Anda di halaman 1dari 39

KECERNAAN IN VITRO TEPUNG IKAN PADA JENIS AYAM DENGAN

MENGUNAKAN CAIRAN ISI GIZZARD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan

Oleh :
Adytia Aminudin Nur Azzis
NIM 1850500034

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : “KECERNAAN IN VITRO TEPUNG IKAN PADA


JENIS AYAM DENGAN MENGUNAKAN CAIRAN ISI GIZZARD”
Nama : Adytia aminudin nur azzis
NIM : 1850500034
Program Studi : Peternakan
Hari :
Tanggal :
Telah disetujui oleh Dosen pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Dewan
Penguji Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo.

Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Ali Mursyid WM, M.P. Ahimsa kandi sariri, S.P., M. Sc.
NIP. 196412241994041132 NIP. 197305272001122153
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “KECERNAAN IN VITRO TEPUNG IKAN PADA


JENIS AYAM DENGAN MENGUNAKAN CAIRAN ISI GIZZARD” ini telah
dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi dan diterima sebagai salah satu
syarat guna mendapatkan Gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
Pada Hari :
Tanggal :
Dewan Penguji :
1. (............……………………………)
Ketua/Sekretaris NIP.

2. Prof. Dr. Ir. Ali Mursyid WM, M.P.


(.........................................................)
Pembimbing Utama NIP. 196412241994041132

3.. Ahimsa kandi sariri, S.P., M. Sc. (........................................................)


Pembimbing Pendamping NIP. 197305272001122153

Universitas Veteran Bangun Nusantara


Fakultas Pertanian
Dekan

Novia wely asmoro, S.T.P., M.Sc.


NIP. 198411112015041116
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Adytia aminudin nur azzis

Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 29 Juni 2000

NIM : 1850500034

Prodi / Fakultas : Peternakan / Pertanian

Perguruan Tinggi : Universitas Veteran Bangun Nusantara


Sukoharjo

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya :

1. Karya ilmiah berupa laporan penelitian dengan judul :


“KECERNAAN IN VITRO TEPUNG IKAN PADA JENIS AYAM
DENGAN MENGUNAKAN CAIRAN ISI GIZZARD” adalah benar
karya saya bukan jiplakan atau plagiat.

2. Apabila dikemudian hari ini terbukti terdapat plagiat dalam karya


ilmiah tersebut maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh pertanggung jawab.

Sukoharjo, Agustus 2022

Yang membuat pernyataan

Adytia aminudin nur azzis

NIM 175050000
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas ridho-Nya saya
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang saya
ajukan adalah “KECERNAAN IN VITRO TEPUNG IKAN PADA JENIS AYAM
DENGAN MENGUNAKAN CAIRAN ISI GIZZARD”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah skripsi
di Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo. Tidak dapat dipungkiri bahwa butuh usaha yang keras, kegigihan, dan
kesabaran, dalam penyelesaian pengerjaan skripsi ini. Namun saya sadari skripsi
ini tidak bisa selesai tanpa orang-orang tercinta disekeliling saya yang mendukung
dan membantu. Terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada :

1. Novia wely asmoro, S.T.P., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Pertanian


Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
2. Ir. Sri Sukaryani, M.Si selaku ketua Progm Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
3. Prof. Dr. Ir. Ali Mursyid WM, M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama
skripsi atas bimbingan, arahan serta saran yang telah diberikan kepada
penulis.
4. Ahimsa kandi sariri, S.P., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Pendamping
skripsi atas bimbingan, arahan dan saran yang btelah diberikan kepada
penulis.
5. Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis belajar di Fakultas Pertanian Universitas
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
6. Kedua Orangtua serta keluarga tersayang atas do’a, nasihat dan
dukungannya serta yang telah memenuhi semua kebutuhan saya selama
menuntut ilmu di Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
7. Seluruh teman-teman Progam Studi Peternakan angkatan 2018 yang selalu
memberi semangat dan dukungannya dalam penyusunan skripsi.
Semoga segala kebaikan dan bantuan dari semuanya mendapat berkah dari
Allah SWT. Dan akhirnya saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu saya dengan
rendah hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi membangun laporan penelitian ini. Harapan saya skripsi ini semoga
dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait, lingkungan Progam Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo serta para
pembaca pada umumnya.

Sukoharjo, Agustus 2022

Penulis
ABSTRAK

Adytia aminudin nur azzis. 1850500034. 2022. Kecernaan In Vitro tepung ikan
Pada berbagai jenis ayam Dengan Cairan Gizzard. (Pembimbing Utama : Prof. Dr.
Ir. Ali Mursyid WM, M.P., Pembimbing Pendamping, Ahimsa kandi sariri, S.P.,
M. Sc..).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cairan isi gizzard pada jenis
ayam pada pengukuran kecernaan in vitro tepung ikan. Penelitian menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan 4 perlakuan dan 4 kali
ulangan. Perlakuan terdiri atas P0 = kotrol, P1 =ayam broiler, P2 =ayam joper, P3
=ayam petelur afkir. Hasil penelitian ini menunjukan rataan Koefisien Cerna
Bahan Kering (%) secara berturut-turut untuk perlakuan P0, P1, P2, P3 sebesar;
15,94, 16,26, 16,27, 16,14. Koefisien Cerna Bahan Organik (%) ; 39,05, 34,22,
39,29, 36,66. Koefisien Cerna Protein Terlarut ; 31,14, 36,69, 24,68, 19,74. Hasil
dari uji statistik bahwa pemberian tepung ikan menunjukkan tidak berbeda nyata
(P>0,05) terhadap koefisien cerna bahan kering, pada bahan organik terjadi
perbedaan nyata (P<0,05), dan pada protein terlaru terjadi perbedaan nyata
(P<0,05). Kesimpulannya bahwa penggunaan cairan gizzard dari berbagai jenis
ayam cenderung tidak meningkatkan nilai koefisien cerna bahan kering,
penggunaan cairan gizzard dari beberapa jenis ayam dapat meningkatkan nilai
koefisien cerna protein terlarut, penggunaan cairan gizzard dari berberapa jenis
ayam tidak dapat meningkatan nilai koefisien cerna bahan organik.

Kata kunci : cairan gizzard, tepung ikan, kecernaan in vitro


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian


Ayam broiler merupakan ayam ras yang memiliki kemampuan tumbuh
cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu yang relatif singkat (5-7
minggu), oleh karena itu daging ayam broiler menjadi peranan penting sebagai
sumber protein hewani Saat ini peternakan ayam broiler memiliki prospek usaha
yang menjanjikan di Indonesia, mengingat kebutuhan protein asal hewani dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Saat ini peternakan ayam broiler memiliki
prospek usaha yang menjanjikan di Indonesia, mengingat kebutuhan protein asal
hewani dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut Bahri et al. (2005
Pakan mempunyai peranan yang penting dalam industri peternakan dan
merupakan biaya terbesar dalam usaha peternakan. Ketersediaan pakan unggas
juga harus kontinyu, tersedia sepanjang tahun. Pakan broiler harus mengandung
nutrien yang dibutuhkan ternak. Kandungan protein dan energi merupakan
komponen utama penyusun pakan. Menurut Tillman et al. (1998) komponen
utama penyusun pakan yang pertama kali diperhitungkan adalah kandungan
protein dan energinya. Pakan yang baik adalah pakan yang dapat mensuplai secara
seimbang semua nutrien yang dibutuhkan ternak seperti karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral.
Tepung ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mutlak diperlukan
keberadaannya dalam penyusunan ransum khususnya untuk ternak unggas yang
berproduksi tinggi. Hal ini disebabkan karena kandungan asam aminonya yang
berkualitas tinggi (lengkap, seimbang, banyak, dan mempunyai nilai biologis yang
tinggi). Di negara maju, penggunaan tepung ikan dalam penyusunan ransum
dibatasi di bawah 10%, karena dianggap akan mempengaruhi aroma daging dan
telur.
Tepung ikan dibuat dari ikan teri yang terdiri dari kepala, tubuh, kerangka
dan ekor. Kualitas tepung ikan yang baik adalah yang berasal dari ikan putih,
sebab kadar lemaknya tadak lebih dari 6% dan kadar garamnya sekitar 4%.
Sedangkan tepung ikan kualitas dua dibuat dari ikan afkir yang kadar lemak dan
garamnya sangat tinggi. Disamping itu, kualitas tepung ikan ditentukan oleh
bahan yang digunakan, proses pembuatan dan daerah asal.
Tepung ikan merupakan salah satu pakan sumber protein hewani yang
biasa digunakan dalam ransum ternak monogastrik. Kebutuhan ternak akan pakan
sumber protein hewani sangat penting, karena memiliki kandungan protein relatif
tinggi yang disusun oleh asam - asam amino esensial kompleks yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh ternak (Purnamasari et al.
2006).
Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar sebesar 58-
68%, air 5,5-8,5%, serta garam 0,5-3,0% (Sitompul, 2004). Tepung ikan adalah
salah satu produk yang diolah dari ikan, baik ikan bentuk utuh, limbah pengolahan
ikan ataupun ikan yang tidak layak dikonsumsi manusia.
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk
hidup. Memproses sebuah zat, dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau
mekanik suatu zat menjadi nutrisi. Sedangkan kecernaan adalah banyaknya atau
jumlah proporsional zat-zat makanan yang ditahan atau diserap oleh tubuh
(Tillman et al., 1998). Zat makanan yang terdapat didalam feses dianggap zat
makanan yang tidak dicerna dan tidak diperlukan (Cullison, 1978).
Pengukuran kecernaan dapat dilakukan secara in vitro dan in vivo.
Pengukuran kecernaan secara in vitro dilakukan dengan membuat suasana seperti
yang terjadi dalam saluran pencernaan ternak di laboratorium (Williamson dan
Payne, 1993). Pengukuran secara in vivo terdiri dari 2 periode yaitu periode
pendahuluan dan periode total koleksi. Periode pendahuluan digunakan untuk
membiasakan ternak dengan ransum perlakuan dan kondisi lingkungan yang baru
serta menghilangkan sisa ransum waktu sebelumnya. Periode total koleksi adalah
periode pengumpulan ekskreta sampai akhir percobaan yang kemudian
dikeringkan dan dianalisis (Tillman et al., 1998)
Sistem pencernaan unggas di mulai dari paruh dan berakhir di kloaka,
sistem organ tersebut dimulai dari paruh, esophagus, tembolok (crop),
proventikulus, gizzard, usus halus, usus buntu, usus besar dan kloaka. Organ lain
yang tidak kalah penting adalah hati, pancreas dan limpa. Dalam pencernaan
unggas terdapat dua sistem pencernaan yaitu pencernaan mekanik dan kimiawi,
pencernaan mekanik terdapat di mulut dan di gizzard sedangkan pencernaan
kimiawi dengan bantuan enzim yang berada di saluran pencernaan menurut
(Yuwanta, 2014

B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penggunakan cairan Gizzad pada pengukuran kecernaan in vitro tepung ikan.
Metode pengukuran kecernaan in vitro dengan menggunakan cairan gizzard.
dengan menggunakan tepung ikan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
Variabel yang diamati meliputi Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK),
Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), konfisien cerna protein kasar (KCPK)
dan Koefisien Cerna Protein Terlarut (KCPT).

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cairan Gizzad pada
pengukuran kecernaan in vitro tepung ikan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk penelitian
selanjutnya dan dapat meningktkan pemanfaatan tepung ikan sebagai bahan
pakan non konvensional pada ternak unggas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEPUNG IKAN
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai
sumber protein maupun lemak terutama asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids–PUFA) yang diketahui banyak berperan dalam
memperbaiki penampilan reproduksi ternak (Ashes et al., 1992; Palmquist dan
Kinsey, 1994; Spain et al., 1995).
tepung ikan ini merupakan salah satu bahan baku yang sangat diperlukan
untuk campuran pakan ternak, sebagai sumber protein untuk mempercepat
pertambahan berat badan (fattening). Di samping mempunyai kandungan protein
yang cukup tinggi, tepung ikan juga merupakan sumber mineral, misalnya
kandungan unsur kalsium yang cukup tinggi yaitu 80 g/kg, kemudian fosfor 35
g/kg dan juga sejumlah mineral lainnya seperti magnesium, besi dan iodin.
Kemudian tepung ikan juga sebagai sumber vitamin misalnya vitaminBkomplek,
khususnya koline, B-12 dan riboflavin (DONALD et al., 1981)
Tepung ikan merupakan salah satu pakan sumber protein hewani yang
biasa digunakan dalam ransum ternak monogastrik. Kebutuhan ternak akan pakan
sumber protein hewani sangat penting, karena memiliki kandungan protein relatif
tinggi yang disusun oleh asam - asam amino esensial kompleks yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh ternak (Purnamasari et al.
2006).
Tepung ikan telah menjadi sumber protein yang ideal untuk pakan ikan.
Tepung ikan seimbang dengan asam amino esensial, asam lemak dan mineral,
memiliki kandungan karbohidrat rendah, dan tanpa faktor antinutrisi dengan
palatabilitas dan daya cerna tinggi (Gatlin et al., 2007).
Ketersediaan tepung ikan sangat dibutuhkan untuk pemenuhan nutrisi.
Selain sebagai sumber protein, terpung ikan merupakan elemen terpenting dari
makanan ternak khususnya unggas yang dibutuhkan untuk merangsang
pertumbuhan daging dan produksi telur. Nutrisi tepung ikan berturut- Praptiwi
dan Wahida Kualitas Tepung Ikan di Pesisir Pantai Kabupaten Merauke 158 turut
Protein Kasar 47,85%; Serat Kasar 1,49%; kandungan Lemak 8,09%; dan BETN
3,08%; serta Energi Bruto 3.730,14 kal/gr (Alamsyah, 2005). Tepung ikan juga
disebut sebagai unidentified growth factor (UGF) yang sulit digantikan oleh bahan
lain, khususnya untuk pakan ternak.
B. Kecernaan In vitro
Pencernaan in vitro dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963)
dengan dua tahap pencernaan yaitu penceernaan fermentatif secara anaerobdan
pencernaan secara enzimatis dengan pepsin HCl.
Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak di
ekskresikan ke dalam feses, selisih antara zat makanan yang di konsumsi dengan
yang diqaekskresikan dalam feses merupakan makanan yang dapat dicerna.
Tinggi rendahnya kecernaan suatu bahan pakan menentukan seberapa besar
kandungan nutrient yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan (Anitasari. et
al., 2010).
Untuk mengetahui tingkat kecernaan (bahan kering, bahan organik, protein
kasar, protein terlarut) ransum pada ternak, maka dilakukan evaluasi kecernaan
pakan secara invitro Kecernaan invitro merupakan metode pengukuran kecernaan
suatu bahan pakan yang di lakukan di laboratorium dengan meniru proses
pencernaan pakan di dalam saluran pencernaan ternak. Faktor yang
mempengaruhi kecernaan invitro yaitu, pencampuran pakan, cairan pencernaan,
pengontrolan temperatur, variasi waktu dan metode analisis (Mulyawati. et al.,
2009) dan (Sudirman. et al., 2013). Kecernaan dapat dinyatakan dalam bentuk
bahan kering dan bahan organik sehingga dalam presentase dapat disebut
koefesien cerna (Jovitry. et al 2011)
In vitro adalah bahasa Latin untuk “dalam gelas”. Ini menjelaskan
prosedur medis, tes, dan eksperimen yang dilakukan para peneliti di luar
organisme hidup. Studi in vitro dilakukan di lingkungan yang terkontrol, seperti
tabung reaksi atau cawan petri. Pengujian in vitro dilakukan di laboratorium dan
biasanya melibatkan studi mikroorganisme atau sel manusia atau hewan dalam
kultur. Metodologi ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengevaluasi berbagai
fenomena biologis dalam sel tertentu tanpa gangguan dan variabel perancu
potensial yang ada di seluruh organisme. Pengujian in vitro adalah metodologi
penelitian langsung. Para peneliti dapat melakukan analisis yang lebih rinci dan
memeriksa efek biologis pada sejumlah besar subjek in vitro dari pada pada
percobaan pada hewan atau manusia (Panta, A.,et al, 2009)
C. Cairan gizzard
Gizzard merupakan alat pencernaan yang berperan sebagai pencerna
mekanik sehingga tekstur ransum yang lebih keras akibat serat kasar tinggi dapat
memicu pertumbuhan gizzard. Perlakuan fermentasi pada daun murbei tidak
menunjukan perbedaan nyata terhadap bobot gizzard hal ini diduga karena
fermentasi hanya merubah ikatan dan merenggangkan ikatan senyawa daun
murbei tetapi tidak merubah tekstur dan ukurannya. Bentuk dan serat kasar pakan
merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi bobot gizzard (Hetland dkk.,
2005
Gizzard disebut juga muscular stomach (perut otot) atau empedal.
Lokasinya berada diantara ventriculus dan bagian atas usus halus. Fungsinya
adalah melumatkan pakan dan mencampur dengan air menjadi pasta yang
dinamakan chymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan
makan ayam tersebut. Gizzard atau empedal akan berkontraksi dengan cepat
apabila ada partikel makanan besar dan kasar serta berkontraksi lebih lambat
apabila partikel makanan halus (North et al., 1990).
Didalam gizzard terjadi pencernaan secara mekanik yang dibantu oleh grit
(bebatuan) untuk memecah pakan. Material halus akan masuk gizzard dan keluar
lagi dalam beberapa jam. Gizzard juga berfungsi sebagai filter, bahkan makanan
yang telah halus masuk kedalam duodenum satu menit setelah terjadi ingesta
(Muljowati, 1999).

D. Variabel kecernaan in vitro


Variabel kecernaan in vitro antara lain :

1. Kecernaan Bahan Kering (KCBK)

KCBK dapat diukur dengan menghitung berdasarkan rumus :

KCBK =

Koefisien cerna bahan kering adalah salah satu indikator untuk


menentukan kualitas ransum. Kecernaan bahan kering yang semakin tinggi maka
peluang nutrisi yang dapat dimanfaatkan ternak untuk pertumbuhan juga semakin
tinggi (Afriyanti, 2008 dalam (Suardin, Sandiah, & Aka, 2014)
Kecernaan bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan
yang diserap tubuh yang dilakukan melalui analisis dari jumlah bahan kering, baik
dalam ransum maupun dalam feses. Selisih jumlah bahan kering yang dikonsumsi
dan jumlah yang diekskresikan adalah kecernaan bahan kering (Ranjhan, 1980).
2. Kecernaan Bahan Organik (KCBO)

Kecernaan bahan organik dapat diukur dengan menghitung berdasarkan

rumus : KCBO =

Koefisien cerna bahan organik adalah menggambarkan ketersedian


nutrien dari pakan. Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak
meliputi kecernaan zat-zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak dan
vitamin (Suardin, Sandiah, & Aka, 2014).
Bahan organik merupakan bahan kering yang telah dikurangi abu,
komponen bahan kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan
asam lemak terbang yang merupakan sumber energi bagi ternak. Nilai kecernaan
bahan organik (KBO) didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik (BO)
awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan BO
sebelum inkubasi tersebut (Blümmel dkk., 1997). Kecernaan bahan organik dalam
saluran pencernaan ternak meliputi kecernaan zat-zat makanan berupa komponen
bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Bahan-bahan
organik yang terdapat dalam pakan tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena
itu diperlukan adanya proses pemecahan zat-zat tersebut menjadi zat-zat yang
mudah larut. Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah
kandungan serat kasar dan 22 mineral dari bahan pakan. Kecernaan bahan organik
erat kaitannya dengan kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering
terdiri dari bahan organik (Ismail, 2011)

3. Kecernaan Protein Kasar (KCPK)

Kecernaan protein kasar dapat dihitung melalui rumus (wahju et al.,1997)


sebagai berikut:

KCPK =

Kecernaan protein kasar tergantung pada kandungan protein dalam


ransum. Ransum yang kandungan proteinnya rendah, umumnya mempunyai
kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi rendahnya kecernaan protein
tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein yang
masuk dalam saluran pencernaan (Tillman et al., 1998) Guna mencapai daya cerna
protein yang optimal, nilai nutrien dari protein harus disesuaikan dengan
kebutuhan ayam itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan protein
pada ternak ayam yaitu: tingkat protein, temperatur atau suhu lingkungan, usia
ternak ayam, kandungan asam amino, dan daya cerna (Sklan dan Hurtwitz, 1980)
4. Kecernaan Protein Terlarut (KCPT)
Protein Koefisien cerna protein terlarut adalah bagian protein dalam bahan
makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam tubuh (Linton dan Abrams,
1990). Protein terlarut adalah suatu oligopeptida atau asam-asam amino yang
mudah diserap oleh sistem pencernaan (Purwoko, 2006) dalam (Setyawan, 2015)
E. PENELITIAN TERKAIT

Menurut NRC (1994), bahwa tepung ikan memiliki kandungan protein


yang tinggi yaitu sekitar 60.05% dan energi 2820 kcal/kg
Selain sebagai sumber protein, tepung ikan juga dapat digunakan sebagai
sumber kalsium. Tepung ikan yang baik mempunyai kandungan protein kasar 58-
68%, air 5,5-8,5%, serta garam 0,5-3,0% (Boniran, 1999),

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo, Penelitian dilakukan selama 4 Minggu, dimulai pada
tanggal
B. Materi Penelitian

B.1. Alat

1 Timbangan digital

2 Vorteks untuk mengaduk cairan duodenum


3 Erlenmeyer sebagai tempat pencernaan
4 Labu takar
5 Oven untuk mengeringkan filtrate
6 Pipet ukur untuk mengambil larutan
7 Tabung reaksi untuk tempat sampel
8 Pisau untuk membelah Gizzard
B.2. Bahan
1 Tepung ikan
2 Isi Gizzard
3 Larutan aquades
4 Larutan HCL 0,1 N

5 NaHCO3 1 M

C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lenkap (RAL) pola searah
dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, Pengunaan cairan / bagian pencernaan
ayam penggunaan cairan gizzard pada percobaan kecernaan in vitro tepung ikan.
Untuk perlakuan terdiri dari :

P0 : Tanpa isi gizzard


P1 : Isi gizzard ayam broiler
P2 : Isi gizzard ayam petelur
P3 : Isi gizzard ayam jowo super
C.1. Preparasi tepung ikan

Pada penelitian ini mengunakan tepung ikan dari kabupaten


sukoharjo,selanjutnya tepung ikan di di saring sehinga berbentuk tepung ikan
yang halus sehinga memudahkan untuk kecernaan in vitro.

C.2. Preparasi isi gizard


1. Mengeluarkan isi gizzard dengan hati-hati
2. Menampung pada tabung yang sebelumnya telah ditimbang
3. Menimbang tabung yang telah diisi isi gizzard untuk memperoleh bobot isi
gizzard.
4. Menambahkan larutan HCl 0,1 N / larutan NaHCO 3 1M dengan jumlah
sama dengan bobot isi gizzard.
5. Mengaduk/gojok selama 5 menit
6. Sentrifuge/menyaring dengan kertas saring
7. Mengambil supernatan dan segera digunakan atau disimpan pada
temperatur 20o C apabila digunakan pada kemudian hari.

C.3. Tahap pengukuran kecernaan in vitro

1. 3g sampel bungkil kedelai kemudian dimasukkan kedalam 18 ml larutan


HCl 0,1 N+ yang menandung cairan isi gizard sesuai dengan macam
perlakuan (P0 : Tanpa isi gizzard, P1 : Isi gizzard ayam broiler, P2 : Isi
gizzard ayam petelur & P3 : Isi gizzard ayam jowo super) dan diinkubasikan
selama 45 menit pada temperatur 40° C.
2. Menambahkan 9 ml NaHCO3 1M kemudian diinkubasikan selama 120
menit pada temperatur 40° C
3. Menyaring dengan kertas saring (bobot kertas saring sudah ditimbang)
kemudian filtrate bersama kertas saring dikeringkan kemudian ditimbang
4. supernatan segera digunakan

D.Variabel Yang Diamati


Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah Koefisien Cerna Bahan
Kering (KCBK), Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) dan Koefisien Cerna
Protein Terlarut (KCPT). Perlakuan berupa cairan Gizzard, dengan bahan baku
tepung ikan.
Berikut rumus Koefisien Cerna Bahan Kering, Koefisien Cerna Bahan
Organik, Koefisien Cerna Protein Kasar dan Koefisien Cerna Protein Terlarut:
D.5.1.Menghitung KCBK
KCBK di hitung dengan rumus berikut:

BK sampel−BK residu
KCBK ( % ) = ×100%
BK sampel
Keterangan :

KCBK : Koefisien Cerna Bahan Kering (%)

BK sampel :Bahan kering sampel (g)

BK Residu :Bahan kering residu (g)

D.5.2.Menghitung KCBO
KCBO di hitung dengan rumus berikut:

( BK Sampel x KBOS )− ( BK Residu x KBOR )


KCBO ( % ) = ×100%
BK Sampel x KBOS

Keterangan :

KCBO : Koefisien Cerna Bahan Organik (%)

BK Sampel : Berat Bahan Kering Sampel (g)

KBOS : Kadar Bahan Organik Sampel (%)

BK Residu : Berat Bahan Kering Residu (g)

KBOR : Kadar Bahan Organik Residu (%)

D.5.3.Menghitung KCPT
KCPT di hitung dengan rumus berikut:

(BK Sampel x KPTS) - (BK Residu x KPTR)


KCPT= ×100%
(BK Sampel x KPTS)
Keterangan :

KCPT : Koefisien Cerna Protein Terlarut (%)

BK Sampel : Berat Bahan Kering Sampel (g)

KPTS : Kadar Protein Terlarut Sampel (%)

BK Residu : Berat Bahan Kering Residu (g)

KPTR : Kadar Protein Terlarut Residu (%)

E. Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap pola searah. Data yang diperoleh kemudian dianalisa
menggunakan anova (Analysiss of variance). Selanjutnya dilakukan uji DMRT
(Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Perhitungan menggunakan software SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK)


Koefisien cerna bahan kering adalah salah satu indikator untuk
menentukan kualitas ransum. Kecernaan bahan kering yang semakin tinggi maka
peluang nutrisi yang dapat dimanfaatkan ternak untuk pertumbuhan juga semakin
tinggi (Afriyanti, 2008 dalam (Suardin, Sandiah, & Aka, 2014)

Kecernaan bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan


yang diserap tubuh yang dilakukan melalui analisis dari jumlah bahan kering, baik
dalam ransum maupun dalam feses. Selisih jumlah bahan kering yang dikonsumsi
dan jumlah yang diekskresikan adalah kecernaan bahan kering (Ranjhan,
1980).Rerata hasil penelitian KCBK pada berbagai jenis ungas di sajikan pada
tabel 1.

Tabel 1. Rerata Koefisien Cerna Protein Terlarut (KCBK %) Tepung ikan pada
perlakuan pengunaan cairan isi gizzard dari berbagai jenis unggas.

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 16,27 15,47 16,33 18,27
2 16,17 17,20 14,77 15,57
3 17,23 15,63 17,97 15,20
4 14,10 16,73 16,00 15,50
Rerata 15,94a 16,26a 16,27a 16,14a

Keterangan : a
pada baris rerata menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan(P>0,05).

P0=kontrol; P1= ayam broiler; P2= ayam joper ;P3= ayam afkir.

Berdasarka hasil analisis variabel tabel 1 menunjukan bahwa pengunaan


cairan isi gizzard dari berbagai jenis ayam tidak berpengaruh nyata terhadap
KCBK tepung ikan(P>0,05). hal ini berati dari penelitian jenis ayam broiler,
joper, afkir pada kecernaan in vitro tepung ikan lebih baik mengunakan larutan
HCL 0,1 N dan NaHCO 3.

Di karenakan pada pengunaan cairan isi gizzada ayam broiler, joper, dan
afkir sama dengan perlakuan P0 (kontrol). jadi lebih baik untuk mengetaui KCBK
tepung ikan mengunakan perlakuan P0 atau tanpa cairan isi gizzard.

A. Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO)

Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak meliputi


kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat,
protein, lemak, dan vitamin. Bahan-bahan organik yang terdapat dalam pakan
tersedia dalam bentuk tidak larut, oleh karena itu diperlukan adanya proses
pemecahan zat-zat tersebut menjadi zat-zat yang mudah larut. Faktor yang
mempengaruhi kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dan 22
mineral dari bahan pakan. Kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan
kecernaan bahan kering, karena sebagian dari bahan kering terdiri dari bahan
organik (Ismail, 2011). Rerata hasil penelitian KCBO pada berbagai jenis ungas di
sajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rerata Koefisien Cerna Protein Terlarut (KCBK %) Tepung ikan pada
perlakuan pengunaan cairan isi gizzard dari berbagai jenis ungags.

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 39,29 33,60 39,34 38,27
2 39,21 34,96 38,20 36,23
3 39,99 33,73 40,52 35,95
4 37,72 34,59 39,09 36,18
Rerata 39,05c 34,22a 39,29c 36,18b

Keterangan : abc pada baris rerata menunjukkan perbedaan signifikan (P<0,05).


P0=kontrol; P1= ayam broiler; P2= ayam joper ;P3= ayam afkir.

Berdasarkan hasil analisi variable tabel 2 menunjukan bahwa pengunaan


cairan pencernaan gizzard dari berbagai jenis ayam berpengaruh nyata terhadap
KCBO tepung ikan(P>0,05). Bahwa pengunaan cairan isi gizzard ayam joper
tidak beda nyata dengan perlakuan control.pengunaan cairan isi gizzard ayam
broiler dan afkir ada penurunan secara signifikan di bandingkan perlakuan
kontrol. cairan isi gizzard dari ayam broiler,joper,afkir tidak layak pada
pengukuran KCBO tepung ikan. pengukuran ini lebih baik mengunakan Larutan
HCL 0,1 N dan NaHCO3 1 M

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan organik yang


diperoleh tidak sejalan dengan hasil kecernaan bahan kering.hal ini Bertolak
belakang dengan pendapat Sutardi (1980) melaporkan bahwa peningkatan
kecernaan bahan organik sejalan dengan meningkatnya kecernaan bahan kering,
karena sebagian besar komponen bahan kering terdiri atas bahan organik sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kecernaan bahan kering akan
berpengaruh juga terhadap tinggi rendahnya bahan organic.

B. Koefisien Cerna protein terlarut (KCPT)


Protein Koefisien cerna protein terlarut adalah bagian protein dalam bahan
makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam tubuh (Linton dan Abrams,
1990). Protein terlarut adalah suatu oligopeptida atau asam-asam amino yang
mudah diserap oleh sistem pencernaan (Purwoko, 2006) dalam (Setyawan, 2015).
Rerata hasil penelitian KCPT pada berbagai jenis ungas di sajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Rerata Koefisien Cerna Protein Terlarut (KCPT%) Tepung ikan pada
perlakuan pengunaan cairan isi gizzard dari berbagai jenis ungags.

Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 31,41 36,09 24,74 21,79
2 31,33 37,40 23,33 19,20
3 32,20 36,22 26,21 18,85
4 29,63 37,05 24,44 19,14
Rerata 31,14c 36,69d 24,68b 19,74a

Keterangan : abcd
pada baris rerata menunjukkan perbedaan signifikan
(P<0,05).P0=kontrol; P1= ayam broiler; P2=ayam joper ;P=ayam afkir.
Berdasarkan hasil analisi variasi Tabel 3 menujukan bahwa cairan
pencernaan isi gizzard dari berbagai jenis ayam dengan tepung ikan berpengaruh
nyata terhadap KCPT teoung ikan (P<0,05). Dari hasil penelitian di tabel 3
menunjukan bahwa Cairan isi gizzard ayam broiler bisa meningkat kan kecernaan
protein terlarut pada KCPT tepung ikan. Sementara itu pengunaaan cairan isi
gizzard pada ayam joper dan ayam afkir menurunkan kecernaan protein terlarut.

Kandungan protein yang dibutuhkan ayam broiler pada fase finisher (20%
dan 3.200 kkal/kg) (National Research Council, 1994). Ayam kampung memiliki
kebutuhan protein yang sedikit jika dibandingkan dengan ayam pedaging pada
ayam fase finisher umur 3–6 minggu memerlukan energi energi metabolis sebesar
3080–3190 kkal dan protein antara 19–21% (Wahyu, 1992). Ransum yang
digunakan untuk ayam petelur pada umumnya memiliki kandungan protein 15%,
energi metabolis 2757,10 kkal/kg, ayam petelur minimal diberikan 15% protein
dalam ransum (Suprijatna, 2005).dari hasil data di atas bahwa kandungan protein
dan energi metabolis pada ayam broiler menunjukan hasil lebih tinngi.

Di jelaskan bahwa pengunaan cairan isi gizzard ayam broiler pada


kecernaan in vitro tepung ikan lebih tinggi, dikarenakan kandungan protein dan
energi metabolis ayam broiler yg lebih tinggi dari ayam joper maup
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini penggunaan cairan isi gizzard dari


berbagai jenis unggas dalam koefisien cerna bahan kering (KCBK) tepung ikan
menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan koefisien cerna
bahan organik(KCBO) berbeda nyata (P<0,05). Penggunaan cairan isi gizzard
ayam joper dapat meningkatkan nilai KCBO, tetapi pada pengukuran ayam broiler
dan petelur afkir mengalami penurunan.
Koefisien cerna protein terlarut (KCPT) berbeda nyata (P<0,05). Pada
cairan isi gizzard broiler dapat meningkatkan nilai KCPT sehingga sudah mampu
digunakan dalam pengukuran kecernaan in vitro tepung ikan.

B. Saran

Untuk penelitian lebih lanjut alangkah lebih baik perlu dilakukan


penelitian secara in vivo untuk mengetahui koefisien cerna dari tepung ikan dari
beberapa jenis ayam.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, M., 2008. Fermentabilitas dan kecernaan in vitro ransum yang diberi
kursin bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada ternak sapi dan
kerbau. Skripsi Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Alamsyah R. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Jakarta:
Penebar Swadaya

Ashes, J.R., B.D. Sieber, S.K. Gulati, A.Z. Cuthbertson, and T.W. Scott. 1992.
Incorporation of nfatty acids of fish oil into tissue and serum lipids of
ruminants. Lipids. 27 (8) : 629-631

Bahri, S., Sani, Y., dan Kusumaningsih, A. 2005. Proses Praproduksi Sebagai
Faktor Penting dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman Untuk
Manusia. Jurnal Litbang Pertanian. 24(I): 27-35.

Cullison. A. E. 1978. Feed and Feeding. Prantice Hall of India Private Limited,
New Delhi.

DONALD, P., R. EDWARDS, and J. GREENHALGH. 1981. Animal Nutrition.


3rd ed. Longman, London.

Gatlin DM, Barrows FT, Brown P, Dabrowski K, Gaylord TG, Hardy RW,
Herman E, Hu G, Krogdahl Å, Nelson R, Overturf K, Rust M, Sealey W,
Skonberg D, Souza E, Stone D, Wilson R, Wurtele E. 2007. Expanding the
utilization of sustainable plant products in aquafeeds: a review. Aquac.
Res. 38 (6): 551–579

Hetland H., B. Svihus and M. Choct. 2005. Role of insoluble fiber on gizzard
activity in layers. J. Appl. Poult. Res., 14: 38-46

Muljowati, S. 1999. Dasar Ternak Unggas. Universitas Jendral Soedirman.


Purwokerto
North and Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. New York

Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition In The Tropics. Vikas Publishing Hause P
and TLtd., New Delhi

Rustan. 2018. Uji Daya Cerna Protein Pada Broiler Yang Diberikan Antibiotik
Dan Probiotik. Makassar: Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin.

Sitompul. S., 2004. Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kopra.
Buletin Teknik Pertanian Vol. 9 (1): 33-37 hal

Setyawan, A. V. 2015. Kadar Protein Terlarut Dan Kualitas Tempe Benguk


Dengan Penambahan Ampas Tahu Dan Daun Pembungkus Yang Berbeda.
Surakarta: Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah

Sklan, D dan S. Hurtwitz, 1980. Protein Digestion and Absorption In Young


Chick and Turkey, J. Nutrition

Spain, J.N., C.E. Polan, and B.A. Watkins. 1995. Evaluating effects of fish meal
on milk fat yield of dairy cows. J. Dairy Sci. 78 : 1142-1153.

Stallings, C.C. 2003. Consider these maximums and remember combinations


when formulating rations. Department of Dairy Science. Virginia Tech,
Blacksburg. Vol. 24, No. 4. http://www.ext.vt.edu/news/per iodicals/dairy/
2003- 04/apr03.pdf. February 12, 2007.

Suardin, Sandiah, N., & Aka, R. 2014. Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan
Organik Campuran Rumput Mulato (Brachiaria Hybrid.Cv.Mulato)
Dengan Jenis Legum Berbeda Menggunakan Cairan Rumen Sapi. Jitro
Vol.1 No.1, 16- 22.

Tilley, J. M.A. dan R. A. Terry. 1963. A two stage technique for the in vitro
digestión of forage crops. J. British Grass Soc. 18 : 104 – 11
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Lepdosoekojo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.


Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, S.


Lepdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo, dan S.


Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada.
Yogyakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Penelitian Kecernaan In-vitro


Uji Normalitas

KETERANGAN:

 Sampel kecil  Uji yang digunakan: Shapiro-Wilk

 Yang dibaca: Sig. (Signifikansi atau alpha (α))

 Data dikatakan normal apabila α > 0,05

Tests of Normality

PERLAKUAN Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Kontrol .318 4 . .903 4 .444

Isi gizzard.272 4 . .886 4 .363


broiler
KCBK
Isi gizzard joper .231 4 . .974 4 .866

Isi gizzard afkir .403 4 . .731 4 .025


Kontrol .318 4 . .903 4 .445
Isi gizzard.271 4 . .887 4 .368
KCBO broiler
Isi gizzard joper .230 4 . .975 4 .870
Isi gizzard afkir .404 4 . .731 4 .025
KCPT Kontrol .318 4 . .903 4 .445

Isi gizzard.271 4 . .887 4 .368


broiler

Isi gizzard joper .230 4 . .975 4 .870


Isi gizzard afkir .404 4 . .731 4 .025

a. Lilliefors Significance Correction

UJI HOMOGENITAS (Uji Asumsi – apabila diperlukan)

KETERANGAN:

 Data dikatakan memenuhi syarat homogenitas apabila signifikansi (alpha


(α)) > 0,05

Test of Homogeneity of Variances

Levene df1 df2 Sig.


Statisti
c

KCBK .186 3 12 .904


KCBO .169 3 12 .915
KCPT .426 3 12 .738

UJI SIGNIFIKANSI ANOVA


ANOVA

Sum ofdf Mean Square F Sig.


Square
s

Between Groups .276 3 .092 .059 .980

KCBK Within Groups 18.713 12 1.559

Total 18.989 15
Between Groups 67.637 3 22.546 26.258 .000
KCBO Within Groups 10.304 12 .859
Total 77.941 15
Between Groups 658.125 3 219.375 180.738 .000

KCPT Within Groups 14.565 12 1.214

Total 672.690 15

KCBK
Duncana

PERLAKUAN N Subset for


alpha =
0.05

Kontrol 4 15.9418
Isi gizzard afkir 4 16.1350
Isi gizzard4 16.2575
broiler
Isi gizzard joper 4 16.2675
Sig. .738

Means for groups in homogeneous subsets


are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
4.000.

KCBO
Duncana

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Isi gizzard4 34.2210


broiler
Isi gizzard afkir 4 36.6566
Kontrol 4 39.0514
Isi gizzard joper 4 39.2870
Sig. 1.000 1.000 .725

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
KCPT

Duncana

PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Isi gizzard afkir 4 19.7435


Isi gizzard joper 4 24.6780
Kontrol 4 31.1408
Isi gizzard4 36.6878
broiler
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

Lampiran 2. Pembuatan larutan HCl 0,1 N


Langkah-langkah pembuatan larutan HCl :
a. Melarutkan 8,3 ml HCl dalam 100 ml aquades
b. Mengencerkan menjadi 1000 ml dengan penambahan aquades
c. Mengambil sebanyak 450 ml larutan HCl 0,1 N.
d. Larutan HCl 0,1 N sebanyak 216 ml digunakan untuk 12 sampel yang
masing-masing 18 ml dan 86 ml HCl 0,1 N digunakan untuk ekstraksi
gizzard.

Lampiran 3. Pembuatan larutan NaHCO3 1 M


Langkah-langkah pembuatan larutan NaHCO3 :
a. Pembuatan larutan NaHCO³1 M sebesar 21 gram dilarutkan hingga 250 ml
aquades.
b. Pengambilan larutan NaHCO³1 M sebesar 200 ml.
Lampiran 4. Pengukuran Kadar Bahan Organik
Langkah-langkah untuk pengukuran KCBO yaitu :
a. Menyimpan krus yang akan digunakan ke dalam desikator.
b. Kemudian menimbang sampel bahan yang akan diuji kadar bahan organiknya
seberat 1 g yang kemudian dimasukkan ke dalam krus. Antar perlakuan 2
sampel untuk masing-masing perlakuan.
c. Setelah itu menyimpan ke dalam desikator kembali.
d. Lalu memasukkan ke dalam tanur dengan mengatur suhu 550° selama 9 jam.
e. Selanjutnya ditimbang abunya.

Lampiran 5. Pengukuran Kadar Protein Terlarut


Langkah-langkah untuk pengukuran KCPT yaitu :
a. Menimbang bobot sampel dan residu masing-masing 1 g yang kemudian
dilarutkan dalam 10 ml aquades.
b. Lalu disentrifuge untuk memisahkan sampel dengan supernatan.
c. Selanjutnya mengambil supernatan sebanyak 1 ml untuk dilarutkan dalam
100 ml aquades.
d. Kemudian mengambil 1 ml dari larutan sebelumnya untuk masing-masing
tabung reaksi, yang totalnya ada 10 buah taung reaksi.
e. Selanjutnya ditambahkan reagen D sebanyak 1 ml dan divorteks.
f. Didiamkan selama 15 menit.
g. Kemudian ditambahkan reagen E sebanyak 3 ml dan divorteks.
h. Selanjutnya didiamkan selama 4 menit.
i. Lalu diukur absorbansinya dari tiap-tiap perlakuan menggunkan
spektrometer.

Lampiran 6. Pembuatan Reagen


Langkah-langkah dalam pembuatan reagen :
a. Reagen A : melarutkan 10 g Na2CO3 dalam NaOH 0,5 N hingga mencapai
volume 100 ml.
b. Reagen B : melarutkan 1 g CuSO4. 5 H2O dalam aquades hingga mencapai
volume 100 ml.
c. Reagen C : melarutkan 2 g K-Na-Tratrat dalam aquades hingga mencapai
volume 100 ml.
d. Reagen D : mencampur 15 ml reagen A, 0,75 ml reagen B dan 0,75 ml reagen
C. Kemudian digojog hingga homogen.
e. Reagen E : mengencerkan 5,0 ml reagen Folin-Ciocalteu 2 N menjadi volume
50 ml lalu digojog hinga homogen.

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1.pengambilan larutan Gambar 2. Bahan yang sudah di saring


Gambar 3. Pemasukan isi gizzard ke Gambar 4.pemasukan Sentrifuge
elmeyer
Gambar 5.penimbangan kertas saring Gambar 6.penimbangan bahan

Gambar 6.proses Sentrifuge Gambar 7.proses inkubasi

Anda mungkin juga menyukai