SKRIPSI
Oleh :
Adytia Aminudin Nur Azzis
NIM 1850500034
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Ir. Ali Mursyid WM, M.P. Ahimsa kandi sariri, S.P., M. Sc.
NIP. 196412241994041132 NIP. 197305272001122153
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 1850500034
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh pertanggung jawab.
NIM 175050000
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas ridho-Nya saya
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi yang saya
ajukan adalah “KECERNAAN IN VITRO TEPUNG IKAN PADA JENIS AYAM
DENGAN MENGUNAKAN CAIRAN ISI GIZZARD”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah skripsi
di Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo. Tidak dapat dipungkiri bahwa butuh usaha yang keras, kegigihan, dan
kesabaran, dalam penyelesaian pengerjaan skripsi ini. Namun saya sadari skripsi
ini tidak bisa selesai tanpa orang-orang tercinta disekeliling saya yang mendukung
dan membantu. Terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada :
Penulis
ABSTRAK
Adytia aminudin nur azzis. 1850500034. 2022. Kecernaan In Vitro tepung ikan
Pada berbagai jenis ayam Dengan Cairan Gizzard. (Pembimbing Utama : Prof. Dr.
Ir. Ali Mursyid WM, M.P., Pembimbing Pendamping, Ahimsa kandi sariri, S.P.,
M. Sc..).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cairan isi gizzard pada jenis
ayam pada pengukuran kecernaan in vitro tepung ikan. Penelitian menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan 4 perlakuan dan 4 kali
ulangan. Perlakuan terdiri atas P0 = kotrol, P1 =ayam broiler, P2 =ayam joper, P3
=ayam petelur afkir. Hasil penelitian ini menunjukan rataan Koefisien Cerna
Bahan Kering (%) secara berturut-turut untuk perlakuan P0, P1, P2, P3 sebesar;
15,94, 16,26, 16,27, 16,14. Koefisien Cerna Bahan Organik (%) ; 39,05, 34,22,
39,29, 36,66. Koefisien Cerna Protein Terlarut ; 31,14, 36,69, 24,68, 19,74. Hasil
dari uji statistik bahwa pemberian tepung ikan menunjukkan tidak berbeda nyata
(P>0,05) terhadap koefisien cerna bahan kering, pada bahan organik terjadi
perbedaan nyata (P<0,05), dan pada protein terlaru terjadi perbedaan nyata
(P<0,05). Kesimpulannya bahwa penggunaan cairan gizzard dari berbagai jenis
ayam cenderung tidak meningkatkan nilai koefisien cerna bahan kering,
penggunaan cairan gizzard dari beberapa jenis ayam dapat meningkatkan nilai
koefisien cerna protein terlarut, penggunaan cairan gizzard dari berberapa jenis
ayam tidak dapat meningkatan nilai koefisien cerna bahan organik.
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penggunakan cairan Gizzad pada pengukuran kecernaan in vitro tepung ikan.
Metode pengukuran kecernaan in vitro dengan menggunakan cairan gizzard.
dengan menggunakan tepung ikan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
Variabel yang diamati meliputi Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK),
Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO), konfisien cerna protein kasar (KCPK)
dan Koefisien Cerna Protein Terlarut (KCPT).
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cairan Gizzad pada
pengukuran kecernaan in vitro tepung ikan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk penelitian
selanjutnya dan dapat meningktkan pemanfaatan tepung ikan sebagai bahan
pakan non konvensional pada ternak unggas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEPUNG IKAN
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang berpotensi sebagai
sumber protein maupun lemak terutama asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids–PUFA) yang diketahui banyak berperan dalam
memperbaiki penampilan reproduksi ternak (Ashes et al., 1992; Palmquist dan
Kinsey, 1994; Spain et al., 1995).
tepung ikan ini merupakan salah satu bahan baku yang sangat diperlukan
untuk campuran pakan ternak, sebagai sumber protein untuk mempercepat
pertambahan berat badan (fattening). Di samping mempunyai kandungan protein
yang cukup tinggi, tepung ikan juga merupakan sumber mineral, misalnya
kandungan unsur kalsium yang cukup tinggi yaitu 80 g/kg, kemudian fosfor 35
g/kg dan juga sejumlah mineral lainnya seperti magnesium, besi dan iodin.
Kemudian tepung ikan juga sebagai sumber vitamin misalnya vitaminBkomplek,
khususnya koline, B-12 dan riboflavin (DONALD et al., 1981)
Tepung ikan merupakan salah satu pakan sumber protein hewani yang
biasa digunakan dalam ransum ternak monogastrik. Kebutuhan ternak akan pakan
sumber protein hewani sangat penting, karena memiliki kandungan protein relatif
tinggi yang disusun oleh asam - asam amino esensial kompleks yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh ternak (Purnamasari et al.
2006).
Tepung ikan telah menjadi sumber protein yang ideal untuk pakan ikan.
Tepung ikan seimbang dengan asam amino esensial, asam lemak dan mineral,
memiliki kandungan karbohidrat rendah, dan tanpa faktor antinutrisi dengan
palatabilitas dan daya cerna tinggi (Gatlin et al., 2007).
Ketersediaan tepung ikan sangat dibutuhkan untuk pemenuhan nutrisi.
Selain sebagai sumber protein, terpung ikan merupakan elemen terpenting dari
makanan ternak khususnya unggas yang dibutuhkan untuk merangsang
pertumbuhan daging dan produksi telur. Nutrisi tepung ikan berturut- Praptiwi
dan Wahida Kualitas Tepung Ikan di Pesisir Pantai Kabupaten Merauke 158 turut
Protein Kasar 47,85%; Serat Kasar 1,49%; kandungan Lemak 8,09%; dan BETN
3,08%; serta Energi Bruto 3.730,14 kal/gr (Alamsyah, 2005). Tepung ikan juga
disebut sebagai unidentified growth factor (UGF) yang sulit digantikan oleh bahan
lain, khususnya untuk pakan ternak.
B. Kecernaan In vitro
Pencernaan in vitro dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963)
dengan dua tahap pencernaan yaitu penceernaan fermentatif secara anaerobdan
pencernaan secara enzimatis dengan pepsin HCl.
Kecernaan adalah zat-zat makanan dari konsumsi pakan yang tidak di
ekskresikan ke dalam feses, selisih antara zat makanan yang di konsumsi dengan
yang diqaekskresikan dalam feses merupakan makanan yang dapat dicerna.
Tinggi rendahnya kecernaan suatu bahan pakan menentukan seberapa besar
kandungan nutrient yang dapat dicerna dalam saluran pencernaan (Anitasari. et
al., 2010).
Untuk mengetahui tingkat kecernaan (bahan kering, bahan organik, protein
kasar, protein terlarut) ransum pada ternak, maka dilakukan evaluasi kecernaan
pakan secara invitro Kecernaan invitro merupakan metode pengukuran kecernaan
suatu bahan pakan yang di lakukan di laboratorium dengan meniru proses
pencernaan pakan di dalam saluran pencernaan ternak. Faktor yang
mempengaruhi kecernaan invitro yaitu, pencampuran pakan, cairan pencernaan,
pengontrolan temperatur, variasi waktu dan metode analisis (Mulyawati. et al.,
2009) dan (Sudirman. et al., 2013). Kecernaan dapat dinyatakan dalam bentuk
bahan kering dan bahan organik sehingga dalam presentase dapat disebut
koefesien cerna (Jovitry. et al 2011)
In vitro adalah bahasa Latin untuk “dalam gelas”. Ini menjelaskan
prosedur medis, tes, dan eksperimen yang dilakukan para peneliti di luar
organisme hidup. Studi in vitro dilakukan di lingkungan yang terkontrol, seperti
tabung reaksi atau cawan petri. Pengujian in vitro dilakukan di laboratorium dan
biasanya melibatkan studi mikroorganisme atau sel manusia atau hewan dalam
kultur. Metodologi ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengevaluasi berbagai
fenomena biologis dalam sel tertentu tanpa gangguan dan variabel perancu
potensial yang ada di seluruh organisme. Pengujian in vitro adalah metodologi
penelitian langsung. Para peneliti dapat melakukan analisis yang lebih rinci dan
memeriksa efek biologis pada sejumlah besar subjek in vitro dari pada pada
percobaan pada hewan atau manusia (Panta, A.,et al, 2009)
C. Cairan gizzard
Gizzard merupakan alat pencernaan yang berperan sebagai pencerna
mekanik sehingga tekstur ransum yang lebih keras akibat serat kasar tinggi dapat
memicu pertumbuhan gizzard. Perlakuan fermentasi pada daun murbei tidak
menunjukan perbedaan nyata terhadap bobot gizzard hal ini diduga karena
fermentasi hanya merubah ikatan dan merenggangkan ikatan senyawa daun
murbei tetapi tidak merubah tekstur dan ukurannya. Bentuk dan serat kasar pakan
merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi bobot gizzard (Hetland dkk.,
2005
Gizzard disebut juga muscular stomach (perut otot) atau empedal.
Lokasinya berada diantara ventriculus dan bagian atas usus halus. Fungsinya
adalah melumatkan pakan dan mencampur dengan air menjadi pasta yang
dinamakan chymne. Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasaan
makan ayam tersebut. Gizzard atau empedal akan berkontraksi dengan cepat
apabila ada partikel makanan besar dan kasar serta berkontraksi lebih lambat
apabila partikel makanan halus (North et al., 1990).
Didalam gizzard terjadi pencernaan secara mekanik yang dibantu oleh grit
(bebatuan) untuk memecah pakan. Material halus akan masuk gizzard dan keluar
lagi dalam beberapa jam. Gizzard juga berfungsi sebagai filter, bahkan makanan
yang telah halus masuk kedalam duodenum satu menit setelah terjadi ingesta
(Muljowati, 1999).
KCBK =
rumus : KCBO =
KCPK =
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B.1. Alat
1 Timbangan digital
5 NaHCO3 1 M
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lenkap (RAL) pola searah
dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, Pengunaan cairan / bagian pencernaan
ayam penggunaan cairan gizzard pada percobaan kecernaan in vitro tepung ikan.
Untuk perlakuan terdiri dari :
BK sampel−BK residu
KCBK ( % ) = ×100%
BK sampel
Keterangan :
D.5.2.Menghitung KCBO
KCBO di hitung dengan rumus berikut:
Keterangan :
D.5.3.Menghitung KCPT
KCPT di hitung dengan rumus berikut:
E. Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap pola searah. Data yang diperoleh kemudian dianalisa
menggunakan anova (Analysiss of variance). Selanjutnya dilakukan uji DMRT
(Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Perhitungan menggunakan software SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences).
BAB IV
Tabel 1. Rerata Koefisien Cerna Protein Terlarut (KCBK %) Tepung ikan pada
perlakuan pengunaan cairan isi gizzard dari berbagai jenis unggas.
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 16,27 15,47 16,33 18,27
2 16,17 17,20 14,77 15,57
3 17,23 15,63 17,97 15,20
4 14,10 16,73 16,00 15,50
Rerata 15,94a 16,26a 16,27a 16,14a
Keterangan : a
pada baris rerata menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan(P>0,05).
P0=kontrol; P1= ayam broiler; P2= ayam joper ;P3= ayam afkir.
Di karenakan pada pengunaan cairan isi gizzada ayam broiler, joper, dan
afkir sama dengan perlakuan P0 (kontrol). jadi lebih baik untuk mengetaui KCBK
tepung ikan mengunakan perlakuan P0 atau tanpa cairan isi gizzard.
Tabel 2. Rerata Koefisien Cerna Protein Terlarut (KCBK %) Tepung ikan pada
perlakuan pengunaan cairan isi gizzard dari berbagai jenis ungags.
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 39,29 33,60 39,34 38,27
2 39,21 34,96 38,20 36,23
3 39,99 33,73 40,52 35,95
4 37,72 34,59 39,09 36,18
Rerata 39,05c 34,22a 39,29c 36,18b
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 31,41 36,09 24,74 21,79
2 31,33 37,40 23,33 19,20
3 32,20 36,22 26,21 18,85
4 29,63 37,05 24,44 19,14
Rerata 31,14c 36,69d 24,68b 19,74a
Keterangan : abcd
pada baris rerata menunjukkan perbedaan signifikan
(P<0,05).P0=kontrol; P1= ayam broiler; P2=ayam joper ;P=ayam afkir.
Berdasarkan hasil analisi variasi Tabel 3 menujukan bahwa cairan
pencernaan isi gizzard dari berbagai jenis ayam dengan tepung ikan berpengaruh
nyata terhadap KCPT teoung ikan (P<0,05). Dari hasil penelitian di tabel 3
menunjukan bahwa Cairan isi gizzard ayam broiler bisa meningkat kan kecernaan
protein terlarut pada KCPT tepung ikan. Sementara itu pengunaaan cairan isi
gizzard pada ayam joper dan ayam afkir menurunkan kecernaan protein terlarut.
Kandungan protein yang dibutuhkan ayam broiler pada fase finisher (20%
dan 3.200 kkal/kg) (National Research Council, 1994). Ayam kampung memiliki
kebutuhan protein yang sedikit jika dibandingkan dengan ayam pedaging pada
ayam fase finisher umur 3–6 minggu memerlukan energi energi metabolis sebesar
3080–3190 kkal dan protein antara 19–21% (Wahyu, 1992). Ransum yang
digunakan untuk ayam petelur pada umumnya memiliki kandungan protein 15%,
energi metabolis 2757,10 kkal/kg, ayam petelur minimal diberikan 15% protein
dalam ransum (Suprijatna, 2005).dari hasil data di atas bahwa kandungan protein
dan energi metabolis pada ayam broiler menunjukan hasil lebih tinngi.
A. Kesimpulan
B. Saran
Afriyanti, M., 2008. Fermentabilitas dan kecernaan in vitro ransum yang diberi
kursin bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada ternak sapi dan
kerbau. Skripsi Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Alamsyah R. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Jakarta:
Penebar Swadaya
Ashes, J.R., B.D. Sieber, S.K. Gulati, A.Z. Cuthbertson, and T.W. Scott. 1992.
Incorporation of nfatty acids of fish oil into tissue and serum lipids of
ruminants. Lipids. 27 (8) : 629-631
Bahri, S., Sani, Y., dan Kusumaningsih, A. 2005. Proses Praproduksi Sebagai
Faktor Penting dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman Untuk
Manusia. Jurnal Litbang Pertanian. 24(I): 27-35.
Cullison. A. E. 1978. Feed and Feeding. Prantice Hall of India Private Limited,
New Delhi.
Gatlin DM, Barrows FT, Brown P, Dabrowski K, Gaylord TG, Hardy RW,
Herman E, Hu G, Krogdahl Å, Nelson R, Overturf K, Rust M, Sealey W,
Skonberg D, Souza E, Stone D, Wilson R, Wurtele E. 2007. Expanding the
utilization of sustainable plant products in aquafeeds: a review. Aquac.
Res. 38 (6): 551–579
Hetland H., B. Svihus and M. Choct. 2005. Role of insoluble fiber on gizzard
activity in layers. J. Appl. Poult. Res., 14: 38-46
Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition In The Tropics. Vikas Publishing Hause P
and TLtd., New Delhi
Rustan. 2018. Uji Daya Cerna Protein Pada Broiler Yang Diberikan Antibiotik
Dan Probiotik. Makassar: Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin.
Sitompul. S., 2004. Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kopra.
Buletin Teknik Pertanian Vol. 9 (1): 33-37 hal
Spain, J.N., C.E. Polan, and B.A. Watkins. 1995. Evaluating effects of fish meal
on milk fat yield of dairy cows. J. Dairy Sci. 78 : 1142-1153.
Suardin, Sandiah, N., & Aka, R. 2014. Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan
Organik Campuran Rumput Mulato (Brachiaria Hybrid.Cv.Mulato)
Dengan Jenis Legum Berbeda Menggunakan Cairan Rumen Sapi. Jitro
Vol.1 No.1, 16- 22.
Tilley, J. M.A. dan R. A. Terry. 1963. A two stage technique for the in vitro
digestión of forage crops. J. British Grass Soc. 18 : 104 – 11
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Lepdosoekojo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
KETERANGAN:
Tests of Normality
KETERANGAN:
Total 18.989 15
Between Groups 67.637 3 22.546 26.258 .000
KCBO Within Groups 10.304 12 .859
Total 77.941 15
Between Groups 658.125 3 219.375 180.738 .000
Total 672.690 15
KCBK
Duncana
Kontrol 4 15.9418
Isi gizzard afkir 4 16.1350
Isi gizzard4 16.2575
broiler
Isi gizzard joper 4 16.2675
Sig. .738
KCBO
Duncana
1 2 3
Duncana
1 2 3 4