• Terdapat siswa ABK yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran bersama siswa-siswa yang normal dalam satu kelas. Disisi lain, siswa yang normal merasa bosan dan jenuh karena ketuntasan proses pembelajaran yang terhambat dan lambat. • Siswa penderita Epilepsi • Siswa ABK pengidap autis • idiot/IQ rendah • Siswa ABK dengan Trauma Pasca kecelakaan • Siswa Tuna daksa yang tidak memiliki Lengan dan kaki Siswa-siswa yang berstatus ABK memiliki kendala memahami pelajaran karena adanya sikap introvert terhadap diri sendiri dan keterbatasan diri sehingga sedikit menyulitkan mengikuti pembelajaran secara normal. Kondisi ini diperparah lagi dengan sikap sebagian para siswa yang tidak sabar atas sikap guru yang sabar dan memberikan perhatian terfokus sehingga ketuntasan proses pembelajaran mengalami keterlambatan. 1. Siswa menderita cacat fisik ”tidak punya kedua tangan 5. pernah mengalami kecelakaan tragis dan traumatis 6. penyakit tersebut bisa menyebabkan kejang jika si anak terlalu berat berpikir Terkait dengan kondisi yang kronis tersebut, anak tersebut membutuhkan perawatan kesehatan serta pelayanan lainnya termasuk layanan pendidikan yang lebih dari anak lain pada umumnya. Layanan untuk anak berkebutuhan khusus berusaha menjembatani hambatan yang dialami anak dan memanfaatkan potensi anak untuk dapat mengakses kesempatan hidup sebesar-besarnya. Layanan diberikan dengan berorientasi pada prinsip mempertimbangkan kesamaan masing-masing tipe anak berkebutuhan khusus dan juga perbedaan individual dari masing-masing tipe tersebut, menjaga sikap optimis untuk dapat memberi layanan baik pendidikan, medis, psikologis, maupun upayaupaya pencegahan, mengedepankan potensi anak daripada fokus pada hambatan mereka, dan memandang bahwa kebutuhan khusus bukanlah hambatan melainkan kurangnya kesempatan anak untuk melakukan sesuatu yang orang lain pada umumnya mampu lakukan, baik dalam hal tingkat kematangan (emosi, mental, dan atau fisik), kesempatan yang diberikan masyarakat kepada mereka untuk hidup ‘normal’, dan pengajaran atau pendidikan sesuai hak yang seharusnya mereka dapatkan (Hallahan & Kauffman, 2006). 1. pembelajaran berdiferensiasi merupakan penyesuaian terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan siswa agar tercapai peningkatan hasil belajar Marlina (2019). 2. Layanan pendidikan khusus mungkin diperlukan oleh anak-anak dengan epilepsi karena beberapa masalah belajar dan perilaku yang mereka alami (Orelove et al., 2007; Reilly & Ballantine, 2011). 3. Anak-anak dengan epilepsi mengalami kesulitan belajar di sekolah (Chen et al., 2010) dan memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak- anak lainnya (Swiderska et al., 2010). 2. Mengidap autis 3. idiot/IQ rendah Menurut Novita sari (2017) dalam jurnal berjudul Deskripsi proses pembelajaran matematika pada ada berkebutuhan khusus (ABK) autis di kelas VIII inklusi SMP N 6 Kota Jambi, bahkan beberapa guru belum mampu untuk mengidentifikasi dan membimbing siswa terbelakang seperti autis untuk mencapai tingkat yang optimal. Untuk memastikan hal ini kita perlu memberikan program pendidikan khusus bagi anak-anak seperti anak dalam kategori autis Guru harus memiliki kesiapan dalam memahami karakteristik siswa autis secara umum dan merencanakan pembelajaran yang tertuang di RPP yang sama antara siswa reguler dan siswa autis dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa autis. Guru melakukan pengkondisian dengan mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis. Penggunaan model, metode, media pembelajaran disamakan antara siswa reguler dan siswa autis. Dalam pelaksanaan ada metode yang sudah dapat mengakomodir siswa reguler dan siswa autis, namun masih ada metode yang membuat siswa autis mengalami hambatan dalam belajar. siswa ABK Tuna Daksa Yang tidak memiliki Tangan dan kaki • Keluarga yang selalu memanjakan dan tidak membiasakan siswa tersebut mandiri sejak dini
• Lingkungan yang sellau memberikan perhatian lebih atas
dasar kemanusian
• Kebiasaan yang selalu mentolerir
Cara Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus yang Tepat dan Mudah • Mengajar dengan Efisien. • Menggunakan Nada Bicara yang Jelas dan Positif. • Belajar Sambil Bercerita. • Mengajar dengan Audio Visual. • Menggunakan Analisis Tugas. • Menggunakan Materi yang Sifatnya Akademik Fungsional dan Kemandirian. Agus, 2021