Anda di halaman 1dari 104

RANCANG BANGUN SPINNER TOOLS UNTUK REMOVE

SPINNER PESAWAT ATR42-300 DI HANGAR PT. AERO


NUSANTARA INDONESIA
TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus Pendidikan Program Studi
Diploma IV Teknik Pesawat Udara Angkata 12 B

Oleh
ILHAM MAOLANA
NIT. 21417080

PROGRAM STUDI TEKNIK PESAWAT UDARA


POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG-
TANGERANG
2021
ABSTRAK

RANCANG BANGUN SPINNER TOOLS UNTUK REMOVE SPINNER PADA


PESAWAT ATR 42-300 DI HANGAR PT. AERO NUSANTARA INDONESIA
OLEH
ILHAM MAOLANA
NIT : 21417080
PROGRAM STUDI D. IV TEKNIK PESAWAT UDARA

Proses pelepasan spinner pada pesawat ATR42-300 menggunakan alat


bantu yang disebut spinner tools. Alat bantu tersebut, memiliki ukuran yang kecil
serta tidak terdapat karet matras di ujung diameter penopang spinner, dan biasanya
mekanik mengalami kesulitan untuk melepas spinner pada saat dynamic balancing
propeller. Dikarenakan akan melukai tangan karena panas yang terkonduksi dari
engine bisa langsung mengkonduksikan panas ke alat bantu tersebut dan akan
menimbulkan crack karena di ujung diameter penopang tidak terdapat karet matras,
karena ukuran alat bantu yang kecil dan tidak terdapat karet matras, pelepasan
spinner pada saat dynamic balancing propeller memakan waktu yang lama dan
tidak efisien serta harus mengeluarkan tenaga atau gaya yang lebih besar dan pernah
mekanik berkata bahwa alat pelepas ini pernah terjadi insiden crack pada alat
tersebut, maka dari itu penulis ingin memodifikasi alat bantu pelepasan spinner
yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian, stopper berfungsi sebagai penahan beban
puller di landasan, puller berfungsi sebagai beban untuk meringankan tenaga
mekanik, dan landasan berfungsi sebagai landasan puller untuk di hentakan.
Dengan merancang alat bantu pelepas spinner dengan sistem sliding hammer/puller
akan sangat membantu para mekanik untuk melepas spinner pada saat On Ground
Dynamic Balancing. Hasil dari perancangan yaitu dengan ukuran sebesar 520mm,
menggunakan material bahan S45C, gaya yang terjadi, dan perhitungan di setiap
bagian pengelasan sudah sesuai dengan yang diinginkan perancang. Hasil
rancangan ini diharapkan dapat membantu pekerjaan mekanik pada pelepasan
spinner pada saat balancing propeller di hangar PT. ANI.

Kata kunci : spinner tools, and spinner

ii
ABSTRACT

DESIGN OF SPINNER TOOLS TO REMOVE SPINNER ON ATR 42-300


AIRCRAFT IN HANGAR PT. AERO NUSANTARA INDONESIAOLEH

ILHAM MAOLANA

NIT : 21417080

D. IV AIRCRAFT ENGINEERING STUDY PROGRAM

The spinner release process on the ATR42-300 aircraft uses tools called
spinner tools. These tools have a small size and there is no rubber mat at the end
of the diameter of the spinner support, and usually mechanics have difficulty
removing the spinner during dynamic balancing of the propeller. Because it will
hurt the hand because the heat conducted from the engine can directly conduct heat
to the tool and will cause a crack because at the end of the diameter of the support
there is no rubber mat, because the size of the tool is small and there is no rubber
mat, spinner release during dynamic balancing propeller takes a long time and is
inefficient and has to expend greater power or force and once a mechanic said that
this release tool had a crack incident on the tool, therefore the author wanted to
modify the spinner release tool which consists of three parts, namely the , the
stopper serves as a barrier to the puller load on the runway, the puller serves as a
load to relieve mechanical power, and the runway serves as a puller base to be
pounded. By designing a spinner release tool with a sliding hammer/puller system,
it will really help mechanics to remove the spinner during On Ground Dynamic
Balancing. The results of the design are with a size of 520mm, using S45C
materials, the force that occurs, and the calculations in each welding section are in
accordance with what the designer wants. The results of this design are expected
to help mechanical work on the release of the spinner at the time of balancing the
propeller in the PT. ANI.

Keyword : spinner tools, and spinner

iii
PENGESAHAN PEMBIMBING

Tugas akhir: “RANCANG BANGUN SPINNER TOOLS UNTUK


REMOVE SPINNER PESAWAT ATR42-300 DI HANGAR PT. AERO
NUSANTARA INDONESIA” disetujui sebagai salah satu syarat lulus pendidikan
Diploma IV Program Studi Teknik Pesawat Udara Angkatan ke-12 pada Jurusan
Teknik Penerbangan, Politeknik Penerbangan Indonesia Curug.

Nama : ILHAM MAOLANA

Foto 3x4 NIT : 21417080

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Drs. A.NUGROHO BUDI R. S.SiT, MT WAHYU CAKRA NUGRAHA, S.ST


Penata Tk.I (IV/a) Penata Muda Tk. I (III/a)
NIP: 19570112 198303 1 001 NIP: 19890421 201012 1 005

KETUA PROGRAM STUDI

WIRA GHAUTAMA, ST, SSiT, M.Pd


Pembina Tk. I (III/d)
NIP: 19631204 198703 1 001
iv
PENGESAHAN PENGUJI

Tugas Akhir : “RANCANG BANGUN SPINNER TOOLS UNTUK


REMOVE SPINNER PESAWAT ATR42-300 DI HANGAR PT. AERO
NUSANTARA INDONESIA” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas
Akhir Program Studi Diploma IV Teknik Pesawat Udara Angkatan ke-12,
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug - Tangerang. Tugas akhir ini telah
dinyatakan LULUS Program Diploma IV pada tanggal 20 Agustus 2021.
s

KETUA SEKRETARIS

Ir. Mursyidin, MH Andri Kurniawan, S.ST., MT


Pembina Tk. I (IV/b) Penata Muda Tk. I (III/b)
NIP. 19860515 200912 1 006
NIP. 1957 1105 1994 0310 01

ANGGOTA

Zulina Kurniawati, S.SiT., M.Si


Penata Muda Tk. I (III/c)
NIP. 19820709 200502 2 001

v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ilham Maolana

NIT : 21417080

Program Studi : Diploma IV Teknik Pesawat Udara

Menyatakan bahwa tugas akhir berjudul “RANCANG BANGUN


SPINNER TOOLS UNTUK REMOVE SPINNER PESAWAT ATR42-300 DI
HANGAR PT. AERO NUSANTARA INDONESIA” merupakan karya asli saya
bukan merupakan hasil plagiarisme.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila


dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik dari
Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) Curug.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Tangerang, Agustus 2021


Yang Membuat Pernyataan

Ilham Maolana

vi
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR

Tugas akhir D.IV yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di


Perpustakaan Politeknik Penerbangan Indonesia, dan terbuka untuk umum dengan
ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang
berlaku di Politeknik Penerbangan Indonesia. Referensi kepustakaan
diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan
seizin pengarang dan harus disertai dengan kaidah ilmiah untuk menyebutkan
sumbernya.

Sitasi hasil penelitian Tugas akhir ini dapat ditulis dalam bahasa Indonesia sebagai
berikut:

Maolana, I (2021): RANCANG BANGUN SPINNER TOOLS UNTUK REMOVE


SPINNER PESAWAT ATR42-300 DI HANGAR PT. AERO NUSANTARA
INDONESIA, Tugas Akhir Program Diploma IV, Politeknik Penerbangan
Indonesia.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tugas akhir


haruslah seizing Ketua Program Studi Teknik Pesawat Udara, Politeknik
Penerbangan Indonesia.

vii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji serta syukur kehadirat Tuhan YME karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini sesuai jadwal yang ditentukan. Tugas akhir dengan judul, “RANCANG
BANGUN SPINNER TOOLS UNTUK REMOVE SPINNER PESAWAT
ATR42-300 DI HANGAR PT. AERO NUSANTARA INDONESIA” diajukan
guna memenuhi salah satu syarat lulus pendidikan Diploma IV Teknik Pesawat
Udara Angkatan ke 12 di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug,
Tangerang.

Dengan selesainya penyusunan tugas akhir ini penulis menyampaikan ucapan


terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. A. Nugroho Budi R. S.SiT, MT dan Bapak Wahyu Cakra


Nugraha, S.ST selaku pembimbing, atas segala saran, bimbingan dan
nasihatnya selama penelitian berlangsung dan selama penulisan tugas akhir
ini.
2. Bapak Asri Sentosa. selaku Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.
3. Bapak Wira Ghautama, SSiT., MT Selaku Ketua Program Studi Teknik
Pesawat Udara.
4. Para Dosen Pendidikan Teknik Pesawat Udara.
5. Orang Tua tercinta, kakak, adik serta sahabat yang selalu memberikan
dukungan.
6. Rekan-rekan Program Studi Diploma IV Teknik Pesawat Udara Angkatan ke-
12
7. Tar. Ilham Ristiyanto, Tar. Muhammad Dzaky, Tar. Desmanto, dan Tar.
Raihan yang selalu memberikan motivasi dan saling membantu.
8. Shafina Maharani yang selalu mendukung dan memberikan arahan terhadap
Tugas Akhir.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak
memberikan dukungan moril, dan materil sehingga tugas akhir ini dapat
terselesaikan.

viii
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan tugas akhir
ini, namun karena keterbatasan kemampuan yang ada, membuat tugas akhir ini jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
penyempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca,
terutama bagi pendidikan di Politeknik Penerbangan Indonesia.

Tangerang, September 2020

Ilham Maolana
NIT. 21417080

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT ............................................................................................................. iii

PENGESAHAN PEMBIMBING........................................................................... iv

PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................. vi

PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR .................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI ............................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xvi

DAFTAR SIMBOL ............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

I.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 3

I.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 3

I.4 Perumusan Masalah .................................................................................. 3

I.5 Tujuan Tugas Akhir .................................................................................. 4

I.6 Manfaat ..................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5

II.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 5

1. Pesawat Udara .......................................................................................... 5


2. Propeller Pesawat ..................................................................................... 5
3. Teori Rancang Bangun .............................................................................. 6
4. Perawatan Pesawat Udara .......................................................................... 6

x
5. Spinner .................................................................................................... 9
6. Teori Gaya ............................................................................................. 10
7. Gaya Gesek ............................................................................................ 11
8. Tegangan ............................................................................................... 12
9. Teori Ilmu Bahan.................................................................................... 13
10. Teori Sambungan Las ............................................................................. 13
11. Teori Beban ........................................................................................... 15
12. Teori Faktor Keamanan ........................................................................... 16
13. Teori Metode Elemen Hingga .................................................................. 16
II.2 Kerangka Befikir .................................................................................. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 22

III.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 22

III.2 Diagram Alir ........................................................................................ 22

III.3 Kegiatan Penelitian .............................................................................. 23

1. Pendahaluan ........................................................................................... 23
2. Tahapan Perancangan ............................................................................. 24
3. Pembuatan Alat ...................................................................................... 25
4. Pengujian Alat ........................................................................................ 27
BAB IV RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI .............................................. 28

IV.1 Gambaran Umum Rancangan .............................................................. 28

IV.2 Analisis Hasil Perancangan .................................................................. 28

1. Hasil penentuan dimensi alat pelepas spinner dan Perhitungan gaya yang
terjadi 29
2. Hasil perancangan frame ......................................................................... 31
3. Hasil perhitungan kekuatan sambungan las pada rancangan ....................... 34
4. Hasil menentukan sliding hammer/puller dan bantalan karet penyangga ..... 37
IV.3 Analisis Hasil Uji Coba Rancangan ..................................................... 40

1. Pengujian Statis ...................................................................................... 40


2. Pengujian Dinamis .................................................................................. 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 69

V.1 Kesimpulan .......................................................................................... 69

xi
V.2 Saran ..................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

LAMPIRAN A ...................................................................................................... 73

LAMPIRAN B ...................................................................................................... 75

LAMPIRAN C ...................................................................................................... 76

LAMPIRAN D ...................................................................................................... 77

LAMPIRAN E ...................................................................................................... 78

LAMPIRAN F....................................................................................................... 80

............................................................................................................................... 80

LAMPIRAN G ...................................................................................................... 82

LAMPIRAN H ...................................................................................................... 83

LAMPIRAN I ....................................................................................................... 84

LAMPIRAN J ....................................................................................................... 85

LAMPIRAN K ...................................................................................................... 86

xii
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI

gambar II. 1 3D static balance ..............................................Error! Bookmark not defined.


gambar II. 2 static balance pada stand propeller ...................Error! Bookmark not defined.
gambar II. 4 Lap Joint/Fillet .................................................Error! Bookmark not defined.
gambar II. 5 Butt Joint ..........................................................Error! Bookmark not defined.
gambar II. 6 Gambar 0-1 Proses analisis FEM (Cornelis, 2017) ...... Error! Bookmark not
defined.
gambar II. 8 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 21

xiii
DAFTAR TABEL

tabel 1 Koefisien gaya gesek material ....................................................................... 75


tabel 2 minimum ketebalan las ................................................................................. 83
tabel 3 faktor keamanan material.............................................................................. 84

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Manual Procedure ................................................................................. 73


Lampiran B Spesifikasi koefisien gaya gesekan ......................................................... 75
Lampiran C Gambar Teknik ..................................................................................... 76
Lampiran D Spesifikasi material S45C ...................................................................... 77
Lampiran E Quisioner .............................................................................................. 78
Lampiran F Spesifikasi Ilustrated Part Catalogue ....................................................... 80
Lampiran G Spesifikasi gaya lengan ......................................................................... 82
Lampiran H Spesifikasi minimum las ........................................................................ 83
Lampiran I Spesifikasi factor keamanan .................................................................... 84
Lampiran J Spesifikasi bantalan karet........................................................................ 85
Lampiran K teks wawancara ..................................................................................... 85

xv
DAFTAR ISTILAH

Maintenance : Suatu kegiatan perawatan yang meliputi pemeriksaan,


pelepasan, perbaikan, pemeliharaan dan penggantian
komponen, yang tidak termasuk ke dalam kegiatan
perawatan pencegahan.
Manpower : Suatu kegiatan yang membutuhkan tenaga manusia.

Maintenance Manual : Dokumentasi atau referensi khusus yang di dalamnya berisi


tentang detail informasi cara operasional dan perawatan
suatu barang.
Overhaul : Perawatan yang dilaksanakan untuk mengembalikan
kondisi pesawat, engine atau komponen ke kondisi semula.
Balancing : Proses penyeimbangan yang dilakukan untuk propeller
(baling-baling)

xvi
DAFTAR SIMBOL

A = Luas penampang (mm2)


F = Gaya yang diterima (N)
fs = Faktor keamanan
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
L = Panjang (mm)
m = Massa benda, Kilogram (kg)
P = Gaya tekan (Kg)
S = Modulus penampang
w = Beban (kg)
W = Gaya berat benda, Newton (N)
σ = Tegangan (N/mm2)
μk = Koefisien Gesekan
t = sudut las (o) ( s x sin 45o = 0,707)

s = tinggi/tebal las (mm)


Syt = Kekuatan Luluh material (Kg/mm2)

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Upaya untuk membuat pesawat yang laik terbang adalah dengan metode
perawatan. Menurut CASR bagian satu revisi satu, menyebutkan bahwa
perawatan adalah suatu aktifitas atau pekerjaan meliputi preservasi, inspeksi,
perbaikan, overhaul dan pergantian suatu komponen yang diperlukan untuk
menjaga atau megembalikan kondisi struktur pesawat, sistem dan komponen
pesawat tersebut dalam keadaan laik udara, yaitu sesuai dengan desain dan
aman untuk dioperasikan. Misalnya, yaitu pelaksanaan perawatan pada
propeller.

Perawatan pada propeller harus diperhatikan dengan sangat hati – hati dalam
kegiatan pemeliharaannya. Hal ini perlu dilakukan, karena propeller
merupakan salah satu komponen yang sering menerima beban stress
(tegangan) dampak dari gaya sentrifugal yang diterima saat pesawat
dioperasikan. Terlebih lagi bila pesawat melakukan landing atau take off pada
landasan yang kotor berakibat terjadinya benturan dari FOD (Foreign Object
Damage). Pada umumnya perawatan propeller juga dilaksanakan melalui dua
cara yakni static dan dynamic balancing propeller.

Pada pelaksanaan dynamic balancing propeller perlu lebih diperhatikan,


karena terdapat alat khusus yang dipasangkan didalam cockpit, yaitu berupa
kit yang disebut aces analyzer (accelerometer) agar mengetahui vibrasi pada
propeller blade. Kemudian pada saat terjadi vibrasi harus ditambahkan
washer pada spinner bulkhead didalam spinner untuk mengurangi vibrasi.
Cara untuk mengetahui mengenai propeller blade yang masih terjadi vibrasi
selain merasakan getaran yang sangat kuat pada saat engine high RPM di
dalam cockpit yaitu, dengan alat kit aces analyzer (accelerometer) itupun
membaca pada blade nomor berapa yang masih vibrate. Proses dynamic
balancing harus menunggu 10 menit setelah engine shutdown karena panas
yang terkonduksi dari engine membuat spinner

1
2

panas dan memuai sehingga sulit untuk dilepas. Celah yang sempit antar
spinner dan propeller serta akibat terkonduksinya panas akibat engine yang
mengkonduksi panas sebelumnya, tidak memungkinkan melepaskannya
dengan tangan kosong. Sesuai dengan Ilustrated Part Catalogue part 61-10-
00 dalam pelepasan spinner harus menggunakan special tools. Terdapat
special tools melepas spinner, tetapi tidak bisa digunakan pada saat dynamic
balancing propeller. Karena seperti pada saat balancing propeller alat
tersebut tidak bisa di pakai, karena tidak terdapat karet pada ujung diameter
spinner yang dapat mengakibatkan potensi crack pada spinner dan
pengerjaan menggunakan special tools yang memakan waktu serta gaya yang
besar. Kemudian juga ukuran alat tersebut yang kecil sehingga akan
mengakibatkan pemuaian panas kepada alat tersebut, dan juga bisa melukai
tangan mekanik, dan alat tersebut mengakibatkan potensi hazard. Alat
tersebut juga pernah mengalami insiden crack pada lampiran (K).

Seperti di Hangar B balai kalibrasi PT. Aero Nusantara Indonesia, dalam


pelaksanaan perawatan pesawat ATR42-300 pada bulan desember 2020. Saat
itu terdapat work order pergantian L/H propeller yang mana dalam perawatan
tersebut diharuskan melaksanakan dynamic balancing propeller. Ketika
kegiatan balancing berlangsung masih terjadi vibration sehingga
mengharuskan membuka spinner dan menambahkan washer. Pada proses
pelepasan spinner terdapat kesulitan karena pernah terjadi insiden pada awal
tahun 2020, terdapat crack pada spinner akibat alat pelepas spinner tersebut
langsung metal to metal contact dan alat tersebut memakan waktu yang lama
serta tidak efisien.

Maka dibutuhkan special tool khusus untuk melepas spinner, dengan


pengoperasian yang mudah dengan waktu yang singkat. Dengan
menggunakan sistem puller dan menambahkan karet pada ujung diameter
spinner akan lebih efektif dan mempersingkat waktu dalam pengerjaan, serta
gaya yang di hasilkan juga tidak besar. Oleh karena itu perancang akan
membuat tugas akhir dengan judul ” RANCANG BANGUN SPINNER
TOOLS UNTUK REMOVE SPINNER PESAWAT ATR42-300 DI
HANGAR PT AERO NUSANTARA INDONESIA” yang di harapkan dapat
3

mengatasi masalah-masalah yang terjadi dan menjadikan pekerjaan menjadi


lebih aman, efektif dan efisien.

I.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang perancangan tugas akhir ini maka penulis dapat
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Terdapat kesulitan dalam pekerjaan pelepasan spinner pada pesawat


ATR 42-300 sebelum adanya alat bantu spinner.
2. Terdapat kesulitan di lapangan dengan rancangan alat bantu spinner
yang dapat mempengaruhi manpower dan waktu pada pekerjaan
pelepasan spinner propeller.
3. Rancangan alat bantu spinner tools tidak dapat memudahkan pekerjaan
pelepasan spinner dan tidak menjadikan efektif dan efisien.
4. Belum adanya proses perancangan spinner tools dengan menggunakan
sistem puller pada alat tersebut untuk pelepasan spinner pada pesawat
ATR 42-300.

I.3 Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan oleh
penulis, maka penulis membatasi hanya pada butir kelima, yaitu : “ Belum
adanya rancangan spinner tools pada alat pelepas spinner dengan sistem
puller/sliding hammer pada pesawat ATR 42-300”.

I.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah di atas maka penulis


merumuskan bagaimana merancang spinner tools untuk pelepasan dan
pemasangan spinner pada pesawat ATR42-300 yaitu mengenai :

1. Bagaimana menentukan dimensi spinner tools yang sesuai dengan


celah antara spinner dan propeller serta menentukan perhitungan gaya
yang terjadi ?
2. Bagaimana merancang bangun frame spinner tools yang tepat untuk
rancangan spinner tools ?
4

3. Bagaimana menghitung kekuatan sambungan las yang tepat untuk


rancangan spinner tools ?
4. Bagaimana cara menentukan sliding hammer/puller yang tepat dan karet
penyangga yang sesuai pada spinner tools yang menempel pada spinner
?

I.5 Tujuan Tugas Akhir

Tujuan dari rancangan spinner tools pada pesawat ATR 42-300 diantaranya:

1. Dapat menyesuaikan prosedur pada saat On Ground Dynamic


Balancing Propeller di Hangar B Balai Kalibrasi PT. Aero Nusantara
Indonesia sesuai maintenance manual pada pesawat ATR 42-300
2. Dapat menentukan dimensi spinner tools yang sesuai dan mengetahui
gaya yang terjadi pada spinner tools.
3. Dapat merancang frame spinner tools serta menentukan kekuatan
sambungan las yang tepat pada rancangan spinner tools.
4. Dapat menentukan puller yang tepat dan karet penyangga yang sesuai
pada spinner tools.

I.6 Manfaat

Manfaat dari rancangan spinner tools pada pesawat ATR 42-300 diantaranya:

1. Secara Aplikasi
a. Alat yang dirancang dapat digunakan untuk melepas spinner dari
spinner bulkhead untuk mempermudah pengerjaan balancing
propeller pada saat On Ground Dynamic Balancing Propeller
b. Alat yang dirancang dapat digunakan untuk mempersingkat
waktu pengerjaan balancing propeller pada saat pelepasan
spinner.
2. Secara Keilmuan
a. Alat yang dirancang dapat mengurangi potensi crack pada bagian
diameter spinner,
b. Alat yang dirancang dapat mengurangi potensi hazard pada
mekanik yang berada dilapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka

Sesuai dengan judul tugas akhir tentang rancang bangun spinner tools pada
pesawat ATR 42-300 di PT. Aero Nusantara Indonesia, maka penulis
mengajukan beberapa teori yang menjadi landasan rancangan yang akan di
buat :

1. Pesawat Udara
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (No.1 Tahun 2009, Pasal
1 : 3) Pesawat udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di
atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara tetapi bukan karena
reaksi udara terhadap bumi yang digunakan untuk penerbangan, salah
satu contoh pesawat udara adalah pesawat terbang. Pesawat terbang
merupakan pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap
dan dapat terbang dengan tenaganya sendiri. (Kemendephub, 2009)(
https://ngada.org/uu1-2009bt.htm )

2. Propeller Pesawat
Menurut CASR Part 01, “Propeller means a device for propelling an
aircraft that has blades on an engine driven shaft and that, when
rotated, produces by its action on the air, a thrust approximately
perpendicular to its plane of rotation. It includes control components
normally supplied by its manufacturer, but does not include main and
auxiliary rotors or rotating airfoils of engines (DGCA, 2006, hal. 56).”
Propeller adalah alat untuk menggerakkan pesawat yang memiliki bilah
pada shaft yang digerakkan engine, ketika diputar, menghasilkan suatu
daya dorong tegak lurus dengan bidang rotasinya melalui aksi terhadap
udara. Hal ini mencakup kontrol komponen yang dibuat oleh pabrik,
tetapi tidak termasuk main atau auxiliary rotors atau airfoil yang
diputar oleh engine.(Transportation Republic of Indonesia Ministry,
2006)

5
6

Sedangkan menurut FAA-H-8083-32-AMT powerplant Volume 2:


Propeller pesawat terdiri dari dua atau lebih blade dan hub pusat tempat
blade dipasang. Setiap blade propeller pesawat pada dasarnya adalah
sayap yang berputar. Sebagai hasil dari konstruksinya, propeller
menghasilkan gaya yang menciptakan daya dorong untuk menarik atau
mendorong pesawat melalui udara. Tenaga yang dibutuhkan untuk
memutar blade propeller dilengkapi oleh mesin. propeller dipasang
pada poros, yang mungkin merupakan perpanjangan poros engkol pada
mesin tenaga kuda rendah; yang dipasangkan ke propeller.(Han &
goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019)

3. Teori Rancang Bangun


Rancangan merupakan kegiatan menciptakan sesuatu yang baru dan
lebih baik dan juga memperbaharui sesuatu yang sudah ada. Rancangan
diharapkan dapat memberikan nilai lebih ekonomis dalam pembuatan
dan pengoperasian (Khurmi dan Gupta, 2005). Rancangan terbagi atas
tiga, yaitu:

a. Rancangan penyesuaian
Pada tipe perancangan ini, perancang lebih fokus untuk
melakukan penyesuaian terhadap rancangan yang telah ada dan
modifikasi kecil.
b. Rancangan Perkembangan
Tipe ini perancang memulai perancangan berdasarkan rancangan
yang sudah ada, dan hasil akhir dari perancangan berbeda dengan
rancangan aslinya.
c. Rancangan Baru
Tipe rancangan ini membutuhkan banyak penelitian, kemampuan
teknis, dan kreatifitas.
4. Perawatan Pesawat Udara
Menurut (Republic of Indonesia Ministry of Transportation, Civil
Aviation Safety Regulation, Part 1, revision 1). Perawatan pesawat
merupakan suatu pelaksanaan tugas yang diperlukan untuk memastikan
7

pesawat agar layak terbang , termasuk salah satu atau kombinasi dari
overhaul, pemeriksaan komponen, pembetulan kerusakan dan
perwujudan dari modifkasi dan perbaikan. (Transportation Republic of
Indonesia Ministry, 2006)

Program perawatan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu


perawatan preventif dan korektif. Perawatan preventif adalah
perawatan yang mencegah terjadinya kegagalan komponen sebelum
komponen tersebut rusak. Sedangkan perawatan korektif adalah
perawatan yang memperbaiki komponen yang rusak agar kembali ke
kondisi awal. Perawatan preventif dalam sistem propeller dapat dibagi
menjadi 4 jenis yaitu:

a. Perawatan periodic atau hard time, merupakan perawatan yang


dilakukan berdasarkan batas waktu dari umur maksimum suatu
komponen pesawat. Dengan kata lain, perawatan ini merupakan
perawatan pencegahan dengan cara mengganti komponen
pesawat meskipun komponen tersebut belum mengalami
kerusakan.
b. Perawatan on condition, merupakan perawatan yang memerlukan
inspeksi untuk menentukan kondisi suatu komponen pesawat.
Setelah itu ditentukan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil
inspeksi tersebut. Bila ada gejala kerusakan, komponen tersebut
dapat diganti bila alasan-alasan teknik dan ekonominya
memenuhi.
c. Static Balance
Pengertian static balancing menurut ( Advisory Circular, 2005)
(AC 20-37E) Propeller dapat diseimbangkan secara statis hanya
dengan mengeluarkannya dari pesawat dan mengevaluasi
keseimbangan pada perlengkapan khusus. Hanya orang atau
organisasi bersertifikat yang dapat menyesuaikan keseimbangan
statis propeller. Bobot keseimbangan statis ditambahkan atau
dihapus dari propeller untuk memperbaiki ketidakseimbangan
8

yang diukur, atau material dari bilah dihilangkan dengan teknik


penggilingan khusus. (Terminal et al., 2005)

Sedangkan menurut FAA-H-8083-31-AMT-Airframe-Volume 1:


Keseimbangan statis adalah kecenderungan suatu benda untuk
tetap diam bila didukung dari CG-nya sendiri. Ada dua cara di
mana permukaan kontrol mungkin keluar dari keseimbangan
statis. Mereka disebut underbalance dan
overbalance.(Hutagalung, 1967)

Gambar II - 1 3D static balance (FAA-H-8083-32-AMT-


Powerplant-Vol-2)

Gambar II - 2 Static balance pada stand propeller (FAA-H-


8083-32 AMT-Powerplant-Vol-2)
9

d. Dynamic Balance
Pengertian Dynamic Balancing menurut ( Advisory Circular,
2005) (AC 20-37E) mengenai Aircraft Propeller Maintenance
mendefinisikan sebagai berikut: “Certain models of propellers
may be dynamically balanced in place on the aircraft. Dynamic
balancing of a propeller is done to provide for the lowest level of
vibration in its operating range. Although the propeller is the
focal point of the balancing procedure, it is the combination of
the engine, engine mounting system, and the propeller assembly
that combine to provide the level of vibration”. Terjemahaannya
yaitu, propeller tertentu dapat diseimbangkan secara dinamis
pada pesawat. Dynamic balancing propeller dilakukan untuk
memberikan tingkat getaran terendah dalam rentang operasinya.
Meskipun propeller adalah titik fokus dari prosedur balancing,
tingkat getaran yang dihasilkan merupakan gabungan dari engine,
engine mounting system, and propeller assembly. (Terminal et al.,
2005)

5. Spinner
Spinner adalah komponen pesawat yang dipasang pada bagian hub
propeller. Spinner membuat pesawat secara keseluruhan lebih ramping,
sehingga mengurangi hambatan aerodinamis, dan juga memperlancar
aliran udara sehingga masuk ke air intake lebih efisien. Spinner
memenuhi peran estetika pada beberapa desain pesawat. Adapun
Ilustrated Part Catalogue 61-10-00 untuk melepas spinner tertera pada
lampiran (F).(Dale Crane, 1997)

Menurut jurnal Mekanova, 3 November 2016, Vol.2, pada propeller


inspection harus di periksa secara teratur dengan schedule maintenance
dan biasanya dilakukan secara visual pada umumnya. Waktu
pemeriksaan propeller umumnya memiliki interval tertentu misalnya
25, 50, atau 100 jam. Pemeriksaan visual meliputi :
a. Blade, spinner untuk mendeteksi kelebihan minyak,
10

b. Bagian blade dan hub untuk menyelidiki kerusakan,


c. Blade, spinner dan hub untuk memeriksa crack,
d. Spinner dan screw driver, dipastikan tidak ada yang kendur,
e. Pelumasan.(Saputra & Hakim, 2016)

6. Teori Gaya
Menurut buku fisika karangan Joko Sumarno, 2009, gaya adalah tarikan
atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya bisa
menyebabkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada
benda. Gaya termasuk ke dalam besaran Vektor, karena mempunyai
nilai dan arah. Sebuah Gaya disimbolkan dengan huruf F (Force) dan
Satuan Gaya dalam SI (Satuan Internasional) yaitu Newton, disingkat
dengan N. Pengukuran gaya bisa dilakukan dengan alat yang disebut
dengan dinamometer atau neraca pegas. Untuk melakukan sebuah gaya
diperlukan usaha (W), semakin besar gaya yang hendak dilakukan,
maka semakin besar pula Usaha (W) yang harus dikeluarkan. (Joko
Sumarno, 2009)

Dalam satuan Sistem Internasional (SI), percepatan gravitasi


dinyatakan dalam m/s2. Percepatan gravitasi di suatu tempat pada
permukaan bumi sebesar g =9,80 m/s2. Satuan percepatan gravitasi
dapat dinyatakan dalam N/kg, dimana g = 9,80 m/s2 = 9,80 N/kg. Hal
ini berarti sebuah benda yang massanya 1 kg di permukaan bumi
memiliki berat sebesar 9,8 N. Dapat dinyatakan dengan rumus :

F = m . g ……………………….(persamaan 1)

Keterangan :
F = gaya benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s)
11

7. Gaya Gesek
Menurut buku fisika karangan Joko Sumarno, 2009, gaya gesek adalah
gaya yang berlawanan arah dengan arah gerak benda. Gaya ini terjadi
karena sentuhan benda dengan bidang lintasan akan membuat gesekan
antara keduanya saat benda akan mulai bergerak hingga benda
bergerak. Besarnya gaya ini ditentukan berdasarkan kekerasan
permukaan kedua bidang yang bersentuhan. (Joko Sumarno, 2009)
F = µ . N ……………..……(persamaan 2)
Keterangan :
F = Gaya Gesek (N)
µ = Koefisien Gesekan
N = Gaya Normal (N)
Menurut jurnal Austenit Vol 11, No 1, 2019, gaya gesek terbagi
menjadi dua, antara lain gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya
gesek statis adalah gaya yang bekerja saat benda diam belum bergerak
hingga saat benda akan bergerak sedangkan gaya gesek kinetis adalah
gaya yang terjadi saat benda mulai bergerak.(KURNIANTO, 2018)
Menurut jurnal Momentum B. Agus, Darmanto, I. Syafaat, 2012.
Secara umum, gaya gesek suatu benda dapat digolongkan dalam dua
jenis, yaitu gaya gesek statis dan kinetis. Gaya gesek statis yaitu gaya
yang terjadi saat benda dalam keadaan diam atau tepat akan bergerak,
nilai koefisien ini selalu lebih besar dibandingkan nilai koefisien gesek
kinetis. Sedangkan gaya gesek kinetis yaitu gaya yang terjadi saat benda
dalam keadaan bergerak.(Agus et al., 2015)
Gaya gesek yang digunakan oleh penulis adalah gaya gesek kinetis,
yaitu gaya yang bekerja pada suatu benda bergerak. Adapun rumus
yang dipakai yaitu,
Fk = μk N ………………….(persamaan 3)
Keterangan :
Fk = Gesekan Kinetis (N)
μk = Koefisien Gesekan Kinetis
N = Gaya Normal (N = Kg)
12

8. Tegangan
Menurut jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No 1 Tahun 2011, tegangan
secara sederhana didefinisikan sebagai besaran gaya yang bekerja pada
stu satuan luas permukaan benda yang dikenakan oleh gaya. (Sutikno
et al., 2011)

Menurut website Fisika Zone 2021, tegangan adalah gaya yang bekerja
pada permukaan seluas satu satuan. Tegangan merupakan besaran
scalar yang memiliki satuan MPa, tegangan pada sebuah benda
menyebabkan benda itu mengalami perubahan bentuk. (Zone, 2021)

a. Tegangan Tekan Yang Terjadi


Tegangan tekan terjadi pada suatu batang dimana ujung atasnya
ditekan oleh gaya F, maka penampang normal batang mengalami
tegangan tekan dapat terlihat pada gambar berikut :
𝐹
σ = ……………………...(persamaan 4)
𝐴
Keterangan :
σ = Tegangan Tekan (N/mm2)
F = Besar gaya yang bekerja (Newton)
A = Luas penampang/Area (mm2)

b. Tegangan Yang Diizinkan


Tegangan yang diizinkan merupakan nilai tegangan yang
digunakan untuk menentukan desain dimensi dari komponen.
Tegangan yang diizinkan menggunakan rumus:
𝑆𝑦𝑡
σ= ……………………(persamaan 5)
𝑓𝑠

Keterangan :
σ = tegangan yang diizinkan (Kg/mm2)
fs = Faktor keamanan
Syt = Kekuatan luluh material (Kg/mm2)
13

9. Teori Ilmu Bahan


Menurut Sularso dan Kiyokatsu (2002 : 4) Komponen utama dan dasar
logam besi adalah bijih besi, karena kemampuannya untuk berikatan
dengan elemen lain, bijih besi tidak pernah ditemukan dalam bentuk
murni di alam. Besi harus dipisah dari bijih besi, mineral dan batu
endapan yang menempel. Besi dipisah dari bijih besi didalam dapur
tinggi (blast furnance). Besi yang dihasilkan dalam dapur pembakaran
kemudian diproses salah satunya untuk membuat baja (steel), besi cor
(cast iron), dan besi tempa (wrought iron). (Sularso, 2002)
a. Baja Struktural S45C
Bahan yang digunakan oleh penulis yaitu Baja Struktural S45C.
Menurut (https://metal.beyond-steel.com) S45C adalah baja
medium dengan kandungan carbon 0.45%, sudah dalam bentuk
digulung (rolled) atau dinormalisasi. Tersedia dalam bentuk bulat
dan flat. S45C memiliki kemampuan las & machinability, dan
dapat mengalami perlakuan panas berdasarkan standar JIS G
4051-2009.
b. Material Penopang Spinner
Menurut Achmad Muhib Zainuri, ST. (2008) Ada dua jenis karet
yaitu karet alam dan sintesis. Karet alam dapat memanjang
sampai 1000%. Pada keadaan ini tegangan tariknya mencapai ±
100 kg/cm2 dan karet alam dapat di tekan hingga 1/3 tebalnya,
sangat tahan terhadap kelelahan, dapat meredam getaran dan
suara, tetapi hanya tahan terhadap panas 85 C°. Karet sintetis atau
karet tiruan dibuat dari mineral minyak bumi. Karet sintetis lebih
tahan terhadap minyak dan gemuk tetapi kurang tahan terhadap
temperatur tinggi. (Zainuri, 2008)
10. Teori Sambungan Las
Menurut R.S. Khurmi, J.K. Gupta, (2005) Mengelas adalah
menyambung logam dengan cara memanaskan sampai suhu lebur
dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada umumnya logam dan paduannya
dapat disambung dengan las. Logam yang akan disambung maupun
14

logam pengisiannya tidak harus dari bahan yang sama. Pertimbangan


dalam memilih jenis sambungan las yang digunakan adalah
berdasarkan bentuk dari komponen yang dilas, ketebalan plat yang
dilas, arah pembebanan yang terjadi pada sambungan las. (R.S. Khurmi
& J.K. Gupta., 2005)

Tipe sambungan las yang digunakan penulis :

a. Lap Joint
Lap atau fillet joint adalah sambungan las dengan menumpang
tindihkan bagian plat kemudian mengelas bagian ujung dari plat.
Penampang sambungan fillet rata – rata berbentuk segitiga. Untuk
gambar sambungan fillet dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar II - 3 Lap Joint/Fillet (R.S. Khurmi, J.K. Gupta,


Machine Design, 344)
𝐴 = 𝑡 𝑥 𝑠 𝑥 𝑙…………………………(persamaan 6)
Keterangan:

A = Area leher las (mm2)


t = sudut las (o) ( s x sin 45o = 0,707)
s = Tinggi/tebal las (mm)
l = Panjang sambungan las (mm)

Untuk mencari area tipe las double parallel fillet weld


menggunakan rumus :

𝐴 = 2𝑡 𝑥 𝑠 𝑥 𝑙…………………………(persamaan 7)
15

Untuk mencari kekuatan sambungan las yaitu dengan


menggunakan rumus :

P = Throat area x Allowable tensile strees

P = 0,707 s x l x 𝜎 atau P = 2 x 0,707 s x l x 𝜎 ….(persamaan 8)

Keterangan :

P = Kekuatan las (Mpa)

𝜎= Tegangan yang di izinkan ( 𝑘𝑔/𝑚𝑚² )

l = Panjang sambungan las (mm)

s = Tebal las (mm)

b. Butt Joint
Sambungan las butt joint adalah sambungan dengan cara
menyambung antara bagian ujung plat dengan ujung plat. Untuk
sambungan las tipe butt dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar II - 4 Butt Joint (R.S. Khurmi, J.K. Gupta,


Machine Design, page 344)

11. Teori Beban


Menurut Kurmi dan Gupta (2005 : 87) : “Beban adalah gaya eksternal
yang bekerja pada suatu bidang”. Ada empat jenis beban yaitu :

a. Beban statis / mati yaitu beban yang bekerja perlahan, meningkat


secara bertahap dimulai dari 0 ke nilai maksimumnya. Beban
statis itu beban yang bekerja tidak berubah, baik besar, arah
maupun titik kerjanya.
16

b. Beban dinamis / hidup yaitu beban yang bekerja secara tiba-tiba.


Mengakibatkan getaran pada rangka alat angkat dan berubah arah
terhadap fungsi dan waktu.
c. Beban kejut adalah beban yang dapat tiba-tiba terjadi karena
suatu kejutan dan beban dapat tiba-tiba hilang jika kejutan hilang.
d. Beban bentur adalah beban yang memiliki kecepatan awalan pada
penerapannya. (R.S. Khurmi & J.K. Gupta., 2005)

12. Teori Faktor Keamanan


Menurut R.S. Khurmi dan J.K. Gupta (2005 : 101), ketika mendesain
bagian mesin, diharuskan untuk meninjau stress tetap di bawah
maximum stress atau ultimate stress pada setiap bahan agar bagian
tersebut tetap aman. Faktor keamanan merupakan perbandingan antara
beban maksimum terhadap beban yang bekerja atau rencana pada
desain dan disebut sebagai keamanan relatif komponen membawa
beban. (R.S. Khurmi & J.K. Gupta., 2005)

……………..(persamaan 9)
Dalam kasus bahan ulet misal baja ringan, dimana titik yield
digambarkan, faktor keamanan didasarkan pada tingkat kelelahan titik
yield. Menggunakan rumus:

……………..….…………….(persamaan 10)
Keterangan:
σ = tegangan luluh (N/mm atau MPa)
2

Syt = yield strength (N/mm )2

13. Teori Metode Elemen Hingga


Metode elemen hingga (MEH) atau biasa disebut Finite Element
Method (FEM) merupakan metode penyelesaian suatu masalah dengan
menggunakan pembagian terhadap objek menjadi bagian-bagian kecil
yang terhingga. Bagian kecil ini sering disebut dengan elemen yang
nantinya akan dianalisa dengan hasilnya digabungkan kembali untuk
menghasilkan penyelesaian keseluruhan sistem.
17

Membagi suatu objek untuk dianalisis disebut “diskritasi atau


discretizing”. Sebuah elemen terdiri dari beberapa titik yang disebut
dengan node atau nodal. Secara umum langkah-langkah dalam metode
elemen hingga data diringkas sebagai berikut.
a. Melakukan pemodelan, dengan menggunakan perangkat lunak
CAD
b. Lalu membagi pemodelan ke dalam elemen-elemen kecil
c. Membuat formula atau persamaan matriks menjabarkan sifat-
sifat setiap elemen. Nantinya setiap persamaan matriks akan
gabungkan untuk menemukan formula sistem secara keseluruhan.
Q

Gambar II - 5 Proses analisis FEM (Cornelis, 2017)

Pada dasarnya, pengembangan matriks pada persamaan elemen hingga


didapatkan dari konsep koefisien kekakuan yang digunakan dalam
analisis rangka. Dengan menggunakan metode-metode tersebut, akan
menghasilkan sebuah persamaan yang menggambarkan sifat dari
elemen tersebut. Persamaan ini dapat dinotasikan dalam bentuk matriks
seperti berikut.
𝑓1 𝑘11 ⋯ 𝑘1𝑛 𝑑1 ( 11)
{𝑓2 } = [ ⋮ ⋱ ⋮ ] { 𝑑2 }
𝑓𝑛 𝑘𝑛1 ⋯ 𝑘𝑛𝑛 𝑑𝑛
18

Atau dalam bentuk singkatnya sebagai berikut.


{𝑓} = [𝑘]{𝑑} ( 12 )

Dimana:
𝑓 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖
𝑘 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑘𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
𝑑 = 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 (𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡)

Gambar II - 6 Jenis-jenis elemen (Kurowski, 2018)

Ada 3 jenis elemen yang dapat digunakan dalam analisis elemen hingga
yaitu solid element, shell element dan beam element. Ketiga elemen ini
mempunyai kegunaan masing-masing dalam kegunaannya. Solid
element berfungsi sebagai representasi dari objek padat (solid). Shell
element merupakan bentuk penggambaran dari plat baja, informasi
ketebalan plat harus diberikan ketika mengerjakan elemen ini. Mirip
dengan solid element, Shell element juga dapat memetakan ke dalam
geometri lengkung. Tetrahedron adalah jenis elemen yang umum
digunakan pada solid element. Tetrahedron bisa disebut juga piramida
segitiga, merupakan polihedron yang terdiri dari empat sisi segitiga,
enam rusuk dan empat sudut.
19

Gambar II - 7 Aspect Ratio (Petrock, 2020)

Salah satu metode untuk memeriksa kualitas mesh yaitu dengan Aspect
Ratio. Dalam situs resmi solidworks dijelaskan bahwa Aspect Ratio
adalah rasio antara tepi terpanjang dan garis normal terpendek
(SOLIDWORKS Help, 2021). Sehingga secara teori Aspect Ratio
elemen tetrahedral yang sempurna adalah 1,0. Akan tetapi untuk
geometri umum, tidak mungkin membuat jaring elemen tetrahedral
yang sempurna. Contohnya seperti pada geometri melengkung, plat
tipis, dan sudut tajam. Beberapa elemen yang dihasilkan bisa saja
memiliki beberapa tepi lebih panjang daripada yang lain. Ketika nilai
Aspect ratio membesar, keakuratan hasil akan menurun
(SOLIDWORKS Help, 2021). Aspect ratio dapat dinotasikan seperti
berikut.
𝐿𝑜𝑛𝑔𝑒𝑠𝑡 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 (3)
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑐𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑆ℎ𝑜𝑟𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
II.2 Kerangka Befikir

Dalam perancangan alat Pelepas spinner pada pesawat ATR 42-300, penulis
terlebih dahulu mengidentifikasi masalah. Kemudian penulis merancang alat
pelepas spinner dengan menggunakan system puller dengan beban spinner
pesawat tertentu dibutuhkan alat pelepas spinner yang sesuai agar dapat
menghasilkan gaya yang sesuai dengan beban spinner. Setelah itu penulis
dapat menentukan bahan-bahan dan pemilihan puller sebagai media alat
pelepasan spinner yang sesuai dengan spesifikasi dan kriteria tertentu agar
mendapatkan hasil yang maksimal saat digunakan. Dengan bahan baja yang
berbentuk silinder yang akan disambungkan ke bagian plat baja teratas,
kemudian pada ujung silinder di bawah disambungkan baja berbentuk
20

lingkaran seperti bearing, penyambungan bahan-bahan tersebut melalui


proses pengelasan.

Pada bagian plat baja dibagian atas terdapat karet dengan ukuran tertentu
yang berfungsi sebagai lapisan teratas pada alat yang menahan secara
langsung pada bagian spinner propeller pesawat agar tidak rusak dan dapat
melakukan proses pelepasan spinner dengan aman dan mudah. Setelah semua
proses rancang bangun telah dilakukan oleh penulis (perancang), kemudian
penulis (perancang) melakukan uji coba alat tersebut. Jika alat telah selesai di
uji coba dan berhasil, maka perancangan ini dinyatakan selesai.
21

IDENTIFIKASI MASALAH

Menentukan Masalah Merumuskan


Masalah

Permasalahan

1. Bagaimana menentukan dimensi spinner tools yang sesuai dengan


celah antarah spinner dan propeller serta menentukan perhitungan
gaya yang terjadi ?
2. Bagaimana merancang bangun frame spinner tools yang tepat untuk
rancangan spinner tools ?
3. Bagaimana menentukan kekuatan sambungan las yang tepat untuk
rancangan spinner tools ?
4. Bagaimana cara menentukan puller yang tepat dan karet penyangga
yang sesuai pada spinner tools yang menempel pada spinner ?

Pengumpulan Data Pengolahan dan Perhitungan Data

Pengambilan data dilakukan Pengolahan dilakukan di PT. ANI


dengan cara mengamati dengan cara mengolah gaya apa yang
kejadian, masalah, dan terjadi, factor keamanan, serta solusi.
penyebabnya. Kemudian Perhitungan data dilakukan dengan
mengumpulkan IPC spinner cara mengukur gap spinner dengan
dan taskcard dynamic spinner bulkhead, panjang daripada
balancing. spinner.

Proses Perancangan Desain Alat

Menggunakan software SOLIDWORK

Pemilihan Bahan dan Alat Kerja

TIDAK Pembuatan dan Perakitan Alat

PENGUJIAN
ALAT APLIKASI ALAT DI
YA PESAWAT ATR 42-300

Gambar II. 2 Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pengembangan model (Research


and Development). Metode penelitian dan pengembangan (Research and
Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Definisi daripada
research and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan untuk menyempurnakan suatu produk
yang sesuai dengan acuan dan kriteria dari produk yang dibuat sehingga
menghasilkan produk yang baru melalui berbagai tahapan dan validasi atau
pengujian. Dalam penelitian metode R&D ditujukan pada perancangan alat
pelepas spinner pada pesawat ATR 42-300.

III.2 Diagram Alir

Diagram alir merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan analisa ilmiah. Keberhasilan suatu program dalam menganalisa
tergantung pada langkah-langkah yang dibuat dalam diagram alirnya. Pada
tugas akhir ini langkah-langkah yang dibuat, mengacu pada diagram alir
berikut:

22
23

Gambar III. 1 Diagram alir


III.3 Kegiatan Penelitian

1. Pendahaluan
a. Studi Literatur
Pembuatan rangka alat pelepas spinner ini dimulai dengan
melakukan studi literatur. Studi literatur merupakan suatu
langkah awal yang penting untuk keseluruhan metode penelitian,
ini merupakan dasar dari melakukan analisa dan pembuatan.
Studi literatur bertujuan untuk mengumpulkan data dari berbagai
sumber telah tervalidasi dan terverifikasi, yang berhubungan
dengan tema yang akan dibahas, seperti : buku-buku tentang
spinner, jurnal yang membahas spinner, diktat atau skripsi
sejenis.
24

Dengan adanya studi literatur penelitian menjadi terarah dan


berdasar. Dalam melakukan studi literatur, penulis bertujuan
untuk mengetahui kekuatan suatu rangka alat pelepas spinner
yang di akibatkan dari beban dinamis.

b. Internet
Internet atau pencarian secara online digunakan sebagai salah
satu sumber dalam teknik pengumpulan data dikarenakan banyak
informasi berkait dengan rancangan yamg ada. Aksesnya yang
mudah sangat membantu untuk menemukan informasi dari
penelitian yang telah ada sebelumnya dari berbagai daerah
bahkan berbagai negara. Dalam rancangam ini informasi yang
diperoleh berupa informasi umum misalnya pengertian dari suatu
kata penting yang menjadi pembahasan utama.

c. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi di
Hangar PT. Aero Nusantara Indonesia. Dengan cara mencari IPC
(Ilustrated Part Catalogue), kemudian melakukan pengukuran
pada spinner, bertanya-tanya kepada tools man untuk mencari
informasi memodifikasi alat pelepas spinner yang tepat dengan
ukuran yang sesuai dengan panjang spinner.

2. Tahapan Perancangan
a. Pembuatan Geometri
Pembuatan geometri dilakukan dengan menggunakan metode
elemen hingga yang menganalisis tegangan dan deformasi dalam
struktur geometri tertentu dengan menggunakan software
solidworks 2017.

b. Pemilihan Material
Memilih material dengan material yang sesuai untuk metal to
metal contact pada komponen, dengan cara memilih material
yang mudah di cari di pasaran serta dengan cost yang tidak terlalu
mahal. Dengan menentukan yield strength, and tensile strength.
25

c. Waktu dan Lokasi Perancangan


Waktu yang dibutuhkan penulis untuk merancang alat pelepas
spinner dengan menggunakan sistem puller adalah 4 bulan.
Dimana perancangan tersebut dilakukan dimulai dari bulan April
2021 sampai dengan Agustus 2021 dibengkel CV. SWASH
MANDIRI TEKNISI yang bertempat di Jakarta Utara.

Gambar III. 2 Jadwal pelaksanaan Tugas Akhir


3. Pembuatan Alat
Dalam pembuatan struktur alat pelepas spinner penulis menggunakan
material Baja S45C dengan mempertimbangkan faktor keamanan serta
kekuatan dari struktur rangka tersebut. Serta dalam permodelan 3
dimensi menggunakan solidwork telah di dapatkan nilai dari
maksimum beban statis dengan elemen hingga. Adapaun langkah
langkah dalam pembuatan struktur drone yaitu:

a. Material
Di awali dengan mempersiapkan material yang di gunakan yaitu
plat, batang silinder, batang hollow Baja S45C, dengan ukuran
plat 20x50x3, batang silinder berukuran 40cm dengan diameter
1,5cm, dan batang hollow berukuran 30cm dengan diameter
2,2cm. Kemudian mempersiapkan material karet matras dengan
ukuran 50x50.
26

Gambar III. 3 Material


bahan S45C

Gambar III. 4 Material bahan karet penyangga


b. Mempersiapkan Alat Kerja
Mempersiapkan alat kerja bertujuan untuk mengukur panjang,
tinggi, tebal dan diameter pada rangka yang ditujukan untuk
menahan beban. Terdapat alat kerja yaitu berupa, mesin las listrik
argon yang berfungsi untuk menyambungkan dua buah material,
vernier caliper dengan ketebalan 0,005mm digunakan untuk
mengukur ketebalan material plat baja S45C, mistar 60cm yang
bertujuan untuk mengukur panjang dan lebar rancangan yang
akan dibuat, mesin gerinda potong yang ditujukan untuk
memotong daripada (plat, batang silinder, batang hollow) sesuai
dengan ukuran yang ditentukan, dan pisau cutter yang digunakan
untuk memotong material karet matras.
27

c. Proses Pemotongan Material


Pada proses pemotongan ini disesuaikan pemotongan masing-
masing material sesuai dengan dimensi yang perancang inginkan
dengan ukuran yang sudah di tentukan perancang.

d. Proses Pengelasan
Proses pengelasan yaitu dilakukannya penyambungan antara dua
buah material atau lebih dengan gambar rancangan yang sudah di
sesuaikan oleh perancang,

e. Proses Penyelesaian Alat


Setelah melalui tahapan pemotongan material dan proses
pengelasan, maka tahapan berikutnya adalah menempelkan karet
matras pada bagian plat baja yang sesuai pada rancangan yang
telah di desain perancang.

4. Pengujian Alat
Setelah alat telah dirancang, maka selanjutnya dilakukan uji coba pada
alat yang sudah dibuat perancang dengan menggunakan software
solidworks 2017. Pengujian alat ini dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan alat yang sudah di rancang.
BAB IV
RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

IV.1 Gambaran Umum Rancangan


Pada rancangan alat pelepas spinner yang digunakan untuk pesawat ATR 42-
300 di Hangar Balai Besar Kalibrasi PT. Aero Nusantara Indonesia,
menggunakan sistem puller/sliding hammer yang diletakkan disebuah batang
besi yang terdapat pada rangka yang berada di tengah-tengah batang besi.
Puller/Sliding Hammer mempunyai spesifikasi yang mampu menarik beban
spinner sebesar 2kg sesuai dengan desain yang dibutuhkan alat pelepas ini.

Prinsip dari rancangan stopper ini adalah untuk menahan dari pada
puller/sliding hammer dan menghubungkan stopper pada ujung batang besi.
Rancangan stopper ini dibuat dengan perhitungan yang dilandasai oleh teori-
teori sehingga stopper tidak akan lepas dan membahayakan struktur pesawat
atau/pun mekanik seperti contoh dalam pemilihan bahan penulis
menggunakan baja yang kuat yang dapat menahan beban puller/sliding
hammer. Kemudian penulis menggunakan karet penyangga pada ujung
diameter spinner agar menghindari gesekan metal to metal contact antara
spinner dengan alat pelepas spinner.

IV.2 Analisis Hasil Perancangan


Pada tahap perancangan ini, dibahas mengenai perencanaan rancangan alat
yang disesuaikan dengan landasan teori yang melandasi perancangan tersebut
dan perhitungan yang digunakan untuk membuat rancangan sistem alat
pelepas spinner pada pesawat ATR 42-300.
Pada tahapan perancangan, akan disampaikan proses perancangan dari
masing-masing bagian. Proses perancangan meliputi perhitungan-
perhitungan yang mendasari rancangan puller/sliding hammer berdasarkan
landasan teori yang telah dipaparkan, faktor keamanan, dan kekuatan las.
Berikut ini adalah tahapan dalam perancangan alat pelepasan spinner pada
pesawat ATR 42-300 berupa alat pelepas spinner ini :
29

1. Hasil penentuan dimensi alat pelepas spinner dan Perhitungan gaya


yang terjadi

Gambar IV. 1 Ukuran Spinner (Software Paint 3D)


a. Dimensi alat pelepas spinner

Bentuk rancangan alat pelepas spinner sebagai penahan


daripada spinner yaitu menyesuaikan bentuk dan dimensi posisi
terpasangnya alat pelepas ini, dengan cara melakukan
pengukuran terhadap tinggi/panjang dari spinner, dan
pengukuran diameter lekukan spinner. Kemudian dari hasil
pengukuran tersebut, perancang membuat konsep desain dari
rancangan alat sebelumnya ke alat yang di inginkan perancang,
yaitu dengan menggunakan sliding hammer/puller dan
menambahkan bantalan karet pada penopang atau penahan
daripada spinner yang bertujuan untuk menghindari potensi
hazard dan potensi crack.

Setelah mendapatkan konsep desain yang diinginkan


perancang. Maka hasil dari pengukuran pada tinggi/panjang
spinner adalah sebesar 40cm yang di konversikan ke milimeter
menjadi 400mm, lalu hasil pengukuran untuk diameter lubang
30

lekukan spinner adalah sebesar 18cm yang di konversikan ke


milimeter menjadi 180mm. Kemudian adapun hasil desain serta
ukuran untuk alat pelepas spinner, yaitu panjang dan lebar plat
penopang sebesar panjang 12cm atau 120mm serta lebar 16cm
atau 160mm, lalu pada diameter penopangnya sebesar 18cm
atau 180mm, panjang batang landasan sebesar 30cm atau
300mm dan berdiameter 1,5cm atau 15mm, panjang daripada
puller dan handle sebesar 10cm, atau 100mm dan berdiameter
2,2cm atau 22mm yang tertera pada gambar teknik di lampiran
(C).

b. Hasil perhitungan gaya yang terjadi


Perhitungan gaya yang terjadi yaitu menggunakan gaya gesek
kinetis dimana gaya yang bekerja pada suatu benda bergerak.
Untuk menghitung gaya gesek kinetis tersebut, perancang
mencari koefisien gesekan kinetisnya daripada material
bahannya. Material yang digunakan adalah S45C yang akan
contact metal antara baja dengan baja, maka nilai koefisien
gesekan kinetis (μk) yaitu 0,57 yang tertera pada lampiran (B).
Kemudian di dalam rumusan gaya gesek kinetis terdapat gaya
normal (N), maka untuk mencari nilai gaya normal (N)
perancang menggunakan gaya normal dari tangan manusia
dengan mengambil nilai yang paling rendah yaitu sebesar 36N
yang tertera pada lampiran (G). Berdasarkan lampiran (G)
bahwa 1 N adalah 0,101972kg, maka didapat gaya tangan
manusia menjadi 3,671kg. Setelah mendapatkan nilai koefisien
gesekan kinetis (μk) dan nilai gaya normal (N), masukan nilai-
nilai yang sudah di dapat dengan persamaan (3).
Fk = μk N
Keterangan :
Fk = Gaya Gesekan Kinetis (N)
μk = Koefisien Gesekan Kinetis
N = Gaya Normal (N = Kg)
31

Fk = μk N

Fk = 0,57 × 3,671kg

Fk = 2,092 kg

Fk = 20,5 N

2. Hasil perancangan frame


a. Menentukan berat spinner
Menghitung berat daripada spinner adalah dengan cara
menimbang spinner tersebut. Setelah hasil penimbangan,
diketahui beratnya sebesar 2kg. Kemudian diubah menjadi gaya
dengan persamaan (1).
F= m x g
F= 2kg x 9,8 m/s 2
F= 19,6 N

Dari hasil perhitungan gaya diatas, maka gaya yang dihasilkan


adalah sebesar 19,6N. Setelah itu diberikan faktor keamanan
terhadap beban yang ada, berdasarkan table (I) bahwa beban
dengan material baja menggunakan faktor keamanan sebesar 4
dengan persamaan (10).

𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 × 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 19,6 × 4

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 78,4 𝑁


32

b. Menentukan material bahan yang digunakan


Tabel IV. 1 Perbandingan material

Material Secara Umum Secara Teknik


Baja S45C - Mudah didapat - Yield Strength
- Harga sangat murah 490Mpa
(3x20x50 = 50.000) - Mudah di bentuk
Baja ASTM A36 - Harga (3x20x50 = - Yield Strength
80.000) 250Mpa
- Cukup mudah di - Sedikit lebih sulit di
dapat bentuk
Wrought Aluminum - Sulit didapat - Yield Strength
Alloy 1100 - Harga yang cukup 34Mpa
mahal (3x20x50 = - Mudah di bentuk
150.000) - Tidak cukup kuat
untuk dilakukan
pengelasan
Ketiga material ini, perancang juga mempertimbangkan dalam
harga dan kemudahan untuk mendapatkan di pasaran. Maka dari
itu perancang memilih material baja S45C dikarenakan material
yang mudah di dapat di pasaran dan harga yang relatif murah.
33

c. Menentukan bagian penopang/penahan spinner

Gambar IV. 2 Rancangan 3d alat pelepas spinner (Software


Solidwork)

Bagian daripada penopang/penahan spinner yaitu berada pada


ujung plat yang sudah diukur dan sudah di potong, kemudian plat
yang berbentuk persegi panjang di tekuk atau di bending
membentuk setengah lingkaran, dengan ukuran yang sesuai pada
lekukan atau lubang di spinner. Lalu dilakukan pengelasan fillet
terhadap plat dengan plat yang sudah di bentuk setengah
lingkaran tersebut.

d. Menentukan tegangan izin material


Perancang memilih bahan baja S45C yang memiliki tegangan
luluh sebesar 490 MPa dan tegangan 686 N/mm² yang bisa di lihat
pada lampiran (D). Kemudian dapat dihitung tegangan yang di
izinkan dengan persamaan (5).
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑙𝑢ℎ
𝜎 𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛
490
𝜎 𝑖𝑧𝑖𝑛 = 4

= 122.5 N/mm²
34

3. Hasil perhitungan kekuatan sambungan las pada rancangan


Untuk menentukan kekuatan sambungan las, yaitu menggunakan
sistem las listrik argon dengan elektroda sebesar 60Ksi atau sebesar
413,68Mpa yaitu dengan cara mencairkan sebagian logam pengisi
tanpa adanya tekanan dan tanpa logam penambah yang menghasilkan
sambungan las yang kuat.
a. Menghitung sambungan las pada penahan
1) Menghitung area sambungan las
Tebal dari sambungan las fillet yang digunakan adalah 3
mm dengan panjang area las 180 mm. Area sambungan las
dapat di hitung dengan persamaan (6)
𝐴=𝑡𝑥𝑠𝑥𝑙
𝐴 = 0,707 𝑥 3 𝑚𝑚 𝑥 180 𝑚𝑚
𝐴 = 381,78 𝑚𝑚2
2) Menghitung kekuatan las pada penahan
Hasil dari menghitung area sambungan las pada point 1
dikalikan dengan tegangan geser material kemudian di
masukan kedalam persamaan (8)
P = t x s x l x 𝜎(elektroda)

P = (hasil area A) x 𝜎
P = 381,78 x 413,68
P = 157,9 Mpa
3) Mencari tegangan geser yang terjadi

Mencari tegangan geser dengan menggunakan persamaan


(3)

𝐹
𝜎=
𝐴
F = (w = m x g = 2kg x 9,8 = 19,6)
A= (lebar & panjang penahan, p x l = 50mm x 180mm =
9000mm)
19,6
𝜎=
9000
35

𝜎 = 0,002 Mpa

Sehingga pengelasan ini aman digunakan karena beban


yang terjadi lebih kecil dari kekuatan sambungan las.

b. Menghitung sambungan las pada plat dan batang


1) Menghitung area sambungan las
Tebal dari sambungan las fillet pada plat dan batang yang
digunakan adalah 3 mm dengan panjang area las 40 mm.
Area sambungan las dapat di hitung dengan persamaan (7)
𝐴 = 2𝑡 𝑥 𝑠 𝑥 𝑙
𝐴 = (2 𝑥 0,707)𝑥 3 𝑚𝑚 𝑥 40 𝑚𝑚
𝐴 = 169,68𝑚𝑚2
2) Menghitung kekuatan sambungan las pada plat dan batang
Hasil dari menghitung area sambungan las pada point 1
dikalikan dengan tegangan geser material kemudian di
masukan kedalam persamaan (8)
P = 2.t x s x l x 𝜎(elektroda)

P = (hasil area A) x 𝜎
P = 169,68 x 413,68
P = 70.193,2 Mpa
36

3) Mencari tegangan geser yang terjadi


Mencari tegangan geser dengan menggunakan persamaan
(3)
𝐹
𝜎=
𝐴
F = (w = m x g = 2kg x 9,8 = 19,6)
𝜋𝑟 2 3,14 𝑥7,52
A= (luas setengah lingkaran = =
2 2

= 88,31 mm)
19,6
𝜎=
88,31
𝜎 = 0,2219 Mpa

Sehingga pengelasan ini aman digunakan karena beban


yang terjadi lebih kecil dari kekuatan sambungan las.

c. Menghitung sambungan las pada handle dengan batang


1) Menghitung area sambungan las
Di perhitungan sambungan las pada handle dengan batang
dibutuhkan panjang las ( l ) dengan cara mencari panjang
las dengan rumusan keliling lingkaran 2𝜋𝑟 agar
mendapatkan panjang las ( l )
K = 2𝜋𝑟
Keterangan :
𝜋 = 3,14
r = diameter handle / stopper = 22mm,
maka r = 11mm
K = 2𝜋𝑟
K = 2 x 3,14 x 11
K = 69,08 mm
Maka di dapat panjang area las pada handle / stopper
dengan rumus keliling lingkaran yaitu 69,08mm, kemudian
tebal dari sambungan las fillet adalah 3mm. Area
sambungan las dapat di hitung dengan persamaan (6)
𝐴=𝑡𝑥𝑠𝑥𝑙
37

𝐴 = 0,707 𝑥 3𝑚𝑚 𝑥 69,08𝑚𝑚


𝐴 = 146,5𝑚𝑚2
2) Menghitung sambungan las
pada handle / stopper
Hasil dari menghitung area sambungan las pada point 1
dikalikan dengan tegangan geser material kemudian di
masukan kedalam persamaan (8)
P = t x s x l x 𝜎(elektroda)
P = (hasil area A) x 𝜎
P = 146,5 x 413,68
P = 60.604,1 Mpa
3) Mencari tegangan geser yang
terjadi
Mencari tegangan geser dengan menggunakan
persamaan (3)
𝐹
𝜎=
𝐴
F = (w = m x g = 2kg x 9,8 = 19,6)
A= (luas lingkaran = 𝜋𝑟 2 = 3,14 𝑥 7,52 =
176,625 mm)
19,6
𝜎=
176,625
𝜎 = 0,110Mpa

Sehingga pengelasan ini aman digunakan


karena beban yang terjadi lebih kecil dari
kekuatan sambungan las.

4. Hasil menentukan sliding hammer/puller dan bantalan karet


penyangga
a. Menentukan sliding hammer/puller
Untuk menentukan puller, perancang menggunakan material baja
S45C dengan diameter 2,2cm yang di konversikan ke milimeter
menjadi 22mm dan tinggi/panjang puller tersebut adalah 10cm
38

yang di konversikan ke milimeter menjadi 100mm. Perancang


membuat puller menggunakan bahan S45C dengan berat puller
mencapai 0,5 kg.

Gambar IV. 3 Rancangan sliding hammer/puller


3D (Software Solidwork)
Dalam menentukan letak sliding hammer/puller yang akan
terpasang pada alat pelepas spinner, yaitu sliding hammer/puller
yang berbentuk tabung selongsong di masukkan pada bagian luar
batang yang akan menjadi landasan dari pada sliding
hammer/puller. Kemudian dilakukan proses pengelasan pada
daerah ujung batang sehingga diharapkan puller tidak lepas dari
batang yang menjadi landasannya.

b. Menentukan karet penyangga


Karena dimungkinkannya terjadi kontak pada spinner yang dapat
menyebabkan kerusakan pada spinner, maka akan digunakan
karet untuk melapisi sisi dalam perancangan tepat pada sisi
penopang spinner yang bersentuhan langsung dengan spinner.
Pada perancangan ini, digunakan karet jenis sintetis. Karet
sintetis lebih mudah didapat dipasaran. Hal inilah yang membuat
dipilihnya karet sintetis untuk melapisi bagian dalam
penopang/penahan alat pelepas spinner, dengan ketebalan 2mm.
Kekuatan karet menerima beban tehadap dimensi karet sesuai
pada lampiran (J)
39

F = m x g = 2kg x 9,8 = 19,6 N


A = Luas permukaan karet x tebal karet
A = p x l x t (tebal karet)
Keterangan :
p = 180mm
l = 50mm
t = 2mm
A = p x l x t (tebal karet)
A = 180mm x 50mm x 2mm
A = 18.000 N/𝑚𝑚2
𝐹
𝜎=
𝐴
19,6
𝜎=
18.000
𝑁
𝜎 = 0,001
𝑚𝑚2
Menghitung tegangan izin karet

𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑙𝑢ℎ
𝜎 𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑚𝑎𝑛𝑎𝑛
𝑁
15
𝜎 𝑖𝑧𝑖𝑛 = 𝑚𝑚2
4
𝑁
= 3.75𝑚𝑚2

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa total 𝜎 yang terjadi pada


𝑁 𝑁
karet adalah 0,001 𝑚𝑚2 < dari 𝜎 izin karet sebesar 3.75𝑚𝑚2 . Dari

perhitungan diatas perbandingan tegangan yang dihasilkan


dengan tegangan yang di izinkan material S45C adalah :

𝜎 : 𝜎 𝑖𝑧𝑖𝑛
0.001 𝑁/mm2 : 3.75 𝑁/𝑚𝑚2

0.001 𝑁/mm2 < 3.75 𝑁/𝑚𝑚2


Dari perbandingan diatas diketahui bahwa 𝜎 karet < dari
𝜎 izin karet, sehingga plat penahan diatas masih mampu
menerima beban spinner.
40

Gambar IV. 4 Karet yang terpasang pada rancangan


(Sumber Kamera)

IV.3 Analisis Hasil Uji Coba Rancangan


Hasil uji coba dilakukan menggunakan metode elemen hingga atau disebut
finite method element dengan software solidworks. Hasil uji coba di bagi
menjadi dua uji coba yaitu dengan cara statis dan dinamis. Untuk dinamis
dibagi menjadi dua kriteria, yaitu dengan menggunakan force dan velocity.
Adapun langkah-langkah dalam pengoperasian software solidworks.

1. Pengujian Statis
a. Langkah-langkah Kerja Software Solidwork
Analisa statis dilakukan untuk mengetahui reaksi ketahanan
model terhadap pembebanan statis yang diberikan antara lain
analisis tegangan, displacement dan strain. Proses analisis dapat
dilakukan dengan bantuan software, salah satunya solidworks.
Secara prinsip dasar pengujian menggunakan software meliputi
model part, koneksi, tahanan, meshing dan hasil. Berikut adalah
langkah untuk melaukan simulasi dengan menggunakan software
solidworks:
1) Persiapkan model solid part yang akan dianalisis
41

Gambar IV. 5 Langkah pertama (Software Solidwork)

2) Persiapkan jendela simulasi dengan pilihan menu Add-In

Gambar IV. 6 Langkah kedua (Software Solidwork)


42

3) Kemudian Pilih New Study pada sisi pojok kiri atas jendela

gambar IV. 7 Langkah ketiga (Software Solidwork)

4) Pilih Statis, sebagai Batasan analisis yang dilakukan

Gambar IV. 8 Langkah keempat (Software Solidwork)


43

Gambar IV. 9 Langkah kelima (Software Solidwork)

5) Masukan kriteria material yang sesuai, jika tidak tersedia


maka bisa dilakukan dengan kustomisasi material

Gambar IV. 10 Langkah keenam (Software


Solidwork)
Gambar IV. 11 Langkah ketujuh (Software Solidwork)
6) Tentukan tumpuan atau titik beban dengan menu Fix
Geometry

Gambar IV. 12 Langkah kedelapan (Software Solidwork)

7) Tentukan pembebanan dengan fitur force, lalu tentukan


bidang yang mengalami pembebanan

44
45

Gambar IV. 13 Langkah kesembilan (Software


Solidwork)

Gambar IV. 14 Langkah Kesepuluh (Software


Solidwork)
46

8) Pembuatan Meshing, dengan menu mesh create, kemudian


tentukan spesifikasi yang akan dipakai

Gambar IV. 15 Langkah kesebelas (Software Solidwork)

9) Kemudian jalankan analisis jika syarat sudah terpenuhi

Gambar IV. 16 Langkah ke-duabelas (Software


Solidwork)
47

Gambar IV. 17 Langkah Ketiga Belas


(Software Solidwork)

10) Kemudian setelah selesai terdapat beberapa hasil analisis


antara lain, stress, displacement and strain

Gambar IV. 18 Langkah Keempat Belas (Software


Solidwork)

11) Yang terakhir menarik kesimpulan dari seluruh


analisis yang dilakukan
48

Gambar IV. 19 Langkah Terakhir (Software Solidwork)


49

b. Hasil Uji Coba Rancangan Statis

Gambar IV. 19 Hasil Akhir (Software Solidwork)


Dari hasil uji coba static pada gambar diatas didapatkan hasil
tegangan maksimum yang terjadi pada rangka yaitu sebesar
0,295Mpa pada batang yang mampu menahan tegangan yang
terjadi, ditunjukkan pada batang yang berwarna hijau, yang
berarti tegangan tersebut masih dibawah yield strength material
dari rancangan tersebut sebesar 490Mpa. Sedangkan warna hijau
pada lengkungan menunjukkan titik tumpu untuk menahan atau
menopang daripada spinner.

2. Pengujian Dinamis
Pengujian dinamis dilakukan dengan du acara, yaitu dengan force dan
velocity.
a. Langkah-langkah Kerja Software Solidworks dengan force
Analisa dinamis dilakukan untuk mengetahui reaksi ketahanan
model terhadap pembebanan dinamis yang diberikan. Secara
garis besar analisis ini hampir sama urutanya dengan analisis
initial velocity, dan hampir sama dengan pembebanan statis
hanya saja pembebanan dilakukan dalam satuan waktu sehingga
dapat disajikan grafik hasil analisis terhadap waktu.
50

1) Persiapkan model solid part yang akan dianalisis.

2) Persiapakan jendela simulasi dengan pilihan menu Add-In.

3) Pilih New Study. Yang berada di sisi pojok kiri atas jendela.
51

4) Pilih Non Linier, lalu dynamic. Lalu ceklist!


52

5) Sebelum melakukan analisis dan simulasi, atur waktu


simulasi! Dengan kik kanan tulisan non linier pada browser
bar, lalu klik properties. Atur dan sesuaikan dengan
permintaan atau dengan kebutuhan. Lalu OK.
53

6) Pilih dan aplikasikan material atau Isi material kustomisasi


sesuai dengan kebutuhan.
54

7) Tentukan Tumpuan, dengan menu Fixed Geometry, pilih


bidang yang akan menjadi tumpuan, lalu ceklist.
55

8) Berikan beban, dengan force dengan tambahan variation


with time diatur dalam curve.

9) Buat Mesh, dengan menu create mesh, tentukan


spesifikasi mesh yang akan di pakai, kemudian ceklist.
56

10) Setelah semua syarat analisis terpenuhi, jalankan analisis


dengan menu Run Study.

11) Setelah selesai, dapat dilihat ada beberapa hasil analisis


terhadap model solid antara lain stress, displacement dan
strain.
57

12) Kemudian, untuk menampilkan kesimpulan dari seluruh


analisis yang telah dilakukan, bisa dengan menggunakan
menu Report. dalam ringkasan akan disajikan data grafik
kurva hubungan antara beban dan juga waktu yang dapat di
arikan bahwa ada pembebanan dinamis terhadap waktu
dalam analisis tersebut.
58

b. Hasil Uji Coba Rancangan dengan Force

(Sumber : Software Solidworks)

Dari hasil uji coba gaya pada gambar diatas didapatkan hasil
tegangan maksimum yang terjadi dengan memberikan gaya
lengan sebesar 36N yaitu sebesar 7,7Mpa pada rangka plat dan
stopper/handle yang mampu menahan tegangan yang terjadi,
yang berarti tegangan tersebut masih sangat aman dibawah yield
strength material dari rancangan tersebut sebesar 490Mpa.

c. Langkah-langkah Kerja Software Solidworks dengan Velocity


Analisa dinamis dilakukan untuk mengetahui reaksi ketahanan
model terhadap pembebanan dinamis yang diberikan.
1) Persiapkan model solid part yang akan dianalisis.
59

2) Persiapakan jendela simulasi dengan pilihan menu Add-In.


60

3) Pilih New Study. Yang berada di sisi pojok kiri atas jendela.
61

4) Pilih Non Linier, lalu dynamic. Lalu ceklist!

5) Sebelum melakukan analisis dan simulasi, atur waktu


simulasi! Dengan kik kanan tulisan non linier pada browser
bar, lalu klik properties. Atur dan sesuaikan dengan
permintaan atau dengan kebutuhan. Lalu OK.
62

6) Pilih dan aplikasikan material atau Isi material kustomisasi


sesuai dengan kebutuhan.
63

7) Atur contact set,atur menjadi non penetration pada


permukan part yang bersiggungan satu sama lain.
64

8) Tentukan Tumpuan, dengan menu Fixed Geometry, pilih


bidang yang akan menjadi tumpuan, lalu ceklist.

9) Buat initial condition, pilih velocity kemudian pilih body


dari part yang akan aplikasikan. Juga pilih arah
kecepatanya. Kemudian isi data kecepatan yang diminta.

.
65

10) Buat Mesh, dengan menu create mesh, tentukan


spesifikasi mesh yang akan di pakai, kemudian ceklist.
66

11) Setelah semua syarat analisis terpenuhi, jalankan analisis


dengan menu Run Study.

12) Setelah selesai, dapat dilihat ada beberapa hasil analisis


terhadap model solid antara lain stress, displacement dan
strain.
67

13) Kemudian, untuk menampilkan kesimpulan dari seluruh


analisis yang telah dilakukan, bisa dengan menggunakan
menu Report

d. Hasil Uji Coba Rancangan dengan Velocity


68

(Sumber : Software Solidworks)

Pada analisis kecepatan atau velocity, kecepatan di awal


diberikan sebesar 6000mm/s dan tegangan maksimal yang
di dapatkan sebesar 35,827Mpa. Menurut yield strength
material dari rancangan tersebut sebesar 490Mpa masih
sangat aman untuk menahan beban dengan kecepatan
tersebut.
69

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari analisis dan hasil perancangan yang dilakukan pada bab-bab


sebelumnya, penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam merancang alat pelepas spinner dapat disimpulkan bahwa
perancangan ini terdiri dari plat, batang, puller, dan stopper / handle
dengan material S45C, dari masing-masing bagian rancangan diketahui
bahwa tinggi/panjang spinner sebesar 400mm dan lekukan diameter
lubang spinner sebesar 180mm. Kemudian didapat desain dan
ukurannya pada plat penopang dengan panjang 120mm, lebar 160mm
dan diameter penopangnya 180mm, panjang batang sebesar 300mm
yang berdiameter 15mm, serta panjang sliding hammer/puller dan
handle/stopper sebesar 100mm dan berdiameter 22mm. Lalu terdapat
gaya kinetis yang terjadi sebesar 20,5 N.
2. Dalam merancang alat pelepas spinner perancang menghitung berat
spinner sebesar 19,6N, lalu menghitung faktor keamanannya sebesar
78,4N. Kemudian menentukan bagian dari penopang spinner tersebut,
selanjutnya menghitung tegangan izinnya didapatkan hasil sebesar
122,5N/mm².
3. Dalam menghitung kekuatan sambungan las fillet didapatkan hasil dari
perhitungan sebagai berikut :
a. Pada penopang spinner :

Luas area sebesar 381,78 mm²

Kekuatan sambungan las sebesar 157,9 mm²

Dengan tegangan sebesar 0,002Mpa

b. Pada plat dan batang :

Luas area sebesar 169,68 mm²


70

Kekuatan sambungan las sebesar 70.193,2 mm²

Dengan tegangan sebesar 0,2219Mpa

c. Pada batang dan handle :

Luas area sebesar 146,5 mm²

Kekuatan sambungan las sebesar 60.604,1 mm²

Dengan tegangan sebesar 0,110Mpa

Sehingga pengelasan ini aman digunakan karena beban yang terjadi


lebih kecil dari kekuatan sambungan las tersebut.

4. Dalam menentukan ukuran dan material sliding hammer/puller dan


karet yang tepat, diperoleh hasil :
a. Sliding hammer/Puller didapat bahwa material yang digunakan
adalah S45C dengan diameter 22mm dan panjangnya sebesar
100mm serta berat dari sliding hammer/puller sebesar 0,5 kg.
b. Lalu menentukan kekuatan karet penyangga dengan ketebalan
2mm sebesar 0,001Mpa dengan luas area 18.000 N/mm² dan
tegangan izin sebesar 3,75Mpa.

V.2 Saran

1. Dalam perancangan berikutnya aluminum sudah memenuhi


kebutuhan dari material rangka, maka penulis berikutnya bisa
mempertimbangkan untuk menggunakan aluminum alloy dengan
cost yang lebih mahal dan lebih ringan.
2. Perancang berikutnya disarankan untuk melakukan pengujian
fatigue terhadap alat pelepas spinner dengan rancangan baru.
3. Dibuatkan tempat untuk menyimpan alat pelepas spinner dengan
tujuan untuk merawat dan menghindari alat pelepas spinner tersebut
tidak mudah korosi.
71

DAFTAR PUSTAKA

Agus, B., Darmanto, & Syafaat, I. (2015). Karakterisasi Koefisien Gesek


Permukaan Baja ST 37 Pada Bidang Datar Terhadap Viskositas Pelumas.
Momentum, 8(2), 11–18.

Dale Crane. (1997). Aviation Maintenance Technician Series : Powerplant (Third


Edit). Aviation Supplies & Academics,.

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Aviation
Maintenance Technician Handbook-Powerplant Vol-2. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Hutagalung, A. (1967). Aviation Maintenance Technician Handbook-Airframe


Vol-1. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 5–24.

Joko Sumarno. (2009). Fisika (Diyah Nuraini. (ed.)). Departemen Pendidikan


Nasional,.

Kemendephub. (2009). Undang-Undang No. 1 Tentang Penerbangan. 2, 196.

KURNIANTO, F. (2018). Analisa Pengujian Koefisien Gesek Material Vcn


Terhadap Material Bronze. PhD Diss., Politeknik Negeri Sriwijaya, 11(1), 6–
10.

R.S. Khurmi & J.K. Gupta. (2005). A textbook of Machine Designa Text Of
Machine Design, Eurasia publishing house (pvt.) ltd RAM NAGAR, NEW
DELHI. I.

Saputra, M., & Hakim, I. (2016). Maintenance Propeller Hartzell Pada Pesawat
Cessna 172. 2(3), 158–166.

Sularso. (2002). Sularso. 0.

Sutikno, E., Mesin, T., & Brawijaya, U. (2011). PADA DESAIN CARBODY TeC
RAILBUS DENGAN. 2(1), 65–81.

Terminal, U. S., Terminal, U. S., Route, E., & Route, E. (2005). Advisory Circular.
72

Area, January, 1–4.

Transportation Republic of Indonesia Ministry. (2006). Civil Aviation Safety


Regulation (CASR) Part 1: Definitions and Abbreviations. 88.

Zainuri, A. M. (2008). Kekuatan Bahan. 1–19.

Zone, F. (2021). Tegangan. https://fisikazone.com/tegangan-stress/


73

LAMPIRAN A

Lampiran B Manual Procedure


74
75

LAMPIRAN B

tabel 5 Koefisien gaya gesek material

Lampiran D Gambar Tekniktabel 6 Koefisien gaya gesek material

Lampiran E Gambar Teknik

Lampiran F Gambar Tekniktabel 7 Koefisien gaya gesek material

Lampiran G Gambar Tekniktabel 8 Koefisien gaya gesek material


Sears & Zemansky, hal. 37

Lampiran H Spesifikasi koefisien gaya gesekan


76

LAMPIRAN C

gambar 1 gambar Teknik alat pelepas spinner


(sumber : Software Solidworks)

Lampiran I Gambar Teknik


77

LAMPIRAN D

Lampiran J Spesifikasi material S45C


78

LAMPIRAN E

Lampiran K Quisioner
79
80

LAMPIRAN F

Lampiran L Spesifikasi Ilustrated Part Catalogue


81
82

LAMPIRAN G

Lampiran M Spesifikasi gaya lengan


83

LAMPIRAN H
tabel 9 minimum
ketebalan las
Thickness of plate
3-5 6-8 10-16 18-24 26-55 Over 58
(mm)
Minimum size of
3 5 6 10 14 20
weld (mm)

Lampiran
N
Sp
es
ifi
ka
si
mi
ni
m
u
m
la
s
84

LAMPIRAN I
Lampiran O
Spesifikas
i factor
keamanan
Material tabel 10 Beban
faktor Mati Beban Hidup Beban Kejut
keamanan
material
Cast Iron 5 sampai 6 8 sampai 12 16 sampai 20

Wrought Iron 4 7 10 sampai 15

Steel 4 8 12 sampai 16

Soft material dan alloys 6 9 15

Leather 9 12 15

Timber 7 10 sampai 15 20
85

LAMPIRAN J

Lampiran P Spesifikasi bantalan karet

Lampiran Q teks wawancara


Lampiran R Spesifikasi bantalan karet
86

(Sumber: https://www.industrikaret.com/spesifikasi-karet-bantalan-
jembatan.html )

LAMPIRAN K

Lampiran S teks wawancara


87

Anda mungkin juga menyukai