Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POST SECTIO CAESAREA DENGAN

FOKUS STUDI PENGELOLAAN MENYUSUI TIDAK EFEKTIF DI RSK


NGESTI WALUYO PARAKAN

Nurul Fathanah1, Hermani Triredjeki2


Lulut Handayani3, Yeni Yulistanti4
Program Studi D3 Keperawatan Magelang, Poltekkes Kemenkes Semarang, Jln Perintis
Kemerdekaan No.78 Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, 56115
Email : nurulfathanah11@gmail.com

ABSTRAK
Sectio caesarea merupakan tindakan operasi yang memiliki beberapa risiko yaitu
meningkatkan komplikasi pernapasan pada bayi, perdarahan, kerusakan organ dalam lainnya
terutama kandung kemih dan pembuluh darah uterus, juga menurunkan keberhasilan dalam
pemberian ASI (Kuguoglu, Yildiz, Tanir, & Demirbag, 2012).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019, secara nasional, cakupan bayi
mendapatkan ASI eksklusif tahun 2019 yaitu sebesar 67,74%. Persentase pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2019 sebesar 66,0% (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2019).
Tinjauan sistematis yang melibatkan 33 negara mendapatkan hasil bahwa prevalensi
menyusui dini lebih rendah pada ibu post sectio caesarea dibandingkan dengan yang
melahirkan pervaginam. Data studi terdahulu juga menemukan bahwa 100% ibu post sectio
caesarea tidak memulai menyusui bayinya pada hari pertama melahirkan. Ditengarai bahwa
24 jam setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk inisiasi pemberian ASI
dan akan menentukan keberhasilan menyusui selanjutnya. Jika ibu tidak mulai memberikan
ASI lebih dari dua hari setelah post partum, respons pengeluaran prolaktin akan sangat
menurun. Situasi ini terjadi pada persalinan dengan sectio caesarea (Dewi & Maharani,
2016).
Tujuan : tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memaparkan proses asuhan
keperawatan pada klien post sectio caesarea dengan fokus studi pengelolaan menyusui tidak
efektif.
Metode : menggunakan studi dokumentasi terdahulu berupa laporan asuhan keperawatan dan
rekam medik pasien dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara langsung
Hasil : hasil dari studi kasus ini ialah pasien dan keluarga paham dan mampu melakukan
tindakan yang sudah diajarkan untuk mengoptimalkan dalam pemberian ASI pada bayi.
Kesimpulan : kesimpulan studi kasus ini ialah memaparkan asuhan keperawatan maternitas
dan mampu membantu pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah menyusui tidak efektif

Kata kunci: menyusui tidak efektif, Asuhan Keperawatan Maternitas, Menyusui pada Post SC
ABSTRACT

Sectio caesarea is an operation that has several risks, namely increasing respiratory
complications in infants, bleeding, damage to other internal organs, especially the bladder and
uterine blood vessels, also reducing success in breastfeeding (Kuguoglu, Yildiz, Tanir, &
Demirbag, 2012).
According to the 2019 Basic Health Research (Riskesdas) data, nationally, the coverage of
infants receiving exclusive breastfeeding in 2019 was 67.74%. The percentage of exclusive
breastfeeding for infants 0-6 months in Central Java in 2019 was 66.0% (Central Java Health
Profile, 2019).
A systematic review involving 33 countries found that the prevalence of early breastfeeding
was lower in post-sectio caesarea mothers compared to those who gave birth vaginally. Data
from previous studies also found that 100% of post sectio caesarea mothers did not start
breastfeeding their babies on the first day of delivery. It is suspected that 24 hours after the
mother gives birth is a very important time for initiation of breastfeeding and will determine
the success of subsequent breastfeeding. If the mother does not start breastfeeding more than
two days postpartum, the prolactin secretion response will be greatly decreased. This
situation occurs in deliveries by sectio caesarea (Dewi & Maharani, 2016).
The purpose : the purpose to be achieved in this study is to describe the nursing care process
for post sectio caesarea clients with a focus on ineffective breastfeeding management studies.
The method : the method is to use previous documentation studies in the form of nursing
care reports and patient medical records with anamnesis and direct physical examination.
The results : the result of this case study is that the patient and family understand and are
able to take the actions that have been taught to optimize breastfeeding for babies.
The conclusion : the conclusion of this case study is that it describes maternity nursing care
and is able to help patients and families in overcoming the problem of ineffective
breastfeeding

Keywords : breastfeeding is not effective, Maternity Nursing Care, Breastfeeding on Post SC


PENDAHULUAN menentukan keberhasilan menyusui
selanjutnya. Jika ibu tidak mulai
Sectio caesarea merupakan tindakan
memberikan ASI lebih dari dua hari
operasi yang memiliki beberapa risiko
setelah post partum, respons pengeluaran
yaitu meningkatkan komplikasi
prolaktin akan sangat menurun. Situasi ini
pernapasan pada bayi, perdarahan,
terjadi pada persalinan dengan sectio
kerusakan organ dalam lainnya terutama
caesarea (Dewi & Maharani, 2016).
kandung kemih dan pembuluh darah
uterus, juga menurunkan keberhasilan Menurut Walyani (2015) dalam Rita
dalam pemberian ASI (Kuguoglu, Yildiz, (2019) bahwa persalinan dengan cara ini
Tanir, & Demirbag, 2012). dapat menimbulkan masalah menyusui,
baik terhadap ibu maupun bayi. Ibu sectio
Menurut data Riset Kesehatan Dasar
caesarea dengan anestesi umum tidak
(Riskesdas) tahun 2019, secara nasional,
mungkin segera dapat menyusui bayinya
cakupan bayi mendapatkan ASI eksklusif
karena ibu belum sadar akibat pembiusan.
tahun 2019 yaitu sebesar 67,74%.
Persentase pemberian ASI eksklusif pada Pemberian ASI oleh ibu yang telah
bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun menjalani sectio caesarea sebenarnya
2019 sebesar 66,0% (Profil Kesehatan dapat langsung dilakukan karena operasi
Jawa Tengah, 2019). dilakukan dengan anestesi spinal atau
epidural sehingga ibu tetap sadar. Posisi
Tinjauan sistematis yang melibatkan 33
menyusui dapat disesuaikan dengan
negara mendapatkan hasil bahwa
kondisi ibu, misalnya dengan posisi
prevalensi menyusui dini lebih rendah
berbaring (lying down), posisi duduk, dan
pada ibu post sectio caesarea
football hold sehingga hal ini sebenarnya
dibandingkan dengan yang melahirkan
tidak menjadi penghalang bagi praktik
pervaginam. Data studi terdahulu juga
pemberian ASI (Dewi & Maharani, 2016).
menemukan bahwa 100% ibu post sectio
caesarea tidak memulai menyusui bayinya Menurut Rosanah (2015) dalam
pada hari pertama melahirkan. Ditengarai Mododahi, dkk (2018), faktor yang
bahwa 24 jam setelah ibu melahirkan mempengaruhi kelancaran produksi ASI
adalah saat yang sangat penting untuk diantaranya adalah perawatan payudara.
inisiasi pemberian ASI dan akan Perawatan payudara merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan secara sadar dan asuhan keperawatan dan rekam medik
teratur untuk memelihara kesehatan pasien dengan anamnesa dan pemeriksaan
payudara. Tujuan dari perawatan payudara fisik secara langsung. Pelaksanaan studi
adalah melancarkan sirkulasi darah dan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan
mencegah tersumbatnya saluran susu, Klien Post Sectio Caesarea dengan Fokus
sehingga pengeluaran ASI lancar. Produksi Studi Pengelolaan Menyusui Tidak Efektif
ASI dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh di ruang perawatan Tulip Bangsal
dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Kebidanan RSK Ngesti Waluyo Parakan
Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi mulai tanggal 20 Desember 2020 - 3 Juni
ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi 2021. Pada penelitian ini klien dan
proses pengeluaran ASI (Maritalia, 2012 keluarga bersedia menjadi responden,
dalam Mododahi, dkk., 2018). Klien bernama Ny. S berusia 21 tahun
dengan riwayat kehamilan P1A0.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk
Pengkajian dilakukan dengan cara
meningkatkan produksi ASI adalah
pengumpulan data secara subjektif (data
mengkonsumsi makanan yang tinggi
yang diperoleh dari pasien/keluarga)
protein dan rolling massage
melalui metode anamnesa dan data
punggung/pijat oksitosin yang dapat
objektif (data dari hasil pengukuran atau
memberikan sensasi rileks pada ibu,
pengamatan). Untuk mendapatkan data
sehingga melancarkan aliran saraf saluran
lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik
ASI pada kedua payudara. Rolling
dan juga pemeriksaan penunjang pada
massage punggung/pijat oksitosin akan
klien tersebut agar dapat mendukung data
memberikan kenyamanan dan membuat
subjektif yang diberikan dari pasien
rileks ibu karena massage dapat
maupun keluarga. Pemeriksaan fisik
menstimulasi refleks oksitosin. Teknik
dilakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi,
pemijatan pada titik tertentu dapat
auskultasi, palpasi dan perkusi secara head
menghilangkan sumbatan dalam darah dan
to toe sehingga didapatkan data pada
energi di dalam tubuh akan kembali lancar
pemeriksaan payudara klien dilakukan
(Ekawati H, 2017).
secara inspeksi, kedua payudara simetris,
METODE tampak penuh, areola mammae

Metode yang digunakan dalam studi kasus menghitam, puting menonjol dan

ini adalah menggunakan studi pengeluaran ASI belum keluar, payudara

dokumentasi terdahulu berupa laporan tampak kotor. Pada pengkajian fokus


Dongoes pada poin penyuluhan dan
pembelajaran didapatkan data klien caesarea klien belum bisa menyusui
mengatakan belum mengetahui mengapa bayinya karena ASI belum keluar dan tidak
ASInya belum keluar dengan lancar, klien tau mengapa ASInya belum keluar
mengatakan belum bisa menyusui bayinya
Berdasarkan hasil pengkajian psikologis,
karena baru pertama kali menyusui dan
klien berada pada proses adaptasi masa
belum memiliki pengalaman serta
nifas yaitu taking hold, dimana ibu masih
menanyakan tentang posisi yang tepat saat
belum mengetahui posisi untuk menyusui
menyusui agar bayi merasakan nyaman.
bayinya dan ibu merasakan cemas karena
Data-data tersebut dianalisa lebih lanjut
memikirkan kondisi bayinya dan ASInya
untuk menentukan masalah dan membuat
yang keluar tidak lancar. Pada pemeriksaan
perencanaan keperawatan.
payudara klien dilakukan secara inspeksi,
HASIL kedua payudara simetris, tampak penuh,
areola mammae menghitam, puting
Klien bernama Ny. S berusia 21 tahun
menonjol dan pengeluaran ASI belum
dengan riwayat kehamilan P1A0. Klien
keluar, payudara tampak kotor.
beragama Islam, bersuku Jawa dan
berbangsa Indonesia. Pendidikan terakhir Setelah menegakkan diagnosa
klien SMA. Klien tidak bekerja dan keperawatan selanjutnya melakukan
menjadi ibu rumah tangga. tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan yaitu menginstruksikan
Persalinan dilakukan secara sectio
posisi menyusui yang bervariasi karena
caesarea dengan jenis SC abdomen
posisi yang bervariasi dan tepat dapat
(ismika/profundal) indikasi Cephalopelvic
memberikan rasa nyaman pada ibu dan
Disproportion (CPD) atau panggul klien
bayinya selama menyusui,
sempit dengan dilakukan insisi secara
menginstruksikan klien untuk melakukan
melintang dibawah pusar ± 10 cm dengan
perawatan puting susu agar kebersihan
bius spinal. Operasi dilakukan pada
putting susu dapat terjaga dan akan
tanggal 24 Desember 2019 pada pukul
memberikan kenyamanan bagi bayi saat
10.00 WIB dan berakhir pukul 10.50 WIB.
menyusu.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 25
Hasil evaluasi yang didapatkan
Desember 2019 pukul 14.30 WIB di
berdasarkan tindakan keperawatan sesuai
bangsal Tulip bagian Kebidanan RSK
intervensi yang telah dibuat peneliti yaitu
Ngesti Waluyo Parakan, klien mengatakan
pada Ny. S diperoleh data subyektif (DS)
pada hari kedua post partum sectio
klien mengatakan sudah mau melakukan Keadaan ini menyebabkan perubahan
perawatan puting susu menggunakan fisiologis pada ibu nifas.
kapas hangat dan baby oil untuk
Adaptasi psikologis mempengaruhi
membersihkan puting susu. Klien
proses laktasi dimana ibu dalam fase
mengatakan posisi yang sudah dilakukan
taking in dan taking hold. Faktor lain yang
membuatnya nyaman dalam menyusui
dapat mempengaruhi proses laktasi
bayinya. Data obyektif (DO) klien tampak
diantaranya adalah ibu salah/kurang
rileks, bayi klien juga terlihat tenang
informasi tentang cara menyusui yang
ketika menyusu, ASI yang dikeluarkan
benar, puting susu yang terbenam, puting
masih belum lancar namun lebih banyak
lecet, dan payudara bengkak yang
dari sebelumnya. Payudara tampak bersih
membuat ibu enggan menyusui bayinya
dan puting susu menonjol. Klien dan
(Padila, 2014; Handayani dan Pujiastuti
keluarga tampak kooperatif dan mampu
2016).
melakukan pijat marmet sesuai instruksi
dari perawat. Jadi dapat dianalisa untuk Cara mengatasi masalah keperawatan

strategi pelaksanaan teratasi, dan untuk menyusui tidak efektif yang terjadi,

perencanaan selanjutnya adalah penulis berpedoman pada NOC edisi ke

melanjutkan strategi pelaksanaan. lima tahun 2016 dan NIC edisi ke enam
tahun 2013. Bagian pemeriksaan fisik pada
PEMBAHASAN
payudara nampak payudara klien kotor dan
Setelah dilakukan sectio caesarea ibu akan terasa penuh karena ASI yang belum
mengalami adaptasi postpartum yaitu, keluar dengan lancar maka dilakukan
adaptasi fisiologi dan adaptasi psikologis. intervensi menginstruksikan klien untuk
Adaptasi fisiologi salah satunya adalah melakukan perawatan payudara/putting
pembentukan ASI yang berawal dari susu. Rasionalnya adalah kebersihan
payudara yang dipengaruhi oleh hormon puting susu yang terjaga akan memberikan
prolaktin, estrogen, dan progesteron. kenyamanan bagi bayi saat menyusu.
Penurunan estrogen menyebabkan
Perawatan payudara merupakan suatu
prolaktin yang disekresi oleh glandulla
tindakan untuk merawat payudara terutama
hipofise anterior bereaksi pada alveolus
pada masa nifas untuk memperlancar
payudara dan merangsang produksi susu.
pengeluaran ASI (Kumalasari, 2015).
Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG,
Tujuan perawatan payudara pada ibu nifas
estrogen, progesteron dan hormon
dengan sectio caesarea menurut Maryunani
laktogen plasenta menurun dengan cepat.
(2015) yaitu memperbaiki sirkulasi darah, pengeluaran ASI agar semakin lancar dan
menjaga kebersihan payudara terutama mencegah terjadinya mastitis pada
kebersihan puting susu agar terhindar dari payudara.
infeksi, menguatkan alat payudara,
SIMPULAN
memperbaiki bentuk puting susu sehingga
bayi menyusu dengan baik, dapat Berdasarkan pembahasan yang ada dapat

merangsang kelenjar air susu sehingga disimpulkan bahwa asuhan keperawatan

produksi ASI menjadi lancar, untuk pada klien post sectio caesarea dengan

mengetahui secara dini kelainan pada fokus studi menyusui tidak efektif pada

puting susu ibu dan melakukan usaha Ny. S di Bangsal Tulip Bagian Kebidanan

untuk mengatasinya, mempersiapkan RSK Ngesti Waluyo Parakan dilakukan

psikologis ibu untuk menyusui dan secara komprehensif berdasarkan teori

mencegah pembendungan ASI. yang telah disusun dan mengacu pada


tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.
Dari hasil pengkajian, klien mengeluh
belum bisa menyusui bayinya karena Untuk mengatasi masalah keperawatan

belum mengetahui bagaimana cara tersebut, maka penulis menyusun tujuan

menyusui yang benar setelah dilakukan yang sesuai dengan NOC dan beberapa

pembedahan sectio caesarea. Klien juga tindakan keperawatan yang sesuai dengan

mengeluhkan ASInya belum keluar dengan NIC. Implementasi keperawatan untuk

lancar. Produksi ASI dan pengeluaran ASI mengatasi masalah tersebut dilakukan

dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu selama 3x8 jam, tindakan keperawatan

prolaktin dan oksitosin. Prolaktin yang dilakukan sudah sesuai dengan

mempengaruhi jumlah produksi ASI, intervensi yang telah direncanakan dan

sedangkan oksitosin mempengaruhi proses tidak menimbulkan masalah baru lagi pada

pengeluaran ASI (Maritalia, 2012 dalam klien. Pada tahap evaluasi, masalah

Mododahi, dkk., 2018). keperawatan menyusui tidak efektif


berhubungan dengan kurang terpapar
Maka dilakukan intervensi mengajarkan
informasi tentang metode/teknik menyusui
klien untuk pijat marmet atau massage
pada kedua klien teratasi pada hari ketiga,
payudara. Rasionalnya dilakukan tindakan
yaitu tanggal 27 Desember 2019.
ini adalah karena pada klien produksi ASI
sudah lancar ditandai dengan payudara DAFTAR PUSTAKA

yang penuh namun ASI belum keluar, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
massage payudara dapat merangsang Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah 2019. Pengetahuan Perawatan Payudara dengan
(https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/stora Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post
ge/2020/09/Profil-Jateng-tahun-2019.pdf, Partum di Ruangan Dahlia RSD Liun
diakses 21 Januari 2021) Kendaghe Tahuna Kabupaten Kepulauan

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Sangihe. e-journal Keperawatan (e-Kp),

Data dan Informasi Profil Kesehatan Volume 6 Nomor 1.

Indonesia 2019.
(https://www.kemkes.go.id/folder/view/01/
structure-publikasi-pusdatin-profil-
Rita, A. R. (2019). Analisis
kesehatan.html, diakses 21 Januari 2021)
Determinan yang Berhubungan dengan
Kumalasari, I. (2015). Panduan Praktik
Masalah Dalam Menyusui di Wilayah
Laboratorium Dan Klinik Perawatan
Puskesmas Bukoposo Kecamatan Way
Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru
Serdang Kabupaten Mesuji. Jurnal
Lahir Dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba
Kesehatan "Akbid Wira Buana", Volume 5
Medika.
no 3 1-16.
Mododahi, J., Katuuk, M., &
Kundre, R. (2018). Hubungan

Anda mungkin juga menyukai