Anda di halaman 1dari 18

PETUNJUK TEKNIS

PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN


OLEH : SURIA DARMA, SPKP

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Undang Undang No.16 tahun 2006 tentang SP3K mengamanatkan bahwa :
 Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disebut
sistem penyuluhan.
 Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yg selanjutnya disebut
Programa Penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Peme -
rintah Daerah.
 Programa Penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman dan alat
pengendali pencapaian penyelenggaraan penyuluhan.
 Prgrama penyuluhan terdiri dari :Programa penyuluhan : desa/ kelurahan; BPP/
Kecamatan; Kabupaten / Kota; Propinsi dan Programa Penyuluhan Nasional.
 Programa Penyuluhan disusun dengan memperhatikan Keterpaduan dan
kesinergian programa penyuluhan disetiap tingkatan.Hal ini mengandung makna :
 Keterpaduan : programa penyuluhan disusun dengan memperhatikan prog-
rama penyuluhan desa, kecamatan, kabupaten/ kota, propinsi dan Nasional
berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
 Kesinergian :Programa Penyuluanpada tiap tingkatan mempunyai hubungan
yang saling mendukung. Dengan demikian semua prorama penyuluhan selaras
dan tidak bertentangan satu sama lain diberbagai tingkatan.

Prinsip utama Programa Penyuluhan adalah :


1. Terukur, sehingga pada akhir pelaksanaannya dapat dievaluasi tingkat keberha-
silannya. Ukuran biasanya menggunakan angka, baik angka nominal, persen, skore
atau angka lainnya.
2. Bertahap, karena tidak mungkin menyelesaikan sesuatu langsung tuntas sekali
gebrak, sehingga harus dikerjakan secara bertahap sesuai mekanismenya.
3. Berkelanjutan, karena bertahap maka harus dikerjakan secara berkelanjutan, sam
pai tujuan akhir tercapai pada kurun waktu tertentu
Reformasi penyuluhan diawali sejak diterbitkannya SKB Mentan–Mendagri No.
301/kptsn/LP-120/4/1996,- No. 54 tahun 1996 tanggal 10 April 1996, yang dikenal
sebagai paradigma baru penyuluhan pertanian. Makna penting dari paradigma baru
penyuluhan adalah :
1. Penyuluh malakukan keberpihakan kepada petani, mengandung makna bahwa
penyuluh adalah partner petani, sahabat petani dan mitra petani.

1
2. Penyuluh melakukan keberpihakan kepada kepentingan petani, mengandung
makna bahwa penyuluh harus mengetahui keberadaan petani dengan segenap ke -
pentingannya. Implementasinya adalah penyuluh mendampingi petani dalam pro-
ses perencanaan usahanya, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi hasilnya.
3. Penyuluh kembali kepada fungsi dasar, sesuai definisi penyuluhan, yaitu
pendidikan non formal bagi petani dan keluarganya agar mereka tahu, mau dan
mampu menolong dirinya dalam meningkatan kapasitas diri dan usahanya
demipenigkatankualitas hidupnya. Ungkapan ini mengandung makna bahwa
filosofi dasar penyuluhan adalah pendidikan orang dewasa yang menyangkut
tiga tahapan paling mendasar yaitu :
I. Mendidik petani agar mereka tahu, mau dan mampu mengenali potensi-2
yang ada pada dirinya.
II. Mendidik petani agar mereka tahu, mau dan mampu mengenali potensi-2
yang ada disekitarnya, baik sumber daya alam, sumber daya buatan,
peluang usaha dan segenap sumber daya pendukungnya.
III. Mendidik petani agar mereka tahu, mau dan mampu memanfaatkan secara
optimal potensi diri, potensi lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan
kualitas hidupnya dan menjaga kelestariannya.
Ketiga tahapan tersebut merupakan hal yang paling mendasar, yang seharusnya
dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melangkah pada perencanaan pembangunan.
Penyuluhan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis, karena menyang -
kut upaya pemberdayaan (peningkatan SDM) petani, identik dengan pendidikan masya
rakat (petani), dan ini adalah amanat UUD 1945 (Pembukaan alenia 4 dan pasal 31).
Sebagai pendidikan non formal bagi orang dewasa, penyuluh lebih berperan
sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator yang selalu berusaha agar proses peng-
galian dan pengenalan potensi-2 tersebut diatas dapat berlangsung dengan benar dan
berkelanjutan.

B. Permasalahan.
Berbagai permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan Programa Penyuluhan
diantaranya sebagai berikut :
1) Belum tertibnya penyusunan Programa Penyuluhan di semua tingkatan.
2) Naskah programa penyuluhan belum sepenuhnya mengacu pada tujuan Penyu-
luhan.
3) Proses Penyusunan Programa penyuluhan belum melalui tahapan prosedur yang
telah ditentukan (IKW, Identifikasi Impact Point, atau analisis lainnya).
4) Penyusunan Programa penyuluhan masihdidominasi petugas / penyuluh, kurang
melibatkan stakeholders(kurang partisipatif).

2
5) Penyusunan Programa penyuluhan kurang mendapat dukungan dari Dinas /
Instansi terkait.
6) Programa Penyuluhan belum dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan penyu-
luhan.

C. Maksud dan tujuan.


Pedoman penyusunan Progaram Penyuluhan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan Penyuluhan bagi para penyelnggara , dengan tujuan :
1. Memberikan acuan bagi penyuluh dan BP3K dalam persiapan penyusunan Programa
Penyuluhan.
2. Memberikan acuan bagi BP3K dan para penyuluh dalam penyusunan Programa
penyuluhan dan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT).
3. Memberikan acuan bagi penyuluh dalam menyusun Rencana Kegiatan Penyuluhan
(RKP) di masing masing wilayah kerjanya.
4. Memberikan acuan bagi BP3K dan penyuluh dalam menyelenggarakan penyuluhan.
5. Menyediakan bahan penyusunan rancangan penyuluhan untuk disampaikan dalam
forum musrenbangtan tahun berikutnya.

D. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup pedoman penyusunan Programa Penyuluhan meliputi :
1. Persiapan, dengan kegiatan :
2. Penyusunan,
3. Pelaksanaan,
4. Monitoring dan
5. Evaluasi Programa Penyuluhan mencakup :
 Evaluasi penyelenggaraan Penyuluhan.
 Evaluasi hasil penyuluhan dan
 Evaluasi Dampak penyuluhan.

II. DASAR HUKUM PENYELENGGARAAN


PENYULUHAN

Dasar Hukum yang digunakan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, peri-


kanan dan kehutanan adalah :

3
1. Undang Undang Dasar 1945RI, yaitu dalam pembukaan khususnya alenia 4
(mencerdaskan kehidupan bangsa) dan pasal 31 (Setiap warga negara berhak
memperoleh Pendidikan), dan Pendidikan penyuluhan khususnya ditujukan bagi
petani dan keluarganya.
2. Undang Undang No. 16 tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (SP3K).
 Pasal. 23
1) Programa Penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan
alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
2) Programa Penyuluhan terdiri atas : Programa Penyuluhan : desa/kelurahan ;
Programa Penyluhan Kecamatan ; Programa Penyululah kabupaten/ Kota; dst.
3. Permentan No. 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan
Kelembagaan Petani.
4. Permentan No. 25/Permentan/OT.140/5/2009tentang Pedoman Penyusunan
Programa Penyuluhan Pertanian.
5. Peraturan Pemerintah (PP) No 43 tahuin 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan
dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
 Pasal 2 : pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan ditujukan untuk meningkat-
kan penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien.
 Pasal 6 : ayat (3)
Biaya Operasional Kelembagaan Penyuluhan, sebagaimana dimaksud pasal
5 huruf c, diberikan untuk melaksanakan kegiatan :
a. Penyusunan kebijakan dan Programa Penyuluhan Tk. Kabupaten/Kota.
b. Pelaksanaan Penyuluhan dan pengembangan mekanisme, tata kerja dan
metode Penyuluhan.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan penyebaran Materi
Penyuluhan, bagi pelaku Utama dan Pelaku Usaha.
d. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan Kerja sama, Kemitraan, pengelolaan
Kelembagaan, Ketenagaan, Sarana, Prasarana dan pembiayaan penyuluhan.
e. Menumbuh kembangkan dan memfasilitasikelembagaan dan forum kegiatan
bagi pelaku tama dan pelaku usaha.
f. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas Penyuluh.
 Ayat (4)
Biaya Operasional Balai Penyuluhan, sebagaimana dimaksud pasal 5
huruf d, diberikanuntuk melaksanakan kegiatan :
a. Penyusunan Programa Penyuluhan Tingkat. Kecamatan.
b. Pelaksanaan Penyuluhan berdasarkanPrograma Penyuluhan.
c. Penyediaan dan penyebaran Informasi (Teknologi, sarana produksi, pembi
ayaan usaha tani dan informasi pasar/pemasaran).
d. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan
pelaku usaha
e. Memfasilitasi Peningkatan Kapasitas Penyuluh.
f. Pelaksanaan proses pembelajaran

4
6. Permentan No. 26 tahun 2012 tentang Pengelolaan Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan. menyebutkan bahwa organisasi BPP terdiri dari :
a) Pimpinan Balai.
b) Urusan Ketatausahaan
c) Kelompok Jabatan Fungsional :
 Penyuluh ahli Urusan programa
 Penyuluh ahli Urusan supervisi.
 Penyuluh ahli Urusan sumberdaya dan
 Penyuluh ahli Urusan Pengembangan Agribisnis.
d) Fungsi dan Peran BP3K
1. Merumuskan dan menyusun programa penyuluhan kecamatan sesuai dengan
potensi sumber daya alam dan agro ekosistem dalam rangka mendukung
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN);
2. Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan kecamatan
secara berdayaguna dan berhasil guna;
3. Menyediakan dan menyebarkan informasi yang diperlukan oleh pelaku utama
dan pelaku usaha secara cepat dan tepat sasaran;
4. Memberdayakan dan memperkuat kelembagaan pelaku utama dan pelaku
usaha agar mampu berperan sebagai bagian sistem agribisnis di wilayah kerja
balai;
5. Meningkatkan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya dan penyuluh
swasta agar dapat membimbing, mendampingi, melayani pelaku utama dan
pelaku usaha dalam mengembangkan usaha mereka;
6. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan model usahatani
bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berdayaguna dan berhasil guna.

5
III. UNSUR UNSUR PROGRAMA PENYULUHAN.

A. Perumusan Keadaan.
I. Rumusan Kedaan Umum (Monografi)
Sebelum keadaan dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi
dasar(data skunder) yang meliputi Wilayah Kerja BP3K/WKPP, terdiri dari keadaan
umum, kebijakan Pemerintah,isu isu pembangunan dan keadaan petani dan
usahataninya (monografi). Data ini bisa diperoleh dari data skunder (data dari dinas
Teknis, monografi desa, dll). Sebagai acuan data dan informasi yang dikumpulkan sesuai
dengan format 1 – 11 terlampir.

II. Rumusan Data Keadaan Khusus (Data Primer)


Selain data skunder, penyuluh wajib menyajikan data primer, (data yang digali
bersama petani/poktan) untuk menggambarkan data keadaan yang lebih faktual, yang
menggambarkan fakta fakta yang berupa data dan informasi mengenai : potensi,
produktifitas, lingkungan usaha, perilaku/kapasitas petani, kebutuhan pelaku utama
dalam wilayahnya, dengan penjelasan sbb :
1) Potensi usaha : menggambarkan peluang peluang usaha dari hulu sampai hilir
yang prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, agroekosistem
setempat,sumber daya, ketersediaan teknologi, untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha. Dari data tersebut, dapat
secara bersama sama (partisipatf) menarik kesimpulan.
Contoh :
Letak desa/wilayah berdekatan dengan ibukota/ pasar/perusahaan, didukung
prasarana jalan yg memadai, memungkinkan berbagai komoditas pertanianmudah
dipasarkan/memaksa petani mengusahakan komoditas yang sesuai dengan permin-
taan pasar
Hamparan sawah yang luas, tersedianya Prasarana dan teknologi, dapat memacu
petani memproduksi komoditas unggulan/andalan dengan teknologi yang sesuai
2) Produktifitas :menggambarkan perolehan hasil usaha per satuan unit usaha,
dinamika kelembagaan /organisasi petani saat ini, dan potensi yang masih bisa di-
kembangkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama
dan pelaku usaha.Dari data tersebut, dapat secara bersama sama (partisipatf)
menarik kesimpulan.
Contoh :
Perbedaan produktifitas usahatani petani dengan hasil demplot/pengujian setem-
pat memberikan peluang petani untuk meningkatkan produktifitas & kualitas pro-
duknya dengan menerapkan teknologi sesuai anjuran.

6
3) Lingkungan Usaha : menggambarkan kondisi ketersediaan sarana dan prasarana
usaha (agroinput, pasca panen, pengolahan, distribusi dan pemasaran), kebijakan
Pemerintah serta isu isu pembangunan lainnya. Dari data tersebut, dapat secara
bersama sama (partisipatf) menarik kesimpulan.
Contoh :
 Ketersediaan sapras berkaitan dengan kelancaran usaha
 Ketersediaan agroinput berkaitan dengan peningkatan mutu intensifikasi
 Pasca panen, pengolahan hasil & pemasaran berkaitan dengan jaminan pena-
nganan pasca panen oleh pihak III.
 Kebijakan pemerintah berkaitan dengan dukungan dan fasilitasi pemerintah.
4) Perilaku/kapasitas : menggambarkan perilaku petani (PKS), dalam penerapan
teknologi usaha, dan pengembangan kelembagaan/ organisasi petani.
Perilaku petani yang jauh dari harapan kita, berkaitan dengan materi dan metode
penyuluhan yang akan dilaksanakan
5) Kebutuhan pelaku utama & pelaku usaha : menggambar keperluan akan per-
lindungan, kepastian, kepuasan yang dapat menjamin terwujudnya keberhasilan
melaksanakan usaha.
 Perlindungan berkaitan dengan pengakuan aparat (desa, kematan, kabupaten)
pengesahan kelembagaan tani, pengukuhan kelompoknya,
 Kepastian berkaitan dengan tempat tinggalnya, tempat usahanya, komoditas
yang diusahakannya,
 Kepuasan berkaitan dengan pelayanan/penyuluhan dan pangayoman aparat,
dukungan dari lembaga terkait.

B. Tujuan.
I. Tujuan Penyuluhan
Tujuan Pembangunan apapun, selalu mengandung pengertian upaya perbaikan, ter-
utama perbaikan pada mutu hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi
maupun sosial budayanya.
Terkait dengan pemahaman tersebut diatas, tujuan penyuluhan diarahkan pada:
1. Terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), berkaitan dengan tekologi,
dan peningkatan mutu intensifikasi.
2. Perbaikan usaha tani (better business), berkaitan dengan pola dan sistem usaha tani
3. Perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living), berkaitan dengan
peningkatan pendapatan, kesejahteraan petani.

Dari pengalaman pembangunan Pertanian yang dilaksanakan selama tiga dasawarsa,


menunjukkan bahwa untuk mencapai ketiga tujuan tersebut diatas, masih memerlukan
perbaikan lain (Deptan 2002) :

7
4. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization),demi terjalinnya kerja
sama kemitraan antar stakeholders.
5. Perbaikan kehidupan masyarakatnya (better community), tercermin dalam
perbaikan stabilitas keamanan, politik yang sangat diperlukan bagi terlaksananya
pembangunan Pertanian, sebagai sub sistem dalam pembangunan masyarakat.
6. Perbaikan usaha dan lingkungan hidupnya(better enviroment), demi kelangsungan
usaha taninya.

II. Tujuan Kegiatan Penyuluhan


Untuk mencapai Tujuan Penyuluhan tersebut diatas, maka tujuan kegiatan penyu-
luhan adalah perubahan perilaku petani dan keluarganya, sebagai obyek (target
group) dari kegiatan penyuluhan. Oleh karenanya rumusan tujuan Programa Penyu-
luhan harus dinyatakan dalam pernyataan perubahan perilaku, terdiri :
1. Aspek kognitif, mengembangkan intelegensia yang mencakup :
a) penguasaan pengetahuan (knowledge)
b) Penguasaan pengertian (comprehension)
c) kamampuan menerapkan (application)
d) kamampuan analisis (analisis)
e) Kemampuan sintesis (synthesis)
f) Kemampuan evaluatif
2. Aspek afektif, perubahan kemampuan petani yang berkaitan dengan
kejiwaanyang mencakup :
a) Menyadari atau mau memilih
b) Tanggap atau mau
c) Yakin atau mau mengikuti
d) Menerima atau mau merubah
e) Menghayati atau selalu menerapkan.

1. Aspek psikomotor. Perubahan kemampuan petani yang berkaitan dengan gerak


fisik, mencakup :
1) kecepatan    2) kekuatan    3) Ketahanan; 4) kecermatan    5) ketepatan          
6) ketelitian7) kerapihan       8) keseimbangan   9) keharmonisan
Oleh karenanya, kegiatan penyuluhan adalah menyampaikan berbagai invovasi yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan penyuluhan, sesuai peran penyuluh sebagai agen
perubahan (change agent)

Tujuan, memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi petani


yang hendak dicapai, dengan cara menggali dan mengembangkan potensi yang ada,
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.
Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan adah SMART :
a. Specific :khas.
8
Merumuskan tujuan harus spesifik, agar mudah menetapkan kegiatan yang akan
dilaksanakan guna mencapainya, semakin khas akan semakin mudah mencapanya.
b. Measurable : terukur dapat diukur.
Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai sesuai rencana atau belum, maka
tujuan harus terukur. Ukuran biasanya menggunakan angka, baik angka nominal,
prosentase, skore atau angka lainnya.
c. Actionary : dapat dikerjakan/dilakukan.
Tujuan juga mengungkapkan sesuatu yang bisa dikerjakan, sehingga apabila
diserahkan kepada orang lain, dia tahu cara mengerjakannya.
d. Realistic :realistis.
Realistis bermakna sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, serta harapan
masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan kemampuannya.
e. Time Frame: memiliki batas waktu pencapaiannya.
Batas waktu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, berguna untuk
mengetahui apakah usaha kita berhasil atau tidak dalam mencapai tujuan.

Contoh pernyataan tujuan.


 Peningkatan produktifitas padi (a) dari 4,5> 5,0 ton/ha (b), dengan pening-
katan penggunaan pupuk berimbang, penggunaan PPC/ZPT (c)dalam 2 MT(e).
 Meningkatnya penerapan PHT(a) melalui peningkatan kuantitas pengamatan
lapangan(c), dari 1 x 2 minggu > 1 x 1 minggu (tani Maju), tidak diamati > 1 kali
2 minggu (tani biasa) (b)dalam 2 musim tanam.
 Meningkatnya kelas keltan(a) dari pemula > Lanjut 3 keltan, lanjut > Madya 2
keltan(b) , dst.
 Meningkatnya keanggotaan poktan > anggta gapoktan(a) dari 3 keltan > 5
keltan(b)
Selain prinsip prinsip tersebut masih ada hal hal penting lain yang harus diperhatikan
dalam merumuskan tujuan, yang lazim disingkatABCD, yaitu
a. Audience : khalayak sasaran.
Keadaan sasaran penyuluhan sangat beragam, dalam banyak aspek, shingga dalam
merumuskan tujuan harus terinci untuk masing masing srata masyarakat.
b. Behavior : perubahan perilaku yang dikehendaki.
Juga harus jelas perubahan apa yang kita kehendaki pada masing masing strata
masyarakat.
c. Condition : kondisi yang akan dicapai.
Pada kondisi seperti apa yang akan dicapai untuk mengatakan bahwa perubahan
perilaku yang dikehendaki sudah tercapai.
d. Degree : derajat/ sejauh mana kondisi yang ingin dicapai.
Sejauh mana kondisi yang ingin dicapai, menggunakan tolok ukur tertentu
sehingga bisa dinyatakan sejauh mana tujuan sudah tercapai.
Contoh :

9
Peningkatan produktifitas padi sawah
 Poktan A : dari 3,0 > 3,2 ton/ha melalui peningkatan penggunaan pupuk P &K
minimal 50 & 25 kg/ ha .
 Poktan B : dari 3,5>4,2 ton/ha melalui penggunaan PPC & ZPT, 5 kg/ha karena
kesulitan mendapatkan pupuk anorganik.
Catatan : dalam setiap perumusan tujuan harus dilakukan bersama sama :
poktan/petani, penyuluh, aparat desa, dan instansi terkait.

C. Permasalahan.
Masalah adalah faktor faktor yang dinilai dapat menyebabkan tidak tercapainya
tujuan atau faktor faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara : kondisi
faktual saat ini dengan kondisi yang hendak dicapai.
Faktor faktor tersebut diatas bisa bersifat :
1) Perilaku;adalah faktor faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi pelaku terha-
dap penerapan inovasi teknologi baru, mis tidak tahu,tidak mau/belum mampu,dsb.
Contoh :30% petani padi sawah enggan melakukan pemupukan berimbang,
2)Non perilaku;adalah faktor faktor yang berkaitan kondisi dan ketersediaan sarana
dan prasarana, kebijakan dll.
Contoh :petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

Untuk menggali keadaan dan permasalahan yang faktual serta urutan prioritasnya ,
digunakan metode PRA, Identifikasi Impact point, identifikasi kemaampuan poktan dan
atau metode lainnya.
1. Metode PRA, menghasilkan data Kualitatif, sebagai bahan perencanaan jangka
Menengah (RJM), karenanya PRA dilakukan setiap 4 – 5 ahun sekali.
2. Identifikasi Impact pointteknis komoditasmenghasilkan data Kuantitatif, mutu
intensifikasi komoditas tertentu, sebagai bahan penyusunan Rencana Kegiatan
Tahunan,
3. Identifikasi Impact Point sosek, menghasilkan data kuantitatif sosek poktan,
sebagai bahan penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan,
4. Identifikasi/penilaian kelas poktan, menghasilkan data kuantitatif kelas
poktansebagai bahan penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan,
5. Pengukuran produktifitas hasil usaha tani dilakukan dengan ubinan atau
perhitungan total hasil/luasan areal, menghasilkan data kuantitatif, untuk
menyajikan data keadaan.
6. Untuk menggali kebutuhan petani menggunakan metode :
a) Musyawarah penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK), yang
merupakan perwujudan semua rencana kerja anggotayang terhimpun dalam
kelompok, baik onfarm maupun off faram.
b) Rencan Usaha Kelompok (RUK).Berdasarkan RDK yang sudah tersusun, maka
kelompok menentukan kegiatan bersama, apa saja agar anggota dapat melak-
10
sanakan RDK dengan baik dan lancar. Misalnya : gerakan perbaikan irigasi, jalan
usahatani, pengadaan pupuk, gerakan pengendalian tikus, mencari modal usaha,
membangun kebun benih, dll, sesuai kebutuhan kelompoknya.
c) Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).Berdasarkan RDK dan RUK,
selanjutnya kelompok menetapkan kebutuhan apa saja untuk mendukung terlak-
sananya RDK & RUK, seperti kebutuhan benih, pupuk, pestisida, dll, baik yang
direncanakan secara swadaya, perlu bantuan pihak III (perbankan, kemitraan/
bapak angkat), maupun kebijakan pemerintah seperti pupuk bersubsidi,

D. Cara Mencapai Tujuan (Rencana Kegiatan).


a) Matrik Programa Penyuluhan.
Setelahtujuan, masalah ditetapkan, selanjutnya menetapkan kegiatan apa saja
yang akan dilaksanakan, baik kegiatan penyuluhan, pelayanan dan pengaturan, yang
dirumuskan dalam matrik Programa Penyuluhan.
b) Rencana Kegiatan Penyuluhan.
Rencana Kegiatan Penyuluhan menggambarkan apa yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan mengatasi atau mengurangi masalah yang ada, yang bersifat
perilaku petani dan keluarganya. Bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa
sasarannya, dimana, kapan, apa hasil yang akan dicapai untuk me- mecahkan masalah
dan menghadapi peluang yang ada.
Dalam merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal hal sebagi berikut :
1. Tingkat kemampuan (PKS) petani & kelompok tani yang mejadi sasaran.
2. Ketersediaan teknologi/ inovasi, sarana dan prasarana, serta sumber daya lain yang
mendukung kegiatan penyuluhan.
3. Tingkat kemampuan (PKS) Penyuluhnya .
4. Situasi lingkungan fisik, sosial dan budaya yang ada dan
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia.
Selain mengacu pada poin 1 – 5 diatas,penulisan rencana kegiatan juga mengacu
pada Uraian Tugas Penyuluh sesuai Permentan No. 35/pementan/OT.140/7/2009,
tentang Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian &Angka Kreditnya. Hal ini
sangat penting, agar kegiatan penyuluhan mempunyai manfaat ganda, baik bagi
penyuluh, kelembagaan Penyuluh (BP3K/Bapeluh) maupun bagi petani sebagai target
sasaran kegiatan penyuluhan.
c) Rencana Kegiatan Mengikhtiarkan pelayanan & Pengaturan.
Dalam merumuskan Rencana Kegiatan Mengikhtiarkan palayanan & Pengaturan,
membantu mengatasi permasalahan yang bersifat non perilaku misalnya ketersediaan
saprodi, permodalan, bapak angkat/kemitraan, pemasaran hasil dll

11
III. MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAMA
PENYULUHAN.

A. Cakupan Programa Penyuluhan .

Programa Penyuluhan seyogyanya mencakup seluruh komponen penyuluhan dan


dimulai dari tingkatan yang paling bawah yaitu :
1. Programa Penyuluhan desa/kelurahan, yang berisi antara lain :
a) Rencana kerja kelompok tani, (RDK &RUK).Kelompok tani adalah komponen
penyuluhan paling utama yang dijadikan obyek penyuluhan dan program
pembangunan perdesaan lainnya. Rencana kerja kelompok tani yang diako-
modir dalam programa penyuluhan adalah yang berkaitan dengan peningkatan
SDM petani menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
b) Rencana kerja Gapoktan / KTNA desa. Gapoktan dibentuk untuk mengan-
tisipasi berbagai permasalahan yang berskala desa,yang tidak dapat ditangani
hanya oleh kelompok, antar kelompok ataupun antar organisasi desa. Rencana
kerja Gapoktan merupakan bentuk dukungan agar rencana kerja kelompok tani
bisa terealisasi dan berhasil dengan baik, dan menjadi bagian dari Rencana
Pembangunan Desa
c) Rencana Kegiatan Penyuluhan (RKP) penyuluh. Programa Penyuluhan
disusun berdasarkan hasil analisis IKW, analisis impact point, Rencana Kerja
Kelompok tani dan Gapoktan, Kebijakan Pemerintah dan isu isu pembangunan.
Rencana Kegiatan Penyuluhan adalah Rencana Kerjanya Penyuluh dalam
peningkatan SDM petani, untuk mendukung terealisasinya RDK, RUK kelompok
Tani dan Rencana Kegiatan Gapoktan dengan baik, sesuai yang direncanakan.
d) Rencana Kerja berbagai pihak terkait. Selain RKP penyuluh, seyogyanya harus
diikuti oleh pihak pihak terkait, yang berkepentingan dengan pembangunan
pedesaan. Tetapi inilah yang belum terjadi selama ini, setiap pihak terkait mem-
punyai rencana sendiri dan enggan / belum terakomodir dalam programa
penyuluhan.

2. Programa PenyuluhanKecamatan / BP3K, terdiri dari :


a) Rekapitulasi Programa Penyuluhan Desa /Kelurahan.
b) Rencana Kerja KTNA Kecamatan. KTNA Kecamatan setelah mengakomodir
Rencana Kerja KTNA desa/kelurahan dan Gapoktan, selanjutnya menyusun
Rencana Kerja sesuai tingkatan dan kapasitasnya, untuk mendukung keberha-
silan Rencana Kerja KTNA desa/ Gapoktan diwilayahnya.
c) Rencana Kerja BP3K / Kelompok Fungsional BP3K. Dengan mempelajari dan
mencermati rencana a) dan b); terutama permasalahan yang berskala kecamatan
12
ke atas, Kebijakan Pemerintah kecamatan dan isu isu pembangunan diwila-
yahnya, maka dirumuskanlah Rencana Kegiatan BPP bersama dengan kelompok
Jabatan Fungsional BP3K (jika sudah ada).
d) Rencana Kerja berbagai pihak terkait, baik instansi pemerintah, perusahaan
swasta, dan pemangku kepentingan lainnya ditingkat kecamatan seyogyanya
menyusun rencana kerja, dan dimuat dalam programa penyuluhan kecamatan.

3. Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota, terdiri dari :


a) Rekapitulasi Programa Penyuluhan Kecamatan/ BPP.
b) Rencana Kerja KTNA Kabupaten/Kota.
c) Rencana Kerja Kelompok Fungsional Kabupaten/Kota.
d) Program penyuluhan instansi terkait di tingkat Kabupaten/Kota, terutama
yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas petani dan apatur pertanian.

4. Programa Penyuluhan Propinsi dan Nasional. Walaupun Programa


Penyuluhan Propinsi dan Programa Penyuluhan Nasional lebih bersifat kebijakan
pendukung, tetapi diharapkan tetap memperhatikan programa penyuluhan tingkat
di bawahnya sehingga dukungan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan riil
perangkat penyuluhan dibawahnya.

Dengan pola seperti ini didapat keuntungan dan kemudahan diantaranya :


1) Adil dan merata, karena mencakup seluruh komponen penyuluhan diberbagai
tingkatan, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial, kecuali yang tidak
berpartisipasi aktif dalam setiap proses.
2) Reprensentatif dan Partisipatif, karena proses penyusunannya melibatkan
seluruh komponen penyuluhan secara partisipatif, melalui mekanisme yang
benar
3) Sederhana, realistis dan sesuai kebutuhan riil, karena disusun menggunakan
metodologi yang lazim digunakan dalam proses penyusunan perencanaan dari
bawah.

B. Keterkaitan dan Keterpaduan : proses penyusunan programa


dengan proses perencanaan Pembangunan Pertanian.
Penyuluhan pertanian terintegrasi dengan subsistem program pembangunan perta-
nian. Dengan demikian proses penyusunan programa dilakukan secara sinergis dan
terpadu dengan proses pembangunan pertanian.
Programa penyuluhan disusun setiap tahun dan memuat rencana penyuluhan
tahun berikutnya, dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing masing
tingkatan, serta mencakup pengorganisasian dan pengelolaan sumber daya sebagai
dasar penyelenggaraan penyuluhan.
13
Penyusunan programa penyuluhan dilakukan secara partisipatif untuk meng-
akomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama & pelaku usaha.
Kelembagaan penyuluhan dimasing masing tingkatan memfasilitasi proses penyu-
sunan programa penyuluhan agar Programa Penyuluhan dapat berlangsung seiring
sejalan, serta materi penyuluhan saling menunjang dan saling mendukung .

C. Proses Penyusunan Programa Penyuluhan.


Proses penyusunan programa penyuluhan terdiri atas kegiatan sebagai berikut :
1) Identifikasi program pembangunan pertanian dari Dinas/Instansi terkait di
propinsi dan kabupaten kota, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha.
Khusus tingkat desa/ kelurahan identifikasi keadaan, masalah, tujuan digali
secara langsung dari pelaku utama dan pelaku usaha, dengan metode RRA/PRA,
Identifikasi Impact Point, dan atau teknik lainnya.
2) Dari hasil analisis dan rumusan IKW dan Identifikasi impact point, ditetapkan
keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan.
3) Sintesakegiatan penyuluhan yang ada di masing masing Dinas/Instansidengan
program kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha untuk menghasilkan draff
programa penyuluhan.
4) Pengesahan Programa Penyuluhan dilakukan oleh Pimpinan Balai Penyuluhan,
Kepala Instansi yang menangani penyuluhan di kabupaten/kota, propinsi,
sedangkan programa penyuluhan desa diketahui oleh kepala desa/lurah.
5) Penjabaran programa kedalam rencana kerja tahunan dilakukan oleh penyuluh
dan pihak pendukung penyuluhan lainnya.
6) Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan revisi, setelah keluarnya APBD/APBN.

D. Tingkatan Penyusunan Programa Penyuluhan.


1. Tingkat desa/ kelurahan.
a. Penyuluh yang bertugas didesa/ kelurahan memfasilitasi proses penyu-
sunan programa penyuluhan tingkat desa/ kelurahan.
b. Apabila di satu desa tidak ada penyuluhnya, maka proses penyusunan progra-
ma Penyuluhan difasilitasi penyuluh yang bertugas di desa terdekat.
c. Penyusunan programa penyuluhan desa dimulai dengan penggalian data dan
informasi potensi desa, monografi, komoditas unggulan dan produktifitasnya,
keberadaan poktan dan gapoktan, serta kelembagaan tani lainnya, masalah
yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha. Penggalian data dan informasi
dilakukan secara partisipatif, menggunakan metode RRA/PRA, identifikasi
impact point atau teknik lainnya.
d. Hasil penggalian data dan informasi pada poin c, merupakan masukan
untuk menyusun Rencana Kegitan poktan & gapoktan (RDK,RUK dan RDKK).
Hal ini sekaligus untuk mempermudah merekap RDK,RUK dan RDKK,
kaitannya dengan pengupayaan kebutuhan petani secara tepat (waktu,
14
jumlah, kualitas, sasaran danharga). Hasil rekapitulasi tersebut juga menjadi
Rencana Pembangunan Pertanian desa, sekaligus bahan penyusunan materi
dan metode penyuluhan.
e. Hasil Rekap RDK, RUK & RDKK poktan dan gapoktan akan di sintesakan
dengan kegiatan kegiatan dinas lingkup Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
yang dialokasikan di desa tersebut
f. Sintesa rencana kegiatan poktan/ gapoktan dengan kegiatan dinas/ instansi
di desa/kelurahan, sesuai dengan tahapan proses, dilakukan melalui perte-
muan pertemuan yang dimotori penyuluh dan dihadiri kepala desa/lurah,
KTNA, poktan/gapoktan dan segenap pemangku kepentingan lainnya.
g. Programa penyuluhan desa ditanda tangani oleh para penyusun ( penyuluh,
perwakilan poktan/gapoktan, KTNA) diketahui kepala desa/lurah.
h. Programa penyuluhan desa/kelurahan diharapkan selesai paling lambat
September, untuk dilaksanakan tahun berikutnya.
i. Programa penyuluhan desa yang sudah selesai disampaikan ke BPP, sebagai
bahan penyusunan programa penyuluhanh kecamatan/BPP.

2. Tingkat Kecamatan.
a. Pimpinan Balai memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan tingkat
kecamatan, yang dilakukan oleh penyuluh kecamatan bersama perwakilan
kelembagaan pelaku tama & pelaku usaha.
b. Penyuluh kecamatanbersama perwakilan kelembagaan pelaku utama
&pelaku usaha melakukan rekapitulasi programa desa/kelurahan sebagaiba-
han penyusunan programa penyuluhan kecamatan.
c. Proses penyusunan programa penyuluhan kecamatan diawali dengan mene
tapkan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan, kemudian dilaku-
kan pemeringkatan masalah, sesuai dengan skala prioritas yang dihadapi pe -
laku utama pelaku usaha yang berfokus pembangunan diwilayah kecamatan.
d. Penyusunan programa penyuluhan kecamatan dilakukan melalui serangkaian
pertemuan untuk menghasilkan draff programa penyuluhan keamatan.
e. Draff programa penyuluhan kecamatan disajikan dalam pertemuan koor-
dinasi lintas sektoral kecamatan dan perwakilan kelembagaan pelaku
utama &pelaku usaha.
f. Programa penyuluhan yang sudah selesai, kemudian disahkan oleh pimpi-
nan Balai, dan diketahui oleh pimpinan instansi terkait di kecamatan.
g. Programa penyuluhan kecamatan diharapkan selesai paling lambat
Oktoberuntuk dilaksanakan tahun berikutnya.
h. Programa penyuluhan yang sudah jadi, selanjutnya disampaikan ke BKPP kab.
/kota sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota
dan untuk disampaikan dalam musrenbang kecamatan.
i. Programa penyuluhan kecamatan selanjutnya dijabarkan dalam Rencana
Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) di kecamatan.

15
3. Tingkat kabupaten/kota.
a. Kepala kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota memfasilitasi penyusunan
programa penyuluhan tingkat kabupaten/ kota, yang dilakukan oleh penyuluh
kabupaten/kota bersama perwakilan kelembagaan pelaku utama & pelaku
usaha.
b. Penyuluh kabupaten/kota bersama perwakilan kelembagaan pelaku utama
dan pelaku usaha melakukan rekapitulasi programa kecamatan,sebagai
bahan penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota.
c. Proses penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota diawali dengan
menetapkan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan, kemudian
dilakukan pemeringkatan masalah, sesuai dengan skala prioritas yang diha-
dapi pelaku utama dan pelaku usaha yang berfokus pembangunan diwilayah
kabupaten/kota.
d. Penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota dilakukan melalui
serangkaian pertemuan pertemuan untuk menghasilkan draff programa
penyuluhan kabupaten/kota.
e. Draff programa penyuluhan kabupaten/kota disajikan dalam pertemuan yang
dihadiri oleh yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup
pertanian kabupaten/kota dan perwakilan kelembagaan pelaku utama &
pelaku usaha.
f. Programa penyuluhan yang sudah selesai, ditanda tangani oleh koordinator
penyuluh kabupaten/kota dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan
pelaku usaha kemudian disahkan oleh kepala BKPP, dan diketahui oleh peja-
bat yang membidangi perencanaan dari instansi terkait di kabupaten/ kota .
g. Programa penyuluhan kabupaten/kota diharapkan selesai paling lambat
Nopember (sebelum musrenbang kabupaten/kota) untuk dilaksanakan tahun
berikutnya.
h. Programa penyuluhan yang sudah jadi, selanjutnya disampaikan didalam
forum musrenbang kabupaten/kota sebagai bahan penyusunan perencanaan
pembangunan kabupaten/kota.
i. Programa penyuluhan kabupaten/kota selanjutnya dijabarkan oleh masing
masing penyuluh kabupaten kedalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh
(RKTP) di kabupaten/kota.

16
IV. TAHAPAN PENYUSUNAN PROGRAMA
PENYULUHAN.

Penyusunan programa penyuluhan disusun secara partisipatif oleh penyuluh


bersama pelaku utama & pelaku usaha serta organisasi petani, melalui tahapan sbb :

A. Perumusan Keadaan.
Rumusan keadaan menggambarkan fakta berupa data dan informasi disuatu
wilayah pada saat programa penyuluhan disusun, setelah melakukan pengumpulan
dan pengolahan data. Sebelum keadaan dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan,
pengolahan dan analisis mengenai potensi, produktifitas, lingkungan
usaha,perilaku/ tingkat kemampuan pelaku utama & pelaku usaha, dan kebutuhan
pelaku utama & pelaku usahanya disuatu wilayah. Pengumpulan, pengolahan dan
analisis data dilakukan bersama dengan stake holders,dapat dilakukan dengan
metode PRA, identifikasi impact point (teknis, sosek dan pakem kelompok tani), dari
RDK, RUK& RDKK serta rekapitulasi programa setingkat dibawahnya.

B. Penetapan Tujuan.
Penetapan tujuan adalah rumusan keadaan yang hendak dicapai dalam jangka 1
(satu) tahun. Tujuan dirumuskan dalam kalimat kalimat perubahan perilakupelaku
utama & pelaku usaha yang hendak dicapai, yang ditetapkan secara bersama sama
pemerintah,pelaku utama & pelaku usaha, serta kelembagaan petani sehingga
rumusan tersebut berupa tujuan kedua belah pihak yang disepakati.

C. Penetapan masalah.
Penetapan masalah adalah rumusan faktor faktor yang dapat menyebabkantidak
tercapainya tujuan. Faktor faktor tersebut terutama dicari dari pelaku utama &
pelaku usaha, serta kelembagaannya secara partisipatif dengan merujuk hasil IKW
dan identifikasi impact point, yang disusun berdasarkan :
1) Apakah masalah tersebut menyangkut mayoritas pelaku utama & pelaku usaha
dan organisasi petani.
2) Apakah erat kaitannya dengan program pembangunan pertanian yang sedang
berlangsung.
3) Apakah sumber daya (biaya, tenaga, peralatan, dukungan) tersedia untuk
mengatasi masalah. Urutan prioritas masalah dapat dilakukan dengan Uji
prioritas, teknik Impact Point, atau teknik peringkatan lainnya.

D. Penetapan Rencana Kegiatan.


Pada tahap ini dirumuskan cara mencapai tujuan, menggambarkan bagaimana
tujuan penyuluhan bisa dicapai .ada dua rencana yang harus disusun yaitu :
1) Rencana kegiatan penyuluhan, mencakup masalah yang bersifat perilaku, dari
hasil identifikasi impact point.
17
2) Rencana kegiatan untuk membantu mengikhtiarkan kemudahan, mencakup kon-
disi sarana dan prasarana usaha tani,pembiayaan, pengaturan, pelayanan dan
kebijakan pemerintah serta iklim usaha yang kondusif.

E. Rencana Monitoring dan Evaluasi.


Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh penyuluh danpelaku utama &
pelaku usaha, meliputi :
1) Penetapan indikator dan ukuran keberhasilan programa.
 Indikator ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan (output) yang telah
ditetapkan dalam programa.
 Ukuran keberhasilan berdasarkan indikator yang dapat diukur (data
kuantitatif dan kualitatif).
2) Menyusun instrumen monev.
 Instrumen disusun berdasarkan rencana danrealisasi kegiatan yang ter-
cantum dalam programa.
 Instrumen evaluasi disusun dalam bentuk daftar pertanyaan/isian berda-
sarkan indikator yang telah ditetapkan.
3) Penetapan jadwal monev.
 Monitoring dilakukan 3 bulan sekali (triwulan).
 Evaluasi dilakukan menjelang akhir tahun kegiatan, menjelang akan
disusun programa tahun berikutnya.
Evaluasi Programa Penyuluhan mencakup :
 Evaluasi programa Penyuluhan
 Evaluasi penyelenggaraan Penyuluhan.
 Evaluasi meto depenyuluhan
 Evaluasi hasil penyuluhan dan
 Evaluasi Dampak penyuluhan.

INGAT !!!
PROGRAMA ADALAH SUSUNAN ACARA DALAM PELAKSANAAN PENYULUHAN
BUKAN
USULAN RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN

OLEH KARENANYA

JIKA PENYULUH DAN BP3K INGIN MENGUSULKAN KEGIATAN PENYULUHAN


HARUS
DISUSUN TERLEBIH DAHULU SEBELUM MURENBANG,
DAN DIPRESENTASIKAN
DALAM MUSRENBANG DI SETIAP TINGKATAN

18

Anda mungkin juga menyukai