Tugas Akhir
Disusun oleh:
Elis Fiono
20120130030
PROGRAM STUDI S.1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
ii
TUGAS AKHIR
Elis Ftono
20120130030
Dosen
Totok Su
NIK. 19690304199603123024
ISSgL
12005011001
xvii
INTISARI
Kata kunci: Perancangan frame pesawat paratrike, Bantalan gelinding, Gandar, Sambungan
las, Sambungan ulir, Pegas ulir tekan, simulasi pembebanan.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
(a) (b)
Gambar 1.1. (a) Komponen Frame Pesawat paratrike, (b) Paramotor.
dipasaran pada saat ini. Selain itu, permasalahan yang sering terjadi pada kontruksi rangka
paratrike yaitu patahnya gandar poros roda pada saat landing. Penyebab utama terjadinya
patah pada bagian gandar poros roda paratrike ialah tidak dilengkapinya sistim peredam kejut
(suspensi), sehingga beban kejut yang diterima oleh gandar sangat besar hingga mencapai titik
kritis dari materialnya. Kelebihan paralayang adalah mampu menjangkau daerah-daerah yang
sulit dijangkau dengan transportasi darat. Selain itu paralayang dapat digunakan untuk alat
penjelajahan melalui udara. Walaupun kontruksi frame sederhana, tetapi paratrike tersebut
dapat digunakan sebagai transportasi udara seperti aerowista, memantau keadaan hutan, alat
bantu olahraga serta alat militer dan alat evakuasi.
Adapun beberapa permasalahan umum yang sering terjadi pada frame paratrike adalah
harga komponen-komponen pendukungnya cukup mahal karena harus didatangkan dari luar
negeri dan belum banyak tersedia komponen buatan dalam negeri sehingga, mengakibatkan
harga komponen paratrike menjadi mahal. Gandar sering mengalami kerusakan karena tidak
dilengkapi dengan sistem peredam kejut yang baik. Pembengkokkan pada frame utama terjadi
karena tidak mampu menahan keseluruhan beban, permasalahan ini muncul pada saat
paratrike terbang dengan membawa dua penumpang dan tidak seimbang pada saat terbang
karena posisi center of gravity tidak tepat. Hal ini, terjadi bila beban pilot tidak sesuai dengan
asusmi yang dimasukan pada saat perancangan dan penyetelan titik center of gravity. Solusi
dari permasalahan tersebut yaitu dengan merancang, memilih, dan memodifikasi ulang
kontruksi frame yang sudah ada di pasaran.
4
DASAR TEORI
140 cm 45 cm
Gambar 2.1. Paramotor, (standar dimensi P.A.P).
2.1.2. Paratrike
Paratrike adalah gabungan paramotor dan paratrike yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan penerbang yang mengalami cidera fisik serta sudah
6
7
tidak mampu lagi menggunakan paramotor (foot launch). Paratrike tidak jauh
berbeda dengan paramotor perbedaannya hanya pada rangka. Paratrike dirancang
untuk penerbang yang kurang mampu menggunakan paramotor (foot launch) hal
ini, disebabkan oleh fisik dari seorang penerbang yang kurang mampu
menggendong paramotor. Paratrike dirancangnya untuk memenuhi kebutuhan
pernerbang yang kurang mampu menggunakan paramotor. Seperti terlihat pada
gambar 2.2. di bawah ini.
Jok berfungsi sebagai tempat duduk pilot yang terbuat dari serangkaian
pipa aluminium yang dieratkan menggunakan paku keling dan dianyam
menggunakan belt (sabuk) untuk menahan beban pilot. Tempat duduk
disambungkan pada kerangka utama dengan bantuan baut dan tali, serta
dilengkapi dengan sabuk pengaman (safety belt). Seperti terlihat pada gambar
2.11 di bawah ini.
Carabiner berfungsi sebagai pengait tali parasut dan tali weebing, serta
berguna untuk memenuhi peraturan yang dikeluarkan oleh Federasi Aero Sport
Indonesia (FASI) yang memerintahkan menggantung sebuah pengait minimal 2
buah pada rangka. Pengait yang dipilih harus standart material dan mampu
menahan beban dari paratrike (Kn). Seperti terlihat pada gambar 2.13 di bawah
ini.
14
7. Detail
Menggambar secara detail setiap komponen dan perakitan mesin dengan
spesifikasi lengkap untuk proses produksi.
8. Produksi
Komponen bagian mesin seperti tercantum dalam gambar detail diproduksi di
workshop.
Diagram alir untuk prosedur umum perancangan mesin dapat dilihat pada Gambar
2.14 di bawah ini.
16
1. Sheet Metal.ipt
Digunakan untuk membuat bidang kerja baru untuk part atau komponen berjenis
metal seperti benda-benda yang terbuat dari plat besi yang ditekuk-tekuk.
2. Standard.dwg
Digunakan untuk membuat bidang kerja baru untuk gambar kerja.
18
3. Standard.iam
Digunakan untuk membuat bidang kerja baru untuk gambar assembly yang terdiri
atas beberapa part atau komponen.
4. Standard.idw
Digunakan untuk membuat bidang kerja baru untuk gambar kerja atau 2D.
5. Standard.ipn
Digunakan untuk membuat bidang kerja baru untuk animasi urutan perakitan dari
gambar assembly yang telah dirakit. Kita dapat memanfaatkannya untuk membuat
gambar Explode View.
6. Standard.ipt
Digunakan untuk membuat bidang kerja baru untuk part atau komponen secara
umum tanpa spesifikasi khusus seperti dalam pembuatan part pada Sheet Metal.
7. Weldment.iam
Digunakan untuk membuat bidang kerja baru untuk assembly yang memiliki tool
untuk teknik pengelasan.
2.7. Dasar Pembebanan Tegangan dan Regangan
Dasar pembebanan pada elemen mesin adalah beban (gaya) aksial, gaya geser
murni, torsi dan bending. Setiap gaya menghasilkan tegangan pada elemen mesin, dan
juga deformasi, artinya perubahan bentuk. Disini hanya ada 2 jenis tegangan normal
dan geser. Gaya aksial menghasilkan tegangan normal. Torsi dan geser murni,
menghasilkan tegangan geser, dan lentur menghasilkan tegangan normal dan geser.
Konsep dasar dari tegangan dan regangan dapat diilustrasikan dengan meninjau
sebuah batang prismatik yang dibebani gaya-gaya aksial (axial forces) P pada
ujung-ujungnya. Sebuah batang prismatik adalah sebuah batang lurus yang
memiliki penampang yang sama pada keseluruhan pajangnya. Untuk menyelidiki
tegangan-tegangan internal yang ditimbulkan gaya-gaya aksial dalam batang,
dibuat suatu pemotongan garis khayal pada irisan mn, seperti pada Gambar 2.15
irisan ini diambil tegak lurus sumbu longitudinal batang. Karena itu irisan dikenal
sebagai suatu penampang (cross section).
20
(a)
m
Pn
(b)
P P
21
Tegangan Dua gaya P menghasilkan beban tarik sepanjang axis balok, menghasilkan
tegangan normal tarik o sebesar :
Keterangan :
P (2.1)
o A
a = Luas penampang
P = Gaya
o = Tegangan normal
2.7.2. Regangan
Regangan merupakan perubahan bentuk per satuan panjang pada suatu
batang. Semua bagian bahan yang mengalami gaya-gaya luar, dan selanjutnya
tegangan internal akan mengalami perubahan bentuk (regangan). Misalnya di
sepanjang batang yang mengalami suatu beban tarik aksial maka akan meregang atau
bertambah panjang, sementara suatu kolom yang menopang suatu beban aksial akan
tertekan atau menjadi pendek. Perubahan bentuk total (total deformation) yang
dihasilkan suatu batang dinyatakan dengan huruf Yunani 5 (delta). Jika panjang
batang adalah L, regangan (perubahan bentuk per satuan panjang) dinyatakan dengan
huruf Yunani s (epsilon), maka:
s=5/L (2.2)
Keterangan :
a = E /e — s = a / E (2.3)
Keterangan :
a = Tegangan normal.
s = Regangan normal.
E = Modulus elastis.
xx x
-_- (2.5)
xr
TT J ^
= atau T= T ■ (2.6)
Jr r
24
n n (2.8)
T T —d-= — T d 3 2
d16
o i
T
=TX 32[ (do) 4 - (di) 4] xc2= 16x T (do)4-(di)4
(2.10)
16 do
16
3. Kekuatan poros berarti torsi maksimum yang ditransmisikan oleh poros. Jadi desain
sebuah poros digunakan untuk kekuatan. persamaan diatas Daya yang
ditransmisikan oleh poros (dalam watt) adalah:
2xnxNxT
P= (Watt) (2.11)
60
Keterangan:
T = Torsi yang ditransmisikan dalam N-m, dan
m = Kecepatan sudut dalam rad/s.
25
2.8. Gandar
Menurut Sularso dan Suga, (1997), poros merupakan salah satu bagian
terpenting dari setiap elemen mesin, hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-
sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Gandar merupakan poros roda yang tidak memindahkan gaya, bahkan gandar
terkadang tidak boleh ikut berputar. Gandar hanya mendapat beban lentur, kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula. terkadang juga mengalami beban puntir. Seperti
terlihat pada gambar 2.18 di bawah ini.
1. Kekakuan poros.
Meskipun sebuah poros mempunyai kekakuan yang cukup tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian (pada
mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda
gigi). Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga haras diperhatikan
dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
2. Puntiran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikan, maka pada suatu harga putaran tertentu
terdapat getaran yang luar biasa besarnya, putaran ini disebut putaran kritis. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll., dan dapat
26
yang sejajar dengan sumbu benda tetap, tidak mengalami perubahan, ini disebut
sebagai bidang netral seperti terlihat pada gambar 2.19. di bawah ini.
Pergeseran (shear) adalah keadaan dimana dua buah benda yang saling
bertumpukan bergeser akibat arah gaya yang berlawanan. Salah satu contoh pada frame
paratrike yang akan dirancang dan menerima gaya pergeseran (shear) adalah pada titik
center of gravity dan letak tumpuan lainnya. Bending atau kombinasi semua tegangan
dan regangan adalah keadaan dimana sebuah benda mengalami tegangan dan regangan
secara bersamaan. pada struktur pesawat paralayang model paratrike banyak struktur
yang mengalami bending. sehingga akan berlakunya persamaan di bawah ini:
Persamaan umum tegangan lentur, adalah :
M L _ OL _ E IyR (2.12)
Keterangan :
I = Inersia pada sumbu
benda (Ixx atau Iyy). y =
Jarak dari bidang netral ke
permukaan luar benda. E =
Modulus elastisitas / Young.
R = Radius kelengkungan benda.
28
Besar harga tegangan pada gandar dapat dicari menggunakan persamaan seperti
tertulis di bawah ini :
F (2.13.a)
(TT x ds2)
°b
SFi x SFn (2.13.b)
Keterangan :
2
F = Gaya (N)
Tabel 2.1. Faktor koreksi untuk momen puntir, (Sularso dan Suga, 1997)
Pembebanan Faktor koreksi
Beban dikenakan secara halus
1,0
Kejutan atau tumbukan besar 1,0-1,5
Sedangkan untuk momen lentur, faktor koreksi (Km) sesuai dengan tabel 2.2.
Tabel 2.2. Faktor koresi untuk momen lentur, (Sularso dan Suga, 1997)
PembebananFaktor koreksi
Diameter poros dapat dihitung dengan menggunakan persamaan, (Sularso dan Suga,
1997)
' 5 1/3
ds = (2.14)
,za x Ktx Cb x T.
keterangan :
ds = Diameter Poros (mm)
30
Sedangkan untuk menghitung Besar tegangan yang terjadi pada bahan yang
digunakan untuk poros, dapat dipakai teori tegangan geser maksimum (xmax) harus
lebih kecil dari tegangan geser yang dijinkan (xa) (Sularso dan Suga, 1997).
1
w. = [(£) ≤ ra (2.15)
Keterangan :
ds = Diameter poros (mm)
Km = Faktor koreksi momen lentur M2
= Momen lentur maksimal (N.mm)
Kt = Faktor koreksi momen puntir
T = Torsi (N.mm)
Mb = / (2.16)
Keterangan :
M b = Momen lentur
F = Beban
/total = Panjang gandar
31
(2.17)
Keterangan :
= Momen tahanan
Tegangan lentur
Persamaan untuk menghitung diameter minimum gandar adalah sebagai
berikut:
(2.18)
keterangan:
d = Diameter minimum
Wb = Momen tahanan
Persamaan untuk mencari harga tegangan lentur dapat adalah sebagai berikut:
a (
-_W
Keterangan :
ab = Tegangan lentur
Mb = Momen lentur
32
Wb = momen tahan
Proses menghitung momen pada tumpuan roda karena beban statis dapat
digunakan persamaan sebagai berikut:
Harga momen tumpuan roda gaya vertikal dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2.21 seperti tertulis di bawah ini.
M2 = av x M1 (2.21)
Keterangan :
M2 = Momen tumpuan roda gaya vertikal Harga
av dapat dilihat pada tabel di lampiran 2 M1 =
Momen tumpuan roda karena beban statis.
Keterangan :
P = Beban horizontal
Harga a1 dapat dilihat pada tabel lampiran 2
W = Beban statis satu gandar.
Q0 = P x (h/j) (2.23)
Keterangan :
Q0 = Beban pada bantalan h = Tinggi titik
berat j = Jarak roda P = Beban horizontal.
Ro = P (h + r) / g (2.24)
Keterangan :
Ro = Beban horizontal P = Beban horizontal
h = Tinggi titik berat r = Jarak roda g = Jarak
telapak roda
Persamaan 2.25 dapat digunakan untuk mencari harga momen lentur pada naf
tumpuan roda sebelah dalam, seperti di bawah ini:
34
(2.25)
M3 = Pr + Qo x ( a + l) - Ro x [ (j-g) / 2]
Keterangan:
M3 = Momen lentur pada naf tumpuan roda sebelah dalam
Qo = Beban pada bantalan Ro = Beban horizontal J = Jari-
jari roda g = Jarak telapak roda
2.9. Bantalan
Menurut Sularso dan Suga, (1997), bantalan adalah elemen mesin yang
menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman, dan panjang umurnya. Bantalan haras cukup kokoh
untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun
atau tidak berfungsi secara mestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat
disamakan perannya dengan pondasi pada gedung. Bantalan dapat diklarifikasikan
sebagai berikut :
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros.
a. Bantalan luncur
Pada bantalan luncur ini terjadi gesekan luncur antara poros roda dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara
lapisan pelumas. Seperti terlihat pada gambar 2.9.(a).
b. Bantalan gelinding
Gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui
elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat. Seperti
terlihat pada gambar 2.20.(b).
35
Gambar 2.20. (a) Bantalan luncur, (b) Bantalan gelinding, (Sularso dan Suga, 1997).
a. Beban Ekivalen
Keterangan:
P = Beban radial ekivalen
X = Faktor Radial Y =
Faktor aksial Fr = Beban
radial Fa = Beban aksial
Faktor V sama dengan 1 untuk pembebanan pada cicin yang berputar, dan 1,2 untuk
pembebanan pada cincin luar yang berputar. Harga-harga X dan Y terdapat dalam
lampiran 1.
b. Factor Kecepatan
Factor kecepatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
(2.27)
Keterangan :
- Faktor Kecepatan
n = Putaran poros (rpm)
c. Faktor Umur
Persamaan yang dipakai untuk menghitung faktor umur adalah
c (2.28)
f
= fn p
37
Keterangan:
fh = Faktor umur
fn = Faktor Kecepatan
d. Umur Nominal
Umur nominal bantalan dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Lh = 500fh3 (2.29)
Keterangan :
Lh = Umur nominal (jam) fh = Faktor umur
e. Keandalan Umur
Keandalan umur dapat diketahui menggunakan persamaan dibawah ini :
Ln = a,i x o x 03 x Lh
2 (2.30)
Keterangan :
Ln = Kendala Umur (jam)
Tabel 2.3. dapat digunakan untuk menentukan faktor kendala pada bantalan,
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
90 L10
1,00
95 L5 0,62
96 L4 0,53
97 L3 0,44
98 L2 0,33
99 L1 0,21
Gambar 2.22. Skema dan dimensi bagian sambungan las, (Zainuri, 2010).
Keterangan :
t = Tebal leher (BD). s =
Ukuran las = Tebal plat, l =
Panjang las,
Dari gambar 2.22 ketebalan leher dapat dicari dengan :
o
A = t x l = 0,707 x s x l (2.32)
Proses menentukan ukuran las minimum dapat melihat harga pada tabel 2.4
ukuran las bisa saja lebih besar dari pada ketebalan plat tetapi, dapat juga lebih
kecil.
3-5 3
6-8 5
10-16 6
18-24 10
14
26-55
20
Over 58
Apabila c adalah tegangan tank yang diijinkan untuk las logam, dan kekuatan tarik
P = 0,707x s x l x o (2.33.a)
Persamaan untuk menghitung kekuatan tarik sambungan las fillet ganda (double
fillet weld) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.23. Las fillet melingkar yang dikenai torsi, (Zainuri, 2010).
Keterangan :
d = Diameter batang, r = Radius batang,
T = Torsi yang bekerja pada batang, s =
Uuran las, t = Tebal leher,
J = Momen inersia polar dari bagian las
3
= 71 x t x d / 4
dimana :[ •••T_ T]
Tegangan geser terjadi pada bidang horisontal sepanjang las fillet, untuk
o
tegangan geser maksimum terjadi pada leher las dengan sudut 45 dari bidang
horizontal untuk persamaan tegangan geser meksimum dapat dilihat pada persamaan
2.34 di bawah ini.
o
Panjang leher, t = s.sin 45 = 0,707.s
Keterangan :
d = Diameter batang,
M = Momen banding pada batang,
s = Ukuran las, t = Tebal leher,
2
tegangan lentur maksimum terjadi pada leher las dengan sudut 45 dari bidang
horizontal, maka panjang leher adalah:
o
t = s x sin 45 = 0,707.s (2.35)
_ 4 M _ 5.66 M (2.36)
b(max)
% x s i n 4 5 x s x d 2 % x s x d2
o = Tegangan lentur,
T= Tegangan geser
P
Gambar 2.25. Sambungan tetap T mendapat Beban eksentris, (Zainuri, 2010).
Keterangan:
l = Panjang las s
= Ukuran las t =
Tebal leher P =
Gaya e = Jarak
Persamaan untuk menghitung tegangan geser pada las adalah sebagai berikut:
P P (2.39)
-
A 1.414s x 1
M = P.e (2.41)
Keterangan :
P = Beban eksentris,
e = Eksentrisitas yaitu yaitu jarak tegak lurus antara garis aksi beban dan
pusat gravitasi (G) dari fillet. l = Panjang las, s = Ukuran las, t = Tebal
leher.
Dua gaya P dan P adalah didahului pada pusat gravitasi G dari sistem las.
A 1.414 s x l
(Luas leher untuk single fillet weld =
P
2 x sm45 x s x l P t.l = 0,707s.l)
1.414 x s x l
47
Ketika tegangan geser akibat momen puntir (T = P.e) pada beberapa bagian
adalah seimbang untuk jarak radial dari G, maka tegangan akibat P.e pada titik A
adalah seimbang dengan AG (r ) dan arahnya memutar ke kanan terhadap AG. Dapat
ditulis:
TT
— = -= konstan (2.43.a)
r2 v
T =r (2.43.b)
r2
T adalah tegangan geser pada jarak maksimum (r) dan T adalah tegangan geser pada
jarak r.
Sebuah bagian kecil dari las yang mempunyai luas dA pada jarak r dari G. Gaya geser
pada bagian kecil ini adalah T. dA dan momen puntir dari gaya geser terhadap G adalah:
dT = T x dA x r = —
r x dA x r
2
2
persamaan untuk menghitung momen puntir total seluruh luas las adalah sebagai
berikut:
( ••• J = jdAxr2 )
Keterangan:
J = Momen inersia polar dari luas leher terhadap G.
48
Tegangan geser akibat momen puntir yaitu tegangan geser sekunder adalah:
T x r2 P x e x r2 J
(2.44)
= j
Menentukan resultan tegangan, tegangan geser utama dan sekunder adalah kombinasi
(2.45)
XA = V (Tl) 2 + (t2 ) 2 + 2 Tj x x2 x c o S0
Keterangan :
9 = sudut antara T dan T , dan
1 2
cos 9 = r /r 1 2
Momen inersia polar pada luas leher (A) terhadap pusat gravitasi yang diperoleh dengan
teorema sumbu sejajar yaitu:
J = [I*x + A x x 2 ]
A x l2 (^+x2) (double fillet weld) (2.46)
+ A x x2 =2A
12
Keterangan :
A = Luas leher = tx l = 0,707 x s x l, l =
Panjang las,
x = Jarak tegak lurus antara dua sumbu sejajar.
49
Pada sambungan las fillet sejajar dan sambungan las fillet (T) yang dibebani
secara eksentris satu arah atau lebih akan menimbulkan momen inersia. Hal ini
dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada suatu bidang. Maka dari itu akan berlakunya
50
Tabel 2.5. Momen inersia polar dan section modulus dari las, ( Zainuri, 2010).
S-Na Type of weld Polar moment of inertia (J) Section modulus (Z)
tb.i
t.b(b 1 + 3/2)
S.No 2 (/Type
+ 6) of weld
2 (/ + b ) Polar moment
12 aof inertia U)
+ b) Section
b41.b + (Bottom)
(Top)
lbmodulus
++ b)
6(4(21 2
(Z)
2 ' b
bb)Lb + —
b +
Is
51
2l+
b
ntd tlt
d
1
pitch
jumlah puncak ulir per unit panjang ulir
54
Gambar 2.29. (a), Through bolts, (b), Tap bolt, (c), Stud, (Zainuri, 2010).
2. Tap bolts.
Pada tap bolt ulir dimasukkan ke lubang tap pada salah satu bagiannya
dikencangkan tanpa mur. Seperti terlihat pada gambar 2.18 b. diatas.
3. Stud.
Stud pada ujungnya cenderung berulir semua. Salah satu ujung ulir
dimasukkan ke lubang tap kemudian dikencangkan sementara ujung yang
lain ditutup dengan mur. Seperti pada gambar 2.18.c. diatas.
Gambar 2.30. Beban eksentris yang sejajar dengan sumbu baut, (Zainuri 2010).
Keterangan :
w = Beban baut per unit jarak terhadap pengaruh balik bracket W
dan W = Beban setiap baut pada jarak L dan L dari sisi tepi.
W = w x L 11
(2.47)
Dan besar momen gaya terhadap sisi tepi adalah sebagai berikut:
= 2 x w x L x L = w x (L )2 . 1 1 1 (2.48.a)
W=wxL (2.49.b)
22
2
Dan besar momen gaya terhadap sisi tepi = w L L = w (L ) Total
momen gaya pada baut terhadap sisi tepi adalah sebagai berikut:
22
2 w x (L ) + 2 w x (L ) ( 2.50)
56
Besar momen akibat beban W terhadap sisi tepi adalah sebagai berikut:
WxL (2.51)
WxL = 2 x w x (L 1 ) 2 + 2 x w x(L2) 2
= WxL
W
= 2 x [ (Lt) 2 + (L)2]
W x L x L2
Wt2 = W2 W x U = ------------------------ ---- (2.52)
2 2 x [ (L 2 ) 2 + (L 2 )
^]
Beban tarik total pada baut yang terbebani paling besar adalah:
W=W+W (2.53)
t t1 t2
Jika d adalah diameter core (minor) dari baut dan o adalah tegangan tarik untuk
c t
2
W = 4 x % x (d ) x O (2.54)
t c t
Gambar 2.31. Beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut, (Zainuri, 2010)
Dalam kasus ini, baut menerima beban geser utama yang sama pada seluruh baut.
Sehingga beban geser utama pada setiap baut adalah:
W = W/n, (2.55)
s
Keterangan :
n = Jumlah baut.
Beban tarik maksimum pada baut 3 dan 4 adalah seperti pada persamaan (2.52)
Ketika baut dikenai geser yang sama dengan beban tarik, kemudian beban
ekuivalen dapat ditentukan dengan hubungan berikut:
Beban tarik ekuivalen adalah:
Keterangan :
d2 = Diameter tengah d3 =
Diameter terkecil
Harga-harga ulir standar metris dapat dilihat pada tabel 2.7. di bawah ini.
Tabel 2.6.a. Ukuran standar ulir metris kasar (JIS B 0205), (Sularso dan Suga 1997).
Diameter Baut Mur
Diameter Diameter Luas tegangan
Gang Diameter
nominal tengah (d1 Diameter
(P) terkecil tarik terkecil
(d = D) = D2) mata bor
(d3) (As1 (mmA2)) (d1)
Ulir dalam
Ulir (1)
Jarak Tinggi Diameter Diameter Diameter
bagi Kaitan luar efektif dalam
P H1 D D2 Di
Ulir luar
1 2 3
Diameter luar Diameter Diameter inti
d efektif d2 d1
M 0,25 0,075 0,041 0,250 0,201 0,169
M 0,3 0,08 0,043 0,300 0,248 0,213
0,09 0,049 0,350 0,292 0,253
M 0,35
M 0,4 0,1 0,054 0,400 0,335 0,292
M 0,45 0,1 0,054 0,450 0,385 0,342
M 0,5 0,125 0,068 0,500 0,419 0,365
M 0,55 0,125 0,068 0,550 0,469 0,415
M 0,6 0,15 0,081 0,600 0,503 0,438
M 0,7 0,175 0,095 0,700 0,586 0,511
M 0,8 0,2 0,108 0,800 0,670 0,583
M 0,9 0,225 0,122 0,900 0,754 0,656
M1 0,25 0,135 1,000 0,838 0,729
M 1,2 0,25 0,135 1,200 1,038 0,929
M 1,4 0,3 0,162 1,400 1,205 1,075
M 1,7 0,35 0,189 1,700 1,473 1,321
M2 0,4 0,217 2,000 1,740 1,567
M 2,3 0,4 0,217 2,300 2,040 1,867
M 2,6 0,45 0,244 2,600 2,308 2,113
M 3 x 0,5 0,5 0,271 3,000 2,675 2,459
0,6 0,325 3,000 2,610 2,350
M 3,5 0,6 0,325 3,500 3,110 2,850
M 4 x 0,7 0,7 0,379 4,000 3,515 3,242
0,75 0,406 4,000 3,513 3,188
M 4,5 0,75 0,406 4,500 4,013 3,688
M 5 x 0,8 0,8 0,433 5,000 4,480 4,134
0,9 0,487 5,000 4,415 4,026
0,9 0,487 5,500 4,915 4,526
61
Menurut Sularso dan Suga, (1997), penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JIS dapat dilihat pada Tabel
2.7 Arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sebagai berikut : Angka di sebelah kiri tanda titik adalah 1 / j 0 harga
sekrup tarik
mesin °B Maksimu 49 55 70 80 100 120 140 160
(JIS B (kg/mm ) 2
m
(kg/mm2)
Menurut Sularso dan Suga, (1997), baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam, soket segi enam, dan
kepala persegi. Baut dan mur dapat dibagi antara lain: baut penjepit, baut untuk pemakaian khusus, sekrup mesin, sekrup penetap, sekrup
pengetap, dan mur, pada gambar 2.32 baut penjepit dapat berbentuk :
(a) Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan diketatkan dengan sebuah mur. Seperti telihat Pada
gambar 2.32.(a).
(b) Baut tap, untuk menjepit dua bagian, dimana jepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan
pada salah satu bagian. Seperti telihat Pada gambar 2.32.(b).
(c) Baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk
dapat menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang
berulir, dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur. Seperti telihat pada gambar 2.32.(c).
62
Keterangan gambar:
(c) Tergeser
(a) Putus karena tarikan
(d) Ulir lumur (dol)
(b) Putus karena puntiran
Dalam menentukan ukuran mur dan baut, berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat
3. Beban geser
Pertama-tama akan ditinjau kasus dengan pembebanan aksial murni. Dalam hal ini, persamaan yang berlaku adalah sebagai
berikut:
w w (2.58)
at = — (?) dz xi
64
Dimana w (kg) adalah beban tarik aksial pada baut, a adalah tegangan tarik yang terjadi di bagian yang berulir pada diameter inti
t
di (mm). Pada sekrup atau baut yang mempunyai diameter luar d ≥ 3 (mm), umumnya besar diameter inti d 1 ~ 0,8 d, sehingga (d1/d) ~ 0,64.
a
Jika a (kg/mm ) adalah tegangan yang diizinkan, maka
Dari persamaan (2.45) dan (2.46) diperoleh
d
4xWw < ,^ 2 xW
2atau d ≤≥ I ---------------- (2.59)
(2.60)
(7KTx/4)(0.8
oa x 0.64Xd)
yl °a
Harga a a tergantung pada macam bahan, yaitu SS, SC, atau SF. Jika difinis tinggi, faktor keamanan dapat diambil sebesar 6-8,
dan jika difinis biasa, besarnya antara 8-10. Untuk baja liat yang mempunyai kadar karbon 0,2-0,3 (%), tegangan
yang diizinkan a a umumnya adalah sebesar 6 (kg/mm ) Jika difinis tinggi, dan 4,8
2
(kg/mm ) jika difinis biasa.
Dalam hal mur, jika tinggi profil yang bekerja menahan gaya adalah h (mm), seperti dalam gambar 2.34, jumlah lilitan ulir
adalah z, diameter efektif ulir luar d2, dan gaya tarik pada baut w (kg), maka besarnya tekanan kontak pada permukaan ulir q (kg/mm )
adalah
w
q= (2.61)
K x d2 x h x z
65
Jumlah ulir z dan tinggi mur H (mm) dapat dihitung dari persamaan berikut ini:
z= w (2.62)
(K x d2 x h x qa )
W (2.65)
nxdixkxpxz
Jika tebal akar ulir pada mur dinayatakn dengan j x p, maka tegangan gesemya adalah sebagai
berikut:
w
Tn1 —
1 ' (2.66)
nxDxjxpxz
Harga k ~ 0,84 dan j ~ 0,7 5 dapat diambil untuk ulir metris. sedangkan pembebanan
pada seluruh ulir yang dianggap merata, Tb dan Tn harus lebih kecil dari pada harga yang
diizinkan Ta.
Besar harga-harga tekanan permukaan yang dijinkan pada ulir dapat dilihat pada tabel
2.8 dibawah ini.
Tabel 2.8. Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir, (Sularso dan Suga, 1997).
Bahan Tekanan permukaan yang diizinkan
qa (kg/mm )
perunggu
Baja keras Baja liat atau 4 1,3
perungg
Baja keras u Besi 1,5 0,5
cor
lebih
Berikut ini adalah skema geseran yang terjadi pada ulir mur dan baut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.35 di
bawah ini.
Menurut Sularso dan Suga, (1997), bila beban yang bekerja pada baut merupakan
gabungan antara gaya tarik aksial dan momen puntir, maka sangat perlu untuk menentukan
cara memperhitungkan pengaruh puntiran tersebut. Jika gaya aksial dinyatakan dengan W
(kg), maka harus ditambahkan W\3 pada gaya aksial tersebut sebagai pengaruh tambahan dari
momen puntir. Cara ini merupakan perhitungan kasar, dan dipakai bila perhitungan yang lebih
teliti dianggap tidak diperlukan.
Bila terdapat gaya geser murni W (kg), tegangan geser yang terjadi masih dapat
diterima selama tidak melebihi harga yang diizinkan. Jadi (W / (TT/4 ) d2) ≥ Ta1 untuk satu
penampang yang mendapat beban geser. Seperti telah diuraikan dimuka, tegangan geser yang
diizinkan diambil sebesar Ta = (0,5 - 0,7 5 ) o a1 di mana oa adalah tegangan tarik yang
diizinkan. Perlu diperhatikan bahwa beban geser harus ditahan oleh bagian badan baut yang
tidak berulir, sehingga gaya geser yang ada dibagi oleh luas penampang yang berdiameter d.
Baut yang mendapat beban tumbukan dapat putus karena adanya konsentrasi tegangan
pada bagian akar profil ulir. Dengan demikian diameter inti baut harus diambil cukup besar
untuk mempertinggi faktor keamanannya. Baut khusus untuk menahan tumbukan biasanya
dibuat panjang, dan bagian yang tidak berulir dibuat dengan diameter lebih kecil dari pada
diameter intinya, atau diberi lubang pada sumbunya sepanjang bagian yang tak berulir, seperti
dalam Gambar 2.36. dibawah ini.
69
Menurut Sularso dan Suga, (1997), permukaan dimana kepala baut atau mur akan
duduk, haras dapat menahan tekanan permukaan sebagai akibat dari gaya aksial baut. Untuk
menghitung besarnya tekanan ini, dianggap bahwa luas bagian kepala baut atau mur yang
akan menahan gaya adalah lingkaran yang diameter luarnya sama dengan jarak dua sisi sejajar
dari segi enam B (mm), dan diameter dalamnya sama dengan diameter-diameter luar baut d
(mm). Jika beban aksial baut adalah W (kg), maka besarnya tekanan permukaan dudukan
adalah
w — 9sa
g)(B2-d2) (2.67)
harga qa adalah tekanan permukaan yang diizinkan seperti dalam tabel 2.9.
Menurut Sularso dan Suga, (1997), baut atau mur dapat menjadi kendor atau lepas
karena getaran, Untuk mengatasi hal ini perlu dipakai penjamin. Di bawah ini diberikan
beberapa contoh yang umum dipakai.
70
1) Cincin penjamin dapat dilihat pada gambar 2.37 yang berbentuk cincin pegas, cincin bergigi luar, cincin cekam,
2) Mur penjamin seperti terlihat pada gambar 2.38 menggunakan dua buah mur, yang bentuknya dapat bermacam-
3) Pena penjamin, sekrup mesin, atau sekrup penetap seperti terlihat pada gambar 2.39.
4) Macam-macam penjamin lain dapat dilihat pada gambar 2.40 seperti dengan cincin nilon yang disisipkan pada
ujung mur untuk memperbesar gesekan dengan baut, menipiskan dan membelah ujung mur yang berfungsi
Keterangan gambar :
Berikut ini adalah gambar mur penjamin yang terdiri dari baut dan dua buah mur untuk pengunci mur supaya tidak
kendor bila terjadi getaran ataupun hentakan secara tiba-tiba maupun berulang-ulang. Seperti terlihat pada gambar 2.38 dibawah
ini.
71
Gambar 2.39. Cara menjamin dengan pena atau sekrup, (Sularso dan Suga,
Penjamin mur dengan menggunakan cicin nilon dapat dilihat pada gambar 2.40
dibawah ini. Cicin nilon berfungsi sebagi pengerat ulir pada baut dan berfungsi sebagi
Peredam getaran pada mur yang melekat dengan baut.
( 2.68)
73
Dari persamaan 2.68 diatas, gambar skets dua buah plat yang dijepit oleh mur dan baut
dengan arah gaya yang berlawanan pada dilihat pada gambar 2.40 dibawah ini.
Menurut Sularso dan Suga, (1997), persamaan tersebut dapat digambarkan seperti
Tan a = — ; ta n / = ^
1
(2.69)
Aft Op
1
Jika Eb (kg/mm ) menyatakan modulus elastisitas baut, l (mm) panjang ekivalen baut,
2
Ak (mm ) diameter inti baut, lp (mm) tebal plat, dan H (mm) tinggi mur, maka:
74
PQX l Ak x Eb
Eb Ak x Xb
(2.70)
l
(2.71)
l = lp+ H + tambahan
Persamaan untuk baut dengan bagian yang tak berulir sepanjang li dan yang berulir l2
seperti dalam gambar 2.42, adalah sebagai berikut:
(2.73)
I
— (—+— (2.72)
c
p )
Eb '.aj; A J
k
Ad = (f) d 2 , l 2 = l „ + (j)- l2
Konstanta pegas dari plat, sangat sulit dihitung karena luasnya, kecuali untuk bentuk-
bentuk tertentu. Dalam hal ini, beberapa ramus telah diajukan untuk menaksir gaya jepit
seperti terlihat pada gambar 2.42 dan 2.43 di bawah ini.
Gambar 2.42. Silinder dan ulir dari sebuah baut, (Sularso dan Suga, 1997).
75
Dari gambar diatas maka dapat digambarkan gaya jepit serta perpanjangan pada
baut dan penipisan pada plat atau bagian yang diasir dan mempengaruhi mur dan baut
adalah sebagai berikut.
Gambar 2.43. Gaya jepit serta perpanjangan pada baut dan penipisan pada plat atau bagian
yang diasir, (Sularso dan Suga, 1997).
Luas bagian plat yang terpengaruh oleh jepitan baut. Di sini hanya akan dipakai rumus
Fritsche sebagai berikut :
Av (2.74)
Keterangan:
B = Jarak antara dua sisi segi enam yang sejajar (dari mur atau kepala baut, (mm)
D = Diameter lubang baut, (mm)
76
K = Konstanta bahan yang besarnya antara 1/3 - 1/5 Dengan demikian maka
Menurut Sularso dan Suga, (1997), jika kemudian ada gaya luar yang mencoba saling
memisahkan kedua plat tersebut dalam arah sumbu baut, maka gaya aksial pada baut akan
bertambah sehingga lebih besar dari Po. Misalkan gaya pemisah tersebut besarnya P (kg) dan
bekerja pada bagian penampang plat seperti dalam gambar 2.44 Maka, bagian yang diarsir
dengan garis mendatar adalah luas (1 - n) lp, akan mengalami penambahan kompresi, seperti
terlihat pada gambar 2.44 berikut ini:
Gambar 2.44. Pengaruh titik kerja gaya luar, (Sularso dan Suga, 1997).
77
Bagian penampang yang diarsir dengan garis tegak, yaitu luas n lp, akan mengalami
pengurangan kompresi, akibatnya plat akan cenderung untuk kembali ke tebal semula. Harga
n pada umumnya diambil sebesar 1, 3/4, atau1/2. Suatu gaya dari luar (P), bagian Pb
mengakibatkan perpanjangan baut sebesar X bi dan penipisan plat sebesar X p1, sedangkan
bahwa modulus elastisitas baut Eb sama dengan modulus elastisitas plat Ep Maka persamaan
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
P P
C= b f_ b ___ Ak Ep ____ Cp
(2.76)
C
^b 1 ’ Cpc ^p 1 lb ( 1 -n) 1 -n
Penipisan bagian plat yang tebalnya n x lp akan berkurang ekivalen dengan X
Pb( 1 -n) _
X_ X] Cp
Pb (2.77)
b
A xE
Pb k p ___ £p
pe X nx lp n (2.78)
pengurangan kompresi pada bidang kontak antara kedua plat adalah sebagai berikut:
Hubungan ini digambarkan dalam gambar 2.45
adalah
sebagai
tan A = ^ < Cb tan a y < berikut:
A
(2.79)
Gaya luar P = Pp + Pb digambarkan dengan garis tegak yang kedua ujungnya berada di
garis titik-titik. Sekarang, jika digunakan notasi
78
(2.81)
(2.82)
P
P
b _ ^b 1 x Cb
Pb+ Pp
(^b 1 x Cb) + (^b 1 x C b) x P/n (Cb + "Cp)
Gambar 2.45. Hubungan antara gaya yang bekerja pada ulir dan resultan
teperpanjangan dan penipisan (perpendekan), (Sularso dan Suga,
1997).
Cb
(2.83)
Cp + Cb
Perbandingan antara gaya jepit awal Po dan Pp disebut faktor pelepasan L, yang dapat
ditulis sebagai berikut:
79
Po _ Po (2.84)
pp ( 1 - 4>) P
Dalam tabel 2.10 diberikan harga-harga L tersebut. Notasi 10K, 12K, 6G, dan 8G
dalam tabel tersebut berhubungan dengan sistim pembagian kekuatan ulir atau kekuatan bahan
menurut standar DIN. Sifat-sifat mekanisnya diberikan dalam tabel
2.9.
Setiap distribusi gaya jepit haras dikoreksi dengan menggunakan faktor pengetatan a
dari tabel 2.11 sebagai berikut :
Po = aL (1 - 0) P (2.85)
Dengan mempergunakan harga batas mulur or (kg/mm ) dalam tabel 7.8, perlu
diperiksa apakah P max memenuhi persamaan berikut :
P
max — A
k atau Pmax Po ^ ^r (2 86)
.
2
Selanjutnya, amplitude tegangan baut oam (kg/mm ) adalah
IPb _ (p P 2 A
^am (2.87)
k 2 A k
Besarnya harga amplitude tidak boleh melebihi batas kelelahan ulir luar menurut tabel 2.9.
Tekanan dudukan kepala baut atau mur dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini:
P max (2.88)
(7T/4) (B2 - D 2 )
Tabel 2.9. Sifat mekanis baja skrup, (Sularso dan Suga 1997). 80
Bilangan
kekuatan 4A 4D 4P 4S 5D 5S 6D 6S 6G 8G 10K 12
K
DIN
o
OH
30 25 - 14 22 10 18 8 12 12 8 8
Dalam
hal ini perlu
diperiksa apakah
98 115 235 293 350
harga tersebut 98-160
120 160 145-205 175-235 293 350 405
tidak melebihi
harga yang ada dalam tabel 2.12.
Jika diberikan beban dinamis dan statis aksial, beban statis dan dinamis radial atau
lintang, atau gaya jepit awal, maka untuk menaksir diameter nimonal baut yang sesuai
(sebagai taksiran pertama), dapat dipergunakan tabel 2.14.
ctf C/D
O 5—i
8ui 8
M
<D «
OH M
Dalam lampiran 3 diberikan harga-harga L tersebut. Notasi 10K, 12K, 6G, dan 8G
dalam tabel tersebut berhubungan dengan sistim pembagian kekuatan ulir atau kekuatan bahan
menurut standar DIN.
81
82
Menurut Sularso dan Suga, (1997), adapun standar harga-harga pengetatan mur
dan baut seperti terlihat pada tabel 2.11 dibawah ini.
1,25 kunci
Menurut Sularso dan suga, (1997), harga batasan-batasan tekanan dudukan dari bahan
Tabel 2.12. Batasan tekanan dudukan dari bahan, (Sularso dan Suga, 1997).
Bahan Batas tekanan dudukan Psa (kg/mm2)
GKAISi6Cu4 30
Tabel 2.13. Pemilihan diameter nominal sementara, (Sularso dan Suga, 1997). Gaya luar dai 1 baut Gaya jepil
Diameter nominal ulir
Beban statis
ulir P
Beban Beban
- -
25000 16000 5000 40000 30 30
Besar harga-harga baut stanless stell A2-70 dapat dilihat pada tabel 2.14 mechanical properties for a1, a2
dan a4 austenitic stainlss stell bolt, screw, studs and nuts (BE EN ISO 3506 Part 1&2), di bawah ini.
85
Tabel 2.14. Mechanical Properties For A1, A2 Dan A4 Austenitic Stainlss Stell Bolt, Screw, Studs
And Nuts (BE EN ISO 3506 Part 1&2).
Bold, screws and studs (part 1) Nuts
(part 2)
Tensile 0.2 % proof
Property Diameter Elongation
strenght stress
class range A (mm)
Rm(N.mm2) R p 0 2 ( N . m m 2 )
50 <M 500 210 0.6d 500
Sedangkan untuk tabel komposisi baut dan mur stainless stell A2-70 dapat dilihat pada tabel 2.15 di bawah ini.
atau melepaskan energi. Energi disimpan pada benda padat dalam bentuk twist, stretch, atau kompresi. Energi di-
recover dari sifat elastis material yang telah terdistorsi. Suatu pegas haras memiliki kemampuan untuk mengalami defleksi
elastis yang besar. Beban yang bekerja pada pegas dapat berbentuk gaya tarik, gaya tekan, atau torsi ( twistforce). Pegas
umumnya beroperasi dengan ‘ high working stresses' dan beban yang bervariasi secara terus menerus. Beberapa
1. Pegas digunakan untuk menyimpan dan mengembalikan energi potensial, seperti misalnya pada ‘
gunrecoilmechanism’.
2. Pegas digunakan untuk memberikan gaya dengan nilai tertentu, seperti misalnya pada reliefvalve.
3. Pegas digunakan untuk meredam getaran dan beban kejut, seperti pada auto mobil.
5. Pegas digunakan untuk mengembalikan komponen pada posisi semula, contohya pada ‘ brakepedal’.
bekerja yaitu pegas tarik, pegas tekan, pegas torsi, dan pegas penyimpan energi.
Penampang kawat umumnya bulat, tetapi juga ada yang berpenampang segi empat. Pegas konis biasanya memiliki
spring rate yang non-linear, meningkat jika defleksi bertambah besar. Hal ini disebabkan bagian diameter
coil yang kecil memiliki tahanan yang lebih besar terhadap defleksi, dan coil yang lebih besar akan terdefleksi
lebih dulu. Kelebihan pegas konis adalah dalam hal tinggi pegas, dimana tingginya dapat dibuat hanya sebesar diameter
Bentuk barrel dan hour glass terutama digunakan untuk mengubah frekuensi pribadi pegas standar.
Pegas helix tarik perlu memiliki pengait (hook) pada setiap ujungnya sebagai tempat untuk pemasangan
beban. Bagian hook akan mengalami tegangan yang relative lebih besar dibandingkan bagian coil, sehingga
kegagalan umumnya terjadi pada bagian ini. Kegagalan pada bagian hook ini sangat berbahaya karena segala sesuatu
yang ditahan pegas akan terlepas. Salah satu metode untuk mengatasi kegagalan hook adalah dengan menggunakan
pegas tekan untuk menahan beban tarik seperti ditunjukkan pada gambar 2.46
Pegas wire form juga dapat untuk memberikan/menahan beban torsi seperti pada gambar 2.46 Pegas
tipe ini banyak digunakan pada mekanisme ‘garage door counter balancealat penangkap tikus, dan lain-
lain.
yield yang tinggi, dan modulus elastisitas atau modulus geser yang rendah untuk menyediakan
Parameter loss coefficient, Av yang menyatakan fraksi energi yang didisipasikan pada siklus
stress-strain, merupakan faktor penting dalam pemilihan material. Material pegas yang baik haras memiliki sifat
88
loss coefficient yang rendah, kekuatan fatigue tinggi, ductility tinggi, ketahanan tinggi serta haras tahan
creep.
Pegas dapat dibuat dari berbagai jenis bahan sesuai pemakaiannya. Bahan baja dengan penampang
lingkaran adalah yang paling banyak dipakai. Bahan-bahan pegas terlihat pada tabel 2.16. :
Tabel 2.16. Jenis Material Penyusun Pegas, (Zainuri, 2010)
Allowable shear stress ( T) MPa
Modulus of Modulus of
Material Severe Average Light
rigitdity (G) elasticity (E)
service service service
2
kN/mm kN/mm2
1. Carbon steel
dan picth yang konstan. Geometri utama pegas helix adalah diameter kawat d, diameter rata-rata coil D, panjang pegas
bebas Lf, jumlah lilitan Nt, dan pitch P. Pitch adalah jarak yang diukur dalam arah sumbu coil dari posisi center
sebuah lilitan ke posisi center lilitan berikutnya. Indeks pegas C, yang menyatakan ukuran kerampingan pegas
89
didefinisikan sebagai perbandingan antara diameter lilitan dengan diameter kawat. Seperti terlihat pada gambar 2.47. di
bawah ini.
90
LS = n’d (2.89)
Keterangan :
kawat
Dalam permasalahan ini, jarak antara dua kumparan yang berdekatan diambil 1 mm.
Didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara diameter pegas dengan diameter kawat, maka persamaan
matematikanya adalah :
Keterangan :
Didefinisikan sebagai sebagai beban yang diperlukan per unit defleksi pegas, persamaan matematikanya adalah :
w
k=- (2.92)
a
Keterangan :
W = Beban
5. Pitch (p)
Didefinisikan sebagai jarak aksial antara kumparan yang berdekatan pada daerah yang tidak terkompresi, persamaan
matematikanya adalah :
p anjang bebas
Pitch (p) = J ,5 ---------------------------- ( 2.93)
n - 1
T F - TS
Pitch of the coil ( p ) = —^ — + d (2.99)
Bila tarikan atau kompresi bekerja pada pegas ulir, besarnya momen puntir T (kg.mm) adalah tetap untuk seluruh
penampang kawat yang bekerja. Untuk diameter lilitan rata-rata (diukur pada sumbu kawat) D (mm), berdasarkan
kesetimbangan momen besar momen puntir seperti terlihat pada gambar 2.48. dibawah ini adalah:
( 2.101.b)
W
92
T=Wx D (2.100.a)
Jika diameter kawat adalah d (mm), maka besarnya momen puntir kawat yang
2
berkorelasi dengan tegangan geser akibat torsi T1 (kg/mm ) adalah:
Torsi = Ti x x d 3 ( 2.100.b)
Sehingga:
16 D x W
Ti = ----------- — X ------- - --
n x d3 2
8 x WxD %1
n x d3
load
(2.101.a)
c ross-s e c ti o nal are a of th e w i re
4xW
71x d 2
93
Keterangan:
Sehingga, tegangan geser maksimum yang terjadi di permukaan dalam lilitan pegas ulir adalah :
T = T . ± X2
= 8 WXD 4XW u X D 3 ~ U
Xd2
n X d3
8 D n X (.—!-)=Ks 8DnX
d3 V 2 X C/ d3
KX8XWX KX8XWXD
T=
D n X d3 n X d2
( 2.102)
94
Keterangan :
c 8 XW 3 Xn 8 X W X C3 X n ( 2.104)
6
~~ d4 X G ~~ dXG
4C + 1 i 0.615 4C
K (2.103)
— 4+ C
Harga diameter minimum kawat pegas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti yang tertulis dibawah ini.
18 X Kw X F X C sj (2.105
XTa
)
Keterangan :
F = Beban (N)
95
Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk mencari harga diameter pegas:
D=Cxd (2.106)
Keterangan:
(mm).
50= Hf - Hs (2.107)
Keterangan:
Hs= Ht - 8 (2.108)
Keterangan:
Hc = (n + 1.5) d (2.109)
Keterangan:
Untuk menghitung kekuatan rangka dan gandar dapat digunakan persamaan- persamaan pada pembebanan statis yang
diterima oleh komponen. Analisa yang digunakan untuk menghitung reaksi tumpuan dengan persamaan kesetimbangan atau
persamaan satis adalah sebagai berikut.
IM = 0, X V (2.110)
BAB III
METODE PERANCANGAN
Pada umumnya pesawat paratrike merupakan sebuah alat bantu olahraga, paratrike ini merupakan hasil
modifikasi dari paramotor yang diracang untuk memenuhi kebutuhan pilot yang sedang mengalami cidera dan tidak mampu
menggunakan paramotor. Paratrike memiliki frame dan roda sebagai alat bantu lepas landas serta mendarat. Frame
paratrike pada umumnya terbuat dari stainless stell dan mempunyai tiga buah roda. Pada saat ini, frame paratrike
sangat sederhana hanya memakai satu batang frame dan dihubungkan dengan gandar poros serta lengan ayun untuk
memasangkan ketiga rodanya. Seperti terlihat pada gambar 3.1. di bawah ini.
Dengan menggunakan kontruksi yang sederhana seperti terlihat pada gambar 3.1. maka angka kerusakan
komponen mesin kerap terjadi seperti pada bagian gandar roda, karena tidak dilengkapi dengan sistem peredam kejut.
Sehingga bila terjadi beban berlebihan akan terjadi kerusakan pada komponen tersebut.
Perencanaan sebuah mesin merupakan merencanakan kebutuhan untuk memecahkan suatu permasalahan yang
ada, dengan mempertimbangkan kegunaan, kehandalan, keamanan, keselamatan dan dapat diproduksi serta dipasarkan.
Rekayasa dalam teknik berkaitan dengan bagian-bagian mesin termasuk persamaan-persamaan beserta perhitungan yang
menyertai dalam pembuatan mesin. Pada proses perancangan desainer haras memilih material yang ada dipasaran serta
melampirkan data spesifikasi standart materialya. Kurangnya fasilitas yang memadai merupakan batasan dari kebebasan
seorang desainer mesin untuk mencapai hasil maksimal. Bahan yang digunakan untuk membuat frame pesawat
paratrike adalah aluminium 6061, karena bobot yang lebih ringan maka dapat membatu mengoptimalkan kinerja dari
paratrike pada saat take-off maupun landing (mendarat). Akan tetapi aluminium memiliki tingkat elastisitas yang
rendah, sehingga apabila terjadi kerusakan kecil pada suatu komponen haras segera diganti, namun kerusakan pada
97
98
aluminium tidak langsung patah tetapi mengalami perubahan bentuk (pembengkokan), sedangkan stainless stell bila
mengalami sedikit retak dan tetap menahan beban maka akan langsung mengalami patah, karena stainless stell
Pada perancangan ini desainer menerapkan re-desain serta memodifikasi ulang dari bentuk paratrike yang
sudah ada baik struktur maupun pemilihan materialnya, dengan upaya ini diharapkan frame paratrike menjadi lebih
efisien, sehingga bahan yang dipakai dalam perancangan frame pesawat model paratrike menjadi pertimbangan utama.
Maka dari itu, desainer menetapkan aluminium sebagai bahan frame paratrike, disamping ringan aluminium juga
memiliki karakter material yang kuat dan ulet. Seperti terlihat pada gambar 3.2. di bawah ini.
Adapun kendala yang mungkin terjadi yaitu bahan yang ada dipasaran belum tentu memiliki kekuatan material
yang sama dengan material yang ada didalam Software Autodesk Inventor 2016. Hal ini dipengaruhi oleh faktor alam
dan proses manufaktur, tetapi permasalahan ini masih dapat ditanggulangi dengan cara pendekatan secara teori maupun
simulasi Software Autodesk inventor 2016, diharapkan dengan menggunakan dua pendekatan cara tersebut dapat
mengurangi kendala-kendala yang timbul, serta merupakan pilihan yang tepat untuk mencapai hasil yang lebih baik.
1. Rangka (Frame)
Frame pada perancangan ini menggunakan bahan aluminium, karena bahan ini memiliki bobot yang ringan
dan kuat serta tahan korosi, selain itu paratrike ini sering digunakan di daerah pesisir (pantai), sehingga
pemilihan bahan aluminium ini sangat tepat untuk diaplikasikan pada frame paratrike. Pada umumnya
frame berfungsi sebagai alat tumpuan semua beban dan diperindah dengan lengkungan-lengkungan pipa
99
aluminium yang membentuk frame paratrike. Disisi lain lengkungan- lengkungan frame bertujuan untuk
memperkuat material frame jika mendapat beban, hal ini menggunakan pendekatan mekanika kekuatan bahan
dengan cara pengerolan. Seperti terlihat pada gambar 3.3 di bawah ini.
2. Lengan Ayun
Pada gambar 3.4. Lengan ayun dirancang ulang dengan empat buah tumpuan, dan menggunakan dua buah
batang ayun yang disambung menggunakan las dengan sudut pemasangan kedua batang yaitu 45 0 dan 1300 pada
bagian depan, serta dirangkai dengan suspensi yang berfungsi sebagai peredam kejutan bila di kenai beban
beraturan maupun tak beraturan. Harapannya dengan melakukan perancangan ini dapat mengurangi kendala
Sambungan mur dan baut digunakan untuk menyambung komponen- komponen frame paratrike antara lain:
lengan ayun, cross bar, dudukan mesin, serta gandar roda. Pemilihan Sambungan mur dan baut ini bertujuan
untuk mempermudah pada saat bongkar pasang komponen- komponen frame paratrike. Sambungan mur dan
baut harus memenuhi standart keamanan yang memadai serta dirancang melalui perhitungan manual maupun
100
simulasi Software Autodeks Inventor 2016 untuk mendapatkan hasil yang optimal. Seperti telihat pada
4. Sambungan Las
Sambungan las digunakan untuk menyambung pipa-pipa aluminium yang akan dijadikan bahan frame
paratrike serta hasil sambungan las harus memenuhi standart yang dirancang melalui perhitungan secara
manual maupun simulasi Software Autodeks Inventor 2016 untuk mendapatkan hasil yang optimal. Seperti
Gambar 3.5. Skema dan dimensi bagian sambungan las, (Zainuri, 2010).
Suspensi yang digunakan pada frame paratrike, mendapatkan perlakuan modifikasi pada lengan suspensi
bagian bawah yang diperpanjang menggunakan pipa stainless steel ukuran 1 inchi dan disambung
menggunakan mesin las guna untuk menyesuaikan panjang dan tinggi dari jarak antara frame dengan lengan
^1 rvamfViWVf
o
<s IVMMI S
--lJ
Gambar 3.6.
WVP PP
Peredam kejut.
l
3.2. Proses Perancangan
Pada proses perancangan pesawat paratrike ini melalui beberapa proses yang harus dilakukan sebelumnya antara
lain:
Proses perencanaan frame pesawat model paratrike ini terlebih dahulu mempelajari dan mengamati sistem
kerja dari paratrike yang sudah ada. Sistem kerja paratrike adalah dengan menghandalkan gaya dorong dari
mesin yang memutar propeller dan mendorong pesawat paratrike tanpa menggunakan mekanisme penerus
daya atau penghantar putaran pada roda untuk melakukan starting take-off atau lepas landas. Sehingga peran
mesin
dan propeller besar pengaruhnya terhadap kinerja paratrike. Frame paratrike berfungsi sebagai alat
bantu take-off atau lepas landas, dan tidak menahan beban secara keseluruhan pada saat terbang, karena
seluruh beban digantungkan pada tali weebing dan carabiner (pengait) yang dieratkan pada frame
paratrike, sehingga dapat meminimalisir tegangan dan regangan yang terjadi pada frame paratrike pada
saat terbang.
2. Identifikasi Masalah
Selain mempelajari sistem kerja pesawat paratrike, desainer juga harus mampu mengidentifikasikan suatu
masalah yang ada baik dari kontruksi maupun sistim kerja, serta kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada
paratrike. Selain itu desainer harus mampu menarik kesimpulan penyebab kerusakan komponen paratrike
yang terjadi untuk dicari solusi perbaikan pada komponen tersebut. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk
proses perancangan dan perhitungan ulang pada komponen tersebut secara manual dan melalui simulasi
Pada proses perancangan kontruksi frame pesawat paratrike, ada beberapa komponen yang akan dirancang
dan dihitung ulang antara lain: frame utama, lengan ayun, sambungan las, sambungan mur baut, gandar, dan
suspesi (pegas). Komponen-kompenen tersebut dirancang ulang bertujuan untuk meningkatkan performa dari
kinerja frame pesawat paratrike, sehingga kendala yang diakibatkan oleh rendahnya performa dari kinerja
102
Diagram alir proses perhitungan gandar pada pesawat paratrike dapat dilihat pada gambar 3.8 di bawah ini.
104
105
1. Menentukan Dimensi Penempatan Gandar dengan Bantalan Penentuan penempatan bantalan pada gandar bertujuan
untuk mengetahui reaksi gaya terbesar yang terjadi disetiap titik tumpuan beban untuk menghidari pembengkokan
2. Menghitung Beban
106
Proses menghitung beban pada perancangan ini adalah menghitung beban secara keseluruhan dari frame paratrike,
mesin dan beban pilot. Berdasarkan perkiraan beban yang bekerja pada pesawat paratrike, maka hasil perhitungan
Pemilihan bahan gandar yang baik adalah dengan milih bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi serta eleastis,
sehingga bila terjadi benturan baraturan maupun tiba-tiba masih dapat diterima oleh gandar. Akan tetapi tidak boleh
Menggambar diagram benda bebas ini bertujuan untuk mempermudah pada saat menyelesaikan perhitungan reaksi
tumpuan dengan menggunakan gambar sederhana yang lengkapi dengan ukuran-ukuran dan besar gayanya.
Pada perhitungan reaksi tumpuan akan didapat harga-harga gaya yang bekerja disetiap titik tumpuan, sehingga
diketahui gaya-gaya terbesar yang bekerja pada gandar. Setelah diketahuinya titik yang menerima gaya terbesar maka
harus memperbesar diameter gandar pada titik tersebut untuk menghindari kerusakan yang mungkin terjadi diluar
perkiraan perancangan.
Memen lentur (bending) merupakan tegangan yang diakibatkan oleh bekerjanya momen lentur pada suatu benda.
Sehingga lenturan benda disepajang sumbunya menyebabkan sisi atas tertarik dan sisi bawah tertekan dan mengalami
perubahan panjang. Berdasarkan uraian diatas perhitungan momen lentur ini bertujuan untuk menghindari patahnya
suatu benda yang diakibatkan oleh kelebihan beban. sehingga tidak mampu lagi ditahan oleh banda tersebut dan
mengalami kerusakan.
Menghitung diameter gandar bertujuan untuk mengetahui ukuran minimum sesuai dengan beban yang bekerja,
sehingga gandar dapat beroprasi dengan baik. atau diameter gandar yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga
Setelah diketahuinya diameter gandar melalui perhitungan, maka diameter gandar yang digunakan haras ditentukan
terlebih dahulu dengan melihat lampiran 1 untuk menyesuaikan dengan diameter kecil bantalan yang akan digunakan.
107
Tegangan geser terjadi bila suatu bidang yang dikenai dua buah gaya yang sama dan berlawanan arah, sehingga benda
tersebut menghasilkan torsi. Adapun tujuan perhitungan tegangan geser yaitu untuk mengetahui batas- batas
pergeseran bahan atau perubahan panjang benda yang diakibatkan oleh dua buah gaya yang saling tarik menarik atau
Proses perhitungang tegangan lentur bertujuan untuk mengetahui besar harga lentur dari material gandar bila
mendapat beban disepanjang sumbunya, sehingga gandar mengalami perubahan bentuk, baik disebabkan oleh
Gaya geser atau tegangan geser ijin terjadi bila suatu bidang yang dikenai dua buah gaya yang sama dan berlawanan
arah, sehingga benda tersebut menghasilkan torsi. Adapun tujuan perhitungan tegangan geser ijin yaitu untuk
mengetahui batas-batas pergeseran bahan yang dijinkan atau perubahan panjang benda yang diakibatkan oleh dua
buah gaya yang saling tarik menarik atau berlawan dan dilambangkan dengan (r x) .
Tegangan geser maksimum terjadi bila suatu benda menerima aksi dua buah gaya yang saling berlawanan arah dan
mengakibatkan puntiran (torsi). Tujuan dari perhitungan tegangan geser maksimum adalah untuk mengetahui harga-
harga tegangan geser maksimum dari bahan poros, sehingga kerusakan yang diakibatkan oleh kelebihan beban atau
Nilai tegangan geser maksimum harus kurang dari tegangan geser ijin karena suatu material mempunyai kekuatan
bahan yang berbeda-beda, sehingga untuk mendapatkan keamanan yang lebih memadai nilai tegangan geser
maksimum harus dibawah nilai tegangan geser ijin. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada gandar. Jika
nilai tegangan geser maksimum dibawah tegangan geser ijin maka dapat melanjutkan ke tahapan proses selanjutnya.
Bila semua proses diatas sudah dilakukan desainer dapat menarik kesimpulan bahwa diameter gandar aman dan bahan
gandar baik menurut perhitungan manual maupun simulasi pembebanan menggunakan Software Autodesk
Inventor.
108
15. Selesai
Diagram alir proses perhitungan dan pemilihan bantalan pada pesawat paratrike dapat dilihat pada gambar
3.9 di bawah ini.
1. Mulai
Desain bantalan dengan poros adalah tahap menyesuaikan dimensi bantalan dengan gandar yang digunakan,
sehingga bantalan yang dipilih sesuai dengan kebutuhannya. Untuk penempatan bantalan yaitu menyesuaikan
Cara menentukan tipe bantalan yaitu dengan melihat arah pembebanan dan sistem kerjanya, dengan upaya tersebut
Untuk menghitung beban radial ekivalen terlebih dahulu memasukkan harga-harga yang tertera didalam lampiran 1
yaitu kapasitas nomimal dinamik spesifik (c), kapasitas nominal statis spesifik, V, Fa, F0 dan Y. Bila data-data diatas
Menghitung faktor kecepatan hanya memasukkan nilai-nilai putaran (rpm), karena selain nilai rpm sudah ditentukan
oleh persamaan (konstanta). Tujuan perhitungan ini adalah untuk mengetahui kecepatan putar maksimal bantalan,
Langkah utama untuk menghitung faktor umur adalah sudah diketahuinya harga (c) dan (P) serta harga faktor
kecepatan. Tujuan dari perhitungan ini adalah memperkirakan kerusakan bantalan dengan pembebanan beraturan
Menghitung umur nominal bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu bantalan persatuan jam. Melalui perhitungan
Tujuan menghitung keandalan umur adalah untuk dapat mengetahui umur bantalan per satuan jam
110
9. Bantalan Aman
Bila bantalan sudah memenuhi kriteria aman maka proses selanjutnya dapat dimulai. jika tidak, maka haras kembali
Data spesifikasi bantalan adalah data standart kekuatan dan ketahanan suatu bantalan serta sistem kerja bantalan.
1.
11. Selesai
Diagram alir proses perhitungan dan pemilihan sambungan ulir baut pada pesawat paratrike dapat dilihat pada
gambar 3.10 di bawah ini.
111
112
Pada proses perancangan frame pesawat paratrike terdapat sambungan ulir baut, adapun langkah-langkah
1. MULAI
Proses menentukan besar dan letak beban bertujuan untuk mengetahui besar gaya disetiap titik kerja beban.
Mur dan baut mempunyai kegunaan yang berbeda-beda sesuai dengan tipe atau jenis ulirnya. Maka dari itu
harus ditentukan terlebih dahulu jenis mur dan baut yang sesuai dengan kegunaannya. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi resiko pengendoron yang diakibatkan oleh getaran atau gaya yang bekerja.
4. Menghitung Beban
Beban yang bekerja pada mur baut harus dihitung terlebih dahulu untuk dapat menentukan ukuran mur dan
Tegangan tarik terjadi karena adanya dua buah gaya yang diberikan dan berlawanan arah dan mengakibatkan
benda mengalami perubahan panjang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui batas kelelahan mur dan baut,
sehingga dapat mengurangi kerusakan-kerusakan kecil yang diakibatkan oleh tegangan tarik, misalnya : patah
Penaksiran titik kerja beban bertujuan untuk mengetahui letak pembebanan pada suatu mur dan baut untuk
dapat mengetahui titik yang menerima beban terbesar atau gaya terbesar yang hams diterima oleh mur dan
baut.
Diameter nominal ulir dapat dihitung bila seluruh beban yang bekerja sudah diketahui, sehingga diameter ulir
Proses penentuan panjang mur dan baut harus mengetahui panjang, lebar, dan tinggi dari benda yang akan
dijepit oleh mur dan baut serta besar gaya yang bekerja. Sehingga penggunaan panjang pendeknya mur dan
9. Menentukan Ulir
Proses menentukan ulir mur dan baut terlebih dahulu mengetahui besar gaya yang bekerja dan getaran yang
terjadi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh dua hal tersebut.
Pada proses menghitung konstanta baut bertujuan untuk mengetahui nilai kekakuan material baut tersebut.
Tujuan menghitung gaya aksial maksimum adalah untuk dapat mengetahui harga-harga tegangan aksial
maksimum yang mampu ditahan oleh baut tersebut. Sehingga kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
kelebihan gaya yang ditarima oleh mur dan baut dapat diatasi.
12. Tegangan Mulur dikalikan dengan Luas Penampang Inti
Perubahan panjang baut dikalikan dengan luas penampang tegangan. Sebagai acuan perhitungan gaya jepit
maksimal.
13. Gaya Jepit Maksimal harus Sebanding dengan Tegangan Mulur Bahan dikalikan dengan Luas Penampang Inti
Harga gaya jepit maksimal harus sebanding dengan harga batas tegangan mulur dikalikan luas penampang
tegangan. Maka mur dan baut dikatakan aman, jika tidak harus kembali lagi pada proses perhitungan.
Menghitung kelelahan ulir bertujuan untuk mengetahui gaya terbesar yang mampu diterima oleh mur dan
baut, sehingga komponen tersebut tidak mengalami fatiq bila diberi beban yang sesuai dengan tinggat
kelelahan bahannya. Adapun tujuan lain dari perhitungan kelelahan ulir (patah) yaitu untuk dapat mengurangi
15. Selesai
START
115
116
1. Mulai
117
Pada desain frame paratrike, letak mur dan baut terdapat pada bagian crossbar dan frame pelindung propeller,
sedangkan untuk menghitung keseluruhan beban yang diperkirakan bekerja dan ditahan oleh mur dan baut.
Tegangan tarik terjadi karena adanya dua buah gaya yang diberikan dan berlawanan arah dan mengakibatkan benda
mengalami perubahan panjang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui batas kelelahan mur dan baut, sehingga dapat
mengurangi kerusakan-kerusakan kecil yang diakibatkan oleh tegangan tarik, misalnya : patah (fatiq,) retak, dan
Faktor keamanan Sf tergantung pada bahan mur dan baut yang akan digunakan jika difinis tinggi maka harga faktor
keamanan yang diambil adalah 6-8 untuk bahan SS, SC, SF, biasanya sudah diketahui pada pesoalan.
Gaya geser atau tegangan geser ijin terjadi bila suatu bidang yang dikenai dua buah gaya yang sama dan berlawanan
arah, sehingga benda tersebut menghasilkan torsi. Adapun tujuan perhitungan tegangan geser ijin yaitu untuk
mengetahui batas-batas pergeseran bahan yang dijinkan atau perubahan panjang benda yang diakibatkan oleh dua
buah gaya yang saling tarik menarik atau berlawan dan dilambangkan dengan (r a) .
Menghitung diameter inti yang digunakan bertujuan untuk mengetahui dimensi mur yang akan digunakan pada frame
pesawat paratrike nantinya, sehingga penggunaan mur sesuai dengan yang dibutuhkan dan memenuhi standar
7. Pemilihan Ulir
Pemilihan ulir bertujuan untuk menghindari pengendoran mur bila mendapat getaran maupun hentakan yang terjadi
pada sambungan ulir, sehingga hal tersebut dapat diatasi dengan baik. Setiap alur ulir mur mempunyai kegunaan
masing-masing baik ulir kasar maupun halus, biasanya penggunaan ulir halur cenderung untuk menahan beban yang
ringan saja demikian juga sebalikya penggunaan alur ulir mur kasar biasanya digunakan untuk beban yang berat dan
menerima getaran yang besar, karena alur ulir mur kasar mempu meredam getaran dengan baik.
118
Harga setiap kekuatan tari dari bahan mur sudah diketahui didalam Tabel 2.8 Bilangan kekuatan baut, atau sekrup
Gaya geser atau tegangan geser ijin terjadi bila suatu bidang yang dikenai dua buah gaya yang sama dan berlawanan
arah, sehingga benda tersebut menghasilkan torsi. Adapun tujuan perhitungan tegangan geser ijin yaitu untuk
mengetahui batas-batas pergeseran bahan yang dijinkan atau perubahan panjang benda yang diakibatkan oleh dua
buah gaya yang saling tarik menarik atau berlawan dan dilambangkan dengan ( T a ) .
Harga tekanan permukaan yang dijinkan dapat dilihat pada Tabel 2.9 Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir.
Diameter nominal ulir dapat dihitung bila seluruh beban yang bekerja sudah diketahui, sehingga diameter ulir dapat
Dalam menentukan diameter efektif dapat melihat pada Tabel 2.7 Ukuran standar ulir metris kasar sebagai acuan
dalam penentuannya.
Harga tinggi kaitan gigi dan H1 dapat dilihat pada tabel 2.7 Ukuran standar ulir metris kasar sebagai acuan dalam
penentuannya.
Jumlah ulir yang terdapat pada mur mempunyai peranan yang cukup besar dalam menahan beban yang terjadi pada
sambungan, semakin banyak jumlah ulir maka semakin besar pula beban yang mampu ditahannya.
Tinggi rendahnya mur sangat berpengaruh terhadap kekuatannya, karena setiap alur ulir mur dapat menahan beban
yang berbeda-beda, maka dari itu penting sekali peran dalam menentukan tinggi mur yang digunakan untuk
Jumlah ulir mur dapat menggunakan pembagian antara nilai tinggi mur dibagi dengan jarak P, sedangkan harga jarak P
17. Tekanan Permukaan yang Dijinkan Sebanding Dengan Tegangan Geser ijin Harga tekan permukaan bahan yang
dijinkan haras sebanding dengan tegangan geser ijin dari bahan mur dan baut, karena jika harga tersebut tidak
sebanding, maka akan menimbulkan kecelakaan dalam penggunaan sambungan, sehingga lebih baik nilai tekanan
18. Tegangan Geser Akar Ulir Sebanding Dengan Tegangan Geser Ijin
Harga tegangan geser akar ulir haras sebanding dengan tegangan geser ijin untuk menghidari hal-hal yang tidak
Penentuan bahan baut bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari bahan yang akan dijepitnya, sehingga bila
penggunaan bahan baut baik akan mempengaruhi kekuatan dari komponen yang dijepitnya.
Dalam penentuan bahan mur sebaiknya memilih bahan yang mempunyai kekuatan tinggi karena mur berfungsi
sebagai tahan dari beban yang bekerja, jadi mur adalah kekuatan utama dalam menahan beban yang terjadi pada
sambungan ulir.
Setelah semua proses pehitungan diatas selesai, maka akan diketahuinya harga diameter nominal ulir yang sesuai
dengan rencana pembebanan pada sambungan ulir, sehingga dapat menghasilkan keamanan yang terjamin dan teruji.
Penggunaan tinggi rendahnya mur dapat diketahui melalui proses perhitungan diatas, sehingga penggunaan mur sesuai
dengan kebutuhannya. Selain itu, penggunaan tinggi rendah mur atau tebal tipisnya mur dapat digolongkan
23. Selesai
Diagram alir proses perhitungan sambungan las pada pesawat paratrike dapat dilihat pada gambar 3.12 di bawah
ini.
120
121
122
Pada proses perancangan frame pesawat paratrike terdapat sambungan las, adapun langkah-langkah merancang
sambungan las antara lain:
1. Mulai
Mulai adalah tahap awal berjalannya suatu proses perhitungan sambungan las.
Untuk menentukan kampuh las terlebih dahulu mengetahui bidang yang akan disambung, jika berbentuk pipa
maka kampuh las yang digunakan adalah las fillet melingkar atau titik sesuai dengan kebutuhan.
3. Menghitung Beban
Proses menghitung beban adalah proses menjumlahkan seluruh beban yang bekerja pada suatu titik. Sehingga
dapat digunakan untuk menghitung luas leher las atau tegangan dan regangan serta perhitungan lainnya.
Tegangan tarik terjadi karena adanya dua buah gaya yang bekerja dan berlawanan arah, sehingga
mengakibatkan perubahan bentuk. Jadi menghitung tegangan tarik penting perannya yaitu untuk dapat
mengetahui batas gaya tarik maksimum yang mampu diterima oleh benda tersebut, sehingga tidak terjadinya
patah (fatiq).
Tegangan geser terjadi karena adanya dua buah gaya yang bekerja dan berlawanan arah, sehingga
mengakibatkan torsi. Jadi menghitung tegangan geser penting perannya yaitu untuk dapat mengetahui batas
tegangan maksimum dari suatu material yang diakibatkan oleh puntiran, sehingga tidak terjadinya patah
(fatiq).
Menghitung las fillet dikenai bending (lenturan) bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai terbesar yang
mampu diterima oleh sambungan las fillet melingkar, bila dikenai momen bending.
Momen puntir mempunyai luas DA pada jarak r dari center of gravity terjadi diakibatkan oleh dua buah
gaya yang bekerja dan berlawanan arah, sehingga mengakibatkan torsi. Tujuan dari perhitungan momen
puntir adalah untuk mengetahui besar gaya momen puntir total seluruh luas las, menentukan tegangan geser
123
Jika sambungan las yang dirancang dapat dikatakan aman maka lanjut ke tahap berikutnya, jika tidak maka
Mesin las yang digunakan adalah mesin las tangsten inert gas (TIG). Mengingat bahwa aluminium sulit untuk
disambung dengan menggunakan mesin las busur listrik maka pilihan las TIG lah yang tepat untuk proses
10. Selesai
Diagram alir proses perhitungan dan pemilihan pegas pada pesawat paratrike dapat dilihat pada
gambar 3.13 di bawah ini.
124
125
1
SELESAI
Pada proses perancangan frame pesawat paratrike terdapat suatu pegas, adapun langkah-langkah merancang dan
memilih pegas antara lain:
1. Mulai
3. Tahap awal dalam perancangan pegas adalah menentukan Letak dan Besar Beban. Hal ini bertujuan untuk
Indeks pegas didapat melalui pembagian antara D dan d dimana D adalah diameter lilitan pegas, sedangkan d
adalah diameter kawat pegas. Tujuan perhitungan ini adalah untuk mempermudah menghitung faktor
tegangan wahl, karena pada perhitungan tersebut memerlukan harga dari indeks pegas.
Tujuan dari menghitung diameter kawat adalah untuk dapat menentukan diameter kawat pegas yang akan
K disebut faktor tegangan dari wahl, yang merupakan fungsi dari indeks pegas (c).
Penentuan perencanaan pembebanan adalah dengan menjumlahkan seluruh beban yang terdapat pada
paratrike meliputi beban pilot beban frame, mesin, dan propeller. Sehingga didapatnya beban maksimal
Jika tegangan geser sebanding dengan tegangan geser ijin, maka dapat melanjutkan proses berikutnya, jika
Menghitung jumlah lilitan adalah faktor yang mempengaruhi besar kecilnya diameter kawat, semakin banyak
jumlah lilitan maka semakin kecil diameter kawat pegas demikian juga sebaliknya, semakin sedikit jumlah
127
lilitan maka semakin besar diameter kawat pegas. Jadi menghitung jumlah lilitan yang akan digunakan harus
Lendutan awal merupakan lendutan yang diakibatkan oleh pembebanan awal, sehingga pegas mengalami
perubahan panjang pada lilitan pegas yang terpasang. Namun pada lendutan awal biasanya hanya mengalami
Lendutan efektif adalah lendutan yang mampu diterima oleh pegas dengan baik.
Lendutan total adalah lendutan maksimal yang mampu ditahan oleh pegas, biasanya lendutan total ini terjadi
Tinggi mampat adalah jarak antara ulir pegas atas dan bawah yang dimampatkan hingga padat, maka panjang
Jika lendutan total sebanding dengan tinggi mampat pegas maka perancangan pegas tersebut memenuhi
kriteria aman, jika tidak maka kembali ke proses menghitung lendutan total.
Jika semua proses diatas sudah terpenuhi maka diameter dan lendutan pegas dapat dikategorikan baik.
Cara pemilihan pegas dilapangan adalah dengan menyesuaikan hasil perhitungan pegas atau yang mendekati
hasil perhitungan pegas, sehingga pada saat pemilihan pegas yang ada dilapangan tidak mengalami kesulitan
17. Selesai
Berdasarkan hasil evaluasi desain di lapangan ditemukan beberapa permasalahan yaitu gandar roda mengalami patah
pada saat mendarat karena beban kejut yang berlebihan, Kontruksi frame paratrike sederhana, frame paratrike tidak
dilengkapi dengan sistim peredam kejut yang baik, bahan yang digunakan untuk membuat frame paratrike stainless steel,
harga satu unit paratrike cukup mahal dan belum banyak tersedia komponen-komponen buatan dalam negeri sehingga,
paratrike belum berkembang secara luar di Indonesia. Hal ini, disebabkan oleh belum banyak orang yang mencoba untuk
melakukan riset tentang hal tersebut. Maka dari itu, perlu dilakukan merancangan dan memodifikasi ulang frame pesawat
4.2. Paratrike
Paratrike adalah suatu alat bantu olahraga dirgantara yang ringkas dan terdiri dari beberapa komponen pendukung
antara lain: frame, mesin, propeller, dan parasut sebagai alat bantu take off. Paratrike dirancang untuk memenuhi kebutuhan
penerbang yang mengalami cidera fisik, serta sudah tidak mampu lagi menggunakan paramotor (foot launch). Sedangkan
paratrike tidak jauh berbeda dengan paramotor perbedaannya hanya pada rangka. Desain perancangan frame pesawat
128
129
Adapun perhitungan perhitungan yang menyertai dalam perancangan frame pesawat paratrike ini antara lain yaitu
perhitungan gandar, perhitungan dan pemilihan bantalan, perhitungan dan pemilihan sambungan ulir, perhitungan dan pemilihan
sambungan las, perhitungan dan pemilihan pegas. Berdasarkan uraian diatas, tiap bagian akan dijelaskan secara detail dalam
pada frame pesawat paratrike. Selain itu, perancangan gandar dapat digunakan untuk mengetahui aksi dan reaksi gaya pada
mekanisme tersebut. Gandar diasumsikan untuk meneruskan gaya statis, dengan melihat sistem kerjanya diketahui bahwa gandar
hanya digunakan untuk mekanisme penerus gaya yang cenderung diam tidak menghantarkan putaran, sehingga gandar tidak
menerima momen puntir. Adapun perhitungan gandar yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
dianggap sebesar 100 km/jam, panjang velg roda adalah l = 126 mm, tebal bibir velg = 8 dan tebal jalur adalah 16,
sedangkan bahan gandar terbuat dari Fe-490 dan mempunyai tegangan sebesar 120 MPa. Gambar 4.2 berikut ini,
menunjukkan skema dari beberapa ukuran serta gaya yang bekerja pada gandar roda depan paratrike, berdasarkan data
Berdasarkan gambar 4.2.a didapatkan ukuran-ukuran serta gaya pada gandar roda sebagai berikut:
(mm)
tromol roda, data yang didapat dari pengukuran adalah 100 mm, sehingga dengan adanya bantalan pada gandar, maka
besar gaya yang terdistribusi menjadi lebih kecil. Proses penempatan bantalan dapat dilihat pada gambar 4.2.b di bawah
ini.
131
2. Menghitung Beban
Adapun cara untuk menghitung beban yang terdapat pada frame paratrike yaitu dengan menjumlahkan seluruh
beban frame paratrike antara lain: beban frame paratrike adalah 450 N, beban mesin adalah 150 N, dan berat
badan pilot yang diasumsikan rata-rata sebesar 60 kg, sehingga beban total frame paratrike adalah 1030 N.
Berdasarkan
perkiraan beban yang bekerja pada paratrike, maka hasil perhitungan diameter gandar sesuai dengan
kebutuhannya.
tinggi serta eleastis, sehingga bila terjadi benturan baraturan maupun tiba-tiba masih dapat diterima oleh gandar.
Akan tetapi, tidak boleh melebihi batas kritis dari material gandar. Pemilihan bahan gandar yang dipilih pada
sudah didesain sebelumnya, seperti terlihat pada gambar 4.3 berikut ini :
132
Berdasarkan gambar 4.3, maka diagram benda bebas gandar roda belakang dapat digambarkan sebagai berikut :
190
T+I Fy = 0
R + RB = F1— F2 S i n 4 5 ° = 0 RA + R
A B = 12 00
N — ( 1200 N S i n4 5 ° )
RA + RB = 351.48 N
F2 10
A ------------S
40
O
100
F1h
133
R
FI RB
A
Gambar 4.5. Diagram benda bebas gandar roda belakang dengan arah gaya vertikal.
EFh=0 E M = 0
E M0= 0
Berikut ini adalah perhitungan momen pada gandar roda belakang paratrike E M0 = 0
= 1081.88 N
= (- 48000) + 50 RA + 180000 - 150 x RA =10 x R +120000 -100 x R 13200 - 12000 = (-90 x RA) + 100 x RA
A A
Besar gaya F1v dapat dicari dengan menggunakan perhitungan seperti dibawah ini:
50 RA + 180000-150 RA
F1
*- 1200 -(JW)+ — --------------------------------------------------------------- s i n 4 5
_ 10 RA + 120000- 100 RA ^40
= 300 N
1500 N
F2 = = 1060.5 N
sin
45'
135
EM = 0
= 200 N x 50 mm = 10000
N.mm
IFV = 0
Ah = ^RA p2 + R B h2
R
= VWTT200 2 = 1204 N
136
I MB = 0
+ RA x10
= 12000 N I Mc = 0
Berdasarkan persamaan 2.20, besar momen lentur pada gandar adalah sebagai berikut :
130 mm-100 mm
= ------------------ - ------------ X 1200 N = 9000 (N.mm)
Harga momen lentur yang didapatkan dari perhitungan diatas adalah sebesar 9000 N . mm.
Besar harga momen tumpuan pada gandar roda karena gaya vertikal tambahan, dapat dicari dengan
Dengan :
a = 20 mm / = 1 0 0 mm
137
Sehingga, untuk mengetahui harga beban horizontal dapat diselesaikan dengan persamaan 2.22 seperti di bawah
ini.
Beban horizontal pada bantalan dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.23 seperti terlihat pada
Qo = 360 x 1 5 0 = 1 8 0 = 3 0 0 N
Beban horizontal pada gandar roda depan dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.24 seperti di bawah
ini.
Besar momen lentur pada naf tumpuan roda dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.25 seperti terlihat
N.m
7. Menghitung Diameter Gandar
Setelah semua perhitungan diatas selesai dihitung, maka proses perhitungan diameter gandar dapat diselesaikan
= 11 mm
Berdasarkan harga pada tabel spesifikasi bantalan pada lampiran 1, didapatkan harga diameter minimum gandar
_ 1030 N T i x
(dsf
_ 1030N
% x (15.25 mm)2
= 21.5 N/mm2
Berdasarkan perhitungan besar tegangan geser yang didapat adalah sebesar 21.5 N/mm2.
139
Pada saat proses menghitung tegangan lentur dapat digunakannya persamaan 2.19 seperti terlihat pada perhitungan
dibawah ini.
Mb
— X15.25 3
32
= 538.40 N/mm2
Sedangkan untuk harga tegangan geser ijin haras lebih kecil dari pada tegangan geser maksimal. Maka, untuk
Besar tegangan geser ijin yang terdapat pada gandar roda paratrike dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.13
a
_ b
T“_ (SA x sf2)
_ 538.40
%a
~ (5.6 x 1.3)
=73.96 N/mm2
Harga tegangan geser ijin pada gandar Fe-490 yang didapat dari perhitungan adalah sebesar .
140
Pada saat proses perhitungan tegangan geser maksimal ijin dapat digunakan persamaan 2.15, serta dibutuhkan
beberapa harga-harga berikut ini : harga faktor koreksi momen lentur (Km) = 2.3, momen (M) = 54 000 000 N.mm, faktor
koreksi momen puntir (Kt) = 3, serta torsi (T) = 6.8. Data tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan perhitungan
= 56.32 N/mm2
2
Harga tegangan geser maksimal ijin yang didapat dari perhitungan adalah sebesar 56.3 2 N /mm
Harga tegangan geser maksimum harus kurang dari tegangan geser ijin, sehingga untuk membandingkan kedua harga
Berdasarkan hasil perhitungan harga tegangan geser maksimal lebih kecil dibandingkan dengan hasil perhitungan
tegangan geser ijin, maka harga diameter gandar telah memenuhi persyaratan dalam penentuan diameter gandar yang baik.
14. Diameter Dan Bahan Gandar Baik
Berdasarkan perhitungan diameter gandar diatas, dimensi gandar yang diperoleh adalah 15.25 mm, untuk beban
maksimum 1030 N dengan bahan baja Fe - 490. Simulasi pembebanan pada Software Autodesk Inventor dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas produk. Pada saat proses manufaktur perlu dilakukannya beberapa
proses antara lain: bubut, bor, snei, dan polish menggunakan KIT metal polish dan Autosol, untuk melindungi
permukaan gandar supaya tidak berkarat. Berikut ini adalah hasil simulasi pembebanan pada gandar roda menggunakan
Software Autodesk Inventor 2016, seperti terlihat pada gambar 4.7 di bawah ini.
141
Berdasarkan hasil simulasi pembebanan pada gandar mengunakan Software Autodesk Inventor
2016, menyatakan bahwa gandar roda pesawat paratrike baik dan dapat digunakan dengan beban 1030 N,
Adapun hasil simulasi pembebanan menggunakan Software Autodesk Inventor 2016 berupa gambar
safety faktor bahan gandar dapat dilihat pada gambar 4.9 Di bawah ini.
142
Pada perancangan frame pesawat paratrike ini, bantalan berfungsi sebagai tumpuan dari setiap roda yang
dipasang pada gandar dengan jarak tertentu, biasanya pemasangan bantalan menyesuaikan dengan dimensi velg yang
digunakan. Jenis bantalan yang digunakan pada perancangan ini adalah bantalan gelinding.
yang didapat dari pengukuran adalah 100 mm, sehingga dengan adanya bantalan pada gandar besar gaya yang
terdistribusi menjadi lebih kecil. Proses penempatan bantalan dapat dilihat pada gambar 4.10.a, sedangkan dimensi
bantalan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4.10.b di bawah ini.
Dimensi bantalan yang digunakan pada gandar dapat dilihat pada gambar 4.10.b berikut ini :
143
bantalan yang terletak pada sisi kanan dan kiri tromol. Berdasarkan data dari lampiran 1, maka dipilih bantalan dengan
(B) 12 mm, kapasitas nominal dinamik spesifik (C) 11400 N / 9,81 m/s2 = 1162,08 kg, kapasitas nominal statis
spesifik (C0) 5450 N / 9.81 m/s2 = 555.56 kg, (V) 1, (X) 0.56, (Fa = 0) dan (Y= 0). Maka beban radial ekivalen dapat
P = (X x V x Fr ) + (Y x Fa)
Dimana nilai RA dan RB didapat dari perhitungan reaksi tumpuan pada gandar adalah besar gaya R A = 282 N,
dan besar gaya RB 306.20 N, maka perhitungan beban radial ekivalen dapat dituliskan sebagai berikut :
Fr = RA + RB
Fr = 301.6 N + 587.84 N
F = 889.44 N
144
Diketahui percepatan grafitasi bumi adalah 9.81 m/s maka, beban radial ekivalen dapat dihitung menggunakan
_ 889.44 N
Fr
= 9,8 1 m/ s2
F = 90.67 kg
4. Faktor Kecepatan
Jika c (kg) beban nominal dinamis spesifik dan Fr (kg) beban ekivalen dinamis, maka harga faktor
kecepatan (Fn) pada bantalan radial dapat dicari menggunakan persamaan 2.27 berikut ini :
fn = 0, 382 * 0,4
145
5. Faktor Umur
Berdasarkan tabel spesifikasi bantalan pada lampiran 1, harga kapasitas nominal dinamik spesifik (C)
adalah 1162.08 (kg), sedang dari perhitungan diatas harga beban radial ekivalen adalah 114.97 kg. Maka, untuk
menghitung faktor umur dapat digunakan persamaan 2.28, seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.
fh = fn C~
1162,08 Kg
fh 0.4 x
50.78 Kg
fh = 9-16
6. Umur Nominal
Perhitungan umur nominal digunakan untuk mengetahui berapa lama ketahan bantalan mempertahankan kualitas
kinerjanya, dan dapat dihitung dengan memasukkan harga dari konstanta persamaan yaitu 500 dan dikalikan dengan faktor
7. Keandalam Umur
Diketahui bahwa faktor keandalan ( a x) didapat 1, faktor bahan ( a 2) 1, baja yang cair secara terbuka ( a2 ) 1,
dan faktor kerja ( a 3) 1, maka keandalan umur dapat dihitung dengan persamaan 2.30 di bawah ini :
ln = a1 x a2 x a 3 x Ih
ln=1 x 1 x 1 x 384287.65 jam
alur ulir jenis ini banyak digunakan pada kontruksi kendaraan bermotor, selain itu ulir jenis ini mempunyai kepastian
pengkatan yang tinggi. Seperti terlihat pada gambar 4.12 berikut ini.
146
silinder. Sambungan ulir sebagian besar terdiri dari dua elemen yaitu baut (bolt) dan mur (nut). Sambungan ulir banyak
digunakan dimana bagian mesin dibutuhkan dengan mudah disambung dan dilepas kembali tanpa merusak mesin. Hal ini
dilakukan dengan maksud untuk mempermudah pada saat menyetel, merakit (assembly) dan perbaikan, serta perawatan
dan besar gaya yang terdistribusi adalah sebesar 1030 N, baut tersebut menerima gaya aksial karena arah gaya tegak lurus
3
terhadap sumbu baut dan pipa yang dijepinya. Ilustrasi peletakan beban dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut ini:
4. Menghitung Beban
Proses menghitung beban adalah proses menjumlahkan seluruh beban yang diperkirakan akan bekerja pada suatu
kontruksi frame pesawat paratrike, dengan upaya ini dapat mengetahui seberapa besar dimensi mur dan baut yang akan
digunakan pada kontruksi frame pesawat paratrike. Adapun beban utama yang diketahui dari kontruksi frame pesawat
paratrike yaitu beban pilot yang diasumsikan rata-rata adalah 65 kg, berat mesin adalah 15 kg, berat frame pesawat
paratrike adalah 45 kg, jadi berat keseluruhan pesawat paratrike adalah 120 kg.
Proses perhitungan dan pemilihan mur dan baut yang terdapat pada frame pesawat paratrike mendapat variasi
pembebanan mulai dari (0-150Kg) tebal pipa aluminium yang dijepit adalah 32 mm. Pengetatan mur akan dilakukan dengan
tangan (manual). Maka perhitungan baut dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan berikut ini.
50
mm
148
Berdasarkan perkiraan pada beban yang bekerja pada kontruksi frame paratrike adalah sebesar 0- 150 kg, maka
64 N/mm2
Proses pengambilan titik kerja adalah 3/4, dari daftar diameter nominal, diambil beban aksial dinamis yaitu 100-150
kg, dengan menggunakan persamaan 2.71, maka untuk golongan 8G pada tabel 2.11 yang diperoleh adalah M 10 - M 12.
|2 x W
d=I
149
J
2 x 1200JV
2
80 N /mm
= 5.478 mm
1=32 mm + 10 mm + 3 mm (tambahan) = 45 mm b = 30 mm
sedangkan, panjang baut yang tak berulir adalah sebagai berikut : li = 45-30 = 15 mm
Sedangkan, untuk menghitung panjang baut yang berulir dapat digunakan pengurangan antara panjang baut dengan
panjang plat yang dijepit seperti terlihat pada perhitungan berikut ini :
Z2 = 3 2 - 1 5 = 12 mm
Proses menghitung luas diameter baut M8 dan M10 dapat digunakan persamaan 2.73, untuk baut M12 adalah sebagai
berikut.
1 1 /1 5 i 1 5 mm 1 2 m m ) = 0 .3 1 5 X 1
-- = X ( ----2 + 0'
c b 2 .1 x1 0 4’ VJ t t.t m m 80.2 mm' cb = 1.3 5 x 1
c b 2.1 xio Vl 1 3 . 1
04 N/mm
Menghitung Konstanta pegas benda yang dijepit cp dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 2.75
sebagai berikut.
2.1 1(T [j X ^ S-
2
1 3 :
C„ = ----------- x N/mm
V 32
Untuk mengetahui gaya luar P = Ps - Pb, dapat digambarkan dengan garis tegak lurus dan kedua ujungnya di
garis titik-titik. Jika notasi yang digunakan seperti pada gambar 4.14 di bawah ini adalah
Gambar 4.14. Hubungan antara gaya yang bekerja pada ulir dan resultan
teperpanjangan
dan penipisan
3 (perpendekan),
-=0 .1 9 -0 .2
0=-x (Sularso dan
Suga 1997).
Berdasarkan persamaan 2.82, faktor pertambahan beban aksial baut adalah sebagai berikut :
1.35
4 1.35 + 5.52
Maka, kekasaran pe
151
a = 1.4 l = 1.6
Setiap distribusi gaya jepit haru s di koreksi dengan faktor p engetatan a dari tabel 2.12, sehingga gaya jepit dapat
dihitung menggunakan persamaan 2.85 seperti terlihat pada perhitungan bawah ini.
Dengan menggunakan harga batas mulur ay kg/mm , perlu diperiksa apakah Pmax memenuhi persamaan 2.86 sebagai
berikut.
Pmax = Oy X Ak = 64 x 50 = 3200 kg
Sehingga, untuk harga ay harus lebih besar dari harga P0 seperti terlihat pada perbandingan harga ay dengan P0
dibawah ini.
152
3200 kg >286.72 kg
Dari hasil perhitungan harga ay lebih besar dari harga P0, sehingga gaya yang terdistribusi oleh baut dapat dikatakan
0 P2X
®am
0. 19 120
----------- = 0 . 1 4 3 kg.mm2
--------- x
5
2 80.2
Ulir yang dirol 8G pada baut ukuran M10 - M16, mempunyai batas kelelahan ulir adalah <ry = 5 kg/mm
Maka 0.19 < 5 kg/mm , Diambil M 10 dengan b = 32 mm, maka untuk harga ps dapat dicari dengan menggunakan
318.72 N
0.44 (kg/mm2 ) ~ 0.5 kg/mm2
Dengan mengambil bahan yang terbuat dari SS 50 atau SS 70, didapatkan tekanan pada dudukan adalah 50 kg/mm 2 .
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diameter nominal ulir dari golongan 8G dapat memenuhi persyaratan aman
untuk digunakan, maka 0.5 kg/mm adalah sangat aman. Hasil = 8G M 12 b = 32 dudukan kasar, ulir rol.
Berdasarkan hasil simulasi Software Autodesk Inventor 2016 untuk komponen sambungan ulir (baut),
perhitungan manual yang menyatakan sambungan ulir tersebut aman untuk digunakan dengan beban 1200 N seperti
Nodes: 1252
Elements :700
Type: X Displacement
Unit: mm 9/28/2016, 10:21:38 PM =3 0,00133 Max
0.001107
Max: 0.001384 mm
maksimal yang diasumsikan adalah 160 Kg seperti terlihat pada gambar 4.16 dibawah ini. baut dan mur terbuat dari bahan
Berdasarkan perkiraan beban yang akan bekerja pada sambungan ulir (MUR) adalah sebagai berikut ;
F c = F aktor korek si 1 . 2
kontruksi frame pesawat paratrike, dengan upaya ini dapat mengetahui seberapa besar dimensi mur dan baut yang akan
digunakan pada kontruksi frame pesawat paratrike. Adapun beban utama yang diketahui dari kontruksi frame pesawat
paratrike yaitu beban pilot yang diasumsikan rata-rata adalah 65 kg, berat mesin adalah 15 kg, berat frame pesawat
paratrike adalah 45 kg, jadi berat keseluruhan pesawat paratrike adalah 120 kg.
155
Berdasarkan harga dari tabel 2.14 bahan baut terbuat dari SS A2-70 dengan kadar C = 1.0 % . seperti terlihat pada
Gambar 4.17. Mur dan baut dengan bahan stainless stell A2-70.
Maka, untuk batas-batas harga tegangan dan regangan bahan mur baut dari stainless stell A2-70 adalah sebagai
berikut.
Sf = S afety faktor 7
_ I 4 x 1 9 2 kg
1
^ Jnx6
156
dt = 6.39 mm
4. Pemilihan Ulir
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dipilih ulir metris kasar untuk M10 dan M12
Sedangkan untuk spesifikasi mur M12 berdasarkan harga dari tabel 2.5 adalah sebagai berikut:
Diketahui harga-harga tegangan dan regangan dari bahan baut terbuat dari St A2-70 dengan kadar C = 1.0 %
Berdasarka data dari tabel standar ulir metrik didapatkan harga-harga sebagai berikut :
D = Diameter luar 10 mm
192 kg.mm
Z—
TT X9.026 mm xO.812 mm x3 z = 2.77 * 3
Berdasarkan persamaan 2.63, maka tinggi mur M10 adalah sebagai berikut : H ≥ 3 x 1.5 = 4.5 mm Sedangkan tinggi
untuk menghitung banyaknya jumlah ulir pada mur M 10 adalah sebagai berikut :
' 8.376 mm
Z — --------- — -------- = 5.58 mm
Pada kontruksi frame pesawat paratrike terdapat sambungan baut, dimana pada sambungan baut tersebut
menimbulkan tegangan geser pada luas bidang silinder ( dimana k . p adalah tebal akar ulir luar. Untuk
mengetahui
besar pergeseran pada baut M10 dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini menggunakan persamaan 2.65.
_ 192 kg
Tb
7 1 x 8.376 mm x 0.84 x 1 . 5 x 5 58 mm
T b = 1.03 kg/mm2
Sedangkan, untuk mengetahui besar pergeseran baut M12 dapat dilihat pada perhitungan berikut ini.
158
_ 192 kg
Tb
71 xio.106 mm x 0.84 xi.75x5.77mm
Persamaan 2.66, dapat digunakan untuk mencari harga tegangan geser pada ulir luar M10 yang dinyatakan dengan
_ 192 kg
T
” 71 x 8.376 mm x 0.75 x 1.5 x 5.58 mm
Sedangkan, untuk mengetahui tegangan geser pada ulir luar M12 yang dinyatakan dengan j x p adalah
sebagai berikut :
_ 192 kg
71
71 x 10.106 mm x 0.75 x 1.75 x 5.77 mm
Tn = 0.67 kg/mm2
Harga diatas dapat diterima karena masing-masing harga lebih rendah dari 3.0 kg/mm2
Bahan baut dan mur terbuat dari SS A2-70 dengan kadar C = 1,0 %, maka ukuran mur dan baut yang didapatkan
dari perhitungan adalah M10 dan M12 sebagai pertimbangan keamanaan. Dari perhitungan Tinggi mur M10 yang didapat
adalah 8.376 mm, sedangkan untuk untuk M12 tinggi mur yang didapat adalah 10.106 mm.
4.7.Sambungan Las
Pada perancangan frame pesawat paratrike terdapat beberapa titik sambungan las fillet melingkar seperti
ditunjukkan pada gambar 4.16 dibawah ini. Untuk mengetahui ukuran kampuh las dan besar gaya yang bekerja pada frame
pesawat paratrike dapat dilihat pada pehitungan-perhitungan diberikut ini, hal ini dilakukan untuk mendapatkan kekuatan
Perhitungan sambungan las dirancang guna untuk mengetahui harga- harga gaya dan ukuran minimum
lasan, karena jika tidak dilakukan perhitungan secara manual terlebih dahulu, maka pada proses simulasi
menggunakan Software Autodesk Inventor 2016 tidak didapatkan hasil yang maksimal, karena belum
diketahuinya ukuran-ukuran kampuh las maupun harga gaya yang bekerja pada kontruksi frame pesawat paratrike.
Maka dari itu perlu dilakukannya perhitungan secara manual terlebih dahulu. Harga- harga gaya, tegangan dan
regangan serta ukuran-ukuran lasan dapat dilihat pada hasil perhitungan di bawah ini.
Proses menentukan kampuh lasan yaitu dengan melihat media yang akan dilas. Jika berbentuk pipa atau
silinder, maka jenis kampuh las yang cocok untuk digunakan adalah kampuh las fillet melingkar untuk mendapatkan
hasil kekuatan lasan yang maksimal. Sehingga, pada perancangan frame paratrike jenis kampuh las yang dipilih
adalah las fillet melingkar, karena bahan frame terbuat dari pipa.
2. Menghitung Beban
Proses menghitung beban yang diasumsikan dalam perancangan frame pesawat paratrike adalah dengan
menjumlahkan seluruh beban yang direncanakan akan bekerja pada sambungan las atau kontruksi frame pesawat
paratrike. Adapun beban total yang direncanakan adalah berat frame pesawat paratrike adalah 35 kg, beban pilot
160
diasumsikan rata-rata 65 kg, serta berat mesin beserta komponen pendukungnya adalah 15 kg, dan beban pelindung,
jadi berat total dari frame pesawat paratrike adalah 120 kg.
Menghitung ketebalan lasan bertujuan untuk mengetahui tebal dari lasan yang dilambangkan dengan (t). hasil
dari perhitungan dapat dijadikan acuan input data pada proses desain sambungan las frame pesawat paratrike, dan
proses pengerjaan pengelasan oleh juru las dilapangan. Skema ketebalan leher las dapat dilihat pada gambar 4.19
berikut ini.
Berdasarkan gambar 4.17, maka ketebalan kampuh lasan dapat dihitung menggunakan persamaan 2.31 sebagai
berikut :
t=s
= 0.707 x 8 =
5.656 mm
Berdasarkan gambar 4.18 dan persamaan 2.32, maka untuk perhitungan luas leher las pada seitap ukuran
pipa yang digunakan pada kontruksi frame pesawat paratrike dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini ini.
n x 1 9 2 = 4535.08 mm
Luas pipa ukuran 32 mm adalah sebagai berikut :
A=tl
n x 1 6 2 = 3216.02 mm
Sedangkan, luas kampuh las pada pipa ukuran 25 mm adalah sebagai berikut : A = t l
= 1962.9 mm
Dari hasil perhitungan, luas sambungan las pada setiap ukuran pipa yang digunakan pada frame paratrike
adalah sebagai berikut: pipa diameter 38 mm = 4535.08 mm, serta pipa diameter 32 mm = 3216.02 mm, dan pipa diameter
Berdasarkan persamaan 2.33.a, harga kekuatan tarik las double fillet dapat dituliskan sebagai berikut :
87778.1 N, sedangkan harga tegangan lentur dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan 2.41 seperti terlihat
M=pe
M = 600 N x 250 mm
= 1500000 N.mm
Berdasarkan persamaan 2.42, perhitungan tegangan lentur pada lasan dapat dituliskan sebagai berikut.
4 xM_ 5.66 xM
nx sin 45° x s x j 7t x s i n 4 5 ° s x T i X d
mm x TT X 38
= 400.24 N/mm2
Harga kekuatan tarik pada sambungan las dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.38, seperti terlihat
O = Cb + - V ( Ob) 2+4 x T2
= 600.38 N/mm2
163
Besar tegangan tarik pada sambungan las yang didapat dari perhitungan adalah 600.38 N/mm2
Pada sambungan las frame pesawat paratrike, besar tegangan yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut. Sedangkan harga F = 1030 N, d = 38 mm, dan tebal kampuh las 8 mm, serta sudut kampuh
las 45o, sehingga perhitungan tegangan dapat dituliskan berdasarkan persamaan 2.39 sebagai berikut.
1030 N
=
= 1.5 N/mm2
Dari perhitungan diatas besar tegangan yang terdapat pada las adalah sebesar 1.5 N/mm2
9. Sambungan Las Aman
Berdasarkan perhitungan secara manual, desainer ingin membuktikan bahwa hasil dari perhitungan diatas dapat
dikategorikan aman atau tidak, dengan melakukan simulasi pembebanan menggunakan Software Autodesk Inventor
2016 sebagai acuan dari perancangannya, hasil simulasi pembebanan pada sambungan las frame paratrike
menggunakan Software Autodesk Inventor 2016 dapat dilihat pada gambar 4.21 dibawah ini.
164
Gambar 4.21. Hasil simulasi pembebanan pada frame utama paratrike (displacement).
Sedangkan, untuk hasil Simulasi pembebanan pada assembly frame Pesawat paratrike dapat dilihat pada
Gambar 4.22. Hasil simulasi pembebanan pada assembly frame paratrike (displacement).
Berdasarkan gambar Gambar 4.21 dan gambar 4.22, desainer dapat menarik kesimpulan bahwa kontruksi frame
pesawat paratrike tersebut aman digunakan dan semua komponen pendukung frame dapat berfungsi dengan baik.
165
Mengingat bahwa aluminium sulit untuk dilas dengan mesin las busur listrik dan las gas acetylene, maka desainer
memutuskan pada proses pengelasan dilapangan menggunakan las tangsten inert gas (TIG) dan (MIG) untuk mencapai
hasil yang maksimal. Jenis mesin las tersebut juga direkomendasikan oleh inspektur-inspektur las dilapangan, serta
direkomendasikan oleh PPSDM migas. Sehingga desainer memutuskan wajib untuk menggunakan mesin las TIG atau MIG
untuk meningkatkan angka keselamatan yang jauh lebih baik. Elektroda las :
2
ER1060, Diameter kawat 1.5 mm, atau 2.0 mm Kekuatan tarik 65 N/mm dengan arus 200 A - 250 A. Data spesifikasi
Sebuah pegas ulir tekan haras dapat menerima beban sebesar 1200 N bila pegas tersebut memiliki jumlah lilitan 8
dengan indeks pegas 6 serta bahan baja pegas memiliki modulus geser sebesar 83 (GPa) dengan tegangan geser ijin 300
MPa, Maka harga diameter kawat dan diameter lilitan yang diperlukan, serta konstanta pegas dapat diselesaikan sebagai
berikut.
mendapatkan keamanan dan keakuratan dalam proses perancangan dan pemilihan pegas nantinya. Sehingga perlu dilakukan
penyelesaian permasalahan menghitung diameter kawat pegas seperti pada perhitungan berikut ini.
167
X Kw x F x X
J8 —
C
nxz
8 x 0.912 x 1200 N x 6
7i x 300 MPa
= 7,499 mm » 7,5 mm
Pada proses menghitung diameter minimum kawat diperlukkan harga dari faktor te gangan w ahl’, b eri kut i ni ad
Faktor te gang an wahl’ m erup akan fung s i i n d ek s d ari p ega s ( c) , s ep erti terlihat pada persamaan 2.103
berikut ini.
_ 4 (6) - 1 0.6 1 5
4 C - 1 0.615
Kw = ■
4 C + 4+ C
=4 (6 ) + 4 6
= 0,92
4. Indeks Pegas
Indeks pegas merupakan rasio dari diameter pegas dan diameter kawat pegas yang memiliki persamaan seperti
dibawah ini. Persamaan tersebut digunakan untuk menggetahui diameter lilitan pegas dan kawat pegas. Maka indeks pegas
= 45/ 7.5 = 6
168
5. Diameter Pegas
Diameter pegas adalah diameter liliatan spiral pegas dan dapat dicari menggunakan persamaan 2.106 di bawah ini.
D = C xd
=6
= 45 mm
6. Konstanta Pegas
Konstanta pegas merupakan nilai kekakuan suatu bahan pegas. Dalam perancangan pegas penting perannya untuk
mengetahui nilai dari konstanta pegas karena hasil perhitungannya selalu dipakai untuk mencari solusi dari permasalahan-
permasalahan yang terkait. Maka dari itu konstanta pegas dapat dicari menggunakan persamaan 2.92 sebagai berikut.
K= dxG
8 x C3 x n
8 x (6)3 x8
= 29,05 N/mm
Lendutan awal merupakan defleksi ulir pegas pada saat diberikan awal pembebanan pada saat pemasangan ulir
pegas ke dalam dudukan penahannya. Adapun cara untuk mengetahui lendutan awal pegas yaitu dengan menggunakan
So = Hf - Hs
S0 = 23 mm - 19 mm = 4 mm
169
Karena harga lendutan awal lebih kecil dari harga lendutan yang diperbolehkan pada pegas ulir tekan ( shockbreaker),
Lendutan efektif merupakan defleksi ulir pegas yang efektif bila diberikan pembebanan dan diterima dengan baik.
Adapun cara untuk mengetahui lendutan awal pegas yaitu dengan menggunakan persamaan 2.108 berikut ini.
Hs = Ht + 8 = 23 + 4 = 27 mm
Tinggi mampat adalah pemampatan pegas hingga padat bila diberikan beban overload. Maka besar tinggi mampat
Hc = (n+ 1,5) d
= (8 mm + 1,5) x 7.5 mm
= 9,5 mm x 7,5 mm
= 71,25 mm
Berdasarkan perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa diameter pegas dan lendutan pegas dapat dikatakan
baik.
Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan data spesifikasi yang hampir mendekati dengan perhitungan pegas
yaitu shockbreaker merk DBS variasi ukuran 28 cm milik YAMAHA JUPITER Z. Seperti terlihata pada gambar 4.24
berikut ini.
170
Pegas tersebut harus dimodifikasi terlebih dahulu sebelum diaplikasikan pada pesawat paratrike yaitu dengan cara
penambahan pipa stainless stell ukuran 1 ” , Tebal 1,2 mm dan panjang 375 mm.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan materi dan perhitungan perancangan frame pesawat paratrike, diperoleh beberapa
1. Berdasarkan hasil perhitungan manual, didapatkan beberapa ukuran- ukuran dari desain frame pesawat
a. Diameter minimum gandar roda 11 mm. Penentuan diameter gandar yang dipakai pada frame pesawat
paratrike haras sesuai dengan bantalan sehingga didapatkan ukuran bantalan sebagai berikut:
bantalan 6302.
Adapun harga-harga yang didapat dari perhitungan bantalan antara lain beban radial ekivalen 50.78 kg,
dengan umur nominal penggunan adalah 384287.65 Jam « 4.4 tahun untuk pembebanan secara terus menerus.
i. Sambungan ulir
Dari hasil perhitungan secara manual ukuran mur dan baut yang mampu menahan beban sebesar
1030 N adalah M8 dan M10, ukuran- ukurannya dapat dilihat pada tabel 2.6. Jumlah ulir yang
direkomendasikan untuk pembebanan 1200 N adalah minimal 3 ulir dengan tinggi mur minimal 6 mm.
Berdasarkan hasil simulasi pembebanan pada baut dan mur menggunakan Software Autodesk Inventor
2016 dengan beban 10000 N mur dan baut mengalami displacement sebesar 0,00133 mm, bahan mur
171
172
a) Jenis kampuh lasan yang digunakan adalah las fillet melingkar (full)
b) Ketebalan leher lasan minimum adalah 5.656 mm dibuat 8 mm untuk mendapatkan hasil
maksimal.
d) Elektroda yang digunakan adalah elektroda las TIG/MIG seri ER1060 diameter kawat las 1.5
Sedangkan besar tegangan dan regangan serta gaya yang didapatkan dari perhitungan manual adalah
kekuatan tarik las double fillet pada rangka utama adalah 603.30 N/mm2, Tegangan lentur 400.24
c. Berdasarkan hasil dari perhitungan secara manual, diameter kawat pegas adalah 7,5 mm, lendutan total 8
mm, sedangkan lendutan efektif adalah 4 mm, dengan diameter lilitan pegas 30 mm. Dari data tersebut,
didapatkan ukuran pegas yang mendekati hasil perhitungan adalah pegas sepeda motor milik YAMAHA
2. Dari hasil simulasi pembebanan menggunakan Software Autodesk Inventor 2016, frame pesawat paratrike
tidak mengalami displacement. Dengan menggunakan acuan tersebut, maka hasil perancangan frame pesawat
5.2. Saran
1. Pada perancangan berikutnya diharapkan memakai bahan frame yang lebih ringan seperti carbon steel pipe
2. Diharapkan pada perancangan berikutnya merancang atau memodifikasi frame pesawat paratrike lipat supaya
3. Diharapkan pada perancangan berikutnya dapat merancang penjamin mur dan baut.
4. Sebaiknya pada crossbar dibuatkan pengait tali weebing dan dapat digeser-geser sesuai dengan bobot pilot
5. Sebaiknya setiap mur dan baut dibuatkan ring join pipa yang terbuat dari nilon atau bahan lainya untuk menjamin
6. Desain kursi paratrike alangkah baiknya bila dibuat berbentuk kapsul dan terbuat dari serangkaian pipa
aluminium.
7. Diharapkan pada perancangan berikutnya mampu merancang suspensi yang lebih ringan.
Daftar Pustaka
Achmad Zainuri. 2010. Diklat Bahan Ajar Elemen Mesin II. Universitas mataram. Mataram.
Pusat Paramotor - Pordirga MICROLIGHT. 2012. Standart Keamanan dan Kualifikasi Penerbang Paramotor - Pordirga
Sularso dan Suga, 1997. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Bahan Elemen Mesin. Jakarta: Pradnya Paramitha.