Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Kolaborasi Peran serta Orang Tua dan Guru dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Secara Daring

Abdul Kholil
SMAN 1 Tanjung Jabung Timur

Abstrak

Pendidikan saat ini menuntut adanya kolaborasi dengan berbagai pihak dalam
berbagai kegiatan pendidikan. Kolaborasi adalah kegiatan dimana terjadi kerjasama antara
berbagai pihak dalam mewujudkan tujuan pendidikan, baik pihak dari dalam maupun dari
luar lembaga pendidikan. Kolaborasi dapat dilakukan dengan sekolah itu sendiri, universitas,
masyarakat, orang ahli, yang memiliki pengaruh positif pada pencapaian prestasi peserta
didik dan pengalaman sekolah. Dengan demikian, kolaborasi merupakan langkah konkret dan
sistematis di lingkungan pendidikan yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas
pendidikan. Oleh karena itu dalam pembelajaran daring ini diperlukannya kolaborasi yang
baik antara orang tua dan guru dalam menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik yang
dapat membuat para peserta didik memahami materi pelajaran dan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci : Kolaborasi Peran Serta Orang dan Guru, Pembelajaran Daring

Pendahuluan

Dunia saat ini disibukkan dengan munculnya virus corona (Covid-19). Terhitung
tanggal 26 Mei 2020 virus ini telah menginfeksi 5,623,503 orang, dengan jumlah kematian
348,760 jiwa dan jumlah pasien yang sembuh 2,393,551 serta menginfeksi 213 negara
(worldometers.info, 2020). Di Indonesia sendiri, penyebaran virus ini ditemukan pertama kali
pada tanggal 2 maret 2020, dan hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo
(Nuraini, 2020), dan saat ini telah menginfeksi 23,165 orang dengan jumlah kematian 1,418
jiwa, dan jumlah pasien yang sembuh 5,877 orang (covid19.go.id, 2020).

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini, di
antaranya adalah dengan mengeluarkan PP Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 yang berakibat pada
pembatasan berbagai aktivitas termasuk di antaranya sekolah. Sementara itu aktivitas Belajar
Dari Rumah (BDR) secara resmi di keluarkan melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor
36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam
rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19). Kebijakan ini memaksa
guru dan murid untuk tetap bekerja dan belajar dari rumah dari jenjang PAUD sampai
Perguruan Tinggi (kemdikbud.go.id, 2020). Kebijakan ini tentunya tidak hanya berdampak
pada relasi guru dan murid selama BDR, namun juga pentingnya optimalisasi peran orang tua
dan guru serta kolaborasi yang baik diantaranya dalam pelaksanaan BDR.

88
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Dalam Proses pendidikannya, peserta didik yang bermutu hanya dibentuk melalui pendidikan
bermutu. Menurut Tilaar, untuk mencapai hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan proses
pendidikan yang bermutu. Kemampuan yang diberikan melalui proses pendidikan bermutu
tidak hanya menyangkut aspek akademis saja, tetapi juga menyangkut berbagai aspek
kehidupan yang komprehensif yakni perkembangan pribadi, sosial, kematangan individu, dan
sistem nilai (Nugraha & Rahman, 2017). Dalam hal ini peran kerjasama dalam sebuah
pendidikan sangat dibutuhkan. Kerjasama tersebut melibatkan banyak komponen yang terdiri
atas semua komponen yang ada di sekolah seperti guru, siswa, kepala sekolah, dan
sebagainya. Bahkan tidak bisa kita pungkiri kerjasama yang paling dominan adalah
kerjasama antarguru dan keluarga. Dalam lingkungan keluarga yang paling penting adalah
orang tua selaku wali murid siswa.

Kerjasama dengan orang tua dan masyarakat perlu diusahakan untuk terciptanya lingkungan
belajar yang kondusif dan menyelaraskan program yang tertuang dalam kurikulum di sekolah
dengan lingkungan anak di rumah. Kerjasama yang efektif dan komunikasi dengan orang tua
sangat diperlukan dalam hal yang terkait dengan kepentingan dan perkembangan anak.
Orang tua perlu mengetahui keadaan anak mereka dari unsur sekolah, dan manfaat bagi guru
adanya komunikasi dengan orang tua siswa, diantaranya untuk memahami perilaku anak di
rumah dari masukan orang tua siswa (Nugraha & Rahman, 2017).

Pendidikan saat ini menuntut adanya kolaborasi dengan berbagai pihak dalam berbagai
kegiatan pendidikan. Kolaborasi adalah kegiatan dimana terjadi kerjasama antara berbagai
pihak dalam mewujudkan tujuan pendidikan, baik pihak dari dalam maupun dari luar
lembaga pendidikan. Kolaborasi dapat dilakukan dengan sekolah itu sendiri, universitas,
masyarakat, orang ahli, yang memiliki pengaruh positif pada pencapaian prestasi peserta
didik dan pengalaman sekolah. Dengan demikian, kolaborasi merupakan langkah konkret
dan sistematis di lingkungan pendidikan yang berdampak langsung pada peningkatan
kualitas pendidikan (Bhakti, 2015).

Untuk dapat menciptakan suasana lingkungan yang memberi kesempatan anak untuk
melakukan kegiatan kreatif secara efektif terhadap anak ketika belajar, maka diperlukannya
komunikasi intensif dengan orang tua dan masyarakat sebagai mitra kerja bagi sekolah.
Orang tua dan guru dapat menjadi kontributor terhadap tumbuh kembang anak. Orang tua
dapat lebih baik mengenal program yang dilakukan disekolah, dan guru lebih peduli dengan
situasi anak di rumah. Sebagaimana mereka belajar satu sama lain mengenai tujuan, mereka
dapat saling mendukung dan bekerjasama dengan anak mereka. Guru harus memperkuat
hubungan dengan orang tua. Apabila kita berbicara mengenai pembelajaran online di rumah,
maka peran orang tua sangat dibutuhkan. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa
internet sudah mempengaruhi hampir dalam semua aspek kehidupan manusia. Teknologi
internet juga berdampak terhadap perilaku dan kehidupan generasi masa kini. Anak-anak
masa kini begitu akrab dengan internet melalui berbagai perangkat gawai, seperti: komputer,
laptop, tablet, handphone, smartphone, dan perangkat sejenisnya. Kehidupan mereka mulai
dari; bermain, berkomunikasi, bergaul, menyalurkan hobi, dan aspek-aspek lainnya tidak

89
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

terlepas dari teknologi internet. Namun satu hal yang disayangkan adalah internet masih
sangat kecil digunakan untuk keperluan pembelajaran. Hasil studi yang dilakukan oleh
TechinAsia (2015) menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia dominan untuk
mencari berita dan hiburan, bahkan untuk konten pendidikan hanya 5% saja. Begitupun acara
televisi yang digemari oleh pemirsa dominan bernuansa hiburan dan informasi (Chalim &
Anwas, 2018; Kusuma & Hadiyanto, 2015).

Dalam lingkungan keluarga, peran orang tua sangat penting untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif agar anak-anak memanfaatkan internet secara positif. Begitu pula pada
lingkungan sekolah, peran guru memiliki peran penting untuk membimbing dan
mengarahkan siswa agar mampu memanfaatkan internet untuk keperluan pembelajaran.
Inilah tuntutan sekolah pada era masa kini tidak bisa lepas dari internet.

Oleh karena itu begitu besar peran orang tua terhadap pendiidkan anaknya, begitu luasnya
aspek pendidikan anak, sementara itu terbatasnya kemampuan orang tua untuk selalu
mengawasi anaknya maka tidak mungkin pendidikan tersebut dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga saja, karenanya harus dibantu oleh lembaga formal (sekolah), karena
pendiidkan juga merupakan tanggung jawab bersama dalam kehidupan bernegara, tugas
mendiidk anak bagi orang tua tersebut dapat dibantu oleh sekolah dan masyarakat,
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pada
Bab IV Pasal 10 Ayat 1, yang menyatakan bahwa: “Penyelenggara Pendidikan dilaksanakan
melalui dua jalur pendiidkan yaitu: jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar
sekolah”. Akan tetapi, pada dasarnya sekolah hanya bersifat melanjutkan pendidikan anak-
anak yang telah dilaksanakan di lingkungan keluarga sedangkan berhasil tidaknya
pendidikan sekolah tergantung pada pengaruh pendidikan dalam keluarga (Roja, 2017).

Suasana pembelajaran yang biasa dilakukan di dalam kelas, akhir-akhir ini harus berubah
dan berpindah tempat di rumah karena untuk menghindari pandemi Covid-19 yang
mengharuskan adanya kolaborasi antara guru dan orang tua untuk mendukung pembelajaran
tersebut. Karena tanpa adanya kolaborasi dan kontrol dari pihak-pihak yang berkaitan dengan
pembelajaran online siswa, maka kebijakan pemerintah tentang pembelajaran online atau
daring tidak akan terlaksana dengan baik dan lancar.

Pada kenyataannya Permasalahan yang terjadi banyak orang tua siswa yang mengeluhkan
dirinya keteteran. Selama ini orang tua memberikan tanggung jawab pendidikan anaknya
kepada guru sekolah. Dikarenakan melihat kondisi sekarang orang tua memiliki peran ganda
dalam proses pembelajaran daring di rumah. Selain tanggung jawab mendidik anak, orang
tua dituntut mendampingi anak belajar daring di rumah sebagai ganti pembelajaran tatap
muka. Dalam kondisi seperti saat ini, disadari atau tidak, para orang tua menjalankan peran
ganda pendidikan. Pertama, peran utama orang tua. Secara universal, para orang tua dituntut
memikirkan dan merealisasikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Kewajiban ini
melekat pada setiap individu orang tua. Sebab hadirnya buah hati adalah sebagai penerus
harapan dan masa depan keluarga dan juga peradaban sebuah bangsa. Maka jelaslah orang

90
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

tua harus memastikan, melalui teladan, anaknya menjadi baik dari sisi kepribadian, keilmuan
dan juga masa depan. Kedua, peran tambahan orang tua. Peran tambahan ini muncul seiring
pembatasan sosial. Belajar dan bekerja di rumah menjadi solusi yang tak terelakkan.
Partisipasi orang tua diperlukan dalam proses sekolah online. Pendek kata orang tua adalah
guru, mewakili sekolah, di rumah. Di mana mereka berperan mengadministrasikan
pembelajaran dari tahap anak mengerjakan tugas, melaporkan tugas, hingga mengerjakan
ujian daring (Nana Cahana, Kompasiana, 6 Mei 2020).

Pembahasan

A. Orang Tua dan Guru


1. Peran Orang Tua

Menurut Khairani (2019: 20)peran merupakan suatu kompleks pengharapan manusia


terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang
berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Kata peran dalam kamus Oxford Dictionary
diartikan dengan Actor‟s Part, One‟s Task Of Function yang berarti aktor, tugas
seseorang atau fungsi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Peran mempunyai arti pemain sandiwara
(film), perangkat tingkah diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di
masyarakat”. Menurut Novrinda (2017: 42) “Orang tua adalah pria dan wanita yang
terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah
dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya”. Menurut Muthmainnah (2012: 108)
“Orang tua adalah sosok yang seharusnya paling mengenal kapan dan bagaimana
anak belajar sebaik-baiknya”.

Heriyani (2010: 16-17) Mengatakan: “Orang tua ibu dan ayah memegang peranan
yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Seorang ayah
berperan mengelola dan mengatur seluruh urusan anak serta memberi arah-arahan
yang tepat dan berguna. Seorang ayah juga berkewajiban untuk mencari nafkah bagi
keluarganya dan juga berkewajiban untuk mencari tambahan ilmu bagi dirinya,
karena dengan ilmu-ilmu itu dia akan dapat membimbing dan mendidik dirinya
sendiri dan keluarga menjadi lebih baik. Demikian halnya seorang ibu, disamping
memiliki kewajiban untuk mencari ilmu karena ibulah yang selalu dekat dengan anak-
anaknya”.

Menurut Widayati (2018: 28-29) menjelaskan bahwa peran orang tua dalam keluarga
terdiri dari: Peran sebagai pendidik, orang tua perlu menanamkan kepada anak-anak
arti penting pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah.
Selain itu peran orang tua sebagai berikut:

91
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

1. Peran sebagai pendorong, sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, anak
membutuhkan dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri
dalam menghadapi masalah.
2. Peran sebagai panutan, orang tua perlu memberikan contoh dan teladan bagi anak, baik
dalam berkata jujur maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan
bermasyarakat.
3. Peran sebagai teman, menghadapi anak yang sedang menghadapi masa peralihan. Orang
tua lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat menjadi informasi,
teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang kesulitan atau masalah anak, sehingga
anak merasa nyaman dan terlindungi.
4. Peran sebagai pengawas, kewajiban orang tua adalah melihat dan mengawasi sikap dan
perilaku anak agar tidak keluar jauh dari jati dirinya, terutama dari pengaruh lingkungan
baik dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
5. Peran sebagai konselor, orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai
positif dan negatif sehingga anak mampu mengambil keputusan yang terbaik.

Berdasarkan uraian diatas maka maksud peran orang tua adalah pola tingkah laku dari
ayah dan ibu berupa tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing
anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap
hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian jelaslah bahwa orang tua
memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sangat besar terhadap anaknya, karena
mereka mempunyai tanggung jawab memberikan nafkah, mendidik, mengasuh, serta
memelihara anaknya untuk mempersiapkan dan mewujudkan kebahagiaan hidup anak
dimasa depan. Dengan kata lain bahwa orang tua umumnya bertanggung jawab atas
segalanya dari kelangsungan hidup anak-anak mereka.

2. Peran Guru
Peran ialah Pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas
dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan
belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai
prinsip- prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan
kata lain Guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik-
baiknya.

Guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau, harus dilaksanakannya
sebagai seorang guru. Sardiman dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi
Belajar dan Mengajar diterangkan ada beberapa berpendapat tentang peran guru
antara lain : Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai kominator, sahabat yang
dapat memberikan nasihat- nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai- nilai
orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

92
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan


baik. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran
penting dalam pendidikan. Di sekolah, guru hadir untuk mengabdikan diri kepada
umat manusia dalam hal ini anak didik. Negara menuntut generasinya yang
memerlukan binaan dan bimbingan dari guru. Guru dengan sejumlah buku yang
terselip dipinggang datang ke sekolah di waktu pagi hingga petang, sampai waktu
mengajar dihadiri dikelas untuk bersama-sama belajar dengan sejumlah anak didik
yang sudah menantinya untuk diberikan pelajaran.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses
pembelajaran adalah bahwa semua manusia (siswa) dilahirkan dengan rasa ingin tahu
yang tak pernah terpuaskan dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa
ingin tahunya. Oleh karena itulah, guru perlu menciptkan lingkungan belajar yang
kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswanya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar itu
bukanlah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa tersebut untuk
melakukan kegiatan belajarnya. Hal ini berarti peranan guru sebagai seorang
penceramah yang maha tahu yang harus dipatuhi siswanya tetapi guru harus bersikap
demokratis. Guru tidak saja dituntut untuk bisa menstimulasi siswa-siswanya belajar,
tetapi juga harus mampu memperhatikan tanggung jawabnya. Secara lebih rinci tugas
guru berpusat: Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan. Memberi fasilitas melalui pengalaman belajar yang memadai.
Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai- nilai, dan
penyesuian yang mamadai.

3. Pembelajaran Daring
Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti kata online
yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet. Daring adalah
terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan
internet.mPembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara
online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Menurut Tim
Kemenristekdikti (2017: 1) Daring atau dalam jaringan adalah terjemahan dari istilah
online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer.

Yazdi (2012: 146) Mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan


pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet)
untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui
media internet.

93
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Menurut Dewi (2020: 56-58) Pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan


internet dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring siswa memiliki
keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Pembelajaran
daring dilakukan dengan disesuaikan kemampuan masing-masing sekolah.
Pembelajaran daring (online) dapat menggunakan teknologi digital seperti google
classroom, rumah belajar, zoom, video converence, telepon atau live chat dan lainnya.
Menurut Sofyana (2019: 82) “Pembelajaran daring bertujuan memberikan layanan
pembelajaran bermutu dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk
menjangkau peminat yang lebih banyak dan lebih luas”. Pembelajaran daring yang
dimaksud dalam Penulisan ini adalah pemberian tugas melalui pemantauan
pendampingan oleh guru melalui whatsapp grup sehingga anak betul-betul belajar.
Kemudian guru-guru bekerja dari rumah dengan berkoordinasi dengan orang tua,
melalui video call maupun foto kegiatan belajar anak di rumah untuk memastikan
adanya interaksi antara guru dengan orang tua.

4. Hakikat Orang Tua


Orang tua adalah guru pertama bagi anak- anaknya. Apabila anak telah masuk
sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai
orang tua, mereka mempunyai berbagai peran pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar,
orang tua sebagai relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai
anggota tim kerjasama guru-orang tua. Dalam pera-peran tersebut memungkinkan
orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak
mereka (Subianto, 2013).

Orang tua tidak hanya sekedar memberikan kasih sayang, fasilitas yang cukup serta
memberikan nafkah akan tetapi orang tua juga sebagai guru untuk anak anaknya,
karena pendidikan yang diterima oleh anak dari lahir hingga dewasa pada awalnya
adalah dari orang tua itu sendiri. Menurut Ahmad Tafsir, orang tua adalah pendidik
utama dan pertama dalam hal menanamkan keimanan bagi anaknya. (Hidayat, 2013).
Pernyataan ini, sesuai dengan teori John Locke bahwa anak laksana kertas putih
bersih yang di atasnya dapat ditulis apa saja menurut keinginan orang tua dan para
pendidik, atau laksana lilin lembut yang dapat dibentuk menjadi apa saja menurut
keinginan pembentuknya. Untuk membentuk anak-anak yang baik, dan cakap dalam
kehidupannya, tangan-tangan orang tualah yang dapat menentukannya. Jika orang tua
membentuk anak dengan kebaikan maka akan baik anak tersebut, dan jika orang tua
membentuk anak dengan keburukan, maka anak pun akan tumbuh dengan sikap yang
tidak baik.

Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak, diantaranya


pertama, pendidik. Pendidik dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua,
yang bertanggung jawab terhadap anak didiknya dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan
potensi psikomotorik. Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik pada dasarnya

94
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain, sebab guru dan pemimpin umat dalam
memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah merupakan keikutsertaan. Jadi
tanggung jawab yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua merupakan
pelimpahan dari tanggung jawab orang tua karena satu dan lain hal tidak mungkin
melaksanakan pendidikan anak secara sempurna lebih-lebih dalam masyarakat yang
senantiasa berkembang maju. Kedua, pelindung. Selain sebagai pendidik, orang tua
juga memiliki peran sebagai pelindung keselamatan keluarganya baik moril maupun
materilnya (jasmani dan rohani). Ketiga, motivasi. Menurut Ngalim Purwanto,
motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu. Secara umum motivasi timbul dari dua sisi yaitu dari sisi dalam
dan luar.

Motivasi dari dalam (instrinsik) adalah dorongan yang timbul dari dalam diri pribadi
tanpa rangsangan atau bantuan dari orang lain, sedangkan motivasi dari luar
(ekstrinsik) merupakan motivasi eksternal yang timbul akibat rangsangan dari luar.
Dari kedua motivasi ini yang lebih efektif adalah motivasi instrinsik. Keempat,
fasilitator. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis
menulis, buku dan lain-lain. Sebagai seorang yang sangat dekat dengan anak orang
tua mempunyai andil yang besar dalam menumbuhkan motivasi ekstrinsik karena
dengan adanya motivasi ekstrinsik dalam diri anak, sehingga keadaan jiwa dan
psikologis anak yang labil dapat dikendalikan. Dan kelima, pembimbing. Orang tua
harus bersedia meluangkan waktunya untuk mendampingi anak-anaknya agar dapat
membimbing belajarnya (Slameto, 2010).

5. Hakikat Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peseta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak selalu di lembaga pendidikan formal saja.

Perkataan guru mempunyai nilai yang agung dan sakral. Kata guru apabila diambil
dari perkataan dan pepatah Jawa yang merupakan kepanjangan dari kata gu: digugu
yaitu dipercaya, dipegangi kata-katanya. Sedangkan ru: ditiru yaitu diteladani dan
dicontoh tingkah lakunya. Jadi guru adalahsuatu perilaku seseorang yang dapat ditiru
dan dicontoh baik ucapan maupun tingkah lakunya. Adapun dalam istilah kamus,
guru mempunyai arti: “Orang yang mata pencahariannya berprofesi mengajar.”

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan anak diidk untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Kemampuan dan potensi anak tidak berkembang
secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam hal ini diharapkan guru dapat

95
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

memperhatikan anak didik secara individual, karean anak didik merupakan manusia
yang unik, sebagai indiidu yang berbea antara individu yang satu dengan individu
yang lainnya. Guru juga sebagai pengganti orang tua di sekolah harus memberi
kemudahan dalam pembelajaran bagi semua anak didik, agar mampu
mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki anak. Oleh karena itu
tugas guru sangat berat, maka pantaslah guru mendapat penghargaan sebagai
pahlawan tanpa tada jasa. Karena gurulah sehingga pembangun bangsa dan negara
dapat terwujud juga dan karena gurulah maka kebodohan dapat diberantas baik
melalui pendiidkan formal, kejar paket maupu pendidikan non formal.

6. Hakikat Pendidikan Agama Islam


Pengertian pendidikan agama Islam sebagai istilah yang digunakan dalam kegiatan
pendidikan disekolah. Ahmad Tafsir (2001) menjelaskan pengertian pendidikan
agama Islam sebagai berikut: “Pendidikan agama Islam dilakukan sebagai nama
kegiatan dalam mendidik agama Islam mata pelajaran namanya ialah agama Islam”.
Usaha – usaha dalam mendidikan agama Islam (nama mata pelajarannya ialah Agama
Islam” dam sebagainya. Sedangkan, menurut pendapat Muhaimin (2008) menyatakan
bahwa “pendidikan agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam”.
Dengan penjelasan menurut Muhaimin dan Ahmad Tafsir, jelaslah bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu kegiatan/aktivitas atau usaha – usaha yang berdasarkan
ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak
menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki
nilai-nilai Islam.

Menurut yang dikemukakan Syahidin dan Buchari bahwa “Pendidikan agama Islam
disekolah dapat dipahami sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-
nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik dikelas maupun diluar kelas, deikemas
dalam bentuk mata pelajaran, yang diberi nama pendidikan agama Islam disingkat
dengan PAI. Dalam kurikulum nasional, mata pelajaran PAI merupakan mata
pelajaran wajib disekolah umum sejak TK sampai Perguruan Tinggi. Pertanyaan
tersebut memberi penjelasan bahwa pendidikan agma Islam di sekolah sebagai nama
mata pelajaran dan juga bermakna program pendidikan yang dilaksanakan untuk
menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran yang tidak terbatas di
ruang kelas. Keberadaan mata pelajaran “Pendidikan Agama Islam disekolah umum
merupakan salah satu program dari pendidikan Islam. Berfungsi sebagai media
pendidikan Islam melalui lembaga pendidikan umum (Syahidin & Alma, 2009).

Ahmad D. Marimba (1998), mengartikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan


jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama disini
dimaksudkan sebagai kepribadian yang di dalamnya terkarakter nilai-nilai Islam yang
akan muncul setiap saat, sewaktu berpikir, bersikap dan berperilaku. Dengan
pendidikan Islam, orang tua berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak

96
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk


kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama.

7. Hakikat Pembelajaran Daring (Online)


Kualitas pendidikan adalah salah satu masalah pendidikan yang harus menjadi sorotan
penting dalam perbaikan sistem pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan
kualitas pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat
dilakukan untuk peningkatan kualitas tersebut adalah mengembangkan pembelajaran
yang berorientasi pada siswa. Pembelajaran yang berorientasi pada siswa dapat
dilakukan dengan membangun sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa
memiliki kemampuan untuk belajar lebih menarik, interaktif, dan bervariasi. Siswa
harus mampu memiliki kompetensi yang berguna bagi masa depannya. Seiring
dengan perkembangan teknologi berikut infrastruktur penunjangnya, upaya
peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi
tersebut dalam suatu sistem yang dikenal dengan online learning.

Pembelajaran online pertama kali dikenal karena pengaruh dari perkembangan


pembelajaran berbasis elektronik (e-learning) yang diperkenalkan oleh Universitas
Illionis melalui sistem pembelajaran berbasis komputer (Hardiayanto, 1996). Online
learning merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi siswa belajar lebih luas,
lebih banyak, dan bervariasi. Melalui fasilitas yang disediakan oleh sistem tersebut,
siswa dapat belajar kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh jarak, ruang dan waktu.
Materi pembelajaran yang dipelajari lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk
verbal, melainkan lebih bervariasi seperti visual, audio, dan gerak. Secara umum,
pembelajaran online sangat berbeda dengan pembelajaran secara konvensional.
Pembelajaran online lebih menekankan pada ketelitian dan kejelian siswa dalam
menerima dan mengolah informasi yang disajikan secara online.

Oleh karena itu, Online learning memerlukan siswa dan pengajar berkomunikasi
secara interaktif dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
media komputer dengan internet-nya, telepon atau fax, Pemanfaatan media ini
bergantung pada struktur materi pembelajaran dan tipetipe komunikasi yang
diperlukan. Transkrip percakapan, contoh-contoh informasi, dan dokumen- dokumen
tertulis yang menghubungkan pada online learning atau pembelajaran melalui Web
yang menunjukkan contoh-contoh penuh teks adalah cara- cara tipikal bahwa
pentingnya materi pembelajaran didokumentasi secara online. Komunikasi yang lebih
banyak visual meliputi gambaran papan tulis, kadang-kadang digabungkan dengan
sesi percakapan, dan konferensi video, yang memperbolehkan siswa yang suka
menggunakan media yang berbeda untuk bekerja dengan pesanpesan yang tidak
dicetak (Riyana, 2015).

97
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Namun demikian, pengertian online learning bukan hanya berkaitan dengan dengan
perangkat keras saja, melainkan juga mencakup perangkat lunak berupa data yang
dikirim dan disimpan, sewaktu-waktu dapat diakses. Beberapa komputer yang saling
berhubungan satu sama lain dapat menciptakan fungsi sharing yang secara sederhana
dapat disebut sebagai jaringan (networking). Fungsi sharing yang tercipta melalui
jaringan (networking) tidak hanya mencakup fasilitas yang sangat dan sering
dibutuhkan, seperti printer atau modem, maupun yang berkaitan dengan data atau
program aplikasi tertentu. Kemajuan lain yang berkaitan dengan online learning
sebagaimana yang dikemukakan oleh Kenji Kitao (1998) adalah banyaknya terminal
komputer di seluruh dunia terkoneksi ke online learning, sehingga banyak pula orang
yang menggunakan online learning setiap harinya (Riyana, 2015).

8. Kolaborasi Peran Orang Tua dan Guru dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Peserta Didik secara Daring (Online).
Keluarga adalah tempat lahirnya benih generasi berkarakter dan sekolah adalah
tempat tumbuh kembangnya generasi tersebut. Mengingat peran orang tua sebagai
pendidik terpenting dalam masa tumbuh kembang anak, maka orang tua adalah mitra
sejati bagi pendidik. Sebagai orang tua, tidak cukup hanya berdiri di luar pagar
sekolah mengamati proses pendidikan anak-anak kita dari jauh. Tentu perlu kerja
keras dari dua sisi. Kolaborasi yang aktif dan positif antara orang tua dan konselor
sekolah untuk menyukseskan dan menyelaraskan program pendidikan yang
dikembangkan sekolah, termasuk pendidikan budi pekerti anak-anak kita. Berikut
adalah bentuk kolaborasi orang tua di sekolah (Sukiman, 2016).

Orang tua sejatinya merupakan pendidik utama bagi siswa ketika berada di luar
lingkungan sekolah. Peran orang tua pada era digital juga dituntut untuk mampu
mengawasi dan mengontrol anaknya dalam penggunaan internet. Hal ini terbukti
bahwa pemanfaatan internet untuk kegiatan positif terutama untuk pembelajaran
berhubungan signifikan dan positif dengan intensitas kontrol orang tua dalam
menggunakan internet. Ini artinya sebagian besar para orang tua sering melakukan
pengawasan terhadap pemanfaatan internet anak-anaknya, sehingga berhubungan
dengan intensitas pemanfaatan internet untuk keperluan pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan hasil Penulisan Fahriantini (Fahriantini, 2016) menguatkan pentingnya peran
orang tua untuk melibatkan anak berfikir kritis, mengajak anak melakukan diskusi
sederhana mengenai kasus-kasus yang timbul akibat kejahatan yang dilakukan di
dunia maya.

Mengontrol penggunaan internet tidak harus dilakukan dengan ketat. Mengontrol atau
mengawasi perlu dilakukan secara persuasif dengan tetap menghargai privacy anak.
Dalam hal ini hasil Penulisan Faisal (Faisal, 2016; Padjrin, 2016) menguraikan bahwa
mendidik anak di era digital dengan cara menerapkan pola asuh yang tidak otoriter
karena anak tidak senang dipaksa melainkan dibujuk dan cenderung dibiarkan. namun
juga harus tetap diawasi oleh orang tua. Selain itu, orang tua juga harus mampu

98
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

memahami ragam aplikasi yang mendidik anak dan memandu anak untuk
memainkannya dengan baik serta mengawasi penggunaan media informasi tersebut
agar tidak menyimpang dari nilai-nilai pendidikan Islam.

Anak-anak dapat memanfaatkan internet melalui banyak varian gawai, misalnya


melalui: komputer PC, laptop, handphone, smartphone, tablet, dan perangkat
sejenisnya. Mereka umumnya lebih mudah dan pintar dibandingkan orang tuanya
dalam menggunakan internet melalui berbagai perangkat tersebut. Namun sebagai
orang tua pada zaman kini, dituntut untuk melek dan mampu mengoperasikan
berbagai perangkat gawai yang digunakan oleh anaknya. Hal ini penting agar orang
tua mampu mengawasi dan mengontrol perilaku anak-anaknya dalam pemanfaatan
internet.

Pemanfaatan internet untuk kegiatan pembelajaran juga berhubungan positif dan


signifikan dengan tingkat pendidikan ibunya. Tingkat pendidikan memberikan
wawasan dan pemahaman tentang manfaat dan bahaya dari media internet terhadap
anak-anak. Tingkat pendidikan yang memadai cenderungmemahami dan
menggunakan teknologi informasi dengan baik (Chalim & Anwas, 2018). Oleh karena
itu semakin tinggi tingkat pendidikan ibu-ibu maka semakin peduli terhadap anaknya
dalam memanfaatkan internet untuk pendidikan. Sedangkan pada umumnya
membimbing anak-anak lebih banyak dipercayakan kepada kaum ibu. Para ayah lebih
fokus dalam bekerja.

Selain peran orang tua dalam pembelajaran online peserta didik, peran guru terhadap
peserta didik dalam memanfaatkan internet untuk kegiatan pembelajaran sangat
penting. Intensitas guru memberikan tugas-tugas pelajaran untuk memanfaatkan
internet berhubungan positif dan signifikan. Ini artinya semakin sering guru
memberikan tugas kepada peserta didik, mengintegrasikan pembelajaran dengan
berbantuan internet, maka secara langsung membiasakan siswa memanfaatkan
internet untuk pembelajaran. Pemanfaatan internet untuk pembelajaran sesungguhnya
adalah proses mengubah budaya belajar dari semula belajar melalui buku, menuju
perangkat digital, yang perlu dilakukan secara bertahap, berkelanjutan menuju proses
pembiasaan (Chalim & Anwas, 2018). Memberikan tugas- tugas kepada siswa
merupakan bentuk pembiasaan yang dilakukan guru dalam pemanfaatan internet
untuk pembelajaran.

Memberikan tugas-tugas pembelajaran untuk memanfaatkan internet memiliki


kontribusi positif terhadap prestasi belajar siswa. Hasil Penulisan Susena dan Amelia
(2014) dilakukan terhadap siswa SMA menunjukan bahwa setelah peserta didik
disarankan untuk mencari materi pelajaran melalui internet nilainya lebih baik
daripada sebelum disarankan untuk mencari materi pelajaran di internet. Sekolah yang
memanfaatkan jaringan internet untuk mendukung pembelajaran nilai lebih tinggi dari
pada sekolah yang belum memanfaatkan internet sebagai pendukung pembelajaran.

99
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Internet merupakan salah satu jenis media dari sekian banyak jenis media. Seperti
hanya buku, dalam internet banyak pesan-pesan pendidikan dan pembelajaran. Siswa
yang sering membaca buku teks untuk belajar, maka kehadiran internet dimanfaatkan
untuk keperluan belajar pula.

Selanjutnya mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam peserta didik, maka


kolaborasi peran orang tua dan guru merupakan sebuah keniscayaan. Karena tidak
dapat dipungkiri bahwa adanya harapan akan kontrol orang tua di rumah terkait hal-
hal yang praktis yang sudah disampaikan, diajarkan, dan dipraktekkan di sekolah.
Guru hanya bisa mengontrol ketika peserta didik berada di sekolah, sedangkan ketika
peserta didik berada di rumah atau luar sekolah, maka kontrol ada di tangan orang tua.

Dengan adanya Covid-19 yang sedang marak akhir-akhir ini, maka para guru terpaksa
melaksanakan pembelajaran secara daring (online) dan mencoba platform-platform
yang paling nyaman. Eksperimen-eksperimen dilakukan dengan segala kekurangan
dan kelebihan dengan penyesuaian kurikulumnya (Khotimah, Zainiyati, Hamid, &
Basit, 2020).

Sehingga orang tua benar-benar merasakan bagaimana beratnya menjadi pendidik dan
tidak sedikit orang tua yang diam-diam mempunyai rasa empati kepada para guru-
gurunya. Mungkin dulu orang tua hanya mengandalkan pendidikan di lingkungan
sekolah saja dan tidak memperdulikan pendidikan di lingkungan keluarga. Akan
tetapi dengan adanya covid-19 ini orang tua mendapat hikmah dari semua ini dan
mengharuskan mereka untuk berkolaborasi dengan guru selama pembelajaran online
di rumah.

Pembelajaran online yang dilakukan di rumah dengan pengawasan dan kontrol dari
orang tua sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini memiliki banyak dampak positif
dan negatif. Dampak positifnya yaitu 1) materi dapat diakses oleh pelajar dimanapun
dan kapanpun; 2) pelajar dapat melakukan pembelajaran atau membaca materi sambil
melakukan kegiatan santai; 3) aman dari virus Corona; dan 4) mayoritas orang tua
menjadi melek akan informasi dan teknologi. Dampak negatifnya yaitu 1) kejahatan
Cyber yang dapat menyerang aplikasi-aplikasi pembelajaran online atau daring; 2)
kegiatan belajar mengajar yang tidak sama efektifnya dengan pembelajaran tatap
muka; 3) tugas yang menumpuk.

Oleh karena itu perlu adanya kolaborasi yang baik antara pihak orang tua serta guru
dalam proses berlangsungnya pembelajaran dengan baik. Dengan adanya kolaborasi
yang baik antara guru dan orang tua diharapkan pembelajaran akan berjalan sesuai
dengan tuntutan kurikulum dan perserta didik mampu memperoleh pembelajaran yang
menyenangkan dan tercapainya kompetensi dasar yang ditetapkan walaupun proses
pembelajaran dilakukan secara daring (Online).

100
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hakikat orang tua merupakan seluruh peranan orang tua kepada anaknya meliputi
sebagai pendidik, pelindung, motivasi, fasilitator dan pembimbing. Sedangkan hakikat
guru ialah membantu perkembangan anak diidk untuk mewujudkan tujuan hidupnya
secara optimal. Guru juga sebagai pengganti orang tua di sekolah harus memberi
kemudahan dalam pembelajaran bagi semua anak didik, agar mampu mengembangkan
segala kemampuan dan potensi yang dimiliki anak.

Kolaborasi peran antara guru dan siswa dapat dilaksanakan melalui komunikasi yang
baik agar proses pembelajaran untuk anak didiknya berjalan dengan baik. Kolaborasi
pada saat pembelajaran daring ini dapat dilakukan dengan saling mengkontrol anak dan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memberikan pembelajaran sesuai dengan
kurikulum yang ada dan cara yang terbaik agar peserta didik dapat memahami dan
mengerti pelajarannya kemudian orang tua mengawasi proses pembelajarannya anaknya
dan mengecek semua proses pengerjaan tugas-tugasnya. Selain itu, orang tua dapat selalu
mengawasi anaknya saat penggunaan internet agar tidak disalahgunakan pada hal-hal
yang tidak diinginkan.

Daftar Pustaka
Chalim, S., & Anwas, E. O. M. (2018). Peran Orangtua dan Guru dalam Membangun
Internet sebagai Sumber Pembelajaran. Jurnal Penyuluhan, 14(1), 33–42.
Dewi, Wahyu Aji Fatma. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran
Daring di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1).
Fahriantini, E. (2016). Peranan Orangtua dalam Pengawasan Anak Pada Penggunaan
Blackberry Messenger di Al Azhar Syifa Budi Samarinda. Ilmu Komunikasi, 4(4),
44–55.
Faisal, N. (2016). Pola Asuh Orang Tua dalam Mendidik Anak di Era Digital. Jurnal An-
Nisa, 9(2), 121.
Heriyani. 2010. Peran Orang Tua dalam Membimbing Belajar Anak Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas IV MI Ma‟arif Banjarparakan Kecamatan
Rawalo Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2009/2010. Purwokerto: Jurusan
Pendidikan Agama Islam STAIN Purwokerto.
Hidayat, S. (2013). Pengaruh kerjasama orang tua dan guru terhadap disiplin peserta didik
di sekolah menengah pertama (SMP) negeri kecamatan Jagakarsa-Jakarta Selatan.
Jurnal Ilmiah Widya, 1(1).
Khairani, Wardina. 2019. Peran Orang tua Terhadap Penggunan Media Internet Dalam
Perilaku Keagamaan Anak (Studi pada Keluarga Muslim di Kelurahan Bandar Jaya
Barat Kecamatan Terbanggi Besar). Lampung: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Raden Intan Lampung.
Kusuma, N., & Hadiyanto, H. (2015). Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap
101
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021
Jurnal Pendidikan Guru Abdul Kholil

Program Merajut Asa di Televisi TV Trans7. Jurnal Penyuluhan, 11(1).


Muhaimin. (2008). Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Muthmainnah. 2012. Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Pribadi Anak yang
Androgynius Melalui Kegiatan Bermain. Jurnal Pendidikan Anak, 1(1).
Novrinda, dkk. 2017. Peran Orang tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini Ditinjau Dari
Latar Belakang Pendidikan. Jurnal Potensia PG-PAUD FKIP UNIB, 2(1).
Nugraha, A., & Rahman, F. A. (2017). Strategi kolaborasi orangtua dengan konselor
dalam mengembangkan sukses studi siswa. Jurnal Konseling Gusjigang, 3(1).
Nuraini, R. (2020). Kasus Covid-19 Pertama, Masyarakat Jangan Panik.
Indonesia.Go.Id.https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/kasus-
covid-19- pertama-masyarakat-jangan-panik.
Nurlaeni, N., & Juniarti, Y. (2017). Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan
Kemampuan Bahasa Pada Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal Pelita PAUD.
https://doi.org/10.33222/pelitapaud.v2i1.196
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan karakter
berkualitas. Edukasia: Jurnal Penulisan Pendidikan Islam, 8(2).
Sukiman, S. (2016). Menjadi Orang Tua Hebat. Jakarta: Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Syahidin, & Alma, B. (2009). Moral dan Kognisi Islam : Buku Teks Pendidikan Agama
Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Tim Kemenristekdikti. 2017. Buku Panduan Pengisian Survei Pembelajaran dalam Jaringan.
Jakarta.
Widayati, Tri. 2018. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak PerempuanPerspektif
Pendidikan Islam. Lampung Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Raden Intan
Lampung.
Yazdi, Mohammad. 2012. E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis
Teknologi Informasi. Jurnal Ilmiah Foristek, 2(1).

102
Jurnal Pendidikan Guru Vol. 2 No.1 Januari – Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai