Anda di halaman 1dari 126

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT


UMUM MAYJENH.A THALIB KAB.KERINCITAHUN 2020

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan

WENI ROSITA
NIM. 1519302106

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


TERAPANKEBIDANAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK
BUKITTINGGI TAHUN 2021
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
Laporan Tugas Akhir Maret 2021

Weni Rosita
1519302106

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah


Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020

X + Halaman 74, Tabel 15, Bagan 2, Lampiran 15

ABSTRAK

Indonesia diperoleh data ibu dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8%


dariseluruhkehamilan. Keluhan mual dan muntah terjadipada 60-80% primigravida dan
40-60% multigravida.Kasus hiperemesis gravidarum terjadi di RSU Mayjen H.A Thalib
Kerinci mengalami peningkatan yaitu orang 98 tahun 2019, sedangkan tahun 2020
mengalami peningkatan sebanyak 120 orang dari kasus ini didapatkan kenaikan sekitar
13% utuk kasus tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik menggunakan
rancangan case control teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling.,
populasi dalam penelitian ini sebanyak 240, sampel dalam penelitian ini sebanyak 240,
dimana pengambilan sampel kasus dari semua ibu yang mengalami Hiperemesisi
Gravidarum dari Januari – Desember 2020 sebanyak 120 orang sementara untuk
pengambilan sampel kontrol dari ibu yang tidak mengalami Hiperemesisi Gravidarum
sebanyak 120 orang yang didapat kan dari buku register darri 240 responden ibu ibu
yang mengalami Hiperemesisi Gravidarum.
Dapat diketahui Status Gizi (70,4%), umur, (59,3%) Paritas, (53,3%), pekerjaan
(58,8%), jarak kehamilan (57,5%) Analisis bivariat diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi Hiperemesisi Gravidarum, status gizi (p Value = 0,003 dan OR=
2,197), umur (p Value = 0,002 dan OR = 2,255), Paritas (p Value = 0,001 dan OR =
0,413), pekerjaan (p Value = 0,006 dan OR = 0,0481), jarak kehamilan (p Value =
0,006 dan OR = 0,0409).
Dapat disimpulkan ada hubungan status gizi, usia, paritas, pekerjaan, dan jarak
kehamilan terhadap Kejadian Hiperemesis Gravidarum. Diharapakan kepada bidan
memberikan edukasi tentang gizi pada ibu hamil agar tidak terjadi Hiperemesis
Gravidarum.

Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum, status gizi,umur, paritas,


pekerjaan, jarak kehamilan
Daftar Bacaan : 20 (2009-2019)
HEALTH FACULTY OF FORT DE KOCK UNIVERSITY BUKITTINGGI
APPLIED MIDWIFERY STUDY PROGRAM
SCIENTIFIC PAPER, MARCH 2021

Weni Rosita

Factors Related to Hyperemesis Gravidarum at the General Hospital of Mayjen H.A


Thalib, Kerinci Regency in 2020

X + Page 80, Table 15, Chart 2, Appendices 11

ABSTRACT
Indonesia obtained data on mothers with hyperemesis gravidarum reaching
14.8% of all pregnancies. Complaints of nausea and vomiting occur in 60-80%
primigravida and 40-60% multigravida.
The Hyperemesis Gravidarumat the Mayjen General Hospital HA
ThalibKerinci increased by 98 cases of Hyperemesis Gravidarum in 2019, 120 cases of
Hyperemesis Gravidarum in 2020 increased by around 13% for 2020 cases. The
purpose of this study was to determine Factors Related to Hyperemesis Gravidarum at
the General Hospital of Mayjen H.A Thalib, Kerinci Regency in 2020.It was an
analytical survey by using a case control design.The population was all mothers who
suffered from GravidarumHyperemesisi from January to December 2020. They were
120 people. By using purposive sampling technique, 120 were chosen as the samples.
Meanwhile, the control samples were taken from mothers who did not experience
Gravidarum hyperemia as many as 240 people who were obtained from the register
book of 240 respondents of mothers who had Hyperemesis of Gravidarum.
It can be seen nutritional status (70.4%), age, (59.3%) parity, (53.3%),
occupation (58.8%), pregnancy interval (57.5%). which affects Gravidarum hyperemia,
nutritional status (p value = 0.003 and OR = 2.197), age (p value = 0.002 and OR =
2.255), parity (p value = 0.001 and OR = 0.413), occupation (p value = 0.006 and OR =
0.0481), gestation distance (p value = 0.006 and OR = 0.0409)
It can be concluded that nutritional status, age, parity, occupation, distance
between pregnancy and the incidence of hyperemesis gravidarum. It is hoped that
midwives will provide education about nutrition to pregnant women so that
Hyperemesis Gravidarum does not occur.

Keywords : Hyperemesis Gravidarum, Nutritional Status, Age, Parity,


Occupation, Pregnancy Interval
References : 20 (2009-2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Wenni Rosita
Tempat / Tanggal Lahir : Simpang Aro, 09 Juli 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Rt. 04 Desa Angkasa Pura Hiang, Kecamatan Sitinjau
Laut, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Email : wennidelvi@gmail.com
Nomor HP : 081366894940
Nama Ayah : Amir Syam
Nama Ibu : Asniati
Nama Suami : Delvi Hereyadi, SE
Anak ke : 1 (Pertama)
Nama Saudara : 1. Afdhal Saputra, Amd
2. Septiap Rayendra, S.Farm

B. Riwayat Pendidkan

PENDIDIKAN TAHUN

SD No. 22 Koto Baru Hiang 1988 - 1994

SMP N. 1 SITINJAU LAUT 1994 - 1997

SPK PEMDA II Batang Hari 1997 - 2000

D-III Stikes Prima Jambi 2008 – 2011

D-IV UNIVERSITAS Fort De Kock 2020 - Sekarang


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini, yang diajukan sebagai syarat

menyelesaikan pendidikan Program Studi Kebidanan Universitas Kesehatan Fort De

KockBukittinggi, dengan judul “Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci tahun 2020”.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini, peneliti merasakan betapa besarnya manfaat

bantuan dan dukungan Moril yang telah diberikan terutama ibu Febriyeni, SST, M.

Biomed selaku pembimbing I dan Ibu Vitria Melinda, SST. M.Kes selaku pembimbing II

yang telah memberikan Ilmunya,inspirasi, nasehat serta waktunya sehingga membuka

wawasan penulis. Pada kesempatan ini juga izinkan peneliti menyampaikan ucapan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Kp, Ns. M. Kes selaku Rektor Universitas Fort De Kock

Bukit tinggi.

2. Ibu Oktavianis, SST, M. Biomed sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Fort

De Kock Bukit tinggi.

3. Ibu Febriniwati Rifdi, S.ST,M.Biomed selaku Ketua Program Studi Kebidanan

Program sarjanaterapan Kebidanan Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

4. Direktur Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci yang

telahmemberi izinuntukpenelitian di Rumah Sakit yang Bapakpimpin.

5. Bapak Ibu dosen Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Universitas Fort De Kock

Bukit tinggi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama

menjalani pendidikan.
i
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masihjauhdari sempurna

dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata peneliti

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

motivasinya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Bukit tinggi, Januari, 2021

Peneliti

ii
DAFTARISI

LEMBAR PERSETUJUAN Halaman


KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Ruang Lingkup……………………………..………... .............. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI


A. Kehamilan ................................................................................ 9
B. Hiperemesis Gravidarum.................................................................17
C. Status Gizi.........................................................................................25
D. Usia...................................................................................................32
E. Paritas................................................................................................32
F. Pekerjaan...........................................................................................34
G. Jarak Kehamilan................................................................................35
H. Kerangka Teori.................................................................................36

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep..............................................................................37
B. Definisi Operasional.........................................................................38
C. Hipotesis...........................................................................................39

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis dan DesainPenelitian................................................................41
B. Tempat dan waktu Penelitian............................................................41
C. Populasi dan Sampel.........................................................................41
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................43
E. Teknik Pengolahan............................................................................43
F. Teknik Analisis Data.........................................................................44

BAB V METODOLOGI PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................46
B. Hasil Penelitan..................................................................................47
C. Analisis Univariat.............................................................................47
D. Analisis Bivariat................................................................................50

iiiiii
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat..............................................................................56
B. Analisis Bivariat.................................................................................64

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan........................................................................................78
B. Saran...................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii iv
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional.........................................................................38


Distribusi Frekuensi Status Gizi.......................................................47
Distribusi Frekuensi Umur................................................................47
Distribusi Frekuensi Paritas..............................................................48
Distribusi Frekuensi Pekerjaan.........................................................48
Distribusi Frekuensi Jarak Kehamilan..............................................49
Distribusi Frekuensi Hiperemesis gravidarum.................................49
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian HEG..................................50
Hubungan Umur dengan Kejadian HEG..........................................51
Hubungan Paritas dengan Kejadian HEG.........................................52
Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian HEG....................................53
Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian HEG.........................54

v
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hal

2.1 Kerangka Teori........................................................................................36


3.1 Kerangka Konsep.....................................................................................38

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal kegiatan Laporan Tugas


Akhir Lampiran 2 Surat Persetujuan Etik
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Universitas Fort De Kock
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten
Kerinci
Lampiran 5 Balasan Surat Izin penelitian Dari RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci
Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian Dari RSU Mayjen H.A
Thalib Kerinci
Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil SPSS

Lampiran 9 Surat Validasi

Data Lampiran 10 Lembar

Konsultasi Lampiran 11

Dokumentasi
vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bahkan

proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi, tetapi kondisi

normal dapat menjadi patologi/abnormal. Suatu kehamilan biasanya di tandai

dengan adanya riwayat terlambat haid dan disertaidengan keluhan mual dan muntah

dalam kehamilan, dikenal dengan nama morning sickness, dialami kira-kira oleh

80% wanita hamil (Suyanti dkk, 2019).

Salah satu penyebab AKI adalah komplikasi kehamilan diantaranya

Hyperemesis Gravidarum yaitu mual-mual yang berlebihan lebih dari 10 kali dalam

24 jam,sehingga dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan

cairan mual-muntah bisa menyebabkan dehidrasi dan dapat mempengaruhi

perkembangan janin dalam kandungan (Amiruddin, 2012).

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20

minggu, muntah yang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum

dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari

berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin bukan karena

penyakit appendisitis dan sebagainya. Hiperemesis gravidarum terjadi karena

1
2

adanya gangguan keseimbangan hormonal seperti HCG diduga adanya gangguan

keseimbangan hormonal seperti HCG, estrogen, dan progesterone, tiroksin,

kortisol, diperkirakan sebagai faktor penyebab penting. (Nugroho, 2016).

Penyebab dari Hiperemesis Gravidarum ini sendiri belum diketahui secara pasti

namun ada beberapa faktor yang ditemukan seperti faktor predisposisi seperti

primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ganda. Faktor masuknya Vili

Khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta

resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor

organik. Faktor alergi salah satu respons dari jaringan ibu dan anak. Kemudian

faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga

yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang

dapat memperberat mual muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan

menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Winkjosastro, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO), 2015 jumlah kejadian hiperemesis

gravidarum mencapai 12,5 % dari jumlah seluruh kehamilan di dunia. Mual dan

muntah dapat mengganggu dan membuat ketidak seimbangan cairan pada cairan

pada jaringan ginjal dan hati menjadi nekrosis. Di Indonesia diperoleh data ibu

dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari seluruh kehamilan. Keluhan

mual dan muntah terjadipada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu

diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini

disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan

HormonChorionic Gonadotropin (HCG) dalam serum perubahan fisiologis


kenaikan hormon inibelum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau

pengosongan lambungyang berkurang (Depkes RI, 2016).

Berdasarkan penelitian Hertje, 2014 yang menyatakan bahwa ada hubungan

Jarak Kehamilan (p value 0,001) dengan kejadian hyperemesis gravidarum di

Puskesmas Tompasa Kabupaten Minahasa Induk. Penelitian Suyanti dkk, 2019

tentang Hubungan Paritas, Dukungan Suami Dan Dukungan Keluarga Pada Ibu

Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum menyatakan bahwa ada hubungan

dukungan keluarga (p value 0,046) dengan Hiperemesis gravidarum.

Menurut penelitian Daniati, 2017 tentang Hubungan graviditas Dan Status Gizi

Dengan Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil di Puskesmas Mawasangka

Tengah Kecamatan Mawasangkatengah Kabupaten Buton Tengah Propinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2015 Hingga 2016 menyatkan bahwa ada hubungan

status gizi dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Mawasangka

Tengah Kecamatan Mawasangka Tengah Kabupaten Buton Tengah Propinsi

Sulawesi Tenggara p value 0,000. Berdasarkan Penelitian Sulistyowati, 2012

tentang Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Pada Ibu Hamil Tri Mester I Di Bps Ny. Sayidah Kendal menyatakan bahwa ada

hubungan tingkat stres dengan Hiperemesis Gravidarum nilai p value 0,000.

Dinas Kesehatan Jambi menemukan sebanyak 29 kasus Angka Kematian Ibu

(AKI) terjadi di 9 Kecamatan di provinsi itu sepanjang 2016. Jumlah AKI tersebut

mengalami peningkatan sebanyak lima kasus dibandingkan 2015 yang hanya 4

kasus. Ia menyebutkan penyebab kematian ibu melahirkan di daerah itu yakni


sebanyak 33,6 persen disebabkan perdarahan, 23,9 persen karena hipertensi dalam

kehamilan dan faktor lainnya (Dinkes Provinsi Jambi, 2016).

Patofisiologi dari hiperemesis gravidarum masih kurang baik dipahami.

Terdapat banyak teori yang berusaha menjelaskan patofisiologi dari penyakit ini,

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cema bagian atas membuang isinya bila

terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang beriebihan pada usus. Rangsangan

pada saluran cema dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju

pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih

tinggi dari serebral, dari chemorecepior trigger zone (CTZ) pada area postrema dan

dari aparatus vestbular via serebelum. Beberapa signal perifer xn^m-bypuss trigger

zone mencapai pusat muntah melalui nukleus traktus solitaries (Iqbal, 2016).

Dampak dari Hiperemesis gravidarum menyebabkan penurunan berat badan dan

dehidrasi. Pada kasus-kasus yang ekstrem ini, embrio atau janin dapat mati dan ibu

meninggal akibat perubahan metabolik yang menetap Selain itu menurut

Rochmawati, 2011 dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidaraum dapat

menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari sehingga membahayakan kesehatan

bagi janin dan ibu, bahkan dapat menyebabkan kematian Selain itu, mual muntah

juga berdampak negatif bagi ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi

terganggu. Biasanya mual muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul

kapan saja maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60% biasa

terjadi pada multigravida (Rochmawati, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Umum Mayjen

H.A Thalib Kabupaten Kerinci di ruang kebidanan tahun 2019 di ruang kebidanan
didapat ibu dengan hiperemesis gravidaraum 98 orang dari sedangkan 2020

didapat ibu dengan hiperemesis gravidaraum pada bulan di dapatkan angka

kejadian Hiperemesis gravidaraum sebanyak 120 orang dari 1487 Orang jumlah

kunjungan pasien. Dari kasus di atas di dapatkan kenaikan sekitar 13% untuk

kasuus 2020 (Laporan kunjungan Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

Kabupaten Kerinci, 2020).

Berdasarkan data survey awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa

dari 10 orang ibu hamil, 8 (80%) orang yang mengalami Hiperemesis Gravidarum,

5 (50%) Orang menyebutkan bahwa penurunan berat badan selma hamil, 4 (40%)

orang mengatakan bahwa tidak mengetahui cara mengatasi mual yang berlebihan, 3

(3%) orang berusia lebih dari < 25 tahun, 6 (60%) menyebutkan bahwa ibu hamil

anak pertamanya, 5(50%) Menyebutkan bahwa tidak memiliki pekerjaan tetap,

7(70%) Mengatakn bahwa Jarak kehamilan yang dekat.

Berdasarkan data diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

yaitu “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis

Gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci

tahun 2020”.
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Status gizi, Paritas, Usia, Jarak Kehamilan dan

Pekerjaan dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi Status gizi ibu di Rumah Sakit Umum Mayjen

H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

b. Mengetahui distribusi frekuensi Paritas ibu di Rumah Sakit Umum Mayjen

H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

c. Mengetahui distribusi frekuensi Usia ibu di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

d. Mengetahui distribusi frekuensi Jarak kehamilan di Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

e. Mengetahui distribusi frekuensi Pekerjaan ibu di Rumah Sakit Umum Mayjen

H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

f. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah

Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

g. Mengetahui Hubungan status gizi dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

h. Mengetahui Hubungan Paritas dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.
i. Mengetahui Hubungan Usia Ibu dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

j. Mengetahui Hubungan Pekerjaan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

k. Mengetahui Hubungan Jarak Kehamilan dengan kejadian Hiperemesis

gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci

tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Respondent

Diharapkan kepada responden dapat mengatasi Hiperemesis

Gravidarum sehingga ibu meminimalisir mual muntah berlebihan.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2021

Memberikan masukan kepada bidan yang bertugas di Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tentang bcara yang tepat dalam memberikan

tindakan pada kasus Hiperemesis Gravidaraum.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan dan pedoman bagi mahasiswa dijadikan untuk literarur dan

bahan dalam melakukan penelitian tentang Hiperemesis Gravidaraum.

4. Bagi Peneliti

Diperolehnya pemahaman tentang tinjauan teoritis Hiperemesis Gravidaraum

Memberikan pengalaman kepada peneliti tentang cara mengatasi mual muntah

berlebihan.
E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

Kabupaten Kerinci tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey

analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yang menjadi variabel

independen adalah yang menjadi variabel independen adalah Paritas, status gizi,

usia, Pekerjaan, jarak kehamilan variabel dependennya adalah Kejadian

Hiperemesis Gravidarum.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang di

dirawat Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Populasi

sebanyak 120 dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian

ini di analisa secara Univariat dan Bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-

square.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Defenisi Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada ibu

maupun lingkungannya, dengan adanya kehamilan maka seluruh system genetalia

wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk mendukung perkembangan dan

pertumbuhan janin dalam Rahim selama proses kehamilan berlangsung (Romauli.

2011).

Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang

wanita dan keluarga umumnya, walaupun perubahan besar yang akan terjadi sangat

mempengaruhi semua orang terutama wanita. Kehamilan juga dapat di artikan saat-

saat kritis, saat terjadi gangguan dan perubahan identitas serta peran bagi setiap

anggota keluarga. Setiap individu berespons terhadap krisis tersebut dengan cara

yang berbeda sesuai dengan sifat kejadian yang ada dalam kehidupannya.(Romauli.

2011).

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses

patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. menyadari hal

tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang

tidak perlu kecuali ada indikasi.

9
10

2. Perubahan Dan Adaptasi Psiklogis Selama Masa Kehamilan

Menurut Sulistyawati Ari ,2012. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

ibu akan mengalami perubahan psikologis dan pada saat ini pula wanita akan

mencoba beradaptasi terhadap kehamilannya.

Perubahan Psikologis Trimester III (Periode Penantian Dengan Penuh

Kewaspadaan) :

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak

menarik

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tepat waktu

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatannya

d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang

mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

e. Merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya

f. Merasa kehilangan perhatian

g. Perasaan mudah terluka/sensitive

h. Libido menurun.

3. Tanda-Tanda Kehamilan

Menurut Sulistya watiari,2012 ada 3 tanda-tanda kehamilan yaitu:

a. Tanda Pasti Kehamilan

1) Terdengar denyut jantung janin

2) Terasa gerak janin

3) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, adanya


gambaran embrio

4) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16 minggu)

b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan

1) Rahim membesar

2) Tanda hegar

3) Tanda chan wick, yaitu warna kebiuan pada serviks, vagina dan vulva

4) Tanda piskacek, yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah sehingga

menonjol jelas kearah pembesaran tersebut

5) Braxton hicks

6) Ballottement positif

7) Tes urine kehamilan positif

c. Tanda Dugaan Kehamilan

1) Amenore/tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat haid)

2) Nausea, anoreksia, emesis dan hipersalivasi

3) Pusing

4) Miksing/sering buang air kecil

5) Obstipasi

6) Hiperpigmentasi

7) Varises

8) Payudara menegang

9) Perubahan perasaan

10) Berat badan bertambah


4. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kehamilan

Ada beberapa factor yang sangat berpengaruh terhadap kehamilan menurut

(Romauli, 2011), yaitu:

a. Faktor Fisik

1) Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu indicator yang termasuk factor fisik

yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu hamil. Beberapa

pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadinya abortus, intra

uterin fetal distres (IUFD), Anemia berat, infeksi transplasental, partus

prematurus, dismaturitas, asfiksia neonatorum, shok, pendarahan.

pemahaman mengenai konsep-konsep tersebut akan menjadi dasar dalam

identifikasi factor resiko sehingga mampu melakukan deteksi, proses

pengkajian data dan anamnesa sangat perlu dalam menggali komponen-

komponen penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan.

2) Status Gizi

Status gizi merupakan halyang penting diperhatikan dalam kehamilan,

karena factor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama

hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. hubungan antara

gizi ibu hamil dan kesejahteraan janin merupakan halyang penting untuk

diperhatikan.

3) Gaya Hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat

sekarang, ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan
kesehatan seorang ibu hamil, mislanya kebiasaan bagadang, bepergian jauh

dengan berkenderaan motor, dan lain lain. gaya hidup ini akan

mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan

istirahat mutlak harus dipenuhi. Gaya hidup merupakan kebiasaan-

kebiasaan yang ada pada masyarakat baik kebiasaan yang bersifat positif

maupun kebiasaan yang bersifat negative yang dapat mempengaruhi

kesehatan.

b. Faktor psikologis.

Status emosional dan psikologis ibu turutu menentukan keadaan yang

timbul sebagai akibat atau terpuruk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi

pergeseran dimana kehamilan sebagai proses fisiologis menjadi kehamilan

patologis. Berikut faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan

yaitu:

1) Stressor

a) Stressor Internal

Ini meliputi factor-faktor pemicu stress ibu hamil yang berasal

dari diri ibu sendiri, adanya beban psikologis yang ditanggung oleh

ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya

akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang

dengan kepribadian yang tidak baik, bergantung pada kondisi stress

yang dialami ibunya, seperti anak yang menjadi seorang dengan

kepribadian temperamental, autis atau orang yang terlalu rendah diri


(minder). Ini tentu saja tidak kita harapkan oleh karena itu pemantauan

kesehtan psikologis pasien sangat perlu dilakukan

Salah satu faktor yang menyebabkan kejadian hiperemesis

gravidarum adalah kondisi psikosomantik. Kondisi psikosomantik

yaitu gangguan psikologis yang berubah menjadi bentuk gangguan

fisik. Gangguan psikologis yang terimplikasi pada gejala fisik ini

dapat berupa mual dan muntah, kelelahan yang berat dan sebagainya.

Hiperemesis gravidarum merupakan salah satu keadaan gangguan

psikologis yang diubah dalam bentuk gejala fisik.

Stres sendiri reaksi fisik, mental dan kimiawi dari tubuh terhadap

situasi yang menakutkan, membingungkan, membahayakn dan

merisaukan seseorang stress sebagai keadaan atau kondisi yang

tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal yang

dianggap mendatangkan stress membuat orang yang bersangkutan

melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan system

sumber daya biologis, psikologis dan social yang ada padanya. Dalam

kondisi stress ini tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap

berbagai tantangan yang dijumpai dalam hidup kita berdasarkan

adanya perubahan biologi dan kimia dalam tubuh (Sulistyowati,

2012).

b) Stressor Eksternal

Stressor Eksternal adalah stress yang timbul dari luar yang

memberikan pengaruh baik atau pun buruk terhadap psikologis ibu


hamil. Pemicu stress yang berasal dari luar, bentuknya bervariasi.

misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan

suami, tekanan dari lingkungan, dan masih banyak lagi lainnya.

c) Dukungan Keluarga

Setiap tahap usia kehamilan ibu akan mengalami perubahan baik yang

bersifat fisika maupun psikologis, ibu harus melakukan adaptasi pada

setiap perubahan yang terjadi, dimana sumber stress terbesar terjadi

karena dalam rangka melakukan adaptasi terhadap kondisi tersebut.

dalam menjalani proses itu ibu hamil sangat membutuhkan dukungan

yang intensif dari keluarga dengan cara menunjukkan perhatian

danaksih sayang.

c. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya Dan Ekonomi

1) Faktor Lingkungan

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil.

tenaga kesehatan harus dapat mneyikapi hal ini dengan bijaksana, jngan

sampai menyinggung “ kearifan l o c a l ” y a n g s u d a h b r l a k u di

daerah tersebut. Penyampaian menganai pengaruh adat dapat melalui

beberapa tehnik, mislanya melalui media massa, pendekatan tokoh

masyarakat, dan penyuluhan yang menggunakan media efektif.

2) Faktor Sosial

a) Fasilitas Kesehatan

Dengan adanya fasilitas kesehatan yang memadaiakan sangat

menentukan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini


terhadap kemungkinan adanya penyulitakan lebih tepat, sehingga

langkah astisipatif akan lebih cepat diambil.

b) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas

perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan perawatan

kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan

pengetahuannya. Pemguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan

tingkat pendidikan seseorang.

c) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktifitas dan tingkat

kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Hasil penelitian menunjukan

bahwa ibu hamil yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang

lebih baik dari pada ibu hamil yang tidak bekrja karena ibu yang

bekerja akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk berinteraksi

dengan orang lain, sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga

untuk mendapatkan informasi seputar keadaannya.

d) Faktor Budaya dan Adat Istiadat

Kehamilan bukan merupakan proses biologi semata tetapi jauh

dari pada itu merupakan karunia tuhan yang maha esa sebagai cermin

kuasanya dengan mempercayakan suami istri untuk mendapatkan

keturunan dan sekaligus memeliharanya. Upaya melakukan

pengawasan hamil secara tradisional pun dalam aspek medis dan

psikologisnya tidak kalah manfaat dan pentingnya.


Adat istiadat merupakan wujud nyata dari akar budaya

masyarakat dalam masyarakat Indonesia terdapat kebiasaan adat

istiadat yang biasanya dilakukan selama berlangsungnya kehamilan

dan kebiasaan adat istiadat tersebut masih berlaku sampai saat ini.

banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih dapat dipertahankan

untuk mencapai keturunan yang baik secara psikis maupun jasmani,

kebiasaan adat istiadat pun tidak sedikit peranannya dalam upaya

kelangsungan hidup janin dan tumbuh kembang janin menuju

kesempurnaan jasmani dan rohani dengan lahirnya bayi yang mungil

dan sehat.

e) Faktor Ekonomi

Ekonomi juga menjadi factor penentu dalam proses kehamilan yang

sehat. keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan

kehamilan dengan rutin, merencanakan persalinan di tenagakesehatan

dan melakukan persiapan lainnyadengan baik.

B. Hiperemesis Gravidaraum (HEG)


1. Definisi Hiperemesis Gravidaraum (HEG)

Hiperemesis Gravidaraum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10

kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,

penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas

sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan muntah


berlebihan yang terjadi pada wanita hamil dapat menyebabkan terjadinya ketidak

seimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan

awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada

minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada

usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut

sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).

Hiperemesis Gravidaraum merupakan mual muntah berlebihan pada wanita

hamil sampai menganggu pekerjaan sehari-hari. Pada umumnya menjadi buruk

karena terjadi dehidrasi (Imelda, 2017).

Hiperemesis Gravidaraum adalah morning sickness dengan gejala muntah terus

menerus, makan sangat kurang sehingga menyebabkan gangguan suasana

kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2010).

Menurut Amin Huda Nurarif dkk 2015, hiperemesis gravidarum adalah mual

dan muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil

sampai menganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk

dan dapat terjadi dehidrasi.

2. Etiologi Hiperemesis Gravidaraum (HEG)

Hiperemesis gravidaraum merupakan kasus yang memerlukan perawatan rumah

sakit. Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun

beberapa literatur menyebutkan beberapa teori tentang hal yang dapat

menyebabkan hiperemesis gravidarum seperti kadar hormon chorionik

gonadotropin (HCG), hormon estrogen, infeksi H. Pylori dan juga faktor psikologis
(Imelda Iskandar, 2017). Penyebab Hiperemesis Gravidaraum belum diketahui

secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.

Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Runiari, 2010).

a. Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan

ganda akibat peningkatan kadar HCG

b. Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal

dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari

pihak ibu terhadap perubahan–perubahan ini serta adanya alergi yaitu

merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin. Faktor ini

memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,

kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap

keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

c. Faktor endokrin lainnya: hipertyroid, diabetes dan lain-lain. Pada tubuh wanita

yang hamil terjadi perubahan-perubahan yang cukup besar yang mungkin

merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya saja yang dapat

menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian- bagian villus ke dalam

peredaran darah ibu, perubahan endokrin misalnya hypofungsi cortex

suprarenalis, perubahan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung. Tetapi

bagaimana reaksi seorang wanita terhadap kejadian-kejadian tersebut diatas,

tergantung pada kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu itu terhadap

kehamilannya. Pada Hiperemesis Gravidaraum yang berat dapat ditemukan


necrose dibagian central lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan

ini disebabkan oleh kelaparan bukan oleh adanya toxsin. Mungkin juga

terdapat kelainan degeneratif pada ginjal, kadang-kadang ada polyneuritis

akibat kekurangan vit B karena muntah.

3. Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidaraum (HEG)

Gejala-gejala yang khas yaitu:

a. Muntah yang hebat

b. Haus

c. Dehydrasi (exsikose)

d. Berat badan turun

e. Keadaan umum mundur

f. Kenaikan suhu

g. Icterus

h. Laboratorium: protein, aceton, urobilinogen, porphyrin, dalam urinebertambah,

silinder +.

Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis

Gravidaraum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari

sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh

dianggap sebagai Hiperemesis Gravidaraum. Menurut berat ringannya gejala

dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1) Tingkatan I (ringan)

a) Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum

penderita
b) Ibu merasa lemah

c) Nafsu makan tidak ada

d) Berat badan menurun

e) Merasa nyeri pada epigastrium

f) Nadi meningkat sekitar 100 per menit

g) Tekanan darah menurun

h) Turgor kulit berkurang

i) Lidah mengering

j) Mata cekung

2) Tingkatan II (sedang)

a) Penderita tampak lebih lemah dan apatis

b) Turgor kulit mulai jelek

c) Lidah mengering dan tampak kotor

d) Nadi kecil dan cepat

e) Suhu badan naik (dehidrasi)

f) Mata mulai ikterik

g) Berat badan turun dan mata cekung

h) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi

i) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.

3) Tingkatan III (berat)

a) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen

sampai koma)

b) Dehidrasi hebat
c) Nadi kecil, cepat dan halus

d) Suhu badan meningkat dan tensi turun

e) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan

enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan

mental

f) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

4. Patologi Hiperemesis Gravidaraum (HEG)

Pada otopsi wanita meninggal karena Hiperemesis Gravidaraum diperoleh

keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai

berikut:

a. Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler

tanpa nekrosis

b. Jantung: jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai

perdarahan sub-endokardial

c. Otak: terdapat bercak-bercak perdarahan otak dan kelainan seperti pada

ensepalopati wirnicke

d. Ginjal: ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli

kontorti

5. Patofisiologi Hiperemesis Gravidaraum (HEG)

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa

terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan

cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena

oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan

dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida

darah turun.

Dasar patotisiologis dari hiperemesis gravidarum masih kontroversi.

Hiperemesis gravidarum tampaknya terjadi sebagai interaksi kompleks antara

faktor biologis, psikologis, sosial dan budaya (Iqbal,2016). Perasaan mual adalah

akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. Bila

perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak

sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam

hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga

cairan ekstraseluler dan plasma berkurang, natrium dan klorida darah turun.

Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke

jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke

jaringan berkuarang. pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping

dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidrasi dan

gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir

esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan

gastrointestinal.

6. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

Penegakan Diagnosis Hiperemesis Gravidarum dapat melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang (Widayana, Megadhana dan

Kemara, 2013).
a. Anamnesis Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda,

mual, dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi

terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu

aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh

infonnasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis

gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutnsi dan riwayat

penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, f>enyakit hati, diabetes mellitus,

dan tumor serebri).

b. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien,

tanda-tanda vital, tanda dehidrasi, dan besamya kehamilan. Selain itu perlu

juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan

diagnosis banding.

c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan

yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG

(pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.

Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat

dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada

kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan

kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan

pemeriksaan antibodi Helicobacter pylon. Pemeriksaan laboratorium umumnya

menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria,

peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG


penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola

hidatidosa (Iqbal, 2016).

C. Status Gizi pada ibu hamil


1. Pengertian Gizi

Kata gizi berasal dari bahasa arab yaitu ghidza, yang berarti makanan. Ilmu gizi

bias berkaitan adengan makanan dan tubuh manusia. Pengertian gizi dibedakan

pada masa lalu dan sekarang, pada masa lalu gizi hanya dihubungkan dengan

kesehatan tubuh(menyediakan energy, membangun, memelihara jaringan tubuh,

serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh). Sementara saat ini, gizi

selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena

gizi dikaitkan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas

kerja(Romauli, 2011).

Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang

individu dalam suatu variabel. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam

bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2012), sedangkan menurut Almatsier (2011)

menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat- zat gizi. Dibedakan gizi baik, kurang.

2. Kebutuhan Gizi SelamaHamil

a. Karbohidrat dan Energi

Kebutuhan energy pada ibu hamil bergantung pada berat badan sebelum
hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan, karena adanya

peningkatan basal metabolisme dan pertumbuhan janin yang pesat terutama

pada trimester II dan III, direkomendasikan penambahan jumlah kalori sebesar

285-300 kalori pada trimester II dan III. Dampak kekurangan energy adalah

pertumbuhan dalam janin terhambat yang disebut dengan intra-uterine

growth restriction (IUGR) bahkan dampak lebih parah dapat mengakibatkan

kematian.

b. Protein

Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, uterus, jaringan

payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu serta persiapan laktasi.

Sebanyak 2/3 dari protein yang dikonsumsi sebaiknya berasal dari protein

hewani yang mempunyai nilai biologis tinggi. Tambahan protein yang

diperlukan selama kehamilan sebanyak 12g/hari. Sumber nabati banyak

terdapat pada kacang-kacangan.

c. Lemak

Lemak banyak manfaatnya untuk cadangan energy tubuh dan agar tubuh ibu

tidak mudah merasa lelah. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama

dalam kandungan membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama. Lemak

merupakan sumber tenaga yang vital, selain itu juga digunakan untuk

pertmbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan normal, kadar lemak dalam

aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III. Tubuh ibu hamil juga

menyimpan lemak yang akan mendukung persiapannya untuk menyusui

setelah bayi lahir.


d. Vitamin

1) Asam folat dan vitamin B12 (Sianokobalamin)

Asam folat befungsi untuk memenuhi kebutuhan volume darah jain dan

plasenta(pembentukan sel darah), vitamin B12 merupakan factor penting

pada metabolisme protein. Asam folat dapat diperoleh dari hati, sereal,

kacang-kering, asparagus, bayam, jus jeruk dan padi-padian.

2) Vitamin B6 (Piridoksin)

Penting untuk pembuatan asam amino dalam tubuh. VitaminB6 juga

diberikan untuk mengurangi keluhan mual muntah pada ibu hamil.

3) Vitamin C(Asam Askorbat)

Kekurangan atau defisiensi vitamin C dapat mengakibatkan keracunan

kehamilan danjuga ketuban pecah dini(KPD).

4) Vitamin A

Vitamin A berfungsi pada pertumbuhan sel dan jaringan, gigi, serta

tulang, juga penting untuk kesetana mata, kulit, rambut, dan juga

mencegah kelainan bawaan.

5) Vitamin D

Selama kehamilan, mengkonsumsi vitamin Dakan dapat mencegah

hipokalsemia, karena vitamin D dapat membantu penyerapan kalsium dan

fosfor yang berguna untuk mineralisasi tulang dan gigi. Vitamin D banyak

terdapat pada kuning telur, susu.

6) Vitamin E

Jarang dilaporkan terjadi defisiensi viamin E. Vitamin E berfungsi pada


pertumbuhsn sel, jaringan dan integrasi sel darah merah. Ibu hamil

dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin E melebihi 2 mg/hari.

7) Vitamin K

Jarang dilaporkan terjadi defisiensi vitamin K. Bila terjadi kekurangan

dapat mengakibatkan gangguan perdarahan pada bayi.

e. Mineral

1) Kalsium

Jumlah kalsium pada janin sekitar 30gram, terutama diperlukan pada

20minggu terakhir kehamilan. Rata-rata setiap hari penggunaan kalsium

pada ibu hamil 0,08gram dan sebagian besar untuk perkembangan janin.

Apabila asupan kalsium kurang maka kebutuhan kalsium diambil dari

gigi dan tulang ibu. Sumber kalsium tedapat pada susu, dan produk susu,

ikan,kacang-kacangan, tahu, tempe, daan sayuran berdaun hijau.

2) Fosfor

Fosfor berhubungan erat dengan kalsium. Fosfor berfungsi pada

pembentukan rangka gigi janin serta kenaikan metabolisme kalsium ibu.

Jika jumlah didalam tubuh tidak seimbang sering mengakibatkan kram

pada tungkai.

3) Zat besi (Fe)

Zat besi merupakan zat yang snagat esensial bagi tubuh. Zat besi

berhubungan dengan meningkatnya jumlah erirosit ibu (kenaikan sirkulasi

darah ibu dan kadar Hb) yang mana diperlukan untuk mencegah

terjadinya anemia. Sumber zat besi banyak terdapat pada daging merah,
ikan, unggas, kacang-kacangan, kerang, seafood, dan lain-lain

4) Seng (zn)

Zat seng berguna untuk pembentukan tulang, selubung saraf, serta tulang

belakang. Hasil studi menunjukkan bahwa rendahnya kadar Zn pada ibu

ditemukan pada persalinan abnormal dan berat bayi lahir

rendah(BBLR<2.500gram).

5) Flour

Dalam air minum sebenarnya cukup mengandung flour. Flour diperlukan

untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Bila kurang dari kebutuhan, maka

gigi tidak terbentuk sempurna dan jika kadar flour berlebihan maka warna

dan struktur gigi menjadi tidak normal.

6) Yodium

Defisiensi yodium mengakibatkan kretinism. Jika kekurangan terjadi

kemudian pertumbuhan anak akan terhambat. Tambahan yodium yang

diperlukan ibu hamil sebanyak 25 mg/hari.

7) Natrium

Kebutuhan natrium meningkat sejalan dengan meningkatnya kerja ginjal.

Natrium memegang peranan penting dalam metabolisme air dan bersifat

mengikat cairan dalam jaringan memengaruhi keseimbangan cairan tubuh

pada ibu hamil.

3. Pengukuran Status Gizi

Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui mengukur tinggi badan, penambahan

berat badan, serta lingkar lengan atas.


a. Tinggi Badan

Tinggi badan selain ditentukan oleh faktor genetis, juga ditentukan oleh

status gizi sewaktu masa kanak-kanak. Keadaan ini dapat diartikan bahwa

gangguan gizi sewaktu masa kanak-kanak pengaruhnya sangat jauh, yaitu

sampai produk kehamilannya (Almatsier, 2011).

Pengukuran tinggi badan ibu hamil sedapat mungkin dilaksanakan pada

masa awal kehamilan untuk menghindari kesalahan akibat perubahan postur

tubuh. Perubahan postur tubuh dapat mengurangi ukuran tinggi badan

sepanjang 1 cm Ibu yang mempunyai tinggi badan <143 cm akan melahirkan

bayi yang lebih kecil dibandingkan ibu yang mempunyai tinggi badan normal

(Paath, 2015).

b. Penambahan Berat Badan Ibu Hamil

Berat badan ibu hamil merupakan parameter yang penting selama

kunjungan antenatal. Bila berat badan ibu pada kunjungan antenatal pertama <

47 kg kemungkinan melahirkan bayi berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah

1,73 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu hamil yang berat badannya

>47 kg (Bobak, 2015).

Peningkatan berat badan pada ibu hamil, bertambahnya berat badan normal

perminggu untuk ibu hamil adalah 0,35 kg, sedangkan untuk berat badan

dengan kenaikan 0,90 kg/minggu atau 2,75 kg perbulan semenjak trimester

pertama akan mempengaruhi sirkulasi didalam tubuh sehingga mencetuskan

kejadian hipertensi dalam kehamilan, dapat diketahui pada usia kehamilan 20

minggu terutama untuk kehamilan anak pertama atau kehamilan lebih dari tiga
kali (Saifuddin, 2012).

Penambahan berat badan (BB) selama hamil idealnya berbeda-beda setiap

orangnya, tergantung berapa berat badan sebelum hamil. Walaupun ada yang

berpendapat bahwa kenaikan BB ibu hamil sebaiknya sekitar 10-16 kg selama

hamil. Untuk menghitung seberapa BB ideal Anda bertambah selama hamil,

kita bisa menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus IMT

adalah:

Nilai IMT = Berat Badan Sebelum Hamil

Tinggi badan (m2)

c. Lingkar Lengan Atas (LILA)

LILA dapat digunakan untuk skrining pada ibu hamil, bila ukuran LILA

<23,5 cm maka ibu hamil ini menderita kekurangan energi kronis (Almatsier,

2011). Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko

kekurangan energi protein pada wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA

untuk memantau status gizi dalam jangka panjang.

Tujuan pengukuran LILA adalah untuk mengetahui risiko KEK

(Kekurangan Energi Kronis) pada WUS, meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam penanggulangan KEK dan mengarahkan pelayanan kesehatan pada

kelompok sasaranWUS yang menderita KEK.


D. Umur
Umur ibu adalah usia saat melahirkan yang dinyatakan dalam tahun kalender,

umur bertambah sejalan dengan perkembangan biologis organ-organ tubuh manusia

yang pada usia tertentu mangalami perubahan,umur adalah lama waktu hidup atau

ada sejak dilahirkan atau diadakan. (Rohani, 2016).

Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.

Pada usia ini alat kandungan telah matang dan siap untuk di buahi. Kehamilan pada

usia muda <20 tahun sering terjadi penyulit/komplikasi bagi ibu maupun janin. Hal

ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil,dimana rahim belum

bisa menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum matang dan mudah

mengalami robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah

dini.Sedangkan pada kelompok umur >35 tahun keadaan otot-otot dasar panggul

tidak elastik lagi, sehingga mudah terjadi penyulit kehamilan dan persalinan serviks

mudah berdilatasi sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini

yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. (Tjahjani, 2014).

E. Paritas
1. Pengertian

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu.

Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak

yang pernah dilahirkannya.

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita. Paritas adalah

keadaan kelahiran, keadaan wanita yang Pernah melahirkan bayi hidup maupun
lahir mati Kehamilan grande multigravida (paritas tinggi) menyebabkan

kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali

direngangkan kehamilan. Sehingga cenderung untuk timbul kelainan letak ataupun

kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin dan melahirkan bayi berat

badan lahir rendah. Hal ini dapatmempengaruhi suplai gizi dari ibu ke janin dan

semakin tinggi paritas maka resiko untuk melahirkan BBLR semakin tinggi.

Paritas rendah minimal 3 anak berarti ibu sudah menerapkan keluarga kecil

bahagia dan sejahtera sebagai salah satu program pembangunan kesehatan dalam

rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ibu yang pernah melahirkan anak empat kali atau lebih karena paritas yang

terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi

pembuluh darah. Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan kerusakan

pada dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan mempengaruhi nutrisi ke janin

pada kehamilan selanjutnya sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

yang selanjutnya akan melahirkan bayi dengan BBLR.

2. Klasifikasi Paritas

a. Menurut Wiknjosastro (2011), dari sudut kematian paritas terbagi atas:

1) Paritas 1 -3 merupakan paritas paling aman untuk hamil dan bersalin.

2) Paritas tinggi (lebih dari 3)

Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih

tinggi. Semakin tinggi paritas, maka semakin tinggi juga kematian

maternal.

b. Menurut Mochtar terbagi menjadi:


1) Primipara adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya

2) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali

(sampai 5 kali)

3) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi kali atau

lebih hidup atau mati

F. Pekerjaan
Pekerjaan seorang ibu akan menggambarkan aktivitas dan tingkat

kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik

daripada ibu yang tidak bekerja. Oleh karena itu, pada ibu yang bekerja akan

lebih memiliki kesempatan untuk berintekrasi dengan orang lain sehingga

lebih mempunyai banyak peluang juga untuk mendapatkan informasi seputar

keadaannya (Jannah, 2012).

Pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa dibatasi atau istirahat

yang cukup, hal ini akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan

janin, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya Hiperemesisi Gravidarum. Jenis

pekerjaan yang sebaiknya dihindari ketika hamil, misalnya para wanita yang

bekerja sebagai petani, buruh pabrik, ahli laboratorium, kru maskapai

penerbangan, polisi lalu lintas, tentara, juru masak, bahkan pekerjaan sebagai

karyawan atau sekretaris seringkali memiliki risiko apabila yang

bersangkutan dengan duduk selama berjam-jam. Selain itu stress juga


berbahaya bagi kehamilan, karena bisa melemahkan kondisi fisik dan

menganggu perkembangan janin (Anonim, 2010).

G. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat antara kehamilan sebelumntya dan

kehamilan berikutnya memberi risiko tidak baik terhadap perkembangan

kehamilan. Setelah berlangsungnya persalinan dari kehamilan sebelumnya,

dinding rahim belum kembali kesuburannya sehingga belumsiap menerima

kehamilan. Risiko yang mungkin ditimbulkan adalah terjadinya abortus,

kehamilan tidak berkembang, dan perkembangan janin tidak optimal

(Mandriwati, 2017).

Jarak kehamilan berkaitan dengan risiko kesakitan dan kematian

maternal, risiko ini akan lebih tinggi pada jarak kurang dari 24 bulan. Jarak

kehamilann yang lebih panjang dapat meningkatkan dengan status kesehatan

ibu (SDKI,2017)
H. Kerangka Teori
Sebagaibahan acuan dalam penelitian ini,kerangka teoriyangdi kemukakan oleh Green

dalam Notoatmodjo (2010)sebagai berikut:

Faktor Internal
o Kadar p- Hcg meningkat
o Kadar Esterogen Meningkat
o Kadar Progesteron meningkat

Faktor Predisposisi
o Pengetahuan
o Umur Hiperemesi
o Paritas s
o Status Gizi Gravidaru
o Jarak kehamilan

Faktor Penguat
oTeman
o Dukungan Keluarga
o Peran Petugas Kesehatan
o Pekerjaan

Gambar 2.1
Sumber (Notoadmodjo, 2012)
37

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan tentang variabel-

variabel yang dialami atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Oleh

karena itu konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati

atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang

telah dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang

menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoadmojo, 2012). Untuk lebih

jelasnya kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat dari gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Umur

Paritas

Status Gizi
Hiperemesis Gravidarum

Jarak Kehamilan

Pekerjaan

37
38

B. Definisi operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala


Operasional Ukur
1. Status Gizi Status gizi dapat Lembar Observasi 0 = Tidak Ordinal
diketahui dari Observasi Normal < 23,5
Lila 1 = Normal ≥
23,5
2. Umur Lamanya ibu Lembar Observasi 0 = Beresiko Ordinal
hidup sejak Observasi < 20 tahun
dilahirkan sampai dan >35 tahun
pada saat bersalin 1 =
terakhir Tidak
Beresiko
=Antara20
tahun – 35
tahun.
(Bina, 2017)
3. Pekerjaan Pekerjaan ibu Lembar Observasi 0=Tidak Ordinal
diluar rumah Observasi Bekerja
tangga rutin 1=Tidak
memperoleh Bekerja
penghasilan dalam
membantu
perekonomian
keluarga
4. Paritas Jumlah persalinan Lembar Observasi 0 =Beresiko Ordinal
yang pernah di Observasi bila > 2 anak
alami ibu, baik 1 = Tidak
yang berakhir Beresiko bila
dengan keajadian < 2 anak
hidup ataupun (Hertje, 2017)
mati
5. Jarak Jarak kehamilan Lembar Observasi 1=Jarak Ordinal
Kehamilan ibu pada Observasi Kehamilan <2
kehamilan ini tahun
(Beresiko)
0=Jarak
Kehamilan ≥2
tahun (Tidak
Beresiko)
(Mandriwati,
2017)
6. Hiperemesis Hiperemesis Lembar Observasi 1= Ya, Jika Ordinal
Gravidarum Gravidaraum Observasi pasien dengan
adalah keluhan Diagnosa
mual dan muntah Hiperemesis
hebat lebih dari Gravidarum
10 kali sehari 0 = Tidak,
dalam masa Jika pasien
kehamilan yang dengan Hamil
dapat normal.
menyebabkan (Bina, 2017)
kekurangan
cairan, penurunan
berat badan, atau
gangguan
elektrolit,
sehingga
menganggu
aktivitas sehari-
hari dan
membahayakan
janin dalam
kandungan

C. Hipotesis

1. Ada Hubungan Status Gizi dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah

Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020

2. Ada Hubungan usia ibu dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.


3. Ada Hubungan paritas dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

4. Ada Hubungan pekerjaan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.

5. Ada Hubungan jarak kehamilanibu dengan kejadian Hiperemesis gravidarum di

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskritif Analitik denganpendekatan crossectionalyang

bertujuan untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga, Usia dan Status Gizi

dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2021.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Februari 2021.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoadmojo, 2012). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil

yang mengalami Hiperemesisi Gravidarum yang dirawat di RS Mayjen H.A

Thalib Kabupaten Kerinci berjumlah 120 Orang.


2. Sampel

Sampel adalah objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoadmodjo, 2014).

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 orang sampel kasus

Hiperemesisi Gravidarum, dengan perbandingan antara kasus : kontrol = 1 : 1,

dimana sampel terdiri dari kelompok kasus 120 orang yang Hiperemesisi

Gravidarum dan kelompok control sebanyak 120 orang yang didapatkan dari

buku register. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu

memilih sampel sesuai keinginan peneliti dan berdasarkan tujuan penelitian,

dimana pengambilan sampel kasus dari semua ibu yang mengalami Hiperemesisi

Gravidarum dari Januari – Desember 2020 sebanyak 120 orang sementara untuk

pengambilan sampel kontrol dari ibu yang tidak mengalami Hiperemesisi

Gravidarum sebanyak 120 orang yang didapatkan dari buku register.

3. Kriteria Inklusi dan Kriteria ekslusi

a. Kriteria Inklusi Kasus.

1) Ibu hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum yang tercatat di

register yang di rawat di rawatan kebidanan Rumah sakit mayjen H.A

Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020

2) Ibu hamil yang berkunjung/ di rawat di Rumah sakit Umum dengan Usia

kehamilam Trimester I dan Trimester II pada saat penelitian yang

tercatat di buku register.


6) Ibu hamil yang mempunyai riwayat pernah melahirkan dan belum

pernah melahirkan.

b. Kriteria Inklusi Kontrol

1) Pasien Ibu hamil Normal maupun atas indikasi selain Hiperemesisi

Gravidarum yang di rawat di rawatan kebidanan Rumah sakit mayjen H.A

Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2020

c. Kriteria Ekslusi kasus dan Kontrol

1) Ibu hamil tidak memiliki suami.

2) Ibu hamil yang datang Berkunjung dalam 2 kali kunjungan / atau

sudah pernah d jadikan sampel penelitian sebelumya.

3) Buku register Robek atau rusak

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendata sampel kejadian abortus yang

diambil dari data sekunder berupa catatan buku register.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan proses. Data diolah secara

komputerisasi dengan tahapan pengelolahan sebagai berikut:

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan dan perbaikan isian alat

ukur penelitian untuk mengurangi kesalahan.


b. Coding

Setelah data masuk kemudian diperiksa, setiap jawaban diberi kode sehingga

memudahkan dalam pengelolahan data selanjutnya

c. Entri

Memasukan kode jawaban pada program pengelolahan data.

d. Tabulating

Merupakan kegiatan memasukan data kemasing-masing tabel yang telah

disedikan.

e. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan perlu pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan

sebagainya (Notoadmodjo, 2012).

2. Analisa Data

Analisa data diolah dengan sistim komperisasi kemudian dilakukan

analisa dengan menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat yaitu seluruh variabel diolah berdasarkan distribusi

frekuensi. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendikripsikan karakteristik setiap variabel variabel penelitian baik variabel

independen maupun variabel dependen (Notoadmodjo 2012).


b. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara dua

variabel, dengan menggunakan uji statistik uji chi-squire dengan derajat

kemaknaan 95% (o = 0,05) jika p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima

ini berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan

dependen sebaliknya jika p value ≥ 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada

hubungan yang bermakna variabel independen dan variabel dependen.


46

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kerinci merupakan rumah sakit

Type C milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kerincidan merupakan satu-satunya

Rumah Sakit Pemerintah yang ada di wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota sungai

Penuh, sehingga menjadikannya pusat rujukan bagi unit kesehatan lain di wilayah

Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Hal ini menjadikan RSU Mayjen H.A

Thalib sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peranan

penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

RSUD ini berdiri diatas tanah dengan luas 70x80x41 Ha. yang berada di

Desa Koto Tinggi dengan status tanah hak milik dengan nomor sertifikat

06.05.01.32.1.00163. Berdasarkan Perda Kabupaten Kerinci No.4 tahun 1995,

RSUD Kabupaten Kerinci secara teknis operasional bertanggung jawab kepada

Pemerintah Kabupaten Kerinci dan secara teknis fungsional berkoordinasi dengan

Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci.

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A.Thalib terletak di kota Sungai Penuh

persisnya di Jalan Jendral Basuki Rahmat. Pada saat ini Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A.Thalib telah memiliki pelayanan spesialisasi yaitu : Spesialis Bedah,

Spesialis Obgyn, Spesialis Penyakit Dalam dan Spesialis Anak, Spesialis Syaraf,

Spesialis Mata, Spesialis THT dan Spesialis Paru, Spesialis Jantung, dan Spesialis

46
47

Gigi.Selain itu RSU Mayjen H.A. Thalib juga dilengkapi dengan pelayanan

penunjang lainnya dengan 153 jumlah tempat tidur.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Hasil Penelitian

a. Status Gizi pada ibu hamil

Distribusi frekuensi status gizi pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib tahun 2020 dapat dilihat pada table 5.1 :

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi status gizi ibu hamil di Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020
Status Gizi f (%)
Tidak normal 92 38,3
Normal 148 61,7
Total 240 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 240 responden

terdapat sebanyak 148 responden (70,4%) memiliki status gizi normal.

b. Umur pada ibu hamil

Distribusi frekuensi umur pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib tahun 2020 dapat dilihat pada table 5.2 :

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi umur ibu hamil di Rumah
Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020
Umur F (%)
Berisiko< 20 dan > 35 126 52,5
Tidak Berisiko 20-35 114 47,5
Total 240 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 240 responden

terdapat 126 responden (59,3%) ibu hamil memiliki umur yang berisiko.

c. Paritas pada ibu hamil

Distribusi frekuensi paritas ibu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen

H.A Thalib tahun 2020 dapat dilihat pada table 5.3 :

Tabel 5.3
Distribusi frekuensiparitas di Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020
Paritas f (%)
Berisiko 112 46,7
Tidak Berisiko 128 53,3
Total 240 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 240 responden

terdapat 128 responden (53,3%) ibu hamil mempunyai jumlah anak yang

tidak berisiko.

d. Pekerjaan pada ibu hamil

Distribusi frekuensi Pekerjaan pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib tahun 2020 dapat dilihat pada table 5.4 :

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi stress di Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020
Pekerjaan F (%)
Bekerja 141 58,8
Tidak bekerja 99 41,3
Total 240 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 240 responden ibu

hamil terdapat 141 responden (58,8%) yang bekerja.


e. Jarak kehamilan pada ibu hamil

Distribusi frekuensi Jarak kehmilan pada ibu hamil di Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020 dapat dilihat pada table 5.5 :

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi Jarak kehmilan pada ibu hamil
di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
tahun 2020
Jarak Kehmilan F (%)
Berisiko 138 57,5
Tidak berisiko 102 42,5
Total 240 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 240 responden ibu

hamil terdapat 138 responden (57,5%) yang memiik jarak kehamilan

berisiko.

f. Hiperemesis Gravidarum

Distribusi frekuensi Hiperemesis Gravidarumdi Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib tahun 2020 dapat dilihat pada table 5.6 :

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi Hiperemesis Gravidarum
di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
tahun 2020
Hiperemesis Gravidarum F (%)
Ya 120 50,0
Tidak 120 50,0
Total 240 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 240 responden

terdapat 120 responden (50,0%) mengalami Hiperemesis Gravidarum.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Status Gizi pada ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis

Gravidarum

Tabel 5.7
Hubungan Status Gizi pada ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
Tahun 2020

Kejadian Hiperemesis
Status Gizi Gravidarum Total p
Ya Tidak OR (95% CI) Value
n % N % N %
Tidak normal 35 14,6 57 23,8 92 38,3
Normal 85 35,4 63 26,3 148 61,7 2,197
0,0005
(1,290-3,742)
Total 120 50 120 50 240 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 120 responden ibu hamil yang

mempunyai status gizi tidak normal, mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum

sebanyak 35 (85,2%).Sedangkan responden yang mempunyai status gizi tidak normal

yaitu yang tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 57 (23,8%).

status gizi normal, mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 85

(35,4%).Sedangkan responden yang mempunyai status gizi normal yaitu yang tidak

mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 63 (26,3%).


Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0005 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak,

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Status Gizi

dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

tahun 2020.

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 2,197 artinya

bahwa responden yang mempunyai status gizi normal berpeluang sebesar 2 kali

untuk mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum dibandingkan dengan responden

yang mempunyai status gizi tidak normal .

b. Hubungan usia pada ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Tabel 5.8
Hubungan usia ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum
di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
tahun 2020

Kejadian Hiperemesis
Gravidarum Total p
Usia
Ya Tidak OR (95% CI) Value
n % N % N %
Berisiko 51 21,3 75 31,3 126 52,5
Tidak berisiko 69 28,7 45 18,8 114 47,5 2,255 0,0003
(1,344-3,783)
Total 120 50 120 50 240 100

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 120 responden ibu hamil yang

berusia berisiko, mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 51

(21,3%).Sedangkan responden yang berusia berisiko yaitu yang tidak mengalami

kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 75 (31,3%). Hasil uji statistik

menunjukan nilai p = 0,0003 < 0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian Hiperemesis

Gravidarum Rumah SakitUmum Mayjen H.A Thalib tahun 2020.


Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 2,255 artinya

bahwa responden yg berusia < 20 dan > 35 Berisiko mengalami berpeluang sebesar

2 kali untuk mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum dibandingkan dengan

responden yang berusia 20-35 .

c. Hubungan Paritas pada ibu hamil dengan KejadianHiperemesis Gravidarum

Tabel 5.9
Hubungan Paritas ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020

Kejadian Hiperemesis
Paritas Gravidarum Total P
Ya Tidak OR
Value
n % n % N %
Berisiko 69 28,7 43 17,9 112 46,7
Tidak Berisiko 51 21,3 77 32,1 128 53,3
0,413 0.0001
Total 120 50 120 50 240 100

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 120 responden ibu hamil yang

mempunyai jumlah anak yang berisiko yaitu sebanyak 69 (28,7%) mengalami

kejadian Hiperemesis Gravidarum dan jumlah anak yang berisiko tidak

mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 43 (17,9%). Sedangkan

responden yang mempunyai jumlah anak yang tidak berisiko yaitu sebanyak 51

(21,3%) mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum dan jumlah anak yang

tidak berisiko tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 77

(32,1%).

Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0001 < 0,05 (α) artinya Ho

ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

paritas dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah SakitUmum Mayjen


H.A Thalib tahun 2020.

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 0,413

artinya bahwa responden paritas tidak berisiko mengalami kejadian Hiperemesis

Gravidarum.

d. Hubungan pekerjaan ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Tabel 5.10
Hubungan pekerjaan ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
Tahun 2020

Kejadian Hiperemesis
Pekerjaan Gravidarum Total p
Ya Tidak OR (95% CI) Value
N % n % N %
Bekerja 81 33,8 60 25,0 141 58,8
Tidak bekerja 39 16,3 60 25,0 30 57,7 0,0481 0,009
Total 120 50 120 50 240 100

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 120 responden ibu hamil

yang bekerja yaitu sebanyak 81 (33,8%) mengalami kejadian Hiperemesis

Gravidarum dan bekerja tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum

sebanyak 60 (25,0%). Sedangkan responden tidak bekerja yaitu mengalami

kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 39 (16,3%). dan tidak bekerja yaitu

tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 60 (25,0%).

Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0009 < 0,05 (α) artinya Ho

ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib tahun 2020.


Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 0,0481

artinya bahwa responden yang bekerja tidak beresiko untuk mengalami kejadian

Hiperemesis Gravidarum.

e. Hubungan jarak kehamilan pada ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis

Gravidarum

Tabel 5.11
Hubungan jarak kehamilan pada ibu hamil dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
tahun 2020

Kejadian Hiperemesis
Jarak Gravidarum Total p
OR (95% CI)
kehamilan Ya Tidak Value
N % n % N %
Berisiko 80 33,3 54 22.5 134 55,8
Tidak berisiko 40 16,7 66 27,5 106 44,2 0,0409 0,0001
(0,243-0,0690)
Total 27 50 27 50 240 100

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 120 responden ibu hamil

yang mempunyai jarak kehamilan berisiko yaitu sebanyak 80 (33,3%) mengalami

kejadian Hiperemesis Gravidarum dan jarak kehamilan yang berisiko tidak

mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 54 (22,5%). Sedangkan

responden yang mempunyai jarak kehamilan tidak berisiko yaitu sebanyak 40

(16,7%) mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum dan jarak kehamilan yang

tidak berisiko tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 66

(27,5%).

Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0006 < 0,05 (α) artinya Ho

ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
jarak kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib tahun 2020.

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 0,0481

artinya bahwa responden yang jarak kehamilan > 2 tahun tidak beresiko untuk

mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum .


56

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Univariat

1. Status Gizi bu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

Tahun 2020

Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari separuh responden

yaitu dari 240 responden ibu hamil terdapat sebanyak 148 responden

(70,4%) memiliki status gizi normal.

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk

variabel tertentu (Supariasa, 2012). Status gizi ibu hamil dapat diketahui

melalui mengukur tinggi badan, penambahan berat badan, serta lingkar

lengan atas. Pada penelitian ini status gizi dilihat dengan mengukur lingkar

lengan atas dimana pengukuran lingkar lengan atas pada kelompok wanita

usia subur baik bagi ibu hamil maupun calon ibu karena merupakan salah

satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat

awam untuk dapat mendeteksi gangguan kesehatan pada ibu hamil.

Pengukuran lingkar lengan atas cukup representatif, dimana ukuran

lingkar lengan atas ibu hamil erat dengan IMT ibu hamil yaitu semakin

tinggi LILA ibu hamil diikuti pula dengan semakin tinggi IMT ibu

(Hidayati, 2011). Implikasi ukuran lingkar lengan atas terhadap

hiperemesis gravidarum adalah lila menggambarkan keadaan konsumsi

makanan pada ibu hamil dimana jika ibu tidak memiliki nafsu makan

dapat menyebabkan timbulnya mual muntah.

56
57

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianDarniati (2017) yang

menyatakan bahwa sebagian besar gizi ibu hamil di puskesmas mawasangka

tengah kecamatan mawasangka tengah kabupaten buton tengah provinsi

sulawesi tenggara dalam kategori status gizi baik yaitu sebanyak 41

responden (60,3%).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Putri di RB “NH”

Kuwaron Gubug Kabupaten Purwodadi yang menyatakan bahwa status

nutrisi responden sebanyak 76,7% adalah kurang dan 23,3% responden

memiliki status nutrisi normal.

Menurut asumsi peneliti, dari data yang didapatkan bahwa lebih dari

separuh responden memiliki status gizi normal, hal ini dilihat dari pengisian

kuesioner yaitu terdapat 36 responden yang memiliki LILA ≥ 23,5.

Pengukuran LILA pada ibu dapat menggambarkan keadaan konsumsi

makanan pada ibu hamil dimana jika ibu tidak memiliki nafsu makan dapat

menyebabkan timbulnya mual muntah. Ibu dengan status gizi yang tidak

normal atau LILA < 23,5 dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah

satunya karena kurangnya pengetahuan responden akan asupan gizi yang

baik pada kehamilan trisemester I, sehingga ibu kekurangan asupan gizi

pada trisemester I yang dapat memicu terjadinya mual. Hal ini juga

dipengaruhi oleh psikologis ibu seperti stress dimana ibu yang stress akan

sulit untuk mengatur emosinya, dan kurangnya istirahat sehingga memicu

untuk terjadinya mual muntah.


2. Umur ibu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020

Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari separuh responden yaitu

terdapat 126responden (59,3%) ibu hamil memilikiumur yang berisiko..

Umur ibu adalah usia saat melahirkan yang dinyatakan dalam tahun

kalender, umur bertambah sejalan dengan perkembangan biologis organ-

organ tubuh manusia yang pada usia tertentu mangalami perubahan,umur

adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. (Rohani,

2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Safari (2017) di

RSUDH. ABD. Manan Simatupang Kisaran yang menyatakan bahwa

mayoritas responden berumur 20-35 tahun sebanyak 27 orang (84,4%),

minoritas berumur<20 tahun sebanyak 2 orang (6,3%).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fitri dkk (2017) di DI

Rsu Muhammadiyah Metro yang menyatakan bahwa sebagian besar

responden yaitu dengan umur beresiko < 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak

25 responden (36,8%).

Menurut asumsi peneliti, dari data yang didapatkan bahwa masih

ada responden dengan umur yang beresiko, hal ini dapat disebabkan oleh

banyak faktor salah satunya tingkat pendidikan yang rendah dimana

responden dengan tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi

pengetahuan responden tentang umur yang baik untuk masa kehamilan.

Kurangnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan menyebabkan

responden tidak tahu umur yang aman untuk masa kehamilan. Selain itu

bahwa umur ibu 35 tahun beresiko mengalami hiperemesisgravidarum,


karena Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun secara biologis emosi ibu

yang masih labil, kurangnya kesiapan mental dapat mengakibatkan

kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama

kehamilannya, sedangkan pada umur diatas 35 tahun terkait dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang

sering menimpa. Dan responden yang tidak pernah melakukan konsultasi

dengan tenaga kesehatan tentang umur yang tepat dan aman untuk masa

kehamilan. Kehamilan yang sehat dan aman itu adalah pada umur 20-35

tahun dimana pada umur dibawah 20 tahun secara biologis belum optimal

emosinya, cenderung labil dan mentalnya belum siap dengan kehamilannya

sehingga mudah untuk mengalami guncangan yang mengakibatkan tidak

memperhatikan asupan gizi selama kehamilan, dan berakibat tidak dapat

memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan sedangkan pada usia diatas 35

tahun terjadinya penurunan daya tahan tubuh dan fungsi organ tubuh dan

juga ibu tidak menginginkankehamilannya.

3. Paritas ibu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun

2020

Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari separuh responden yaitu dari

240 terdapat 128responden (53,3%) ibu hamil mempunyaijumlahanak yang

tidakberisiko.

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari

satu baik melahirkan bayi hidup maupun lahirmati Sucheilitif paritas adalah

status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah

dilahirkannya. Kehamilan yangberulang-


ulangakanmenyebabkankerusakanpadadinding pembuluhdarahuterus,

haliniakan mempengaruhi nutrisi ke janin padakehamilan selanjutnya

sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang selanjutnya

akan melahirkan bayi denganBBLR.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rabbani (2016) di Rumah

Sakit Umum Palembang Bari yang menyatakan bahwa pada penelitian ini

lebih banyak subjek yang memiliki <2 anak (77,5%) dibandingkan subjek

yang memiliki >2 anak sebesar (22,5%).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Butu dkk (2019) di

Puskesmas Buhu Manado yang menyatakan bahwa sebagian besar

responden yaitu dari 30 responden terdapat 22 responden (73,3%) dengan

paritas primipara.

Menurut asumsi peneliti, paritas yang paling aman yaitu paritas 2-3

anak, dimana pada paritas 1 faktor psikologis ibu hamil yang belum siap

dengan kehamilannya dan masih menyesuaikan diri untuk menjadi orang

tua baru dengan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan

sebelumnya sehingga dapat memicu terjadinya hiperemesis gravidarum

pada ibu hamil, sedangkan pada paritas lebih dari 3 ibu hamil sudah

mengalami penurunan fungsi organ tubuh yang menyebabkan

berkurangnya daya tahan tubuh ibu yang dapat memicu timbulnya

berbagai faktor resiko seperti hiperemesis gravidarum.


4. Pekerjaan ibu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun

2020

Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari separuh responden yaitu

dari 240 terdapat 141responden (58,8%) yang bekerja.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia (2008), bekerja

adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling

sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama satu minggu yang lalu

(Wadud, 2012).

Salah satu penyebab dan gejala klinis hiperemesis gravidarum adalah

faktor psikologis. Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis

gravidarum masih belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang

menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan

suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum

(Manuaba, Manuaba dan Manuaba, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Inthan, 2016 di RSUP Dr.

Moh. Hoesin Palembang Dari 35 jumlah sampel didapatkan sebanyak 24 ibu

hamil yang tidak bekerja dengan persentase 68,6% dan sebanyak 11 ibu

hamil yang bekerja dengan persentase 31,4%.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Maya, 2018 Di Rsu

Muhammadiyah Medan dapat diketahui bahwa dari 80 ibu, yang bekerja

yaitu 39 (48,8%) ibu, dan yang tidak bekerja yaitu 41 (51,3%) ibu.

Menurut asumsi bahwa kehamilan yang sehat dipengaruhi oleh

pekerjaan ibu, ibu yang bekerja lebih berisiko mengalami gangguan saat
hamil seperti mengalami hiperemesis gravidarum karena pada ibu

bekerjaan kondisi fisik ibu lebih terbeban karena pekerjaan yang dilakukan

serta psikis ibu mengalami tekanan karena pekerjaan sehingga berisiko

mengalami hiperemesis gravidarum.

5. Jarak kehamilan ibu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib tahun 2020

Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari separuh responden

yaitu dari 240 responden terdapat 138responden (57,5%) yang memiliki

jarak kehamilan < 2 tahun berisiko.

Jarak yang dekat antara kehamilan sekarang dan dahulu serta umur

ibu yang sudah lebihdari 35 tahun juga dapat berpengaruh,karena kedaan

yang belum normal sebagaimana mestinya harus sudah bereproduksilagi

untuk kehamilan selanjutnya maka darihal itulah dapat menyebabkan

Hiperemesis Gravidarum dan komplikasi kehamilanlainnya (Proverawati,

2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hertijie, 2013 Pada jarak

kehamilan > 2 tahun lebih banyak ditemukan responden dengan kejadian

Hiperemesis Gravidarum (45 %) daripada responden dengan kejadian

Hiperemesis Gravidarum rendah (13,8 %). Sedangkan pada responden

dengan jarak kehamilan < 2 tahun ternyata lebih banyak ditemukan

kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah (25 %) daripada kejadian

Hiperemesis Gravidarum tinggi (16,2 %).

Menurut asumsi peneliti Jarak yang dekat antara kehamilan

sekarangdan dahulu serta umur ibu yang sudah lebih dari 35 tahun juga
dapat berpengaruh, karena kedaan yang belum normal sebagaimana

mestinya harus sudah bereproduksi lagi untuk kehamilan selanjutnya maka

dari hal itu lah dapat menyebabkan Hiperemesis Gravidarum dan

komplikasi kehamilanlainnya

6. HEG Pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

tahun 2020

Hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari separuh responden

yaitu dari responden terdapat 120 responden (50,0%) mengalami

Hiperemesis Gravidarum.

Hiperemesis Gravidaraum adalah keluan mual dan muntah hebat

lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan

kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,

sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam

kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil

dapat menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan kadar elektrolit,

penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,

ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu

keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada

usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus

berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).

Mual dan muntah dalam kehamilan juga dikenal sebagai "Morning

Sickness" biasanya dimulai antara tanggal 4dan minggu ke-7 pada 80%

wanita hamil dan sembuh pada minggu ke-20 kehamilan. Biasanya ringan,

kondisi terbatas diri yang sering dikendalikan oleh tindakan konservatif.


Etiologi dari mual dan muntah saat hamil masih belum diketahui. Ada

berbagai faktor dan teori yang diyakini menyebabkan ini. Manajemen

termasuk non-farmakologis (misalnya jaminan / konseling, akupresur,

tindakan diet dan terapi musik) dan terapi farmakologis (seperti obat-

obatan, antiemetik,antihistamin & antikolinergik, obat motilitas, dan

kortikosteroid) (Dr. Neerja Sharma, 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mariantari (2014)

yang menyatakan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 27 respondn

(71,1%) ibu hamil mengalami emesis gravidarum.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Suwardi (2018)

yang menyatakan mayoritas pada kelompok hiperemesis gravidarum

ringan sebanyak 25 responden (71,4%) dan minoritas pada kelompok

hiperemesis gravidarum sedang sebanyak 10 orang (28,6%).

Berdasarkan jurnal internasional Sebuah studi prospektif

melibatkan 60 wanita hamil, dirawat di Departemen Obstetri dan

Ginekologi, Risiko Tinggi Unit Kehamilan, Rumah Sakit Universitas

Benha, 30 pasien dengan diagnosis hiperemesis gravidarum, episode per

hari, penurunan berat badan> 3kg atau 5% dan adanya setidaknya 1

ketonuria positif), usia 18-40 tahun,kehamilan antara 6 dan 16 minggu dan

ekslusi penyebab muntah lainnya seperti hipertiroidisme, gigi molar

kehamilan, penyakit infeksi, kehamilan ganda dan gangguan saluran cerna.

Kriteria inklusi untuk kontrol kelompok sama dengan kelompok HG

kecuali gejala HG. Kedua kelompok dilakukan anamnesis lengkap, umum

dan pemeriksaan lokal, serta USG, dilakukan untuk semua kasus untuk
menyingkirkan kemungkinan kebidanan lainnya penyebab hiperemesis

seperti kehamilan ganda atau kehamilan mola, analisis urin untuk keton

dan khusus investigasi laboratorium untuk menguji serum untuk H.pylori

IgG seropositif menggunakan tes serum / plasma H.pylori 1 langkah

perangkat yang berbasis membran kualitatif untuk mendeteksi antibodi H

pylori dalam serum atau plasma dengan asensitivitas 95,9% dan

spesifisitas 89,6%. Tes ini tidak dapat membedakanm infeksi baru dan

lama karena antibodi tetap berada dalam serum untuk waktu yang lama.

Tes ini mengandung antigen H. Pylori Partikel terlapisi IgG dan

antihuman yang dilapisi pada membran.

Menurut asumsi penelitidari data yang didapatkan bahwa lebih dari

separuh responden mengalami hiperemesis gravidarum, hal ini dapat

terjadi karena beberapa faktor salah satunya karena ibu belum siap untuk

menerima kehamilannya, sulit untuk menyesuaikan keadaanya dan merasa

tidak nyaman pada awal-awal kehamilannya sehingga menyebabkan ini

menjadi beban pikiran yang akhirnya membuat ibu menjadi stress yang

berakibat nafsu makan ibu menurun yang memicu mual muntah. Adanya

responden yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum dapat

dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman, dimana ibu yang sudah

memiliki pengalaman pada kehamilan sebelumnya sehingga akan lebih

cepat menangani tanda dan gejala mual muntah dibandingkan dengan ibu

yang belum memiliki pengalaman hiperemesis pada kehamilan.


B. Bivariat

1. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum ibu

hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020

Hasil penelitian bahwa dari 120 responden ibu hamil yang

mempunyai status gizi tidak normal, mengalami kejadian Hiperemesis

Gravidarum sebanyak 35 (85,2%).Sedangkan responden yang mempunyai

status gizi tidak normal yaitu yang tidak mengalami kejadian

Hiperemesis Gravidarum sebanyak 57 (23,8%). status gizi normal,

mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 85

(35,4%).Sedangkan responden yang mempunyai status gizi normal yaitu

yang tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 63

(26,3%).

Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0005< 0,05 (α) artinya Ho

ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara Status Gizi dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020.

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 2,197

artinya bahwa responden yang mempunyai status gizi normal berpeluang

sebesar 2 kali untuk mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum

dibandingkan dengan responden yang mempunyai status gizi tidak normal.

Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture

seorang individu dalam suatu variabel. Status gizi adalah ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan

dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2012), sedangkan


menurut Almatsier (2011) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh

sebagai akibat konsumsi makanan `dan penggunaan zat- zat gizi.

Dibedakan gizi baik, kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darniati (2017) di

Puskesmas ``Mawasangka Tengah Kecamatan Mawasangka Tengah

Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara yang menyatakan

bahwa dari 34 ibu hamil hiperemesis gravidarum terdapat 21 orang

(61,8%) ibu hamil dengan status gizi kurang dan 13 orang (38,2%) dengan

status gizi baik. Dari 34 orang ibu hamil tidak hiperemesis gravidarum

terdapat 6 orang (17,6%) ibu hamil dengan status gizi kurang dan 28 orang

(82,4%) dengan status gizi baik. Berdasarkan nilai p value dengan uji chi

square diperoleh hasil bahwa ada hubungan status gizi dengan keajdian

hiperemesis gravidarum pada ibu hamil. Ibu hamil dengan status gizi

kurang akan mengalami hiperemesis gravidarum sebesar 7,5 kali

dibanding ibu hamil dengan status gizi baik (OR= 7,53; 95%CI = 2,458-

23,119).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Putri di RB “NH”

Kuwaron Gubug Kabupaen Purwodadi yang menyatakan bahwa

berdasarkan hasil uji fisher exact didapatkan nilai p 0,004 < 0,0, hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bsignifikan antara status nutrisi

dengan hiperemesis gravidarum

Menurut asumsi peneliti adanya hubungan status gizi dengan

kejadian hiperemesis gravidarum karena sebagian besar responden dengan

status gizi tidak normal mengalami hiperemesis gravidarum, hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor salah satunya yaitu rendahnya pengetahuan

dan kurangnya informasi yang diperoleh ibu tentang asupan gizi yang baik

untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu. Status gizi ibu saat hamil akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, dimana ibu harus

mengkonsumsi asupan makanan yang bergizi agar dapat memiliki berat

bdan yang memadai sesuai dengan perkembangan kehamilannya, dimana

jika ibu tidak mendapatkan asupan gizi dengan baik bisa menyebabkan ibu

dan janin kekurangan asupan gizi yang dapat memicu terjadinya mual. Ibu

dengan status gizi normal tetapi mengalami hiperemesis gravidarum dapat

disebabkan banyak hal diantaranya ibu hamil yang stress akan

mempengaruhi kehamilannya dan diharapkan kepada keluarga untuk dapat

selalu mendampingi ibu dan memberikan semangat kepada ibu agar ibu

tidak stress pada awal kehamilannya sehingga mencegah terjadinya mual

muntah. Upaya yang dapat dilakukan ibu hamil yang mengalami

Hiperemesis Gravidarum untuk memenuhi status gizi yang normal dengan

cara pola makan yang baik sebelum atau selama hamil dan harus

memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil seperti karbohidrat, protein dan

lemak, serta vitamin dan mineral karena ibu hamil harus mencukupi nutrisi

atau kebutuhan gizi yang seimbang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

janin dan kesehatan ibu hamil. Upaya yang lain dengan cara menambah

pengetahuan tentang kebutuhan gizi atau nutrisi yang seimbang selama

hamil melalui buku-buku, majalah, langsung bertanya kepada pelayanan

kesehatan dan menghadiri penyuluhan-penyuluhan kesehatan, sehingga


status gizi Ibu Primigravidanormal atau baik dan dapat mencegah

terjadinya hiperemesis gravidarum.

2. Hubungan Umur dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum ibu hamil

di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 120 responden ibu

hamil yang berusia berisiko, mengalami kejadian Hiperemesis

Gravidarum sebanyak 51 (21,3%).Sedangkan responden yang berusia

berisiko yaitu yang tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum

sebanyak 75 (31,3%). Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0003

<0,05 (α) artinya Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian Hiperemesis

Gravidarum Rumah SakitUmum Mayjen H.A Thalib tahun 2020.

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar

2,255 artinya bahwa responden yg berusia < 20 dan > 35 Berisiko

mengalami berpeluangsebesar 2 kali untuk mengalami kejadian

Hiperemesis Gravidarum dibandingkan dengan responden yang berusia

20-35 .

Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan

adalah 20-35 tahun. Pada usia ini alat kandungan telah matang dan siap

untuk di buahi. Kehamilan pada usia muda <20 tahun sering terjadi

penyulit/komplikasi bagi ibu maupun janin. Hal ini disebabkan belum

matangnya alat reproduksi untuk hamil,dimana rahim belum bisa

menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum matang dan

mudah mengalami robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya


ketuban pecah dini.Sedangkan pada kelompok umur >35 tahun keadaan

otot-otot dasar panggul tidak elastik lagi, sehingga mudah terjadi penyulit

kehamilan dan persalinan serviks mudah berdilatasi sehingga dapat

menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini yang menyebabkan

terjadinya ketuban pecah dini. (Tjahjani, 2014).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Butu dkk (2019) di

Puskesmas Bahu Manado yang menyatakan bahwa hasil uji chi-square

didapaykan nilai Asymp.Sig pada variabel umur adalah 0,032 dimana nilai

ini < 0,05, dari hasil uji tersebut maka disimpulkan Ho ditolak, artinya ada

hubungan bermakna antara umur ibu hamil di trisemester I dengan

kejadian hiperemesis gravidarium.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sumai dkk (2014)

di Rumah Sakit Umum daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten

Minahasi Provinsi Sulawesi Utara yang menyatakan bahwa responden

terbanyak yang mengalami hiperemesis gravidarum pada umur <20 tahun

(51%) dan paling sedikit yaitu reponden dengan umur >35 tahun (8%).

Hasil analisis ui statistik chi-square diperoleh nilai p 0,00 < 0,05 artinya

ada hubungan yang signifikan antara umurs dengan kejadian hiperemesis

gravidarum.

Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan antara umur dengan

kejadian hiperemesis gravidarum karenasebagian besar responden dengan

umur beresiko mengalami hiperemesis gravidarum hal ini dapat terjadi

karena ibu yang hamil < 20 tahun belum memiliki kematangan fisik,

mental dan fungsi sosial untuk menjadi calon ibu bagi anaknya, yang
kemudian menimbulkan kecemasan yang mempengaruhi emosi ibu,

sedangkan pada ibu > 35 tahun dipengaruhi oleh psikologis ibu dimana ibu

tidak siap menerima kehamilannya kembali karena jarak kehamilanya

terlalu dekat atau bahkan tidak ingin hamil lagi sehingga ibu merasa

tertekan dan menjadi beban pikiran yang kemudian menimbulkan strees

dan memicu timbulnya hiperemesis gravidarum. Ibu yang memiliki umur

yang tidak beresiko pada masa kehamilannya yaitu umur 20-35 tahun

cenderung lebih banyak tidak mengalami hiperemesis gravidarum, hal ini

dapat terjadi karena pada umu 20-35 ibu sudah memiliki psikologis yang

cukup matang untuk memperhatikan perubahan-perubahan dan keluhan

yang terjadi pada masa kehamilannya sehingga mengurangi resiko

terjadinya mual muntah pada kehamilannya. Diharapkan kepada keluarga

untuk dapat selalu memberikan dukungan, semangat dan suami agar dpat

selalu mendampingi ibu dalam melihat perkembangan kehamilannya agar

ibu dapat merasa lebih aman dan mengurangi stress pada ibu dalam masa

kehamilannya.

3. Hubungan Paritas dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum ibu

hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 120 responden ibu hamil

yang mempunyai jumlah anak yang berisiko yaitu sebanyak 69 (28,7%)

mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum dan jumlah anak yang

berisiko tidak mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 43

(17,9%). Sedangkan responden yang mempunyai jumlah anak yang tidak

berisiko yaitu sebanyak 51 (21,3%) mengalami kejadian Hiperemesis


Gravidarum dan jumlah anak yang tidak berisiko tidak mengalami kejadian

Hiperemesis Gravidarum sebanyak 77 (32,1%).

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 0,413

artinya bahwa responden paritas tidak berisiko mengalami kejadian

Hiperemesis Gravidarum.

Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0001 < 0,05 (α) artinya Ho

ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara paritas dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah

SakitUmum Mayjen H.A Thalib tahun 2020.

Paritas adalah keadaan dimana berkaitan dengan jumlah anak yang

dilahirkan. Paritas anak kedua atau ketiga merupakan paritas yang paling

aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Pada paritas tinggi lebih dari

mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.Ibuyang sedang hamil

anak pertama dan lebih dari anak ketiga harus memeriksakan kehamilan

sesering mungkin agar tidak berisiko terhadap kematian maternal. Pada

paritas rendah, ibu-ibu hamil belum begitu mengerti tentang kehamilan dan

pentingnya pemeriksaan kehamilan ibu yang mempunyai anak < 3 (paritas

rendah).bagi ibu paritas rendahnya kehamilannya ini merupakan suatu yang

sangat diharapkannya. Sehingga mereka sangat menjaga kehamilannya

tersebut dengan sebaik baiknya. Mereka menjaga kehamilannya tersebut

dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan menjaga

demi kesehatan janinnya. Mereka menjaga kehamilannya tersebut dengan

cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin demi menjaga

kesehatan janinnya (Liwis V, Sihpratiti R,2016).


Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hertijie, 2013 Pada

responden yang paritas > 2 anak lebih banyak ditemukan responden

dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum(48,8%) daripada responden

dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah (15%). Sedangkan

pada paritas < 2 anak ternyata lebih banyak ditemukan kejadian

Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%) daripada responden

Hiperemesis Gravidarum tinggi (12,5%).

Penelitian ini sejalan dengan ummi, 2019 menunjukan hasil uji

statistik chi-square yang dilakukan untuk menilai hubungan paritas

dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh p value 0,000 < α

0,05. Ini menunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang

bermakna antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada

ibu hamil di RSUD Salatiga. Berdasarkan hasil analisis hubungan paritas

dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh hasil, responden

sebagian besar ibu hamil yang paritas primipara mengalami hiperemesis

gravidarum, sejumlah 33 ibu (80,5%). Sedangkan ibu hamil dengan

paritas multipara 6 ibu (40,0%) dan paritas gerandemultipara sebanyak 8

ibu (21,1%).

Menurut asunsi peneliti bahwa terdapat hubungan antara paritas

dengan hiperemesis gravidarum karena paritas < 2 anak dapar beresiko

terjadi HEG Hal ini dikarenakan pada Paritas < 2 anak faktor psikologis

Ibu hamil yang masih belum siap dengan kehamilannya, masih

menyesuaikan diri menjadi orangtua dengan tanggung jawab yang lebih

besar sehingga dapat memicu terjadinya kejadian hiperemesis


gravidarum. Sedangkan untuk Paritas yang lebih dari 3 (grandemultipara)

penurunan fungsi organ tubuh yang menyebabkan berkurangnya daya

tahan tubuh dapat menimbulkan berbagai faktor resiko selama hamil.

Sesuai teori Ana Pujianti Harahap,dkk (2018), bahwa Paritas primipara

dan grandemulti para lebih cendrung mengalami hiperemesis gravidarum,

paritas multipara yang cendrung tidak mengalami Hiperemesis

Gravidarum. paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari

sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas > 3 mempunyai kematian

maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian

maternal. Pada umumnya ibu hamil yang mengalami perasaan mual ini

disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon estrogen dan hormon

choironic gonodotropin (HCG) mungkin karena sistem saraf pusat atau

pengosongan lambung yang berkurang

4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum ibu

hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 120 responden ibu

hamil yang bekerja yaitu sebanyak 81 (33,8%) mengalami kejadian

Hiperemesis Gravidarum dan bekerja tidak mengalami kejadian

Hiperemesis Gravidarum sebanyak 60 (25,0%). Sedangkan responden tidak

bekerja yaitu mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum sebanyak 39

(16,3%). dan tidak bekerja yaitu tidak mengalami kejadian Hiperemesis

Gravidarum sebanyak 60 (25,0%).

Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0009< 0,05 (α) artinya Ho

ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna


antara pekerjaan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020.

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 0,0481

artinya bahwa responden yang bekerja tidak beresiko untuk mengalami

kejadian Hiperemesis Gravidarum.

Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa wanita yang tidak bekerja

memiliki risiko untuk mengalami hiperemesis gravidarum, hal ini

kemungkinan disebabkan karena ibu yang tidak bekerja memiliki

pendapatan yang rendah sehingga menyebabkan perubahan pada imunitas

karena faktor asupan nutrisi yang kurang bergizi (Saha, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan Surya dalam Mursyida (2013), faktor

pekerjaan juga mempengaruhi tingkat kejadian Hyperemesis gravidarum

sebanyak 86% pada ibu yang bekerja di luar rumah sedangkan sebanyak

14% pada ibu yang bekerja di rumah (IRT). Hasil uji statistik chi-square

dengan taraf signifikan sig α 0,05 diperoleh hasil p-value 0,000< 0,05, yang

berarti ada hubungan pekerjaan ibu dengan hiperemesis gravidarum pada

ibu hamil trimester I di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2019.

Disamping itu juga kehamilan kurang mendapat kebijakan oleh perusahaan

karena mereka mengang-gap kehamilan akan mengakibatkan wanita itu

tersingkir dari promosi atau tertahan di suatu posisi karena pada saat hamil

kemungkinan dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan (penyakit kehamilan)

tertentu bagi wanita yang bekerja.

Penelitian ini sejalan dengan yosepine, 2019 di Puskesmas Bahu

Manado pada variabel pekerjaan, didapatkan nilai Asymp.Sig 0,374 (>


0,009) dimana H0 tidak diterima, atau dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

ibu hamil trimester 1 ada berhubungan dengan kejadian hyperemesis

gravidarum.

Menurut asumsi penelitian terdapat hubungan antar pekerjaan

dengan hiperemesis gravidarum bahwa kehamilan yang sehat dipengaruhi

oleh pekerjaan ibu, ibu yang bekerja lebih berisiko mengalami gangguan

saat hamil seperti mengalami hiperemesis gravidarum karena pada ibu

bekerjaan kondisi fisik ibu lebih terbeban karena pekerjaan yang dilakukan

serta psikis ibu mengalami tekanan karena pekerjaan sehingga berisiko

mengalami hiperemesis gravidarum.bahwa banyak ibu yang bekerja

mengalami hiperemesis gravidarum karena ibu yang bekerja akan

mengahabiskan waktu nya lebih banyak di dalam pekerjaannya sehingga

waktun istirahat ibu berkurang dan di saat ibu bekerja akan ada banyak

konflik dan dapat memepengaruhi pikiran dan juga dapat memepengaruhi

psikologi ibu yang memengang penting dalam hal ini misalnya, konflik

antara teman kerja, memikirkan kondisi ekonomi keluarga , masalah

dipekerjaan dapat memperberat mual dan muntah sebagai pelarian

kesukaran hidup. Hal ini dapat menimbulkan efek yang tidak baik bagi ibu

salah satunya adalah ibu dapat mengalami stres karena berfikir yang terlalu

banyak dan stres yang terjadi pada ibu dapat menimbulkan plastenta

mengeluarkan HCG lebih atau meningkat kedalam darah sehingga

terjadilah gangguan dalam tubuh yang mnyebabkanmaul muntah yang

belebihan.
5. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Hiperemesis

Gravidarum ibu hamil di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

tahun 2020

Berdasarkan tabel 6.3 diketahui bahwa dari 120 responden ibu

hamil yang jarak kehamilan yang berisiko < 2 tahun, sebanyak 86

(35,8%) mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum. Sedangkan

responden yang yang jarak kehamilan yang tidak berisiko yaitu sebanyak

34 (14,2%) mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum.

Hasil uji statistik menunjukan nilai p = 0,0001< 0,05 (α) artinya Ho

ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara jarak kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum Rumah

Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2021.

Setelah dilakukan analisis lanjut didapatkan nilai OR sebesar 0,0481

artinya bahwa responden yang jarak kehamilan > 2 tahun tidak beresiko

untuk mengalami kejadian Hiperemesis Gravidarum .

Jarak kehamilan yang terlalu dekatan kehamilan sebelumn ya dan

kehamilan berikutnya memberirisiko tidak baik terhadap perkembangan

kehamilan. Setelah berlangsung nya persalinan dari kehamilan sebelumnya,

din ding rahim belum kembali kesuburannya sehingga belum siap

menerima kehamilan. Risiko yang mungkin ditimbulkan adalah terjadinya

abortus, kehamilan tidak berkembang, dan perkembangan janin tidak

optimal (Mandriwati, 2017).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hertijie, 2013 jarak

Berdasarkan analisis dengan uji Chi Square didapatkan ρ value =0,001


artinya, hasil ini memiliki makna ada hubungan yang signifikan antara

jarak kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lina, 2016 dari 284 responden

terdapat 97 responden (34,2%) dengan jarak kehamilan beresiko dan 187

responden (65,8%) dengan jarak kehamilan tidak beresiko. Hasil uji

statistik chi-square di dapatkan p value 0,001, ini menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan hiperemisis

gravidarum

Menurut Asumsi peneliti terdapat hubungan antara jarak kehamilan

antara hiperemisis gravidarum, Pada penelitian ini sebagian besar

responden dengan jarak kehamilan beresiko mengalami hiperemisis

gravidarum, hal ini dikarenakan jarak yang dekat antara kehamilan

sekarang dan dahulu dapat berpengaruh karena keadaan yang belum normal

sebagaimana mestinya harus sudah bereproduksi lagi untuk kehamilan

selanjutnya maka dari itulah dapat menyebabkan hiperemisis gravidarum

dan komplikasi kehamilan lainnya hal ini disebabkan karena jarak yang

dekat antara kehamilan sekarang dan dahulu dapat berpengaruh karena

keadaan yang belum normal sebagaimana mestinya harus sudah

bereproduksi lagi untuk kehamilan selanjutnya maka dari itulah dapat

menyebabkan hiperemisis gravidarum dan komplikasi kehamilan lainnya.

Jarak yang dekat antara kehamilan sekarangdan dahulu serta umur ibu yang

sudah lebihdari 35 tahun juga dapat berpengaruh,karena kedaan yang belum

normal sebagaimana mestinya harus sudah bereproduksilagi untuk


kehamilan selanjutnya maka darihal itulah dapat menyebabkan Hiperemesis

Gravidarum.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari 240 Orang Responden di dapatkan sebagai berikut:

1. Lebihdariseparuhrespondenyaitusebanyaksebanyak148responde

n(61,7%) ibu hamil memiliki status gizinormal.

2. Lebihdariseparuhrespondenyaitusebanyakterdapat126responde

n(87,0%) ibu hamil yang berisiko dengan usia<20 dan >35.

3. Lebih dari separuh responden yaitu dari 240 responden ibu hamil

terdapat 141 responden (58,8%) ibu hamil yang bekerja.

4. Lebih dari separuh responden yaitu dari 240 responden ibu hamil

terdapat 128 responden (53,3%) mempunyai jumlah anak yang


tidak berisiko.

5. Lebih dari separuh responden yaitu dari 240 responden ibu hamil

terdapat 138 responden (57,5%) yang memiliki jarak kehamilan <

2 tahun berisiko

6. Separuh responden yaitu sebanyak terdapat 120 responden ibu

hamil (50,0%) mengalami HiperemesisGravidarum..

7. Ada hubungan yang bermakna antara status Gizi dengan

kejadian Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil di Rumah

Sakit Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020 nilai p = 0,0005<

0,05, nilai OR

sebesar 2,197.

8. Ada hubungan yang berm akna 78


antara u sia dengan kejadian

Hiperemesis Gravidarum Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib tahun 2020 .nilai p = 0,0003< 0,05, nilai OR

sebesar2,255.

9. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian

Hiperemesis Gravidarum pada ibu Rumah SakitUmum Mayjen

H.A Thalib tahun 2020 .nilai p = 0,0009< 0,05, nilai OR

sebesar0,481.

10. Ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib tahun 2020 .nilai p = 0,0001< 0,05, nilai OR

sebesar0,413

11. Ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan


kejadian Hiperemesis Gravidarummil pada ibu h Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib tahun 2020 .nilai p = 0,0001< 0,05,

nilai OR sebesar0,409.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum Mayjen H.AThalib tahun 2020

(1). Hendaknya petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang

penyakit hiperemesis gravidarum mulai dari pengertian, penyebab,

faktor risiko, gejala serta pencegahan supaya ibu-ibu lebih

mengerti tentang penyakit ini.

(2). Hendaknya petugas kesehatan melakukan penyuluhan untuk

memotivasi masyarakat khususnya ibu-ibu untuk sering melakukan

pemeriksaan kehamilan guna untuk mencegah terjadinya

hiperemesis gravidarum pada diri mereka.

2. Bagi Responden

Diharapkan kepada responden dapat mengatasi

Hiperemesis Gravidarum sehingga ibu meminimalisir mual

muntah berlebihan dan menerapkan pola hidup sehat untuk

mecegah mual muntah yang berlebihan.

3. Bagi InstitusiPendidikan

Sebagai bahan acuan dan pedoman bagi mahasiswa

dijadikan untuk literarur dan bahandalam melakukan

penelitiantentang Hiperemesis Gravidarum.


4. Bagi PenelitiSelanjutnya

Diharapkan agar dapat meneliti dengan variabel yang lain

dan jumlah sampel yang berbeda spereti meneliti sistem imun,

atau Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian

Hiperemesis Gravidarum.
DAFTAR PUSTKA

Safari. 2017. Hubungan Karakteristik dan Psikologis Ibu Hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum di RSUD H. ABD. Manan Simatupang Kisaran. Jurnal Volume 6 No. 1 Jan-Juni
2017. Akbid Ibtisam Aulia kisaran

Darniati. 2017. Hubungan graviditas Dan Status Gizi Dengan Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Mawasangka Tengah Kecamatan Mawasangka tengah Kabupaten Buton
Tengah Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015 Hingga 2016: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan Kendari 2017

Putri dkk. Hubungan Paritas dan Status Nutrisi Dengan Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu
Hamil Trisemester I di RB “NH” Kuwaron Gubug Kabupaten Purwodadi. Jurnal.
Universitas Muhammadiyah Semarang.

Rabbani. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hiperemesis Gravidarum di


Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari periode januari 2013-Desember 2014. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Fitri. 2016. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSU MUHAMMADIYAH METRO Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni 2017 ISSN: 19779-469X

Butu,dkk. 2019. Faktor-faktoe Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum


pada Ibu Hamil Trisemester I. Jurnal Keperawatan Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019.
Universitas Sam Ratulangi Manado.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. In Ilmu Kebidanan,
Penyakit, Kandungan, dan KB. https://doi.org/10.1055/s-2008-1043995
Intan, 2016. Hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan Usia Ibu, Usia Gestasi, Paritas, dan
Pekerjaan pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang JURNAL
KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 166-171

Maya, 2018 hubungan antara umur, paritas dan pekerjaan dengan hiperemesis gravidarum pada ibu
hamil trimester 1 di RSU Muhammadiyah Medan Tahun 2017-2018.Jurnal. Institut
Helvetia medan

Mariantari, dkk. 2014. Hubungan Dukungan Suami, Usia Ibu, dan Gravida Terhadap
Kejadian Emesis Gravidarum. JOM PSIK Vol. 1 No. 2 Oktober 2014. Universitas
Riau.

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta:
Salemba Medika
Suwardi dkk. 2019. Hubungan Partas, Dukungan Suami dan Dukungan Keluarga Pada Ibu
Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. Akademi
Kebidanan helvetia, Medan. Indonesia.
Supariasa IDN Dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC; 2012.

Hertje Salone Umbah, dkk, 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
HiperemesisGravidaraum Dipuskesmas TompasoKabupaten Minahasa, Poltekes Kemenkes
Manado. ISSBN:2339-1731

Mursyida. 2013. Hubungan umur dan pekerjaan ibu dengan kejadian Hyperemesis gravidarum di
Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Palembang tahun 2012. Jurnal:
AKBID Pembina

Wadud, MA. 2012. Hubungan Umur dan Pekerjaan Ibu Dengan Kejadian Hyperemesis Gravidarum
di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Palembang Tahun 2012. Hal 12-13

Proverawati A, S. A. 2009. BukuAjar Gizi Untuk Kebidanan. Nuha Medika, Yogyakarta, Indonesia.
Jadwal Kegiatan Laporan Tugas Akhir
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hiper Emesisgravidarum
di Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2020

202 202
NO KEGIATAN 0 1
SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi Judul
2 Pembuatan Propoal BAB I s/d IV
3 Ujian Referensi
4 Perbaikan BAB I s/d IV
5 Persiapan Sidang Proposal
6 Sidang Proposal
7 Perbaikan Proposal
8 Penelitian
9 Pengolahan Data
10 Persiapan Ujian LTA
11 Ujian LTA
12 Perbaikan LTA

Sungai Penuh, Maret 2021


Peneliti,

WENNI ROSITA
MASTER TABEL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A.THALIB KERINCI TAHUN
2020

NO Status gizi kategori kode usia kategori kode Paritas Kategori Kode Pekerjaan kode arak kehamila kategori kode HEG Kategori Kode
1 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
2 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
3 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
4 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
5 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
6 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
7 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
8 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
9 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
10 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
11 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
12 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
13 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
14 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
15 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
16 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
17 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
18 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
19 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
20 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
21 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
22 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
23 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
24 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
25 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
26 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
27 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
28 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
29 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
30 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
31 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
32 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
33 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G7 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
34 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
35 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
36 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
37 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
38 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
39 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
40 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
41 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
42 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
43 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
44 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
45 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
46 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
47 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
48 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
49 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
50 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
51 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
52 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
53 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
54 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
55 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
56 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
57 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
58 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
59 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
60 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
61 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
62 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
63 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
64 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G3 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
65 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
66 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
67 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
68 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
69 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
70 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
71 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
72 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
73 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
74 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
75 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
76 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
77 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
78 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
79 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
80 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
81 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
82 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
83 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
84 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
85 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
86 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
87 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
88 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
89 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
90 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
91 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
92 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
93 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
94 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
95 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
96 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
97 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
98 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
99 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
100 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
101 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
102 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
103 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
104 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
105 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
106 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
107 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
108 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
109 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
110 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
111 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
112 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
113 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
114 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
115 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
116 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
117 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
118 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
119 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
120 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
121 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G3 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
122 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
123 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
124 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
125 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
126 <23,5CM tidak normal 0 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
127 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
128 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
129 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
130 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
131 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
132 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
133 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
134 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
135 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
136 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
137 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
138 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
139 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
140 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
141 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
142 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
143 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
144 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
145 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
146 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
147 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
148 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
149 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
150 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
151 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
152 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
153 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
154 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
155 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
156 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
157 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
158 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
159 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
160 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
161 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
162 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
163 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
164 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
165 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
166 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
167 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
168 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
169 <23,5CM tidak normal 0 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
170 <23,5CM tidak normal 0 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
171 <23,5CM tidak normal 0 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
172 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
173 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
174 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
175 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
176 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
177 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
178 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
179 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
180 <23,5CM tidak normal 0 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
181 <23,5CM tidak normal 0 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
182 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G7 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
183 <23,5CM tidak normal 0 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G8 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
184 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
185 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
186 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
187 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G7 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
188 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
189 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
190 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
191 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
192 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
193 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
194 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
195 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
196 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
197 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
198 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
199 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
200 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
201 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
202 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
203 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
204 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak tidak HEG 0
205 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
206 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
207 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
208 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
209 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
210 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
211 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
212 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
213 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
214 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
215 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
216 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
217 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
218 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
219 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G7 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
220 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
221 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G3 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
222 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
223 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 tidak HEG 1
224 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya tidak HEG 0
225 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
226 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
227 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
228 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
229 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya tidak HEG 0
230 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G6 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
231 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G1 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
232 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
233 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
234 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
235 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G3 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
236 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G4 berIsiko 1 tidak bekerja 2 > 2 tahun Berisiko 2 ya HEG 1
237 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G2 tidak berisiko 2 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 ya HEG 1
238 >23,5 CM normal 1 20-35 tahun Tidak berisiko 1 G5 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 1
239 >23,5 CM normal 1 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G6 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak tidak HEG 0
240 <23,5CM tidak normal 0 <20 tahun dan >35 tahun berisiko 0 G7 berIsiko 1 bekerja 1 <2 tahun tidak berisiko 1 tidak HEG 0
Frequencies

Statistics
status_gizi
N Valid 240
Missing 0

status_gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak normal 92 38.3 38.3 38.3
normal 148 61.7 61.7 100.0
Total 240 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
usia
N Valid 240
Missing 0

usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid beresiko <20 tahun dan >35 126 52.5 52.5 52.5
tahun
tidak berisiko 20-35 tahun 114 47.5 47.5 100.0
Total 240 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
paritas
N Valid 240
Missing 0

paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid beresiko 112 46.7 46.7 46.7
tidak berisiko 128 53.3 53.3 100.0
Total 240 100.0 100.0
Frequencies

Statistics
pakerjaan
N Valid 240
Missing 0

pakerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 141 58.8 58.8 58.8
tidak bekerja 99 41.3 41.3 100.0
Total 240 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
jarak_kehamilan
N Valid 240
Missing 0

jarak_kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid berisiko <2 tahun 138 57.5 57.5 57.5


ttidak berisiko > 2 tahun 102 42.5 42.5 100.0
Total 240 100.0 100.0

Frequencies

Statistics
HEG
N Valid 240
Missing 0

HEG
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 120 50.0 50.0 50.0
Ya 120 50.0 50.0 100.0
Total 240 100.0 100.0
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status_gizi * HEG 240 100.0% 0 0.0% 240 100.0%

status_gizi * HEG Crosstabulation


HEG
tidak ya Total
status_gizi tidak normal Count 57 35 92
% within status_gizi 62.0% 38.0% 100.0%
% of Total 23.8% 14.6% 38.3%
normal Count 63 85 148
% within status_gizi 42.6% 57.4% 100.0%
% of Total 26.3% 35.4% 61.7%
Total Count 120 120 240
% within status_gizi 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.531a 1 .003
b
Continuity Correction 7.773 1 .005
Likelihood Ratio 8.595 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .003
Linear-by-Linear Association 8.496 1 .004
N of Valid Cases 240
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 46.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for status_gizi (tidak 2.197 1.290 3.742
normal / normal)
For cohort HEG = tidak 1.455 1.138 1.862
For cohort HEG = ya .662 .493 .890
N of Valid Cases 240
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * HEG 240 100.0% 0 0.0% 240 100.0%

usia * HEG Crosstabulation


HEG
tidak ya Total
Usia beresiko <20 tahun dan >35 Count 75 51 126
tahun % within usia 59.5% 40.5% 100.0%
% of Total 31.3% 21.3% 52.5%
tidak berisiko 20-35 tahun Count 45 69 114
% within usia 39.5% 60.5% 100.0%
% of Total 18.8% 28.7% 47.5%
Total Count 120 120 240
% within usia 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9.624 1 .002
b
Continuity Correction 8.839 1 .003
Likelihood Ratio 9.690 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .001
Linear-by-Linear Association 9.584 1 .002
N of Valid Cases 240
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 57.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for usia (beresiko 2.255 1.344 3.783
<20 tahun dan >35 tahun / tidak
berisiko 20-35 tahun)
For cohort HEG = tidak 1.508 1.152 1.974
For cohort HEG = ya .669 .516 .866
N of Valid Cases 240
Crostabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
paritas * HEG 240 100.0% 0 0.0% 240 100.0%

paritas * HEG Crosstabulation


HEG
tidak ya Total
Paritas beresiko Count 43 69 112
% within paritas 38.4% 61.6% 100.0%
% of Total 17.9% 28.7% 46.7%
tidak berisiko Count 77 51 128
% within paritas 60.2% 39.8% 100.0%
% of Total 32.1% 21.3% 53.3%
Total Count 120 120 240
% within paritas 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.317a 1 .001
Continuity Correctionb 10.463 1 .001
Likelihood Ratio 11.409 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.270 1 .001
N of Valid Cases 240
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 56.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for paritas (beresiko .413 .245 .694
/ tidak berisiko)
For cohort HEG = tidak .638 .485 .839
For cohort HEG = ya 1.546 1.194 2.002
N of Valid Cases 240
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pakerjaan * HEG 240 100.0% 0 0.0% 240 100.0%

pakerjaan * HEG Crosstabulation


HEG
tidak ya Total
pakerjaan bekerja Count 60 81 141
% within pakerjaan 42.6% 57.4% 100.0%
% of Total 25.0% 33.8% 58.8%
tidak bekerja Count 60 39 99
% within pakerjaan 60.6% 39.4% 100.0%
% of Total 25.0% 16.3% 41.3%
Total Count 120 120 240
% within pakerjaan 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.582a 1 .006
b
Continuity Correction 6.877 1 .009
Likelihood Ratio 7.628 1 .006
Fisher's Exact Test .009 .004
Linear-by-Linear Association 7.551 1 .006
N of Valid Cases 240
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 49.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for pakerjaan .481 .285 .813
(bekerja / tidak bekerja)
For cohort HEG = tidak .702 .547 .901
For cohort HEG = ya 1.458 1.099 1.935
N of Valid Cases 240
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jarak_kehamilan * HEG 240 100.0% 0 0.0% 240 100.0%

jarak_kehamilan * HEG Crosstabulation


HEG
tidak ya Total
jarak_kehamilan berisiko <2 tahun Count 54 80 134
% within jarak_kehamilan 40.3% 59.7% 100.0%
% of Total 22.5% 33.3% 55.8%
ttidak berisiko > 2 tahun Count 66 40 106
% within jarak_kehamilan 62.3% 37.7% 100.0%
% of Total 27.5% 16.7% 44.2%
Total Count 120 120 240
% within jarak_kehamilan 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.422a 1 .001
b
Continuity Correction 10.560 1 .001
Likelihood Ratio 11.520 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.375 1 .001
N of Valid Cases 240
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 53.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for jarak_kehamilan .409 .243 .690
(berisiko <2 tahun / ttidak
berisiko > 2 tahun)
For cohort HEG = tidak .647 .502 .834
For cohort HEG = ya 1.582 1.194 2.096
N of Valid Cases 240
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai