Anda di halaman 1dari 146

RANCANGAN ALAT EKSPERIMENTAL OIL LEAKAGE

DETECTOR PADA PISTON ENGINE LYCOMING O-360


BERBASIS ARDUINO UNO

TUGAS AKHIR

Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Lulus Pendidikan


Program Studi Diploma IV Teknik Pesawat Udara

Oleh
IMAM SYAFI’I
NIT. 21417062

PROGRAM STUDI TEKNIK PESAWAT UDARA


POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG
SEPTEMBER 2021
ABSTRAK

RANCANGAN ALAT EKSPERIMENTAL OIL LEAKAGE


DETECTOR PADA PISTON ENGINE LYCOMING O-360
BERBASIS ARDUINO UNO

Oleh

IMAM SYAFI’I

NIT: 21417062

Program Studi D.IV Teknik Pesawat Udara

Dalam dunia penerbangan kebocoran pada sistem lubrikasi pesawat sangat


berbahaya apalagi disaat engine masih dalam keadaan hidup. Oleh karena itu
kebocoran pada oli harus segera diketahui oleh pilot atau teknisi sebelum terbang
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan saat terbang. Selain itu juga ketika
pesawat tidak dioperasikan lama, kemungkinan kebocoran dan lambatnya
penanganan dapat terjadi. Untuk itu perlu adanya sebuah alat untuk mendeteksi
dini kebocoran oli di pesawat sehingga dapat segera diperbaiki. Dengan belum
adanya alat pendeteksi kebocoran oli baik di pesawat piston maupun gas turbine,
maka muncul ide untuk merancang sebuah alat untuk mendeteksi kebocoran oli
yang dimana dapat membantu perawatan khususnya pada pesawat Sundowner C-
23 dengan Engine Lycoming O-360 di Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.
Dengan berkembangnya teknologi microcontroller, rancangan ini dapat
dikembangkan dengan basis microcontroller Atmega 328P yaitu Arduino UNO.

Dengan metode perancangan menurut (Pahl & Beitz, 1988), rancangan alat akan
dikembangkan sebagai alat eksperimental. Sehingga alat ini masih perlu penelitian
selanjutnya untuk lebih mengembangkan alat dalam mengindikasikan kebocoran
oli. Dengan rancangan yang telah dibuat dan telah melalui beberapa pengujian
dengan menghitung persentase keberhasilan, alat detector leak ini berhasil
memberikan indikasi adanya kebocoran oli. Dimana dengan tingkat keberhasilan
pengujian 100% dengan rata-rata waktu untuk mengindikasikan kebcoran adalah
33,88 detik dengan rata-rata debit kebocoran oli adalah 0,84 ml/s.

Kata kunci: Microcontroller, Arduino UNO, Oil Leakage Detector, Piston Engine

ii
ABSTRACT

DESIGN OF EXPERIMENTAL OIL LEAKAGE DETECTOR ON


PISTON ENGINE LYCOMING O-360 USING ARDUINO UNO

By

IMAM SYAFI’I

NIT: 21417062

D.IV Aircraft Engineering Study Program

In the world of aviation leaks in the aircraft lubrication system are very
dangerous especially when the engine is still alive. Therefore, leaks in the oil
should be immediately known by the pilot or technician before flying to avoid
unwanted things while flying. In addition, when the aircraft is not operated for a
long time, the possibility of leakage and slow handling can occur. For that there
needs to be a tool to detect early oil leaks in the aircraft so that it can be repaired
immediately. With the missing of oil leak detection devices in both piston and gas
turbine aircraft, the idea came up to design a device to detect oil leaks that can
help maintenance, especially sundowner C-23 aircraft with Lycoming O-360
Engine at The Indonesian Aviation Polytechnic Curug. With the development of
microcontroller technology, this design can be developed on the basis of Atmega
328P microcontroller, arduino UNO.

With design methods by (Pahl & Beitz, 1988), the design will be developed as an
experimental device. So this device still needs further research to further develop
devices in indicating oil leaks. With the design that has been made and has
through several tests with a percentage of success, this detector leak device
managed to give an indication of an oil leak. Where with a 100% test success rate
with an average time to indicate leaks is 33.88 seconds with an average oil leak
discharge of 0.84 ml/s.

Keywords: Microcontroller, Arduino UNO, Oil Leakage Detector, Piston Engine

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Tugas Akhir : “RANCANGAN ALAT EKSPERIMENTAL OIL LEAKAGE


DETECTOR PADA PISTON ENGINE LYCOMING O-360 BERBASIS
ARDUINO UNO” telah diperiksa dan disetujui untuk diuji sebagai salah satu
syarat lulus pendidikan Program Studi Diploma IV Teknik Pesawat Udara
Angkatan ke-12, Politeknik Penerbangan Indonesia Curug – Tangerang.

Nama : IMAM SYAFI’I

NIT 21417062

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

SIHONO, S.Pd., S.SiT., MM. WIRA GAUTHAMA, ST., S.SiT., M.Pd.


Pembina (IV/a) Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19551203 197903 1 001 NIP. 19700908 199403 1 001

KETUA PROGRAM STUDI

WIRA GAUTHAMA, ST., S.SiT., M.Pd.


Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19700908 199403 1 001

iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Tugas Akhir : “RANCANGAN ALAT EKSPERIMENTAL OIL LEAKAGE


DETECTOR PADA PISTON ENGINE LYCOMING O-360 BERBASIS
ARDUINO UNO” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir
Program Studi Teknik Pesawat Udara Angkatan ke-12, Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug – Tangerang. Tugas akhir ini telah di nyatakan LULUS Program
Diploma IV pada tanggal 17 September 2021.

KETUA SEKRETARIS

NURHEDHI DESRYANTO, ST., S.SiT., MM. Ir. HADI PRAYITNO, S.ST., M.A.
Pembina (IV/a) Penata (III/c)
NIP. 19631204 198703 1 001 NIP. 19751016 199803 1 003

ANGGOTA

WIRA GAUTHAMA, ST., S.SiT., M.Pd.


Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19700908 199403 1 001

v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Imam Syafi’i

NIT 21417062

Program Studi : Diploma IV Teknik Pesawat Udara

Menyatakan bahwa tugas akhir berjudul “RANCANGAN ALAT


EKSPERIMENTAL OIL LEAKAGE DETECTOR PADA PISTON ENGINE
LYCOMING O-360 BERBASIS ARDUINO UNO” merupakan karya asli saya
bukan merupakan hasil plagiarisme.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik dari Politeknik
Penerbangan Indonesia Curug (PPIC).

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Tangerang, 17 September 2021


Yang Membuat Pernyataan

Imam Syafi’i

vi
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR

Tugas akhir D.IV yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Politeknik Penerbangan Indonesia, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan
bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku
di Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. Referensi kepustakaan
diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan
seizin pengarang dan harus disertai dengan kaidah ilmiah untuk menyebutkan
sumbernya.

Sitasi hasil penelitian Tugas akhir ini dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia
sebagai berikut:

Syafi’i, Imam. (2021): Rancangan Alat Eksperimental Oil Leakage Detector Pada
Piston Engine Lycoming O-360 Berbasis Arduino UNO, Tugas Akhir
Program Diploma IV, Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tugas akhir haruslah


seizin Ketua Program Studi Teknik Pesawat Udara, Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug.

vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan
ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga harus dengan
ilmu.”

(Imam Asy-Syafi’i)

Dipersembahkan kepada

Ayahanda Wakiman, Ibunda Sulasih,

dan Adik Muhammad Khoirul Anwar

viii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga perancang dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Rancangan Alat Eksperimental Oil Leakage Detector Pada
Piston Engine Lycoming O-360 Berbasis Arduino UNO” dengan baik sebagai
salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma IV Jurusan Teknik Program
Studi Teknik Pesawat Udara Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. Tak lupa
sholawat serta salam kepada nabi besar Muhammad SAW.

Perancang menyadari bahwasannya tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan tepat
waktu tanpa adanya do’a, dukungan, dan bimbingan dari semua pihak yang
membantu perancang dalam penyusunan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih
perancang yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta, kedua orang tua Bapak Wakiman dan Ibu Sulasih, dan adik
satu-satunya Muhammad Khoirul Anwar, yang selama ini selalu memberikan
do’a, dukungan, dan segalanya yang yang dimiliki selama perancang
menempuh pemdidikan dari awal hingga lulus saat ini.
2. Bapak Asri Santosa, ST., S.SiT., MT. Selaku Direktur Politeknik
Penerbangan Indonesia Curug yang telah memberikan dukungan kepada
perancang dalam pembuatan tugas akhir ini.
3. Bapak Wira Gauthama, ST., S.SiT., M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Teknik Pesawat Udara Politeknik Penerbangan Indonesia Curug dan
sekaligus sebagai dosen pembimbing dua dalam penyusunan tugas akhir ini
atas arahan dan masukan yang telah diberikan.
4. Bapak Sihono Rekso Wiyono, S.Pd., S.SiT., MM. Yaitu selaku pembimbing
satu dalam penyusunan tugas akhir ini yang telah memberikan arahan,
masukan, dan solusi mulai dari awal pengajuan proposal hingga tugas akhir
ini dinyatakan selesai.
5. Seluruh dosen dan instruktur di Program Studi Teknik Pesawat Udara
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug yang telah memberikan bekal ilmu
yang tak ternilai dan sangat bermanfaat bagi perancang.

ix
6. Seluruh teman-teman seperjuangan di TPU angkatan 12 yang tidak dapat
perancang sebutkan satu persatu. Terima kasih telah berjuang bersama hingga
kini dan seterusnya.
7. Dan semua pihak terkait yang tidak dapat perancang sebutkan satu persatu,
yang sangat membantu dengan keikhlasan sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.

Perancang menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu perancang sangat terbuka untuk kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna kesempurnaan dari tugas akhir ini.

Tangerang, 17 September 2021


Perancang

Imam Syafi’i

x
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................ii
ABSTRACT.............................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI....................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................vi
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR...................................................vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.......................................................xix
Bab I Pendahuluan...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Identifikasi Masalah..................................................................................4

C. Batasan Masalah........................................................................................4

D. Rumusan Masalah.....................................................................................4

E. Tujuan dan Manfaat...................................................................................5

Bab II Tinjauan Pustaka...........................................................................................6


A. Teori Perawatan (Maintenance)................................................................6

1. Preventive Maintenance............................................................................6

2. Corrective Maintenance............................................................................7

B. Teori Piston Engine...................................................................................7

1. Sistem Lubrikasi Piston Engine................................................................7

2. Komponen Sistem Lubrikasi Piston Engine.............................................9

3. Oil Limitation..........................................................................................10

xi
C. Teori Fluida.............................................................................................10

1. Viskositas................................................................................................11

2. Klasifikasi Viskositas Oli........................................................................12

3. Pengaruh Temperatur Terhadap Viskositas............................................12

4. Teori Debit Aliran Fluida........................................................................13

D. Teori Dasar Teknik Digital......................................................................14

1. Konversi Data..........................................................................................14

2. Logic Circuit............................................................................................15

E. Teori Instrumentasi Teknik.....................................................................18

1. Sensor Warna Tipe TCS3200..................................................................18

2. Sensor Non-Contact Liquid Tipe XKC-Y25...........................................20

3. LCD I2C 16×2.........................................................................................22

F. Teori Arduino UNO................................................................................23

G. Teori Dasar Pemrogaman Arduino IDE..................................................25

1. Sistematika Penulisan Bahasa Pemrogaman...........................................25

2. Instruksi Utama Dalam Pemrogaman......................................................27

H. Teori Bahan.............................................................................................28

1. Bahan Akrilik..........................................................................................28

2. Material Polyurethane.............................................................................28

I. Teori Baterai............................................................................................29

J. Perhitungan Hasil Percobaan...................................................................32

K. Preliminary Hazard analysis...................................................................32

L. Penelitian Sebelumnya............................................................................33

Bab III Metodologi Penelitian................................................................................35


A. Jenis Penelitian........................................................................................35

B. Kerangka Berpikir...................................................................................37

xii
1. Potensi dan Masalah................................................................................38

2. Studi Literatur..........................................................................................38

3. Analisis dan Pengumpulan Data..............................................................38

4. Perancangan Alat.....................................................................................39

5. Uji Coba..................................................................................................40

6. Analisis Hasil Pengujian.........................................................................41

7. Kesimpulan dan Saran.............................................................................41

C. Desain Perancangan................................................................................41

D. Waktu dan Lokasi Perancangan..............................................................42

Bab IV Pembahasan...............................................................................................43
A. Analisis dan Pengumpulan Data..............................................................43

1. Analisis Kasus Kebocoran.......................................................................43

2. Analisis Kebocoran Oli...........................................................................47

3. Analisis Rancangan.................................................................................53

B. Perancangan Alat.....................................................................................55

1. Sistem Rancangan...................................................................................55

2. Rangka Rancangan..................................................................................58

3. Detail Rancangan....................................................................................63

C. Uji Coba..................................................................................................67

1. Pengujian dengan Oli..............................................................................67

2. Pengujian dengan Fuel............................................................................69

3. Pengujian dengan Air..............................................................................71

D. Analisis Hasil Pengujian.........................................................................73

Bab V Kesimpulan dan Saran................................................................................75


A. Kesimpulan..............................................................................................75

B. Saran........................................................................................................76

xiii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................78
LAMPIRAN...........................................................................................................82

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1 Seal rusak dan keluar dari tempatnya..................................................2


Gambar II. 1 Sistem pelumasan wet sump...............................................................8
Gambar II. 2 Sistem pelumasan dry sump...............................................................8
Gambar II. 3 Tingkat kekentalan fluida.................................................................11
Gambar II. 4 Debit fluida.......................................................................................13
Gambar II. 5 Blok diagram konsep ADC dan DAC..............................................14
Gambar II. 6 Simbol fungsi AND..........................................................................15
Gambar II. 7 Simbol fungsi OR.............................................................................16
Gambar II. 8 Simbol fungsi NOT..........................................................................17
Gambar II. 9 Simbol fungsi NAND.......................................................................17
Gambar II. 10 Simbol fungsi NOR........................................................................17
Gambar II. 11 Sensor Warna TCS3200.................................................................18
Gambar II. 12 Pin sensor warna TCS3200............................................................19
Gambar II. 13 Non-contact liquid XKC-Y25........................................................20
Gambar II. 14 Pin LCD 16x2.................................................................................22
Gambar II. 15 Modul LCD terintegrasi dengan modul I2C...................................23
Gambar II. 16 Contoh modul Arduino UNO.........................................................23
Gambar II. 17 Contoh sketch program di Arduino IDE........................................25
Gambar II. 18 Contoh coding blok statement........................................................26
Gambar II. 19 Contoh coding blok fungsi.............................................................27
Gambar II. 20 Akrilik.............................................................................................28
Gambar II. 21 Konstruksi dasar dari sel primer kering..........................................30
Gambar III. 1 Metode perancangan.......................................................................35
Gambar III. 2 Diagram alir....................................................................................37
Gambar IV. 1 Hasil analisis sistem lubrikasi Lycoming O-360............................47
Gambar IV. 2 Warna oli baru dan lama.................................................................53
Gambar IV. 3 Blok diagram hasil gambaran umum rancangan.............................56
Gambar IV. 4 Hasil rancangan wiring pada rangkaian modul...............................56
Gambar IV. 5 Hasil coding program Arduino UNO..............................................57
Gambar IV. 6 Rancangan container.......................................................................58

xv
Gambar IV. 7 Dimensi container...........................................................................59
Gambar IV. 8 Dimensi electronic compartment....................................................59
Gambar IV. 9 Dimensi catch pot...........................................................................60
Gambar IV. 10 Letak saluran antara catch pot dan container...............................60
Gambar IV. 11 Penempatan komponen terpadu....................................................61
Gambar IV. 12 Dimensi attachment......................................................................62
Gambar IV. 13 Rancangan attachment..................................................................62
Gambar IV. 14 Gambaran pemasangan alat pada cowling....................................62
Gambar IV. 15 Pembacaan indikator pengujian dengan oli..................................69
Gambar IV. 16 Pembacaan indikator pengujian dengan fuel................................71
Gambar IV. 17 Pembacaan indikator pengujian dengan air..................................73

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Indeks viskositas oli.............................................................................12


Tabel II. 2 Truth table fungsi AND........................................................................15
Tabel II. 3 Truth table fungsi OR...........................................................................16
Tabel II. 4 Truth table fungsi NOT........................................................................16
Tabel II. 5 Truth table fungsi NAND.....................................................................17
Tabel II. 6 Truth table fungsi NOR........................................................................18
Tabel II. 7 Mode pemilihan photodiode.................................................................19
Tabel II. 8 Fungsi pin sensor warna TCS3200.......................................................19
Tabel II. 9 Spesifikasi sensor non-contact liquid XKC-Y25.................................20
Tabel II. 10 Nama pin dan fungsi sensor XKC-Y25..............................................21
Tabel II. 11 Trouble shooting pada sensor XKC-Y25...........................................21
Tabel II. 12 Spesifikasi Arduino UNO..................................................................24
Tabel II. 13 Nilai tipe data C Arduino...................................................................25
Tabel II. 14 Ketahanan temperatur akrilik.............................................................28
Tabel II. 15 Sifat-sifat Polyurethane......................................................................29
Tabel II. 16 Jurnal penelitian terkait dengan perancangan....................................33
Tabel IV. 1 Analis kasus kebocoran oli Ryan PT-22............................................43
Tabel IV. 2 Analisis kasus kebocoran oli Cessna 175...........................................44
Tabel IV. 3 Analisis oli pada cowling bawah Sundowner C23..............................45
Tabel IV. 4 Analisis lokasi kebocoran oli..............................................................49
Tabel IV. 5 Limitasi temperatur oli Lycoming O-360...........................................52
Tabel IV. 6 Analisis rencana rancangan................................................................53
Tabel IV. 7 Hasil pembacaan logika dari program................................................57
Tabel IV. 8 Daftar komponen terpadu yang akan digunakan................................63
Tabel IV. 9 Hasil uji coba alat keseluruhan dengan oli.........................................67
Tabel IV. 10 Debit aliran oli dalam percobaan alat...............................................68
Tabel IV. 11 Hasil uji coba alat keseluruhan dengan fuel....................................69
Tabel IV. 12 Debit aliran fuel dalam percobaan alat.............................................70
Tabel IV. 13 Hasil uji coba alat keseluruhan dengan air.......................................71
Tabel IV. 14 Debit aliran air dalam percobaan alat...............................................72

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Pilot’s Operating Handbook Beechcraft Sundowner C23.................83


Lampiran B 100 Hours Inspection Beechcraft Sundowner 180 C23.....................84
Lampiran C Jurnal High Oil Consumption pada Engine.......................................85
Lampiran D Spesifikasi Lycoming O-360.............................................................87
Lampiran E Kasus 1 Kebocoran Oli......................................................................90
Lampiran F Kasus 2 Kebocoran Oli......................................................................91
Lampiran G Oli pada Lycoming O-360 di cowling bawah Sundowner C23.........93
Lampiran H Coding Program Microcontroller Arduino UNO..............................95
Lampiran I Referensi 1 Rancangan Container.....................................................102
Lampiran J Referensi 2 Rancangan Container.....................................................103
Lampiran K Referensi 3 Rancangan Container...................................................104
Lampiran L Temperatur dan Tekanan Oli pada Engine Lycoming O-360..........105
Lampiran M Foto Perancangan dan Uji Coba.....................................................106
Lampiran N Data sheet spesifikasi Arduino UNO...............................................110
Lampiran O Data sheet spesifikasi Atmega 328P................................................113
Lampiran P Data sheet spesifikasi sensor warna TCS3200.................................115
Lampiran Q Data sheet spesifikasi sensor non-contact liquid XKC-Y25...........117
Lampiran R Jadwal Pelaksanaan Penelitian.........................................................120
Lampiran S Wiring Diagram Sistem Pendeteksi Kebocoran oli..........................121
Lampiran T Koneksi antar modul elektronik.......................................................122
Lampiran U Engineering Drawing Container......................................................124
Lampiran V Engineering Drawing Atachment....................................................125

xvii
i
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Pemakaian pertama
Singkatan Nama
kali pada halaman
POH Pilot Operating Handbook 1
CASR Civil Aviation Safety Regulation 1
NTSB The National Transportation Safety Board 2
IDE Integrated Develpoment Environment 3
USB Universal Serial Bus 3
Automatic Voltage Regulator- Reduced
AVR-RISC 3
Instruction Set Computing
KB Kilo Bit 3
Electrically Erasable Programmable
EEPROM 3
Read-Only Memory
SRAM Static Random Access Memory 3
HP Horsepower 10
SAE Society of Automotive Engineer 12
ADC Analog to Digital Converter 14
DAC Digital to Analog Converter 14
IC Integrated Circuit 18
LED Light Emitting Diode 19
LCD Liquid Crystal Display 22
I2C Inter Integrated Circuit 22
SDA Serial Data 22
SCL Serial Clock 22
DC Direct Current 23
Li-Ion Lithium Ion 30
Li-Po Lithium polymer 30
AVGAS Aviation Gasoline 40
RGB Red Green Blue 63

xix
Pemakaian pertama
Lambang Arti
kali pada halaman
v Kecepatan 11
F Gaya 11
cP Satuan Viskositas Dinamis 12
Q Debit Fluida 13
V Volume Fluida 13
t Satuan Waktu (detik) 13
A Luas Penampang Pipa 13
L Panjang Pipa 13
V Tegangan (Volt) 19
mA Satuan Arus (mili Ampere) 20
mm Satuan Panjang (milimeter) 20
Mhz Mega Hertz 24
cm Satuan Panjang (sentimeter) 28
°C Derajat Selsius 29
R Hambatan 31
I Arus 31
Ω Ohm (Satuan Hambatan) 31
Q Muatan Listrik 31
c Discharge Rate 31
C Satuan Coulomb 31
Satuan Kapasitas Baterai(mili Ampere
mAh 31
Hours)
N Jumlah Percobaan 32
ml Satuan Volume (mili liter) 52

xx
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pesawat terbang merupakan alat transportasi yang sangat kompleks dengan
didukung banyak sistem di dalamnya guna membantu pengoperasian pesawat
tersebut. Salah satu sistem yang ada di pesawat yaitu lubrication system atau
sistem pelumasan. Sistem ini berfungsi untuk melumasi komponen-komponen
yang bergerak seperti gearbox, bearing, piston, crankshaft, dan rocker arm
agar mengurangi gaya gesek yang besar. Namun sistem pelumasan pada
pesawat sangat rawan terjadi masalah, salah satunya yaitu kebocoran oli
dimana risikonya sangat berbahaya apabila kondisi ini diabaikan. Keausan
pada moving parts dapat terjadi seperti pada gear box dan bearing sehingga
kinerja engine dapat menjadi tidak normal. Selain itu engine dapat mengalami
overheat karena kapasitas oli berkurang dan tidak mampu mengurangi panas
berlebih pada engine (Widianto & Hartopo, 2016). Akibat fatal dari kebocoran
oli ini yaitu turunnya tenaga engine yang dapat mengakibatkan kecelakaan
dalam pengoperasian pesawat apalagi ketika kondisi terbang.

Perawatan engine yang benar dan sesuai maintenance manual merupakan


mandatory yang harus dilaksanakan oleh para teknisi guna mencegah masalah
kebocoran oli pada engine. Pelaksanaan perawatan pada pesawat yaitu
“Pelaksanaan tugas-tugas yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan
kelaikudaraan suatu pesawat udara, termasuk salah satu atau kombinasi dari
overhaul, inspeksi, penggantian, pembetulan cacat, dan perwujudan modifikasi
atau perbaikan” (CASR, 2017, hal. 47). Seperti pada POH (Pilot Operating
Handbook) pesawat Beechcraft Sundowner C23 (Lampiran A), bahwasannya
pengecekan kapasitas oli sebelum terbang, penggantian oli ketika 50 hours
inspection (Beechcraft, 2010). Pada maintenance manual pesawat Beechcraft
Sundowner 180 C23 (Lampiran B), section V periodic inspection schedule
disebutkan bahwa inspeksi pada interval 100 jam terhadap kebocoran pada
engine accessories seperti oil cooler, oil line, rocker box covers, magnetos

1
seal, intake seal, dan crankcase perlu dilakukan (Beechcraft, 1997). Namun
dalam beberapa kasus masih dapat terjadi masalah kebocoran oli pada sistem
pelumasan engine karena perawatan engine yang tidak sesuai dengan
maintenance manual.

Seperti kasus kecelakaan yang baru terjadi di pesawat piston engine Ryan PT-
22 tepatnya pada 23 Februari 2020 dikarenakan kebocoran pada seal.
Kebocoran oli terjadi tidak secara signifikan, sehingga tidak diketahui pilot
saat terbang. Setelah dianalisis pada saat pembongkaran engine, baru diketahui
kebocoran berasal dari seal yang telah rusak antara accessory section dan
engine casing. Dan setelah dilakukan pengecekan dalam engine logbook,
didapatkan fakta bahwa seal tersebut terakhir dipasang pada tahun 1977.
Akibatnya seal yang sudah overtime tersebut keluar dari tempatnya dan
menimbulkan kebocoran oli (BEA, 2021).

Gambar I. 1 Seal rusak dan keluar dari tempatnya


(BEA, 2021, hal. 4)

Selain itu juga laporan dari NTSB (The National Transportation Safety Board)
USA, bahwasannya telah terjadi kecelakaan mengakibatkan 1 korban pada
pesawat Cessna 175 dengan nomor registrasi N9408B di Battle Creek, MI pada
tanggal 11 Februari 2006. Dari analisis NTSB, pesawat telah mengalami
kebocoran oli dari nose seal pada reduction gear case saat pesawat cruising
sehingga menyebabkan oil pressure nol yang berdampak hilangnya tenaga
engine. Kemudian pesawat melakukan pendaratan darurat namun terganggu
jarak pandang pilot karena adanya ceceran oli di windshield (DeLisi, 2018).
Dan juga adanya temuan bekas oli pada cowling bawah pada pesawat
Sundowner C23 yang merupakan pesawat trainer dan menjadi temuan pada

2
saat peninjauan lapangan. Oli mengumpul pada cowling bawah akibat dari
pesawat yang sudah lama tidak dilakukan perawatan secara maksimal sesuai
dengan maintenance manual (Lampiran G).

Dengan masih terjadinya kasus kebocoran oli dan menghindari kurang


maksimalnya perawatan pada sistem pelumasan engine, maka dari segi teknis
perlu adanya alat pendukung perawatan engine seperti alat deteksi kebocoran
oli. Tujuannya yaitu agar kebocoran oli pada engine pesawat dapat diketahui
oleh teknisi yang sedang melakukan inspeksi maupun orang lain yang berada
di sekitar pesawat sehingga dapat segera diketahui dan dilakukan perbaikan.
Selain itu alat pendeteksi kebocoran ini juga sebagai double check saat
dilakukan inspeksi kebocoran dalam perawatan sistem pelumasan engine untuk
meyakinkan bahwa sistem pelumasan dalam kondisi safe. Adanya regulasi
yang berlaku dalam penambahan komponen diluar dari produksi pabrik pada
pesawat hidup menjadi pertimbangan perancang. Oleh karena itu rancangan
alat ini bersifat eksperimental dan tidak dipasang secara tetap. Belum adanya
penelitian yang membahas tentang sebuah alat detektor kebocoran oli pada
pesawat merupakan salah satu motivasi perancang untuk melakukan penelitian
ini.

Dengan berkembangnya teknologi microcontroller saat ini, perancang


mencoba membuat rancangan alat eksperimental yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kebocoran oli ini menggunakan microcontroller. Salah satu
microcontroller yang banyak dipakai adalah Arduino UNO yang merupakan
sebuah circuit board yang dikembangkan oleh Arduino Software yang berbasis
microcontroller Atmega328P. Atmega328P sendiri adalah sebuah chip
microcontroller 8-bit yang berbasis AVR-RISC buatan Atmel yang memiliki
kapasitas memori 32 kb ISP flash dengan kemampuan baca dan tulis atau read-
write, 1 kb EEPROM, dan 2 kb SRAM. Karena memiliki kapasitas memori
flash sebesar 32 kb, chip ini kemudian diberi nama Atmega328P. Arduino
UNO ini dapat digunakan dengan terlebih dahulu dilakukan pemrograman
menggunakan software Arduino IDE (Integrated Develpoment Environment)
yang berbasis bahasa pemrogaman C dengan langsung menghubungkan ke
laptop menggunakan kabel USB (Handoko, 2017).

3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, perancang mencoba
mengidentifikasi masalah yang ada diantaranya yaitu:
1. Apa risiko yang ditimbulkan dari kebocoran oli pada engine pesawat jika
kebocoran diabaikan dan tidak dilakukan perbaikan?
2. Apa saja prosedur maintenance engine pesawat yang sesuai manual pabrik
agar tidak terjadi masalah kebocoran oli?
3. Bagaimana cara mengatasi kejadian kebocoran oli pada engine yang tidak
signifikan saat kondisi terbang?
4. Bagaimana merancang alat yang dapat mendeteksi kebocoran oli untuk
membantu perawatan engine pesawat?
5. Apa saja regulasi yang mengatur tentang pengaplikasian komponen yang
bukan produksi pabrik (eksperimental) pada pesawat hidup?

C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang sudah disebutkan, perancang memberi batasan
masalah agar tugas akhir ini mempunyai tujuan yang jelas dan dapat
diselesaikan tepat waktu yaitu bagaimana merancang alat yang dapat
mendeteksi kebocoran oli berbasis microcontroller Atmega 328P (Arduino
UNO).

D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan serta
batasan-batasan masalah yang ada, perancang merumuskan masalah yang
timbul yaitu:

1. Bagaimana analisis kebocoran oli pada Engine Lycoming O-360?


2. Bagaimana rancangan alat yang dapat mendeteksi kebocoran oli berbasis
Arduino UNO sebagai alat eksperimental pada piston engine Lycoming O-
360?
3. Bagaimana keefektifan alat dalam memberikan indikasi adanya kebocoran
oli pada Engine LycomingO-360?

4
E. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan perancangan alat eksperimental oil leakage detector ini adalah:
a. Menganalisis kebocoran oli pada Engine Lycoming O-360.
b. Menganalisis rancangan yang dapat mendeteksi kebocoran oli berbasis
Arduino UNO.
c. Menganalisis keefektifan alat dalam memberikan indikasi adanya
kebocoran oli pada Engine LycomingO-360.

2. Manfaat perancangan alat eksperimental oil leakage detector adalah:


a. Dapat meningkatkan safety bagi pilot maupun engineer dari potensi
bahaya dalam pengoperasian pesawat terbang karena kebocoran oli dapat
segera diketahui.
b. Dapat mendeteksi kebocoran oli pada engine ketika pesawat dalam
keadaan telah dioperasikan (grounding) hingga preflight check agar jika
terjadi kebocoran segera diketahui dan segera dilakukan tindakan.
c. Membantu proses perawatan engine pada sistem pelumasan sehingga
mengurangi terjadinya kebocoran berulang kali yang dapat menimbulkan
kerugian waktu, tenaga, juga biaya dalam proses maintenance.
d. Sebagai salah satu inovasi dibidang penerbangan dalam pengembangan
teknologi pendeteksi kebocoran oli dalam perawatan engine pesawat
menggunakan microcontroller Arduino UNO.

5
Bab II
Tinjauan Pustaka

A. Teori Perawatan (Maintenance)


Dalam (CASR, 2017, hal. 47) pelaksanaan perawatan pada pesawat yaitu
“Pelaksanaan tugas-tugas yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan
kelaikudaraan suatu pesawat udara, termasuk salah satu atau kombinasi dari
overhaul, inspeksi, penggantian, pembetulan cacat, dan perwujudan modifikasi
atau perbaikan”. Perawatan engine yang benar dan sesuai maintenance manual
merupakan mandatory yang harus dilaksanakan oleh para teknisi guna
mencegah masalah yang dapat timbul pada engine.

Ada beberapa jenis maintenance diantaranya yaitu corrective maintenance,


preventive maintenance, dan total productive maintenance. Dalam pembahasan
ini hanya akan di bahas preventive maintenance dan corrective maintenance:

1. Preventive Maintenance
Preventive maintenance menurut (CASR, 2017) yaitu proses operasi atau
perawatan sederhana seperti penggantian suku cadang dalam standar kecil
dan tidak melibatkan operasi perakitan yang rumit. Selain itu juga
preventive maintenance dapat diartikan sebagai perawatan pencegahan yang
dilakukan pada sistem maupun komponen yang telah dilakukan pengawasan
dan pencatatan yang sistematik agar sistem atau komponen dapat dalam
kondisi sesuai fungsinya. Dengan adanya preventive maintenance ini
kondisi sistem maupun komponen selalu terjamin setiap saat dan tidak
mengganggu proses operasinya. Dalam jurnal (Pandi et al., 2014) preventive
maintenance ini dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic
maintenance:

a. Routine Maintenance
Routine maintenance merupakan proses perawatan dan pemeliharaan
terhadap komponen atau sistem pada engine secara rutin dilakukan setiap
hari. Contohnya yaitu: daily check, preflight check, dan lain-lain.

6
b. Periodic Maintenance
Periodic maintenance merupakan proses perawatan engine dalam jangka
waktu tertentu seperti dalam berapa jam sekali atau beberapa minggu
sekali. Dalam perawatan engine contohnya yaitu 50 hours inspection,
100 hours inspection, dan lain-lain.

2. Corrective Maintenance
Dalam jurnal (Pandi et al., 2014) proses corrective maintenance ini adalah
proses perawatan yang dilakukan setelah ditemukan adanya masalah atau
kerusakan pada sistem maupun komponen. Proses perawatan ini dapat
diartikan juga dengan proses perbaikan atau repair. Pelaksanaan corrective
maintenance ini adalah akibat dari tidak dilaksanakannya ataupun kurang
maksimalnya pelaksanaan dari proses preventive maintenance. Sehingga
terjadinya kerusakan pada sistem maupun komponen yang akhirnya harus
dilaksanakan corrective maintenance. Akibatnya yaitu timbul hambatan
dalam pengoperasian sistem dan komponen sehingga mengganggu proses
lainnya.

B. Teori Piston Engine

1. Sistem Lubrikasi Piston Engine


Dalam buku (Sanderson Inc., 2003) Fungsi utama dari sistem lubrikasi pada
engine pesawat yaitu mengurangi gaya gesek yang diakibatkan oleh putaran
engine. Selain sebagai pelumas, oli juga berfungsi untuk menghilangkan
panas berlebih pada engine. Fungsi lain dari oli pelumas adalah sebagai seal
pada komponen yang bergerak, membersihkan engine, dan melindungi
komponen-komponen engine dari karat.

Ada beberapa teknik pelumasan yang ada pada reciprocating engine yaitu
lubrikasi pressure, splash, dan spray. Dan umumnya sistem pelumasan
piston engine diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Wet Sump
Pada sistem wet sump semua oli akan terangkut didalam bak/sump
engine. Oli diambil oleh oil pump dan distribusikan ke seluruh moving

7
part dalam engine dengan teknik pelumasan tertentu kemudian akan
kembali jatuh by gravity dan tertampung kembali di oil sump. Berikut
adalah gambaran sistem pelumasan wet sump:

Gambar II. 1 Sistem pelumasan wet sump


(Sanderson Inc., 2003, hal. 9-9)

b. Dry Sump
Sedangkan dalam sistem dry sump oli pelumas disimpan diwadah
terpisah. Kemudian dengan oil pump oli akan di pompa keseluruh
komponen engine. Setelah diedarkan keseluruh engine, oli akan
terakumulasi didasar bak engine. Dimana akan ada scavenge pump yang
akan mengalirkan oli kembali dari dasar engine ke tangki khusus oli.
Berikut adalah gambaran sistem pelumasan dry sump:

Gambar II. 2 Sistem pelumasan dry sump


(Sanderson Inc., 2003, hal. 9-10)

8
2. Komponen Sistem Lubrikasi Piston Engine
Pada sistem lubrikasi piston engine terdapat beberapa komponen yang ada
didalamnya, pada umumnya yaitu: oil sump, oli pump, pressure relief valve,
oil filter, oil cooler, dan lain-lain. Komponen-komponen ini digunakan pada
untuk melumasi seluruh bagian engine yang bergerak dan bergesekan serta
mengeluarkan panas dari engine (Sanderson Inc., 2003).

a. Oil Reservoir
Oil reservoir merupakan wadah yang digunakan untuk menampung oli.
Kapasitasnya ditentukan oleh volume oli yang dibutuhkan pada setiap
engine ditambah dengan 10% dari keseluruhan atau sekitar 0,5 gallon
sebagai ruang untuk ekspansi. Pada sistem pelumasan wet sump, oil
reservoir terdapat pada engine crankcase.

b. Oil Pump
Oil pump yaitu sebagai komponen yang mengalirkan oli dari reservoir ke
sistem. Ada beberapa jenis oil pump yang digunakan yaitu gear type
pump, dan gerotor pump.

c. Pressure Relief Valve


Komponen ini memiliki fungsi untuk mengatur tekanan oli yang ada
pada sistem pelumasan sehingga tekanan oli selalu konstan.

d. Oil Filter
Tujuan adanya oil filter ini yaitu untuk menyaring partikel-partikel yang
masuk dalam sistem sehingga aliran oli tetap lancar. Pada komponen ini
perlu adanya perawatan pada filter yaitu dengan melakukan penggantian
sesuai program perawatan yang berlaku.

e. Oil Cooler
Oil cooler ini berfungsi sebagai pertukaran panas yang dibawa oli dari
engine ke udara.

9
3. Oil Limitation
Dalam (Lycoming, 2016) dijelaskan bahwa oli maksimal yang dapat
ditampung dalam sump pada jenis engine Lycoming O-360 yaitu 8 quarts
(Lampiran D). Dimana dalam kondisi normal untuk beroperasi minimal
adalah 6 quarts. Sehingga apabila terjadi kebocoran pada sistem lubrikasi
maksimal kebocoran selama pengoperasian adalah 2 quarts.

Dalam (Beechcraft, 2010) juga dijelaskan apabila saat proses starting


engine oil pressure tidak menunjukkan kenaikan dalam waktu 30 detik,
maka segera untuk mematikan engine. Kemudian diinstruksikan untuk
melakukan pengecekan pada oil line, oil cooler, ataupun tempat lain yang
memiliki kemungkinan terjadi kebocoran oli.

Dalam kasus oil consumption pada engine, dalam beberapa kondisi masih
diperbolehkan. Berdasarkan (L. Engines, 2010) batas dari oil consumption
yang masih diperbolehkan maksimal yaitu sesuai dengan hasil rumus
sebagai berikut:

0,006 × 𝐻𝑃 × 4 ÷ 7,4 = 𝑄𝑡/𝐻𝑟 II. 1

Dari rumus di atas akan didapatkan hasil dalam quart per jam. Artinya
untuk engine Lycoming O-360 dengan 180 horsepower akan memiliki nilai
maksimum oil consumption sekitar setengah liter per jam masih dikatakan
normal.

C. Teori Fluida
“Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat
padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa
digolongkan dalam fluida.” (Abidin & Wagiani, 2013, hal. 62). Fluida dinamis
dilihat ketika fluida dalam kondisi bergerak atau mengalir. Setiap fluida
memiliki karakter tersendiri. Dalam hal ini misalnya fluida cairan yaitu oli
pelumas dan air memiliki nilai viskositas yang berbeda. Oleh karena itu, fluida
mempunyai beberapa sifat.

10
1. Viskositas
Menurut (Lubis, 2018) viskositas disebut juga sebagai kekentalan fluida
dimana gesekan yang timbul antara lapisan-lapisan fluida pada saat fluida
bergerak saling melewati antar lapisan tersebut. Semakin mudah juga fluida
tersebut untuk mengalir (encer). Besarnya gesekan yang ditimbulkan
didefinisikan sebagai derajat kekentalan fluida. Dalam dunia otomotif fluida
atau cairan yang banyak di bahas adalah oli pelumas. Oli didefinisikan
dengan suatu zat yang berada pada dua permukaan yang bergerak relatif
guna memberikan pencegahan terjadinya gesekan padat (solid friction)
antar permukaan tersebut. Viskositas pada oli pelumas juga berbeda beda
disesuaikan dengan kebutuhan setiap engine.

Pelat bergerak

Pelat diam
Gambar II. 3 Tingkat kekentalan fluida
(Lubis, 2018, hal. 28)

Dari gambar di atas, fluida ditempatkan antara pelat yang sejajar. Kemudian
salah satu pelat (atas) digerakkan dengan kecepatan tetap sebesar v dengan
ke arah kanan sejajar dengan kedua pelat. Dimisalkan fluida tersebut adalah
oli, maka lapisan permukaan oli pada bagian atas yang bersentuhan dengan
pelat yang bergerak akan ikut bergerak dengan nilai dan arah kecepatan
yang sama yaitu v. Lapisan bawah oli yang bersentuhan dengan pelat yang
diam juga akan diam v = 0. Akibatnya gradien kecepatan akan terbentuk.
Dan dibutuhkan adanya gaya sebesar F untuk mempertahankan nilai
kecepatan v.

Salah satu faktor terpenting yang harus dimiliki oleh minyak pelumas
adalah viskositasnya. Jika viskositas minyak pelumas rendah maka minyak
pelumas tersebut akan mudah terlepas akibat besarnya tekanan dan

11
kecepatan dari bagian-bagian yang bergerak dan saling bergesekan tersebut
(Maulida & Rani, 2012, hal. 20).

2. Klasifikasi Viskositas Oli


Menurut (Hasugian, 2018) ketika panas oli cenderung menjadi encer dan
mudah mengalir. Sedangkan ketika dingin cenderung kental dan sulit
mengalir. Tetapi masing-masing kecenderungan tersebut tidak sama untuk
semua oli. Kekentalan atau viskositas oli dinyatakan dengan angka yang
disebut indeks viskositas (indeks kekentalan). Semakin rendah nilai
indeksnya, olinya semakin encer, dan sebaliknya. Suatu badan internasional
SAE (Society of Automotive Engineers) memiliki standar viskositas dengan
awalan SAE didepan nilai indeks kekentalan. Umumnya menentukan
temperatur yang sesuai dimana oli tersebut digunakan. namun memilih oli
harus hati-hati, tidak hanya yang sesuai dengan temperatur setempat tapi
juga kondisi dan spesifikasi kerja engine. Satuan internasional viskositas
yaitu pascal-sekon, biasa digunakan satuan Poise (P). Konversinya 1 Pa.s =
0,100 kg/m.s = 10 P. Berikut hubungan antara temperatur sekitar dan indeks
viskositas dari oli mesin:

Tabel II. 1 Indeks viskositas oli


(Hasugian, 2018)
Viskositas (cP) @
Viskositas (cP) @ 100°C (ASTM D-
Viskositas -18°C (ASTM D-
445)
SAE Grade 2606)
Maksimum Minimum Maksimum
5W 1250 3,8 -
10W 2500 4,1 -
20W 10000 5,6 -
20 - 5,6 9,3
30 - 9,3 12,5
40 - 12,5 16,3
50 - 16,3 21,9

3. Pengaruh Temperatur Terhadap Viskositas


Berdasarkan jurnal (Maulida & Rani, 2012) hasil penelitian menunjukkan
bahwa oli yang diberikan suhu tinggi akan menurunkan nilai viskositasnya.

12
Sehingga oli akan menjadi lebih encer. Begitu sebaliknya ketika oli
diberikan suhu yang lebih rendah viskositas oli naik dan oli menjadi lebih
kental. Menurunnya viskositas oli ketika diberikan suhu yang tinggi yaitu
karena molekul-molekul pada oli yang awalnya jaraknya berdekatan dan
memiliki gaya kohesi yang kuat antar molekul menjadi berkurang.
Hambatan pada gerakan molekul juga akan berkurang yang mengakibatkan
oli menjadi lebih encer. Hal ini terjadi karena viskositas merupakan indeks
dari hambatan tersebut, ketika temperatur meningkat viskositas akan turun.
“Sedangkan kekentalan atau viskositas dari minyak pelumas dianggap
sesuai dengan kebutuhan jika masih tetap tinggi meski terkena suhu atau
temperatur yang tinggi akibat bekerjanya mesin dan masih mampu pula
menahan beban maksimum.” (Maulida & Rani, 2012, hal. 28).

4. Teori Debit Aliran Fluida


Debit atau laju volume suatu fluida merupakan ukuran banyaknya volume
fluida yang dapat melewati suatu pipa atau yang dapat ditampung dalam
suatu wadah dalam satuan waktu tertentu (Abidin & Wagiani, 2013). Debit
fluida dapat dirumuskan seperti berikut:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 =
𝑆𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑉
𝑄=
𝑡

Gambar II. 4 Debit fluida


(Abidin & Wagiani, 2013)

Ketika fluida mengalir dalam pipa tersebut sejauh L, maka volume fluida di
dalam pipa adalah: 𝑉 = 𝐴 × 𝐿. Dan fluida mengalir dalam pipa dalam
selang waktu tertentu, sehingga debit fluida adalah:
Q=A×v

13
A(v × t)
Q=
t
A×L
Q=
t
𝑉
𝑄= II. 2
𝑡
Dengan keterangan dan sistem satuan internasional (SI) sebagai berikut:

V = Volume fluida (m3) t = Selang waktu (s)


A = Luas penampang (m2) Q = Debit fluida (m3/s)
L = Panjang pipa (m) v = Kecepatan aliran (m/s2)

D. Teori Dasar Teknik Digital

1. Konversi Data
Sinyal analog dalam sistem pesawat digunakan sebagai parameter untuk
menunjukkan tekanan, suhu, suara, dan lain-lain. Semakin berkembangnya
sistem komputerisasi, sinyal analog harus diubah menjadi sinyal digital dan
sebaliknya. Seperti contoh pada komunikasi di penerbangan, pada saat pilot
berbicara berupa sinyal analog, kemudian diterima microphone dan di
dalam sistem alat komunikasi diubah menjadi sinyal digital untuk dikirim ke
tower. Sinyal digital akan dikonversi kembali menjadi sinyal analog yang
kemudian digunakan pada speaker dan keluar output berupa suara. Ada dua
jenis converter yaitu Analog to Digital Converter (ADC) dan Digital to
Analog Converter (DAC) (Training, 2014).

Gambar II. 5 Blok diagram konsep ADC dan DAC


(Training, 2014, hal. 23)

14
2. Logic Circuit
Ada beberapa jenis gerbang logika dalam buku (Training, 2014) yaitu:

a. Gerbang Logika AND


Gerbang logika sendiri tergantung pada satu input atau lebih yang
nantinya akan memberikan hasil akhir ON dan OFF atau dapat
dinotasikan 1 dan 0. Untuk gerbang logika dari fungsi AND yaitu harus
terpenuhi semua unsur yang ada untuk mendapat hasil akhir. Jika di
gambarkan dalam truth table matematics sederhana adalah sebagai
berikut:

Tabel II. 2 Truth table fungsi AND


(Training, 2014, hal. 50)
A B f=AxB
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Dari tabel dapat dipahami fungsi (f) adalah hasil akhir dari perkalian dari
input (A) input (B). Fungsi (f) akan selalu bernilai nol (OFF) jika hanya
salah satu input bernilai nol dan tidak ada input sama sekali. Dan akan
mendapat hasil jika A dan B bernilai satu atau mendapat input di A dan
B. Dapat disimpulkan input harus seri untuk mendapat hasil akhirnya.
Dan fungsi AND sendiri digambarkan dengan simbol sebagai berikut:

Gambar II. 6 Simbol fungsi AND


(Training, 2014, hal. 50)

b. Gerbang Logika OR
Fungsi OR dapat diartikan hanya salah satu input terpenuhi, hasil akhir
sudah didapatkan. Dapat diartikan juga sebagai fungsi paralel. Jika di
gambarkan dalam truth tablel adalah sebagai berikut:

15
Tabel II. 3 Truth table fungsi OR
(Training, 2014, hal. 51)
A B f=A+B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

Dari tabel di atas dapat dipahami fungsi (f) sebagai hasil akhir akan
memiliki nilai jika salah satu input dari A atau B terpenuhi atau kedua-
duanya terpenuhi dengan memiliki nilai satu (ON). Untuk simbol dari
fungsi OR yaitu:

Gambar II. 7 Simbol fungsi OR


(Training, 2014, hal. 51)

c. Gerbang Logika NOT


Fungsi logika NOT adalah fungsi kebalikan dari masukannya. Fungsi
NOT juga hanya memiliki satu input saja. Jika di gambarkan dalam truth
table adalah sebagai berikut:

Tabel II. 4 Truth table fungsi NOT


(Training, 2014, hal. 52)
A f=Ā
0 1
1 0

Dari truth table dapat dipahami bahwasannya fungsi NOT merupakan


kebalikan nilainya dari input dan hanya membutuhkan satu input saja.
Untuk simbol dari fungsi NOT yaitu:

16
Gambar II. 8 Simbol fungsi NOT
(Training, 2014, hal. 52)

d. Gerbang Logika NAND


Gerbang logika NAND merupakan gabungan dari gerbang logika AND
diikuti oleh gerbang logika NOT. Gerbang logika NAND ini disimbolkan
sebagai berikut:

Gambar II. 9 Simbol fungsi NAND


(Training, 2014, hal. 53)

Sedangkan jika di gambarkan dalam truth table adalah sebagai berikut:

Tabel II. 5 Truth table fungsi NAND


(Training, 2014, hal. 53)
A B 𝒇=
𝑨̅𝐱̅𝑩̅
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

e. Gerbang Logika NOR


Gerbang logika NOR merupakan gabungan dari gerbang logika OR
diikuti oleh gerbang logika NOT. Gerbang logika NAND ini disimbolkan
sebagai berikut:

Gambar II. 10 Simbol fungsi NOR


(Training, 2014, hal. 54)

17
Dan untuk truth table fungsi NOR adalah sebagai berikut:

Tabel II. 6 Truth table fungsi NOR


(Training, 2014, hal. 54)
A B 𝒇=
̅𝑨̅
̅+̅𝑩̅
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0

E. Teori Instrumentasi Teknik

1. Sensor Warna Tipe TCS3200


Menurut (Husni et al., 2020) sensor warna TCS3200 ini adalah sebuah
conventer warna menjadi frekuensi dimana tersusun dari konfigurasi silicon
photodiode 8x8 dimana konfigurasinya yaitu 16 photodiode penyaring
warna merah, 16 photodiode penyaring warna hijau, 16 photodiode
penyaring warna biru, dan 16 photodiode untuk warna terang tanpa
penyaring. Dan juga tersusun dari converter arus menjadi frekuensi dalam
IC CMOS monolithic tunggal sehingga perlu sebuah pemrogaman. Output
yang dihasilkan oleh sensor ini yaitu frekuensi gelombang kotak (duty cycle
50%) yang akan berbanding lurus dengan irradiance (intensitas cahaya).

Gambar II. 11 Sensor Warna TCS3200


(Husni et al., 2020, hal. 298)

Prinsip kerja dari sensor TCS3200 ini yaitu dengan membaca nilai
irradiance yang dipancarkan oleh lampu IC pada sensor terhadap objek
yang diidentifikasi. Dimana pembacaan nilai irradiance dilakukan oleh

18
matriks 8x8 photodiode yang terbagi menjadi 4 kelompok pembaca warna.
Setiap warna akan memantulkan sinar dari lampu LED yang dipancarkan
dan menuju photodiode dimana pantulan sinar akan berbeda-beda panjang
gelombangnya sesuai dengan warna objek yang dideteksi. Untuk datasheet
sensor warna TCS3200 terdapat pada Lampiran P.

Tabel II. 7 Mode pemilihan photodiode


(Husni et al., 2020, hal 299)
S2 S3 Photodiode
0 0 Merah
0 1 Biru
1 0 Clear (tanpa filter)
1 1 Hijau

Sensor warna tipe TCS3200 ini memiliki beberapa pin dan memiliki fungsi
masing-masing pada setiap pin tersebut. Berikut adalah fungsi pin yang
terdapat pada sensor warna tipe TCS3200:

Gambar II. 12 Pin sensor warna TCS3200


(Husni et al., 2020, hal. 299)

Tabel II. 8 Fungsi pin sensor warna TCS3200


(Husni et al., 2020, hal. 299)
Nama No Kaki I/O Fungsi Pin
GND 4 - Sebagai grund pada power supply
Output Enable, sebagai input untuk frekuensi
OE 3 I
output skala rendah
OUT 6 O Sebagai output frekuensi
Sebagai saklar pemilih pada frekuensi output
S0,S1 1,2 I
skala tinggi
S2,S3 7,8 I Sebagai saklar pemilih 4 kelompok diode
Vdd 5 - Suplai tegangan (V)

19
2. Sensor Non-Contact Liquid Tipe XKC-Y25
Sensor non-contact liquid XKC-Y25 adalah sebuah modul sensor pada
Arduino UNO yang digunakan untuk memberikan sensing adanya liquid
dalam suatu wadah tanpa harus terkena kecairan tersebut secara langsung
atau menerima sensing berupa ketinggian liquid dalam suatu wadah. Sensor
ini dapat digunakan dalam segala jenis wadah (isolator) dan cairan atau
liquid dan mudah pemasangannya. Oleh karena itu sensor ini dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya cairan berbahaya seperti zat beracun,
asam kuat, alkali, dan lain-lain (Robot, 2021). Untuk datasheet sensor non-
conract liquid XKC-Y25 terdapat pada Lampiran Q.

Gambar II. 13 Non-contact liquid XKC-Y25


(Robot, 2021)

Berikut adalah spesifikasi dari sensor XKC-Y25:

Tabel II. 9 Spesifikasi sensor non-contact liquid XKC-Y25


(Robot, 2021)
Tegangan operasi (InVCC) DC 5 ~ 24 V
Arus masukan 5 mA
Tegangan keluaran (high level) InVCC
Tegangan keluaran (low level) 0V
Arus keluaran 1 ~ 50 mA
Waktu respon 500 ms
Suhu operasi 0 ~ 105 °C
Rentang ketebalan untuk induksi (sensitivitas) 0 ~ 13 mm
Kelembapan 5 % ~ 100 %
Material ABS
Ketahanan air IP67
dimensi 28 × 28 mm

20
Terdapat empat pin pada sensor XKC-Y25, dimana pin-pin ini dibedakan
dengan warna kabelnya yaitu brown, yellow, blue, dan black.

Tabel II. 10 Nama pin dan fungsi sensor XKC-


Y25 (Robot, 2021)
Nomor Warna Nama Fungsi
Pin Kabel Pin
Pin 1 Brown VCC InVCC/pin positif (rentang 5 V – 24 V)
Pin 2 Yellow OUT Output data signal dari sensor XKC-Y25
Pin 3 Blue GND Ground/pin negatif
Pin 4 Black ADJ Mengatur sensitifitas sensor

Prinsip operasinya yaitu mendeteksi adanya cairan menggunakan kapasitor


sensor air dengan sebuah induktor pada ujung sensor. Dimana ketika ada
cairan yang terdeteksi sensor, maka akan terdapat kapasitansi yang
terdistribusi, oleh karenanya terdapat kapasitansi statis pada sensor yang ke
arah ground dan kondisi lampu LED mati. Namun apabila cairan mulai naik
dan terdeteksi oleh sensor, nilai kapasitansi parasit akan ditambah dengan
nilai kapasitansi statis, sehingga nilai kapasitansi akhir menjadi lebih tinggi.
Perubahan nilai kapasitansi ini akan dimasukkan ke IC kontrol dan
dikonversi menjadi sinyal listrik untuk memberikan indikasi lampu LED
hidup. Apabila ada masalah dengan sensor dapat di identifikasi
penyebabnya dengan trouble shooting sebagai berikut:

Tabel II. 11 Trouble shooting pada sensor XKC-


Y25 (Robot, 2021)
Gejala Kemungkinan Tindakan
penyebab
Tidak ada reaksi saat Masalah koneksi daya. Periksa sambungan catu
dinyalakan daya
(indikator lampu Kutub (+) dan kutub (- Hubungkan catu daya
LED mati saat ada ) terputus. dengan benar
dan tidak ada cairan) Modul daya rusak. Ganti modul catu daya
Sensitivitas terlalu Naikkan sensitivitas
rendah.
Indikator lampu Sensitivitas terlalu Turunkan sensitivitas
LED selalu menyala tinggi.

21
Ada kotoran pada Bersihkan induktor dan
induktor, atau ada jauhkan induktor dari
benda logam lain bahan metal
dekat induktor.
Wadah cairan tidak Ganti wadah cairan
sepenuhnya isolatif. dengan wadah berbahan
full isolator atau dapat
melubangi wadah untuk
memasang induktor.

3. LCD I2C 16×2


Untuk menampilkan hasil pembacaan sensor pada rancangan alat ini yaitu
menggunakan modul LCD (Liquid Crystal Display) dengan 16 karakter 2
baris. LCD ini terdapat backlight untuk memperjelas tampilan (Harlin,
2019). LCD mempunyai 16 pin yaitu seperti gambar berikut:

Gambar II. 14 Pin LCD 16x2


(Deswinar, 2017)

Untuk menyederhanakan pin LCD agar dapat lebih efektif dalam


menghubungkan ke Arduino UNO, maka harus menggunakan modul
tambahan yaitu modul I2C (Inter Integrated Circuit). 16 pin LCD dapat
diminimalisasi menjadi empat pin saja yaitu pin VCC, pin GND, pin SDA
(serial data), pin SCL (serial clock). Untuk penggunaannya yaitu dengan
menghubungkan 16 pin LCD dengan modul I2C, kemudian
menghubungkan pin SDA dan SCL modul I2C ke Arduino UNO.

22
Gambar II. 15 Modul LCD terintegrasi dengan modul
I2C (Ajang, 2015)

F. Teori Arduino UNO


Arduino UNO ini adalah sebuah circuit board yang berbasis microcontroller
Atmega328P yang dikembangkan oleh Arduino Software. Microcontroller
adalah sebuah chip yang dapat mengontrol rangkaian elektronik dan juga bisa
menyimpan program didalamnya contohnya yaitu Atmega328P. Atmega328P
sendiri adalah sebuah chip microcontroller 8-bit yang berbasis AVR-RISC
buatan ATMEL yang memiliki kapasitas memori 32 kb ISP flash dengan
kemampuan baca dan tulis atau read-write, 1 kb EEPROM, dan 2 kb SRAM.
Karena memiliki kapasitas memori flash sebesar 32 kb, chip ini kemudian
diberi nama Atmega328P (Handoko, 2017). Untuk datasheet Atmega 328P
terdapat pada Lampiran O.

Gambar II. 16 Contoh modul Arduino


UNO (Handoko, 2017, hal. 3)

Arduino ini memiliki 14 pin digital input/output dengan simbol pin 0 – 13 dan
6 pin analog input disimbolkan dengan A0-A5. Setiap pin di Arduino
beroperasi pada tegangan 5V dan arus 40 mA pada arus DC. Terdapat juga port

23
USB power 5V untuk menghubungkan ke komputer sekaligus sebagai
transfer/receive data dan sebuah konektor daya untuk memberikan tegangan
sumber. Arduino memiliki tegangan input pada rentang 7 V – 12 V dengan
arus rata-rata 50 mA. Spesifikasi dari microcontroller Arduino UNO yaitu:

Tabel II. 12 Spesifikasi Arduino UNO


(Irsyam & Sadarsyah, 2019)
Microcontroller Atmega328
Operasi voltage 5V
Input voltage rekomendasi 7 – 12 V
Input voltage limits 6 – 20 V
I/O 14 pin digital, 6 pin Analog
Arus 50 mA
Flash memory 32 KB
Boat loader SRAM 2 KB
EEPROM 1 KB
Kecepatan 16 Mhz

Arduino sendiri memiliki beberapa tipe seperti Arduino Nano, Arduino Mega,
Arduino Micro, Arduino UNO dan masih banyak lagi jenis lainnya. dengan
banyaknya jenis Arduino ini, dalam penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Dengan banyaknya ketersediaan di pasaran, Arduino UNO ini
adalah yang paling populer dengan harga yang terjangkau, user friendly, dan
pemrogamannya yang relatif mudah yaitu dapat diprogram dengan software
bawaan (Arduino IDE) maupun software lain. Pemrogaman ini bertujuan agar
microcontroller Arduino UNO dapat melaksanakan kontrol penuh dengan
sistem yang dibuat mulai dari input hingga output berjalan sesuai logika. Untuk
datasheet Arduino UNO terdapat pada Lampiran N.

Dalam penggunaannya, modul Arduino UNO ini sangat user friendly, karena
kelengkapan yang dimiliki seperti port USB untuk menghubungkan ke PC dan
juga menggunakan bahasa pemrogaman C yang dituliskan menggunakan IDE
(Integrated Development Environment). IDE Arduino UNO ini yang nantinya
dapat digunakan untuk menyusun program yang kemudian akan
ditransfer/upload ke microcontroller Atmega 328P yang ada dimodul Arduino
UNO sendiri. Ini dalam pemrogaman disebut dengan sketch.

24
Gambar II. 17 Contoh sketch program di Arduino IDE
(Handoko, 2017, hal. 4)

G. Teori Dasar Pemrogaman Arduino IDE

1. Sistematika Penulisan Bahasa Pemrogaman


Arduino IDE (Integrated Development Environment) merupakan sebuah
aplikasi bawaan yang digunakan untuk pemrogaman Arduino.dan berikut
adalah sistematika yang ada dalam bahasa C pemrogaman di Arduino IDE
(Pauzan, 2020):

a. Variabel Dan Tipe Data


Variabel merupakan bagian dari memori yang sudah diberi nama. Untuk
membuat variabel kita harus memberikan tipe datanya terlebih dahulu.
Tipe data pada variabel ini berfungsi untuk menentukan kapasitas
memori penyimpanannya dan menunjukkan tipe data yang dapat
disimpan. Dan berikut adalah beberapa tipe data C pada Arduino:

Tabel II. 13 Nilai tipe data C Arduino


(Pauzan, 2020, hal. 15)
TIPE
BYTE RENTANG NILAI
DATA
boolean 1 Dua kemungkinan, true dan false
byte 1 Rentang: 0 sampai 255
int 2 Rentang: -32768 sampai 32768
void 0 Deskripsi yang digunakan dengan fungsi
sebagai tipe data kembali ketika fungsi tidak
mengembalikan nilai

25
Salah satu contoh penulisan variabel menggunakan tipe data boolean
yang nilainya hanya bergantung dengan dua kondisi yaitu true dan false.
Akan memiliki nilai satu ketika true dan nol jika false dan penulisan
diakhiri dengan semikolon atau tanda titik koma (;). Contoh:

boolean Led = false ;


Tipe data Variabel Nilai

b. Pernyataan atau Statement


Selain terdapat variabel, dalam pemrogaman IDE juga terdapat
pernyataan (statement) yang merupakan perintah lengkap pada komputer
yang diakhiri dengan tanda titik koma (;). Contoh:

x=1; i=x+y;
y=0;
Tanda sama dengan (=) digunakan sebagai pemberi hasil dan disebut
sebagai assignment operator. Maka variabel x memiliki nilai sebesar satu
dan variabel y memiliki nilai nol. Maka hasil dari variabel i didapat kan
hasil satu dari penjumlahan tersebut.

c. Ekspresi
Ekspresi terdiri dari operand dan operator. Dimana operand merupakan
sebuah data yang dioperasikan dan operator sebagai logika atau
pengoperasi secara matematis dari sebuah atau lebih operand. Contoh
sebelumnya yaitu (i = x + y; Ini dapat diartikan operand adalah variabel
x dan y, sedangkan (+) adalah sebagai operator.

d. Blok Statement
Statement merupakan tempat menentukan identifikasi, variabel sekaligus
fungsi pada suatu program yang dirancang. Contohnya:

Gambar II. 18 Contoh coding blok statement


(Pauzan, 2020, hal. 3)

26
Blok statement harus diawali dengan tanda { dan diakhir ditutup dengan
tanda }. seluruh blok statement ada didalam tanda { dan }, sehingga
didalam statement juga dapat berisi fungsi-fungsi. Fungsi dalam contoh
dapat didefinisikan yaitu fungsi PakaiGuntingRumput () dan fungsi
TaruhDiwadah ().

e. Blok Fungsi
Blok fungsi adalah suatu coding yang dibuat untuk melaksanakan suatu
program dimana pada blok fungsi ini tidak menggunakan operator
jumlah, kurang, kali, bagi, dan lain-lain. Namun hanya menggunakan
nama fungsi dan tipe datanya. Inilah yang membedakan blok statement
dan blok fungsi. Contoh coding yang menggunakan blok fungsi:

Gambar II. 19 Contoh coding blok fungsi


(Pauzan, 2020, hal. 4)

Pada contoh tersebut, blok fungsi volumeDuaBalok () terdapat fungsi


volumeBalok1 () dan fungsi volumeBalok2 ().

2. Instruksi Utama Dalam Pemrogaman


Berikut merupakan instruksi utama yang merupakan dasar pada
perancangan sistem menggunakan program C (Irsyam & Sadarsyah, 2019) :

a. {}, bracket digunakan untuk memblok statement atau perintah yang kita
inginkan.
b. #include< >, perintah ini merupakan bagian awal pada sebuah sistem.
Pada bagian ini kita menyatakan file header atau library apa yang akan
kita gunakan.
c. main(), perintah ini akan menjadi fungsi utama dari bahasa C.
d. return 0; , perintah untuk mengembalikan nilai int main menjadi 0.
e. statement, bagian ini menjadi tempat menentukan identifikasi, variabel
sekaligus fungsi pada suatu program yang dirancang.

27
H. Teori Bahan

1. Bahan Akrilik
Akrilik secara visual mirip seperti kaca, namun akrilik ternyata memiliki
beberapa sifat yang membuatnya terlihat lebih unggul dari kaca dan yang
paling utama adalah kelenturannya jika dibandingkan dengan kaca. Akrilik
juga tidak mudah pecah, ringan, mudah untuk dipotong, dikikir, dibor,
dihaluskan maupun dicat. Akrilik juga dapat dibentuk menjadi berbagai
macam bentuk yang cukup kompleks dan salah satu metode yang paling
sering digunakan adalah pembentukan secara termal. Sifat tahan pecah
akrilik menjadikannya material yang ideal untuk tempat-tempat yang
pecahnya material bisa berakibat fatal namun di sisi lain tetap menginginkan
akses visual seperti pada jendela kapal selam (Arsitag, 2021).

Gambar II. 20 Akrilik


(Arsitag, 2021)

Tabel II. 14 Ketahanan temperatur akrilik


(Plaskolite, 2021)
Temperatur Satuan Nilai
Normal operasi °C 77 – 88
Melunak °C 99 – 105
Leleh °C 145 – 157

2. Material Polyurethane
Polyurethane (PU) foam adalah salah satu produk utama dari material
urethane. Pada dasarnya material ini diproduksi dari polyol, isocyanate, air,
katalis dan surfactant. Dari bahan-bahan tersebut, campuran polyol dan
isocyanate akan membentuk ikatan polyurethane. Komponen lain seperti air
ditambahkan sebagai blowing agent untuk membentuk foam sementara
katalis dan surfactant berfungsi sebagai penyokong pertumbuhan inti dan

28
juga sebagai penstabil foam pada saat tahap berkembangnya foam. PU foam
digunakan secara luas pada berbagai aplikasi. Pada umumnya digunakan
sebagai material bantalan untuk tempat duduk mobil, kasur, dan juga
furnitur. Termasuk juga digunakan pada selang air dan lain-lain (Legiviani,
2016).

Tabel II. 15 Sifat-sifat Polyurethane


(Legiviani, 2016)
Sifat Fisik
Berat jenis 1.12 – 1.24 gr/cm3
Serapan air 0.15 – 0.19 %
Sifat mekanis
Kekuatan tarik 4500 – 9000 Psi
Perpanjangan hingga patah 60 – 550 %
Sifat Termal
Titik leleh 75 – 1 37 °C
Suhu proses 370 – 500 °C

I. Teori Baterai

1. Jenis Baterai (Training, 2013)


Terdapat 2 jenis baterai berdasarkan pada proses yang terjadi, yaitu:

a. Primary Battery
Adalah jenis baterai yang hanya dapat dipakai sekali saja dan tidak dapat
di isi ulang. Contohnya yaitu dry pimery cell atau biasa disebut sel
kering. Dinamakan sel kering karena elektrolit yang terdapat didalamnya
ditambah dengan wheat flour (tepung terigu) sehingga menjadi pasta
kental untuk menghindari kebocoran elektrolit. Dan tipe standar dari dry
primery cell yaitu Zinc Carbon Cell yang memiliki 2 kutub yaitu batang
carbon sebagai kutub positif (katoda) dan batang zinc sebagai kutub
negatif (anoda). Kutub (+) dan (–) ini akan dihubungkan dengan piringan
baja di bagian bawah sel untuk membantu pengoneksian ke sirkuit.

Perlu untuk dipahami bahwasannya ada kesalahpahaman tentang


polaritas dari anoda yang selalu positif. Hal ini tentu tidak sesuai dari

29
fakta sebenarnya bahwasannya pada perangkat elektrokimia anion (ion
negatif) bergerak menuju anoda dan/atau kation (ion positif) menjauh
dari anoda. Jadi polaritas anoda tidak selalu posistif namun tergantung
pada jenis perangkat dan juga dimana baterai dioperasikan.

Pada sel kering zinc pole juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk
menampung elektrolit amonium klorida (sal-ammoniac) dan
membungkus batang karbon. Kekurangan dari sel kering ini yaitu reaksi
kimia yang terjadi akan menghasilkan gelembung hidrogen dan akan
terakumulasi pada batang karbon yang akan mengakibatkan terisolasinya
batang karbon dari elektrolit (disebut proses polarisasi). Untuk
mengatasinya pada saat pembuatan ditambahkan mangan dioksida pada
elektrolit. Masalah lain yang terjadi pada sel primer kering yaitu
kemungkinan terjadinya korosi pada casing karena terbuat dari zinc
(seng). EMF (electro motive Force) dari sel kering ini adalah ±1,5 Volt.

Gambar II. 21 Konstruksi dasar dari sel primer kering


(Training, 2013, hal. 17)

b. Secondary Battery
Baterai ini dapat digunakan berulang-ulang dan diisi kembali beberapa
kali sesuai deep cycle life dari baterai tersebut. Proses reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel-sel baterai adalah reversibel, dan bahan kimia aktif
dalam selnya dapat kembali ke kondisi semula dengan pengisian ulang
sel. Baterai sekunder terdapat banyak jenisnya dipasaran diantaranya
yaitu: Baterai ion lithium (Li-ion), baterai lithium polymer (Li-po), baterai
lead acid (Accu), Baterai Nickel-Metal Hydride (Ni-MH), dab baterai
Nickel-Cadmium (NiCd). Dari setiap jenis baterai sekunder memiliki
spesifikasi yang berbeda.

30
2. Hukum Ohm’s (FAA, 2018)
Hukum Ohm’s menyatakan bahwa besar arus yang mengalir pada suat
rangkaian listrik adalah berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding
terbalik dengan besarnya hambatan. Hukum Ohm’s ini dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:

𝑉
𝐼= II. 3
𝑅

Keterangan:
I = kuat arus dalam ampere (A) R = hambatan dalam ohm (Ω)
V = tegangan listrik dalam Volt (V)

3. Muatan Listrik (Kapasitas Baterai) (FAA, 2018)


Muatan listrik pada baterai dapat diartikan dengan kapasitas dari baterai
tersebut. Satuan internasional (SI) muatan listrik adalah Coulombs (C),
sedangkan di baterai umumnya dinyatakan dengan satuan mili Ampere
hours (mAh) dimana 1000 mAh sama dengan 1 Ah senilai dengan 3600 C.
Muatan listrik di rumuskan dengan:

𝑄 =𝐼×𝑡 II. 4

Keterangan:
Q = muatan listrik dalam Coulombs (C) t = waktu (s)
I = arus listrik dalam Ampere (A)

4. Discharge Rate Baterai


Discharge rate (C rate battery) diartikan sebagai seberapa banyak muatan
yang dapat dilepaskan oleh baterai dalam satuan waktu dinyatakan dalam
satuan Coulomb/hour. Sedangkan discharge rate memiliki batas aman dari
kapasitas baterai total yang disebut discharge safety. Yaitu seberapa banyak
muatan yang harus ada dibaterai dan tidak pernah digunakan.

Pada praktik di lapangan umumnya penggunaan battery ini tidak lebih dari
80% dari kapasitas baterai (Biczyski et al., 2020). Dengan adanya batasan
aman discharge pada baterai maka energi listrik maksimal dari baterai yang

31
dapat ditransfer ke sistem hanyalah ±80% dari spesifikasi yang tercantum
dalam baterai (Susanti et al., 2019).

𝑄
II. 5
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 =
80%

Keterangan:

Q = dengan discharge safety 0% dalam Coulombs (C)

Qreal = dengan discharge safety 80% dalam Coulombs (C)

J. Perhitungan Hasil Percobaan


Menurut (Husni et al., 2020) berikut merupakan rumus yang digunakan untuk
mengetahui rata-rata waktu pendeteksian dan juga persentase hasil
keberhasilan dalam suatu percobaan :

Jumlah percobaan − jumlah gagal


Keberhasilan (%) = × 100% II. 6
jumlah percobaan

Sedangkan menurut (Pandiangan, 2011) hasil pengukuran berulang maka 𝑥̅


adalah rata-rata hasil yang diukur:

𝑥1 + 𝑥2+𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑁
𝑥̅ = II. 7
𝑁

K. Preliminary Hazard analysis


PHA (Preliminary Hazard Analysis) dapat berguna sebagai studi khusus risiko
dalam tahap awal sebuah pekerjaan. Studi preliminary
hazard analysis harus dilakukan sebagai tahap pengembangan awal
dalam produk atau desain langkah pertama. Sebagai langkah khusus untuk
analisis risiko yang detail dalam sebuah konsep sistem atau sistem yang telah
ada. Tujuan dari PHA adalah metode untuk menganalisis suatu risiko yang
lebih detail untuk mengidentifikasikan potensi kondisi berbahaya yang terdapat
pada suatu sistem. Apakah PHA akan menjadi analisis yang cukup baik itu

32
tergantung dari kompleksitas sebuah sistem dan tujuan dari analisis tersebut
(Prabowo et al., 2018).

Preliminary hazard analysis adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya


yang muncul pada komponen atau suatu proses. Hal ini di fasilitasi oleh
pengalaman teknik, serta latihan penilaian rekayasa. Langkah kedua dalam
preliminary hazard analysis adalah identifikasi peristiwa-peristiwa yang
mungkin bisa mengubah kondisi berbahaya tertentu menjadi potensi
kecelakaan. Maka hal tersebut perlu diadakan tindakan pencegahan yang harus
diambil. Berbagai format tabel telah dikembangkan untuk memfasilitasi proses
PHA. Hal yang terdapat di dalam tabel preliminary hazard analysis secara
sederhana adalah sebagai berikut:

1. Kolom (1) - komponen/sub sistem dan mode bahaya.


2. Kolom (2) - kemungkinan efek yang terjadi.
3. Kolom (3) - kompensasi dan kontrol.
4. Kolom (4) - temuan dan komentar.

L. Penelitian Sebelumnya
Penelitian dan pengembangan ini juga memiliki keterkaitan dengan penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dalam pembuatan suatu alat
berbasis microcontroller, diantaranya yaitu:

Tabel II. 16 Jurnal penelitian terkait dengan


perancangan (dokumen pribadi)
Judul Jurnal Sitasi Pembahasan
Perancangan (Abimanyu Penelitian ini yaitu tentang penggunaan
Sistem Monitoring et al., 2020) Arduino UNO dan sensor inductive
Penggantian Oli proximity dalam rancangan sistem
Pada Sepeda Motor monitoring penggantian oli pada sepeda
Berdasarkan Jarak motor berdasarkan jarak tempuh. Sensor
Tempuh proximity akan mengukur jarak tempuh
dari sepeda motor yang kemudian akan
memberikan peringatan ketika sepeda

33
motor sudah mencapai jarak tempuh
tertentu. Hasil dari sistem ini yaitu
berupa peringatan pergantian oli berupa
lampu LED dan tampilan pada LCD
Perancangan Alat (Irsyam & Penelitian ini membahas penggunaan
Pendeteksi Sadarsyah, Arduino UNO, sensor IR (Infrared
Kelayakan Oli 2019) Resistor) dan pantulan cahaya LED
Pada Kendaraan sebagai alat deteksi kelayakan oli pada
Sepeda Motor sepeda motor. Yang dimana cahaya
Berbasis Arduino LED yang dipancarkan ke oli akan
Uno Atmega 328 memantulkan cahaya kembali ke sensor
IR dan akan memberikan perubahan
nilai resistansi pada setiap oli yang
berbeda. Perubahan tegangan resistansi
ini yang akan dibaca Arduino sebagai
perubahan kondisi dari oli.
Alat Pendeteksi (Ratnawati Yaitu penelitian alat pendeteksi warna
Warna & Vivianti, menggunakan sensor TCS3200 berbasis
Menggunakan 2018) microcontroller Atmega8535. Untuk
Sensor Warna mengaktifkan sensor perlu pengambilan
TCS3200 Dan data setiap objek warna yang
Arduino Nano didekatkan. Posisi pengambilan objek
harus tepat, hal ini bertujuan supaya
sensor warna bisa membaca warna
objek yang tepat. Objek warna akan
tampil sesuai dengan posisi yang tepat
saat pengambilan data warna.

34
Bab III
Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu proses guna menyelesaikan
penelitian/perancangan secara terstruktur dan sistematis. Berdasarkan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, perancang
menggunakan metode perancangan menurut Pahl dan Beitz dalam bukunya
yang berjudul Engineering Design: A Systematic Approach. Menurut Pahl dan
Beitz, ada empat tahap dalam sebuah perancangan, yaitu: perencanaan dan
analisis, perancangan konsep, perancangan bentuk, perancangan detail (Pahl &
Beitz, 1988). Dari metode perancangan ini akan didapatkan rancangan alat
yang sesuai dengan analisis yang dilakukan.

Perencanaan dan Analisis


Perancangan Konsep Perancangan Bentuk Perancangan Detail

Gambar III. 1 Metode perancangan


(Pahl & Beitz, 1988)

1. Perencanaan dan Analisis


Menurut (Pahl & Beitz, 1988), tahap ini yaitu mengumpulkan data
persyaratan dan spesifikasi rancangan dan analisis secara detail sebelum
rancangan tersebut dikembangkan lebih lanjut. Pada Tahap ini juga
dikumpulkan semua informasi tentang kendala-kendala yang merupakan
batas-batas untuk rancangan. Hasil dari tahap ini yaitu spesifikasi rancangan
yang dimuat dalam suatu daftar persyaratan teknis.

Pada tahap perencanaan dan analisis ini perancang melakukan analisis dari
kasus kebocoran oli yang diangkat untuk mengetahui solusi dari kasus-kasus
tersebut. Kemudian menganalisis kebocoran oli pada engine dan analisis
rancangan alat guna mengetahui spesifikasi dan syarat-syarat yang
dibutuhkan dalam perancangan.

35
2. Perancangan Konsep
Dalam bukunya (Pahl & Beitz, 1988), konsep perancangan merupakan
pembentukan dan pencarian cara kerja, konsep, dan fungsi produk sebagai
solusi yang sesuai dengan hasil dari tahap perencanaan yang dilakukan di
tahap sebelumnya.

Dalam tahap ini perancang melakukan perancangan alat dari segi


sistem/program, gambaran umum rancangan, hingga pemilihan komponen
terpadu yang dapat menjalankan sistem yang telah ditentukan.

3. Perancangan Bentuk
Perancangan bentuk berawal dari konsep kemudian diberikan bentuk atau
dibuat nyata dengan membuat layout, dan membuat rangka produk dan
saling berhubungan antara konsep sistem dan bentuk atau rangka yang
dibuat (Pahl & Beitz, 1988).

Dalam perancangan rangka ini yang dibuat yaitu rangka untuk


menempatkan komponen terpadu dan juga sump penampung oli serta rangka
untuk tempat deteksi dan attachment alat ke cowling bawah engine.

4. Perancangan Detail
Pada tahap perancangan detail yaitu penetapan susunan komponen produk,
bentuk, dimensi, bahan/material dari setiap komponen produk yang akan di
buat berdasarkan tahap-tahap sebelumnya untuk mengoptimalkan konsep
dan bentuk/rangka produk (Pahl & Beitz, 1988).

Sedangkan dalam perancangan detail ini perancang menentukan komponen-


komponen terpadu yang akan digunakan beserta bahan dari rancangan. Dan
juga menentukan sumber tegangan yang akan digunakan pada rancangan.

5. Pengujian Hasil
Tahap ini merupakan tambahan dari konsep perancangan Pahl & Beitz yang
penulis tambahkan untuk menjawab tujuan perancangan. Yaitu pengujian
terbatas yang dilakukan untuk mendapatkan analisis interpretasi hasil dari
alat pendeteksi kebocoran oli. Serta untuk analisis keefektifan alat dalam
mendeteksi kebocoran oli.

36
B. Kerangka Berpikir
Agar penelitian dapat diselesaikan tepat waktu dan terarah, maka perancang
membuat diagram alir yang merupakan adaptasi dari metode penelitian yang
digunakan:

Gambar III. 2 Diagram alir


(sumber pribadi)

37
1. Potensi dan Masalah
Pada tahap ini yaitu memaparkan potensi masalah yang ada. Potensi
masalah dalam penelitian merupakan sebuah keadaan yang memerlukan
solusi. Potensi masalah ini diutarakan dalam latar belakang masalah dalam
Bab I. Dengan adanya batasan-batasan yang ada dari hasil identifikasi
masalah, maka didapat rumusan masalah dalam penelitian yang nantinya
akan diselesaikan dalam penelitian ini.

2. Studi Literatur
Pada tahap kedua ini perancang melakukan studi pustaka dari beberapa
literatur seperti buku, jurnal, dan situs internet tentang teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian ini yang nantinya akan digunakan dalam
menyelesaikan masalah pada Bab IV. Beberapa teori yang menjadi fokus
dalam penelitian ini yaitu sistem lubrikasi piston engine, teori bahan, teori
Instrumentasi teknik, dan sistem Arduino UNO. Untuk pembuatan program
aplikasi yang digunakan yaitu Arduino IDE, dan untuk merancang alat
dalam 3D menggunakan software solidworks.

3. Analisis dan Pengumpulan Data


Dalam tahap ini yaitu melakukan analisis dan pengumpulan data dari
masalah yang diangkat yaitu kebocoran oli pada engine. Analisis dan data
yang didapat ini nantinya akan menjadi dasar dari perancangan alat pada
tahap selanjutnya. Dan berikut beberapa analisis guna menentukan
rancangan alat yang dapat mendeteksi kebocoran oli:

a. Analisis Kasus Kebocoran


Yaitu menganalisis penyebab kebocoran dari kasus yang diangkat, dan
apa akibat dari kebocoran tersebut kemudian menentukan solusi. Metode
analisis yang digunakan yaitu PHA (Preliminary Hazard Analysis).
Tujuan dari PHA adalah metode untuk menganalisis suatu risiko yang
lebih detail untuk mengidentifikasikan potensi kondisi berbahaya yang
terdapat pada suatu sistem (Prabowo et al., 2018).

38
b. Analisis Kebocoran Oli
Tahap ini merupakan pengumpulan data yang dibutuhkan terkait
perancangan seperti analisis sistem lubrikasi, analisis lokasi kebocoran
untuk menentukan penempatan alat pada sistem dan desain alat.
Kemudian analisis debit kebocoran untuk menentukan sensor desain alat
agar mampu memuat debit kebocoran. Analisis karakteristik oli untuk
menentukan komponen sensor dan bahan yang akan digunakan dalam
perancangan. Dalam perancangan alat deteksi kebocoran oli
eksperimental ini, perancang menentukan jenis engine yang dijadikan
objek penelitian yaitu Lycoming O-360 (Lampiran D). Engine ini
digunakan oleh pesawat parikan Beechcraft yaitu Sundowner C23.

c. Analisis Rancangan
Yaitu menganalisis kebutuhan dari alat yang dibuat berdasarkan analisis-
analis yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga dapat direncanakan
rancangan yang akan dibuat.

4. Perancangan Alat
Pada tahap perancangan ini akan di bagi menjadi empat tahap yaitu:

a. Sistem Rancangan
Perancangan sistem ini yaitu membuat gambaran umum rancangan atau
cara kerjanya, mendesain wiring diagram dari rangkaian seluruh modul.
Dan membuat coding program yang disesuaikan dengan logika dari
proses pendeteksian hingga indikasi. Pembuatan program yaitu
menggunakan perangkat lunak Arduino IDE (Integrated Development
Environment).

b. Rangka Rancangan
Perancangan ini yaitu merancang bak tampungan untuk menampung oli
yang bocor serta untuk menempatkan modul deteksi kebocoran oli
(sensor, microcontroller, dan indikator). Untuk ukuran valid dari
rancangan ini harus melakukan pengukuran dimensi pada pesawat yang
akan menjadi tempat uji coba yaitu pesawat Beechcraft Sundowner 180

39
C23 dengan Engine Lycoming O-360 yang ada di Hangar 01 Teknik
Pesawat Udara Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.

c. Detail Rancangan
Pada tahap ini yaitu menentukan komponen-komponen terpadu yang
akan digunakan dan bahan atau material yang akan digunakan dalam
perancangan rangka. Selain itu juga menentukan sumber tegangan yang
akan digunakan pada alat, perancang menetapkan menggunakan baterai
lithium ion (Li-ion). Karena alat ini hanya sebagai alat eksperimental dan
tidak untuk dipasang tetap di pesawat. Waktu yang dibutuhkan untuk
menyuplai alat yaitu 24 jam, dengan waktu tersebut alat dapat standby
aktif dari setelah pesawat dioperasikan hingga preflight check sebelum
digunakan kembali.

5. Uji Coba
Setelah perancangan alat selesai dilaksanakan, tahap selanjutnya yaitu uji
coba alat. Untuk pengujian alat ini yaitu diuji pada pesawat yang
menggunakan Engine Lycoming O-360 yang masih dalam kondisi normal
sistem lubrikasinya, yaitu pesawat Beechcraft Sundowner C23 dengan tipe
Engine A4J di Hangar 01 Teknik Pesawat Udara Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug. Perancang membatasi kondisi engine dalam keadaan mati
karena alat diperuntukkan sebagai alat bantu perawatan setelah
pengoperasian pesawat (di ground). Percobaan akan dilakukakan masing-
masing 10 kali dengan cairan oli SAE 50 bekas engine Lycoming O-360
(warna oli hitam), fuel (AVGAS 100LL), dan air.

Dengan variabel bebas yaitu debit kebocoran oli dan jenis cairan untuk
membandingkan hasil pengindikasian alat. sedangkan variabel terikat yang
menjadi parameter uji yaitu waktu, seberapa cepat alat mendeteksi
kebocoran. Kemudian volume, berapa banyak oli yang terdeteksi ketika
indikator menyala. Yang terakhir yaitu suhu, menguji kekuatan bahan
dalam menahan panas. Namun dengan pembatasan pengujian kondisi
engine mati, maka suhu oli tidak akan tinggi seperti kondisi saat hidup. Oleh
karena itu pengujian suhu ini tidak dilaksanakan hanya dengan

40
mengasumsikan penggunaan alat dilakukan saat kondisi temperatur engine
sudah turun dalam batas kemampuan bahan rangka.

6. Analisis Hasil Pengujian


Pada tahap ini dilakukan analisis hasil uji coba yang telah dilakukan
sehingga dapat ditarik kesimpulan. Dalam hal ini yaitu menghitung
efektivitas waktu pendeteksian dan persentase keberhasilan alat dalam
mendeteksi oli dari beberapa percobaan pengujian alat secara keseluruhan
yang telah dilakukan.

7. Kesimpulan dan Saran


Tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat
serta memberikan saran yang membangun untuk penelitian selanjutnya.

C. Desain Perancangan
Dari kondisi yang ada saat ini, proses perawatan pesawat harus dilakukan
dengan optimal khususnya dalam pelaksanaan inspeksi kebocoran pada sistem
pelumasan. Dalam perancangan suatu alat prinsipnya yaitu untuk mendapatkan
efisiensi pada suatu proses perawatan pesawat dimana alat tersebut dapat
membantu pekerjaan dari mekanik dan mengurangi dampak kesalahan
manusia. Oleh karena itu, untuk membantu proses pelaksanaan inspeksi pada
sistem pelumasan serta menerapkan teori yang didapat, perancang bermaksud
merancang sebuah alat pendeteksi kebocoran oli yang berbasis microcontroller
Arduino UNO. Rancangan alat ini bertujuan untuk memberikan indikasi
kebocoran agar dapat diketahui sesegera mungkin pada saat pesawat belum
dioperasikan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

Perancangan ini nantinya digunakan sebagai alat eksperimental kebocoran oli


dalam membantu perawatan engine di ground dengan perancangan berdasarkan
analisis kebocoran oli pada piston Engine Lycoming O-360. Dengan adanya
regulasi dalam pemasangan komponen di luar komponen asli pesawat, maka
untuk rancangan alat ini akan digunakan pada saat di ground saja dan dipasang
di luar pesawat guna mengetahui hasil uji alat pada pesawat. Oleh karena itu
rancangan alat ini tidak dipasang secara permanen di pesawat, namun hanya

41
sebagai alat percobaan eksperimen saja dalam mendeteksi adanya kebocoran
oli.

Sistem yang digunakan yaitu berbasis Arduino UNO dimana microcontroller


yang digunakan yaitu Atmega 328P yang dipandang sangat efektif untuk
digunakan. Untuk pengujian yaitu secara similarity/simulasi terjadinya
kebocoran oli pada sistem pelumasan yang masih berfungsi pada pesawat
dengan Engine Textron Lycoming O-360 di Politeknik Penerbangan Indonesia
Curug. Pengujian ini juga digunakan untuk menghitung persentase
keberhasilan rancangan dalam mendeteksi kebocoran oli dan mengetahui
efektivitasnya.

D. Waktu dan Lokasi Perancangan


Perancangan alat eksperimental pendeteksi kebocoran oli ini dilaksanakan pada
periode waktu antara bulan Maret 2021 sampai bulan Agustus 2021. Jadwal
pelaksanaan secara terperinci terlampir pada (Lampiran R). Untuk lokasi
perancangan dilaksanakan di rumah perancang pribadi yaitu di Desa Larangan
RT:01/RW:01, Kecamatan Tambakromo, Pati, Jawa Tengah. Sedangkan untuk
pengujian langsung alat di pesawat akan dilaksanakan di Hangar 01 Teknik
Pesawat Udara di lingkungan Politeknik Penerbangan Indonesia Curug,
Tangerang, Banten.

42
Bab IV
Pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan proses yang dilaksanakan dalam merancang alat
yang dapat mendeteksi kebocoran oli, komponen yang digunakan, hasil pengujian,
dan keefektifan alat berdasarkan analisis dan pengumpulan data.

A. Analisis dan Pengumpulan Data


Sebelum melakukan perancangan terlebih dahulu melaksanakan analisis dari
masalah yang timbul. Dan juga pengumpulan data yang diperlukan untuk
mendesain sistem dan rangka dari alat yang akan dibuat. Berikut hasil
analisisnya:

1. Analisis Kasus Kebocoran


Dari kasus-kasus yang diangkat, berikut adalah analisis sebab dan akibat
dengan adaptasi metode PHA (pre-liminary hazard analysis). Metode PHA
adalah metode untuk menganalisis suatu risiko yang lebih detail untuk
mengidentifikasikan potensi kondisi berbahaya yang terdapat pada suatu
sistem (Prabowo et al., 2018). Kasus yang dianalisis yaitu:

a. Kecelakaan Pesawat Piston Engine Ryan PT-22 Pada 23 Februari


2020
Kasus pertama yang dianalisis yaitu kecelakaan pesawat piston engine
Ryan pt-22 pada 23 Februari 2020 (BEA, 2021). Dari kasus ini penulis
mendapatkan hasil analisis sebagai berikut:

Tabel IV. 1 Analis kasus kebocoran oli Ryan PT-22


(sumber pribadi)
Sistem yang Analisis
Analisis Akibat Solusi
Bermasalah Penyebab
Lubrikasi Kebocoran oli Performa engine Pelaksanaan
dari seal antara turun karena perawatan engine
accessory tidak ada harus

43
section dan pelumasan pada dilaksanakan
engine casing engine, sehingga secara maksimal
yang telah terjadi sesuai
rusak kecelakaan maintenance
manual
Perawatan Kebocoran oli Perlunya alat
yang kurang tidak segera bantu perawatan
maksimal diketahui saat engine yang
(human error) preflight check dapat
sebelum terbang mengindikasikan
dan baru kebocoran oli
diketahui saat secara otomatis
terbang

Dari hasil analisis diatas, perancang menitik beratkan pada solusi


perlunya alat bantu perawatan engine yang dapat mengindikasikan
kebocoran oli secara otomatis. Hal ini yang menjadi dasar dari penelitian
rancangan alat deteksi kebocoran.

b. Kecelakaan Pesawat Cessna 175 Pada 11 Februari 2006


Kasus kedua yang dianalisis yaitu kecelakaan pesawat Cessna 175 pada
11 Februari 2006 (DeLisi, 2018). Dari kasus ini penulis mendapatkan
hasil analisis sebagai berikut:

Tabel IV. 2 Analisis kasus kebocoran oli Cessna 175


(sumber pribadi)
Sistem yang Analisis
Analisis Akibat Solusi
Bermasalah Penyebab
Lubrikasi Kebocoran oli Oil pressure nol Pelaksanaan
pada nose seal yang berdampak perawatan engine
di reduction hilangnya tenaga harus
gear case. engine. dilaksanakan
secara maksimal

44
sesuai
maintenance
manual.
Preflight check Kebocoran oli Perlunya alat
yang tidak diketahui bantu perawatan
dilaksanakan saat sebelum engine yang
kurang terbang. dapat
maksimal mengindikasikan
(human error). kebocoran oli
secara otomatis.

Dari hasil analisis diatas, perancang memfokuskan adanya solusi alat


bantu perawatan engine yang dapat mengindikasikan kebocoran oli
secara otomatis. Hal ini yang menjadi dasar dari penelitian rancangan alat
deteksi kebocoran.

c. Adanya Oli Pada Cowling Bawah Pesawat Sundowner C23 Di


Hangar 01 TPU PPI Curug
Kasus ketiga yang dianalisis yaitu adanya oli pada cowling bawah
pesawat Sundowner C23 di Hangar 01 Teknik Pesawat Udara PPI Curug
(Lampiran G). Dari kasus ini penulis mendapatkan hasil analisis sebagai
berikut:

Tabel IV. 3 Analisis oli pada cowling bawah Sundowner C23


(sumber pribadi)
Sistem yang Analisis Analisis
Solusi
Bermasalah Penyebab Akibat
Lubrikasi Pesawat tidak Kebocoran Perlunya alat
dilakukan lambat bantu perawatan
perawatan diketahui. engine yang dapat
sesuai schedule mengindikasikan
maintenance. kebocoran oli
secara otomatis.

45
Dapat terjadi Perlunya
kerusakan melakukan
yang lebih maintenance
parah. engine yang
Biaya terjadwal.
perawatan
menjadi lebih
mahal.
Seal pada engine Oli keluar dari Dilakukan
accesories yang sistem jatuh by pengecekan
rusak dan perlu gravity dan terhadap sistem
penggantian. terkumpul lubrikasi untuk
Oil lines yang pada cowling. mengetahui
mengalami sumber kebocoran
crack atau dan dilakukan
korosi. perbaikan.
Pemasangan Oli menetes Perlu adanya
komponen yang pada cowling penampungan oli
menggunakan dan tercecer yang bocor agar
seal dan dilewati di landing tidak mengenai
oil system yang gear dan tire. komponen lain.
kurang presisi
seperti pada
rocker box,
reduction
gearbox, dan oil
sump.

Dari hasil analisis diatas, perancang juga ingin membahas solusi perlunya
alat bantu perawatan engine yang dapat mengindikasikan kebocoran oli
secara otomatis dan menampung oli yang bocor agar tidak tercecer dan
mengenai komponen lain. Hal ini yang menjadi dasar dari penelitian
rancangan alat deteksi kebocoran.

46
2. Analisis Kebocoran Oli
Dalam analisis kebocoran oli ini, akan dilakukan analisis terhadap sistem
lubrikasi yang digunakan oleh Engine Lycoming O-360 sebagai objek
perancangan alat deteksi kebocoran. Kemudian analisis lokasi kebocoran,
debit kebocoran, dan karakteristik oli yang digunakan pada Engine
Lycoming O-360.
a. Sistem Lubrikasi
Engine Lycoming O-360 merupakan jenis piston engine yang digunakan
oleh pesawat Beechcraft Sundowner C23. Berdasarkan operating
manual, sistem lubrikasi yang digunakan pada engine ini yaitu tipe wet
sump dengan teknik pelumasan lubrikasi pressure. Wet sump adalah tipe
lubrikasi pada piston engine dengan semua oli akan terangkut di dalam
bak/sump engine (Sanderson Inc., 2003). Dan untuk hasil analisis alur
pendistribusian oli pada sistem lubrikasi Lycoming O-360 adalah sebagai
berikut:

Gambar IV. 1 Hasil analisis sistem lubrikasi Lycoming O-360


(sumber pribadi)

Dari diagram diatas, seluruh sistem pelumasan berada diatas cowling


bagian bawah dari pesawat Sundowner C23. Bermula dari oli yang ada di
sump yang akan didistribusikan ke sistem oleh oil pump yang berada
pada bagian luar crankcase accessory. Oli akan di suction oleh pump
yang terlebih dahulu melalui oil suction screen yang ada di dalam oil

47
sump. Screen yang berada di dalam oil sump ini akan menyaring partikel-
partikel besar seperti kotoran, karbon, maupun logam yang terbawa pada
aliran oli.

Oli yang keluar dari pump akan masuk ke drilled passage yang ada pada
accessory section menuju ke pressure screen housing. Kemudian dengan
pipa fleksibel oli diarahkan menuju ke oil cooler yang berada diluar
engine. Pada oil cooler oli akan didinginkan dengan udara yang melalui
engine akibat dari perputaran propeller. Dalam sistem ini juga terdapat
bypass valve dimana beroperasi dengan spring. Oli yang memiliki suhu
tinggi setelah melubrikasi sistem akan memiliki tingkat viskositas
rendah, sehingga tekanan oli akan rendah, maka bypass valve akan
tertutup dan oli akan dipaksa melewati cooler. Namun jika oli memiliki
suhu rendah, viskositas akan rendah dan tekanan oli akan naik sehingga
tekanan tersebut dapat membuka bypass valve dan oli tidak perlu
melewati cooler.

Oli bertekanan dari cooler akan melewati jalur kedua dari pressure
screen housing dan menuju ke drilled passage yang mengarahkan oli ke
oil pressure relief valve yang berada di bawah accessory housing.
Pressure relief valve akan mengatur tekanan dari oli yang akan masuk ke
sistem, dimana jika terdapat kelebihan tekanan oli akan langsung
dikembalikan ke oil sump.

Kemudian oli akan didistribusikan melalui drilled passage yang terpisah.


Ada yang menuju ke main bearing crankshaft kemudian masuk ke
lubang angular yang di drill untuk melubrikasi crank pin. Kemudian
masuk ke connecting rod untuk melubrikasi piston pin. Dari sini juga
akan ada splash oil yang akan melubrikasi piston.

Oli dari pressure relief valve juga didistribusikan ke camshaft dan


accesories gear. Kemudian terhubung melalui saluran cabang ke
hydraulic tappet valve dan camshaft bearing. Oli yang masuk ke
hydraulic tappet akan terdorong masuk ke pushrod dan keluar di rocker
arm bushing untuk melubrikasi bagian ini. Kemudian oli akan jatuh pada

48
rocker box. Oli residual dari bearing, accessories gear, dan rocker box
akan kembali ke oil sump dengan gaya gravitasi dan kembali lagi ke awal
sirkulasi.

b. Lokasi Kebocoran
Dalam analisis lokasi kebocoran ini, perancang mengambil data dari
proses prosedur perawatan yang ada dalam operator manual Engine
Lycoming O-360. Dan berikut prosedur perawatan engine dan analisis
lokasi kebocoran yang terjadi dalam sistem lubrikasi:

Tabel IV. 4 Analisis lokasi kebocoran oli


(sumber pribadi)
Perawatan Prosedur Lokasi Kebocoran
DAILY PRE- (5) Check fuel and oil line Oil Connector,
FLIGHT (Engine) connections; note minor Oil Pipe/Line.
(Lycoming, 2005). indications for repair at
50-hour inspection. Repair
any leaks before aircraft is
flown.
50-HOUR (3) Check oil lines for Oil line,
INSPECTION leaks, particularly at Oil Connector.
ENGINE connections for security of
(Lubrication anchorage and for wear
System) due to rubbing or
(Lycoming, 2005). vibration, for dents and
cracks.
50-HOUR Check rocker box cover for Rocker box cover.
INSPECTION evidence of oil leaks. If
ENGINE found, replace gasket and
(Cylinders) tighten screws to specified
(Lycoming, 2005). torque (50 in.-lbs.).
TROUBLE Probable Cause: Leak in Preesure line,
SHOOTING (Low suction line or pressure Suction line,

49
Oil Pressure) line. Seal/gasket
(Lycoming, 2005). between accessory
Remedy: Check gasket housing and
between accessory housing crankcase.
and crankcase.
AIRWORTHINESS Inspect the engine for both: Oil filter converter
DIRECTIVE (a) evidence of an oil leak plate gasket.
AD/LYC/105/Amdt from the oil filter converter
1 (Oil Filter plate gasket, or
Converter Plate (b) evidence of the oil filter
Gasket) converter plate gasket
(L. P. Engines, extruding beyond the
2000). perimeter of the plate.
SERVICE To minimize oil leaks that Crankshaft oil seal.
INSTRUCTION occur in the area of the
No. 1324C front crankshaft oil seal
(Crankshaft Oil and prevent the seal from
Seal) rotating in the crankcase
(L. Engines, bore, a thorough cleaning
2009). of the crankcase bore and
use of the correct sealant is
necessary. The crankcase
must be cleaned of all
traces of the oil sealant and
oil before a new seal is
installed. Use one of the
following solvents: methyl
ethyl ketone, acetone,
Napasco SC-200, M-17 or
M-114.

Dari beberapa instruksi pengecekan pada kebocoran oli diatas, maka


dapat dianalisis kemungkinan terjadinya kebocoran menurut dari

50
operator anual, AD (Airworthiness Directive), maupun SI (Service
Instruction). Hasil dari analisis lokasi kebocoran oli yang paling beresiko
yaitu oil pipe/line, oil connctor, Rocker box cover, Preesure line, Suction
line, Seal/gasket antara accessory housing dan crankcase, Oil filter
converter plate gasket, dan Crankshaft oil seal.

Dari lokasi-lokasi yang memiliki kemungkinan besar untuk bocor ini


dapat diasumsikan ketika bocor oli akan jatuh ke cowling bawah. Dimana
dari hasil analisis sistem lubrikasi, bahwasannya seluruh sistem berada
diatas cowling bawah. Sehingga apabila terjadi kebocoran oli akan jatuh
oleh gaya gravitasi dan menetes pada cowling. Seperti pada contoh kasus
adanya oli di cowling pada Lampiran G, Lampiran I, dan Lampiran J
dimana dinyatakan bahwa oli yang bocor akan jatuh dan menetes pada
cowling. Dari analisis ini nantinya akan dirancang sebuah attachment
yang nantinya akan mengarahkan oli agar mengalir sesuai skema dan
dapat di tampung pada alat pendeteksi oli yang akan dirancang.

c. Debit Kebocoran
Dalam perancangan ini debit kebocoran oli dianalisis dari kasus
kebocoran oli akibat kerusakan seal pada Lampiran F. Dimana dalam
kasus dinyatakan pesawat terbang pada pukul 13.00 dan terjadi
kecelakaan pada pukul 13.30. Sedangkan hasil investigasi menyatakan
tidak ditemukan oli dalam engine. Oleh karena itu diasumsikan dalam
waktu 30 menit dan dalam keadaan engine hidup oli dalam engine dapat
habis jika terjadi kebocoran. Jika asumsi ini digunakan pada Engine
Lycoming O-360 yang memiliki kapasitas total oli yaitu 8 quarts (7,6
liter), maka dengan menggunakan persamaan II. 2 dapat diketahui debit
kebocoran ketika engine dalam keadaan hidup yaitu:

𝑉
𝑄=
𝑡

7,6 𝐿
𝑄=
30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

51
7600 𝑚𝑙
𝑄=
1800 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝑸 = 𝟒, 𝟐𝟐 𝒎𝒍/𝒅etik

Dari perhitungan didapatkan hasil 4,22 ml oli yang keluar per detiknya.
Nilai ini yang akan menjadi asumsi dari kebocoran oli yang terjadi pada
Lycoming O-360 ketika engine hidup untuk merancang alat deteksi
kebocoran oli. Asumsi ini digunakan karena jika yang diasumsikan
adalah ketika engine mati maka tidak ada tekanan pada oli. Jika oli tidak
memiliki tekanan maka debit oli jika terjadi kebocoran juga kecil. Maka
nilai debit kebocoran dapat lebih kecil dari 4,22 ml/detik ketika engine
mati. Sehingga perancang mengasumsikan kebocoran yang

d. Karakteristik Oli
Karakteristik yang dianalisis yang pertama yaitu temperatur oli, diamana
temperatur saat pengoperasian Engine Lycoming O-360 diambil dari data
pada POH yaitu sebagai berikut:

Tabel IV. 5 Limitasi temperatur oli Lycoming O-360


(Beechcraft, 2010)
Kondisi Temperatur Oli (°F)
Caution (Yellow Arc) 60 – 120
Operating Range (Green Arc) 120 – 245
Maximum (Red Line) 245

Dari data di atas temperatur normal oli saat pengoperasian yaitu dalam
rentang 120 – 245 °F atau sekitar 48,89 – 118,33 °C.

Karakteristik yang kedua yaitu viskositas oli. Standar viskositas di


tentukan oleh SAE (Society of Automotive Engineers). Dan untuk setiap
engine memiliki spesifikasi yang berbeda. Untuk Engine Lycoming O-
360 dapat menggunakan beberapa jenis oli dengan indeks viskositas yang
tercantum dalam operator manual (Lampiran D). Dalam perancangan ini,
Indeks viskositas oli yang dapat digunakan oleh Engine Lycoming O-360
adalah SAE 50. Berdasarkan Tabel II. 1, nilai viskositas dari grade SAE

52
50 adalah minimal 16,3 cP dan maksimal 21,9 cP pada suhu 100 °C
(ASTM D-445). Jika di ubah ke satuan internasional pascal-sekon (Pa.s),
maka minimal adalah 0,0163 Pa.s dan maksimal 0,0219 Pa.s.

Untuk karakteristik terakhir yaitu warna oli SAE 50 yang digunakan di


Lycoming O-360. Dari hasil pengamatan warna oli baru yaitu cokelat
bening dan oli yang lama berwarna hitam kental. Dari warna oli ini
nantinya akan dideteksi dalam sistem rancangan alat nantinya.

Gambar IV. 2 Warna oli baru dan lama


(sumber pribadi)

3. Analisis Rancangan
Dari analisis ketiga kasus di atas, maka perancang memutuskan untuk
merancang sebuah alat yang otomatis dapat mendeteksi kebocoran oli pada
engine. Dalam perancangan suatu alat prinsipnya yaitu untuk mendapatkan
efisiensi pada suatu proses perawatan pesawat dimana alat tersebut dapat
membantu pekerjaan dari mekanik dan mengurangi dampak kesalahan
manusia. Sehingga untuk spesifikasi ataupun cara kerja dari alat yaitu
disesuaikan dengan kebutuhan. Dan rencana rancangan berdasarkan
kebutuhan adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 6 Analisis rencana rancangan


(sumber pribadi)
Bagian Kebutuhan Rancangan Rencana Rancangan
Sistem Dapat beroperasi dengan Menggunakan microcontroller
otomatis. yang dapat mengontrol suatu
sistem secara otomatis.

53
Dapat mendeteksi cairan Menggunakan modul sensor
oli secara efektif. yang sensitif dalam mendeteksi
oli berdasarkan warna oli
(warna hitam oli lama).
Pendeteksian oli dapat Menggunakan tambahan sensor
dibedakan dengan cairan lain dalam pendeteksian.
lain yang memiliki
kemungkinan bocor di
pesawat.
Dapat memberikan Menggunakan indikasi suara,
indikasi kebocoran oli indikasi tampilan dan indikasi
secara maksimal. lampu.
Sumber tegangan tidak Menggunakan baterai sendiri
menggunakan sumber dari untuk rancangan.
pesawat dengan minimal Menghitung kapasitas baterai
waktu stand by 24 jam untuk dapat menyuplai
yaitu diasumsikan pesawat sesuai kebutuhan.
tidak dioperasikan selama
1 hari.
Rangka Oli yang bocor dapat Membuat container yang dapat
ditampung sehingga tidak menampung oli dengan
tercecer. kapasitas disesuaikan dengan
kapasitas oli di pesawat.
Pendeteksian sensor oli Membuat desain bagian alat
lebih efektif. yang berguna untuk
pendeteksian (catch pot).
Alat dapat mendeteksi Alat tambahan dipasang pada
kebocoran dari seluruh cowling bawah berdasarkan
sistem lubrikasi. analisis jatuhnya oli dari sistem
lubrikasi ke cowling bawah.
Pemasangan alat di Membuat sebuah alat
pesawat tidak menggangu tambahan dengan desain yang

54
sistem lain dan plug and play.
diaplikasikan saat di
ground. Melakukan pengukuran
terhadap pesawat agar presisi.
Alat digunakan ketika Bahan yang digunakan oleh
suhu oli sudah rendah rangka cukup tahan terhadap
setelah engine beroperasi. panas oli setelah beroperasi
hingga 120 °F atau sekitar
48,89 °C.
Alat harus mudah dilihat Pemberian warna yang
sehingga dapat diketahui mencolok (kuning) agar mudah
posisinya jika masih diketahui posisinya.
terpasang di pesawat.

B. Perancangan Alat
Dari analisis rancangan yang telah dilakukan dan hasilnya yaitu seperti pada
Tabel IV. 6, maka rancangan yang dibutuhkan yaitu dibagi menjadi tiga yaitu
rancangan sistem, rancangan rangka, dan detail rancangan. Dan berikut hasil
perancangan sistem dan rangka untuk alat deteksi kebocoran oli:

1. Sistem Rancangan
Untuk perancangan sistem ini akan dijabarkan dalam tiga bahasan, yaitu
membuat gambaran umum rancangan, membuat wiring diagram, dan
coding program Arduino.

a. Gambaran Umum Rancangan


Gambaran umum atau cara kerja dari sistem alat ini yaitu ketika terjadi
kebocoran oli pada engine (seal antara accessory section dan engine
casing), oli yang bocor akan jatuh diatas engine cowling bawah karena
gaya gravitasi. Kemudian dengan pemasangan attachment pada cowling
bawah, oli akan mengalir dari cowling ke catch pot dan akan dideteksi
oleh sensor. Pembacaan dari sensor-sensor ini kemudian diolah oleh
microcontroller sesuai program yang dimasukkan.

55
Gambar IV. 3 Blok diagram hasil gambaran umum rancangan
(dokumen pribadi)

Untuk sensor yang digunakan yaitu sensor warna untuk mendeteksi


warna hitam/keruh dari oli. Kemudian sensor non-contact liquid untuk
membedakan cairan yang masuk selain oli. Dengan adanya container,
oli pada catch pot yang telah penuh akan mengalir dan tertampung pada
container. Arduino UNO sebagai pengolah data nantinya akan
memberikan output ke indikator berupa lampu LED merah, hijau, dan
kuning. Dan ditambah dengan buzzer serta adanya tampilan pada LCD.

b. Wiring Diagram
Komponen-komponen terpadu yang sudah ditentukan kemudian
dirangkai sesuai wiring diagram yang perancang buat sebagai berikut:

Gambar IV. 4 Hasil rancangan wiring pada rangkaian modul


(dokumen pribadi)

56
Untuk hasil rancangan wiring pada rangkaian modul terdapat dalam
Lampiran S. Sedangkan untuk sambungan konektor yang
menghubungkan satu modul dengan modul lainnya terdapat dalam
Lampiran T.

c. Program Arduino UNO


Setelah komponen terpadu dirangkai sesuai wiring diagram (Lampiran
S), kemudian melakukan pemrogaman Arduino UNO menggunakan
software Arduino IDE. Untuk program yang digunakan untuk sistem dari
alat pendeteksi oli adalah sebagai berikut:

Gambar IV. 5 Hasil coding program Arduino UNO


(sumber pribadi)

Untuk hasil coding pemrogaman Arduino UNO terlampir pada Lampiran


H. Hasil pembacaan logika dari program adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 7 Hasil pembacaan logika dari program


(sumber pribadi)
Kondisi LED LED LED Buzzer Tampilan
Merah Kuning Hijau LCD
Normal OFF OFF ON OFF SAFE
Oli bocor ON OFF OFF ON LEAK
Cairan Lain OFF ON ON OFF SAFE

57
2. Rangka Rancangan
Dalam perancangan rangka ini digunakan hasil analisis lokasi kebocoran
dimana hasil dari analisis lokasi kebocoran oli yaitu oli yang bocor akan
jatuh dan menetes pada cowling bawah. Dari hal ini perancang membuat
rancangan untuk mengarahkan oli yang bocor ini agar mengalir ke catch pot
(tempat pendeteksian oleh sensor). Bagian-bagian alat dalam perancangan
ini yaitu attachment, catch pot, container, dan electronic compartment.
Berikut adalah hasil dari perancangan alat:

a. Catch Pot, Electronic Compartment, dan Container


Desain container ini sekaligus menyatu dengan catch pot dan electronic
compartment. Fungsi dari catch pot yaitu sebagai tempat pendeteksian oli
dan pemasangan sensor yang mendeteksi oli. Jadi setelah oli diarahkan
oleh catch pot pada cowling bawah, oli akan masuk ke tempat
pendeteksian ini untuk diidentifikasi dan dideteksi. Fungsi dari electronic
compartment yaitu tempat dimana seluruh komponen terpadu nantinya
akan diletakkan dalam alat, seperti microcontroller, sumber tegangan,
dan indikator. Dan untuk container yaitu digunakan sebagai tempat
menampung oli yang bocor agar ketika oli yang masuk ke catch pot dan
sudah berlebih akan masuk ke container. Sehingga oli tidak tercecer dan
juga tidak merusak sensor yang diletakkan di catch pot. Dan berikut
rancangan yang telah dibuat:

Gambar IV. 6 Rancangan container


(desain pribadi)

58
Untuk rancangan dari kapasitas container, volume oli yang dapat
ditampung maksimal adalah 2 quarts atau 1,89 liter. Hal ini disesuaikan
dengan POH (Pilot Operating Handbook) pesawat Sundowner C23 yang
menyatakan bahwa normal operasi dari Engine Lycoming O-360-A4J
adalah minimal 6 quarts atau 5,68 liter dari kapasitas maksimal 8 quarts
atau 7,57 liter. Sehingga diasumsikan kebocoran yang terjadi maksimal
yaitu 2 quarts. Sehingga agar dapat menampung kapasitas oli ±2 liter
maka untuk dimensinya yaitu panjang 20 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 20
cm. Jika dihitung maka hasil volumenya adalah 2000 cm3. Jika
dikonversi ke mili liter maka hasilnya 2000 ml atau 2 liter.

Gambar IV. 7 Dimensi container


(sumber pribadi)

Untuk dimensi dari electronic compartment disesuaikan dengan jumlah


komponen terpadu agar muat di dalamnya, hasil rancangannya yaitu
sebagai berikut:

Gambar IV. 8 Dimensi electronic compartment


(sumber pribadi)

Catch pot ukurannya disesuaikan dengan hasil dari jurnal penelitian


tentang sensor yang digunakan dalam perancangan ini (sensor warna

59
TCS3200). Dalam Lampiran K jurnal dari (Ratnawati & Vivianti, 2018)
menyatakan jika penempatan sensor warna terhadap objek yang dideteksi
adalah 1,5 cm dengan lebar objeknya yaitu 5,5 cm. Berdasarkan jurnal ini
perancang membuat ukuran rancangan yaitu sebagai berikut :

Gambar IV. 9 Dimensi catch pot


(sumber pribadi)

Pada catch pot juga terdapat lubang berukuran 0,64 cm yang digunakan
untuk jalur masuk oli dari cowling yang dialirkan dari selang
(attachment). Selain itu juga terdapat saluran dari catch pot ke container
dengan panjang 4,5 cm dan lebar 0,6 cm dan terletak pada ketinggian 1,5
cm yaitu sesuai dengan jarak pendeteksian sensor warna TCS3200 dari
objek yang dideteksi. Saluran ini digunakan untuk mengalirkan oli yang
telah penuh pada catch pot ke container agar cairan tidak terus
bertambah di catch pot dan merusak sensor. Gambar teknik dari
rancangan ini ada pada Lampiran U.

Gambar IV. 10 Letak saluran antara catch pot dan container


(sumber pribadi)

60
Dan untuk penempatan komponen-komponen terpadu pada alat yaitu
sebagai berikut:

Gambar IV. 11 Penempatan komponen terpadu


(dokumen pribadi)

Untuk indikatornya sendiri ditempatkan pada sisi luar electronic


compartment. Hal ini bertujuan agar memaksimalkan indikator untuk
memberikan tanda atau informasi dari hasil penyensoran kepada teknisi
yang sedang berada didekat alat. Sedangkan untuk komponen
microcontroller dan sumber tegangan ditempatkan di dalam electronic
compartment untuk melindungi dari kontaminasi oli maupun cairan lain
yang dapat merusak komponen. Electronic compartment juga untuk
menempatkan dan melindungi sambungan kabel-kabel yang
mengubungkan microcontroller ke sensor dan indikator dari kontaminasi
oli dan cairan lain.

b. Attachment
Bagian ini merupakan bagian yang akan di pasang pada cowling bawah.
Attachment akan berfungsi untuk menyekat dan mengarahkan aliran oli
yang bocor agar keluar kearah ujung cowling pada lubang landing gear.
Oli kemudian akan dialirkan melalui selangdan dimasukkan ke catch pot
untuk proses pendeteksian. Ukuran dari attachment disesuaikan dengan
ukuran lubang landing gear. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil
panjang sisi kanan dan kirinya yaitu 41 cm. Untuk sisi atas panjangnya
yaitu 13 cm dan sisi bawahnya yaitu 40 cm. Untuk tinggi sekatannya
yaitu 3 cm dan panjang selang yaitu 59 cm dari attachment ke catch pot.

61
Berikut ukuran attachment pada cowling bawah engine (gambar teknik
pada Lampiran V):

Gambar IV. 12 Dimensi attachment


(sumber pribadi)

Dari hasil pengukuran tersebut didapatkan hasil perancangan attachment


adalah sebagai berikut:

Gambar IV. 13 Rancangan attachment


(sumber pribadi)

Dan untuk gambaran pemasangan attachment ke cowling dan container


yaitu sebagai berikut:

Gambar IV. 14 Gambaran pemasangan alat pada cowling


(sumber pribadi)

62
3. Detail Rancangan
Untuk perancangan sistem ini akan dijabarkan dalam tiga bahasan, yaitu
penentuan komponen terpadu, bahan/material rangka, dan sumber tegangan
alat.

a. Penentuan Komponen Terpadu


Berikut adalah daftar komponen terpadu yang akan digunakan dalam
perancangan berdasarkan dari rencana rancangan sistem alat deteksi
kebocoran oli pada Tabel IV. 6:

Tabel IV. 8 Daftar komponen terpadu yang akan


digunakan (dokumen pribadi)
MODUL GAMBAR FUNGSI SPESIFIKASI
Microcontroller Untuk Microcontroller
Arduino UNO pembacaan Atmega 328P,
sensor dan Tipe UNO
memberi
perintah ke
(dokumen
indikator
pribadi)
secara
otomatis
Sensor Warna Deteksi Tipe TCS3200
warna hitam/
keruh dari oli
berdasarkan
nilai RGB,
(dokumen agar
pribadi) pendeteksian
oli efektif

63
Sensor Non- Mendeteksi Tipe XKC-Y25-
Contact Liquid cairan dengan V
Level tipe
waterbase,
membedakan
(dokumen cairan lain
pribadi) yang
terdeteksi.
LCD 1602 + Sebagai Tipe 16x2,
Modul I2C penampil
kondisi safe
(dokumen
atau leak
pribadi)
Lampu LED Untuk LED hijau,
memberi merah, dan
indikasi dari kuning
kebocoran
(warning
(dokumen light)
pribadi)
Buzzer Sebagai
indikator
kebocoran
dalam bentuk
suara
(dokumen
pribadi)
Baterai Sebagai Lithium ion (Li-
sumber ion), Input 5V
tegangan 2A , Output 5V
sistem untuk 1A, 6600 mAh
menyuplai
tegangan

64
(dokumen minimal 24
pribadi) jam

Kabel Jumper Untuk Female to


menghubung Male, Male to
kan arus Male, Female
antar to Female
rangkaian
(dokumen
pribadi)
Resistor Untuk 220Ω
memberikan
hambatan
(dokumen
pada LED
pribadi)

Penggunaan modul Arduino UNO ini yaitu dari hasil pertimbangan


antara lain yaitu mudah didapat di pasaran dengan harga yang terjangkau,
Arduino UNO ini juga user friendly dimana program yang digunakan
relatif mudah dengan software pemrogaman bawaan dari Arduino yaitu
Arduino IDE. Selain itu juga modul Arduino UNO ini sangat mudah
digunakan dan disesuaikan dengan modul sensor dan indikator lain untuk
membuat sebuah rancangan elektronik.

Dan penggunaan sensor warna ini ditujukan untuk pembedaan


pendeteksian jenis cairan berdasarkan warna cairan yang dimungkinkan
masuk pada catch pot. Dimana cairan tersebut yaitu fuel yang
diakibatkan karena kebocoran pada fuel system, dan air apabila pesawat
terkena hujan ketika berada di luar hangar. Sehingga dengan pembedaan
warna ini rancangan dapat membedakan cairan yang terdeteksi dan valid
untuk mendeteksi oli saja yang dimana warna oli diasumsikan berwarna
hitam/gelap. Sedangkan warna fuel dan air diasumsikan berwarna
cerah/putih.

65
b. Penentuan Bahan/Material
Dari hasil karakteristik oli yaitu, pertama temperatur normal oli saat
pengoperasian yaitu dalam rentang 120 – 245 °F atau sekitar 48,89 –
118,33 °C. Yang kedua yaitu nilai viskositas dari grade SAE 50 adalah
minimal 16,3 cP dan maksimal 21,9 cP pada suhu 100 °C. Dari data
analisis ini perancang menentukan bahan yang digunakan rancangan
rangka (attachment, catch pot, container, electronic compartment) yaitu
menggunakan akrilik.

Dimana sesuai data pada Tabel II. 14 akrilik masih dapat menahan panas
hingga 88 °C. Sedangkan kebutuhan rancangan yaitu menggunakan
bahan yang tahan terhadap panas oli ketika sudah tidak beroperasi
maksimal temperatur oli pada 120 °F atau sekitar 48,89 °C. Oleh karena
itu dalam penggunaannya di lapangan alat ini memiliki batasan hanya
dapat digunakan ketika temperatur oli di bawah 88 °C.

Sedangkan untuk selang yang menghubungkan attachment ke catch pot


yaitu menggunakan bahan polyurethane (PU). Suhu maksimal yang dapat
diterima bahan ini yaitu di bawah 75 °C. Sehingga dari keuatan suhu
bahan yang ada dan menghindari bahaya oli panas saat pemasangan, alat
lebih baik digunakan pada saat engine tidak menyala agar lebih safety.

c. Penentuan Sumber Tegangan


Dari kebutuhan pada alat yaitu untuk suplai dalam waktu 24 jam, dengan
konsumsi arus rata-rata pada rangkaian yaitu 50 mA, maka kapasitas
baterai yang dibutuhkan yaitu:

Berdasarkan rumus II. 4 disebutkan bahwa nilai muatan listrik (Q) hasil
kali dari arus (I) dan waktu (t), maka:

𝑄 =𝐼×𝑡
𝑄 = 50 𝑚𝐴 × 24 ℎ
𝑸 = 𝟏𝟐𝟎𝟎 𝒎𝒊𝒍𝒊 𝑨𝒎𝒑𝒆𝒓𝒆. 𝒉𝒐𝒖𝒓
𝑸 = 𝟒. 𝟑𝟐𝟎 𝑪𝒐𝒖𝒍𝒐𝒎𝒃𝒔

66
Namun dengan adanya discharge safety sebesar 20% dari kapasitas
baterai maka, dengan menggunakan rumus II. 5 didapatkan hasil:

𝑄
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 =
80%
1200
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 =
80%
𝑸𝒓𝒆𝒂𝒍 𝒕𝒊𝒎𝒆 = 𝟏𝟓𝟎𝟎 𝒎𝒊𝒍𝒊 𝑨𝒎𝒑𝒆𝒓𝒆. 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔

𝑸𝒓𝒆𝒂𝒍 𝒕𝒊𝒎𝒆 = 𝟓. 𝟒𝟎𝟎 𝑪𝒐𝒖𝒍𝒐𝒎𝒃𝒔

Dari hasil ini maka untuk menyuplai alat dalam 24 jam maka minimal
menggunakan baterai dengan kapasitas 1.500 mAh (5.400 Coulombs).
Sedangkan dalam perancangan ini penulis menentukan pemakaian baterai
dengan kapasitas 6.600 mAh. Oleh karena itu baterai sangat cukup untuk
memenuhi kebutuhan suplai alat selama minimal 24 jam.

C. Uji Coba
Dalam pengujian ini akan dilakukan dengan tiga jenis cairan yang berbeda
untuk menguji apakah indikator berfungsi sesuai program atau tidak. Dengan
parameter waktu seberapa cepat alat mendeteksi kebocoran. Kemudian volume,
berapa banyak oli yang terdeteksi ketika indikator menyala. Berikut hasil
pengujian alat:

1. Pengujian dengan Oli


Untuk pengujian dengan oli mendapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel IV. 9 Hasil uji coba alat keseluruhan dengan oli


(dokumen pribadi)
Uji Volume Waktu Indikator yang Tampilan
Keterangan
Ke Oli (ml) (s) Menyala LCD
LED Merah dan
1 40 25,40 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
2 40 57,75 Leak Berhasil
Buzzer

67
LED Merah dan
3 30 29,35 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
4 30 35,30 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
5 30 28,98 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
6 30 26,64 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
7 20 30,68 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
8 20 30,23 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
9 20 43,17 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
10 20 31,25 Leak Berhasil
Buzzer

Pengujian pertama yaitu dengan menggunakan cairan oli dimana ini


merupakan tujuan dalam pembuatan rancangan. Dari hasil yang didapat,
rancangan alat sangat efektif untuk mendeteksi kebocoran oli. Hal ini
dibuktikan dengan dari 10 kali percobaan seluruhnya berhasil dalam
mendeteksi adanya oli. Dimana indikator yang menyala yaitu LED merah
dan buzzer dan LCD menampilkan kondisi leak sesuai dengan logika sistem.
Dengan menggunakan rumus II. 2, maka dapat dihitung debit dari
kebocoran oli:

Tabel IV. 10 Debit aliran oli dalam percobaan alat


(dokumen pribadi)
Uji Ke Volume Oli (ml) Waktu (s) Debit oli (ml/s)
1 40 25,40 1,57
2 40 57,75 0,69
3 30 29,35 1,02

68
4 30 35,30 0,85
5 30 28,98 1,04
6 30 26,64 1,13
7 20 30,68 0,65
8 20 30,23 0,66
9 20 43,17 0,46
10 20 31,25 0,64

Gambar IV. 15 Pembacaan indikator pengujian dengan oli


(Sumber pribadi)

2. Pengujian dengan Fuel


Hasil dari pengujian alat dengan cairan fuel adalah:

Tabel IV. 11 Hasil uji coba alat keseluruhan dengan fuel


(dokumen pribadi)
Uji Volume Waktu Indikator Tampilan
Keterangan
Ke Fuel (ml) (s) yang Menyala LCD
Kurang
1 80 30,13 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
2 80 61,00 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
3 80 72,52 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
4 60 42,73 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
5 60 50,56 LED Hijau Safe
Berhasil

69
Kurang
6 60 60,02 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
7 40 25,05 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
8 40 46,35 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
9 20 11,16 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
10 20 26,10 LED Hijau Safe
Berhasil

Dari hasil yang didapatkan dari pengujian alat dengan cairan fuel, masih
kurang berhasil. Dikatakan kurang berhasil karena jika dibandingkan
dengan logika sistem rancangan, untuk indikator yang menyala seharusnya
adalah LED hijau dan kuning. sedangkan hasil yang didapat hanya LED
hijau yang menyala dari 10 kali percobaan. Namun untuk tampilan pada
LCD tetap safe, oleh karena itu masih dikatakan berhasil karena alat masih
menampilkan kondisi safe walaupun indikator LED kuning tidak menyala.
Dengan menggunakan rumus II. 2 , maka dapat dihitung debit dari fuel yang
masuk ke alat:

Tabel IV. 12 Debit aliran fuel dalam percobaan alat


(dokumen pribadi)
Uji Ke Volume Fuel (ml) Waktu (s) Debit oli (ml/s)
1 80 30,13 2,66
2 80 61,00 1,31
3 80 72,52 1,10
4 60 42,73 1,40
5 60 50,56 1,19
6 60 60,02 1,00
7 40 25,05 1,60
8 40 46,35 0,86

70
9 20 11,16 1,79
10 20 26,10 0,77

Gambar IV. 16 Pembacaan indikator pengujian dengan fuel


(sumber pribadi)

3. Pengujian dengan Air


Sedangkan untuk pengujian dengan air yaitu:

Tabel IV. 13 Hasil uji coba alat keseluruhan dengan air


(dokumen pribadi)
Uji Volume Waktu Indikator Tampilan
Keterangan
Ke Air (ml) (s) yang Menyala LCD
LED Hijau dan
1 20 11,74 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
2 20 10,95 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
3 40 18,73 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
4 20 12,30 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
5 20 13,38 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
6 40 21,10 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
7 40 19,20 Safe Berhasil
LED Kuning

71
LED Hijau dan
8 30 14,60 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
9 20 11,47 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
10 20 14,49 Safe Berhasil
LED Kuning

Dari hasil percobaan di atas, rancangan alat berhasil membedakan


pendeteksian cairan selain oli. Ketika cairan yang masuk ke catch pot
adalah air ataupun cairan waterbase, maka indikator yang menyala adalah
LED hijau dan LED kuning dimana LCD juga menampilkan keadaan safe.
Dari 10 kali percobaan dengan debit yang berbeda-beda, seluruhnya berhasil
menjalankan logika dari sistem rancangan. Dengan menggunakan rumus II.
2 maka dapat dihitung debit dari fuel yang masuk ke alat:

Tabel IV. 14 Debit aliran air dalam percobaan alat


(dokumen pribadi)
Uji Ke Volume Air (ml) Waktu (s) Debit oli (ml/s)
1 20 11,74 1,70
2 20 10,95 1,83
3 40 18,73 2,14
4 20 12,30 1,63
5 20 13,38 1,49
6 40 21,10 1,90
7 40 19,20 2,08
8 30 14,60 2,05
9 20 11,47 1,74
10 20 14,49 1,38

72
Gambar IV. 17 Pembacaan indikator pengujian dengan air
(sumber pribadi)

D. Analisis Hasil Pengujian


Dari hasil pengujian alat dengan menggunakan cairan oli didapatkan hasil
seperti sebagai berikut:

1. Volume Rata-Rata
Volume oli rata-rata saat indikator menyala yaitu dengan rumus II. 7:

𝑉1 + 𝑉2 + … + 𝑉𝑛
𝑉̅ = 𝑉𝑛

40 + 40 + 30 + 30 + 30 + 30 + 20 + 20 + 20 + 20
𝑉̅ = 10

𝑽̅ = 𝟐𝟖, 𝟎𝟎 𝒎𝑳

2. Waktu Rata-Rata
Waktu rata-rata indikator menyala sejak terjadi kebocoran oli yaitu dengan
rumus II. 7:
𝑡1 + 𝑡2 + … + 𝑡𝑛
𝑡̅ = 𝑡𝑛
25,40 + 57,75 + 29,35 + 35,30 + 28,98 + 26,64
+30,68 + 30,23 + 43,17 + 31,25
𝑡̅ = 10

𝒕̅ = 𝟑𝟑, 𝟖𝟖 𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌

73
3. Debit Kebocoran
Dengan diketahui volume oli yang bocor dan waktu untuk dapat
menghidupkan indikator, dengan menggunakan rumus II. 2 maka debit
kebocoran adalah:

𝑉
𝑄=
𝑡

28,00
𝑄=
33,88

𝑸 = 𝟎, 𝟖𝟒 𝒎𝑳/𝒔

4. Persentase Keberhasilan
Sedangkan untuk presentase keberhasilan alat dalam mendeteksi oli yaitu
dihitung dengan rumus II. 6:

Jumlah percobaan − jumlah gagal


Keberhasilan (%) = × 100%
jumlah percobaan

10 − 0
Keberhasilan (%) = × 100%
10

𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥𝐚𝐧 (%) = 𝟏𝟎𝟎%

74
Bab V
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari perancangan ini yaitu sebagai berikut:

1. Dari analisis kasus kebocoran yang telah dilakukan pada tiga kasus berbeda,
perancang memfokuskan bahasan tentang perlunya alat bantu perawatan
engine yang dapat mengindikasikan kebocoran oli secara otomatis dan
menampung oli yang bocor agar tidak tercecer dan mengenai komponen
lain. Kemudian dilakukan analisis kebocoran oli pada engine Lycoming O-
360 sebagai objek perancangan dan didapatkan hasil yaitu sistem
pelumasannya yaitu tipe wet sump dengan teknik pelumasasan pressure.
Untuk lokasi kebocoran diasumsikan akan jatuh ke cowling bawah seperti
pada informasi Lampiran G, Lampiran I, dan Lampiran J. Dan analisis hasil
perhitungan debit kebocoran oli diasumsikan yaitu 4,22 ml/detik. Dimana
untuk rencana pendeteksian oli yaitu berdasarkan warna oli yang dibatasi
pada warna oli lama (hitam). Sedangkan untuk karakteristik oli yang
digunakan pada Lycoming O-360 yaitu grade SAE 50 dengan viskositas
minimal 16,3 cP dan maksimal 21,9 cP pada suhu 100 °C dan temperatur
normal oli saat pengoperasian yaitu dalam rentang 48,89 – 118,33 °C. Dan
untuk analisis kebutuhan rancangan yaitu sesuai dengan hasil analisis pada
Tabel IV. 6.

2. Perancangan alat eksperimental deteksi kebocoran oli ini berhasil dengan


hasil rancangan sistem alat pendeteksi kebocoran oli ini yaitu pada Gambar
IV. 3. Dan hasil rancangan wiring pada rangkaian modul adalah pada
Gambar IV. 4. Sedangkan untuk program yang digunakan yaitu pada
Lampiran H. Hasil perancangan rangka yaitu pada Gambar IV. 6 dan
Gambar IV. 13. Untuk penempatan modul adalah sesuai Gambar IV. 11 dan
pemasangan pada cowling bawah yaitu seperti Gambar IV. 14. Bahan
rangka dibuat menggunakan bahan akrilik dimana memiliki ketahanan suhu
maksimal 88 °C sehingga alat dapat digunakan pada saat suhu oli sudah di

75
bawah suhu tersebut agar tidak merusak rangka dan modul. Untuk
komponen terpadu yang digunakan yaitu microcontroller Arduino UNO
dengan sensor warna TCS3200 dan sensor non-contact liquid XKC-Y25-V
seperti pada Tabel IV. 8. Sedangkan untuk kapasitas baterai didapatkan
hasil perhitungan yaitu minimal kapasitas baterai adalah 1500 mAh karena
kebutuhan suplai yang diperlukan adalah 24 jam dan maksimal discharge
sebesar 80% dari kapasitas total.

3. Untuk hasil analisis keefektifan rancangan, dari 10 kali percobaan dengan


debit kebocoran oli yang bervariasi didapatkan hasil rata-rata volume oli
saat indikator aktif yaitu 28,00 ml. Dan waktu rata-rata indikator menyala
sejak terjadi kebocoran oli yaitu 33,88 detik. Maka didapatkan debit rata-
ratanya yaitu 0,84 ml/s. Dari hasil pengujian pada Tabel IV. 9 didapatkan
persentase keberhasilan alat dalam mendeteksi kebocoran oli yaitu 100%.
Perbandingan pengujian juga dilakukan dengan cairan berbeda yaitu fuel
100LL dan air didapatkan hasil untuk fuel dan air dapat dibedakan
pendeteksiannya dari indikator yang ditampilkan pada LCD dan buzzer
seperti pada Tabel IV. 11 dan Tabel IV. 13.

B. Saran
Adapun saran-saran guna lebih mengembangkan desain dan fungsi alat untuk
penelitian selanjutnya:

1. Pemasangan di pesawat
Dengan kekurangan rancangan alat ini, perancang menyarankan untuk
dapat mengembangkan rancangan attcahment di pesawat dimana dalam
rancangan ini alat deteksi hanya dapat dipasang di ground saja akan lebih
baik lagi jika dapat dipasang langsung di pesawat dan dapat dibawa terbang
dengan pemasangan indikator dapat langsung ke cockpit. Serta agar desain
attachment dapat dirancang agar dapat dipasang untuk beberapa jenis
pesawat sejenis.

2. Sensitivitas Sensor
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya rancangan ini dapat dikembangkan
dalam penggunaan sensor yang lebih baik seperti sensor IR maupun sensor

76
lain yang lebih efektif dari sensor perancangan ini untuk mendeteksi oli
dimana hasil dari perancangan ini untuk mendeteksi oli masih memerlukan
waktu rata-rata 34 detik dengan volume oli minimal yang keluar adalah 28
ml serta pendeteksian oli hanya berdasarkan warna oli (hitam).

3. Pemasangan Sensor
Dalam perancangan ini sensor yang digunakan hanya satu dengan
mengandalkan oli yang jatuh ke cowling bawah. Oleh karena itu agar
pendeteksian yang lebih efektif sensor dapat dipasang pada setiap tempat
yang memiliki risiko besar terjadinya kebocoran oli dari hasil analisis lokasi
kebocoran yang telah dilakukan.

4. Bahan rangka
Untuk penelitian selanjutnya, bahan rangka dapat memakai bahan yang
lebih tahan panas sesuai dengan temperatur oli saat engine pesawat yang
masih menyala. Dan juga dapat memberikan perlindungan pada komponen
terpadu dari suhu tinggi dari kerusakan.

77
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, K., & Wagiani, S. (2013). Studi Analisis Perbandingan Kecepatanaliran


Air Melalui Pipa Venturi Dengan Perbedaan Diameter Pipa. Jurnal
dinamika, 04(1), 62–78.

Abimanyu, K., Lestari, N., Fauzi, M. A., Nurcahya, A., Studi, P., Elektro, T., &
Buana, U. S. (2020). Perancangan Sistem Monitoring Penggantian Oli
Pada Sepeda Motor Berdasarkan Jarak Tempuh. 13(1), 58–70.

Ajang, R. (2015). Cara Simple Program LCD i2C 16×2 Menggunakan Arduino -
Kelas Robot. https://kelasrobot.com/cara-simple-program-lcd-i2c-16x2-
menggunakan-arduino/

Arsitag. (2021). Mengenal Lebih Dalam Tentang Akrilik - ARSITAG.


https://www.arsitag.com/article/mengenal-akrilik

BEA, B. d’Enquetes et d’Analyses. (2021). Oil leak, engine in-flight shut-down,


loss of control, collision with the ground. April, 1–4.

Beechcraft. (1997). Raytheon Aircraft Beech 19, 23, 24 Series Maintenance


Manual_Section 5. In Raytheon Aircraft Beech 19, 23, 24 Series Shop
Manual (hal. 5–3). Beech Aircraft Corporation.

Beechcraft. (2010). Pilot’s Operating Handbook And FAA Approved Airplane


Flight Manual Skylane (Nomor October 2006). Beech Aircraft Corporation.
https://www.rainierflightservice.com/aircraftdocs/182-poh.pdf

CASR, part 1. (2017). Republic of Indonesia Ministry of Transportation.


Certification and Operating Requirements: Domestic, Flag, and
Supplemental Air Carriers, Amdt 12, 263.

DeLisi, J. (2018). National transportation safety board Aviation Accident Data


Summary. 63rd Annual Business Aviation Safety Summit, BASS 2018, C,
161–179. https://doi.org/10.5749/j.ctvthhd37.29

Deswinar. (2017). Psycho Techno: PEMROGRAMAN LCD 16x2.

78
http://psychotechengineering.blogspot.com/2017/01/pemrograman-lcd
16x2.html

Engines, L. (2009). Service instruction - Crankshaft Oil Seals. 912(February), 1–


5.

Engines, L. (2010). Service instruction Lycoming Engine. Reason, 912(February),


1–5.

Engines, L. P. (2000). AD / LYC / 105 Amdt 1 Oil Filter Converter Plate Gasket.
September, 1–2.

FAA, F. A. A. (2018). Aviation Maintenance Technician Handbook - General.


U.S. Department of Transportation.

Handoko, P. (2017). Sistem Kendali Perangkat Elektronika Monolitik Berbasis


Arduino Uno R3. November, 1–2.

Harlin, Y. E. K. (2019). Rancang Bangun Emergency Respons Cairan Infus


Berbasis Internet of Things Dan Tetes Infus Otomatis. 12.

Hasugian, R. N. (2018). RANCANG BANGUN ALAT UKUR VISKOSITAS


DIGITAL PADA OLI MENGGUNAKAN SENSOR EFEK HALL. Tugas
Akhir.

Husni, N. L., Rasyad, S., Putra, M. S., Hasan, Y., & Rasyid, J. Al. (2020).
Pengaplikasian Sensor Warna Pada Navigasi Line Tracking Robot Sampah
Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Ampere, 4(2), 297.
https://doi.org/10.31851/ampere.v4i2.3450

Irsyam, M., & Sadarsyah, P. (2019). PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI


KELAYAKAN OLI PADA KENDARAAN SEPEDA MOTOR BERBASIS
ARDUINO UNO ATMEGA 328. 2(2), 179–191.

Legiviani, R. (2016). Tugas akhir – PENGARUH PERBANDINGAN KOMPOSISI


PENYUSUN POLYURETHANE DAN FRAKSI MASSA SERAT KELAPA
TERHADAP KOEFISIEN ABSORBSI SUARA DAN KEKUATAN LENTUR
KOMPOSIT SERAT KELAPA PADA APLIKASI MUFFLER Rani.

79
Lubis, N. A. (2018). The Influence of Liquid Viscosity on Falling Time By
Falling Ball Method. FISITEK : Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi, 2(2), 26.
https://doi.org/10.30821/fisitek.v2i2.1809

Lycoming. (2016). Operator ’ s Manual Lycoming O-360 Series. 60297, 91.


www.lycoming.com

Lycoming, M. (2005). Operator ’ s Manual O-360, HO-360, IO-360, AIO-360,


HIO-360 & TIO-360 Series (Nomor 60297). Lycoming.

Maulida, R. H., & Rani, E. (2012). Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu Dan
Kontaminan Terhadap Viskositas Oli Menggunakan Rotary Viscometer.
Jurnal Neutrino, 0(0), 18–31. https://doi.org/10.18860/neu.v0i0.1624

Pahl, G., & Beitz, W. (1988). Engineering Design: A Systematic Approach (K.
Wallace (ed.); Vol. 148).

Pandi, S. D., Santosa, H., & Mulyono, J. (2014). Perancangan Preventive


Maintenance Pada Mesin Corrugatting dan Mesin Flexo di PT. Surindo
Teguh Gemilang. Jurnal Widya Teknik, 13(1), 33–38.

Pandiangan, P. (2011). Ketidakpastian dan Pengukuran. Praktikum IPA, 1–35.


http://repository.ut.ac.id/4772/1/PEPA4203-M1.pdf

Pauzan, M. (2020). Bahasa Pemrogaman Arduino. In M. Pauzan (Ed.), Journal of


Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Nomor 9). K-Media.

Plaskolite. (2021). Fabrication Guide Fabrication Tips & Technique.


https://www.piedmontplastics.com/resources/literatures/acrylic-sheet-
fabrication-guide#:~:text=OPTIX acrylic sheet can be,without noticeable
changes in properties.

Prabowo, W. G., Arninputranto, W., & Setiawan, A. (2018). Identifikasi Bahaya


Dengan Metode Preliminary Hazard Analysis (PHA) Pada Bengkel/Lab
Serta Pembuatan Sistem Informasi UPI K3 dan Pelaporan Kecelakaan
(Studi Kasus di PPNS). Seminar K3, 1(1), 141–146.

Ratnawati, D., & Vivianti. (2018). Alat Pendeteksi Warna Menggunakan Sensor

80
Warna TCS3200 Dan Arduino Nano. Prosiding Seminar Nasional Vokasi
Indonesia, 1(November), 167–170.

Robot, D. (2021). Non contact Liquid Level Sensor XKC-Y25-T12V SKU


SEN0204-DFRobot. https://wiki.dfrobot.com/Non-
contact_Liquid_Level_Sensor_XKC-Y25-T12V_SKU SEN0204

Sanderson Inc., J. (2003). A&P TECHNICIAN POWERPLANT TEXTBOOK.


Jeppesen Sanderson.

Susanti, I., Rumiasih, R., RS, C., & Firmansyah, A. (2019). ANALISA
PENENTUAN KAPASITAS BATERAI DAN PENGISIANNYA PADA
MOBIL LISTRIK. Elektra, 4(2), 29–37.

Training, A. S. (2013). B03 Basic Electrical Fundamentals Part 1 - Electrical


Fundamentals. AST.

Training, A. S. (2014). B05 Basic Digital Techniques & EIS. AST.

Widianto, E. Y., & Hartopo, H. (2016). Analisis Terjadinya High Oil


Consumption Pada Lubrication System Pesawat Boeing 737-500 Pk-Ggf.
Jurnal INDEPT, 6(1), 9–15.

81
LAMPIRAN

82
Lampiran A Pilot’s Operating Handbook Beechcraft Sundowner C23

83
Lampiran B 100 Hours Inspection Beechcraft Sundowner 180 C23

84
Lampiran C Jurnal High Oil Consumption pada Engine

85
86
Lampiran D Spesifikasi Lycoming O-360

87
88
89
Lampiran E Kasus 1 Kebocoran Oli

90
Lampiran F Kasus 2 Kebocoran Oli

91
92
Lampiran G Oli pada Lycoming O-360 di cowling bawah Sundowner C23

93
94
Lampiran H Coding Program Microcontroller Arduino UNO
//PROGRAM OIL LEAKAGE DETECTOR

//Library LCD

#include <LiquidCrystal_I2C.h>

#include <Wire.h>

//DEFINE PIN

#define Non 3

#define ledRed 4

#define ledGreen 5

#define ledYellow 6

#define buzzer 7

#define s0 8

#define s1 9

#define s2 10

#define s3 11

#define out 12

// set the LCD address to 0x27 for a 16 chars and 2 line display

LiquidCrystal_I2C lcd(0x27, 16, 2);

//This is where we're going to stock our values

95
int data=0;

int Liquid_level=0;

void setup()

// initialize the lcd

lcd.init();

lcd.backlight();

//pin modes

pinMode(s0, OUTPUT);

pinMode(s1, OUTPUT);

pinMode(s2, OUTPUT);

pinMode(s3, OUTPUT);

pinMode(out, INPUT);

pinMode(buzzer, OUTPUT);

pinMode(ledRed, OUTPUT);

pinMode(ledGreen, OUTPUT);

pinMode(ledYellow, OUTPUT);

pinMode(Non, INPUT);

digitalWrite(buzzer, LOW);

96
digitalWrite(ledRed, LOW);

digitalWrite(ledGreen, LOW);

digitalWrite(ledYellow, LOW);

digitalWrite(Non, LOW);

//Putting S0/S1 on HIGH/HIGH levels means the output frequency scalling is at


100% LOW/LOW is off HIGH/LOW is 20% and LOW/HIGH is 2%

digitalWrite(s0,HIGH);

digitalWrite(s1,HIGH);

Serial.begin(9600); //intialize the serial monitor

void TCS()

//S2/S3 levels define which set of photodiodes we are using

//LOW/LOW is for RED LOW/HIGH is for Blue and HIGH/HIGH is for green

digitalWrite(s2,LOW);

digitalWrite(s3,LOW);

Serial.print("Red value= ");

GetData();

97
digitalWrite(s2,HIGH);

digitalWrite(s3,HIGH);

Serial.print("Green value= ");

GetData();

digitalWrite(s2,LOW);

digitalWrite(s3,HIGH);

Serial.print("Blue value= ");

GetData();

Serial.println();

delay(1000);

lcd.setCursor(0, 0);

lcd.print("LEAKAGE DETECTOR");

void loop()

TCS();

logika_void();

98
void Sensor_Non()

Liquid_level = digitalRead(Non);

if(Liquid_level != 0)

digitalWrite(ledYellow, HIGH);

} else

digitalWrite(ledYellow, LOW);

Serial.print("Cairan_lain= ");

Serial.print(Liquid_level,DEC);

Serial.print(" || ");

void logika_hitam()

digitalWrite(ledRed, HIGH);

digitalWrite(ledGreen, LOW);

digitalWrite(buzzer, HIGH);

lcd.setCursor(0, 1);

99
lcd.print(" LEAK:( ");

void logika_selain_hitam()

digitalWrite(ledRed, LOW);

digitalWrite(ledGreen, HIGH);

digitalWrite(buzzer, LOW);

lcd.setCursor(0, 1);

lcd.print(" SAFE:) ");

void logika_void()

if (data < 125)

logika_hitam();

Sensor_Non();

} else if(data >= 125)

10
logika_selain_hitam();

Sensor_Non();

void GetData()

//here we wait until "out" go LOW, we start measuring the duration and stops
when "out" is HIGH again

data=pulseIn(out,LOW);

//maping is for change scale sensor reading to RGB color value

data=map(data, 7, 68, 255, 0);

//it's a time duration measured, which is related to frequency as the sensor gives a
frequency depending on the color

Serial.print(data);

//The higher the frequency the lower the duration

Serial.print("\t");

delay(20);

10
Lampiran I Referensi 1 Rancangan Container

10
Lampiran J Referensi 2 Rancangan Container

10
Lampiran K Referensi 3 Rancangan Container

10
Lampiran L Temperatur dan Tekanan Oli pada Engine Lycoming O-360

10
Lampiran M Foto Perancangan dan Uji Coba
(Pengukuran)

(Perancangan Sistem)

10
(Pengujian Alat di Pesawat)

10
10
10
Lampiran N Data sheet spesifikasi Arduino UNO

Arduino 101 (USA ONL


& Genuino 101 (OUT
Arduino 101 & Gen
successor of the U
technologies. It
features a six-
Control you
Bluetooth
Overview

A learning and development board that delivers the performance


Curie™ Module with the simplicity of Arduino at an entry-leve
It keeps the same robust form factor and peripheral list of the
LE capabilities and a 6-axis accelerometer/gyro tohelp you
world. .

The module contains two tiny cores, an x86 (Quark


32MHz. The Intel toolchain compiles your Ardu
demanding tasks.
The Real-Time Operating Systems (RTOS
March 2016. Until then, it's not possible
mailboxes, so it can only accomplish
into flash, expose Bluetooth LE fun
development and new functions

The 101 comes with 14 digi


connector for serial com
dedicated pins.
The board operating

The Arduino 1
Intel®.

Getting
In th
A

11
Get Inspired

 Try out the integrated accelerometer and gyro and discover sensor fusion
 Count your steps using the advanced features of 101's accelerometer
 Monitor your heart rate using the Bluetooth Low Energy capabilities (BLE)

Need Help?

 On the Software on the Arduino Forum


 On Projects on the Arduino Forum
 On the Product itself through our Customer Support

Technical specs

icrocontroller Intel Curie


perating Voltage 3.3V (5V tolerant I/O)
nput Voltage (recommended) 7-12V
nput Voltage (limit) 7-20V
igital I/O Pins 14 (of which 4 provide PWM output)
WM Digital I/O Pins 4
nalog Input Pins 6
C Current per I/O Pin 4 mA
lash Memory 196 kB
RAM 24 kB
lock Speed 32MHz
eatures Bluetooth LE, 6-axis accelerometer/gyro
ength 68.6 mm
idth 53.4 mm

Programming
The 101 can be programmed with the Arduino Software (IDE). Select "Arduino/Genuino 101" from the Tools >
Board menu. For details, see the referenceand tutorials.
The board comes preprogrammed with an RTOS that handles USB connection andallows you to upload new
code without the use of an external hardware programmer. It communicates using the DFU protocol (reference).

Differences with other boards


The 101 has some features in common with both UNO (connectors, available peripherals) and Zero (32bit
microcontroller, 3.3V IO) but the low power Intelmicrocontroller, on-board BLE and motion sensors make it
unique.

Power
The 101 board can be powered via the USB connection or with an external powersupply. The power source is
selected automatically.
External (non-USB) power can come either from an AC-to-DC adapter (wall-wart)or battery. The adapter

11
11
Lampiran O Data sheet spesifikasi Atmega 328P

8-bit AVR Microcontrollers

ATmega328/P

DATASHEET COMPLETE

Introduction
The Atmel® picoPower® ATmega328/P is a low-power CMOS 8-bit
microcontroller based on the AVR® enhanced RISC architecture. By
executing powerful instructions in a single clock cycle, the
ATmega328/P achieves throughputs close to 1MIPS per MHz.
This empowers system designer to optimize the device for power
consumption versus processingspeed.

Feature
High Performance, Low Power Atmel®AVR® 8-Bit Microcontroller
Family
• Advanced RISC Architecture
– 131 Powerful Instructions
– Most Single Clock Cycle Execution
– 32 x 8 General Purpose Working Registers
– Fully Static Operation
– Up to 20 MIPS Throughput at 20MHz
– On-chip 2-cycle Multiplier
• High Endurance Non-volatile Memory Segments
– 32KBytes of In-System Self-Programmable Flash program
Memory
– 1KBytes EEPROM
– 2KBytes Internal SRAM
– Write/Erase Cycles: 10,000 Flash/100,000 EEPROM
– Data Retention: 20 years at 85°C/100 years at 25°C(1)
– Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits
• In-System Programming by On-chip Boot Program
• True Read-While-Write Operation
– Programming Lock for Software Security
• Atmel® QTouch® Library Support
– Capacitive Touch Buttons, Sliders and Wheels
– QTouch and QMatrix® Acquisition
– Up to 64 sense channels

Atmel-42735A-ATmega328/P_Datasheet_Complete-06/2016

11
• Peripheral Features
– Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescaler and Compare Mode
– One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and Capture Mode
– Real Time Counter with Separate Oscillator
– Six PWM Channels
– 8-channel 10-bit ADC in TQFP and QFN/MLF package
• Temperature Measurement
– 6-channel 10-bit ADC in PDIP Package
• Temperature Measurement
– Two Master/Slave SPI Serial Interface
– One Programmable Serial USART
– One Byte-oriented 2-wire Serial Interface (Philips I2C compatible)
– Programmable Watchdog Timer with Separate On-chip Oscillator
– One On-chip Analog Comparator
– Interrupt and Wake-up on Pin Change
• Special Microcontroller Features
– Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection
– Internal Calibrated Oscillator
– External and Internal Interrupt Sources
– Six Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-down, Standby, and
Extended Standby
• I/O and Packages
– 23 Programmable I/O Lines
– 28-pin PDIP, 32-lead TQFP, 28-pad QFN/MLF and 32-pad QFN/MLF
• Operating Voltage:

– 1.8 - 5.5V

• Temperature Range:

– -40°C to 105°C

• Speed Grade:

– 0 - 4MHz @ 1.8 - 5.5V

– 0 - 10MHz @ 2.7 - 5.5V

– 0 - 20MHz @ 4.5 - 5.5V

• Power Consumption at 1MHz, 1.8V, 25°C


– Active Mode: 0.2mA
– Power-down Mode: 0.1μA
– Power-save Mode: 0.75μA (Including 32kHz RTC)

11
Lampiran P Data sheet spesifikasi sensor warna TCS3200

11
11
Lampiran Q Data sheet spesifikasi sensor non-contact liquid XKC-Y25

XKC Y25 T12V


PRODUCT INTRODUCTION:
 Input Voltage: DC 5-24V
 Power Consumption: 5mA
 Output Voltage (high level): InVCC
 Output Voltage (low level): 0V
 Output Current: 1-50mA
 Response Time: 500ms
 Operating Ambient Temperature: 0~100 Celsius
 Sensor Thickness (sensitivity) Range: 0-20mm
 Communication: NPN
 Humidity: 5%-100%
 Material: ABS
 Waterproof Performance: IP67
 Operating Principle: intelligent non-contact liquid level sensor is for detecting whether
there is liquid by water induction capacitor. When there is no liquid to approach the sensor,
sensor will generate certain static capacitance because of the capacitor distribution;
when the liquid rises slowly to approach the sensor, the liquid parasitic capacitor will
coupling to this static capacitor so that the terminal capacitance of sensor will increase;
the changing capacitance signal will be input to control IC and achieve signal switch, then
transform the changing capacitance value into variation of certain electric signal. Using
certain algorithm to detect and judge the degree of the variation; when the variation has
surpassed certain threshold value, then it means the liquid level reaches sensing point.

FEATURES:
 It is applicable to non-metal outer wall not necessary to directly contact with liquid so
that it can avoid liquid corrosion of strong acid or alkali, or the influence by scale or
other impurities.
 Intelligent liquid level benchmark adjustment and liquid level memory function, liquid level
status display way, it can achieve multi-point serial connection; support 0-Vcc output.
 Accurate and stable detection, it can detect boiling water liquid surface.
 Pure electronic structure, non-mechanical operation way; and it has stable
performance and long life.
 High stability, high sensitivity, strong anti-interference capacity; it will not be affected by
power frequency interference and common mode interference due to special disposals
so as to compatible with 5-24V power adapter.
 Strong compatibility, and it can penetrate into non-metal tube, such as plastic,
glass, ceramic etc. Its sensing tube wall thickness can be up to 12mm; liquid,
powders, particulates all can be detected.
 Voltage output, wide range of voltage (5-24V), and it is applicable to connect various circuit
and product applications.

CONNECTION INTRODUCTION:
 Brown wire (VCC); power 5-24V (connects power positive)
 Yellow (OUT); signal output
Black wire (M); output level (positive output or negative output) control. When black wire connects high
level, yellow wire is positive output signal wire; if there is induction, it will output high level; if there is no
induction, it will output low level (NPN-disconnect) When black wire connects low level, yellow wire is
negative output signal wire; if there is

11
 induction, it will output low level; if there is no induction, it will output high level
 Blue wire (GND); ground wire (connects power negative)

SENSITIVITY ADJUSTMENT:
1. Open the back cover of the sensor head, use small screwdriver to adjust the sensitivity knob
2. If counter clockwise rotate the knob, it will increase sensitivity, otherwise, it will
decrease the sensitivity.

11
11
Lampiran R Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahun 2021
No Kegiatan Bulan April Mei Juni Juli Agustus September
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyerahan proposal tugas akhir siap
1
uji
2 Sidang proposal tugas akhir
Penulisan naskah dan bimbingan dari
3
dosen pembimbing
4 Pembuatan rancangan alat

5 Pengujian alat
Pengesahan tulisan dan penyerahan
6
tugas akhir siap uji
7 Sidang tugas akhir

12
Lampiran S Wiring Diagram Sistem Pendeteksi Kebocoran oli

12
Lampiran T Koneksi antar modul elektronik

Sensor TCS3200 Arduino UNO Pin RW Pin RW


Pin S0 Pin digital 8 Pin E Pin E
Pin S1 Pin digital 9 Pin D0 Pin D0
Pin S2 Pin digital 10 Pin D1 Pin D1
Pin S3 Pin digital 11 Pin D2 Pin D2
Pin OUT Pin digital 12 Pin D3 Pin D3
Pin GND Pin 5V Pin D4 Pin D4
Pin VDD Pin GND Pin D5 Pin D5
Pin D6 Pin D6
Sensor XKC-Y25 Arduino UNO Pin D7 Pin D7
Pin GND (kabel biru) Pin GND Pin A Pin A
Pin OUT (kabel kuning) Pin digital 3 Pin K Pin K
Pin VCC (kabel coklat) Pin 5V
Modul I2C Arduino UNO
LCD Modul I2C Pin GND Pin GND
Pin VSS Pin VSS Pin VCC Pin 5V
Pin VDD Pin VDD Pin SDA Pin analog 4
Pin V0 Pin V0 Pin SCL Pin analog 5
Pin RS Pin RS

12
LED Merah Arduino UNO LED Kuning Arduino UNO
Pin positif (+) ditambah resistor 220 ohm Pin digital 4 Pin positif (+) ditambah resistor 220 ohm Pin digital 6
Pin negatif (-) Pin GND Pin negatif (-) Pin GND

LED Hijau Arduino UNO Buzzer Arduino UNO


Pin positif (+) ditambah resistor 220 ohm Pin digital 5 Pin positif (+) kabel merah Pin digital 7
Pin negatif (-) Pin GND Pin negatif (-) kabel hitam Pin GND

12
Lampiran U Engineering Drawing Container

12
Lampiran V Engineering Drawing Atachment

12
RIWAYAT HIDUP

IMAM SYAFI’I, lahir di Pati pada tanggal 13 Juni


1998. Merupakan putra pertama dari pasangan Ayah
Wakiman dan Ibu Sulasih, beragama Islam, bertempat
tinggal di Jalan Raya Tambakromo-Maitan KM.04,
Desa Larangan RT/RW: 01/01, Kecamatan
Tambakromo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah.
Menamatkan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun
2010 di MI Manba’ul Falah Keben. Pada tahun 2010
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di MTsN
1 Pati dan lulus pada tahun 2013. Kemudian tahun 2013 melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di MAN Insan Cendekia Gorontalo jurusan IPA dan
lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2017 diterima di Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug – Tangerang, Program Studi Diploma IV Teknik Pesawat Udara
Angkatan ke-12 A. Pada tanggal 9 – 13 Desember mengikuti pelatihan Jungle
And Sea Survival yang diadakan oleh Politeknik Penerbangan Indonesia Curug
dengan Polisi Udara. Pada tanggal 20 November 2020 sampai 19 Februari 2021
melaksanakan On the Job Training (OJT) di Hangar PT. Merpati Maintenance
Facility (MMF), Sidoarjo.

Anda mungkin juga menyukai