Anda di halaman 1dari 11

S

K
I
R
N
E
A
R EM
O
P
P
L
I
A
L AS
H PD
K
L
L

N
A
A

IN

OLEH KELOMPOK V:
ARDIAN KALBUADI
ATIEF SAPUTRA
DIKO REFANO UMBARA
HERMAN
RAHMA SARI NOVIA

LHP merupakan output dari proses pemeriksaan


yang di laksanakan.
Output yang baik adalah output yang
mempengaruhi positif terhadap entitas yang
diperiksa.
LHP juga berfungsi sebagai komplementer
informasi dari LKPD.
LHP merupakan bukti penyelesaian bagi tim
pemeriksa (auditor) yang di buat dan disampaikan
kepada pemberi tugas.
Dalam pemeriksaan LHP memiliki 2 peran:
Sebagai laporan pelaksanaan penugasan pemeriksaan
Sebagai laporan penilaian pemeriksaan.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN TERDIRI DARI:


1. Buku 1, merupakan laporan pemeriksaan atas
Laporan Keuangan yang berisikan opini atas laporan
keuangan tersebut.
Pasal 4 Ayat (2) UU 15/2004, menyatakan:
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan
keuangan
Pasal 9 Ayat (1) UU 15/2004, menyatakan:
Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal
32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Pasal 55 Ayat (2) dan Ayat (3), serta Pasal
56 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
Pasal 16 Ayat (1) UU 15/2004, menyatakan:
Laporan Hasil Pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah memuat opini

2. Buku 2, merupakan Laporan Hasil Pemeriksaan


Sistem Pengendalian Internal dalam Kerangka
Pemeriksaan Laporan Keuangan.
Pasal 12 UU 15/2004, menyatakan:
Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja,
pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas
pelaksanaan sistem pengendalian internal pemerintah
3. Buku 3, merupakan Laporan Hasil Pemeriksaan
atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangundangan.

DASAR PEMBERIAN OPINI


Di atur dalam SPKN, namun masih menimbulkan
penafsiran yang berbeda antar auditor.
Dalam buku Panduan Pemeriksaan LKPD yang
diterbitkan oleh BPK, dinyatakan bahwa Opini
merupakan pernyataan profesional sebagai
kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam LK
yang didasarkan pada:
i. Kesesuaian dengan SAP
ii. Kecukupan pengungkapan
iii. Kepatuahan terhadap peraturan perundangundangan
iv. Efektifitas sistem pengendalian intern

Dengan memperhatikan kriterian pemberian opini


tersebut, terdapat dua kondisi yang menentukan
opini, yaitu:
1. Pembatasan lingkup audit atau kecukupan bukti
2. Penyimpangan dari prinsip akuntansi atau salah saji

Kedua hal tersebut harus dikaitkan dengan tingkat


materialitas dan dampaknya terhadap LK secara
keseluruhan.

PEMBATASAN LINGKUP AUDIT ATAU KECUKUPAN BUKTI AUDIT


Terjadi karena:
1. Keadaan diluar kendali entitas, misal: catatan akuntansi
hancur, catatan akuntansi telah disita, adanya
ketidakpastian.
2. Keadaan terkait sifat dan waktu penugasan, misal: waktu
penugasan tidak cukup, pengendalian entitas tidak efektif
dan tidak dapat menerapkan prosedur alternatif untuk
memperoleh bukti yang cukup, ketidakcukupan catatan
akuntansi.
3. Pembatasan oleh manajemen, misal: manajemen membatasi
auditor melaksanakan prosedur peninjauan fisik, konfirmasi
kepada pihak ke tiga, ataupun pembatasan lainnya dalam
pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan.

PENYIMPANGAN DARI PRINSIP AKUNTANSI YANG


MENGAKIBATKAN SALAH SAJI
Salah saji yang mempengaruhi opini adalah salah saji yang
tidak dapat dikoreksi, dengan alasan:
1. entitas tidak bersedia melakukan koreksi akuntansi.
2. secara teknis koreksi tersebut tidak bisa dilakukan,
karena terikat aturan.
Salah saji dapat diklasifikasikan:
1. Kesesuaian pilihan kebijakan akuntansi
2. Penerapan kebijakan akuntansi terpilih.
3. Kesesuaian atau kecukupan pengungkapan dalam laporan
keuangan.

MATERIALITAS
Materialitas merupakan besarnya informasi akuntansi yang
apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari
keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah
atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut.
Tingkat materialitas diukur terhadap:
1. Tolerable Error (TE), materialitas terhadap suatu akun hanya
mempunyai konsekuensi maksimal pengecualian terhadap
akun tertentu tersebut (apabila tidak dapat dilakukan
koreksi). Akan tetapi, hal ini tidak berpengaruh terhadap
penyajian LK secara keseluruhan.
2. Planning Materiallity (PM), yaitu tingkat materialitas yang
mempunyai konsekuensi maksimal terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan (apabila tidak dapat
dilakukan koreksi).

TIGA TINGKATAN NILAI YANG DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN


JENIS OPINI:
1. Tidak material.
Terjadi apbila salah penyajian tidak mempengaruhi keputusan
yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan. Klasifikasi biasanya
terjadi pada jumlah salah saji yang kecil.
2. Material tapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian
laporan keuangan.
Contoh: kesalahan penyajian aset tetap yang bernilai cukup besar,
dan dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan (DPRD)
dalam membuat keputusan penganggaran. Namun salah saji
tersebut tidak memiliki pengaruh menyuluruh pada kewajaran
laporan keuangan, karena dampaknya hanya terjadi pada akun
tersebut.
3. Sangat material, dan mempengaruhi kewajaran penyajian
seluruh laporan keuangan.
Contoh: Salah saji berkenaan dengan transaksi Kas di Kas Daerah
yang berpengaruh yang besar terhadap SILPA.

PERTIMBANGAN OPINI AUDITOR


MATERIALITY

Tidak material

JENIS OPINI

WTP

WTP DPP

material
WDP
Keterbatas
an lingkup

WDP
Penyimpang
an SAP

Sangat
material
T
M
P

T
W

Anda mungkin juga menyukai