk menunjukkan benda-
benda nyata yang telah mereka pelajari dari flashcard dan menyebutkan nama-nama benda
disekitarnya dalam satu kalimat lengkap. Peneliti juga memberikan masukan atas kesalahan yang
dilakukan siswa. Di akhir sesi pengeboran, peneliti melakukan kegiatan tanya jawab. Peneliti bertanya
kepada siswa tentang nama, bentuk, warna, dan nomor benda tersebut. Peneliti juga membimbing
siswa untuk menjawab dengan jawaban yang lengkap. Pada sesi produksi, peneliti meminta siswa
menggambar lima benda dan menuliskan nama benda tersebut dalam bahasa Inggris dengan benar.
Kemudian siswa diminta untuk mewarnai benda tersebut. Di akhir sesi produksi, peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan kepada setiap siswa terkait dengan hasil tugas yang telah mereka selesaikan.

Berdasarkan kegiatan di atas, terlihat bahwa penggunaan kartu flash dan benda nyata dalam sesi
pengenalan dan pengeboran merupakan strategi yang baik untuk mengajar berbicara bahasa Inggris. Kedua
media tersebut efektif dalam membangun interaksi antara guru dan siswa. Selain sebagai pengajaran, baik
flashcard maupun benda nyata memberikan pengalaman belajar bahasa Inggris dengan menggunakan kesan
sensorik yaitu berbicara, mendengar, menyentuh, menunjuk, dan memanipulasi.

55
MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

item. Penggunaan flashcard sebagai media pengajaran dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.
Penggunaan flashcard dan benda nyata dapat meningkatkan minat belajar siswa khususnya pada
pembelajaran berbicara. Siswa menjadi bersemangat melihat gambar-gambar yang ada di flashcard dan
menunjukkan benda-benda nyata yang mereka temukan disekitarnya. Dengan adanya instruksi yang
sederhana dan menarik, siswa dapat menikmati kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajarannya juga bisa bervariasi. Misalnya saja penggunaan flashcard dan benda nyata dalam
permainan sederhana. Hal ini dapat menjadi alternatif bagi guru untuk membuat kegiatan pembelajaran yang menarik
hanya dengan menggunakan flashcard dan benda nyata. Para siswa dapat belajar bahasa Inggris dengan cara yang
menyenangkan dan menarik. Selain itu, mereka juga dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris tanpa
harus menjalani aktivitas kelas yang monoton.
Materi pembelajaran yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh
siswa. Siswa akan mudah menangkap fokus utama materi pembelajaran. Dalam penelitian ini materi
pembelajaran lebih terfokus pada beberapa kosakata dan tata bahasa yang berkaitan dengan topik
pembelajaran. Terakhir, peneliti juga dapat menggunakan media pengajaran untuk memeriksa pengucapan
siswa ketika berbicara. Para siswa akan mendapatkan umpan balik dari peneliti dan memperbaiki pengucapan
mereka.

KESIMPULAN

Ringkasnya, guru harus lebih siap untuk mengajar berbicara bahasa Inggris kepada anak-anak
pelajar. Guru perlu kreatif dalam menciptakan metode alternatif dalam pengajaran berbicara agar mendapatkan
cara yang paling efektif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini dapat membantu siswa dengan mudah
memahami materi pembelajaran. Flashcard dan benda nyata dapat menjadi alternatif yang baik untuk
membangkitkan minat dan kepercayaan diri siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicaranya. Flashcards yang
digunakan dalam berbicara berisi beberapa gambar kosakata pembelajaran. Sementara itu, beberapa objek nyata
yang digunakan dalam berbicara sudah familiar bagi siswa. Berdasarkan temuan di atas, sangat jelas bahwa siswa
dapat meningkatkan keterampilan berbicara mereka dengan menggunakan kartu flash dan benda nyata dalam
media pengajaran. Media-media ini dengan mudah diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar mengajar dan telah
muncul sebagai salah satu metode penyampaian materi pembelajaran yang paling menarik. Siswa menunjukkan
respon positif dan peningkatan keterampilan berbicara terhadap penggunaan flashcard dan benda nyata dalam
kegiatan belajarnya.

REFERENSI

Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Efransyah, E. (2020). Makna Konotatif Dalam Peribahasa Bahasa Besemah (A


Studi Sematik).Proyek (Jurnal Profesional Pendidikan Bahasa Inggris),3(1), 143-148.

Harmer, J. (2007).Praktek pengajaran bahasa Inggris. Pearson, orang lama.

Nunan, D. (2003). Pengajaran Bahasa Inggris Praktis. Boston: Bukit McGraw

Patau, SA (2020). Penggunaan Realia dalam Pengajaran Berbicara.Jurnal Bahasa Inggris Sintuwu Maroso
Pengajaran,3(1), 27-32.

Prayatni, I. (2019). Mengajar bahasa Inggris untuk pelajar muda.Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan,4(2),
106-110.

56
MEMBERKATI E-ISSN 2656-0518

Studi Bilingualisme, Bahasa, dan Pendidikan Jil. 2, No. 2, Juli 2022

Sari, FM (2018). Pola Interaksi Belajar-Mengajar di Kelas EFL.Teknosastik :


Jurnal Bahasa dan Sastra, 16(2), 41-48.

Sinaga, RRF, & Oktaviani, L. (2020). Penerapan Fun Fishing untuk Mengajarkan Speaking
untuk Siswa Sekolah Dasar.Jurnal Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Inggris,1
(1), 1-6.

Soulier, JS (1981).Benda dan model nyata(Nomor 12). Teknologi Pendidikan.

Suprianti, GAP, Mahayanti, NWS, & Kusuma, IPI (2018, Oktober). Penggunaan kartu flash
sebagai media pengajaran di sekolah dasar: Persepsi siswa dan guru. Di dalamKonferensi
Internasional ke-4 tentang Bahasa Inggris Lintas Budaya(hal.378-391).

Wahyudin, AY & Rido. A. (2020) Preferensi gaya belajar perseptual internasional


mahasiswa master di Malaysia.BAHTERA : Jurnal pendidikan Bahasa Dan Sastra, 19(1),
95-103.

57

Anda mungkin juga menyukai