Anda di halaman 1dari 13

KONFIRMASI PASIEN

BARU
UPTD PUSKESMAS
MAOSPATI
DINAS No. Kode : Ditetapkan oleh
KESEHATAN Terbitan : Kepala UPTD Puskesmas
Maospati
KABUPATEN
MAGETAN
SOP No. Revisi
Tgl. Mulai
:

Berlaku :
dr.EDDY S. MINOTO
Halaman : 1/5 NIP.19590112 198710 1 002
1. Pengertian Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ
tubuh lain kecuali susunan syaraf pusat.
2. Tujuan Memberikan penanganan yang cepat dan tepat dan akurat di Puskesmas
3. Kebijakan Keputusan kepala UPTD Puskesmas MAOSPATI
4. Pelaksana Petugas program kusta puskesmas
5. Referensi Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2013
6. Prosedure / 1. Petugas Puskesmas melapor ke Wasor kalau ada pasien baru
langkah-2
2 Wasor menentukan hari untuk konfirmasi pasien baru
3 Wasor melakukan pemeriksaan fisik :
1 Periksa rasa raba pada kelainan kulit untuk mengetahui hilangnya rasa
(dengan menggunakan kapas yang diruncingkan ujungnya)
2 Pemeriksaan saraf tepi
Pemeriksaan dilakukan pada saraf Ulnaris pada siku, Peroneus
Lateralis di belakang lutut dan Tibialis Posterior di bawah mata kaki
bagian dalam.
a. Perabaan (Palpasi) Saraf, perhatikan:
i. Apakah ada penebalan/pembesaran
ii. Apakah saraf kiri dan kanan sama besarnya
iii. Apakah ada nyeri pada saraf yang diraba
b. Pemeriksaan Fungsi Saraf
 Fungsi Motorik Saraf Facialis
 Penderita diminta memejamkan mata
 Dilihat dari depan/samping apakah mata tertutup
dengan sempurna atau ada celah
 Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar
celahnya lalu dicatat.
 Fungsi Sensorik Saraf Ulnaris dan Medianus
 Posisi penderita: tangan yang akan diperiksa
bertumpu pada tangan kiri pemeriksa, sehingga

1
semua ujung jari tersangga
 Pnderita diminta menutup mata atau menoleh kea rah
berlawanan dari tangan yang diperiksa
 Pemeriksa menyentuhkan ujung ballpen pada telapak
tangan penderita
 Penderita diminta menunjuk tempat yang dirasa
disentuh
 Fungsi Sensorik Saraf Tibialis Posterior
 Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri,
usahakan telapak kaki menghadap ke atas
 Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki
penderita
 Cara pemeriksaan sama seperti pada pemeriksaan
fungsi sensorik saraf Ulnaris dan Medianus
 Fungsi Kekuatan Otot (Saraf Ulnaris, Medianus dan
Radialis)
 Jari Kelingking (Saraf Ulnaris)
 Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari 2,3
dan 4 tangan kanan penderita dengan telapak
tangan penderita menghadap ke atas dan posisi
ekstensi
 Minta penderita mendekatkan dan menjauhkan
kelingking dari jari-jari lainnya. Bila penderita
dapat melakukannya,
 minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh
dari jari lainnya, dan kemudian ibu jari pemeriksa
mendorong pada bagian pangkal kelingking
 Penilaian:
Bila jari kelingking penderita tidak dapat
mendekat atau menjauh dari jari lainnya
berarti sudah lumpuh
Bila jari kelingking penderita tidak dapat
menahan dorongan pemeriksa berarti
lemah
Bila jari kelingking penderita dapat
menahan dorongan pemeriksa berarti
masih kuat
 Minta penderita menjepit sehelai kertas yang
diletakkan diantara jari manis dan kelingking,lalu
pemeriksa menarik kertas tersebut sambil menilai
ada tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas
tersebut
 Penilaian:
2
Bila kertas terlepas dengan mudah
berarti kekuatan otot lemah
Bila ada tahanan terhadap kertas berarti
otot masih kuat
 Ibu Jari (Saraf Medialis)
 Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk
sampai kelingking tangan kanan penderita agar
telapak tangan penderita menghadap ke atas, dan
dalam posisi ekstensi
 Ibu jari penderita ditegakkan ke atas sehingga
tegak lurus terhadap telapak tangan penderita,
dan penderita diminta untuk mempertahankan
posisi tersebut
 Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari
penderita yaitu dari bagian batas antara
punggung dan telapak tangan mendekati telapak
tangan
 Penilaian
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti
masih kuat
Bila ada gerakan dan tahanan lemah
berarti sudah lemah
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh
 Pergelangan Tangan (Saraf Radialis)
 Tangan kiri pemeriksa memegang punggung
lengan bawah tangan kanan penderita
 Penderita diminta menggerakkan pergelangn
tangan kanan yang terkepal ke atas (ekstensi)
 Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi
(ke atas) lalu dengan tangan kanan pemeriksa
menekan tangan penderita ke bawah kea rah
fleksi
 Penilaian:
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti
masih kuat
Bila ada gerakan dan tahanan lemah
berarti lemah
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh
 Fungsi Motorik Saraf Peroneus
 Dalam keadaan duduk penderia diminta mengangkat
ujung kaki dengan tumit tetap terletak di
lantai/ekstensi maksimal
 Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi
3
tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangan
menekan punggung kaki penderita ke bawah/lantai
 Penilaiaan:
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti
kuat
Bila ada gerakan dan tahanan lemah
berarti lemah
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh
(ujung kaki tidak bisa ditegakkan ke atas)
4. Wasor mencatat semua hasil pemeriksaan fisik pada kartu cek list
5. Wasor membuat Diagnosa Kusta dan Klasifikasinya
Klasifikasi Penyakit Kusta menurut WHO :
Tanda Utama PB MB
Bercak kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi yang disertai dengan Hanya satu Lebih dari satu
gangguan fungsi saraf saraf
Sediaan apusan BTA negatif BTA positif
6. Wasor mencatat diagnosa dan klasifikasi pada kartu pasien
7. Wasor memberikan terapi Kusta dengan Regimen MDT
Tipe PB < 10 tahun 10-14 ahun >15 tahun Keterangan
Rifampicin Berdasarkan 450 mg/bulan 600 mg/bulan Minum di depan
berat badan petugas

50 mg 100 mg Minum di depan


DDS 50 mg/hari 100 mg/hari petugas
Minum di rumah
Tipe MB < 10 tahun 10-14 ahun >15 tahun Keterangan

Rifampicin Berdasarkan 450 mg/bulan 600 mg/bulan Minum di depan


berat badan petugas

50 mg/bulan 100 mg/bulan Minum di depan


DDS 50 mg/hari 100 mg/hari petugas
Minum di rumah
100 300 mg/bulan Minum di depan
150 mg
Clofazimin mg/bulan petugas
(Lampren) 50 mg, 50 mg, 50 mg Minum di rumah
2xseminggu Setiap 2 hari tiap hari

Dosis MDT bagi anak < 10 tahun:


Rifampicin : 10-15 mg/kgBB
DDS : 1-2 mg/kgBB
Clofazimin : 1 mg/kgBB
8. Wasor mengambil kesimpulan dan mencocokkan dengan pemeriksaan
petugas puskesmas
4
2. Bagan Alir *)

Petugas memanggil Petugas mencocokkan


kartu status dg Anamnesis Cek list
MULAI pasien sesua urutan Konfirmasi
identitas pasien

Pemeriksaan
Fisik
(Cardinal Sign)

Ada Ragu Tidak Ada

KUSTA Tersangka
Bukan Kusta

Jumlah bercak BTA Observasi 3-6 bln


Penebalan saraf & gg fungsi
BTA Selesai
Kartu
Status
Cardin Rujuk Buku
Rujukan
Bercak <= 5 Bercak > 5 al Sign
Syaraf 1 Syaraf >1
BTA (-) BTA (+)

Ada Ragu
PB MB
Tidak Ada

Kartu status Beri Obat


Buku Register MDT
Form Kusta

Unit Obat SELESAI


Kasir

3. Unit Terkait Unit Pendaftaran, Unit Pelayanan Obat, Unit Laboratorium


4. Dokumen Kartu Status Pasien, Buku Register, Form Cek list Kusta
terkait
5. Rekaman No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan tanggal
Historis

*) diisi bila perlu

5
Nomor :

Revisi Ke :

Berlaku Tgl :

SOP
KONFIRMASI PASIEN BARU

Penanggung Jawab

Disiapkan Diperiksa Disyahkan

Koordinator UKM Ketua Akreditasi Kepala Puskesmas

LULUK PEBRIYANTI,Amd.Keb dr. PITRIANI dr. EDDY S. MINOTO


NIP.19800212 200312 2 005 NIP.19750513 200604 2 017 NIP. 19590112 198710 1 002

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MAOSPATI
Jl. Raya Maospati no. 148 Kecamatan Maospati Kode Pos 63392
Telp. (0351) 869033 Email : maospati.pusk@gmail.com

6
KONFIRMASI PASIEN BARU
1. TUJUAN
Memberikan penanganan yang cepat dan tepat dan akurat di Puskesmas

2. IMPLEMENTASI KLAUSUL
Klausul

3. RUANG LINGKUP
Prosedur Kerja ini digunakan di P2 Kusta

4. DEFINISI
Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae
yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan syaraf pusat.

5. PENANGGUNGJAWAB
Wakil Supervisor Kusta Dinas Kesehatan Kota Surabaya
7
6. KRITERIA PENCAPAIAN
Semua pasien kusta baru di konfirmasi Wasor

7. PROSEDUR
7.1 Petugas Puskesmas melapor ke Wasor kalau ada pasien baru
7.2 Wasor menentukan hari untuk konfirmasi pasien baru
7.3 Wasor melakukan pemeriksaan fisik :
7.3.1 Periksa rasa raba pada kelainan kulit untuk mengetahui hilangnya rasa (dengan
menggunakan kapas yang diruncingkan ujungnya)
7.3.2 Pemeriksaan saraf tepi
Pemeriksaan dilakukan pada saraf Ulnaris pada siku, Peroneus Lateralis di
belakang lutut dan Tibialis Posterior di bawah mata kaki bagian dalam.
1. Perabaan (Palpasi) Saraf, perhatikan:
A. Apakah ada penebalan/pembesaran
iv. Apakah saraf kiri dan kanan sama besarnya
v. Apakah ada nyeri pada saraf yang diraba
2. Pemeriksaan Fungsi Saraf
 Fungsi Motorik Saraf Facialis
 Penderita diminta memejamkan mata
 Dilihat dari depan/samping apakah mata tertutup dengan sempurna
atau ada celah
 Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya lalu
dicatat.
 Fungsi Sensorik Saraf Ulnaris dan Medianus
 Posisi penderita: tangan yang akan diperiksa bertumpu pada
tangan kiri pemeriksa, sehingga semua ujung jari tersangga
 Pnderita diminta menutup mata atau menoleh kea rah berlawanan
dari tangan yang diperiksa
 Pemeriksa menyentuhkan ujung ballpen pada telapak tangan
penderita
 Penderita diminta menunjuk tempat yang dirasa disentuh
 Fungsi Sensorik Saraf Tibialis Posterior
 Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak
kaki menghadap ke atas
 Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki penderita
 Cara pemeriksaan sama seperti pada pemeriksaan fungsi sensorik
saraf Ulnaris dan Medianus
 Fungsi Kekuatan Otot (Saraf Ulnaris, Medianus dan Radialis)
 Jari Kelingking (Saraf Ulnaris)
8
 Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari 2,3 dan 4 tangan
kanan penderita dengan telapak tangan penderita menghadap
ke atas dan posisi ekstensi
 Minta penderita mendekatkan dan menjauhkan kelingking dari
jari-jari lainnya. Bila penderita dapat melakukannya,
 minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh dari jari
lainnya, dan kemudian ibu jari pemeriksa mendorong pada
bagian pangkal kelingking
 Penilaian:
Bila jari kelingking penderita tidak dapat mendekat atau
menjauh dari jari lainnya berarti sudah lumpuh

Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan


dorongan pemeriksa berarti lemah

Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorongan


pemeriksa berarti masih kuat
 Minta penderita menjepit sehelai kertas yang diletakkan
diantara jari manis dan kelingking,lalu pemeriksa menarik
kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan/jepitan
terhadap kertas tersebut
 Penilaian:
Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot
lemah
Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih kuat
 Ibu Jari (Saraf Medialis)
 Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai
kelingking tangan kanan penderita agar telapak tangan
penderita menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi
 Ibu jari penderita ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus
terhadap telapak tangan penderita, dan penderita diminta untuk
mempertahankan posisi tersebut
 Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari penderita
yaitu dari bagian batas antara punggung dan telapak tangan
mendekati telapak tangan
 Penilaian
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sudah lemah
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh

9
 Pergelangan Tangan (Saraf Radialis)
 Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah
tangan kanan penderita
 Penderita diminta menggerakkan pergelangn tangan kanan
yang terkepal ke atas (ekstensi)
 Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi (ke atas) lalu
dengan tangan kanan pemeriksa menekan tangan penderita ke
bawah kea rah fleksi
 Penilaian:
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh
 Fungsi Motorik Saraf Peroneus
 Dalam keadaan duduk penderia diminta mengangkat ujung
kaki dengan tumit tetap terletak di lantai/ekstensi maksimal
 Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu
pemeriksa dengan kedua tangan menekan punggung kaki
penderita ke bawah/lantai
 Penilaiaan:
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kuat
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh (ujung kaki tidak
bisa ditegakkan ke atas)
b. Wasor mencatat semua hasil pemeriksaan fisik pada kartu cek list
c. Wasor membuat Diagnosa Kusta dan Klasifikasinya
Klasifikasi Penyakit Kusta menurut WHO :
Tanda Utama PB MB
Bercak kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi yang disertai dengan Hanya satu Lebih dari satu
gangguan fungsi saraf saraf
Sediaan apusan BTA negatif BTA positif

d. Wasor mencatat diagnosa dan klasifikasi pada kartu pasien

e. Wasor memberikan terapi Kusta dengan Regimen MDT


Tipe PB < 10 tahun 10-15 ahun >15 tahun Keterangan
Rifampicin 450 mg/bulan 600 mg/bulan Minum di depan petugas

10
Berdasarkan 50 mg 100 mg Minum di depan petugas
DDS
berat badan 50 mg/hari 100 mg/hari Minum di rumah
Tipe MB < 10 tahun 10-15 ahun >15 tahun Keterangan

Rifampicin Berdasarkan 450 mg/bulan 600 mg/bulan Minum di depan petugas


berat badan
50 mg/bulan 100 mg/bulan Minum di depan petugas
DDS
50 mg/hari 100 mg/hari Minum di rumah

100 300 mg/bulan Minum di depan petugas


150 mg
Clofazimin mg/bulan
(Lampren) 50 mg, 50 mg, 50 mg Minum di rumah
2xseminggu Setiap 2 hari tiap hari
Petugas memanggil Petugas mencocokkan
kartu status dg Anamnesis Cek list
MULAI pasien sesua urutan
identitas pasien Konfirmasi
Dosis MDT bagi anak < 10 tahun:
Rifampicin : 10-15 mg/kgBB
DDS : 1-2 mg/kgBB
Clofazimin : 1 mg/kgBB Pemeriksaan
Fisik
(Cardinal
Sign)
7.8 Wasor mengambil kesimpulan dan mencocokkan dengan pemeriksaan petugas puskesmas

Ada Ragu Tidak Ada

KUSTA Tersangka
Bukan Kusta
8. ALUR PROSES
Jumlah bercak BTA Observasi 3-6 bln
Penebalan saraf & gg fungsi
BTA Selesai

Kartu
Status
Cardin Rujuk Buku
al Sign Rujukan
Bercak <= 5 Bercak > 5
Syaraf 1 Syaraf >1
BTA (-) BTA (+)

Ada Ragu
PB MB

Tidak Ada

Kartu status Beri Obat


Buku Register MDT
Form Kusta 11

Kasir Unit Obat SELESAI


9. REFERENSI
9.1 Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, 2013

10. DOKUMEN TERKAIT


10.1 Kartu Status Pasien
10.2 Buku Register
10.3 Form Cek list Kusta

11. UNIT TERKAIT


11.1 Unit Pendaftaran
11.2 Unit Pelayanan Obat
11.3 Unit Laboratorium

12. UNIT DISTRIBUSI


12.1 Poli Umum
12.2 Unit Rawat Inap

13. PERUBAHAN DOKUMEN

12
ISI PERUBAHAN TANGGAL MULAI
NO
DAHULU SEKARANG BERLAKU

13

Anda mungkin juga menyukai