Anda di halaman 1dari 35

III.

SISTEM EKSITASI STATIS GENERATOR 473 MVA

1. PENYEARAH 3 PHASA TIPE JEMBATAN" (BRIDGE RECTIFIER)

1.1 Penvearah Jembatan Dengan Thvristor

Untuk memenuhi keperluan daya arus searah yang besar dengan

tegangan dan arus yang lebih rata, atau guna memperoleh pembebanan yang

baik pada sumber arus bolak balik maka dipergunakan penvearah daya 3 atau 6

phasa untuk setengah gelombang atau gelombang penuh. Untuk generator

dengan daya besar biasa digunakan penvearah daya thvristor 3 phasa.

gelombang penuh. hubungan jembatan terkontrol penuh (fully controlled

rectifier) dengan bentuk seperti gambar 3.1

Pada kondisi ideal, reaktansi dari kumparan trafo sama dengan

nol. Perhatikan gambar 3.2. Harga EMFs line to netral sumber :

e
a = ^m c o s (at + 6 0 °)
e =
b ^-m c o s ( w t " 60°)
e c = E m cos (cot -180°) (3.1)
34

Harga EMFs line to line


e
ac = e a " e c =
^ Em c o s C®* + 3 0 °)
eba" % • e a = ^3 E ^ cos (cot - 90°)
= \3 E m sin cot
e
c t r ec " % =
v^ Em cos (cot + 150°) (3.2)
Li mm
imp-
»l ii
ii
' —0_£i_^ro^-^

—0_it-^nnp—2- '•k W* V,

IV
<4

ts-4 '•j ^-2

GAMBAR3.1. 15
PENYEARAH DAYA 3 PHASA, GELOMBANG PENUH, HUBUNGAN
JEMBATAN DENGAN KOMPONEN THYRISTOR

-ut

GAMBAR 3.216
BENTUK GELOMBANG EMFs SESAAT SUMBER AC
TEGANGAN LINE TO NETRAL Ea, Eb, Ec
TEGANGAN LINE TO LINE Eac, Eba, Ecb

15
Edward Wilson Krmbark, DIRECT CURRENT TRANSMISSION, John Wiley & Sons Inc., New
York, 1971, Vol. l,p.72.
'6 ibid, hal. 73.
1.1.1. Tegangan Output Jembatan.

Tegangan searah sesaat yang melalui jembatan pada sisi katup

DC adalah merupakan busur 60° dari tegangan bolak-balik line to line

(Em) yang diperlihatkan gambar 3.2. yaitu luasan Ao yang berupa garis-

garis vertikal. Pada periode dimana katup-1 dan katup-3 melalukan arus

dengan a=0, tegangan searah rata-rata Vd dapat dihitung dengan

mengintegralkan tegangan sesaat pada waktu periode berakhir. Untuk

a=0 dan ot=9 tegangan sesaat rata-rata tanpa beban adalah:

-i

3 3
Vdo = — Ao = — | eac d0
*r nr •
'- -60'

3 ? -
Vdo = - | V3 Em cos (6 + 30°) d6
/ T
-SO'

3V3
-^— Em = 1.65 Em (3.3.)

Hubungan tegangan line to netral dan line to line sebagai berikut:

Vdo = — E L N - 2,34 E L N
K

vdo = ^ EJX = u s ELL

Untuk harga a yang berubah-ubah, batas integral juga berubah

sesuai dengan perubahan harga a (sudut penyalaan), sehingga tegangan

rata-rata Vd :
_>0

Vd =Vdo j cos(9^30°)d9
o-60°

= Vdo cos a (3.4.)

IniUnt »n<„ V l l w t 3

u«ontiott«d reclifKf

(a) a - a

(b) a - 30*

(e)o«KT

(d) a - 90*

(,) a - 120*

( 0 a - ISO*

fr) a - 180*

GAMBAR 3.3. v
BENTUK TEGANGAN SESAAT TANPA OVERLAP

ibid.,hal 76.
3"

Analisa tersebut dilakukan jika tidak lebih dari dua katup yang

menghantar. Komutasi terjadi sesaat, yang berarti tanpa overlap. Hal ini

tidak memungkinkan karena sumber AC mempunvai induktansi. Analisa

ini dapat dimungkinkan dengan anggapan bahvva Lcld sangat kecil.

1.1.2. Analisa Output Tegangan Dengan Overlap.

Induktansi pada sumber arus bolak-balik, menjadikan arus yang

mengalir berubah-ubah setiap waktu pada periode tertentu dan

penghiman arus dari fasa ke fasa lainnva memerlukan waktu yang

terbatas. Hal ini lazim disebut sebagai waktu komutasi overlap dan

besarnya u / co. dimana u adalah sudut overlap.

Dimisalkan overlap terjadi antara katub-2 dan katub-3 yang

menghantar bergantian. Akhir interval adalah cot=a dimana katub-3

menyala conduct. Pada inteval yang lain, bentuk gelombang dapat dilihat

pada gambar 3.5. Adanya overlap, membuat terjadinya pengurangan

daerah sebesar A dari Ao pada tiap 16 cycle atau p. 3 radian (gambar

3.5.)

I u

GAMBAR 3.4.1is
HANTARAN PADA KATUB 1. 2 DAN 3

ibid..hal81.
38

GAMBAR3.5.19
PENURUNAN TEGAXGAX AKIBAT ADANYA 0\"ERLAP

Ao = \'do

ea - eb .. °? eb - ea
A = I j eb - d0= | d9

/3 3
— Em | sin 6 d9 = —- Em -cos 6

v3
Em (cos a - cos 5 )

AVd = —A = — ( c o s a - c o s 6 ) (3.5.)
/r

ibid., hal 87.


39

Dimana :

co t = a : awal komutasi

co t = a + u : akhir komutasi

5 : sudut pemadaman rectifier

Dengan adanya overlap, maka :

Vd = Ydo cos a - A Vd

Vdo{cosa - cost)")

1.1.3. Jembatan Thyristor Dengan Inverter.

Untuk pengaturan sudut penyalaan thyristor pada 0° < a < 903,

jembatan thyristor akan beroperasi sebagai penyearah daya yang

mengalirkan energi dari sumber arus bolak-balik ke beban induktif

(kumparan medan generator). Pada a = 0C. tegangan output jembatan

akan maksimal, sedangkan pada a = 90° tegangan output jembatan sama

dengan nol dengan beban induktif. Pada gambar 3.7. ditunjukkan bentuk-

bentuk gelombang tegangan dan arus keluaran jembatan thyristor sebagai

penyearah pada a = 0° dan u = 15°.


40

GAMBAR 3.6.10
SUDUT PENYALAAN THYRISTOR SEBAGAI RECTIFIER DAX INVERTER

:o
ibid-, hal. 106.
41

a. Arus pada thyristor


b. Arus bolak-balik
c. Tegangan fasa di sisi tegangan bolak-balik
d. Tegangan searah kutub positip dan kutub negatip terhadap netral tegangan bolak-
balik
e. Tegangan searah antara kutub positip dan kutub negatip
f. Tegangan pada thyristor 1
GAMBAR 3.7.21
TEGANGAN DAN ARUS PADA JEMBATAN THYRISTOR
UNTUK a = 15° DAN U = 15°

21
ibid., hal. 86.
..• a - .
../•' •:•••- «i

r«i •
...A- Xm«£i
r <•' ». ** / ^~ V* .</
V
x
/&) • v. & :
\ /" \
, s
L f. /- . \ /
. 1 . \ /

t<)

in

» ; i i i

te 53 II || || I |8 I I I
• ii &S fefe 88 H 6

a. Arus pada thyristor


b. Arus bolak-balik
c. Tegangan fasa di sisi tegangan bolak-balik
d. Tegangan searah kutub positip dan kutub negatip terhadap netral tegangan bolak-
balik
e. Tegangan searah antara kutub positip dan kutub negatip
f. Tegangan pada thytistor 1
GAMBAR 3.8."
TEGANGAN DAN ARUS PADA JEMBATAN THYRISTOR
UNTUK a = 150°, p = 30°, U = 15° DAN y = 15°

22
ibid..hal. 109
0

Sedangkan pengaturan sudut penyalaan thyristor pada 90° < a <

180°, jembatan thyristor akan beroperasi sebagai inverter, dimana aliran

energi adalah dari beban induktif ke sumber arus bolak-balik. Polaritas

tegangan keluaran jembatan thyristor pada waktu beroperasi sebagai

inverter berlawanan dengan polaritas pada waktu beroperasi sebagai

penyearah, sedangkan arah arusnya sama. Pada gambar 3.8. ditunjukkan

bentuk-bentuk gelombang tegangan dan arus keluaran jembatan thyristor

sebagai inverter pada a = 150°, p = 30°. U = 15° dan y = 15°.

Dalam hal jembatan thyristor beroperasi sebagai inverter, maka

tegangan keluar searah rata-ratanya dihitung sebagai berikut:

cos a = -cos p

cos 5 = -cos y

maka persamaan 3.6. menjadi:

VdoizosB- cos/)
Vdo =
2

1.2. Penvearah Jembatan Dengan Diode Rectifier

Penyearah jembatan 3 phasa dengan diode sebagai rectifier mempunyai

persamaan dengan penyearah jembatan thyristor. Perbedaan terletak pada sifat

diode yang tidak bisa diatur pengaturan waktu penyearahannya. Perbedaan ini

menvebabkan besar tegangan output penyearah jembatan diode tidak bisa diatur

dan tidak memungkinkan untuk beroperasi sebagai inverter.


44

Persamaan tegangan output sama seperti pada penyearah jembatan

thyristor tetapi dengan sudut penyalaan a sama dengan 0°, yaitu :

Vdo= Em =1,65 Em

Untuk sudut komutasi 8 maka persamaan tegangan output jembatan

diode menjadi sebagai berikut:


Fdo(cQS CP+ cos S)
Vd =
2

l'do(l-cosS)
Vd =
2

1.3. Rectifier

Semikonduktor yang digunakan pada sistem eksitasi sebagai penyearah

adalah dioda dan thyristor. Kedua jenis semikonduktor ini mempunyai dengan

persamaan flingsi yaitu sebagai penyearah tetapi mempunyai perbedaan yaitu

dalam waktu saat kerja penyearahan.

Dioda mempunyai dua kaki yaitu .Anoda (A) dan Katoda (K). Dioda

bekerja sebagai penyearah hanya akan melalukan arus bila anoda lebih positif

dari katoda (kondisi forward bias) dan akan menahan arus (blocking) apabila

sebaliknya (kondisi reverse bias). Karakteristik kerja dioda ini ditunjukkan pada

gambar 3.9a. Dari karakteristik V-I ini bisa diketahui yaitu peak reverse voltage

dan reserve leakage current. Peak reverse voltage adalah batas tegangan

tertinggi yang bisa ditahan dioda pada posisi reverse bias. Dan reverse leakage
45

current adalah arus bocor yang terjadi pada saat reverse bias. Selain itu garis V-

I pada forward bias menunjukkan bahwa semikonduktor ini tidak benar-benar

konduktor yang sempurna tetapi masih ada drop tegangan sebesar V untuk arus

I. Besaran VI ini akan diubah menjadi panas, untuk itu dioda memerlukan

pendingin yang memadai untuk menghindari panas yang berlebihan pada

semikonduktor. Batas temperatur kerja normal semikonduktor biasanya sebesar

125°C. Bila temperatur lebih besar akan mempengaruhi karakteristik kerja

bahkan bisa merusak semikonduktor.

Karakteristik lain adalah reverse recovery performance dan recovery

time seperti ditunjukkan pada gambar 3.9b. Recoveiy time adalah waktu sesaat

antara akhir conduction time sampai rectifier berada dalam kondisi tidak

mengalirkan arus sama sekali. Perioda waktu ini dalam skala micro saja tetapi

penting untuk menentukan seberapa cepat dioda tersebut dapat diberi tegangan

balik atau dengan kata lain menentukan frekwensi maksimum dari dioda

tersebut. If

u
~ \ h~
0 \ 1
0.2SIM

IM

(a) (b)
GAMBAR 3.9 °
DIODA DAN KARAKTERISTIK KERJA DIODA
a. Karakteristik kerja dioda b. Karakteristik reverse recoveiy dioda

-3 B.M. Bird & K.G. King, AN INTRODUCTION TO POWER ELECTRONIC, Univ. of Bristol, New
York, 1983, hal. 8.
• 46

Thyristor adalah rectifier (penyearah) dengan tiga kaki, yaitu Anoda (A),

Katoda (K) dan Gate (G). Fungsi thyristor sama seperti pada dioda yaitu melalukan

arus positip dari anoda ke katoda. Hanya pada thyrisor memerlukan arus/sinyal pada

gate untuk bekerja. Jadi bila tidak ada arus gate maka thyristor akan tetap pada posisi

blocking (menahan arus) meskipun pada saat forward bias. Oleh karena itu thyristor

disebut juga SCR (semiconductor controlled rectifier) karena saat penyearahan bisa

diatur dengan mengatur waktu pemberian sinyal pada gatenya.

A | Anod«
P

-v,.

k
* C«hod«

(a)

(c)

GAMBAR3.10 15
THYRISTOR DAN KARAKTERISTK KERJA THYRISTOR
a. Anoda, katoda dan gate
b. Karakteristik V-I Thyristor
c. Pengaruh arus gate terhadap blocking tegangan forward

ibid, haJ. 12.


J-7

Karakteristik kerja thyristor seperti pada gambar 3.10b. Disini bisa

dijelaskan bahwa bila tidak ada sinyal gate dan tegangan anoda-katoda ( V ^ )

lebih kecil dari VgQ maka tidak akan ada arus forward (lj) yang mengalir

VgQ adalah batas tegangan tertinggi yang bisa ditahan thyristor pada saat

forward bias tanpa ada sinyal gate. Bila thyristor diberi sinyal gate dan tegangan

^AK' maka arus I-p akan mengalir meski V AK lebih kecil dari VgQ- Seperti

pada dioda, thyristor juga mempunyai batas tegangan reverse maksimal, rugi

tegangan dan panas yang harus dikurangi. Sedang pada gambar 3.10c, bisa

diketahui bahwa semakin besar arus gate 1^ yang diberikan maka akan semakin

kecil batas tegangan forward V^K yang bisa menembusnya

2. SUMBER ARUS EKSITASI

Sistem eksitasi generator dengan kapasitas daya besar memerlukan

sumber eksitasi yang cukup besar juga. Sumber daya untuk eksitasi ini bisa

diperoleh dari sistem terdekat, generator (penguat sendiri), generator terpisah,

ataupun dari bateray (AC). Untuk start awal biasa dipakai bateray ataupun diambil

dari sistem terdekat.

Daya yang dibutuhkan oleh sistem eksitasi bergantung pada kapasitas

generator sendiri, semakin besar outputnya akan semakin besar pula daya eksitasi

yang dibutuhkan. Selain itu perencanaan sumber daya eksitasi juga harus melihat

spesifikasi lain seperti arus dan tegangan eksiter (saat normal maupun batas
«

tertinggi), kecepatan dan juga jenis rotor. Untuk jenis turbo generator bisa dilihat

tabel sebagai berikut:

TABEL3.1. 16
DAYA GENERATOR DAN KEBUTUHAN SUMBER EKSITASI

Kapasitas Generator 100 200 300 375 500


(MW)
Power factor 0,80 0,90 0,85 0,85 035
Tegangan saat beban 605 520 360 420 525
penuh (V)
Arus saat beban 1150 3000 3000 3310 3700/510
penuh (A) 0
Batas tegangan 770 750 610 . 715 1000
tertinggi (V)
Tipe eksitasi DC DC AC - AC AC
Kecepatan eksiter 860 750 3000 3000 3000
(rpm)
Tipe penggerak Tidak Tidak Langsung Langsung Langsung
eksiter langsung langsung

Catatan : Data tersebut bervariasi tergantung pada pabrik pembuat

3. AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR (AVR)

Pengatur tegangan otomatis atau automatic voltage regulator (AVR) adalah

peralatan pada sistem eksitasi yang berguna untuk menjaga agar tegangan generator

konstan pada harga tertentu. Inputnya (sebagai masukan) adalah dari sensor-sensor

tegangan dan arus yang dipasang pada terminal generator maupun pada terminal

16
Central Electricy Generating Board, MODERN POWER STATION PRACTICE, Pergamon Press,
Oxford, 1971, Second Ed., Vol. 4, hal. 39.
49

kumparan medan. Outputnya (keluarannya) berupa pulsa-pulsa penyalaan (trigger)

yang disalurkan ke thyristor untuk mengatur besar arus eksitasi (medan).

Untuk generator yang dihubungkan ke sistem yang besar seperti pada PLTU

Paiton dimana tegangan sistem tidak akan terpengaruh oleh perubahan tegangan

generator, maka AVR mempunyai fungsi juga untuk mengatur besar daya reaktif

yang disalurkan (dibangkitkan) generator. Oleh karena itu peralatan ini juga

dilengkapi peralatan bantu lain untuk mengatur besar daya reaktif yang

dibangkitkan.

from U£L output

input
signal -K Reference
circuit

Gen.
voftigf
Detecting
circuit
i®-i High vilue */p\ , Amplifying
Circuit
AVR
output

Gen.
l i t 14
volt* j t
•1
Stabilising
Circuit -
, CCC/IDC.
Comxnuung
Ciricurt
D lutfer
• mpbiftir •+—
for meters
AVA
output

Ad«ili«y inputs (form 0 £ U O C L / e « )


LOC-ft (Ip)

LOC-L(iq) J>- (fom I P D / I Q D

CCC (iq)

l7
GAMBAR 3.11
BLOK DIAGRAM FUNGSI DARI AVR

Toshiba Corporation, AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR MODEL S USER'S MANUAL,


hal. 15
S*qm«<« Control, #u

G E D — r ^ n * v *j /Ml
M£C

0 0
18
GAMBAR3.12
BLOK DIAGRAM AVR DAN PERALATAN BANTU LAIN
PADA SISTEM EKSITASI STATIS DENGAN THYRISTOR

ibid hal. 45.


51

AVR seperti pada gambar di atas bekerja dengan membandingkan tegangan

generator dengan tegangan referensi (yang sudah diset sebelumnya) dan

menghasilkan tegangan diferensial. Tegangan diferensial ini kemudian dikuatkan

dengan Amplifying Circuit. Sebagai tegangan referensi dimasukkan tegangan DC

pada Reference Circuit. Selian itu juga dimasukkan sinyal-sinyal lain pada AVR,

seeprti dari LDR, LDC dan CCC.

Rangkaian-rangkaian lain yang berfungsi membantu kerja AVR adalah sebagai

berikut:

1. Stabilizing circuit (anti hunting circuit) berfungsi menstabilkan kerja AVR. Jadi biia

terjadi goncangan/hunting pada error signal yang disebabkan respon generator lebih

kecil dari respon yang diberikan AVR bisa distabilkan.

2. CCC (Cross Current Compensator); berguna supaya generator dapat mengatasi

drop tegangan yang disebabkan arus reaktif. Sehingga operasi generator menjadi

stabil dan mendistribusikan daya reaktif.

3. LDC (Line Drop Compensator); memberikan sinyal kompensasi pada AVR dengan

drop tegangan saluran untuk mempertahankan tegangan pada level yang konstan

yang telah ditentukan.

4. MEC (Manual Excitation Controller) berfungsi mempertahankan arus medan atau

tegangan medan pada level tetap. MEC membandingkan arus medan atau tegangan
S-J

medan generator dengan tegangan referensi dan outputnya adalah perbedaan

tegangan yang sudah dikuatkan.

5. Static Voltage Adjuster (SVA) memberikan tegangan DC ke AVR atau MEC

sebagai tegangan referensi.

6. Phase Controller (PHC) mengatur phase pulsa gate dari penyearah thyristor. PHC

membangkitkan pulsa gate dengan phase yang sesuai dengan tegangan input

(output dari AVR atau MEC) yang sinkron dengan phase dari anoda power dari

penyearah thyristor.

7. Pulse Amplifier (PLA) berfungsi untuk memperkuat pulsa gate dari penyearah

thyristor. Biasanya gate pulsa yang dihasilkan PHC cukup intensitasnya untuk

menyalakan thyristor penyearah, namun pada beberapa keadaan pulsa gate yang

dihasilkan PHC tidak cukup kuat untuk menyalakan penyearah thyristor dengan

kapasitas besar sehingga dibutuhkan PLA.

8. Non Pulse Detector (NPD) digunakan untuk memonitor pulsa output dari PHC dari

PLA dan menghasilkan sinyal jika pulsa-pulsa dari beberapa phase tidak muncul.

9. Under Excitation Limiter (UEL) digunakan untuk membatasi under excitation dari

suatu generator selama operasi dari AVR. UEL akan memberikan sinyal "excitation

increase" kepada AVR ketika eksitasi generator di bawah set point.

10. Over Excitation Detector (OED) dan Over Excitation Limiter (OEL). OED

digunakan pada vvaktu characteristic inverse time untuk operasi pembatasan dari
53

OEL. OED mengawali operasi pembatasan over excitation dengan suatu delay

sebanding dengan kelebihan arus medan dari set point. OEL digunakan untuk

melindungi dari naiknya temperatur berlebihan yang disebabkan oleh over eksitasi

dari rotor generator selama operasi AVR. OEL akan mengirimkan sinyal "excitation

decrease" kepada AVR ketika eksitasi melebih set point.

11. Over Current Detector (OCD) dan Over Current Limiter (OCL). OCD digunakan

ketika karakteristik inverse-time dibutuhkan untuk operasi pembatasan OCL.

Sedang OCL digunakan untuk mencegah terjadinya arus lebih pada generator

selama operasi AVR.

12. Voltage Per-Frequency Detector (VPFD) dan Voltage Per-Frequency Limiter

(VPFL). VPFD digunakan ketika karakteristik inverse time diperlukan untuk

operasi pembatasan VPFL. VPFD menstart VPFL dengan suatu delay sesuai

dengan kelebihan diatas set harga V/F generator. VPFL diset untuk menghindari

trafo utama dari keadaan over-excitation dengan membatasi V/F generator selama

operasi AVR.

13. Power System Stabilizer (PSS) memperluas range stabilitas dinamis saat operasi

paralel generator dengan sistem.

14. Automatic Reactive Power Regulator (AQR) berfungsi mengatur daya reaktif dari

generator.
54

15. Automatic Follow-Up (AFU) membandingkan output dari A\"R dan MEC untuk

memperoleh pengatur tegangan untuk MEC mengikuti secara otomatis sehinaga

penyimpangannya pada dead zone.

16. Voltage Balanced Detector (VBD) membandingkan kedua tegangan AC 3 phasa

untuk mendeteksi tegangan AC yang rendah. VBD selalu digunakan untuk

mendeteksi blown ruse dalam PT untuk AVR.

4. PERALATAN PENGAMAN SISTEM EKSITASI

Dalam operasinya sistem eksitasi harus tahan terhadap gangguan yang mungkin

timbul baik dari dalam sistem maupun dari luar. Selain itu juga diperlukan peralatan

bantu pada rectifiernya mengingat adanya ripple dan harmonisa pada keluarannya.

Gangguan dari luar sistem seperti surja sisa yang lewat transformator ataupun

gangguan dari bagian jangkar generator seperti saat terjadi kehilangan beban yang

tiba-tiba (terjadi gangguan yang menyebabkan pemutus utama generator bekerja).

Sedang gangguan dari dalam seperti terjadinya kerusakan pada thyristor. Untuk itu

diperlukan peralatan bantu dan pengaman agar sistem eksitasi tidak mengalami

kerusakan lebih lanjut dan dapat beroperasi lagi. Hal ini mengingat bahwa PLTU

Paiton menyuplai daya cukup besar pada sistem secara keseluruhan.

4.1. Rele Pengaman Sistem Eksitasi

Rele pengaman berfungsi membandingkan harga arus dam tegangan

yang dideteksi dengan harga penyetelan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika
55

harga melampaui harga yang ditentukan tersebut maka rela memberi sinval

untuk trip atau alarm sesuai dengan kebutuhan.

4.1.1.Rele Differensial.

Rele differensial digunakan untuk mendeteksi gangguan pada

trafo eksitasi. Jika rele mendeteksi gangguan tersebut maka rele memberi

sinval untuk mentrip pemutus medan dan pemutus generator, pada

akhirnya prime mover hams dihentikan juga. Hubungan rele differensial

diperlihatkan dalam gambar 3.13.

Ketika keadaan normal dan gangguan eksternal, arus yang

masuk zone pengaman sama arah dan besarnya. Polaritas CT dibuat

sedemikian sehingga arus sekuner Ii dan B searah untuk keadaan ini.

Karena besar arus sama maka : Ij - h = 0 Amp sehingga tidak ada arus

yang mengalir ke rele, maka rele tak bekerja.

Jika terjadi gangguan intemaL arus masuk ke zone pengaman

dari kedua sisi. Berdasar arah polaritas CT yang ada maka arus sekunder

1} dan h berlawanan arah sehingga l\ - h tidak sama dengan nol yang

berarti ada arus pada rele, maka rele akan bekerja.

Dalam praktek sulit didapatkan CT yang mempunyai tepat sama

karakteristiknya baik rasio, sudut fase maupun kurva penjenuhannya.

Sehingga sulit didapat kondisi arus operating nol walaupun pada kondisi
56

normal. Untuk mengatasi hal ini digunakan rele differensial tipe

percentage.

Transformer

GAMBAR3.13 19
RELE DIFFERENSIAL

Rele differensial tipe percentage juga bisa mengatasi masalah

dalam hal setting tap-changing dan keseimbangan rasio CT. Slope

percentage yang ada 15% untuk trafo standar. 25°o untuk trafo dengan

tap-changing.

4.1.2.ReleArusLebih.

Rele arus lebih digunakan untuk mengamankan transformator

terhadap gangguan yang terjadi di luar transformator. Rele ini juga

dipakai sebagai back up bagi rele differensial, karena rele differensial

19
IEEE, IEEE RECOMMENDED PRACTISE FOR PROTECTION & COORDINATION OF
INDUSTRIAL AND COMMERCIAL POWER SYSTEMS. 1975,hal. 218.
57

diketahui bekerja apabila terjadi beda/selisih arus sedangkan rele arus

lebih bekerja bila terdapat arus yang melebihi batas keamanan

transformator.

Jika rele pengaman arus lebih mi menggunakan grading time

(tingkatan wakru) maka penyetelan waktu dari rele arus lebih pada trafo

eksitasi harus memperhitungkan seting arus lebih pada rele terdekat.

dalam hal ini adalah rele lebih generator. Sedang penyetelan arus biasanya

berkisar 1,3 sampai 1.4 dari harga arus nominalnya.

Transformator
CT CT

<3D
51-E 87-E

GAMBAR3.14
RELE ARUS LEBIH DAN DIFFERENCIAL UNTUK TRAFO EKSITASI

4.1.3. Pengaman Rotor Terhadap Gangguan Hi bung Singkat Ke Tanah.

Hubung singkat dari salah satu belitan ke tanah tidak akan

menimbulkan arus karena rangkaian rotor tidak ditanahkan. Bila kedua

konduktor terhubung ke tanah akan menimbulkan bagian dari rotor

terhubung ke tanah dan arus yang ditimbulkan cukup besar. Arus ini akan

menimbulkan ketidak seimbangan dari rotor sehingga akan menyebabkan


58

timbulnya tekanan mekanis yang pada akhimya menimbulkan panas yang

merusak. Adanya getaran yang disebabkan oleh bantalan yang rusak dan

melengkungan poros dari rotor. Kerusakan ini adalah kerusakan yang

paling fatal.

Terdapat tiga macam metode hubungan pengaman terhadap

gangguan pentanahan rotor, yaitu :

a. Metode potentiometer

Resistansi tinggi dihubungkan paralel di rangkaian rotor.

Titik pusat resistor dihubungkan ke tanah melalui rele. Rele mendeteksi

earth fault dibelitan rotor. Gangguan ke tanah pada belitan medan akan

menghasilkan tegangan pada rele. yang akan maksimal jika gangguan

terjadi di ujung kumparan medan yang potensialnya tertinggi. Benfuk

rangkaian bisa dilihat pada gambar 3.15a.

b. Injeksi AC

Rangkaian untuk metode ini terlihat pada gambar 3.15b.

Adanya kapasitor membatasi arus dan raencegah discharge arus DC

yang besar lewat trafo serta memblok tegangan medan dalam kondisi

normal.
59

c. Injeksi DC

Metode ini sama dengan injeksi AC tetapi diberi

rangkaian rectifier seperti pada gambar 3.15c. Kadangkala diberi

resistor yang dipasang secara seri dengan rele dengan maksud untuk

membatasi arus gangguan.

WINOING

(a)

flfLO flELO
WINOING < EXCITEA WINOING

^ AUXILIARY ^ AUXILIARY
A.C. SUPPLY A.C. SUPPLY
SENSITIVE
»cur
L *«JSENSITIVE BCLAY

(b) (c)

20
GAMBAR 3.15
PENGAMAN GANGGUAN TANAH UNTUK ROTOR
(a) Metode Potensiometer (b) Metode Injeksi AC(c) Metode Injeksi DC

M
GEC Alsthom, PROTECTIVE RELAYS APPLICATION GUIDE, p. 315
oO

Pemasangan rele pada generator adalah dengan memberi sikat

pada rotor. Hal ini tidak merupakan masalah karena arus yang lewat

kecil.

4.1.4.Pengaman Rectifier (Thyristor).

4.1.4.1. Pengaman Arus Lebih.

Untuk melindungi elemen-elemen thyristor dari

kerusakan karena adanya gangguan hubung singkat pada

rangkaian medan penguat utama (beban jembatan thyristor)

maka pada setiap thyristor tersebut dipasang sekring (fuse)

secara seri. Fuse yang digunakan untuk proteksi arus lebih ini

adalah fuse kecepatan tinggi (high speed fuse).

Konstruksi fuse ini terdiri dari suatu gelas resin melamin

sebagai tabung isolasi dan elemen sekring dengan terminal metal

pada kedua ujungnya. Sebagai pemadam busur api digunakan

silica disekitar elemen sekring. Terminal tipe sekrup pengapit

mempunyai tahanan rendah, sehingga mencegah kenaikan

temperatur pada terminal sekring. Arus beban lebih sesaat tidak

akan memutuskan fuse ini, tetapi arus lebih karena gangguan

akan segera memutuskan (meleburkan) elemen fuse. Kurva

karakteristik pemutusan fuse dan batas kemampuan komponen

bisa dilihat pada gambar 3.17. Dimana gambar (a) menunjukkan


61

pengaman sepenuhnya, yaitu dengan memilih fuse dengan kurva

pemutusan sepenuhnya dibawah batas kemampuan komponen.

Sedang gambar (b) menunjukkan pengamanan komponen

terhadap arus hubung singkat saja


+
-•

"CD 0 O Thyristor
-B [] [] [] F u s e

-B [] [] []
0 0 0
GAMBAR 3.16 21
LOKASI THYRISOR FUSE PADA JEMBATAN PENYEARAH 3 PRASA

rmt current,
I

I F U M cherecterittie
/ Device

Protection ,
by lui« ,
I

•l.i
10«l i0-» 1 10-1 10-< 1 '<> ,0
°
(*) Complete protection (b) Short-circuit protection onry

GAMBAR 3.17"
KARAKTERISTIK ARUS TERHADAP WAKTU
DARI KOMPONEN THYRISTOR DAN FUSE

21
IEEE, opcithallOl
22
M.H. Rashid. POWER ELECTRONIC CIRCUIT AND DEVICES, p. 533
62

Jika diantara sekring-sekring pada jembatan thyristor ada

yang terputus, maka tegangan antara kedua ujung sekring yang

terputus digunakan untuk masukan trafo pada rangkaian

pendeteksi putusnya sekring (fuse blown out detector), dan

lampu petunjuk putus sekring akan menyala, demikian juga

sinyal penunjuk lainnya akan bekerja.

4.1.4.2. Pengaman Terhadap Gradien Tegangan.

Gradien tegangan yang terjadi pada waktu perpindahan

konduksi antar th\xistor yang sangat tajam dapat mengakibatkan

osilasi pada rangkaian induktansi. Bilamana tegangan osilasi yang

terjadi sangat besar, maka bisa merusak elemen thyristor.

Demikian juga bila gradien tegangan (dv/dt) sangat besar pada

arah positip. akan menyebabkan elemen thyristor yang

seharusnya padam menjadi menyala (konduksi) lagi. Untuk

mengatasi ini digunakan rangkaian C-R* absorber yang dipasang

paralel dengan elemen thyristor. Kapasitor yang digunakan

adalah type penahan untuk energi rendah dan tegangan lebih

transien yang tajam.

Dari rangkaian gambar 3.18a. bisa dilihat bahwa saat

switch ditutup pada t=0, bila gradien tegangan dv/dt terlalu besar
63

akan menyebabkan thynstor bekerja. Gradien dv/dt tersebut bisa

dibatasi dengan pemasangan kapasitor Cs. Sedang arus discharge

yang terjadi pada kapasitor akan dibatasi oleh tahanan Rs.

Dengan rangkaian RC-Snubber, kenaikan tegangan

menjadi eksponensial seperti pada gambar 3.18b. dan kenaikan

dv/dt akan menjadi:

d\> _ 0,632Vs _ 0,632l's


dt t Rs.Cs

Dari persamaan tersebut di atas bisa didapat harga dari

snubber time constant t (Rs.Cs) bila diketahui harga dv/dt. Harga

tahanan Rs bisa didapat dari arus discharge Itcj.

Vs
Rs =
ltd

1
'• S, 0.632 V,

v.

- I

(a) (b)

23
GAMBAR 3.18
PENGAMAN RANGKAIAN SNUBBER UNTUK THYRISTOR

ibid., p.47
o4

4.2. Pemutus Rangkaian (Circuit Breaker)

Elemen akhir pengaman sistem eksitasi adalah pemutus rangkaian

(Circuit Braker atau CB) medan utama yang berfungsi memutus rangkaian bila

ada sinyal gangguan dari rele-relenya. Pemutus medan disini akan memutuskan

hubungan antara kumparan medan dengan rangkaian sumber eksitasi yaitu

jembatan thynstor dan sekaligus menghubungkan kumparan medan dengan

peredam medan.

Pada kondisi operasi generator maksimum maka arus eksitasi medan

juga akan maksimum. Apabila pada saat ini terjadi gangguan yang bersifat

permanen maka pemutus generator utama (52-G) akan bekerja memutuskan

hubungan dengan sistem. Untuk gangguan yang terjadi pada sistem terdekat

diharapkan pembangkit masih bisa bekerja untuk suplai sistem pembangkit

sendiri, sehingga bila sistem normal kembali bisa segera dilakukan sinkronisasi

lagi. Olah karena itu sesaat setelah pemutus 52-G bekerja akan diikuti dengan

kerja govemer menurunkan suplai uap dan sistem eksitasi akan beroperasi

invers (berkebalikan) untuk menurunkan medan eksitasi secepat mungkin.

Tetapi untuk gangguan pada daerah terminal generator seperti gangguan

hubung singkat pada terminal, maka pemutusan akan bersifat permanen.

Pemutus utama 52-G akan memutuskan hubungan dengan sistem dan pemutus

medan utama 41-E akan memutuskan hubungan kumparan medan dan

rangkaian jembatan. Hal ini perlu dilakukan karena gangguan terjadi pada
65

sumber eksitasi (tenninal generator) sehingga tidak bisa dilakukan operasi

invers. Sebagai peredam arus medan, kumparan medan dihubungkan dengan

peredam medan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemurus rangkaian (circuit

breaker) antara lain :

1. Dalam keadaan tertutup, CB harus sanggup dialiri beban penuh untuk vvaktu

yang lama.

2. Hams dapat memutus dengan cepat arus yang mungkin mengalir bila terjadi

gangguan hubung singkat.

3. Bila kontak dalam keadaan terbuka. celah (gap) diantara kontak-kontak hams

tahan terhadap tegangan yang timbul.

4. Untuk membebankan sistem dari gangguan, maka CB dapat segera reclosing

atau reopening.

5. Harus tahan terhadap arus hubung singkat untuk beberapa saat sampai

gangguan dihilangkan oleh peralatan lain yang lebih dekat dengan titik

gangguan.

6. Hams tahan terhadap pengaruh pembusuran pada kontak-kontaknya, gaya

elektrodinamis dan panas yang timbul pada saat terjadi hubung singkat.
00

4.2.1.Peredam Medan.

Bila terjadi gangguan pada terminal generator, akan segera

dilakukan pemutusan hubungan dengan sistem oleh pemutus utama

generator 52-G. Bila gangguan terjadi saat generator pada operasi beban

penuh, maka bekerjanya pemutus 52-G harus segera diikuti dengan usaha

menghilangkan medan magnet eksitasi. Semakin lama proses

penghilangan medan eksitasi akan menvebabkan terjadinva kerusakan

yang lebih luas pada generator. Pengaturan penurunan daya nyata dari

governer tidak mungkin dilakukan karena adanya energi kinetik rotor

terlalu besar, sehingga reaksi governer tidak cukup cepat untuk mengatasi

kemungkinan yang ada.

Medan magnet tidak bisa segera dihilangkan begitu saja, karena

proses penghilangan medan yang terlalu cepat justru bisa menvebabkan

terjadinva kenaikan tegangan induktif yang terlalu besar dan dapat

merusak kumparan medannya. Untuk generator dengan ukuran kecil dan

menengah, bisa dilakukan hanya dengan pemasangan pemutus (circuit

braker) yang sesuai. Karena energi medan magnet bisa dihilangkan pada

saat pemutusan, yaitu sebagian menjadi bunga api saat pemutusan dan

sebagian pada arus Eddy pada inti rotor dan damper winding.

Sedang untuk mesin yang lebih besar (kapasitas di atas 5 MVA),

diperlukan peralatan lain yang dapat meredam medan tanpa menvebabkan


67

kerusakan lebih luas. Peralatan tersebut adalah field discharge resistor

(tahanan pelepasan medan). Discharge resistor ini akan dihubungkan

secara paralel dengan kumparan medan sesaat sebelum pemutus medan

utama bekerja. Resistor ini dihubungkan dengan kontaktor ke pemutus

medan utama. dengan demikian kerja pemutus bisa lebih ringan. Harga

discharge resistor berkisar 5 kali harga tahanan kumparan medan14.

Dengan demikian ssetelah pemutus medan bekerja energi dari arus medan

bisa dibuang melalui discharge resistor tanpa menyebabkan kerusakan

pada kumparan medan. Kecepatan hilangnya medan masih membutuhkan

vvaktu lebih dari satu detik, tetapi hal ini sudah cukup untuk mengatasi

permasalahan yang ada.

24
GEC Alsthom, op cit. hal. 323.

Anda mungkin juga menyukai