Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KE 2 MARKETING MANAGEMENT (SESI SEBELUM UTS)

NAMA : ISTI AN NISSA


NPM : 24093119006
PRODI : MAGISTER MANAJEMEN

 Tugas 1 : Pilihlah salah satu perusahaan untuk dianalisis kondisi bisnisnya dengan
menggunakan 5 kekuatan porter.
 Tugas 2 : Apa positif dan negatif, serta faktor yang menyebabkan adanya pasar
monopoli.
 Tugas 3 : Tuliskan beberapa kasus perusahaan yang melakukan persaingan tidak sehat.
TUGAS 1
Porter Five Forces Analysis pada PT. Waskita Karya

Analisis lima kekuatan Porter (bahasa Inggris: Porter five forces analysis) adalah suatu
kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan
oleh Michael Porter dari Sekolah Bisnis Universitas Harvard pada tahun 1979. Menurutnya
ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu (1)
ancaman produk pengganti, (2) ancaman pesaing, (3) ancaman pendatang baru, (4) daya
tawar pemasok, serta (5) daya tawar konsumen. Dalam tulisan ini akan dibahas kelima
analisis tersebut pada PT. Waskita Karya.

PT Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang
konstruksi. BUMN ini didirikan pada tanggal 1 Januari 1961, bercikal bakal dari sebuah
perusahaan Belanda bernama "Volker Aannemings Maatschappij NV", yang diambil alih
berdasarkan Keputusan No.62 Pemerintah Tahun 1961. Waskita Karya baru berstatus hukum
Persero di tahun 1973. Sejak itu, Waskita yang awalnya fokus pada pembangunan sarana
perairan mulai melakukan ekspansi ke sektor konstruksi jalan raya, bandara, pabrik semen,
hingga fasilitas industri lainnya. Setelah melakukan beberapa proyek bersama perusahaan
asing, Waskita mulai menggunakan banyak teknologi canggih dalam proyek-proyek mereka,
tepatnya mulai tahun 1980. Beberapa proyek berhasil Waskita yang terkenal saat itu adalah
Bandara Soekarno-Hatta, Reaktor Serba Guna Siwabessy, dan PLTU Muara Karang di
Jakarta. Upaya dalam selalu mengutamakan kualitas telah memungkinkan Waskita
memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995. Keberhasilan itu juga
menjadi pengakuan internasional meyakinkan terhadap Sistem Manajemen Mutu ISO
diterapkan oleh perusahaan dan titik awal menuju era persaingan global. Pada bulan Juni
2003, Waskita telah berhasil diperbarui Sistem Manajemen Mutu dan mampu memperoleh
sertifikasi ISO 9001: 2000. Hal ini menjadi indikasi kuat tentang bagaimana perusahaan
memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan.
Analisisnya :

1. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru yang masuk ke dalam industri konstruksi harus mengikuti peraturan
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang mengatur tentang registrasi
usaha konstruksi. Keuntungan skala ekonomi menengah satu dari ancaman pendatang baru
adalah adanya penghematan yang didapatkan oleh perusahaan dengan kerjasama dengan
pemasok bahan baku karena memiliki volume pembelian yang tinggi. Penghematan yang
didapatkan perusahaan dalam industri konstruksi cukup tinggi karena skala pengerjaan
proyek pemerintah yang menengah memicu persaingan yang terjadi dalam perebutan
proyek hanya terjadi sesama perusahaan konstruksi menengah atau bahkan atas. Hal ini
akan membuat ancaman pendatang baru rendah karena pendatang baru membutuhkan biaya
yang banyak dan berpotensi untuk mengalami kerugian dalam mengimbangi perusahaan
yang berada di kualifikasi menengah bahkan atas, apalagi bahwa perusahaan itu merupakan
badan usaha milik negara, sehingga dikatakan sudah memiliki skala ekonomis yang atas
karena memiliki 39 cabang di Indonesia. Oleh karena itu, skala ekonomi menengah di PT.
Waskita Karya yang merupakan BUMN di bidang konstruksi membuat ancaman dari
pendatang baru rendah sehingga indikator dalam skala ekonomi dikatakan rendah dan tidak
menghawatirkan, Adapun diferensiasi produk yang merupakan hambatan yang dihadapi
pendatang baruyang menjadikan keuntungan bagi pemain lama secara tidak langsung
dimana terlebih PT. Waskita Karya sendiri merupakan BUMN yang sudah dipercayai
pemerintah dan masyarakat akan diferensiasi produk dan layanan perusahaan berupa produk
tiang pancang beton, jasa pemancangan, jasa konstruksi gedung, konstruksi jembatan, dan
konstruksi bangunan sipil. Dengan adanya diferensiasi yang dimiliki membuat PT. Waskita
Karya memiliki keunggulan kompetitif terhadap pendatang baru sehingga memaksa
pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang lebih besar dalam memenangkan loyalitas
pelanggan. Oleh karena itu, diferensiasi produk yang banyak di PT. Waskita Karya saat ini
akan membuat ancaman dari pendatang baru rendah sehingga indikator diferensiasi produk
dikatakan rendah.
Data Jumlah Perusahaan Konstruksi di Indonesia
3000

2500

2000

1500

1000

500

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Tahun Jumlah Perusahaan Konstruksi Di Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statistik Data Sensus Banyaknya Perusahaan Konstruksi Menurut
Provinsi dan Skala Perusahaan, 2010 – 2018.

Berdasarkan data tersebut sebenarnya ancaman pendatang baru cukup besar, hal ini terbukti
bahwa pada periode 2010 – 2014 terdapat lima sampai sembilan perusahaan baru setiap
tahunnya. Namun, jika dicermati lebih mendalam terdapat perubahan tren pada 2015 – 2018
yang hanya bertambah dua ataupun tiga perusahaan per tahun. Setelah dilakukan pendalaman
terhadap kemungkinan yang terjadi, penulis meyakini bahwa penyebab pengurangan jumlah
perusahaan baru per tahun pada 2015 s.d. 2018 disebabkan oleh perlambatan ekonomi
sehingga menyurutkan ketertarikan para pelaku bisnis dan investor untuk menanamkan modal
dan mengembangkan bisnis untuk industri konstruksi. Selain itu, tidak sedikitnya nilai
investasi yang harus dilakukan untuk memasuki pasar spesifik ini menciptakan barrier to
entry yang cukup tinggi sehingga perusahaan tidak dapat keluar masuk pasar dengan mudah.
Karenanya, dapat dikatakan bahwa ancaman pendatang baru bagi PT. Waskita Karya cukup
rendah dan tidak terlalu mengkhawatirkan.

2. Ancaman Produk Substitusi

Proyek pemerintah akan senantiasa menguntungkan untuk PT. Waskita Karya sebagai
BUMN yang bergerak di bidang konstruksi yang memang menangani proyek pemerintah
namun, secara umumnya ancaman produk substitusi bisa muncul ketika produk substitusi
menawarkan harga yang lebih baik dan produk tersebut memiliki reputasi yang baik karena
memilih dan membeli produk adalah keputusan dari konsumen. Produk substitusi memiliki
penawaran harga yang lebih rendah daripada perusahaan dan pembeli lebih memilih
perusahaan daripada produk substitusi. Penawaran harga yang lebih rendah dari produk
substitusi karena produk substitusi tidak memiliki biaya yang lebih banyak dari perusahaan
seperti biaya peralatan yang memadai. Pembeli lebih memilih perusahaan daripada produk
substitusi di kota- kota di Indonesia ini karena ketersediaan dari produk substitusi di beberapa
kota sulit ditemukan. PT. Waskita Karya untuk mengatasi pembeli tersebut yaitu dengan
menjaga kualitas, relasi, dan tenaga ahli untuk pembeli agar tetap memilih perusahaan
sehingga kecenderungan pembeli lebih kepada perusahaan. Oleh karena itu, ancaman produk
substitusi dari kecenderungan pembeli terhadap produk substitusi dikatakan rendah.

3. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli

Menurut David (2009, p151) ketika pembeli berkonsentasi atau berbelanja, daya tawar
mereka dapat merepresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di
suatu industri. Daya tawar pembeli lebih tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau
tidak terdiferensiasi. Jika dikaitkan dengan kondisi pada PT. Waskita Karya sebagai BUMN
dibidang konstruksi yang menawarkan berbagai macam produk, apalagi dengan hak distribusi
tunggal yang dimiliki, seharusnya kekuatan tawar pembeli rendah dan tidak menjadi masalah
bagi perusahaan. Meski demikian, di lain sisi ternyata permintaan terhadap jasa penyediaan
konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi tahun berjalan, terbukti pada tahun 2013
dan 2014 terjadi penurunan permintaan yang dilatar belakangi oleh perlambatan ekonomi,
pelemahan rupiah, Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan pembuatan proyek baik secara
umum maupun di pemerintahan.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa daya tawar konsumen jika dilihat
dari sudut pandang produk PT. Waskita Karya cukup rendah, namun ternyata juga sangat
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi nasional maupun global, sehingga consumer bargaining
power PT. Waskita Karya dinyatakan sedang.

4. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Bahan baku yang digunakan oleh Perseroan sebagian besar berasal dari material Lokal
(berkisar antara 75%-85%), sedang sisanya Impor (khususnya Peralatan Mekanikal &
Elektrikal). Biaya bahan baku yang berasal dari pemasok, dalam struktur Beban Kontrak
(cost structure) Perseroan adalah sebesar 30% - 40%, yang pengadaannya dituangkan dalam
bentuk Surat Perjanjian Pengadaan Material (SPM) untuk jangka waktu tertentu. Banyaknya
pemasok yang tersedia, menguntungkan Perseroan untuk mendapatkan bahan baku sehingga
Perseroan selama ini tidak memiliki ketergantungan terhadap pemasok tertentu. Faktor yang
mempengaruhi kecenderungan penawaran supplier dalam perdagangan internasional karena
15 % impor, maka adalah nilai tukar. Volatilitas nilai tukar menentukan aksi supplier untuk
menjual baranngnya ke perusahaan di negara dengan nilai tukar mata uang lebih rendah
sehingga lebih menguntungkan. Berdasarkan penjelasan ini, maka posisi tawar pemasok
dapat dikatakan tinggi apabila ia memiliki hak untuk memilih ke mana ia akan memasarkan
produknya.

Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Meski begitu, kenyataannya PT. Waskita Karya memiliki kontrak kerja sama dengan
supplier guna menjamin ketersediaan stok. Hal ini sanggup meminimalisir risiko perubahan
nilai tukar yang berimbas pada preferensi supplier sekaligus menekan posisi tawarnya,
karena perseroan sendiri tidak memiliki ketergantungan yang berarti terhadap pemasok
tertentu. Dengan langkah tersebut, maka kekuatan tawar – menawar pemasok pada PT.
Waskita Karya dapat diminimalisir dari tinggi menjadi sedang.

5. Persaingan Di Dalam Indsutri (berfokus kepada harga dan waktu pembayaran)

Kebijakan tentang potongan harga untuk jangka waktu pembayaran yang tertentu akan
menjadikan keuntungan potensial bagi jasa konstruksi dalam bersaing dengan
kompetitornya. Di dalam industri konstruksi secara umum akan melakukan perjanjian
kontrak kerja terlebih dahulu yang mencantumkan harga dan jangka waktu pembayaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis dari beberapa sumber, harga dan jangka
waktu pembayaran sangat bisa diamati karena setiap kegiatan pemancangan, pembangunan,
dan pembelian tiang pancang beton memiliki kontrak kerja yang tertulis untuk
meminimalkan resiko kerugian yang dapat terjadi. Persaingan di dalam industri akan
menjadi tinggi ketika harga dan jangka waktu pembayaran bisa diamati karena dapat
menimbulkan persaingan harga antar pesaing sejenis yang bermain di segmen yang sama
apalagi untuk ukuran perusahaan konstruksi seperti PT. Waskita Karya yang setiap aktivitas
proyeknya senantiasa terlihat secara jelas, dan memiliki label sebagai BUMN akan
membuat pesaing yang sejenis NON BUMN memerlukan strategi yang lebih kuat kembali
untuk dapat menarik pasar yang secara umum. Oleh karena itu, persaingan di dalam industri
dari indikator harga dan jangka waktu tidak bisa diamati dapat dikatakan rendah.
TUGAS 2

Dampak Positif, Negatif serta Faktor yang menyebabkan adanya pasar monopoli.

Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan
perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat
dekat.

Akibat yang ditimbulkan dengan adanya pemberlakuan monopoli terhadap perekonomian,


dapat melihat dari dampak positif dan negatif.

 Dampak Positif Pasar Monopoli :

a. Memotivasi penggunaan dan inovasi baru dari teknologi, dengan tujuan biaya
per unit dapat ditekan sehingga keuntungan dapat ditingakatkan.
b. Meningkatkan produksi secara massal dan meningkatkan produktivitas, sehingga
status sebagai pemegang monopoli dapat dipertahankan.
c. Kesejahteraan karyawaan relatif lebih baik.
d. Aktivitas dan kreativitas bagian penelitian dan pengembangan perusahaan lebih
diperhatikan.

 Dampak Negatif Pasar Monopoli :

a. Ketidakadilan karena monopoli memperoleh keuntungan diatas keuntungan


normal.
b. Jumlah produksi ditentukan oleh monopolis sesuai dengan keuntungan yang
ingin diperolehnya.
c. Memproduksi output pada tingkat lebih rendah daripada output kompetitif (yang
sesuai dengan permintaan konsumen).
d. Mengenakan harga lebih tinggi daripada harga kompetitif.
e. Terjadi eksploitasi monopolis terhadap pemilik faktor produksi dan konsumen.
f. Praktek monopoli dapat memicu inflasi yang dapat merugikan masyarakat luas.
g. Pelaku usaha dapat menetapkan harga barang secara seenaknya pada konsumen.
h. Dapat menyebabkan eksploitasi daya beli konsumen dan tidak memberikan hak
pilih terhadap konsumen.

 Faktor Yang Menyebabkan adanya pasar monopoli :

1. Perusahaan Monopoli Memiliki Suatu Sumber Daya yang Unik dan Tidak
Dimiliki oleh Perusahaan Lain. Salah satu sumber penting dari adanya monopoli
adalah pemilikan suatau sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh
orang atau perusahaan lain. Perusahaan air minum di suatu kota adalah salah satu
contoh lain dari kekuasaan monopoli yang memiliki sumber daya yang unik.

2. Perusahaan Monopoli pada Umumnya Dapat Menikmati Skala Ekonomi


(Economies of Scale) hingga ke Tingkat Produksi yang Sangat Tinggi. Di dalam
abad ini perkembangan teknologi berlaku sangat pesat sekali. Di berbagai kegiatan
ekonomi tingkat teknologi adalah sedemikian modernnya sehingga produksi yang
efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar dan meliputi
hampir seluruh produksi yang diperlukan di dalam pasar.Keadaan seperti ini berarti
suatu perusahaan hanya akan menikmati skala ekonomi yang maksimum apabila
tingkat produksinya adalah sangat besar jumlahnya.
Pada waktu perusahaan mencapai keadaan di mana biaya produksi mencapai
keadaan di mana biaya produksi mencapai minimum, jumlah produksi adalah
hampir menyamai jumlah permintaan yang wujud dalam pasar. Dengan demikian,
sebagai akibat dari skala ekonomi yang demikian sifatnya, perusahaan dapat
menurunkan harga barangnya apabila produksi semakin tinggi. Pada tingkat
produksi yang sangat tinggi, harga adalah sedemikian rendahnya sehingga
perusahaan-perusahaan baru tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang
terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar monopoli.
Suatu industri yang skala ekonominya mempunyai sifat seperti yang diterangkan di
atas adalah perusahaan yang dikatakan merupakan monopoli alamiah atau natural
monopoly. Monopoli alamiah pada umumnya dijumpai dalam perusahaan jasa umum
(utilities) seperti perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan telepon, dan
perusahaan amgkutan kereta api.
3. Monopoli Wujud dan Berkembang Melalui Undang-undang yaitu Pemerintah
Memberi Hak Monopoli Kepada Perusahaan Tersebut.
4. Di dalam undang-undang pemerintah yang mengatur kegiatan perusahaan-
parusahaan terdapat beberapa peraturan yang akan mewujudkan kekuasaan
monopoli. Peraturan-peraturan yang seperti itu adalah :
1. Peraturan paten dan hak cipta
Perkembangan ekonomi yang pesat terutama menimbulkan oleh perkembangan
teknologi. Untuk mengembangkan teknologi kadang-kadang diperlukan waktu
bertahun-tahun dan biaya yang sangat besar. Oleh sebab itu kegiatan dan
pengeluaran untuk mengembangkan teknologi tidak akan dilakukan perusahaan
apabila hasil jerih payah mereka dengan mudah dicontoh atau dijiplak oleh
perusahaan lain.
Agar usaha mengembangkan teknologi dengan tujuan untuk menciptakan barang
baru akan memberi keuntungan kepada perusahaan, haruslah pemerintah
melarang dan menghukum kegiatan menjiplak tersebut. Hak cipta atau copy
rights merupakan bentuk lain dari hak paten yaitu merupakan suatu jaminan
hukum untuk menghindari penjiplakan.
2. Hak usaha eksklusif
Apabila skala ekonomi hanya diperoleh setelah perusahaan itu mencapai tingkat
produksi sangat tinggi, kepentingan khalayak ramai akan dimaksimumkan apabila
perusahaan diberikesempatan untuk menikmati skala ekonomi itu, dan pada
waktu yang sama diharuskan menjual produksinya dengan harga rendah. Untuk
menciptakan keadaan seperti ini secara serentak pemerintah harus menjalankan
dua langkah :
a. Memberikan hak monopoli kepada suatu perusahaan dalam suatu keadaan
tertentu.
b. Menentukan harga atau tarif yang rendah ke atas barang atau jasa yang
diproduksikan.
Contoh perusahaan ini adalah perusahaan air minum, pembangkit listrik dan angkutan
kereta api. Tanpa adanya hak eksklusif untuk berusaha sebagai perusahaan monopoli akan
timbul halangan untuk menikmati skala ekonomi secara maksimum. Sebagai akibatnya
setiapa perusahaan akan menetapakan harga / tarif yang tinggi ke atas barang / jasa yang
dihasilkannya. Untuk menghindari agar perusahaanh tidak mengambil tindakan yang seperti
itu pemerintah, di samping memberikan hak monopoli akan menetapkan harga / tarif
penjualan dari barang / jasa yang disediakan perusahaan tersebut.
TUGAS 3

Kasus perusahaan yang melakukan persaingan tidak sehat.

1. Promosi Tidak Sehat, Pop Ice Didenda Rp 11 Miliar

PT Forisa Nusapersada sebagai produsen Pop Ice akhirnya dihukum Komisi


Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebesar Rp 11 miliar.

Kasus ini berawal dari strategi marketing PT Forisa Nusapersada. Perusahaan itu
mewajibkan kios minuman dan toko di pasar untuk tidak memajang dan/atau menjual
produk pesaing dengan cara menjanjikan hadiah berupa 1 bal Pop Ice, kaos, dan blender.
PT Forisa Nusapersada menukar 1 renceng produk pesaing dengan 2 renceng produk Pop
Ice dalam program bantu tukar.

Tidak hanya itu, PT Forisa Nusapersada juga membuat perjanjian kontrak eksklusif
dengan kios minuman dan toko di pasar untuk melarang menjual produk.
Strategi marketing itu dilaporkan masyarakat ke KPPU. Pop Ide lalu dikenakan Pasal 19
huruf (a) dan (b) dan Pasal 25 ayat 1 huruf (a) dan (c) UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

KPPU lalu menurunkan tim investigator dan menemukan bila PT Forisa Nusapersada
diduga telah melakukan tindakan anti persaingan usaha dan menyalahgunakan posisi
dominan dengan mengeluarkan Program Pop Ice The Real Ice Blender. Hal itu
dibuktikan dengan adanya internal office memo yang berisi tiga program, yaitu program
bantu tukar produk pop ice, program display kios minuman dan program display toko
pasar. Setelah memanggil 36 pihak yang terdiri dari saksi, ahli, dan terlapor untuk
diperiksa dalam persidangan KPPU memutuskan PT Forisa Nusapersada bersalah
melanggar UU terkait.

"Majelis Komisi juga menghukum terlapor PT Forisa Nusapersada membayar denda


sebesar Rp 11.467.500.000,00 untuk disetorkan ke kas negara," kata majelis KPPU
sebagaimana dilansir website KPPU.
Putusan itu diketok pada Selasa (30/8) dengan susunan majelis Nawir Messi selaku ketua
majelis, Syarkawi Rauf dan Saidah Sakwan masing-masing sebagai anggota majelis.
KPPU menyatakan PT Forisa Nusapersada melanggar Pasal 19 huruf (a) dan (b), dan
Pasal 25 ayat 1 huruf (a) dan (c) UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

"Memerintahkan PT Forisa Nusapersada untuk menghentikan Program Pop Ice The Real
Ice Blender dan mencabut Internal Office Memo Nomor 15/IOM/MKT-DB/XII/2014
tanggal 29 Desember 2014.

2. Kasus Kartel Ayam Yang Dilakukan Oleh 12 Perusahaan Besar

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutus bersalah 12 perusahaan dalam


praktik kartel ayam. "Terlapor 1, 2, 3, 4, 5,6,7,8,9,10,11 dan 12 terbukti secara sah dan
meyakinkan melanggar pasal 11 Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha," kata ketua majelis hakim KPPU Kamser Lumbanraja
dalam sidang di kantor KPPU, Jakarta, Kamis 13 Oktober 2016. Kamser menyatakan,
ke-12 perusahaan itu diputus bersalah karena terbukti bersepakat melakukan afkir dini
induk ayam (parent stock) pada 14 September 2015 lalu. Bahkan, kesepakatan itu dicapai
setelah serangkaian pertemuan yang dilakukan yang dilakukan sejak 25 Februari 2015.
Afkir dini induk ayam yang dilakukan para pelaku usaha, secara langsung merugikan
peternak ayam skala kecil karena harga bibit ayam jadi mahal. Namun, secara tidak
langsung juga merugikan konsumen karena harga daging ayam di pasaran turut terkerek
naik. Rinciannya, pada Agustus 2015, harga bibit ayam tak lebih dari Rp 4.200 per ekor.
Namun setelah afkir dini 2 juta ekor induk ayam pada Oktober 2015, harga bibit ayam di
tangan peternak menjadi Rp 4.500-6.000 per ekor. Dengan demikian, total kerugian
peternak dari selisih itu mencapai kisaran Rp 224 miliar.
 Kartel adalah perjanjian satu pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menghilangkan persaingan di antara keduanya.
  Dengan perkataan lain, kartel (cartel) adalah kerja sama dari produsen-produsen
produk tertentu yang bertujuan untuk mengawasi produksi, penjualan, dan harga serta
untuk melakukan monopoli terhadap komoditas atau industri tertentu.
Pasal yang dilanggar

   Pasal 11 undang – undang no 5 tahun 1999 :

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.”

Dari kasus tersebut perjanjian yang dilakukan oleh ke 12 peusahaan yang bersepakat
melakukan afkir dini induk ayam (parent stock) telah sesuai dengan unsur pada pasal 11
pertama yaitu Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya,
dilihat dari kasus kartel ayam bahwa kesepakatan yang dicapai setelah serangkaian
pertemuan yang dilakukan membuktikan bahwa telah terjadi adanya perjanjian melalui
kesepakatan tersebut yang dilakukan oleh ke 12 perusahaan. Sedangkan unsur dari pasal 11
kedua adalah bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau
pemasaran suatu barang dan atau jasa telah sesuai dengan kasus kartel ayam ini karena pada
kasus ini Afkir dini induk ayam yang dilakukan para pelaku usaha, secara langsung
merugikan peternak ayam skala kecil karena harga bibit ayam jadi mahal. Namun, secara
tidak langsung juga merugikan konsumen karena harga daging ayam di pasaran turut terkerek
naik. harga bibit ayam tak lebih dari Rp 4.200 per ekor. Namun setelah afkir dini 2 juta ekor
induk ayam pada Oktober 2015, harga bibit ayam di tangan peternak menjadi Rp 4.500-6.000
per ekor. Dengan demikian, total kerugian peternak dari selisih itu mencapai kisaran Rp 224
miliar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keiatan yang dilakukan oleh ke12 perusahaan
telah mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
karena akibat perjanjian tersebut peternak yang merupakan peternak ayam skla kecil merugi
dan disisi lain juga merugikan pihak konsumen selaku pembeli.
3. Chevron Divonis Denda Rp 2,5 Milyar

Raksasa perusahaan minyak Chevron Indonesia Company divonis bersalah melakukan


tindakan diskriminasi dalam tender export pipeline front end enggineering & design
contract. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menghukum Chevron membayar
denda sebesar Rp 2,5 miliar. Dalam Pasal 19 Huruf D disebutkan pelaku usaha dilarang
melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku uasaha lain
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat
berupa melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
Sementara itu, Majelis Komisi juga memutuskan bahwa PT Worley Parsons Indonesia
(terlapor II) tidak terbukti melanggar Pasal 19 Huruf D UU No. 5 Tahun 1999. Chevron
disebutkan melakukan praktek diskriminasi terhadap peserta tender lainnya yakni PT
Wood Group Indonesia. Sementara itu, Chevron telah menetapkan PT Worley Parsons
(terlapor II) selaku pemenang tender.
Perkara ini berawal dari penyelidikan terhadap Resume Monitoring KPPU RI mengenai
adanya Dugaan Pelanggaran Pasal 19 huruf d dan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 pada Dugaan Pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait
dengan Tender Export Pipeline Front End Engineering & Design Contract (No. C732791)
di Lingkungan Chevron Indonesia Company, yang dilakukan oleh Chevron Indonesia
Company sebagai Terlapor I dan PT Worley Parsons Indonesia sebagai Terlapor II. Objek
perkara ini adalah Tender Export Pipeline Front End Engineering & Design Contract (No.
C732791) di Lingkungan Chevron Indonesia Company dengan total estimate contract
value sebesar 4.690.058 US$. Tender ini menggunakan sistem pemasukan penawaran dua
tahap berdasarkan PTK 007 Revisi 1 Tahun 2009, yang terdiri dari tahap teknis dan tahap
komersial.
Analisa
Dari penjelasan Kasus diatas dapat di analisa raksasa perusahaan minyak Chevron
Indonesia Company divonis bersalah melakukan tindakan diskriminasi dalam tender
export pipeline front end enggineering & design contract. Dan perusahaan minyak
Chevron disebutkan melakukan praktek diskriminasi terhadap peserta tender lainnya yakni
PT Wood Group Indonesia. Sementara itu, Chevron telah menetapkan PT Worley Parsons
(terlapor II) selaku pemenang tender.
Dalam kasus ini UU yang dikenai Pasal 19 Huruf D Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999. Dalam Pasal 19 Huruf D disebutkan “Pelaku usaha dilarang melakukan satu
atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
berupa melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.”

Dalam kasus di atas dapat dilihat dari UU (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999) yang
berlaku maka pelaku dapat hukuman pidana denda serendah-rendahnya Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 6 (enam) bulan. Objek perkara ini adalah Tender Export Pipeline Front
End Engineering & Design Contract (No. C732791) di Lingkungan Chevron Indonesia
Company dengan total estimate contract value sebesar 4.690.058 US$. Tender ini
menggunakan sistem pemasukan penawaran dua tahap berdasarkan PTK 007 Revisi 1
Tahun 2009, yang terdiri dari tahap teknis dan tahap komersial.
SUMBER / REFERENSI :

http://www.bumn.go.id/waskita/halaman/48

https://media.neliti.com/media/publications/36481-ID-analisis-lima-kekuatan-porter-pada-
pt-borneo-membangun.pdf

https://www.waskita.co.id/img/report_manager/files/
6f10720cd8fefe15b17b29beea1bf926.pdf

https://www.waskita.co.id/img/report_manager/files/
b6fecf8f0cc70aaf4cb1b09529b17851.pdf

https://www.coursehero.com/file/p5h4f04/F-Segi-Positif-dan-Negatif-Pasar-Monopoli-
Akibat-yang-ditimbulkan-dengan-adanya/

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44546/1/HANIFA%20TRI
%20AGUSTINA-FSH.pdf

https://www.academia.edu/30566558/MONOPOLI?auto=download

https://www.idx.co.id/media/2943/pt-waskita-beton-precast-tbk.pdf

https://www.waskita.co.id/pages/about/company-profile?lang=id

https://id.investing.com/equities/waskita-karya-historical-data

https://www.bps.go.id/publication/2017/12/26/49153abb0277db4facc30776/statistik-
konstruksi-2016.html

https://britama.com/index.php/2013/03/sejarah-dan-profil-singkat-wskt/

https://kemenperin.go.id/download/21653/Laporan-Analisis-Perkembangan-Industri-Edisi-
I-2019
JURNAL :

1. Porter Five Forces Analysis pada PT Hexindo Adiperkasa


Bayu Atletiko Yanida Putera Dipublikasikan pada 2 November 2015.

2. Pasar Monopoli
Dr. Emi Suwandi,SE, M.Si, Universitas Bina Darma, 2015.

3. PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA


Mashur Malaka, Vol. 7 No. 2, Juli 2014.

Anda mungkin juga menyukai