TUGAS AKHIR
Oleh
IMAM SYAFI’I
NIT. 21417062
Oleh
IMAM SYAFI’I
NIT: 21417062
Dengan metode perancangan menurut (Pahl & Beitz, 1988), rancangan alat akan
dikembangkan sebagai alat eksperimental. Sehingga alat ini masih perlu penelitian
selanjutnya untuk lebih mengembangkan alat dalam mengindikasikan kebocoran
oli. Dengan rancangan yang telah dibuat dan telah melalui beberapa pengujian
dengan menghitung persentase keberhasilan, alat detector leak ini berhasil
memberikan indikasi adanya kebocoran oli. Dimana dengan tingkat keberhasilan
pengujian 100% dengan rata-rata waktu untuk mengindikasikan kebcoran adalah
33,88 detik dengan rata-rata debit kebocoran oli adalah 0,84 ml/s.
Kata kunci: Microcontroller, Arduino UNO, Oil Leakage Detector, Piston Engine
ii
ABSTRACT
By
IMAM SYAFI’I
NIT: 21417062
In the world of aviation leaks in the aircraft lubrication system are very
dangerous especially when the engine is still alive. Therefore, leaks in the oil
should be immediately known by the pilot or technician before flying to avoid
unwanted things while flying. In addition, when the aircraft is not operated for a
long time, the possibility of leakage and slow handling can occur. For that there
needs to be a tool to detect early oil leaks in the aircraft so that it can be repaired
immediately. With the missing of oil leak detection devices in both piston and gas
turbine aircraft, the idea came up to design a device to detect oil leaks that can
help maintenance, especially sundowner C-23 aircraft with Lycoming O-360
Engine at The Indonesian Aviation Polytechnic Curug. With the development of
microcontroller technology, this design can be developed on the basis of Atmega
328P microcontroller, arduino UNO.
With design methods by (Pahl & Beitz, 1988), the design will be developed as an
experimental device. So this device still needs further research to further develop
devices in indicating oil leaks. With the design that has been made and has
through several tests with a percentage of success, this detector leak device
managed to give an indication of an oil leak. Where with a 100% test success rate
with an average time to indicate leaks is 33.88 seconds with an average oil leak
discharge of 0.84 ml/s.
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
NIT 21417062
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
KETUA SEKRETARIS
NURHEDHI DESRYANTO, ST., S.SiT., MM. Ir. HADI PRAYITNO, S.ST., M.A.
Pembina (IV/a) Penata (III/c)
NIP. 19631204 198703 1 001 NIP. 19751016 199803 1 003
ANGGOTA
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NIT 21417062
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik dari Politeknik
Penerbangan Indonesia Curug (PPIC).
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak
manapun.
Imam Syafi’i
vi
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR
Tugas akhir D.IV yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan
Politeknik Penerbangan Indonesia, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan
bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku
di Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. Referensi kepustakaan
diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan
seizin pengarang dan harus disertai dengan kaidah ilmiah untuk menyebutkan
sumbernya.
Sitasi hasil penelitian Tugas akhir ini dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia
sebagai berikut:
Syafi’i, Imam. (2021): Rancangan Alat Eksperimental Oil Leakage Detector Pada
Piston Engine Lycoming O-360 Berbasis Arduino UNO, Tugas Akhir
Program Diploma IV, Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan
ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga harus dengan
ilmu.”
(Imam Asy-Syafi’i)
Dipersembahkan kepada
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga perancang dapat menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Rancangan Alat Eksperimental Oil Leakage Detector Pada
Piston Engine Lycoming O-360 Berbasis Arduino UNO” dengan baik sebagai
salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma IV Jurusan Teknik Program
Studi Teknik Pesawat Udara Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. Tak lupa
sholawat serta salam kepada nabi besar Muhammad SAW.
Perancang menyadari bahwasannya tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan tepat
waktu tanpa adanya do’a, dukungan, dan bimbingan dari semua pihak yang
membantu perancang dalam penyusunan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih
perancang yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta, kedua orang tua Bapak Wakiman dan Ibu Sulasih, dan adik
satu-satunya Muhammad Khoirul Anwar, yang selama ini selalu memberikan
do’a, dukungan, dan segalanya yang yang dimiliki selama perancang
menempuh pemdidikan dari awal hingga lulus saat ini.
2. Bapak Asri Santosa, ST., S.SiT., MT. Selaku Direktur Politeknik
Penerbangan Indonesia Curug yang telah memberikan dukungan kepada
perancang dalam pembuatan tugas akhir ini.
3. Bapak Wira Gauthama, ST., S.SiT., M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Teknik Pesawat Udara Politeknik Penerbangan Indonesia Curug dan
sekaligus sebagai dosen pembimbing dua dalam penyusunan tugas akhir ini
atas arahan dan masukan yang telah diberikan.
4. Bapak Sihono Rekso Wiyono, S.Pd., S.SiT., MM. Yaitu selaku pembimbing
satu dalam penyusunan tugas akhir ini yang telah memberikan arahan,
masukan, dan solusi mulai dari awal pengajuan proposal hingga tugas akhir
ini dinyatakan selesai.
5. Seluruh dosen dan instruktur di Program Studi Teknik Pesawat Udara
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug yang telah memberikan bekal ilmu
yang tak ternilai dan sangat bermanfaat bagi perancang.
ix
6. Seluruh teman-teman seperjuangan di TPU angkatan 12 yang tidak dapat
perancang sebutkan satu persatu. Terima kasih telah berjuang bersama hingga
kini dan seterusnya.
7. Dan semua pihak terkait yang tidak dapat perancang sebutkan satu persatu,
yang sangat membantu dengan keikhlasan sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
Perancang menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu perancang sangat terbuka untuk kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna kesempurnaan dari tugas akhir ini.
Imam Syafi’i
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................ii
ABSTRACT.............................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI....................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................vi
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR...................................................vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.......................................................xix
Bab I Pendahuluan...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................4
C. Batasan Masalah........................................................................................4
D. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1. Preventive Maintenance............................................................................6
2. Corrective Maintenance............................................................................7
3. Oil Limitation..........................................................................................10
xi
C. Teori Fluida.............................................................................................10
1. Viskositas................................................................................................11
1. Konversi Data..........................................................................................14
2. Logic Circuit............................................................................................15
H. Teori Bahan.............................................................................................28
1. Bahan Akrilik..........................................................................................28
2. Material Polyurethane.............................................................................28
I. Teori Baterai............................................................................................29
L. Penelitian Sebelumnya............................................................................33
B. Kerangka Berpikir...................................................................................37
xii
1. Potensi dan Masalah................................................................................38
2. Studi Literatur..........................................................................................38
4. Perancangan Alat.....................................................................................39
5. Uji Coba..................................................................................................40
C. Desain Perancangan................................................................................41
Bab IV Pembahasan...............................................................................................43
A. Analisis dan Pengumpulan Data..............................................................43
3. Analisis Rancangan.................................................................................53
B. Perancangan Alat.....................................................................................55
1. Sistem Rancangan...................................................................................55
2. Rangka Rancangan..................................................................................58
3. Detail Rancangan....................................................................................63
C. Uji Coba..................................................................................................67
B. Saran........................................................................................................76
xiii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................78
LAMPIRAN...........................................................................................................82
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar IV. 7 Dimensi container...........................................................................59
Gambar IV. 8 Dimensi electronic compartment....................................................59
Gambar IV. 9 Dimensi catch pot...........................................................................60
Gambar IV. 10 Letak saluran antara catch pot dan container...............................60
Gambar IV. 11 Penempatan komponen terpadu....................................................61
Gambar IV. 12 Dimensi attachment......................................................................62
Gambar IV. 13 Rancangan attachment..................................................................62
Gambar IV. 14 Gambaran pemasangan alat pada cowling....................................62
Gambar IV. 15 Pembacaan indikator pengujian dengan oli..................................69
Gambar IV. 16 Pembacaan indikator pengujian dengan fuel................................71
Gambar IV. 17 Pembacaan indikator pengujian dengan air..................................73
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
i
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Pemakaian pertama
Singkatan Nama
kali pada halaman
POH Pilot Operating Handbook 1
CASR Civil Aviation Safety Regulation 1
NTSB The National Transportation Safety Board 2
IDE Integrated Develpoment Environment 3
USB Universal Serial Bus 3
Automatic Voltage Regulator- Reduced
AVR-RISC 3
Instruction Set Computing
KB Kilo Bit 3
Electrically Erasable Programmable
EEPROM 3
Read-Only Memory
SRAM Static Random Access Memory 3
HP Horsepower 10
SAE Society of Automotive Engineer 12
ADC Analog to Digital Converter 14
DAC Digital to Analog Converter 14
IC Integrated Circuit 18
LED Light Emitting Diode 19
LCD Liquid Crystal Display 22
I2C Inter Integrated Circuit 22
SDA Serial Data 22
SCL Serial Clock 22
DC Direct Current 23
Li-Ion Lithium Ion 30
Li-Po Lithium polymer 30
AVGAS Aviation Gasoline 40
RGB Red Green Blue 63
xix
Pemakaian pertama
Lambang Arti
kali pada halaman
v Kecepatan 11
F Gaya 11
cP Satuan Viskositas Dinamis 12
Q Debit Fluida 13
V Volume Fluida 13
t Satuan Waktu (detik) 13
A Luas Penampang Pipa 13
L Panjang Pipa 13
V Tegangan (Volt) 19
mA Satuan Arus (mili Ampere) 20
mm Satuan Panjang (milimeter) 20
Mhz Mega Hertz 24
cm Satuan Panjang (sentimeter) 28
°C Derajat Selsius 29
R Hambatan 31
I Arus 31
Ω Ohm (Satuan Hambatan) 31
Q Muatan Listrik 31
c Discharge Rate 31
C Satuan Coulomb 31
Satuan Kapasitas Baterai(mili Ampere
mAh 31
Hours)
N Jumlah Percobaan 32
ml Satuan Volume (mili liter) 52
xx
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pesawat terbang merupakan alat transportasi yang sangat kompleks dengan
didukung banyak sistem di dalamnya guna membantu pengoperasian pesawat
tersebut. Salah satu sistem yang ada di pesawat yaitu lubrication system atau
sistem pelumasan. Sistem ini berfungsi untuk melumasi komponen-komponen
yang bergerak seperti gearbox, bearing, piston, crankshaft, dan rocker arm
agar mengurangi gaya gesek yang besar. Namun sistem pelumasan pada
pesawat sangat rawan terjadi masalah, salah satunya yaitu kebocoran oli
dimana risikonya sangat berbahaya apabila kondisi ini diabaikan. Keausan
pada moving parts dapat terjadi seperti pada gear box dan bearing sehingga
kinerja engine dapat menjadi tidak normal. Selain itu engine dapat mengalami
overheat karena kapasitas oli berkurang dan tidak mampu mengurangi panas
berlebih pada engine (Widianto & Hartopo, 2016). Akibat fatal dari kebocoran
oli ini yaitu turunnya tenaga engine yang dapat mengakibatkan kecelakaan
dalam pengoperasian pesawat apalagi ketika kondisi terbang.
1
seal, intake seal, dan crankcase perlu dilakukan (Beechcraft, 1997). Namun
dalam beberapa kasus masih dapat terjadi masalah kebocoran oli pada sistem
pelumasan engine karena perawatan engine yang tidak sesuai dengan
maintenance manual.
Seperti kasus kecelakaan yang baru terjadi di pesawat piston engine Ryan PT-
22 tepatnya pada 23 Februari 2020 dikarenakan kebocoran pada seal.
Kebocoran oli terjadi tidak secara signifikan, sehingga tidak diketahui pilot
saat terbang. Setelah dianalisis pada saat pembongkaran engine, baru diketahui
kebocoran berasal dari seal yang telah rusak antara accessory section dan
engine casing. Dan setelah dilakukan pengecekan dalam engine logbook,
didapatkan fakta bahwa seal tersebut terakhir dipasang pada tahun 1977.
Akibatnya seal yang sudah overtime tersebut keluar dari tempatnya dan
menimbulkan kebocoran oli (BEA, 2021).
Selain itu juga laporan dari NTSB (The National Transportation Safety Board)
USA, bahwasannya telah terjadi kecelakaan mengakibatkan 1 korban pada
pesawat Cessna 175 dengan nomor registrasi N9408B di Battle Creek, MI pada
tanggal 11 Februari 2006. Dari analisis NTSB, pesawat telah mengalami
kebocoran oli dari nose seal pada reduction gear case saat pesawat cruising
sehingga menyebabkan oil pressure nol yang berdampak hilangnya tenaga
engine. Kemudian pesawat melakukan pendaratan darurat namun terganggu
jarak pandang pilot karena adanya ceceran oli di windshield (DeLisi, 2018).
Dan juga adanya temuan bekas oli pada cowling bawah pada pesawat
Sundowner C23 yang merupakan pesawat trainer dan menjadi temuan pada
2
saat peninjauan lapangan. Oli mengumpul pada cowling bawah akibat dari
pesawat yang sudah lama tidak dilakukan perawatan secara maksimal sesuai
dengan maintenance manual (Lampiran G).
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, perancang mencoba
mengidentifikasi masalah yang ada diantaranya yaitu:
1. Apa risiko yang ditimbulkan dari kebocoran oli pada engine pesawat jika
kebocoran diabaikan dan tidak dilakukan perbaikan?
2. Apa saja prosedur maintenance engine pesawat yang sesuai manual pabrik
agar tidak terjadi masalah kebocoran oli?
3. Bagaimana cara mengatasi kejadian kebocoran oli pada engine yang tidak
signifikan saat kondisi terbang?
4. Bagaimana merancang alat yang dapat mendeteksi kebocoran oli untuk
membantu perawatan engine pesawat?
5. Apa saja regulasi yang mengatur tentang pengaplikasian komponen yang
bukan produksi pabrik (eksperimental) pada pesawat hidup?
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang sudah disebutkan, perancang memberi batasan
masalah agar tugas akhir ini mempunyai tujuan yang jelas dan dapat
diselesaikan tepat waktu yaitu bagaimana merancang alat yang dapat
mendeteksi kebocoran oli berbasis microcontroller Atmega 328P (Arduino
UNO).
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan serta
batasan-batasan masalah yang ada, perancang merumuskan masalah yang
timbul yaitu:
4
E. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan perancangan alat eksperimental oil leakage detector ini adalah:
a. Menganalisis kebocoran oli pada Engine Lycoming O-360.
b. Menganalisis rancangan yang dapat mendeteksi kebocoran oli berbasis
Arduino UNO.
c. Menganalisis keefektifan alat dalam memberikan indikasi adanya
kebocoran oli pada Engine LycomingO-360.
5
Bab II
Tinjauan Pustaka
1. Preventive Maintenance
Preventive maintenance menurut (CASR, 2017) yaitu proses operasi atau
perawatan sederhana seperti penggantian suku cadang dalam standar kecil
dan tidak melibatkan operasi perakitan yang rumit. Selain itu juga
preventive maintenance dapat diartikan sebagai perawatan pencegahan yang
dilakukan pada sistem maupun komponen yang telah dilakukan pengawasan
dan pencatatan yang sistematik agar sistem atau komponen dapat dalam
kondisi sesuai fungsinya. Dengan adanya preventive maintenance ini
kondisi sistem maupun komponen selalu terjamin setiap saat dan tidak
mengganggu proses operasinya. Dalam jurnal (Pandi et al., 2014) preventive
maintenance ini dibedakan menjadi routine maintenance dan periodic
maintenance:
a. Routine Maintenance
Routine maintenance merupakan proses perawatan dan pemeliharaan
terhadap komponen atau sistem pada engine secara rutin dilakukan setiap
hari. Contohnya yaitu: daily check, preflight check, dan lain-lain.
6
b. Periodic Maintenance
Periodic maintenance merupakan proses perawatan engine dalam jangka
waktu tertentu seperti dalam berapa jam sekali atau beberapa minggu
sekali. Dalam perawatan engine contohnya yaitu 50 hours inspection,
100 hours inspection, dan lain-lain.
2. Corrective Maintenance
Dalam jurnal (Pandi et al., 2014) proses corrective maintenance ini adalah
proses perawatan yang dilakukan setelah ditemukan adanya masalah atau
kerusakan pada sistem maupun komponen. Proses perawatan ini dapat
diartikan juga dengan proses perbaikan atau repair. Pelaksanaan corrective
maintenance ini adalah akibat dari tidak dilaksanakannya ataupun kurang
maksimalnya pelaksanaan dari proses preventive maintenance. Sehingga
terjadinya kerusakan pada sistem maupun komponen yang akhirnya harus
dilaksanakan corrective maintenance. Akibatnya yaitu timbul hambatan
dalam pengoperasian sistem dan komponen sehingga mengganggu proses
lainnya.
Ada beberapa teknik pelumasan yang ada pada reciprocating engine yaitu
lubrikasi pressure, splash, dan spray. Dan umumnya sistem pelumasan
piston engine diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Wet Sump
Pada sistem wet sump semua oli akan terangkut didalam bak/sump
engine. Oli diambil oleh oil pump dan distribusikan ke seluruh moving
7
part dalam engine dengan teknik pelumasan tertentu kemudian akan
kembali jatuh by gravity dan tertampung kembali di oil sump. Berikut
adalah gambaran sistem pelumasan wet sump:
b. Dry Sump
Sedangkan dalam sistem dry sump oli pelumas disimpan diwadah
terpisah. Kemudian dengan oil pump oli akan di pompa keseluruh
komponen engine. Setelah diedarkan keseluruh engine, oli akan
terakumulasi didasar bak engine. Dimana akan ada scavenge pump yang
akan mengalirkan oli kembali dari dasar engine ke tangki khusus oli.
Berikut adalah gambaran sistem pelumasan dry sump:
8
2. Komponen Sistem Lubrikasi Piston Engine
Pada sistem lubrikasi piston engine terdapat beberapa komponen yang ada
didalamnya, pada umumnya yaitu: oil sump, oli pump, pressure relief valve,
oil filter, oil cooler, dan lain-lain. Komponen-komponen ini digunakan pada
untuk melumasi seluruh bagian engine yang bergerak dan bergesekan serta
mengeluarkan panas dari engine (Sanderson Inc., 2003).
a. Oil Reservoir
Oil reservoir merupakan wadah yang digunakan untuk menampung oli.
Kapasitasnya ditentukan oleh volume oli yang dibutuhkan pada setiap
engine ditambah dengan 10% dari keseluruhan atau sekitar 0,5 gallon
sebagai ruang untuk ekspansi. Pada sistem pelumasan wet sump, oil
reservoir terdapat pada engine crankcase.
b. Oil Pump
Oil pump yaitu sebagai komponen yang mengalirkan oli dari reservoir ke
sistem. Ada beberapa jenis oil pump yang digunakan yaitu gear type
pump, dan gerotor pump.
d. Oil Filter
Tujuan adanya oil filter ini yaitu untuk menyaring partikel-partikel yang
masuk dalam sistem sehingga aliran oli tetap lancar. Pada komponen ini
perlu adanya perawatan pada filter yaitu dengan melakukan penggantian
sesuai program perawatan yang berlaku.
e. Oil Cooler
Oil cooler ini berfungsi sebagai pertukaran panas yang dibawa oli dari
engine ke udara.
9
3. Oil Limitation
Dalam (Lycoming, 2016) dijelaskan bahwa oli maksimal yang dapat
ditampung dalam sump pada jenis engine Lycoming O-360 yaitu 8 quarts
(Lampiran D). Dimana dalam kondisi normal untuk beroperasi minimal
adalah 6 quarts. Sehingga apabila terjadi kebocoran pada sistem lubrikasi
maksimal kebocoran selama pengoperasian adalah 2 quarts.
Dalam kasus oil consumption pada engine, dalam beberapa kondisi masih
diperbolehkan. Berdasarkan (L. Engines, 2010) batas dari oil consumption
yang masih diperbolehkan maksimal yaitu sesuai dengan hasil rumus
sebagai berikut:
Dari rumus di atas akan didapatkan hasil dalam quart per jam. Artinya
untuk engine Lycoming O-360 dengan 180 horsepower akan memiliki nilai
maksimum oil consumption sekitar setengah liter per jam masih dikatakan
normal.
C. Teori Fluida
“Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair
dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat
padat seperti batu dan besi tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa
digolongkan dalam fluida.” (Abidin & Wagiani, 2013, hal. 62). Fluida dinamis
dilihat ketika fluida dalam kondisi bergerak atau mengalir. Setiap fluida
memiliki karakter tersendiri. Dalam hal ini misalnya fluida cairan yaitu oli
pelumas dan air memiliki nilai viskositas yang berbeda. Oleh karena itu, fluida
mempunyai beberapa sifat.
10
1. Viskositas
Menurut (Lubis, 2018) viskositas disebut juga sebagai kekentalan fluida
dimana gesekan yang timbul antara lapisan-lapisan fluida pada saat fluida
bergerak saling melewati antar lapisan tersebut. Semakin mudah juga fluida
tersebut untuk mengalir (encer). Besarnya gesekan yang ditimbulkan
didefinisikan sebagai derajat kekentalan fluida. Dalam dunia otomotif fluida
atau cairan yang banyak di bahas adalah oli pelumas. Oli didefinisikan
dengan suatu zat yang berada pada dua permukaan yang bergerak relatif
guna memberikan pencegahan terjadinya gesekan padat (solid friction)
antar permukaan tersebut. Viskositas pada oli pelumas juga berbeda beda
disesuaikan dengan kebutuhan setiap engine.
Pelat bergerak
Pelat diam
Gambar II. 3 Tingkat kekentalan fluida
(Lubis, 2018, hal. 28)
Dari gambar di atas, fluida ditempatkan antara pelat yang sejajar. Kemudian
salah satu pelat (atas) digerakkan dengan kecepatan tetap sebesar v dengan
ke arah kanan sejajar dengan kedua pelat. Dimisalkan fluida tersebut adalah
oli, maka lapisan permukaan oli pada bagian atas yang bersentuhan dengan
pelat yang bergerak akan ikut bergerak dengan nilai dan arah kecepatan
yang sama yaitu v. Lapisan bawah oli yang bersentuhan dengan pelat yang
diam juga akan diam v = 0. Akibatnya gradien kecepatan akan terbentuk.
Dan dibutuhkan adanya gaya sebesar F untuk mempertahankan nilai
kecepatan v.
Salah satu faktor terpenting yang harus dimiliki oleh minyak pelumas
adalah viskositasnya. Jika viskositas minyak pelumas rendah maka minyak
pelumas tersebut akan mudah terlepas akibat besarnya tekanan dan
11
kecepatan dari bagian-bagian yang bergerak dan saling bergesekan tersebut
(Maulida & Rani, 2012, hal. 20).
12
Sehingga oli akan menjadi lebih encer. Begitu sebaliknya ketika oli
diberikan suhu yang lebih rendah viskositas oli naik dan oli menjadi lebih
kental. Menurunnya viskositas oli ketika diberikan suhu yang tinggi yaitu
karena molekul-molekul pada oli yang awalnya jaraknya berdekatan dan
memiliki gaya kohesi yang kuat antar molekul menjadi berkurang.
Hambatan pada gerakan molekul juga akan berkurang yang mengakibatkan
oli menjadi lebih encer. Hal ini terjadi karena viskositas merupakan indeks
dari hambatan tersebut, ketika temperatur meningkat viskositas akan turun.
“Sedangkan kekentalan atau viskositas dari minyak pelumas dianggap
sesuai dengan kebutuhan jika masih tetap tinggi meski terkena suhu atau
temperatur yang tinggi akibat bekerjanya mesin dan masih mampu pula
menahan beban maksimum.” (Maulida & Rani, 2012, hal. 28).
Ketika fluida mengalir dalam pipa tersebut sejauh L, maka volume fluida di
dalam pipa adalah: 𝑉 = 𝐴 × 𝐿. Dan fluida mengalir dalam pipa dalam
selang waktu tertentu, sehingga debit fluida adalah:
Q=A×v
13
A(v × t)
Q=
t
A×L
Q=
t
𝑉
𝑄= II. 2
𝑡
Dengan keterangan dan sistem satuan internasional (SI) sebagai berikut:
1. Konversi Data
Sinyal analog dalam sistem pesawat digunakan sebagai parameter untuk
menunjukkan tekanan, suhu, suara, dan lain-lain. Semakin berkembangnya
sistem komputerisasi, sinyal analog harus diubah menjadi sinyal digital dan
sebaliknya. Seperti contoh pada komunikasi di penerbangan, pada saat pilot
berbicara berupa sinyal analog, kemudian diterima microphone dan di
dalam sistem alat komunikasi diubah menjadi sinyal digital untuk dikirim ke
tower. Sinyal digital akan dikonversi kembali menjadi sinyal analog yang
kemudian digunakan pada speaker dan keluar output berupa suara. Ada dua
jenis converter yaitu Analog to Digital Converter (ADC) dan Digital to
Analog Converter (DAC) (Training, 2014).
14
2. Logic Circuit
Ada beberapa jenis gerbang logika dalam buku (Training, 2014) yaitu:
Dari tabel dapat dipahami fungsi (f) adalah hasil akhir dari perkalian dari
input (A) input (B). Fungsi (f) akan selalu bernilai nol (OFF) jika hanya
salah satu input bernilai nol dan tidak ada input sama sekali. Dan akan
mendapat hasil jika A dan B bernilai satu atau mendapat input di A dan
B. Dapat disimpulkan input harus seri untuk mendapat hasil akhirnya.
Dan fungsi AND sendiri digambarkan dengan simbol sebagai berikut:
b. Gerbang Logika OR
Fungsi OR dapat diartikan hanya salah satu input terpenuhi, hasil akhir
sudah didapatkan. Dapat diartikan juga sebagai fungsi paralel. Jika di
gambarkan dalam truth tablel adalah sebagai berikut:
15
Tabel II. 3 Truth table fungsi OR
(Training, 2014, hal. 51)
A B f=A+B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Dari tabel di atas dapat dipahami fungsi (f) sebagai hasil akhir akan
memiliki nilai jika salah satu input dari A atau B terpenuhi atau kedua-
duanya terpenuhi dengan memiliki nilai satu (ON). Untuk simbol dari
fungsi OR yaitu:
16
Gambar II. 8 Simbol fungsi NOT
(Training, 2014, hal. 52)
17
Dan untuk truth table fungsi NOR adalah sebagai berikut:
Prinsip kerja dari sensor TCS3200 ini yaitu dengan membaca nilai
irradiance yang dipancarkan oleh lampu IC pada sensor terhadap objek
yang diidentifikasi. Dimana pembacaan nilai irradiance dilakukan oleh
18
matriks 8x8 photodiode yang terbagi menjadi 4 kelompok pembaca warna.
Setiap warna akan memantulkan sinar dari lampu LED yang dipancarkan
dan menuju photodiode dimana pantulan sinar akan berbeda-beda panjang
gelombangnya sesuai dengan warna objek yang dideteksi. Untuk datasheet
sensor warna TCS3200 terdapat pada Lampiran P.
Sensor warna tipe TCS3200 ini memiliki beberapa pin dan memiliki fungsi
masing-masing pada setiap pin tersebut. Berikut adalah fungsi pin yang
terdapat pada sensor warna tipe TCS3200:
19
2. Sensor Non-Contact Liquid Tipe XKC-Y25
Sensor non-contact liquid XKC-Y25 adalah sebuah modul sensor pada
Arduino UNO yang digunakan untuk memberikan sensing adanya liquid
dalam suatu wadah tanpa harus terkena kecairan tersebut secara langsung
atau menerima sensing berupa ketinggian liquid dalam suatu wadah. Sensor
ini dapat digunakan dalam segala jenis wadah (isolator) dan cairan atau
liquid dan mudah pemasangannya. Oleh karena itu sensor ini dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya cairan berbahaya seperti zat beracun,
asam kuat, alkali, dan lain-lain (Robot, 2021). Untuk datasheet sensor non-
conract liquid XKC-Y25 terdapat pada Lampiran Q.
20
Terdapat empat pin pada sensor XKC-Y25, dimana pin-pin ini dibedakan
dengan warna kabelnya yaitu brown, yellow, blue, dan black.
21
Ada kotoran pada Bersihkan induktor dan
induktor, atau ada jauhkan induktor dari
benda logam lain bahan metal
dekat induktor.
Wadah cairan tidak Ganti wadah cairan
sepenuhnya isolatif. dengan wadah berbahan
full isolator atau dapat
melubangi wadah untuk
memasang induktor.
22
Gambar II. 15 Modul LCD terintegrasi dengan modul
I2C (Ajang, 2015)
Arduino ini memiliki 14 pin digital input/output dengan simbol pin 0 – 13 dan
6 pin analog input disimbolkan dengan A0-A5. Setiap pin di Arduino
beroperasi pada tegangan 5V dan arus 40 mA pada arus DC. Terdapat juga port
23
USB power 5V untuk menghubungkan ke komputer sekaligus sebagai
transfer/receive data dan sebuah konektor daya untuk memberikan tegangan
sumber. Arduino memiliki tegangan input pada rentang 7 V – 12 V dengan
arus rata-rata 50 mA. Spesifikasi dari microcontroller Arduino UNO yaitu:
Arduino sendiri memiliki beberapa tipe seperti Arduino Nano, Arduino Mega,
Arduino Micro, Arduino UNO dan masih banyak lagi jenis lainnya. dengan
banyaknya jenis Arduino ini, dalam penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Dengan banyaknya ketersediaan di pasaran, Arduino UNO ini
adalah yang paling populer dengan harga yang terjangkau, user friendly, dan
pemrogamannya yang relatif mudah yaitu dapat diprogram dengan software
bawaan (Arduino IDE) maupun software lain. Pemrogaman ini bertujuan agar
microcontroller Arduino UNO dapat melaksanakan kontrol penuh dengan
sistem yang dibuat mulai dari input hingga output berjalan sesuai logika. Untuk
datasheet Arduino UNO terdapat pada Lampiran N.
Dalam penggunaannya, modul Arduino UNO ini sangat user friendly, karena
kelengkapan yang dimiliki seperti port USB untuk menghubungkan ke PC dan
juga menggunakan bahasa pemrogaman C yang dituliskan menggunakan IDE
(Integrated Development Environment). IDE Arduino UNO ini yang nantinya
dapat digunakan untuk menyusun program yang kemudian akan
ditransfer/upload ke microcontroller Atmega 328P yang ada dimodul Arduino
UNO sendiri. Ini dalam pemrogaman disebut dengan sketch.
24
Gambar II. 17 Contoh sketch program di Arduino IDE
(Handoko, 2017, hal. 4)
25
Salah satu contoh penulisan variabel menggunakan tipe data boolean
yang nilainya hanya bergantung dengan dua kondisi yaitu true dan false.
Akan memiliki nilai satu ketika true dan nol jika false dan penulisan
diakhiri dengan semikolon atau tanda titik koma (;). Contoh:
x=1; i=x+y;
y=0;
Tanda sama dengan (=) digunakan sebagai pemberi hasil dan disebut
sebagai assignment operator. Maka variabel x memiliki nilai sebesar satu
dan variabel y memiliki nilai nol. Maka hasil dari variabel i didapat kan
hasil satu dari penjumlahan tersebut.
c. Ekspresi
Ekspresi terdiri dari operand dan operator. Dimana operand merupakan
sebuah data yang dioperasikan dan operator sebagai logika atau
pengoperasi secara matematis dari sebuah atau lebih operand. Contoh
sebelumnya yaitu (i = x + y; Ini dapat diartikan operand adalah variabel
x dan y, sedangkan (+) adalah sebagai operator.
d. Blok Statement
Statement merupakan tempat menentukan identifikasi, variabel sekaligus
fungsi pada suatu program yang dirancang. Contohnya:
26
Blok statement harus diawali dengan tanda { dan diakhir ditutup dengan
tanda }. seluruh blok statement ada didalam tanda { dan }, sehingga
didalam statement juga dapat berisi fungsi-fungsi. Fungsi dalam contoh
dapat didefinisikan yaitu fungsi PakaiGuntingRumput () dan fungsi
TaruhDiwadah ().
e. Blok Fungsi
Blok fungsi adalah suatu coding yang dibuat untuk melaksanakan suatu
program dimana pada blok fungsi ini tidak menggunakan operator
jumlah, kurang, kali, bagi, dan lain-lain. Namun hanya menggunakan
nama fungsi dan tipe datanya. Inilah yang membedakan blok statement
dan blok fungsi. Contoh coding yang menggunakan blok fungsi:
a. {}, bracket digunakan untuk memblok statement atau perintah yang kita
inginkan.
b. #include< >, perintah ini merupakan bagian awal pada sebuah sistem.
Pada bagian ini kita menyatakan file header atau library apa yang akan
kita gunakan.
c. main(), perintah ini akan menjadi fungsi utama dari bahasa C.
d. return 0; , perintah untuk mengembalikan nilai int main menjadi 0.
e. statement, bagian ini menjadi tempat menentukan identifikasi, variabel
sekaligus fungsi pada suatu program yang dirancang.
27
H. Teori Bahan
1. Bahan Akrilik
Akrilik secara visual mirip seperti kaca, namun akrilik ternyata memiliki
beberapa sifat yang membuatnya terlihat lebih unggul dari kaca dan yang
paling utama adalah kelenturannya jika dibandingkan dengan kaca. Akrilik
juga tidak mudah pecah, ringan, mudah untuk dipotong, dikikir, dibor,
dihaluskan maupun dicat. Akrilik juga dapat dibentuk menjadi berbagai
macam bentuk yang cukup kompleks dan salah satu metode yang paling
sering digunakan adalah pembentukan secara termal. Sifat tahan pecah
akrilik menjadikannya material yang ideal untuk tempat-tempat yang
pecahnya material bisa berakibat fatal namun di sisi lain tetap menginginkan
akses visual seperti pada jendela kapal selam (Arsitag, 2021).
2. Material Polyurethane
Polyurethane (PU) foam adalah salah satu produk utama dari material
urethane. Pada dasarnya material ini diproduksi dari polyol, isocyanate, air,
katalis dan surfactant. Dari bahan-bahan tersebut, campuran polyol dan
isocyanate akan membentuk ikatan polyurethane. Komponen lain seperti air
ditambahkan sebagai blowing agent untuk membentuk foam sementara
katalis dan surfactant berfungsi sebagai penyokong pertumbuhan inti dan
28
juga sebagai penstabil foam pada saat tahap berkembangnya foam. PU foam
digunakan secara luas pada berbagai aplikasi. Pada umumnya digunakan
sebagai material bantalan untuk tempat duduk mobil, kasur, dan juga
furnitur. Termasuk juga digunakan pada selang air dan lain-lain (Legiviani,
2016).
I. Teori Baterai
a. Primary Battery
Adalah jenis baterai yang hanya dapat dipakai sekali saja dan tidak dapat
di isi ulang. Contohnya yaitu dry pimery cell atau biasa disebut sel
kering. Dinamakan sel kering karena elektrolit yang terdapat didalamnya
ditambah dengan wheat flour (tepung terigu) sehingga menjadi pasta
kental untuk menghindari kebocoran elektrolit. Dan tipe standar dari dry
primery cell yaitu Zinc Carbon Cell yang memiliki 2 kutub yaitu batang
carbon sebagai kutub positif (katoda) dan batang zinc sebagai kutub
negatif (anoda). Kutub (+) dan (–) ini akan dihubungkan dengan piringan
baja di bagian bawah sel untuk membantu pengoneksian ke sirkuit.
29
fakta sebenarnya bahwasannya pada perangkat elektrokimia anion (ion
negatif) bergerak menuju anoda dan/atau kation (ion positif) menjauh
dari anoda. Jadi polaritas anoda tidak selalu posistif namun tergantung
pada jenis perangkat dan juga dimana baterai dioperasikan.
Pada sel kering zinc pole juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk
menampung elektrolit amonium klorida (sal-ammoniac) dan
membungkus batang karbon. Kekurangan dari sel kering ini yaitu reaksi
kimia yang terjadi akan menghasilkan gelembung hidrogen dan akan
terakumulasi pada batang karbon yang akan mengakibatkan terisolasinya
batang karbon dari elektrolit (disebut proses polarisasi). Untuk
mengatasinya pada saat pembuatan ditambahkan mangan dioksida pada
elektrolit. Masalah lain yang terjadi pada sel primer kering yaitu
kemungkinan terjadinya korosi pada casing karena terbuat dari zinc
(seng). EMF (electro motive Force) dari sel kering ini adalah ±1,5 Volt.
b. Secondary Battery
Baterai ini dapat digunakan berulang-ulang dan diisi kembali beberapa
kali sesuai deep cycle life dari baterai tersebut. Proses reaksi kimia yang
terjadi di dalam sel-sel baterai adalah reversibel, dan bahan kimia aktif
dalam selnya dapat kembali ke kondisi semula dengan pengisian ulang
sel. Baterai sekunder terdapat banyak jenisnya dipasaran diantaranya
yaitu: Baterai ion lithium (Li-ion), baterai lithium polymer (Li-po), baterai
lead acid (Accu), Baterai Nickel-Metal Hydride (Ni-MH), dab baterai
Nickel-Cadmium (NiCd). Dari setiap jenis baterai sekunder memiliki
spesifikasi yang berbeda.
30
2. Hukum Ohm’s (FAA, 2018)
Hukum Ohm’s menyatakan bahwa besar arus yang mengalir pada suat
rangkaian listrik adalah berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding
terbalik dengan besarnya hambatan. Hukum Ohm’s ini dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
𝑉
𝐼= II. 3
𝑅
Keterangan:
I = kuat arus dalam ampere (A) R = hambatan dalam ohm (Ω)
V = tegangan listrik dalam Volt (V)
𝑄 =𝐼×𝑡 II. 4
Keterangan:
Q = muatan listrik dalam Coulombs (C) t = waktu (s)
I = arus listrik dalam Ampere (A)
Pada praktik di lapangan umumnya penggunaan battery ini tidak lebih dari
80% dari kapasitas baterai (Biczyski et al., 2020). Dengan adanya batasan
aman discharge pada baterai maka energi listrik maksimal dari baterai yang
31
dapat ditransfer ke sistem hanyalah ±80% dari spesifikasi yang tercantum
dalam baterai (Susanti et al., 2019).
𝑄
II. 5
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 =
80%
Keterangan:
𝑥1 + 𝑥2+𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑁
𝑥̅ = II. 7
𝑁
32
tergantung dari kompleksitas sebuah sistem dan tujuan dari analisis tersebut
(Prabowo et al., 2018).
L. Penelitian Sebelumnya
Penelitian dan pengembangan ini juga memiliki keterkaitan dengan penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dalam pembuatan suatu alat
berbasis microcontroller, diantaranya yaitu:
33
motor sudah mencapai jarak tempuh
tertentu. Hasil dari sistem ini yaitu
berupa peringatan pergantian oli berupa
lampu LED dan tampilan pada LCD
Perancangan Alat (Irsyam & Penelitian ini membahas penggunaan
Pendeteksi Sadarsyah, Arduino UNO, sensor IR (Infrared
Kelayakan Oli 2019) Resistor) dan pantulan cahaya LED
Pada Kendaraan sebagai alat deteksi kelayakan oli pada
Sepeda Motor sepeda motor. Yang dimana cahaya
Berbasis Arduino LED yang dipancarkan ke oli akan
Uno Atmega 328 memantulkan cahaya kembali ke sensor
IR dan akan memberikan perubahan
nilai resistansi pada setiap oli yang
berbeda. Perubahan tegangan resistansi
ini yang akan dibaca Arduino sebagai
perubahan kondisi dari oli.
Alat Pendeteksi (Ratnawati Yaitu penelitian alat pendeteksi warna
Warna & Vivianti, menggunakan sensor TCS3200 berbasis
Menggunakan 2018) microcontroller Atmega8535. Untuk
Sensor Warna mengaktifkan sensor perlu pengambilan
TCS3200 Dan data setiap objek warna yang
Arduino Nano didekatkan. Posisi pengambilan objek
harus tepat, hal ini bertujuan supaya
sensor warna bisa membaca warna
objek yang tepat. Objek warna akan
tampil sesuai dengan posisi yang tepat
saat pengambilan data warna.
34
Bab III
Metodologi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu proses guna menyelesaikan
penelitian/perancangan secara terstruktur dan sistematis. Berdasarkan
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, perancang
menggunakan metode perancangan menurut Pahl dan Beitz dalam bukunya
yang berjudul Engineering Design: A Systematic Approach. Menurut Pahl dan
Beitz, ada empat tahap dalam sebuah perancangan, yaitu: perencanaan dan
analisis, perancangan konsep, perancangan bentuk, perancangan detail (Pahl &
Beitz, 1988). Dari metode perancangan ini akan didapatkan rancangan alat
yang sesuai dengan analisis yang dilakukan.
Pada tahap perencanaan dan analisis ini perancang melakukan analisis dari
kasus kebocoran oli yang diangkat untuk mengetahui solusi dari kasus-kasus
tersebut. Kemudian menganalisis kebocoran oli pada engine dan analisis
rancangan alat guna mengetahui spesifikasi dan syarat-syarat yang
dibutuhkan dalam perancangan.
35
2. Perancangan Konsep
Dalam bukunya (Pahl & Beitz, 1988), konsep perancangan merupakan
pembentukan dan pencarian cara kerja, konsep, dan fungsi produk sebagai
solusi yang sesuai dengan hasil dari tahap perencanaan yang dilakukan di
tahap sebelumnya.
3. Perancangan Bentuk
Perancangan bentuk berawal dari konsep kemudian diberikan bentuk atau
dibuat nyata dengan membuat layout, dan membuat rangka produk dan
saling berhubungan antara konsep sistem dan bentuk atau rangka yang
dibuat (Pahl & Beitz, 1988).
4. Perancangan Detail
Pada tahap perancangan detail yaitu penetapan susunan komponen produk,
bentuk, dimensi, bahan/material dari setiap komponen produk yang akan di
buat berdasarkan tahap-tahap sebelumnya untuk mengoptimalkan konsep
dan bentuk/rangka produk (Pahl & Beitz, 1988).
5. Pengujian Hasil
Tahap ini merupakan tambahan dari konsep perancangan Pahl & Beitz yang
penulis tambahkan untuk menjawab tujuan perancangan. Yaitu pengujian
terbatas yang dilakukan untuk mendapatkan analisis interpretasi hasil dari
alat pendeteksi kebocoran oli. Serta untuk analisis keefektifan alat dalam
mendeteksi kebocoran oli.
36
B. Kerangka Berpikir
Agar penelitian dapat diselesaikan tepat waktu dan terarah, maka perancang
membuat diagram alir yang merupakan adaptasi dari metode penelitian yang
digunakan:
37
1. Potensi dan Masalah
Pada tahap ini yaitu memaparkan potensi masalah yang ada. Potensi
masalah dalam penelitian merupakan sebuah keadaan yang memerlukan
solusi. Potensi masalah ini diutarakan dalam latar belakang masalah dalam
Bab I. Dengan adanya batasan-batasan yang ada dari hasil identifikasi
masalah, maka didapat rumusan masalah dalam penelitian yang nantinya
akan diselesaikan dalam penelitian ini.
2. Studi Literatur
Pada tahap kedua ini perancang melakukan studi pustaka dari beberapa
literatur seperti buku, jurnal, dan situs internet tentang teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian ini yang nantinya akan digunakan dalam
menyelesaikan masalah pada Bab IV. Beberapa teori yang menjadi fokus
dalam penelitian ini yaitu sistem lubrikasi piston engine, teori bahan, teori
Instrumentasi teknik, dan sistem Arduino UNO. Untuk pembuatan program
aplikasi yang digunakan yaitu Arduino IDE, dan untuk merancang alat
dalam 3D menggunakan software solidworks.
38
b. Analisis Kebocoran Oli
Tahap ini merupakan pengumpulan data yang dibutuhkan terkait
perancangan seperti analisis sistem lubrikasi, analisis lokasi kebocoran
untuk menentukan penempatan alat pada sistem dan desain alat.
Kemudian analisis debit kebocoran untuk menentukan sensor desain alat
agar mampu memuat debit kebocoran. Analisis karakteristik oli untuk
menentukan komponen sensor dan bahan yang akan digunakan dalam
perancangan. Dalam perancangan alat deteksi kebocoran oli
eksperimental ini, perancang menentukan jenis engine yang dijadikan
objek penelitian yaitu Lycoming O-360 (Lampiran D). Engine ini
digunakan oleh pesawat parikan Beechcraft yaitu Sundowner C23.
c. Analisis Rancangan
Yaitu menganalisis kebutuhan dari alat yang dibuat berdasarkan analisis-
analis yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga dapat direncanakan
rancangan yang akan dibuat.
4. Perancangan Alat
Pada tahap perancangan ini akan di bagi menjadi empat tahap yaitu:
a. Sistem Rancangan
Perancangan sistem ini yaitu membuat gambaran umum rancangan atau
cara kerjanya, mendesain wiring diagram dari rangkaian seluruh modul.
Dan membuat coding program yang disesuaikan dengan logika dari
proses pendeteksian hingga indikasi. Pembuatan program yaitu
menggunakan perangkat lunak Arduino IDE (Integrated Development
Environment).
b. Rangka Rancangan
Perancangan ini yaitu merancang bak tampungan untuk menampung oli
yang bocor serta untuk menempatkan modul deteksi kebocoran oli
(sensor, microcontroller, dan indikator). Untuk ukuran valid dari
rancangan ini harus melakukan pengukuran dimensi pada pesawat yang
akan menjadi tempat uji coba yaitu pesawat Beechcraft Sundowner 180
39
C23 dengan Engine Lycoming O-360 yang ada di Hangar 01 Teknik
Pesawat Udara Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.
c. Detail Rancangan
Pada tahap ini yaitu menentukan komponen-komponen terpadu yang
akan digunakan dan bahan atau material yang akan digunakan dalam
perancangan rangka. Selain itu juga menentukan sumber tegangan yang
akan digunakan pada alat, perancang menetapkan menggunakan baterai
lithium ion (Li-ion). Karena alat ini hanya sebagai alat eksperimental dan
tidak untuk dipasang tetap di pesawat. Waktu yang dibutuhkan untuk
menyuplai alat yaitu 24 jam, dengan waktu tersebut alat dapat standby
aktif dari setelah pesawat dioperasikan hingga preflight check sebelum
digunakan kembali.
5. Uji Coba
Setelah perancangan alat selesai dilaksanakan, tahap selanjutnya yaitu uji
coba alat. Untuk pengujian alat ini yaitu diuji pada pesawat yang
menggunakan Engine Lycoming O-360 yang masih dalam kondisi normal
sistem lubrikasinya, yaitu pesawat Beechcraft Sundowner C23 dengan tipe
Engine A4J di Hangar 01 Teknik Pesawat Udara Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug. Perancang membatasi kondisi engine dalam keadaan mati
karena alat diperuntukkan sebagai alat bantu perawatan setelah
pengoperasian pesawat (di ground). Percobaan akan dilakukakan masing-
masing 10 kali dengan cairan oli SAE 50 bekas engine Lycoming O-360
(warna oli hitam), fuel (AVGAS 100LL), dan air.
Dengan variabel bebas yaitu debit kebocoran oli dan jenis cairan untuk
membandingkan hasil pengindikasian alat. sedangkan variabel terikat yang
menjadi parameter uji yaitu waktu, seberapa cepat alat mendeteksi
kebocoran. Kemudian volume, berapa banyak oli yang terdeteksi ketika
indikator menyala. Yang terakhir yaitu suhu, menguji kekuatan bahan
dalam menahan panas. Namun dengan pembatasan pengujian kondisi
engine mati, maka suhu oli tidak akan tinggi seperti kondisi saat hidup. Oleh
karena itu pengujian suhu ini tidak dilaksanakan hanya dengan
40
mengasumsikan penggunaan alat dilakukan saat kondisi temperatur engine
sudah turun dalam batas kemampuan bahan rangka.
C. Desain Perancangan
Dari kondisi yang ada saat ini, proses perawatan pesawat harus dilakukan
dengan optimal khususnya dalam pelaksanaan inspeksi kebocoran pada sistem
pelumasan. Dalam perancangan suatu alat prinsipnya yaitu untuk mendapatkan
efisiensi pada suatu proses perawatan pesawat dimana alat tersebut dapat
membantu pekerjaan dari mekanik dan mengurangi dampak kesalahan
manusia. Oleh karena itu, untuk membantu proses pelaksanaan inspeksi pada
sistem pelumasan serta menerapkan teori yang didapat, perancang bermaksud
merancang sebuah alat pendeteksi kebocoran oli yang berbasis microcontroller
Arduino UNO. Rancangan alat ini bertujuan untuk memberikan indikasi
kebocoran agar dapat diketahui sesegera mungkin pada saat pesawat belum
dioperasikan sehingga dapat dilakukan perbaikan.
41
sebagai alat percobaan eksperimen saja dalam mendeteksi adanya kebocoran
oli.
42
Bab IV
Pembahasan
Pada bab ini akan dijelaskan proses yang dilaksanakan dalam merancang alat
yang dapat mendeteksi kebocoran oli, komponen yang digunakan, hasil pengujian,
dan keefektifan alat berdasarkan analisis dan pengumpulan data.
43
section dan pelumasan pada dilaksanakan
engine casing engine, sehingga secara maksimal
yang telah terjadi sesuai
rusak kecelakaan maintenance
manual
Perawatan Kebocoran oli Perlunya alat
yang kurang tidak segera bantu perawatan
maksimal diketahui saat engine yang
(human error) preflight check dapat
sebelum terbang mengindikasikan
dan baru kebocoran oli
diketahui saat secara otomatis
terbang
44
sesuai
maintenance
manual.
Preflight check Kebocoran oli Perlunya alat
yang tidak diketahui bantu perawatan
dilaksanakan saat sebelum engine yang
kurang terbang. dapat
maksimal mengindikasikan
(human error). kebocoran oli
secara otomatis.
45
Dapat terjadi Perlunya
kerusakan melakukan
yang lebih maintenance
parah. engine yang
Biaya terjadwal.
perawatan
menjadi lebih
mahal.
Seal pada engine Oli keluar dari Dilakukan
accesories yang sistem jatuh by pengecekan
rusak dan perlu gravity dan terhadap sistem
penggantian. terkumpul lubrikasi untuk
Oil lines yang pada cowling. mengetahui
mengalami sumber kebocoran
crack atau dan dilakukan
korosi. perbaikan.
Pemasangan Oli menetes Perlu adanya
komponen yang pada cowling penampungan oli
menggunakan dan tercecer yang bocor agar
seal dan dilewati di landing tidak mengenai
oil system yang gear dan tire. komponen lain.
kurang presisi
seperti pada
rocker box,
reduction
gearbox, dan oil
sump.
Dari hasil analisis diatas, perancang juga ingin membahas solusi perlunya
alat bantu perawatan engine yang dapat mengindikasikan kebocoran oli
secara otomatis dan menampung oli yang bocor agar tidak tercecer dan
mengenai komponen lain. Hal ini yang menjadi dasar dari penelitian
rancangan alat deteksi kebocoran.
46
2. Analisis Kebocoran Oli
Dalam analisis kebocoran oli ini, akan dilakukan analisis terhadap sistem
lubrikasi yang digunakan oleh Engine Lycoming O-360 sebagai objek
perancangan alat deteksi kebocoran. Kemudian analisis lokasi kebocoran,
debit kebocoran, dan karakteristik oli yang digunakan pada Engine
Lycoming O-360.
a. Sistem Lubrikasi
Engine Lycoming O-360 merupakan jenis piston engine yang digunakan
oleh pesawat Beechcraft Sundowner C23. Berdasarkan operating
manual, sistem lubrikasi yang digunakan pada engine ini yaitu tipe wet
sump dengan teknik pelumasan lubrikasi pressure. Wet sump adalah tipe
lubrikasi pada piston engine dengan semua oli akan terangkut di dalam
bak/sump engine (Sanderson Inc., 2003). Dan untuk hasil analisis alur
pendistribusian oli pada sistem lubrikasi Lycoming O-360 adalah sebagai
berikut:
47
sump. Screen yang berada di dalam oil sump ini akan menyaring partikel-
partikel besar seperti kotoran, karbon, maupun logam yang terbawa pada
aliran oli.
Oli yang keluar dari pump akan masuk ke drilled passage yang ada pada
accessory section menuju ke pressure screen housing. Kemudian dengan
pipa fleksibel oli diarahkan menuju ke oil cooler yang berada diluar
engine. Pada oil cooler oli akan didinginkan dengan udara yang melalui
engine akibat dari perputaran propeller. Dalam sistem ini juga terdapat
bypass valve dimana beroperasi dengan spring. Oli yang memiliki suhu
tinggi setelah melubrikasi sistem akan memiliki tingkat viskositas
rendah, sehingga tekanan oli akan rendah, maka bypass valve akan
tertutup dan oli akan dipaksa melewati cooler. Namun jika oli memiliki
suhu rendah, viskositas akan rendah dan tekanan oli akan naik sehingga
tekanan tersebut dapat membuka bypass valve dan oli tidak perlu
melewati cooler.
Oli bertekanan dari cooler akan melewati jalur kedua dari pressure
screen housing dan menuju ke drilled passage yang mengarahkan oli ke
oil pressure relief valve yang berada di bawah accessory housing.
Pressure relief valve akan mengatur tekanan dari oli yang akan masuk ke
sistem, dimana jika terdapat kelebihan tekanan oli akan langsung
dikembalikan ke oil sump.
48
rocker box. Oli residual dari bearing, accessories gear, dan rocker box
akan kembali ke oil sump dengan gaya gravitasi dan kembali lagi ke awal
sirkulasi.
b. Lokasi Kebocoran
Dalam analisis lokasi kebocoran ini, perancang mengambil data dari
proses prosedur perawatan yang ada dalam operator manual Engine
Lycoming O-360. Dan berikut prosedur perawatan engine dan analisis
lokasi kebocoran yang terjadi dalam sistem lubrikasi:
49
Oil Pressure) line. Seal/gasket
(Lycoming, 2005). between accessory
Remedy: Check gasket housing and
between accessory housing crankcase.
and crankcase.
AIRWORTHINESS Inspect the engine for both: Oil filter converter
DIRECTIVE (a) evidence of an oil leak plate gasket.
AD/LYC/105/Amdt from the oil filter converter
1 (Oil Filter plate gasket, or
Converter Plate (b) evidence of the oil filter
Gasket) converter plate gasket
(L. P. Engines, extruding beyond the
2000). perimeter of the plate.
SERVICE To minimize oil leaks that Crankshaft oil seal.
INSTRUCTION occur in the area of the
No. 1324C front crankshaft oil seal
(Crankshaft Oil and prevent the seal from
Seal) rotating in the crankcase
(L. Engines, bore, a thorough cleaning
2009). of the crankcase bore and
use of the correct sealant is
necessary. The crankcase
must be cleaned of all
traces of the oil sealant and
oil before a new seal is
installed. Use one of the
following solvents: methyl
ethyl ketone, acetone,
Napasco SC-200, M-17 or
M-114.
50
operator anual, AD (Airworthiness Directive), maupun SI (Service
Instruction). Hasil dari analisis lokasi kebocoran oli yang paling beresiko
yaitu oil pipe/line, oil connctor, Rocker box cover, Preesure line, Suction
line, Seal/gasket antara accessory housing dan crankcase, Oil filter
converter plate gasket, dan Crankshaft oil seal.
c. Debit Kebocoran
Dalam perancangan ini debit kebocoran oli dianalisis dari kasus
kebocoran oli akibat kerusakan seal pada Lampiran F. Dimana dalam
kasus dinyatakan pesawat terbang pada pukul 13.00 dan terjadi
kecelakaan pada pukul 13.30. Sedangkan hasil investigasi menyatakan
tidak ditemukan oli dalam engine. Oleh karena itu diasumsikan dalam
waktu 30 menit dan dalam keadaan engine hidup oli dalam engine dapat
habis jika terjadi kebocoran. Jika asumsi ini digunakan pada Engine
Lycoming O-360 yang memiliki kapasitas total oli yaitu 8 quarts (7,6
liter), maka dengan menggunakan persamaan II. 2 dapat diketahui debit
kebocoran ketika engine dalam keadaan hidup yaitu:
𝑉
𝑄=
𝑡
7,6 𝐿
𝑄=
30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
51
7600 𝑚𝑙
𝑄=
1800 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑸 = 𝟒, 𝟐𝟐 𝒎𝒍/𝒅etik
Dari perhitungan didapatkan hasil 4,22 ml oli yang keluar per detiknya.
Nilai ini yang akan menjadi asumsi dari kebocoran oli yang terjadi pada
Lycoming O-360 ketika engine hidup untuk merancang alat deteksi
kebocoran oli. Asumsi ini digunakan karena jika yang diasumsikan
adalah ketika engine mati maka tidak ada tekanan pada oli. Jika oli tidak
memiliki tekanan maka debit oli jika terjadi kebocoran juga kecil. Maka
nilai debit kebocoran dapat lebih kecil dari 4,22 ml/detik ketika engine
mati. Sehingga perancang mengasumsikan kebocoran yang
d. Karakteristik Oli
Karakteristik yang dianalisis yang pertama yaitu temperatur oli, diamana
temperatur saat pengoperasian Engine Lycoming O-360 diambil dari data
pada POH yaitu sebagai berikut:
Dari data di atas temperatur normal oli saat pengoperasian yaitu dalam
rentang 120 – 245 °F atau sekitar 48,89 – 118,33 °C.
52
50 adalah minimal 16,3 cP dan maksimal 21,9 cP pada suhu 100 °C
(ASTM D-445). Jika di ubah ke satuan internasional pascal-sekon (Pa.s),
maka minimal adalah 0,0163 Pa.s dan maksimal 0,0219 Pa.s.
3. Analisis Rancangan
Dari analisis ketiga kasus di atas, maka perancang memutuskan untuk
merancang sebuah alat yang otomatis dapat mendeteksi kebocoran oli pada
engine. Dalam perancangan suatu alat prinsipnya yaitu untuk mendapatkan
efisiensi pada suatu proses perawatan pesawat dimana alat tersebut dapat
membantu pekerjaan dari mekanik dan mengurangi dampak kesalahan
manusia. Sehingga untuk spesifikasi ataupun cara kerja dari alat yaitu
disesuaikan dengan kebutuhan. Dan rencana rancangan berdasarkan
kebutuhan adalah sebagai berikut:
53
Dapat mendeteksi cairan Menggunakan modul sensor
oli secara efektif. yang sensitif dalam mendeteksi
oli berdasarkan warna oli
(warna hitam oli lama).
Pendeteksian oli dapat Menggunakan tambahan sensor
dibedakan dengan cairan lain dalam pendeteksian.
lain yang memiliki
kemungkinan bocor di
pesawat.
Dapat memberikan Menggunakan indikasi suara,
indikasi kebocoran oli indikasi tampilan dan indikasi
secara maksimal. lampu.
Sumber tegangan tidak Menggunakan baterai sendiri
menggunakan sumber dari untuk rancangan.
pesawat dengan minimal Menghitung kapasitas baterai
waktu stand by 24 jam untuk dapat menyuplai
yaitu diasumsikan pesawat sesuai kebutuhan.
tidak dioperasikan selama
1 hari.
Rangka Oli yang bocor dapat Membuat container yang dapat
ditampung sehingga tidak menampung oli dengan
tercecer. kapasitas disesuaikan dengan
kapasitas oli di pesawat.
Pendeteksian sensor oli Membuat desain bagian alat
lebih efektif. yang berguna untuk
pendeteksian (catch pot).
Alat dapat mendeteksi Alat tambahan dipasang pada
kebocoran dari seluruh cowling bawah berdasarkan
sistem lubrikasi. analisis jatuhnya oli dari sistem
lubrikasi ke cowling bawah.
Pemasangan alat di Membuat sebuah alat
pesawat tidak menggangu tambahan dengan desain yang
54
sistem lain dan plug and play.
diaplikasikan saat di
ground. Melakukan pengukuran
terhadap pesawat agar presisi.
Alat digunakan ketika Bahan yang digunakan oleh
suhu oli sudah rendah rangka cukup tahan terhadap
setelah engine beroperasi. panas oli setelah beroperasi
hingga 120 °F atau sekitar
48,89 °C.
Alat harus mudah dilihat Pemberian warna yang
sehingga dapat diketahui mencolok (kuning) agar mudah
posisinya jika masih diketahui posisinya.
terpasang di pesawat.
B. Perancangan Alat
Dari analisis rancangan yang telah dilakukan dan hasilnya yaitu seperti pada
Tabel IV. 6, maka rancangan yang dibutuhkan yaitu dibagi menjadi tiga yaitu
rancangan sistem, rancangan rangka, dan detail rancangan. Dan berikut hasil
perancangan sistem dan rangka untuk alat deteksi kebocoran oli:
1. Sistem Rancangan
Untuk perancangan sistem ini akan dijabarkan dalam tiga bahasan, yaitu
membuat gambaran umum rancangan, membuat wiring diagram, dan
coding program Arduino.
55
Gambar IV. 3 Blok diagram hasil gambaran umum rancangan
(dokumen pribadi)
b. Wiring Diagram
Komponen-komponen terpadu yang sudah ditentukan kemudian
dirangkai sesuai wiring diagram yang perancang buat sebagai berikut:
56
Untuk hasil rancangan wiring pada rangkaian modul terdapat dalam
Lampiran S. Sedangkan untuk sambungan konektor yang
menghubungkan satu modul dengan modul lainnya terdapat dalam
Lampiran T.
57
2. Rangka Rancangan
Dalam perancangan rangka ini digunakan hasil analisis lokasi kebocoran
dimana hasil dari analisis lokasi kebocoran oli yaitu oli yang bocor akan
jatuh dan menetes pada cowling bawah. Dari hal ini perancang membuat
rancangan untuk mengarahkan oli yang bocor ini agar mengalir ke catch pot
(tempat pendeteksian oleh sensor). Bagian-bagian alat dalam perancangan
ini yaitu attachment, catch pot, container, dan electronic compartment.
Berikut adalah hasil dari perancangan alat:
58
Untuk rancangan dari kapasitas container, volume oli yang dapat
ditampung maksimal adalah 2 quarts atau 1,89 liter. Hal ini disesuaikan
dengan POH (Pilot Operating Handbook) pesawat Sundowner C23 yang
menyatakan bahwa normal operasi dari Engine Lycoming O-360-A4J
adalah minimal 6 quarts atau 5,68 liter dari kapasitas maksimal 8 quarts
atau 7,57 liter. Sehingga diasumsikan kebocoran yang terjadi maksimal
yaitu 2 quarts. Sehingga agar dapat menampung kapasitas oli ±2 liter
maka untuk dimensinya yaitu panjang 20 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 20
cm. Jika dihitung maka hasil volumenya adalah 2000 cm3. Jika
dikonversi ke mili liter maka hasilnya 2000 ml atau 2 liter.
59
TCS3200). Dalam Lampiran K jurnal dari (Ratnawati & Vivianti, 2018)
menyatakan jika penempatan sensor warna terhadap objek yang dideteksi
adalah 1,5 cm dengan lebar objeknya yaitu 5,5 cm. Berdasarkan jurnal ini
perancang membuat ukuran rancangan yaitu sebagai berikut :
Pada catch pot juga terdapat lubang berukuran 0,64 cm yang digunakan
untuk jalur masuk oli dari cowling yang dialirkan dari selang
(attachment). Selain itu juga terdapat saluran dari catch pot ke container
dengan panjang 4,5 cm dan lebar 0,6 cm dan terletak pada ketinggian 1,5
cm yaitu sesuai dengan jarak pendeteksian sensor warna TCS3200 dari
objek yang dideteksi. Saluran ini digunakan untuk mengalirkan oli yang
telah penuh pada catch pot ke container agar cairan tidak terus
bertambah di catch pot dan merusak sensor. Gambar teknik dari
rancangan ini ada pada Lampiran U.
60
Dan untuk penempatan komponen-komponen terpadu pada alat yaitu
sebagai berikut:
b. Attachment
Bagian ini merupakan bagian yang akan di pasang pada cowling bawah.
Attachment akan berfungsi untuk menyekat dan mengarahkan aliran oli
yang bocor agar keluar kearah ujung cowling pada lubang landing gear.
Oli kemudian akan dialirkan melalui selangdan dimasukkan ke catch pot
untuk proses pendeteksian. Ukuran dari attachment disesuaikan dengan
ukuran lubang landing gear. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil
panjang sisi kanan dan kirinya yaitu 41 cm. Untuk sisi atas panjangnya
yaitu 13 cm dan sisi bawahnya yaitu 40 cm. Untuk tinggi sekatannya
yaitu 3 cm dan panjang selang yaitu 59 cm dari attachment ke catch pot.
61
Berikut ukuran attachment pada cowling bawah engine (gambar teknik
pada Lampiran V):
62
3. Detail Rancangan
Untuk perancangan sistem ini akan dijabarkan dalam tiga bahasan, yaitu
penentuan komponen terpadu, bahan/material rangka, dan sumber tegangan
alat.
63
Sensor Non- Mendeteksi Tipe XKC-Y25-
Contact Liquid cairan dengan V
Level tipe
waterbase,
membedakan
(dokumen cairan lain
pribadi) yang
terdeteksi.
LCD 1602 + Sebagai Tipe 16x2,
Modul I2C penampil
kondisi safe
(dokumen
atau leak
pribadi)
Lampu LED Untuk LED hijau,
memberi merah, dan
indikasi dari kuning
kebocoran
(warning
(dokumen light)
pribadi)
Buzzer Sebagai
indikator
kebocoran
dalam bentuk
suara
(dokumen
pribadi)
Baterai Sebagai Lithium ion (Li-
sumber ion), Input 5V
tegangan 2A , Output 5V
sistem untuk 1A, 6600 mAh
menyuplai
tegangan
64
(dokumen minimal 24
pribadi) jam
65
b. Penentuan Bahan/Material
Dari hasil karakteristik oli yaitu, pertama temperatur normal oli saat
pengoperasian yaitu dalam rentang 120 – 245 °F atau sekitar 48,89 –
118,33 °C. Yang kedua yaitu nilai viskositas dari grade SAE 50 adalah
minimal 16,3 cP dan maksimal 21,9 cP pada suhu 100 °C. Dari data
analisis ini perancang menentukan bahan yang digunakan rancangan
rangka (attachment, catch pot, container, electronic compartment) yaitu
menggunakan akrilik.
Dimana sesuai data pada Tabel II. 14 akrilik masih dapat menahan panas
hingga 88 °C. Sedangkan kebutuhan rancangan yaitu menggunakan
bahan yang tahan terhadap panas oli ketika sudah tidak beroperasi
maksimal temperatur oli pada 120 °F atau sekitar 48,89 °C. Oleh karena
itu dalam penggunaannya di lapangan alat ini memiliki batasan hanya
dapat digunakan ketika temperatur oli di bawah 88 °C.
Berdasarkan rumus II. 4 disebutkan bahwa nilai muatan listrik (Q) hasil
kali dari arus (I) dan waktu (t), maka:
𝑄 =𝐼×𝑡
𝑄 = 50 𝑚𝐴 × 24 ℎ
𝑸 = 𝟏𝟐𝟎𝟎 𝒎𝒊𝒍𝒊 𝑨𝒎𝒑𝒆𝒓𝒆. 𝒉𝒐𝒖𝒓
𝑸 = 𝟒. 𝟑𝟐𝟎 𝑪𝒐𝒖𝒍𝒐𝒎𝒃𝒔
66
Namun dengan adanya discharge safety sebesar 20% dari kapasitas
baterai maka, dengan menggunakan rumus II. 5 didapatkan hasil:
𝑄
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 =
80%
1200
𝑄𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑚𝑒 =
80%
𝑸𝒓𝒆𝒂𝒍 𝒕𝒊𝒎𝒆 = 𝟏𝟓𝟎𝟎 𝒎𝒊𝒍𝒊 𝑨𝒎𝒑𝒆𝒓𝒆. 𝒉𝒐𝒖𝒓𝒔
Dari hasil ini maka untuk menyuplai alat dalam 24 jam maka minimal
menggunakan baterai dengan kapasitas 1.500 mAh (5.400 Coulombs).
Sedangkan dalam perancangan ini penulis menentukan pemakaian baterai
dengan kapasitas 6.600 mAh. Oleh karena itu baterai sangat cukup untuk
memenuhi kebutuhan suplai alat selama minimal 24 jam.
C. Uji Coba
Dalam pengujian ini akan dilakukan dengan tiga jenis cairan yang berbeda
untuk menguji apakah indikator berfungsi sesuai program atau tidak. Dengan
parameter waktu seberapa cepat alat mendeteksi kebocoran. Kemudian volume,
berapa banyak oli yang terdeteksi ketika indikator menyala. Berikut hasil
pengujian alat:
67
LED Merah dan
3 30 29,35 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
4 30 35,30 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
5 30 28,98 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
6 30 26,64 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
7 20 30,68 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
8 20 30,23 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
9 20 43,17 Leak Berhasil
Buzzer
LED Merah dan
10 20 31,25 Leak Berhasil
Buzzer
68
4 30 35,30 0,85
5 30 28,98 1,04
6 30 26,64 1,13
7 20 30,68 0,65
8 20 30,23 0,66
9 20 43,17 0,46
10 20 31,25 0,64
69
Kurang
6 60 60,02 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
7 40 25,05 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
8 40 46,35 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
9 20 11,16 LED Hijau Safe
Berhasil
Kurang
10 20 26,10 LED Hijau Safe
Berhasil
Dari hasil yang didapatkan dari pengujian alat dengan cairan fuel, masih
kurang berhasil. Dikatakan kurang berhasil karena jika dibandingkan
dengan logika sistem rancangan, untuk indikator yang menyala seharusnya
adalah LED hijau dan kuning. sedangkan hasil yang didapat hanya LED
hijau yang menyala dari 10 kali percobaan. Namun untuk tampilan pada
LCD tetap safe, oleh karena itu masih dikatakan berhasil karena alat masih
menampilkan kondisi safe walaupun indikator LED kuning tidak menyala.
Dengan menggunakan rumus II. 2 , maka dapat dihitung debit dari fuel yang
masuk ke alat:
70
9 20 11,16 1,79
10 20 26,10 0,77
71
LED Hijau dan
8 30 14,60 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
9 20 11,47 Safe Berhasil
LED Kuning
LED Hijau dan
10 20 14,49 Safe Berhasil
LED Kuning
72
Gambar IV. 17 Pembacaan indikator pengujian dengan air
(sumber pribadi)
1. Volume Rata-Rata
Volume oli rata-rata saat indikator menyala yaitu dengan rumus II. 7:
𝑉1 + 𝑉2 + … + 𝑉𝑛
𝑉̅ = 𝑉𝑛
40 + 40 + 30 + 30 + 30 + 30 + 20 + 20 + 20 + 20
𝑉̅ = 10
𝑽̅ = 𝟐𝟖, 𝟎𝟎 𝒎𝑳
2. Waktu Rata-Rata
Waktu rata-rata indikator menyala sejak terjadi kebocoran oli yaitu dengan
rumus II. 7:
𝑡1 + 𝑡2 + … + 𝑡𝑛
𝑡̅ = 𝑡𝑛
25,40 + 57,75 + 29,35 + 35,30 + 28,98 + 26,64
+30,68 + 30,23 + 43,17 + 31,25
𝑡̅ = 10
𝒕̅ = 𝟑𝟑, 𝟖𝟖 𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌
73
3. Debit Kebocoran
Dengan diketahui volume oli yang bocor dan waktu untuk dapat
menghidupkan indikator, dengan menggunakan rumus II. 2 maka debit
kebocoran adalah:
𝑉
𝑄=
𝑡
28,00
𝑄=
33,88
𝑸 = 𝟎, 𝟖𝟒 𝒎𝑳/𝒔
4. Persentase Keberhasilan
Sedangkan untuk presentase keberhasilan alat dalam mendeteksi oli yaitu
dihitung dengan rumus II. 6:
10 − 0
Keberhasilan (%) = × 100%
10
74
Bab V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari perancangan ini yaitu sebagai berikut:
1. Dari analisis kasus kebocoran yang telah dilakukan pada tiga kasus berbeda,
perancang memfokuskan bahasan tentang perlunya alat bantu perawatan
engine yang dapat mengindikasikan kebocoran oli secara otomatis dan
menampung oli yang bocor agar tidak tercecer dan mengenai komponen
lain. Kemudian dilakukan analisis kebocoran oli pada engine Lycoming O-
360 sebagai objek perancangan dan didapatkan hasil yaitu sistem
pelumasannya yaitu tipe wet sump dengan teknik pelumasasan pressure.
Untuk lokasi kebocoran diasumsikan akan jatuh ke cowling bawah seperti
pada informasi Lampiran G, Lampiran I, dan Lampiran J. Dan analisis hasil
perhitungan debit kebocoran oli diasumsikan yaitu 4,22 ml/detik. Dimana
untuk rencana pendeteksian oli yaitu berdasarkan warna oli yang dibatasi
pada warna oli lama (hitam). Sedangkan untuk karakteristik oli yang
digunakan pada Lycoming O-360 yaitu grade SAE 50 dengan viskositas
minimal 16,3 cP dan maksimal 21,9 cP pada suhu 100 °C dan temperatur
normal oli saat pengoperasian yaitu dalam rentang 48,89 – 118,33 °C. Dan
untuk analisis kebutuhan rancangan yaitu sesuai dengan hasil analisis pada
Tabel IV. 6.
75
bawah suhu tersebut agar tidak merusak rangka dan modul. Untuk
komponen terpadu yang digunakan yaitu microcontroller Arduino UNO
dengan sensor warna TCS3200 dan sensor non-contact liquid XKC-Y25-V
seperti pada Tabel IV. 8. Sedangkan untuk kapasitas baterai didapatkan
hasil perhitungan yaitu minimal kapasitas baterai adalah 1500 mAh karena
kebutuhan suplai yang diperlukan adalah 24 jam dan maksimal discharge
sebesar 80% dari kapasitas total.
B. Saran
Adapun saran-saran guna lebih mengembangkan desain dan fungsi alat untuk
penelitian selanjutnya:
1. Pemasangan di pesawat
Dengan kekurangan rancangan alat ini, perancang menyarankan untuk
dapat mengembangkan rancangan attcahment di pesawat dimana dalam
rancangan ini alat deteksi hanya dapat dipasang di ground saja akan lebih
baik lagi jika dapat dipasang langsung di pesawat dan dapat dibawa terbang
dengan pemasangan indikator dapat langsung ke cockpit. Serta agar desain
attachment dapat dirancang agar dapat dipasang untuk beberapa jenis
pesawat sejenis.
2. Sensitivitas Sensor
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya rancangan ini dapat dikembangkan
dalam penggunaan sensor yang lebih baik seperti sensor IR maupun sensor
76
lain yang lebih efektif dari sensor perancangan ini untuk mendeteksi oli
dimana hasil dari perancangan ini untuk mendeteksi oli masih memerlukan
waktu rata-rata 34 detik dengan volume oli minimal yang keluar adalah 28
ml serta pendeteksian oli hanya berdasarkan warna oli (hitam).
3. Pemasangan Sensor
Dalam perancangan ini sensor yang digunakan hanya satu dengan
mengandalkan oli yang jatuh ke cowling bawah. Oleh karena itu agar
pendeteksian yang lebih efektif sensor dapat dipasang pada setiap tempat
yang memiliki risiko besar terjadinya kebocoran oli dari hasil analisis lokasi
kebocoran yang telah dilakukan.
4. Bahan rangka
Untuk penelitian selanjutnya, bahan rangka dapat memakai bahan yang
lebih tahan panas sesuai dengan temperatur oli saat engine pesawat yang
masih menyala. Dan juga dapat memberikan perlindungan pada komponen
terpadu dari suhu tinggi dari kerusakan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, K., Lestari, N., Fauzi, M. A., Nurcahya, A., Studi, P., Elektro, T., &
Buana, U. S. (2020). Perancangan Sistem Monitoring Penggantian Oli
Pada Sepeda Motor Berdasarkan Jarak Tempuh. 13(1), 58–70.
Ajang, R. (2015). Cara Simple Program LCD i2C 16×2 Menggunakan Arduino -
Kelas Robot. https://kelasrobot.com/cara-simple-program-lcd-i2c-16x2-
menggunakan-arduino/
78
http://psychotechengineering.blogspot.com/2017/01/pemrograman-lcd
16x2.html
Engines, L. P. (2000). AD / LYC / 105 Amdt 1 Oil Filter Converter Plate Gasket.
September, 1–2.
Husni, N. L., Rasyad, S., Putra, M. S., Hasan, Y., & Rasyid, J. Al. (2020).
Pengaplikasian Sensor Warna Pada Navigasi Line Tracking Robot Sampah
Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Ampere, 4(2), 297.
https://doi.org/10.31851/ampere.v4i2.3450
79
Lubis, N. A. (2018). The Influence of Liquid Viscosity on Falling Time By
Falling Ball Method. FISITEK : Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi, 2(2), 26.
https://doi.org/10.30821/fisitek.v2i2.1809
Maulida, R. H., & Rani, E. (2012). Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu Dan
Kontaminan Terhadap Viskositas Oli Menggunakan Rotary Viscometer.
Jurnal Neutrino, 0(0), 18–31. https://doi.org/10.18860/neu.v0i0.1624
Pahl, G., & Beitz, W. (1988). Engineering Design: A Systematic Approach (K.
Wallace (ed.); Vol. 148).
Ratnawati, D., & Vivianti. (2018). Alat Pendeteksi Warna Menggunakan Sensor
80
Warna TCS3200 Dan Arduino Nano. Prosiding Seminar Nasional Vokasi
Indonesia, 1(November), 167–170.
Susanti, I., Rumiasih, R., RS, C., & Firmansyah, A. (2019). ANALISA
PENENTUAN KAPASITAS BATERAI DAN PENGISIANNYA PADA
MOBIL LISTRIK. Elektra, 4(2), 29–37.
81
LAMPIRAN
82
Lampiran A Pilot’s Operating Handbook Beechcraft Sundowner C23
83
Lampiran B 100 Hours Inspection Beechcraft Sundowner 180 C23
84
Lampiran C Jurnal High Oil Consumption pada Engine
85
86
Lampiran D Spesifikasi Lycoming O-360
87
88
89
Lampiran E Kasus 1 Kebocoran Oli
90
Lampiran F Kasus 2 Kebocoran Oli
91
92
Lampiran G Oli pada Lycoming O-360 di cowling bawah Sundowner C23
93
94
Lampiran H Coding Program Microcontroller Arduino UNO
//PROGRAM OIL LEAKAGE DETECTOR
//Library LCD
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
#include <Wire.h>
//DEFINE PIN
#define Non 3
#define ledRed 4
#define ledGreen 5
#define ledYellow 6
#define buzzer 7
#define s0 8
#define s1 9
#define s2 10
#define s3 11
#define out 12
// set the LCD address to 0x27 for a 16 chars and 2 line display
95
int data=0;
int Liquid_level=0;
void setup()
lcd.init();
lcd.backlight();
//pin modes
pinMode(s0, OUTPUT);
pinMode(s1, OUTPUT);
pinMode(s2, OUTPUT);
pinMode(s3, OUTPUT);
pinMode(out, INPUT);
pinMode(buzzer, OUTPUT);
pinMode(ledRed, OUTPUT);
pinMode(ledGreen, OUTPUT);
pinMode(ledYellow, OUTPUT);
pinMode(Non, INPUT);
digitalWrite(buzzer, LOW);
96
digitalWrite(ledRed, LOW);
digitalWrite(ledGreen, LOW);
digitalWrite(ledYellow, LOW);
digitalWrite(Non, LOW);
digitalWrite(s0,HIGH);
digitalWrite(s1,HIGH);
void TCS()
//LOW/LOW is for RED LOW/HIGH is for Blue and HIGH/HIGH is for green
digitalWrite(s2,LOW);
digitalWrite(s3,LOW);
GetData();
97
digitalWrite(s2,HIGH);
digitalWrite(s3,HIGH);
GetData();
digitalWrite(s2,LOW);
digitalWrite(s3,HIGH);
GetData();
Serial.println();
delay(1000);
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("LEAKAGE DETECTOR");
void loop()
TCS();
logika_void();
98
void Sensor_Non()
Liquid_level = digitalRead(Non);
if(Liquid_level != 0)
digitalWrite(ledYellow, HIGH);
} else
digitalWrite(ledYellow, LOW);
Serial.print("Cairan_lain= ");
Serial.print(Liquid_level,DEC);
Serial.print(" || ");
void logika_hitam()
digitalWrite(ledRed, HIGH);
digitalWrite(ledGreen, LOW);
digitalWrite(buzzer, HIGH);
lcd.setCursor(0, 1);
99
lcd.print(" LEAK:( ");
void logika_selain_hitam()
digitalWrite(ledRed, LOW);
digitalWrite(ledGreen, HIGH);
digitalWrite(buzzer, LOW);
lcd.setCursor(0, 1);
void logika_void()
logika_hitam();
Sensor_Non();
10
logika_selain_hitam();
Sensor_Non();
void GetData()
//here we wait until "out" go LOW, we start measuring the duration and stops
when "out" is HIGH again
data=pulseIn(out,LOW);
//it's a time duration measured, which is related to frequency as the sensor gives a
frequency depending on the color
Serial.print(data);
Serial.print("\t");
delay(20);
10
Lampiran I Referensi 1 Rancangan Container
10
Lampiran J Referensi 2 Rancangan Container
10
Lampiran K Referensi 3 Rancangan Container
10
Lampiran L Temperatur dan Tekanan Oli pada Engine Lycoming O-360
10
Lampiran M Foto Perancangan dan Uji Coba
(Pengukuran)
(Perancangan Sistem)
10
(Pengujian Alat di Pesawat)
10
10
10
Lampiran N Data sheet spesifikasi Arduino UNO
The Arduino 1
Intel®.
Getting
In th
A
11
Get Inspired
Try out the integrated accelerometer and gyro and discover sensor fusion
Count your steps using the advanced features of 101's accelerometer
Monitor your heart rate using the Bluetooth Low Energy capabilities (BLE)
Need Help?
Technical specs
Programming
The 101 can be programmed with the Arduino Software (IDE). Select "Arduino/Genuino 101" from the Tools >
Board menu. For details, see the referenceand tutorials.
The board comes preprogrammed with an RTOS that handles USB connection andallows you to upload new
code without the use of an external hardware programmer. It communicates using the DFU protocol (reference).
Power
The 101 board can be powered via the USB connection or with an external powersupply. The power source is
selected automatically.
External (non-USB) power can come either from an AC-to-DC adapter (wall-wart)or battery. The adapter
11
11
Lampiran O Data sheet spesifikasi Atmega 328P
ATmega328/P
DATASHEET COMPLETE
Introduction
The Atmel® picoPower® ATmega328/P is a low-power CMOS 8-bit
microcontroller based on the AVR® enhanced RISC architecture. By
executing powerful instructions in a single clock cycle, the
ATmega328/P achieves throughputs close to 1MIPS per MHz.
This empowers system designer to optimize the device for power
consumption versus processingspeed.
Feature
High Performance, Low Power Atmel®AVR® 8-Bit Microcontroller
Family
• Advanced RISC Architecture
– 131 Powerful Instructions
– Most Single Clock Cycle Execution
– 32 x 8 General Purpose Working Registers
– Fully Static Operation
– Up to 20 MIPS Throughput at 20MHz
– On-chip 2-cycle Multiplier
• High Endurance Non-volatile Memory Segments
– 32KBytes of In-System Self-Programmable Flash program
Memory
– 1KBytes EEPROM
– 2KBytes Internal SRAM
– Write/Erase Cycles: 10,000 Flash/100,000 EEPROM
– Data Retention: 20 years at 85°C/100 years at 25°C(1)
– Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits
• In-System Programming by On-chip Boot Program
• True Read-While-Write Operation
– Programming Lock for Software Security
• Atmel® QTouch® Library Support
– Capacitive Touch Buttons, Sliders and Wheels
– QTouch and QMatrix® Acquisition
– Up to 64 sense channels
Atmel-42735A-ATmega328/P_Datasheet_Complete-06/2016
11
• Peripheral Features
– Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescaler and Compare Mode
– One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and Capture Mode
– Real Time Counter with Separate Oscillator
– Six PWM Channels
– 8-channel 10-bit ADC in TQFP and QFN/MLF package
• Temperature Measurement
– 6-channel 10-bit ADC in PDIP Package
• Temperature Measurement
– Two Master/Slave SPI Serial Interface
– One Programmable Serial USART
– One Byte-oriented 2-wire Serial Interface (Philips I2C compatible)
– Programmable Watchdog Timer with Separate On-chip Oscillator
– One On-chip Analog Comparator
– Interrupt and Wake-up on Pin Change
• Special Microcontroller Features
– Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection
– Internal Calibrated Oscillator
– External and Internal Interrupt Sources
– Six Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-down, Standby, and
Extended Standby
• I/O and Packages
– 23 Programmable I/O Lines
– 28-pin PDIP, 32-lead TQFP, 28-pad QFN/MLF and 32-pad QFN/MLF
• Operating Voltage:
– 1.8 - 5.5V
• Temperature Range:
– -40°C to 105°C
• Speed Grade:
11
Lampiran P Data sheet spesifikasi sensor warna TCS3200
11
11
Lampiran Q Data sheet spesifikasi sensor non-contact liquid XKC-Y25
FEATURES:
It is applicable to non-metal outer wall not necessary to directly contact with liquid so
that it can avoid liquid corrosion of strong acid or alkali, or the influence by scale or
other impurities.
Intelligent liquid level benchmark adjustment and liquid level memory function, liquid level
status display way, it can achieve multi-point serial connection; support 0-Vcc output.
Accurate and stable detection, it can detect boiling water liquid surface.
Pure electronic structure, non-mechanical operation way; and it has stable
performance and long life.
High stability, high sensitivity, strong anti-interference capacity; it will not be affected by
power frequency interference and common mode interference due to special disposals
so as to compatible with 5-24V power adapter.
Strong compatibility, and it can penetrate into non-metal tube, such as plastic,
glass, ceramic etc. Its sensing tube wall thickness can be up to 12mm; liquid,
powders, particulates all can be detected.
Voltage output, wide range of voltage (5-24V), and it is applicable to connect various circuit
and product applications.
CONNECTION INTRODUCTION:
Brown wire (VCC); power 5-24V (connects power positive)
Yellow (OUT); signal output
Black wire (M); output level (positive output or negative output) control. When black wire connects high
level, yellow wire is positive output signal wire; if there is induction, it will output high level; if there is no
induction, it will output low level (NPN-disconnect) When black wire connects low level, yellow wire is
negative output signal wire; if there is
11
induction, it will output low level; if there is no induction, it will output high level
Blue wire (GND); ground wire (connects power negative)
SENSITIVITY ADJUSTMENT:
1. Open the back cover of the sensor head, use small screwdriver to adjust the sensitivity knob
2. If counter clockwise rotate the knob, it will increase sensitivity, otherwise, it will
decrease the sensitivity.
11
11
Lampiran R Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2021
No Kegiatan Bulan April Mei Juni Juli Agustus September
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyerahan proposal tugas akhir siap
1
uji
2 Sidang proposal tugas akhir
Penulisan naskah dan bimbingan dari
3
dosen pembimbing
4 Pembuatan rancangan alat
5 Pengujian alat
Pengesahan tulisan dan penyerahan
6
tugas akhir siap uji
7 Sidang tugas akhir
12
Lampiran S Wiring Diagram Sistem Pendeteksi Kebocoran oli
12
Lampiran T Koneksi antar modul elektronik
12
LED Merah Arduino UNO LED Kuning Arduino UNO
Pin positif (+) ditambah resistor 220 ohm Pin digital 4 Pin positif (+) ditambah resistor 220 ohm Pin digital 6
Pin negatif (-) Pin GND Pin negatif (-) Pin GND
12
Lampiran U Engineering Drawing Container
12
Lampiran V Engineering Drawing Atachment
12
RIWAYAT HIDUP