Anda di halaman 1dari 6

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu

1. Isu Ke-1:

Kendala penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan. Tindak


lanjut hasil pemeriksaan merupakan salah satu indikator keberhasilan
suatu pemeriksaan. Tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan
BPK, BPKP Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ITDA
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan ITDA Kabupaten Bangka
Tengah atas Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah (LKPD)
merupakan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh entitas.
Rekomendasi merupakan perbaikan terhadap hal yang perlu diawasi dan
dimonitoring agar audit yang dilakukan tidak hanya sebatas pemberian
opini tetapi lebih kedalam perbaikan pengelolaan keuangan agar
akuntabilitas yang dicita-citakan dapat terwujud dengan lebih baik.
Rendahnya penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan
BPK, BPKP Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ITDA
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan ITDA Kabupaten Bangka
Tengah dapat menjadi indikasi bahwa Pemerintah Daerah belum
sepenuhnya berkomitmen dalam melaksanakan rekomendasi tindak lanjut
yang diberikan oleh pemeriksa. Semakin baik Pemerintah Daerah
melaksanakan penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan
maka semakin baik pula akuntabilitas pengelolaan keuangannya, yang
ditunjukkan dengan semakin sedikitnya temuan terhadap pemeriksaan
pada tahun selanjutnya.

Tindak lanjut hasil pemeriksaan pada setiap instansi pemerintah


merupakan tanggungjawab yang harus dilakukan oleh pejabat pada
instansi tersebut. Dimana pejabat diberikan waktu untuk memberikan
jawaban atau penjelasan tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam
pemeriksaan selambat-lambatnya 60 hari setelah laporan hasil
pemeriksaan diterima. Jika dalam waktu yang telah ditentukan pejabat

1
belum melaksanakan kewajibannya maka kepada yang bersangkutan
akan dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Undang-Undang ASN
yaitu UU Nomor 5 Tahun 2014. Secara garis besar kendala-kendala yang
dialami SKPD dalam penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan yaitu :
(1) Pejabat/ASN terkait temuan belum sepenuhnya berkomitmen terhadap
penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan sehingga penyelesaiannya
menjadi berlarut-larut karena tidak segera dilaksanakan pada saat hasil
pemeriksaan diketahui. (2) Lemahnya pengendalian internal SKPD, Tim
SPI belum optimal dalam melakukan pengendalian dan pengawasan
sehingga kejadian-kejadian yang sama terulang kembali pada
pelaksanaan APBD tahun selanjutnya. (3) Pihak terkait temuan sudah
mutasi/pension/meninggal dunia dan yang terkait dengan pihak ketiga
yaitu perusahaan telah non aktif serta alamat tidak diketahui lagi. (4)
Adanya ketidaksepakatan atas hasil pemeriksaan yang berdampak pada
berlarut-larutnya temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti karena
penghapusan temuan harus melalui proses yang cukup lama. Hasil
pemantauan tindak lanjut yang dilakukan oleh Inpektorat Daerah
Kabupaten Bangka Tengah yaitu (1) Sesuai dengan rekomendasi (2)
Belum sesuai dan dalam proses tindak lanjut (3) Belum ditindaklanjuti (4)
Tidak dapat ditindaklanjuti. Isu ini sangat berkaitan dengan konsep
akuntabel.

2. Isu Ke-2:

Kurangnya pengetahuan staf evaluasi dan pelaporan tentang


pengarsipan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Staf merupakan
komponen yang mempunyai peran penting dalam mendukung kinerja
SubKoordinator Evaluasi dan Pelaporan (EVLAP). Dimana berfungsi
dalam hal melaksanakan administrasi, inventarisasi, evaluasi,
pendokumentasian dan menyajikan hasil pengawasan serta
pendokumentasian pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan.
Kegiatan pengawasan di lingkungan Inspektorat Daerah Kabupaten
Bangka Tengah telah berjalan dengan baik, namun ada beberapa hal
yang saya lihat selama saya bekerja yang dirasa masih belum optimal.
Salah satu diantaranya adalah kurang optimalnya pengarsipan laporan
2
hasil pemeriksaan. sehingga menyulitkan pencarian dokumen LHP ketika
dibutuhkan, terkadang dokumen yang dibutuhkan tidak terlihat, tertumpuk
dengan dokumen lain, ataupun hilang ketika akan digunakan. Jumlah LHP
yang diolah setiap bulannya cukup banyak dari sekian banyak LHP, harus
mampu menyimpan dan memastikan LHP akan ada ketika dibutuhkan.
Pengarsipan LHP selama ini telah berjalan namun masih belum optimal
maka pengarsipan LHP yang optimal sangatlah penting supaya fungsi
pengawasan Inspektorat Daerah Kabupaten Bangka Tengah berjalan
lebih maksimal. Isu ini sangat berkaitan dengan konsep kompeten.

3. Isu Ke-3:

Belum optimalnya penyelesaian kerugian daerah Pemerintah


Kabupaten Bangka Tengah. Kerugian Daerah merupakan kekurangan
uang, surat berharga dan BMD dan/atau barang bukan milik daerah yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai yang digunakan dalam penyelenggaraan tugas
pemerintah daerah. Maksud dilaksanakannya tuntutan ganti rugi
Kerugian Daerah adalah Pegawai Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat
Lain diharapkan tidak melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya
agar tidak terjadi Kerugian Daerah. Tujuan dilaksanakannya tuntutan ganti
Kerugian Daerah adalah dalam rangka mengembalikan kekayaan
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Tengah yang timbul dari akibat
tindakan melanggar hukum atau kelalaian Pegawai Negara Bukan
Bendahara atau Pejabat Lain. Pihak yang merugikan adalah Pegawai
Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat Lain yang berdasarkan hasil
pemeriksaan menimbulkan Kerugian Daerah. Apabila pihak yang
merugikan berada dalam pengampuan, melarikan diri atau meninggal
dunia maka Kerugian Daerah dialihkan kepada Pengampu/Yang
memperoleh hak/Ahli Waris.

Bupati sebagai Pejabat Penyelesaian Kerugian Daerah (PPKD)


berwenang untuk menyelesaikan Kerugian Daerah yang dilakukan oleh
Pimpinan dan Anggota DPRD, Pimpinan dan Anggota Lembaga Non
Struktural, serta Pegawai Negeri Bukan Bendahara di Lingkungan
Pemerintah Daerah. PPKD membentuk Tim Penyelesaian Kerugian
3
Daerah (TPKD) yang diketuai oleh Inspektur yang bertugas menyusun
kronologis Kerugian Daerah, mengumpulkan bukti pendukung terjadinya
Kerugian Daerah, menghitung jumlah Kerugian Daerah dan Melaporkan
hasil pemeriksaan kepada pejabat yang membentuk. Majelis
Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Daerah (MPPKD) yang selanjutnya
disebut Majelis. Majelis adalah para pejabat/pegawai yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh Bupati untuk menyampaikan pertimbangan dan pendapat
penyelesaian Kerugian Daerah. Majelis berjumlah 3 atau 5 orang yang
terdiri dari Sekretaris Daerah, Inspektur dan pejabat lain sesuai keahlian.
Pihak yang merugikan menyetorkan ganti Kerugian Daerah ke rekening
kas umum daerah berdasarkan Surat Penagihan. Penyetoran ganti
Kerugian Daerah dilakukan melalui: (a) Bank, (b) Lembaga keuangan
bukan bank atau kantor pos dan (c) Bendahara penerimaan. Isu ini sangat
berkaitan dengan konsep akuntabel dan loyal.
B. Penetapan Core Isu

Dalam menetapkan core isu, penulis menggunakan teknik analisis


USG (Urgency, Seriousness, Growth). Analisis USG menggunakan
metode skoring untuk menyusun prioritas isu yang harus diselesaikan.
Pada tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan
dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan
prioritas masalah. Langkah skoring dalam metode ini yaitu dengan
membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah
dengan bobot skoring skala likert dari 1—5 dan nilai yang tertinggi
ditentukan sebagai prioritas masalah. Adapun bobot skoring dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Keterangan pemberian skor

Skor Keterangan
5 Sangat Besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat Kecil
4
Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth
dapat diuraikan sebagai berikut (Kotler dkk, 2001):
1. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan


dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness

Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat


yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan
isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan
yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah
lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri
sendiri.
3. Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi


berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan.

5
Tabel 3.2

Matriks Penetapan Core Isu dengan Analisis USG

Kriteria Jumlah Peringkat


No Isu U S G Nilai Kualitas

Kendala penyelesaian
tindak lanjut hasil 3 5 4 12 II
1.
pemeriksaan

Kurangnya pengetahuan
staf evaluasi dan pelaporan
tentang pengarsipan 3 4 3 10 III
2.
Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP)

Belum optimalnya
penyelesaian kerugian 5 4 5 14 I
3.
daerah

Berdasarkan analisis tersebut, maka diketahui bahwa yang menjadi core


isu adalah “belum optimalnya penyelesaian kerugian daerah”.

Anda mungkin juga menyukai