Anda di halaman 1dari 11

http://kedipankelinci.blogspot.com/2010/02/laporan-kasus-disentri-amoeba-dengan.

html
Laporan Kasus Disentri Amoeba dengan Blastokistosis
LabeL: Get A Project Di Pos_kan Oleh Kelinci Orange

Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja1. Sedangkan diare itu
sendiri didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam
satu hari, atau lebih praktis mendefinisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi tinja atau
konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya1,2. Di Indonesia
penyebab utama disentri adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni, Escherchia
coli danEntamoeba histolytica.1
Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit
usus Entamoeba histolytica3. Sedangkan blastokistosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh Blastocystis hominis4,5.
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengizinkan dapat berubah menjadi
patogen (membentuk koloni di dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan
disentri amoeba.3 Blastocystis hominis juga merupakan protozoa usus yang tergolong
Sporozoa, yang menyebabkan penyakit pada manusia (Zierdt, 1991). Parasit ini
menyebabkan blastokistosis.4
6
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5 tahun . Disentri
amoeba dapat ditularkan lewat feko-oral, baik secara langsung melalui tangan, maupun tidak
langsung melalui air minum atau makanan yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja
yang mengandung kista amoeba. Laju infeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat penampungan
anak cacat atau pengungsian dan di negara sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup
yang jelek. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain petogen dibanding di negara maju yang
beriklim sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein di samping perbedaan strain amoeba
memegang peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya cukup tinggi. Penularan
dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya: pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, vektor
lalat dan kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-anal pada homoseksual. Penyakit ini
cenderung endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemik sering terjadi lewat air minum yang
3
tercemar.
Blastokistosis tidak banyak diteliti, tetapi nampaknya terjadi di seluruh dunia. Originally
reported as being associated with diarrhea in the tropics and subtropics, more recent reports have
show that infections are common in residents of tropical, subtropical, and developing
countries.Awalnya dilaporkan dikaitkan dengan diare di daerah tropis dan subtropis, laporan yang
lebih baru telah menunjukkan bahwa infeksi blastokistosis umum di penduduk tropis, subtropis, dan di
negara-negara berkembang. Immigrants, refugees, and adopted children from developing countries
seem to have a higher incidence of infection than adults and children raised from birth in their new
community Kelompok sosial ekonomi yang rendah dengan standar kebersihan yang rendah
5
mempunyai prevalensi lebih tinggi. Remaja memiliki tingkat infeksi blastokistosis tertinggi.

Amubiasis kolon akut atau disentri amoeba (gejala kurang dari 1 bulan) mempunyai gejala
yang jelas yaitu sindrom disentri yang merupakan kumpulan gejala terdiri atas diare dengan tinja
4
yang berlendir dan berdarah serta tenesmus anus. Terdapat juga rasa tidak enak di perut dan mules.
Gejala klinis blastokistosis antara lain adalah diare, flatulens, kembung, anoreksia,
berat badan menurun, muntah, nausea, dan obstipasi. Blastokistosis juga dapat disertai
dengan demam.4
Metronidazol merupakan obat pilihan untuk disentri amoeba, karena efektif terhadap
bentuk histolitika dan bentuk kista. Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah dan
pusing. Untuk blastokistosis pengobatan yang dianjurkan juga menggunakan metronidazol.4

BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. KW
Umur : 8 tahun 10 bulan
Berat Badan : 30 kg
Tinggi badan : 136 cm
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. JW
Pekerjaan Ayah : Pendeta
Nama Ibu : Ny. OB
Pekerjaan Ibu : Guru agama
Alamat : Kinamang
Tanggal MRS : 26 Juni 2009

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari ibu pendertita tanggal 26 Juni 2009.
Penderita adalah anak kedua. Anak lahir dengan berat badan lahir 3200 gr, lahir normal,
ditolong oleh dokter. Anak meninggal tidak ada, riwayat keguguran tidak ada, anak lahir
meninggal tidak ada. Ayah dan ibu menikah 1 kali.

A. Pohon Keluarga

B. Keluhan Utama
BAB cair berdarah, panas, muntah.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


BAB cair dialami penderita sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, BAB dialami 4 kali per hari, konsistensi cair, tidak menyemprot, volume
kurang lebih seperempat sampai setengah gelas aqua setiap kali berak. berwarna kehijauan,
berbuih, terdapat lendir. BAB cair campur darah dialami penderita 1 kali, cairan lebih banyak
daripada ampas, warna kuning, terdapat lendir dan darah. Panas dialami penderita 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Panas tinggi pada perabaan. Panas turun bila penderita minum
obat penurun panas kemudian panas naik lagi. Menggigil tidak dialami oleh penderita.
Kejang tidak dialami oleh penderita. Muntah dialami penderita 1 kali, 5 jam sebelum masuk
rumah sakit. Muntah berisi makanan. Penderita juga mengeluh nyeri perut. BAK: biasa.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat penyakit serupa (-)
- Riwayat alergi obat dan makan (-)
- Riwayat batuk pilek (+)

E. Riwayat Imunisasi
- BCG : 1 kali
- Polio : 3 kali
- DTP : 3 kali
- Campak : 2 kali
- Hepatitis : 3 kali

F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Membalik : 3 bulan
Tertawa : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Berceloteh : 4 bulan
Duduk : 5 bulan
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 12 bulan
Memanggil mama : 8 bulan
Memanggil papa : 8 bulan

G. Riwayat kesehatan keluarga


Hanya penderita yang sakit seperti ini di rumah.

H. Riwayat Makan Minum Anak


1. ASI diberikan sejak lahir hingga 1 tahun
2. PASI diberikan sejak umur 2 bulan
3. Makanan padat :
- Bubur susu diberikan sejak umur 4 bulan hingga 7 bulan.
- Bubur saring diberikan sejak umur 7 bulan hingga 10 bulan
- Bubur biasa mulai diberikan mulai umur 10 bulan.
- Nasi lembek diberikan mulai umur 1 tahun

I. Pemeriksaan Kehamilan dan Pre-natal


Antenatal Care teratur di puskesmas. Imunisasi TT 2 kali. Selama hamil ibu sehat.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
- Keadaan umum : Tampak sakit
- Derajat kesadaran : Compos mentis
- Derajat gizi : Kesan Baik

B. Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 120x/menit, regular, isi cukup.
- Respirasi : 36x/menit
- Suhu : 39,5 °C

C. Status gizi
- Umur : 8 tahun 10 bulan
- Berat Badan : 30 kg
- Tinggi Badan : 136 cm
Antropometri
- BB/U = 30/28 x 100 % = 107 % (BB normal)
- TB/U = 136/133 x 100 % = 102 % (TB normal)
- BB/TB = 30/30 x 100 % = 100 % (Gizi Baik)

D. Kulit
Kulit sawo matang, turgor kembali cepat.

E. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut, ubun-ubun besar datar.

F. Wajah
Oedema (-), moon face (-)

G. Mata
Oedema periorbita (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cowong (-/-), air
mata (+/+)

H. Hidung
Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-)

I. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-)

J. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-).

K. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1– T1 hiperemis (-)

L. Leher
Limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar, kaku kuduk (-)
M. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Batas kiri atas : ICS II LPSS
Batas kiri bawah : ICS IV LMCS
Batas kanan atas : ICS II LPSD
Batas kanan bawah : ICS IV LPSD
Auskultasi :BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

N. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut datar
Palpasi : Lemas, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Peristaltik (+) meningkat

O. Punggung
Nyeri ketok kostovertebral (-)

P. Ekstremitas
Akral hangat, Oedem (-)
Capillary refill time < 2 detik
Clubbing fingers (-)

Q. Pemeriksaan Neurologi
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
Kaku kuduk (-), Tanda rangsang meningeal (-)
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium darah tanggal 26 Juni 2009
Hemoglobin : 14,5 g/dl
Hematokrit : 47,5 %
Leukosit : 15.700 µL
Trombosit : 231.000 µL
Malaria : (-)

Laboratorium elektrolit darah tanggal 26 Juni 2009


Natrium : 134 mEq/L
Kalium : 4,1 mEq/L
Clorida : 101 mEq/L

Laboratorium parasit feses lengkap tanggal 26 Juni 2009


Eritrosit : ++
Leukosit : +
Benzidine : +
Entamoeba histolitica : + (23/LP)
Blastocystosis homoris : +++ (penuh)

V. RESUME
Tanggal 26 Juni 2009 jam 10:30 WITA, datang seorang pasien laki-laki umur 8 tahun 10
bulan, BB: 30 kg, TB 136 cm dengan keluhan BAB berdarah 1 kali, BAB cair 1 hari SMRS,
panas 4 hari SMRS, dan muntah 1 kali.
Pemeriksaan fisik didapatkan: KU tampak sakit, compos mentis, gizi baik. Tanda vital: T =
110/70; N = 120x/1’, reguler, isi cukup; RR = 36x/1’; S = 39,5 °C.
Kepala: Mata: conjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-), air mata
(+/+); Mulut: Mukosa basah (+).
Thorax: simetris, retraksi (-). Cor dan pulmo dalam batas normal; Abdomen : datar, lemas,
timpani, turgor kembali cepat, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, bising usus (+) meningkat.
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”
BAK: biasa.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan:Hemoglobin: 14,5 g/dl; Hematokrit: 47,5 %;
Leukosit: 15.700 µL; Trombosit: 231.000 µL; Malaria: (-). Eritrosit: ++; Leukosit: +;
Benzidin: +; Entamoeba histolitica: + (23/LP); Blastocystosis homoris: +++(penuh).

VI. DIAGNOSIS KERJA


Disentri amoeba dengan blastokistosis

VII. PENATALAKSANAAN
Rawat inap
Obat :
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Cefixime 2 x 50 mg
- Sanmol tablet 3 x 3/4 tablet
- Zinkid 1 x 1 tablet
- Antasida syrup 3 x 1 cth
- Oralit ad libitum
BAB III
DISKUSI

Diagnosis pada pasien ini yaitu disentri amoeba dengan blastokistosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Penderita datang dengan keluhan BAB berdarah, muntah dan panas. Dari anamnesis
diketahui BAB cair 1 hari sebanyak 4 kali, BAB berdarah sebanyak 1 kali dan terdapat lendir,
panas sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan muntah 1 kali, yaitu pada 5 jam sebelum
masuk rumah sakit.
Dalam kepustakaan, diare lebih praktis didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari 3 kali sehari atau konsistensinya menjadi lebih lunak. Sedangkan
disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Di Indonesia penyebab
utama disentri adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter jejuni, Escherchia
coli danEntamoeba histolytica.1
Penyebab disentri pada pasien ini adalahEntamoeba histolytica. Entamoeba
histolyticamenyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada balita1.
Disentri amoeba mempunyai gejala yang jelas yaitu sindrom disentri yang merupakan
kumpulan gejala terdiri atas diare dengan tinja yang berlendir dan berdarah serta tenesmus
anus (nyeri pada anus waktu buang air besar). Terdapat juga rasa tidak enak di perut dan
mules. Bila tinja segar diperiksa,Entamoeba histolitika dapat ditemukan4.
Sedangkan pada infeksi B.hominis, gejala yang biasa timbul adalah diare, flatulens,
kembung, anoreksia, berat badan turun, muntah, nausea, dan obstipasi.
InfeksiB.hominis pernah dilaporkan pada anak berumur 4 tahun dengan feses yang
mengandung darah, yang kemudian menderita diare cair dengan gumpalan darah dan disertai
demam4. Pada pasien ini gejala blastokistosis yang dapat ditemukan adalah diare.
Diare dan muntah adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan racun dan mengeluarkan
virus atau/kuman yang ada di dalam saluran cerna8,9. Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi,
iritasi usus atau gastritis karena infeksi, ileus yang menyebabkan fungsi usus atau mual yang
berhubungan dengan infeksi sistemik10.
Diare dengan panas sering terjadi pada diare yang disebabkan karena rotavirus atau
bakteri invasif, seperti shigella, campylobacter atau salmonella11. Demam juga dapat terjadi
karena dehidrasi10. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan
akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.10
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : KU tampak sakit, compos mentis, gizi kesan baik;
VS : Tensi = 110/70; N = 120x/1’, reguler, isi cukup; RR = 36x/1’; S = 39,5 °C. Kepala:
Mata: cowong (-/-), air mata (+/+); Mulut: Mukosa basah (+). Thorax, cor dan pulmo dalam
batas normal; Abdomen : datar, lemas, timpani, turgor kembali cepat, hepar tidak teraba, lien
tidak teraba, bising usus meningkat.
Pada penderita tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi. Bising usus meningkat
menandakan bahwa peristaltik usus meningkat sehingga terjadi diare pada penderita.
Pada infeksi Entamoeba hystolitica maupun infeksi Blastocystis hominis dapat
ditemukan peningkatan suhu tubuh penderita4,12. Pada umumnya demam akan timbul jika
penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus10. Berdasarkan patogenesisnya E.
hystolitica dan B. hominis dapatmenginvasi usus dan menyebabkan tukak dengan sedikit
respon radang lokal4,7.
Patogenesis E. hystolitica diyakini tergantung pada 2 mekanisme, yaitu kontak sel dan
pemajanan toksin. Amoeba dapat mengeluarkan protein pembentukpori yang membentuk saluran
pada membrane sel sasaran hospes. Bila trofozoid E. histolytica menginvasi usus, akan
menyebabkan tukak dengan sedikit respon radang lokal. Organisme memperbanyak diri dan
menyebar di bawah usus untuk menimbulkan ulkus yang khas. Lesi ini biasanya ditemukan pada
2
coecum, colon transversum dan kolon sigmoid.
Diduga bahwa patogenesis dari blastokistosis berawal dari reaksi toksoalergik yang
menyebabkan terjadinya radang tidak spesifik dari mukosa kolon. Menurut beberapa
penelitian, dianggap bahwa B. hominis mengeluarkan toksin penyebab diare, B. hominis juga
memproduksi protease yang merangsang pengeluaran imunoglobulin A dari saluran
gastrointestinal. Untuk sekarang ini B. hominis dianggap organisme komensal, yang dalam
kondisi tertentu (penurunan imunitas host) dapat berubah menjadi patogen.7
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan: Hemoglobin: 14,5 g/dl; Hematokrit:
47,5 %; Leukosit: 15.700 µL; Trombosit: 231.000 µL; Malaria: (-).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, penderita tidak anemia, leukosit meningkat
menandakan adanya infeksi, dan tidak menderita malaria.
Pada pemeriksaan feses didapatkan: Eritrosit: ++; Leukosit: +; Benzidin: +;
Entamoeba hystolitica: + (23/LP); Blastocystis hominis: +++ (penuh).
Dengan ditemukannya Entamoeba hystoliticadan Blastocystis homonis pada
pemeriksaan feses mikroskopik, maka diagnosis disentri amoeba dengan Blastokistosis dapat
ditegakkan.
Menurut kepustakaan, obat pilihan untuk disentri amoeba adalah metronidazol dengan
dosis 30 mg/kgbb/hari selama 5-10 hari10. Selain metronidazol, jenis obat lain yang juga
dapat digunakan pada disentri amoeba adalah emetin hidroklorida, dan antibiotik seperti
tetrasiklin dan eritromisin4.
Untuk pengobatan blastokistosis, obat pilihan juga adalah metronidazol. Obat lain
adalah iodoquinol dengan dosis 3 x 650 mg selama 20 hari, dan furazolidon 4 x 100 mg
sehari selama 7 hari.
Metronidazole terutama digunakan untuk amoebiasis, trichomoniasis dan infeksi
bakteri anaerob. Metronidazole efektif untuk amoebiasis inestinal maupun ekstraintestinal.
Mertonidazole memperlihatkan daya amubisid langsung. Sampai saat ini belum ditemukan
amuba yang resisten terhadap metronidazole.13 Efek samping hebat yang memerlukan
penghentian pengobatan jarang ditemukan. Efek samping yang paling sering adalah sakit
kepala, mual, mulut kering, dan rasa kecap logam. Sedangkan muntah, diare dan spasme usus
jarang dialami. Efek samping juga dapat berupa pusing, vertigo, ataksia parastesi, urtikaria,
flushing, pruritus, disuria, rasa tekan pada pelvik.13
Menurut kepustakaan lain, dosis metronidazole adalah 40 mg/kgBB/hari4. Pada
penderita ini diberikan metronidazole dengan dosis 1500 mg/hari 3 kali sehari. Dipilih obat
metronidazole karena merupakan drug of choice disentri amoeba dan blastokistosis, serta
dosis 1500 mg/hari disesuaikan dengan berat badan 30 kg.
Pada penderita ini selain diberikan metronidazol, juga diberikan cefixime, sanmol,
antasida, zinkid dan oralit. Tambahan obat ini dimaksudkan sebagai perawatan suportif dan
simptomatis bagi penderita ini.
Pada dasarnya antibiotik tidak diberikan pada kasus diare akut kecuali pada diare
berdarah dan kolera. Pemberian antibiotik dapat memperpanjang lamanya diare karena akan
menggangu keseimbangan flora usus dan Clostridium dificile yang akan tumbuh dan
menyebabkan diare sulit disembuhkan.14 Cefixime bersifat bakterisid dan berspektrum luas
terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Anak dengan berat badan ≥30 kg,
dosis harian yang direkomendasikan adalah 50-100 mg diberikan per oral dua kali sehari.15
Pemberian sanmol pada pasien ini dimaksudkan untuk menurunkan suhu badan pasien
karena pada dari pemeriksaan fisik suhu badan pasien 39,5°C. Sanmol merupakan nama
dagang dari parasetamol. Khasiatnya analgetis dan antipiretik, tetapi tidak untuk anti radang16.
Efek antipiretik menurunkan suhu tubuh berdasarkan efek sentral. Parasetamol tidak
mengakibatkan iritasi, erosi dan perdarahan lembung juga tidak mengakibatkan gangguan
asam basa dan pernapasan13. Efek samping jarang terjadi,antara lain reaksi hipersensitivitas
dan kelainan darah. Pada penggunaan lama dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati,
pada dosis diatas 6 g mengakibatkan nekrose hati irreversibel.13 Pemilihan sanmol 3
x 3/4 tablet pada kasus ini karena parasetamol dianggap sebagai antipiretik yang palin aman
serta dosis disesuaikan untuk BB 30 kg.
Pada pasien ini diberikan antasida syrup 3 x 1 cth. Pemberian antasida pada pasien ini
dikarenakan adanya keluhan rasa tidak enak di perut (sakit perut) pada pasien ini. Antasida
bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati
akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Antasida di indikasikan untuk
mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak
lambung, tukak pada duodenum dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu
hati, kembung dan perasaan penuh pada lambung. Pemberian antasida pada pasien ini
disesuaikan berdasarkan dosis untuk anak umur 6-12 tahun yaitu 1/2– 1 sendok teh.17
Zinkid merupakan nama dagang dari sediaan zink. Tiap tablet mengandung zink 25
mg, untuk indikasi penatalaksanaan diare dan rekomendasi WHO untuk terapi diare sehingga
dapat memperpendek durasi diare akut, mencegah berubahnya diare akut ke diare kronik,
mengurangi keparahan diare18. Dosis zink untuk anak di atas 6 bulan adalah 20 mg (1tablet)
per hari, diberikan selama 10-14 berturut-turut terbukti mengurangi lama dan beratnya diare,
mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan14. Zink berperan menjaga keutuhan epitel usus
dan juga berperan dalam aktivasi limfosit T14.
Pada kasus ini digunakan oralit seperlunya atau sekehendak anak mau minum
dikarenakan pada penderita ini tidak terdapat gejala dehidrasi. Rehidrasi oral merupakan hal
yang paling penting untuk mencegah dan mengobati kekurangan cairan dan elektrolit. Di
indonesia telah dibuat ORS (Oral Rehidration Solution) yang diberi nama Oralit, yang berisi
NaCl 0,7g, KCl 0,3 g, trinatrium sitrat dihidrat 2,9 g, serta glukosa anhidrat yang berbentuk
serbuk dalam sachet dimana setiap sachet untuk 200 ml air.18
Disentri amoeba jika tidak diobati akan menjalar keluar dari usus dan menyebabkan
amebiasis ekstra intestinal, yang antara lain dapat menimbulkan abses hati, abses paru, abses
otak, peritonitis, amebiasis kulit dinding perut, amebiasis perianal, amebiasis perineal.
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada blastokistosis antara lain rash kulit, nyeri
kepala hebat, artritis dan radang usus19. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi.
Prognosis pada pasien ini adalah baik, karena penegakkan diagnosis sudah tepat,
penatalaksanaan penyakit menggunakan obat yang efektif dan pada pasien ini tidak
ditemukan adanya komplikasi.
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
 Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis disentri amoeba dengan blastokistosis
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan laboratorium.
 Dasar diagnosis untuk kasus ini adalah adanya disentri, pada pemeriksaan fisik didapatkan
suhu badan penderita 39,5° dan pada pemeriksaan feses didapatkanEntamoeba
histolytica dan Blastocystis hominis
 Pada kasus ini penanganan dengan menggunakan metronidazole sebagai obat pilihan disentri
amoeba dan blastokistosi, cefixime, sanmol, antasida, zinkid dan oralit.

II. Saran
 Menjaga kebersihan perorangan (personal hygiene) antara lain dengan mencuci tangan
dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan.
 Menjaga kebersihan lingkungan (environtment sanitation) meliputi: memasak air minum
sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai bersih sebelum memasaknya
sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia sebagai
pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi
oleh lalat dan lipas, membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari
lalat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pemberantasan Peyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan


Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999.
2. Richard E. Diarrhea. Florida: Bagian Pediatri Universitas Florida/ Rumah Sakit Shands. 2005.
3. Soewandojo E. Amebiasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 3. Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.
4. Gandahusada S, Illahude HHD, Pribadi W. Bab 2: Protozoologi. Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Gaya Baru. 2004.
5. Miller J, Smith S. Blastocystis hominis. Universitas
Stanford.http://www.provolab.ab.ca/bugs/webbug/parasite/arifact/bhominis.htm. 2009
6. Nelson WE. Penyakit protozoa. Nelson Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Vol 2. Jakarta: EGC.
2000.
7. Chakarova B. Blastocystosis: pathogenesis, clinical course. Trakia Journal of Sciences vol.
16. Universitas Trakia. http://www.uni-sz.bg. 2008
8. Mama. Diare-muntah. http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com. 2009
9. Amonymous. Muntah pada bayi dan anak.http://www.anakku.net/content/muntah-pada-
bayi-dan-anak. 2007
10. Suraatmaja S. Kapita selekta gastroenterologi anak. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
UNUD/RS Sanglah. Denpasar: CV Sagung Seto. 2007.
11. Prie. Asuhan keperawatan pada diare.http://perawatpsikiatri.blogspot.com. 2009
12. Garavelli PL, Scaglione L, Bicocchi R, Libanore M. Blastocystosis: baru diperoleh setelah
penyakit sindrom imunodefisiensi?. Alessandria: National Library of Medicine. 2001.
13. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan terapi.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru. 2005.
14. Juffrie M, Mulyani NS. Modul Diare. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada. 2009
15. Anonymus. Cefixime. Dexa Medica.http://www.dexa-
medica.com/ourproducs/prescriptionproducts/detail.php. 2009
16. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting, khasiat, pengguanaan dan efek-efek sampingnya
edisi 5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2002.
17. Anonymus. Antasida doen. Apotek INDICA.http://www.farmasiku.com/index.php. 2009
18. Amini A. PT Indofarma (Persero) Tbk menandatangani kerjasama dengan KAMAS IDAI.
Bekasi: PT Indofarma. 2007.
19. Anonymus.Blastocystosis-
perut.http://de.wikipedia.org/wiki/Benutzer:Gastro_1/Blastocystosis. 2009

Anda mungkin juga menyukai