I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Undang Undang No.16 tahun 2006 tentang SP3K mengamanatkan bahwa :
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disebut
sistem penyuluhan.
Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yg selanjutnya disebut
Programa Penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Peme -
rintah Daerah.
Programa Penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman dan alat
pengendali pencapaian penyelenggaraan penyuluhan.
Prgrama penyuluhan terdiri dari :Programa penyuluhan : desa/ kelurahan; BPP/
Kecamatan; Kabupaten / Kota; Propinsi dan Programa Penyuluhan Nasional.
Programa Penyuluhan disusun dengan memperhatikan Keterpaduan dan
kesinergian programa penyuluhan disetiap tingkatan.Hal ini mengandung makna :
Keterpaduan : programa penyuluhan disusun dengan memperhatikan prog-
rama penyuluhan desa, kecamatan, kabupaten/ kota, propinsi dan Nasional
berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
Kesinergian :Programa Penyuluanpada tiap tingkatan mempunyai hubungan
yang saling mendukung. Dengan demikian semua prorama penyuluhan selaras
dan tidak bertentangan satu sama lain diberbagai tingkatan.
1
2. Penyuluh melakukan keberpihakan kepada kepentingan petani, mengandung
makna bahwa penyuluh harus mengetahui keberadaan petani dengan segenap ke -
pentingannya. Implementasinya adalah penyuluh mendampingi petani dalam pro-
ses perencanaan usahanya, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi hasilnya.
3. Penyuluh kembali kepada fungsi dasar, sesuai definisi penyuluhan, yaitu
pendidikan non formal bagi petani dan keluarganya agar mereka tahu, mau dan
mampu menolong dirinya dalam meningkatan kapasitas diri dan usahanya
demipenigkatankualitas hidupnya. Ungkapan ini mengandung makna bahwa
filosofi dasar penyuluhan adalah pendidikan orang dewasa yang menyangkut
tiga tahapan paling mendasar yaitu :
I. Mendidik petani agar mereka tahu, mau dan mampu mengenali potensi-2
yang ada pada dirinya.
II. Mendidik petani agar mereka tahu, mau dan mampu mengenali potensi-2
yang ada disekitarnya, baik sumber daya alam, sumber daya buatan,
peluang usaha dan segenap sumber daya pendukungnya.
III. Mendidik petani agar mereka tahu, mau dan mampu memanfaatkan secara
optimal potensi diri, potensi lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan
kualitas hidupnya dan menjaga kelestariannya.
Ketiga tahapan tersebut merupakan hal yang paling mendasar, yang seharusnya
dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melangkah pada perencanaan pembangunan.
Penyuluhan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis, karena menyang -
kut upaya pemberdayaan (peningkatan SDM) petani, identik dengan pendidikan masya
rakat (petani), dan ini adalah amanat UUD 1945 (Pembukaan alenia 4 dan pasal 31).
Sebagai pendidikan non formal bagi orang dewasa, penyuluh lebih berperan
sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator yang selalu berusaha agar proses peng-
galian dan pengenalan potensi-2 tersebut diatas dapat berlangsung dengan benar dan
berkelanjutan.
B. Permasalahan.
Berbagai permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan Programa Penyuluhan
diantaranya sebagai berikut :
1) Belum tertibnya penyusunan Programa Penyuluhan di semua tingkatan.
2) Naskah programa penyuluhan belum sepenuhnya mengacu pada tujuan Penyu-
luhan.
3) Proses Penyusunan Programa penyuluhan belum melalui tahapan prosedur yang
telah ditentukan (IKW, Identifikasi Impact Point, atau analisis lainnya).
4) Penyusunan Programa penyuluhan masihdidominasi petugas / penyuluh, kurang
melibatkan stakeholders(kurang partisipatif).
2
5) Penyusunan Programa penyuluhan kurang mendapat dukungan dari Dinas /
Instansi terkait.
6) Programa Penyuluhan belum dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan penyu-
luhan.
D. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup pedoman penyusunan Programa Penyuluhan meliputi :
1. Persiapan, dengan kegiatan :
2. Penyusunan,
3. Pelaksanaan,
4. Monitoring dan
5. Evaluasi Programa Penyuluhan mencakup :
Evaluasi penyelenggaraan Penyuluhan.
Evaluasi hasil penyuluhan dan
Evaluasi Dampak penyuluhan.
3
1. Undang Undang Dasar 1945RI, yaitu dalam pembukaan khususnya alenia 4
(mencerdaskan kehidupan bangsa) dan pasal 31 (Setiap warga negara berhak
memperoleh Pendidikan), dan Pendidikan penyuluhan khususnya ditujukan bagi
petani dan keluarganya.
2. Undang Undang No. 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (SP3K).
Pasal. 23
1) Programa Penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan
alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
2) Programa Penyuluhan terdiri atas : Programa Penyuluhan : desa/kelurahan ;
Programa Penyluhan Kecamatan ; Programa Penyululah kabupaten/ Kota; dst.
3. Permentan No. 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan
Kelembagaan Petani.
4. Permentan No. 25/Permentan/OT.140/5/2009tentang Pedoman Penyusunan
Programa Penyuluhan Pertanian.
5. Peraturan Pemerintah (PP) No 43 tahuin 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan
dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Pasal 2 : pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan ditujukan untuk meningkat-
kan penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien.
Pasal 6 : ayat (3)
Biaya Operasional Kelembagaan Penyuluhan, sebagaimana dimaksud pasal
5 huruf c, diberikan untuk melaksanakan kegiatan :
a. Penyusunan kebijakan dan Programa Penyuluhan Tk. Kabupaten/Kota.
b. Pelaksanaan Penyuluhan dan pengembangan mekanisme, tata kerja dan
metode Penyuluhan.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan penyebaran Materi
Penyuluhan, bagi pelaku Utama dan Pelaku Usaha.
d. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan Kerja sama, Kemitraan, pengelolaan
Kelembagaan, Ketenagaan, Sarana, Prasarana dan pembiayaan penyuluhan.
e. Menumbuh kembangkan dan memfasilitasikelembagaan dan forum kegiatan
bagi pelaku tama dan pelaku usaha.
f. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Penyuluh.
Ayat (4)
Biaya Operasional Balai Penyuluhan, sebagaimana dimaksud pasal 5
huruf d, diberikanuntuk melaksanakan kegiatan :
a. Penyusunan Programa Penyuluhan Tingkat. Kecamatan.
b. Pelaksanaan Penyuluhan berdasarkanPrograma Penyuluhan.
c. Penyediaan dan penyebaran Informasi (Teknologi, sarana produksi, pembi
ayaan usaha tani dan informasi pasar/pemasaran).
d. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan
pelaku usaha
e. Memfasilitasi Peningkatan Kapasitas Penyuluh.
f. Pelaksanaan proses pembelajaran
4
6. Permentan No. 26 tahun 2012 tentang Pengelolaan Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan. menyebutkan bahwa organisasi BPP terdiri dari :
a) Pimpinan Balai.
b) Urusan Ketatausahaan
c) Kelompok Jabatan Fungsional :
Penyuluh ahli Urusan programa
Penyuluh ahli Urusan supervisi.
Penyuluh ahli Urusan sumberdaya dan
Penyuluh ahli Urusan Pengembangan Agribisnis.
d) Fungsi dan Peran BP3K
1. Merumuskan dan menyusun programa penyuluhan kecamatan sesuai dengan
potensi sumber daya alam dan agro ekosistem dalam rangka mendukung
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN);
2. Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan kecamatan
secara berdayaguna dan berhasil guna;
3. Menyediakan dan menyebarkan informasi yang diperlukan oleh pelaku utama
dan pelaku usaha secara cepat dan tepat sasaran;
4. Memberdayakan dan memperkuat kelembagaan pelaku utama dan pelaku
usaha agar mampu berperan sebagai bagian sistem agribisnis di wilayah kerja
balai;
5. Meningkatkan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya dan penyuluh
swasta agar dapat membimbing, mendampingi, melayani pelaku utama dan
pelaku usaha dalam mengembangkan usaha mereka;
6. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan model usahatani
bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berdayaguna dan berhasil guna.
5
III. UNSUR UNSUR PROGRAMA PENYULUHAN.
A. Perumusan Keadaan.
I. Rumusan Kedaan Umum (Monografi)
Sebelum keadaan dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi
dasar(data skunder) yang meliputi Wilayah Kerja BP3K/WKPP, terdiri dari keadaan
umum, kebijakan Pemerintah,isu isu pembangunan dan keadaan petani dan
usahataninya (monografi). Data ini bisa diperoleh dari data skunder (data dari dinas
Teknis, monografi desa, dll). Sebagai acuan data dan informasi yang dikumpulkan sesuai
dengan format 1 – 11 terlampir.
6
3) Lingkungan Usaha : menggambarkan kondisi ketersediaan sarana dan prasarana
usaha (agroinput, pasca panen, pengolahan, distribusi dan pemasaran), kebijakan
Pemerintah serta isu isu pembangunan lainnya. Dari data tersebut, dapat secara
bersama sama (partisipatf) menarik kesimpulan.
Contoh :
Ketersediaan sapras berkaitan dengan kelancaran usaha
Ketersediaan agroinput berkaitan dengan peningkatan mutu intensifikasi
Pasca panen, pengolahan hasil & pemasaran berkaitan dengan jaminan pena-
nganan pasca panen oleh pihak III.
Kebijakan pemerintah berkaitan dengan dukungan dan fasilitasi pemerintah.
4) Perilaku/kapasitas : menggambarkan perilaku petani (PKS), dalam penerapan
teknologi usaha, dan pengembangan kelembagaan/ organisasi petani.
Perilaku petani yang jauh dari harapan kita, berkaitan dengan materi dan metode
penyuluhan yang akan dilaksanakan
5) Kebutuhan pelaku utama & pelaku usaha : menggambar keperluan akan per-
lindungan, kepastian, kepuasan yang dapat menjamin terwujudnya keberhasilan
melaksanakan usaha.
Perlindungan berkaitan dengan pengakuan aparat (desa, kematan, kabupaten)
pengesahan kelembagaan tani, pengukuhan kelompoknya,
Kepastian berkaitan dengan tempat tinggalnya, tempat usahanya, komoditas
yang diusahakannya,
Kepuasan berkaitan dengan pelayanan/penyuluhan dan pangayoman aparat,
dukungan dari lembaga terkait.
B. Tujuan.
I. Tujuan Penyuluhan
Tujuan Pembangunan apapun, selalu mengandung pengertian upaya perbaikan, ter-
utama perbaikan pada mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi
maupun sosial budayanya.
Terkait dengan pemahaman tersebut diatas, tujuan penyuluhan diarahkan pada:
1. Terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), berkaitan dengan tekologi,
dan peningkatan mutu intensifikasi.
2. Perbaikan usaha tani (better business), berkaitan dengan pola dan sistem usaha tani
3. Perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living), berkaitan dengan
peningkatan pendapatan, kesejahteraan petani.
7
4. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization),demi terjalinnya kerja
sama kemitraan antar stakeholders.
5. Perbaikan kehidupan masyarakatnya (better community), tercermin dalam
perbaikan stabilitas keamanan, politik yang sangat diperlukan bagi terlaksananya
pembangunan Pertanian, sebagai sub sistem dalam pembangunan masyarakat.
6. Perbaikan usaha dan lingkungan hidupnya(better enviroment), demi kelangsungan
usaha taninya.
9
Peningkatan produktifitas padi sawah
Poktan A : dari 3,0 > 3,2 ton/ha melalui peningkatan penggunaan pupuk P &K
minimal 50 & 25 kg/ ha .
Poktan B : dari 3,5>4,2 ton/ha melalui penggunaan PPC & ZPT, 5 kg/ha karena
kesulitan mendapatkan pupuk anorganik.
Catatan : dalam setiap perumusan tujuan harus dilakukan bersama sama :
poktan/petani, penyuluh, aparat desa, dan instansi terkait.
C. Permasalahan.
Masalah adalah faktor faktor yang dinilai dapat menyebabkan tidak tercapainya
tujuan atau faktor faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara : kondisi
faktual saat ini dengan kondisi yang hendak dicapai.
Faktor faktor tersebut diatas bisa bersifat :
1) Perilaku;adalah faktor faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi pelaku terha-
dap penerapan inovasi teknologi baru, mis tidak tahu,tidak mau/belum mampu,dsb.
Contoh :30% petani padi sawah enggan melakukan pemupukan berimbang,
2)Non perilaku;adalah faktor faktor yang berkaitan kondisi dan ketersediaan sarana
dan prasarana, kebijakan dll.
Contoh :petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
Untuk menggali keadaan dan permasalahan yang faktual serta urutan prioritasnya ,
digunakan metode PRA, Identifikasi Impact point, identifikasi kemaampuan poktan dan
atau metode lainnya.
1. Metode PRA, menghasilkan data Kualitatif, sebagai bahan perencanaan jangka
Menengah (RJM), karenanya PRA dilakukan setiap 4 – 5 ahun sekali.
2. Identifikasi Impact pointteknis komoditasmenghasilkan data Kuantitatif, mutu
intensifikasi komoditas tertentu, sebagai bahan penyusunan Rencana Kegiatan
Tahunan,
3. Identifikasi Impact Point sosek, menghasilkan data kuantitatif sosek poktan,
sebagai bahan penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan,
4. Identifikasi/penilaian kelas poktan, menghasilkan data kuantitatif kelas
poktansebagai bahan penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan,
5. Pengukuran produktifitas hasil usaha tani dilakukan dengan ubinan atau
perhitungan total hasil/luasan areal, menghasilkan data kuantitatif, untuk
menyajikan data keadaan.
6. Untuk menggali kebutuhan petani menggunakan metode :
a) Musyawarah penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK), yang
merupakan perwujudan semua rencana kerja anggotayang terhimpun dalam
kelompok, baik onfarm maupun off faram.
b) Rencan Usaha Kelompok (RUK).Berdasarkan RDK yang sudah tersusun, maka
kelompok menentukan kegiatan bersama, apa saja agar anggota dapat melak-
10
sanakan RDK dengan baik dan lancar. Misalnya : gerakan perbaikan irigasi, jalan
usahatani, pengadaan pupuk, gerakan pengendalian tikus, mencari modal usaha,
membangun kebun benih, dll, sesuai kebutuhan kelompoknya.
c) Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).Berdasarkan RDK dan RUK,
selanjutnya kelompok menetapkan kebutuhan apa saja untuk mendukung terlak-
sananya RDK & RUK, seperti kebutuhan benih, pupuk, pestisida, dll, baik yang
direncanakan secara swadaya, perlu bantuan pihak III (perbankan, kemitraan/
bapak angkat), maupun kebijakan pemerintah seperti pupuk bersubsidi,
11
III. MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAMA
PENYULUHAN.
2. Tingkat Kecamatan.
a. Pimpinan Balai memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan tingkat
kecamatan, yang dilakukan oleh penyuluh kecamatan bersama perwakilan
kelembagaan pelaku tama & pelaku usaha.
b. Penyuluh kecamatanbersama perwakilan kelembagaan pelaku utama
&pelaku usaha melakukan rekapitulasi programa desa/kelurahan sebagaiba-
han penyusunan programa penyuluhan kecamatan.
c. Proses penyusunan programa penyuluhan kecamatan diawali dengan mene
tapkan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan, kemudian dilaku-
kan pemeringkatan masalah, sesuai dengan skala prioritas yang dihadapi pe -
laku utama pelaku usaha yang berfokus pembangunan diwilayah kecamatan.
d. Penyusunan programa penyuluhan kecamatan dilakukan melalui serangkaian
pertemuan untuk menghasilkan draff programa penyuluhan keamatan.
e. Draff programa penyuluhan kecamatan disajikan dalam pertemuan koor-
dinasi lintas sektoral kecamatan dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama &pelaku usaha.
f. Programa penyuluhan yang sudah selesai, kemudian disahkan oleh pimpi-
nan Balai, dan diketahui oleh pimpinan instansi terkait di kecamatan.
g. Programa penyuluhan kecamatan diharapkan selesai paling lambat
Oktoberuntuk dilaksanakan tahun berikutnya.
h. Programa penyuluhan yang sudah jadi, selanjutnya disampaikan ke BKPP kab.
/kota sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota
dan untuk disampaikan dalam musrenbang kecamatan.
i. Programa penyuluhan kecamatan selanjutnya dijabarkan dalam Rencana
Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) di kecamatan.
15
3. Tingkat kabupaten/kota.
a. Kepala kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota memfasilitasi penyusunan
programa penyuluhan tingkat kabupaten/ kota, yang dilakukan oleh penyuluh
kabupaten/kota bersama perwakilan kelembagaan pelaku utama & pelaku
usaha.
b. Penyuluh kabupaten/kota bersama perwakilan kelembagaan pelaku utama
dan pelaku usaha melakukan rekapitulasi programa kecamatan,sebagai
bahan penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota.
c. Proses penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota diawali dengan
menetapkan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan, kemudian
dilakukan pemeringkatan masalah, sesuai dengan skala prioritas yang diha-
dapi pelaku utama dan pelaku usaha yang berfokus pembangunan diwilayah
kabupaten/kota.
d. Penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota dilakukan melalui
serangkaian pertemuan pertemuan untuk menghasilkan draff programa
penyuluhan kabupaten/kota.
e. Draff programa penyuluhan kabupaten/kota disajikan dalam pertemuan yang
dihadiri oleh yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup
pertanian kabupaten/kota dan perwakilan kelembagaan pelaku utama &
pelaku usaha.
f. Programa penyuluhan yang sudah selesai, ditanda tangani oleh koordinator
penyuluh kabupaten/kota dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan
pelaku usaha kemudian disahkan oleh kepala BKPP, dan diketahui oleh peja-
bat yang membidangi perencanaan dari instansi terkait di kabupaten/ kota .
g. Programa penyuluhan kabupaten/kota diharapkan selesai paling lambat
Nopember (sebelum musrenbang kabupaten/kota) untuk dilaksanakan tahun
berikutnya.
h. Programa penyuluhan yang sudah jadi, selanjutnya disampaikan didalam
forum musrenbang kabupaten/kota sebagai bahan penyusunan perencanaan
pembangunan kabupaten/kota.
i. Programa penyuluhan kabupaten/kota selanjutnya dijabarkan oleh masing
masing penyuluh kabupaten kedalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh
(RKTP) di kabupaten/kota.
16
IV. TAHAPAN PENYUSUNAN PROGRAMA
PENYULUHAN.
A. Perumusan Keadaan.
Rumusan keadaan menggambarkan fakta berupa data dan informasi disuatu
wilayah pada saat programa penyuluhan disusun, setelah melakukan pengumpulan
dan pengolahan data. Sebelum keadaan dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan,
pengolahan dan analisis mengenai potensi, produktifitas, lingkungan
usaha,perilaku/ tingkat kemampuan pelaku utama & pelaku usaha, dan kebutuhan
pelaku utama & pelaku usahanya disuatu wilayah. Pengumpulan, pengolahan dan
analisis data dilakukan bersama dengan stake holders,dapat dilakukan dengan
metode PRA, identifikasi impact point (teknis, sosek dan pakem kelompok tani), dari
RDK, RUK& RDKK serta rekapitulasi programa setingkat dibawahnya.
B. Penetapan Tujuan.
Penetapan tujuan adalah rumusan keadaan yang hendak dicapai dalam jangka 1
(satu) tahun. Tujuan dirumuskan dalam kalimat kalimat perubahan perilakupelaku
utama & pelaku usaha yang hendak dicapai, yang ditetapkan secara bersama sama
pemerintah,pelaku utama & pelaku usaha, serta kelembagaan petani sehingga
rumusan tersebut berupa tujuan kedua belah pihak yang disepakati.
C. Penetapan masalah.
Penetapan masalah adalah rumusan faktor faktor yang dapat menyebabkantidak
tercapainya tujuan. Faktor faktor tersebut terutama dicari dari pelaku utama &
pelaku usaha, serta kelembagaannya secara partisipatif dengan merujuk hasil IKW
dan identifikasi impact point, yang disusun berdasarkan :
1) Apakah masalah tersebut menyangkut mayoritas pelaku utama & pelaku usaha
dan organisasi petani.
2) Apakah erat kaitannya dengan program pembangunan pertanian yang sedang
berlangsung.
3) Apakah sumber daya (biaya, tenaga, peralatan, dukungan) tersedia untuk
mengatasi masalah. Urutan prioritas masalah dapat dilakukan dengan Uji
prioritas, teknik Impact Point, atau teknik peringkatan lainnya.
INGAT !!!
PROGRAMA ADALAH SUSUNAN ACARA DALAM PELAKSANAAN PENYULUHAN
BUKAN
USULAN RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN
OLEH KARENANYA
18