ABSTRAK
Sectio caesarea merupakan tindakan operasi yang memiliki beberapa risiko yaitu
meningkatkan komplikasi pernapasan pada bayi, perdarahan, kerusakan organ dalam lainnya
terutama kandung kemih dan pembuluh darah uterus, juga menurunkan keberhasilan dalam
pemberian ASI (Kuguoglu, Yildiz, Tanir, & Demirbag, 2012).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019, secara nasional, cakupan bayi
mendapatkan ASI eksklusif tahun 2019 yaitu sebesar 67,74%. Persentase pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2019 sebesar 66,0% (Profil
Kesehatan Jawa Tengah, 2019).
Tinjauan sistematis yang melibatkan 33 negara mendapatkan hasil bahwa prevalensi
menyusui dini lebih rendah pada ibu post sectio caesarea dibandingkan dengan yang
melahirkan pervaginam. Data studi terdahulu juga menemukan bahwa 100% ibu post sectio
caesarea tidak memulai menyusui bayinya pada hari pertama melahirkan. Ditengarai bahwa
24 jam setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk inisiasi pemberian ASI
dan akan menentukan keberhasilan menyusui selanjutnya. Jika ibu tidak mulai memberikan
ASI lebih dari dua hari setelah post partum, respons pengeluaran prolaktin akan sangat
menurun. Situasi ini terjadi pada persalinan dengan sectio caesarea (Dewi & Maharani,
2016).
Tujuan : tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memaparkan proses asuhan
keperawatan pada klien post sectio caesarea dengan fokus studi pengelolaan menyusui tidak
efektif.
Metode : menggunakan studi dokumentasi terdahulu berupa laporan asuhan keperawatan dan
rekam medik pasien dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara langsung
Hasil : hasil dari studi kasus ini ialah pasien dan keluarga paham dan mampu melakukan
tindakan yang sudah diajarkan untuk mengoptimalkan dalam pemberian ASI pada bayi.
Kesimpulan : kesimpulan studi kasus ini ialah memaparkan asuhan keperawatan maternitas
dan mampu membantu pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah menyusui tidak efektif
Kata kunci: menyusui tidak efektif, Asuhan Keperawatan Maternitas, Menyusui pada Post SC
ABSTRACT
Sectio caesarea is an operation that has several risks, namely increasing respiratory
complications in infants, bleeding, damage to other internal organs, especially the bladder and
uterine blood vessels, also reducing success in breastfeeding (Kuguoglu, Yildiz, Tanir, &
Demirbag, 2012).
According to the 2019 Basic Health Research (Riskesdas) data, nationally, the coverage of
infants receiving exclusive breastfeeding in 2019 was 67.74%. The percentage of exclusive
breastfeeding for infants 0-6 months in Central Java in 2019 was 66.0% (Central Java Health
Profile, 2019).
A systematic review involving 33 countries found that the prevalence of early breastfeeding
was lower in post-sectio caesarea mothers compared to those who gave birth vaginally. Data
from previous studies also found that 100% of post sectio caesarea mothers did not start
breastfeeding their babies on the first day of delivery. It is suspected that 24 hours after the
mother gives birth is a very important time for initiation of breastfeeding and will determine
the success of subsequent breastfeeding. If the mother does not start breastfeeding more than
two days postpartum, the prolactin secretion response will be greatly decreased. This
situation occurs in deliveries by sectio caesarea (Dewi & Maharani, 2016).
The purpose : the purpose to be achieved in this study is to describe the nursing care process
for post sectio caesarea clients with a focus on ineffective breastfeeding management studies.
The method : the method is to use previous documentation studies in the form of nursing
care reports and patient medical records with anamnesis and direct physical examination.
The results : the result of this case study is that the patient and family understand and are
able to take the actions that have been taught to optimize breastfeeding for babies.
The conclusion : the conclusion of this case study is that it describes maternity nursing care
and is able to help patients and families in overcoming the problem of ineffective
breastfeeding
Metode yang digunakan dalam studi kasus menghitam, puting menonjol dan
strategi pelaksanaan teratasi, dan untuk menyusui tidak efektif yang terjadi,
melanjutkan strategi pelaksanaan. lima tahun 2016 dan NIC edisi ke enam
tahun 2013. Bagian pemeriksaan fisik pada
PEMBAHASAN
payudara nampak payudara klien kotor dan
Setelah dilakukan sectio caesarea ibu akan terasa penuh karena ASI yang belum
mengalami adaptasi postpartum yaitu, keluar dengan lancar maka dilakukan
adaptasi fisiologi dan adaptasi psikologis. intervensi menginstruksikan klien untuk
Adaptasi fisiologi salah satunya adalah melakukan perawatan payudara/putting
pembentukan ASI yang berawal dari susu. Rasionalnya adalah kebersihan
payudara yang dipengaruhi oleh hormon puting susu yang terjaga akan memberikan
prolaktin, estrogen, dan progesteron. kenyamanan bagi bayi saat menyusu.
Penurunan estrogen menyebabkan
Perawatan payudara merupakan suatu
prolaktin yang disekresi oleh glandulla
tindakan untuk merawat payudara terutama
hipofise anterior bereaksi pada alveolus
pada masa nifas untuk memperlancar
payudara dan merangsang produksi susu.
pengeluaran ASI (Kumalasari, 2015).
Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG,
Tujuan perawatan payudara pada ibu nifas
estrogen, progesteron dan hormon
dengan sectio caesarea menurut Maryunani
laktogen plasenta menurun dengan cepat.
(2015) yaitu memperbaiki sirkulasi darah, pengeluaran ASI agar semakin lancar dan
menjaga kebersihan payudara terutama mencegah terjadinya mastitis pada
kebersihan puting susu agar terhindar dari payudara.
infeksi, menguatkan alat payudara,
SIMPULAN
memperbaiki bentuk puting susu sehingga
bayi menyusu dengan baik, dapat Berdasarkan pembahasan yang ada dapat
produksi ASI menjadi lancar, untuk pada klien post sectio caesarea dengan
mengetahui secara dini kelainan pada fokus studi menyusui tidak efektif pada
puting susu ibu dan melakukan usaha Ny. S di Bangsal Tulip Bagian Kebidanan
menyusui yang benar setelah dilakukan yang sesuai dengan NOC dan beberapa
pembedahan sectio caesarea. Klien juga tindakan keperawatan yang sesuai dengan
lancar. Produksi ASI dan pengeluaran ASI mengatasi masalah tersebut dilakukan
dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu selama 3x8 jam, tindakan keperawatan
sedangkan oksitosin mempengaruhi proses tidak menimbulkan masalah baru lagi pada
pengeluaran ASI (Maritalia, 2012 dalam klien. Pada tahap evaluasi, masalah
yang penuh namun ASI belum keluar, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
massage payudara dapat merangsang Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah 2019. Pengetahuan Perawatan Payudara dengan
(https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/stora Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post
ge/2020/09/Profil-Jateng-tahun-2019.pdf, Partum di Ruangan Dahlia RSD Liun
diakses 21 Januari 2021) Kendaghe Tahuna Kabupaten Kepulauan
Indonesia 2019.
(https://www.kemkes.go.id/folder/view/01/
structure-publikasi-pusdatin-profil-
Rita, A. R. (2019). Analisis
kesehatan.html, diakses 21 Januari 2021)
Determinan yang Berhubungan dengan
Kumalasari, I. (2015). Panduan Praktik
Masalah Dalam Menyusui di Wilayah
Laboratorium Dan Klinik Perawatan
Puskesmas Bukoposo Kecamatan Way
Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru
Serdang Kabupaten Mesuji. Jurnal
Lahir Dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba
Kesehatan "Akbid Wira Buana", Volume 5
Medika.
no 3 1-16.
Mododahi, J., Katuuk, M., &
Kundre, R. (2018). Hubungan