Makalah Zakat
Makalah Zakat
MAKALAH
oleh:
MARSELYA ANDINI
ECA KORINA
Dosen Pengampu:
DAFIAR SYARIF, MA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Manajemen Zakat,
Infaq dan Sadaqah.dengan judul makalah “Sejarah Pengelolaan Zakat Dari Zaman
Rasulullah Dan Para Sahabat Dan Sejarah Regulasi Zakat di Indonesia” . Penulis berusaha
menyusun makalah ini secara sistematis dan sesuai dengan kaidah ilmiah, dengan
maksud agar bisa dijadikan referensi tanbahan bagi para pembaca semoga dengan
membaca makalah ini dapat memahami hal-hal tentang Sejarah Pengelolaan Zakat Dari
Zaman Rasulullah Dan Para Sahabat, dan Sejarah Regulasi Zakat di Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf dan
mengharapkan kritik beserta saran yang meningkatkan kualitas tulisan pada masa
depan dari para pembaca, karena masih dalam tahap pembelajaran. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan.......................................................................................
D. Manfaat.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Pengelolaan Zakat Dari Zaman Rasulullah .................
B. Manajemen zakat pada masa Khulafa ‘al Rasyidun.................
C. Regulasi Zakat di Indonesia......................................................
BAB II KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kolonialis Belanda menganggap bahwa seluruh ajaran Islam termasuk
zakat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Belanda kesulitan menjajah
Indonesia khususnya di Aceh sebagai pintu masuk.
Atas hal tersebut, Pemerintah Belanda melalui kebijakannya Bijblad Nomor
1892 tahun 1866 dan Bijblad 6200 tahun 1905 melarang petugas keagamaan,
pegawai pemerintah dari kepala desa sampai bupati, termasuk priayi pribumi ikut
serta dalam pengumpulan zakat. Peraturan tersebut mengakibatkan penduduk di
bebe-rapa tempat enggan mengeluarkan zakat atau tidak memberikannya
kepada peng-hulu dan naib sebagai amil resmi waktu itu, melainkan kepada ahli
agama yang dihormati, yaitu kiyai atau guru mengaji.
Pada saat yang sama masyarakat Aceh sendiri telah menggunakan sebagian
dana zakat untuk membiayai perang dengan Belanda, sebagaimana Belanda
membiayai perangnya dengan sebagian dana pajak. Sebagai gambaran, pengumpulan
zakat di Aceh sudah dimulai pada masa Kerajaan Aceh, yakni pada masa Sultan
Alaudin Riayat Syah (1539-1567). Pada Masa kerajaan Aceh penghimpunan zakat
masih sa-ngat sederhana dan hanya dihimpun pada waktu ramadhan saja yaitu zakat
fitrah yang langsung diserahkan ke Meunasah (tempat ibadah seperti masjid). Pada
waktu itu sudah didirikan Balai Baitul Maal tetapi tidak dijelaskan fungsi spesifik
dalam mengelola zakat melainkan sebagai lembaga yang mengurus keuangan dan
perben-daharaan negara, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Orang
Kaya Seri Maharaja.
Dari penjelasan diatas, maka penting bagi kita untuk membahas lebih lanjut
tentang “Sejarah Pengelolaan Zakat Dari Zaman Rasulullah Dan Para Sahabat Dan Sejarah
Regulasi Zakat di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk lebih dalam mengenai Sejarah
Pengelolaan Zakat Dari Zaman Rasulullah Dan Para Sahabat Dan Sejarah Regulasi
Zakat di Indonesia.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah menambah pengetahuan tentang
Sejarah Pengelolaan Zakat Dari Zaman Rasulullah Dan Para Sahabat Dan Sejarah
Regulasi Zakat di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Setelah keadaan perekonomian kaum Muslimin mulai mapan dan pelaksanaan
tugas-tugas agama dijalankan secara berkesinambungan, pelaksanaan zakat
sesuai dengan hukumnya pun mulai dijalankan. Di Yatsrib (Madinah) inilah
Islam mulai menemukan kekuatannya.
Setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW menerima wahyu berikut ini: ''Dan
dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari
kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan'' (QS Al-
Baqarah: 110). Berbeda dengan ayat sebelumnya, kewajiban zakat dalam ayat
ini diungkapkan sebagai sebuah perintah, dan bukan sekedar anjuran.
Rasullah Mulai Mengutus para sahat untuk dijadikan utusan sebagai duta
guna mendakwakan agama islam dan mengambil zakat. Rasullulah telah
menelegasikan Muad bin Yaman seraya bersabda “engkau akan aku utus untuk
datang ke ahli kitab. Persoalan utama yang harus engkau dakwahkan kepada
mereka adalah mengajak untuk beribadah kepada allah. Jika ia telah mengetahui
allah lalu beritahunkanlah kepada mereka tentang allah mewajibkan zakat. Zakat
diatrik dari orang-orang yang kaya dan selanjutnya di bagikan kepada kaum
fakir.”
4
pendapatan akan lebih ketara kalau dihubungkan dan dilaksanakan dengan nilai-
nilai lainya.
Negara juga harus melaksanakan apa yang telah di tetapkan oleh Allah.
Zakat di berikan kepada mereka yang berhak menerima sebagaimana yang
diterangkan dalam Al-Quran. Selanjutnya pemungutan dan pengelolaan zakat
dalam masa Khalifah Umar Ibn al-Khattab ini makin diintensifkan kaena zakat
di jadikan sebagai pendapatan negara, pendapatan ini didistribusikan dalam
tingkat lokal. Jika ada kelebihan maka kelebihan tersebut di kirim ke baitul maal
pusat dan di bagikan kepada 8 asnaf. Sehingga penerimaan harta zakat makin
meningkat, karena semakin banyak jumlah para wajib zakat dengan
pertambahan dan perkembangan umat Islam dengan tujuan untuk kemaslahatan
umat yaitu : Pertama, Istikhlaf penugasan sebagai Khalifah di bumi. kedua,
solidaritas sosial Ketiga, persaudaraan.
Kemudian pada masa Zakat Pada Masa Kholifah Utsman Ibn Affan. Dalam
periode ini, penerimaan zakat makin meningkat lagi, sehingga gudang Baitul
Mal penuh dengan harta zakat selain itu karena kholifah usman adalah seorang
saudagara yang kaya sekalipun menjadi kepala pemerintahan namun bukan
berarti kalu beliau kaya tidak akan terjadi masalah justru menimbulkan kesalah
5
pahaman. Dilaporkan untuk mengamankan zakat dalam gangguan dan masalah
pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh beberapa pengumpul naka, khalifah
usman mendelegasikan kewenangan kepada para pemilik untuk menaksirkan
kepemiliknya sendiri Usman berpendapat bahwa zakat hanya dikenakan pada
harta milik seseorang setelah dipotong seluruh utang-utang yang bersangkutan.
Namun pada intinya manajemen zakat pada masa khalifah Usman Ibn Affan,
urusan zakat ini demikian penting, untuk itu dia mengangkat pejabat khusus
menanganinya yaitu zaid Ibn sabit, sekaligus mengangkatnya mengurus lembaga
keuangan Negara (BaitulMal). Pelaksanaan pemungutan dan pendistribusian
zakat makin lancar dan meningkat. Harta zakat yang terkumpul segera di bagi-
bagikan kepada yang berhak menerimanya, sehingga tidak terdapat sisa harta
zakat yang tersimpan dalam Baitulmal
Zakat Pada Masa Kholifah Ali Ibn Abi Thalib. Dalam menjalankan
kebijakan perekonomian, Ali, sebagaimana juga para khalifah sebelumnya,
pemungutan zakat dan pajak-pajak mendapat perhatian utama. Ali
melakukannya dengan cara yang adil dan berada dalam batas-batas tertentu,
“sepadan” dengan kemampuan rakyat. Cara ini dilakukan agar rakyat tidak
mengorbankan kebutuhan hidupnya yang pokok untuk membayar pajak tersebut
Dalam penerapan dan pelaksanaan zakat, Ali Ibn Abi Thalib selalu mengikuti
kebijaksanaan khalifah-khalifah pendahulunya. Harta zakat yang sudah
terkumpul ia perintahkan kepada petugas supaya segera mambagi-bagikan
kepada mereka yang berhak yang sangat membutuhkannya, dan jangan sampai
terjadi penumpukan harta zakat dalam Baitul Mal. Dalam pendistribusian harta
Baitul Mal, khalifah Ali bin Abi Thalib menerapkan prinsip pemerataan. Ia
memberikan santunan yang sama kepada setiap orang tanpa memandang status
sosial atau kedudukannya dalam Islam. Ali tetap berpendapat bahwa seluruh
pandapatan Negara yang disimpan di dalam Baitul Mal harus didistribusikan.
6
Perhatian Pemerintah terhadap organisasi pengelola zakat mulai meningkat
sekitar tahun 1968. Saat itu, diterbitkanlah peraturan Menteri Agama Nomor 4
tentang Pembentukan Badan Amil Zakat dan Nomor 5/1968 tentang
pembentukan Baitul Mal (Balai Harta Kekayaan) di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kotamadya. Pada periode Orde Baru, 1967-1998, pengembangan
zakat dilaksanakan atas anjuran Presiden yang diutarakan dalam pidatonya saat
memperingati Isra’ Mi’raj di Istana Negara, 22 Oktober 1968. Setelah itu,
dibentuklah Badan Amil Zakat Infak dan Shadaqah (BAZIS) di berbagai
provinsi. Sebelum tahun 1999, pengelolaan zakat di setiap daerah atau provinsi
bisa berbeda-beda, baik dari aspek lingkup, hingga program dan institusinya.
Pemerintah, yang diwakili oleh Kementerian Agama, berperan sebagai Lembaga
Amil Zakat tingkat Nasional yang memiliki cabang di setiap provinsi dan
kabupaten kota.
Di sisi lain, pengelolaan zakat oleh individual ataupun swasta tetap diijinkan
dengan tanpa adanya insentif ataupun sanksi yang diatur oleh peraturan.
Berbagai peraturan menteri dikeluarkan sebatas untuk meningkatkan efektivitas
kinerja BAZIS. Misalnya, Instruksi Menteri Agama Nomor 2 tahun 1984 tanggal
3 Maret 1984 tentang Infak Seribu Rupiah selama bulan Ramadhan. Pada 12
Desember 1989, dikeluarkan pula Instruksi Menteri Agama 16/1989 tentang
Pembinaan Zakat, Infak, dan Shadaqah. Pada 1991, dikeluarkan Keputusan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 dan 47 Tahun
1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infak, dan Shadaqah yang
kemudian ditindaklanjuti dengan Instruksi Menteri Agama Nomor 5 tahun 1991
tentang Pedoman Pembinaan Teknis BAZIS. Baru pada tahun 1999 diterbitkan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Kemudian,
dikeluarkan pula Keputusan Menteri Agama Nomor 581 tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999. Undang-undang inilah
yang menjadi landasan legal formal pelaksanaan zakat di Indonesia. Sebagai
konsekuensinya, pemerintah (mulai dari pusat sampai daerah) wajib
memfasilitasi terbentuknya Lembaga pengelola zakat, yakni Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) untuk tingkat pusat, dan Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) untuk tingkat daerah.
Di sisi lain, lembaga amil swasta justru semakin tumbuh pesat hingga
lahirlah beberapa organisasi pengelola zakat berskala nasional, seperti Dompet
Du’afa, DPU Darut Tauhid, PKPU, Rumah Zakat, dan sebagianya Belum
7
optimalnya pelaksanaan UU zakat ini disebabkan oleh kurang lengkapnya
lingkup pengaturan maupun kekurangjelasan dan menariknya sistem yang diatur.
Di antaranya, UU ini belum mengatur tentang pengelolaan zakat secara integratif
nasional, termasuk tata kelola organisasi pengelola zakat yang profesional.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Ramdani, Eko. 2019. Sejarah Pengelolaan Zakat di Indonesia. Artikel diakses pada
tanggal 12 April 2022 dari situs: Sejarah Pengelolaan Zakat di Indonesia
(act.id)
Baznas. 2021. Sejarah,Pengelolaan Zakat Nasional. Artikel diakses pada tanggal 12
April 2022 dari situs SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT NASIONAL –
Baznas (garutkab.go.id)
10