Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN RESIKO PERBANKAN

kelompok resiko aktivitas perbankan.

1. Resiko pasar ;

a. Perubahan suku bunga terjadi akibat :


a.1 Trade market risk.
a.2 Banking book value.
b. Spesifik market risk.
c. General market risk
- interest rate risk.
-Equity position risk.
-Foreign exchange risk.
-Comodity position risk.

2. Resiko Penyaluran kredit.


a. souvereign risk atau Contry risk.
b. Corporate credit risk.
c. Personal credit risk.

3. Resiko operasi perbankan.


a. Resiko proses operasi internal.
b. Resiko operasi external.
c. Resiko legal perbankan.

4. Treasury risk.
a. Spesifik treasury risk.
b. Mayor treasury risk.
A. Market risk.

Yaitu resiko kerugian perbankan akibat terjadinya perubahan harga pasar (market
price) terhadap: a Assets bank b.Interest rate c.foregn excenges rated. d.Market volatility
dan e. Market liquidity.

Depinisi lain yaitu resiko yang terkait pada terjadinya ketidak pastian atas earnig pada
suatu institusi perbankan dalam trading fortfolio sebagai akibat dari perubahan market
conditions seperti assets price, interest rate, market volatility dan market liquidity.

Prasyarat terjadinya market risk pada bank al:


1. Terjadi perubahan harga market instrument pada assets bank. (market
instrument yaitu interest sensitive debt securities, equities, currencies, dan
commodities)
2. Terjadi gejolak (volatility) atas likuiditas pasar.
3. Adanya long or short position pada account valas.
4. Ada gap antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive Liabilities
(RSL). Pada neraca bank.

Dua jenis market risk, yaitu :


1. Spesifik market risk, yaitu resiko yang diterima suatu bank akibat perubahan
harga pasar suatu sekuritas. Contoh : turunnya harga pasar obligasi A
menyebabkan nilai assets bank yang memegang obligasi A tersebut ikut turun
karenanya.
2. General market risk, yaitu resiko yang diterima bank akibat perubahan harga
instrument moneter tertentu yang akan mempengaruhi harga pasar beberapa
instrument sekuritas lainnya. Contoh : perubahan suku bunga BI rate atau
sertifikat BI akan mempengaruhi tingkat suku bunga bank-bank lainnya.
Ada empat jenis general market risk yaitu :
a. Interest rate risk (Resiko perubahan suku bunga).
b. Equity position risk (Resiko perubahan nilai saham)
c. Foreign exchange risk (Resiko perubahan nilai tukar)
d. Commodity position risk (Resiko perubahan nilai komoditas.

a. Interest rate risk.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat dari berbagai keadaan yang
akan mempengaruhi tingkat sukubunga bank.. Contoh : treasurer yang mengambil posisi
long atau short atas derivative interest rate instrument untuk mencari keuntungan setelah
memprediksi arah perubahan tingkat suku bunga masa depan ternyata hasilnya merugikan
bank.

b. Equity position risk.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat perubahan harga saham dan
Jumlah saham yang diperdagangkan di pasar modal. Contoh : treasure mengambil
keputusan untuk menahan atau menjual suatu saham tertentu karena adanya perubahan
harga sahamdi pasar modal ternyata keputusan itu menimbulkan kerugian pada bank.

c. Foreign exchenge risk.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat perubahan nilai tukar valuta
asing. Contoh : Krisis moneter dan perbankan bulan juli 1997 dimulai dari turunnya
nilai rupiah secara tajam terhadap valuta asing terutama USD.diikuti dengan berbagai
kesulitan yang menimpa dunia perbankan.

d. Commodity position risk.


Yaitu resiko terjadinya potensi kerugian bank akibat perubahan harga komoditi
berjangka yang terkait kontrak dengan bank. Contoh : Kasus terbongkarnya
kebohongan sebuah perusahaan kanada yang mengklaim penemuan cadangan emas yang
sangat besar di kalimantan menyebabkan harga saham perusahaan itu di kanada merosot
tajam dan akhirnya bangkrut, akibatnya banyak bank di kanada dan indonesia terkena
getahnya.

Faktor-faktor penyebab perubahan atas empat market instrument moneter itu adalah :

a.. Faktor fundamental ekonomi seperti tingkat inflasi, kurs mata uang lokal,
perkembangan sektor riil, pertumbuhan sektor ekonomi, jumlah cadangan devisa
nasional, dan sebagainya yang akan mempengaruhi ekspektasi masyarakat terhadap harga
market instrument yang ada.

b. Peristiwa ekonomi dan politik internasional seperti perang teluk, pemboman


gedung trade center di Amerika serikat, nuklir Iran dan Korea utara, Gelombang stunami
di Asia tenggara, menurunnya pertumbuhan ekonomi AS dan berbagai isu internasional
lainnya akan mempengaruhi market price dari berbagai market instrument yang ada.

c. Campur tangan otoritas moneter seperti devaluasi rupiah terhadap USD sebanyak
lima kali selama pemerintahan Orde Baru yang tidak diikuti oleh perbaikan fundamental
ekonomi yang kuat sehingga ketika terjadi krisis moneter bulan juli 1977 maka kurs
rupiah anjlok tajam dan indek harga saham gabungan jatuh serta diikuti dengan krisis
perbankan dan bankrutnya banyak perusahaan.

d. Keseimbangan antara tingkat permintaan dan tingkat penawaran terhadap market


instrument yang ada.

e. Likuiditas pasar yaitu tingginya volume bisnis yang ada dipasar akibat dari
banyaknya market makers serta banyaknya transaksi atau trading dan dealing yang
terjadi.
B. CREDIT RISK.
Yaitu resiko kerugian bagi bank akibat dari counterparty gagal memenuhi
kewajibannya berupa pembayaran pokok pinjaman plus bunga pada saat jatuh tempo.
Resiko kredit dalam jumlah tertentu adalah wajar bagi bank karena sifat bisnisnya adalah
lending based business yang memiliki tingkat laverage dan debt-equity ratio yang tinggi.

Ada tiga golongan resiko berdasarkan counterparty pada kredit perbankan yaitu :
1. Resiko kredit pada pemerintah suatu negara.(Sovereign risk or country riks)
2. Resiko kredit pada perusahaan (Corporate credit risk)
3. Resiko kredit pada perorangan or Retail customer (Personal credit risk).

1. Sovereign credit risk or country risk.

Yaitu resiko atas pemberian kredit kepada pemerintah (sovereign loan) dan kredit
kepada dunia usaha dinegara berkembang (country loan) yang berupa kegagalan
pemerintah suatu negara maupun dunia usaha dinegara tersebut untuk melunasi pokok
pinjaman atau bunganya kepada suatu bank.

Country credit risk merupakan pengertian resiko yang lebih luas dari soveregn
credit risk karena meliputi juga resiko terhadap persoalan undang-undang domestik, iklim
politik, dan lingkungan ekonomi dalam suatu negara.

Indikatot pengukur sovereign credit risk adalah :

1. Iklim dan kebijakan investasi yang dikembangkan pemerintah disuatu negara.


2. Tingkat efisiensi sisitm perbankan dalam mengalokasikan modal untuk
menummbuhkan kegiatan usaha yang produktif.
3. Tingkat efisiensi sistim perpajakan dalam menghimpun dana bagi APBN akan
mendorong pertumbuhan sektor riil menjadi baik.
4. Kemampuan bank sentral negara itu mengendalikan fluktuasi kurs valas
menjadi stabil yang akan mempengaruhi neraca perdagangan negara tersebut..
5. Tingkat suku bunga bank domestik yang tinggi mendorong terjadinya foreign
currency borrowing dan mendorong perbaikkan kurs mata uang domestik
namun sangat tidak menunjang dunia usaha sektor riil.
6. Transparansi pengelolaan perekonomian dan dalam pengambilan kebijakan
dibidang dunia usaha yang akan mendorong perkembangandunia usaha.

Metode menilai sovereign credit risk antara lain :

1. The debt service ratio (The DSR) yaitu memperbandingkan interest plus
amortization on debt dengan export value untuk menggambarkan kemampuan
membayar pokok pinjaman dan bunganya.
Interest plus amortization on debt
The DSR = --------------------------------------------
Exports
2. The Import ratio (The IR) yaitu membandingkan total import dengan total
foreign exchange reserves untukmenggambarkan kemampuan cadangan
devisa dalam membiayaai import barang-barang penting dari luar negeri.
Total inport
The IR = -------------------------------------------
Total foreign exchange reserves

3. The Investment ratio (The Inv.R) yaitu perbandingan antara real investment
terhadap gross national product negara tersebut untuk menggambarkan
kemampuan negara itu dalam mengalokasikan sumber-sumber pendapatan
nasional untuk memenuhi kebutuhan investasi riil dinegara itu.

Real Investment
The Inv. R. = ----------------------------
GNP

2. Corporate Credit Risk.

Yaitu . Resiko yang diderita oleh bank atas terjadinya default dalam pelunasan
kembali pokok pinjaman dan bunga hutang suatu badan usaha di suatu negara akibat dari
memburuknya perekonomian negara tersebut
Contoh : Sebuah bank di Amerika serikat memberi pinjaman pada sebuah perusahaan
textil di Indonesia, beberapa waktu kemudian perekonomian Indonesia memburuk
sehingga perusahaan textil tadi mengalami kesulitan keuangan dan gagal memenuhi
kewajibannya pada bank di Amerika serikat tersebut.

Unsur-unsur penilaian Resiko Kredit Koperasi Al:

a. Kemampuan perusahaan melunasi pinjaman.


Gambaran kemampuan keuangan perusahaan yang memuaskan dimasa lalu
dengan asumsi kemampuan ini tidak akan menurun dimasa depan dapat
dijadikan acuan kemampuan perusahaan melunasi pinjaman.

b. Kekuatan keuangan perusahaan


Meliputi : 1)Kekuatan memperoleh net earning atau 2)kekuatan membayar
deviden secara teratur dinilai cukup tinggi serta 3)perimbangan debt to equity
ratio yang baik untuk memperoleh profitablity yang tinggi.

c. Analisys Financial Statement.


Meliputi : 1)Stuktur neraca perusahaan 2)Perkiraan laba rugi perusahaan 3)
Cash flow perusahaan dan net working capital dan 4) kewajiban pajak
perusahaan.

d. Analisys Ratio’s Financial Utama


Meliputi : 1)Kinerja operasional yaitu Net incame = EAT : Net Worth dan
Investment turn over = Total sales: Fixed Assets 2) Debt service capability =
operating profit plus depreciation dibagi kewajiban bunga plus pokok
pinjamnan. 3) Struktur modal perusahaan yaitu laverage = total debt to total
equity ratio. 4) liquiditas perusahaan berupa current ratio, quick ratio dan
working capital to sales ratio

Teknik-teknik pengukuran eksposure resiko ktredit perusahaan.

a. Qualitative models yaitu model terbatas yang hanya berdasarkan informasi


kredit dan deposite file perusahaan meliputi hal-hal seperti reputasi,
laverage, capital struktur, volatily earning, dan besarnya collateral serta
resiko pada faktor-faktor pemasaran perusahaan.
b. Credit Scoring Models yaitu menyusun skore kualitative terhadap beberapa
karakteristik tertentu meliputi 1) skore pada probability of default dan 2)
pengelompokan default risk setiap perusahaan.
Ada tiga jenis jenis Credit Scoring Model yaitu :
1. Linear probability model yang menggunakan data data financial ratio
masa lalu sebagai input model untuk meregresikan Probability of
default (PD) perusahaan. Contoh rumus :

n
PD = ∑ ΒX + e
j=1 j ij

contoh : Berdasarkan hasil regresi Probability of Default terhadap


data ferformance perusahaan berupa faktor debt to equity ratio
(D/E) dan faktor Sales toAssets ratio (S/A) sbb:

PD = 0,5 (D/E) + 0,1 (S/E).

Apabila diketahui D/E sebuah perusahaan sebesar 0,3 dan S/E


sebesar 2,0 maka PD = 0,5 (0,3) + 0,1 (2,0) = 0,35 atau 35
% kredit pada perusahaan itu akan default.

2. Linear discriminant models yaitu :model yang dikembangkan oleh


E.I.Altman yang diterapkan pada trading or manufacturing firm di
Amerika Serikat dengan menetapkan Z Score sebagai ukuran
default of risk bagi si debitur. Model ini berupa
Z = !,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,99 X5
X1 = Net Working Capital to Total Assets Ratio.
X2 = Retained Earning to Total Assets Ratio.
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total assets Ratio.
X4 = Market value of Equity to Long term debt Ratio.
X5 = Sales to Total Assets Ratio.
Apabila Z Score diatas 2,6 berarti free default risk sedangkan
apabila Z score antara 1,1 sampai 2,6 berarti potensial default risk
dan bagi Z score dibawah 1,1 berarti high default risk.
3, Credit Risk Models yang menggunakan teori-teori keuangan dan pasar
uang untuk menilai debitur (borrower) besar disektor perusahaan.
Terdapat beragam model pengukuran resiko kredit ini al;
a. Term Structur of credit risk approach yaitu menganalisa besarnya
eksposure resiko kredit dan premi resiko yang melekat pada struktur
pendapatan (yields) atas bantuan yang diberikan kepada setiap
borrower
b. Mortality Rate Approach yaitu menganalisa besarnya default risk
dimasa lalu untuk menentukan besarnya bantuan yang akan diberikan.
c. Risk Adjusted Return on Capital (RAROC) Model (digunakan
pertama kali oleh Deutshe Bank tahun 1998) yaitu membandingkan
antara fee income dikurangi cost of fund terhadap Loan expected risk.

RAROC = One year net income on loan : Loan (asset) risk.

d. Credit Metrics (diperkenalkan tahun 1997 oleh JP Morgan) yaitu suatu


kerangka kerja untuk menilai value of risk (VAR) terhadap risk non
tradable assets dengan jangka waktu penilaian setahun

VAR = P x 1,65 x σ
Dimana : P adalah Loan market value dan σ adalah st.deviasi loan
value.

e. Option Models of Default Risk dari Robert C.Merton (Pemenang


Nobel) yaitu menghitung Expected Loss (EL) dengan menghitung
probability of credit default (PD) dan Exposure at Default (EAD) serta
Loss Given Default (LGD) sbb:

EL = PD x EAD x LGD

3. Personal Credit Risk.

Yaitu resiko kerugian yang terjadi pada bank karena pemberian kredit kepada
personal finance baik yang berjaminan real estate (mortgage lending) maupun yang
tampa jaminan (consumer lending) dan kredit bagi small business activities

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi credit risk exposure yaitu :


1. The Risk return characteristic dari setiap individu
2. The Risk return overall loan fortfolio
3. Potential use portfolio dalam menetapkan maximum borrowing limits seperti
group usaha, sektor usaha, geografis, jenis usaha, jenis collecteral..
C. OPERATIONAL RISK (RESIKO OPERASI)
Resiko operasional perbankan yaitu resiko kerugian yang ditanggung oleh
perbankan akibat dari operational failure yang terdiri dari; inadequate,insufficient,wrong
documentation,lack of control,marketing errors,misselling,money laundry,incorrect
reporting, dan transaction errors. Secara garis besar ada tiga kelompok resiko operasi
yaitu :
1. Resiko proses internal.
2. Resiko eksternal.
3. Resiko legal.

Resiko Proses Internal berupa al; 1) People risk 2) Process risk dan 3) System and
Technology risk.
Ad. 1. Poeple risk dapat berbentuk incompetency , fraud dsb.
Ad. 2. Process risk dapat berbentuk a) Model design risk or methodology risk
b)Transaction risk (berupa kesalahan eksekusi, kerumitan transaksi,
kesalahan pembukuan ,kesalahan dokumen dsb) dan c) Operational
control risk (berupa exceeding limits, security risk, volume risk dsb)
Ad. 3. System dan technology risk al. berupa systim failure, programming errors,
information risk,telecominication failure dsbnya

Resiko Eksternal yaitu resiko yang bersumber dari peristiwa yang terjadi diluar kendali
langsung manajemen perbankan baik kerugian terhadap fasilitas maupun terhadap
manajemen. Ciri lain adalah eksposure ini termasuk dalam kelompok Low
frequency/High infact yang dapat menimbulkan kerugian besar serta datangnya tak
terduga. Adapun Resiko ini meliputi : Peristiwa moneter, Pencurian, Kebakaran besar,
bencana alam, Kebijakan baru pemerintah, Huru hara, Serangan teroris, Ganguan sistim
transportasi angkutan pegawai, Utility service failure dan sebagainya.

ResikoLegal yaitu resiko kerugian karena ketidak pastian pelaksanaan peraturan dan
undang-undang (legal actions) dan ketidak pastian penafsiran isi suatu kontrak, undang-
undang, dan peraturan-peraturan.

Mengenali ciri-ciri empat sel matrik resiko operasional sebagai berikut :

1. Low frequency/Low infact yaitu eksposure yang jarang terjadi dan kalaupun
terjadi hanya menimbulkan pengaruh kerugian yang kecil nilainya. Untuk
jenis resiko seperti ini mungkin biaya pengendalian dan monitoringnya akan
lebih besar dari resiko kerugiannya, karena itu lebih menguntungkan untuk
diabaikan saja.
2. High frequency/High infact yaitu eksposure yang sering terjadi dan resiko
kerugiannya pun besar, maka pengendalian dan monitoring nya akan
memerlukan biaya sangat besar bahkan bisa melebihi jumlah keuntungan
yang diperoleh sampai mencapai tingkat kebangkrutan. Karena itu jenis
resiko ini lebih baik diatasi dengan cara menghindari resiko.
3. High frequency/Low infact yaitu eksposure resiko yang sering terjadi dan
mudah diindentifikasi dan resiko kerugiannya mudahpun pula dikendalikan
dengan biaya yang wajar.
4. Low frequency/High infact yaitu eksposure resiko yang paling sulit
diindentifikasi dan sulit diramalkan namun perlu dilakukan langkah-langkah
pencegahan terjadinyaresiko tersebut.

Mengenali tujuh jenis Loss Event yang wajib diwaspadai manajemen perbankan :
1. Internal Fraud yaitu kerugian akibat dari tindakan sengaja yang dilakukan
pihak internal bank untuk melanggar peraturan hukum dan kebijakan
perbankan seperti misalnya; missreporting, inside trading, dsb.
2. External Fraud yaitu kerugian akibat dari tindakan sengaja pihak yang
dilakukan pihak luar perbankan misalnya, Robbery, Forgery, Check kitting,
Computer hacking, dan sebagainya.
3. Employment and work place yaitu kerugian akibat tindakan serikat buruh
dan peraturan tentang kesehatan dan keselamatan ditempat pekerjaan.
4. Claim and busines practices yaitu kerugian akibat kegagalan dan
ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban profesional.
5. Damage to fhysical assets yaitu kerugian akibat dari kerusakan physik asset
perusahaan akibat berbagai faktor; manusia, alam ,umur, konflik sosial,dll.
6. Business disruption and system failure yaitu kerugian akibat kerusakan hard
ware , kegagalan software, masalah peralatan telekominikasi, dll
7. Failed transaction proses yaitu kerugian akibat kesalahan dalam proses
entry, kegagalan manajemen penjaminan, ketidak lengkapan persyaratan
hukum dokumen, ketidak jelasan rekening nasabah, dll.

D. Treasury Risk

Yaitu resiko kerugian yang diderita suatu bank akibat dari kegiatan yang
dilakukan oleh departemen treasury yang terdapat pada bank itu sendiri, yaitu kegiatan
bank yang mencakup pengendalian atas likuiditas bank serta resiko-resikoyang terkait
dengan hal itu seperti pengendalian interest rate risk dan liquidity risk serta capital
management risk.
Pengertian yang lebih luas meliputi Major treasury related risk yaitu aktivitas
gabungan manajemen resiko yang mencakup 1) Market risk, 2) Credit risk,3) Operational
risk 4) Liquidity risk.
Pelaksanaan terhadap fungsi manajemen treasury risk ini dilakukan melalui
penerapan Asset Liability Management (ALMA) yang melibatkan unsur-unsur lain diluar
treasury.yang mencakup hampir semua dimensi kegiatan operasional perbankan Tujuan
pokok penerapan Alma ini adalah untuk 1) mengendalikan resiko perbankan 2) menjaga
stabilitas bank 3) menjaga business value bank.

Anda mungkin juga menyukai