Tugas 1 : Pilihlah salah satu perusahaan untuk dianalisis kondisi bisnisnya dengan
menggunakan 5 kekuatan porter.
Tugas 2 : Apa positif dan negatif, serta faktor yang menyebabkan adanya pasar
monopoli.
Tugas 3 : Tuliskan beberapa kasus perusahaan yang melakukan persaingan tidak sehat.
TUGAS 1
Porter Five Forces Analysis pada PT. Waskita Karya
Analisis lima kekuatan Porter (bahasa Inggris: Porter five forces analysis) adalah suatu
kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan
oleh Michael Porter dari Sekolah Bisnis Universitas Harvard pada tahun 1979. Menurutnya
ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu (1)
ancaman produk pengganti, (2) ancaman pesaing, (3) ancaman pendatang baru, (4) daya
tawar pemasok, serta (5) daya tawar konsumen. Dalam tulisan ini akan dibahas kelima
analisis tersebut pada PT. Waskita Karya.
PT Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang
konstruksi. BUMN ini didirikan pada tanggal 1 Januari 1961, bercikal bakal dari sebuah
perusahaan Belanda bernama "Volker Aannemings Maatschappij NV", yang diambil alih
berdasarkan Keputusan No.62 Pemerintah Tahun 1961. Waskita Karya baru berstatus hukum
Persero di tahun 1973. Sejak itu, Waskita yang awalnya fokus pada pembangunan sarana
perairan mulai melakukan ekspansi ke sektor konstruksi jalan raya, bandara, pabrik semen,
hingga fasilitas industri lainnya. Setelah melakukan beberapa proyek bersama perusahaan
asing, Waskita mulai menggunakan banyak teknologi canggih dalam proyek-proyek mereka,
tepatnya mulai tahun 1980. Beberapa proyek berhasil Waskita yang terkenal saat itu adalah
Bandara Soekarno-Hatta, Reaktor Serba Guna Siwabessy, dan PLTU Muara Karang di
Jakarta. Upaya dalam selalu mengutamakan kualitas telah memungkinkan Waskita
memperoleh sertifikasi ISO 9002:1994 pada bulan November 1995. Keberhasilan itu juga
menjadi pengakuan internasional meyakinkan terhadap Sistem Manajemen Mutu ISO
diterapkan oleh perusahaan dan titik awal menuju era persaingan global. Pada bulan Juni
2003, Waskita telah berhasil diperbarui Sistem Manajemen Mutu dan mampu memperoleh
sertifikasi ISO 9001: 2000. Hal ini menjadi indikasi kuat tentang bagaimana perusahaan
memahami dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan.
Analisisnya :
Pendatang baru yang masuk ke dalam industri konstruksi harus mengikuti peraturan
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang mengatur tentang registrasi
usaha konstruksi. Keuntungan skala ekonomi menengah satu dari ancaman pendatang baru
adalah adanya penghematan yang didapatkan oleh perusahaan dengan kerjasama dengan
pemasok bahan baku karena memiliki volume pembelian yang tinggi. Penghematan yang
didapatkan perusahaan dalam industri konstruksi cukup tinggi karena skala pengerjaan
proyek pemerintah yang menengah memicu persaingan yang terjadi dalam perebutan
proyek hanya terjadi sesama perusahaan konstruksi menengah atau bahkan atas. Hal ini
akan membuat ancaman pendatang baru rendah karena pendatang baru membutuhkan biaya
yang banyak dan berpotensi untuk mengalami kerugian dalam mengimbangi perusahaan
yang berada di kualifikasi menengah bahkan atas, apalagi bahwa perusahaan itu merupakan
badan usaha milik negara, sehingga dikatakan sudah memiliki skala ekonomis yang atas
karena memiliki 39 cabang di Indonesia. Oleh karena itu, skala ekonomi menengah di PT.
Waskita Karya yang merupakan BUMN di bidang konstruksi membuat ancaman dari
pendatang baru rendah sehingga indikator dalam skala ekonomi dikatakan rendah dan tidak
menghawatirkan, Adapun diferensiasi produk yang merupakan hambatan yang dihadapi
pendatang baruyang menjadikan keuntungan bagi pemain lama secara tidak langsung
dimana terlebih PT. Waskita Karya sendiri merupakan BUMN yang sudah dipercayai
pemerintah dan masyarakat akan diferensiasi produk dan layanan perusahaan berupa produk
tiang pancang beton, jasa pemancangan, jasa konstruksi gedung, konstruksi jembatan, dan
konstruksi bangunan sipil. Dengan adanya diferensiasi yang dimiliki membuat PT. Waskita
Karya memiliki keunggulan kompetitif terhadap pendatang baru sehingga memaksa
pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang lebih besar dalam memenangkan loyalitas
pelanggan. Oleh karena itu, diferensiasi produk yang banyak di PT. Waskita Karya saat ini
akan membuat ancaman dari pendatang baru rendah sehingga indikator diferensiasi produk
dikatakan rendah.
Data Jumlah Perusahaan Konstruksi di Indonesia
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Sumber : Badan Pusat Statistik Data Sensus Banyaknya Perusahaan Konstruksi Menurut
Provinsi dan Skala Perusahaan, 2010 – 2018.
Berdasarkan data tersebut sebenarnya ancaman pendatang baru cukup besar, hal ini terbukti
bahwa pada periode 2010 – 2014 terdapat lima sampai sembilan perusahaan baru setiap
tahunnya. Namun, jika dicermati lebih mendalam terdapat perubahan tren pada 2015 – 2018
yang hanya bertambah dua ataupun tiga perusahaan per tahun. Setelah dilakukan pendalaman
terhadap kemungkinan yang terjadi, penulis meyakini bahwa penyebab pengurangan jumlah
perusahaan baru per tahun pada 2015 s.d. 2018 disebabkan oleh perlambatan ekonomi
sehingga menyurutkan ketertarikan para pelaku bisnis dan investor untuk menanamkan modal
dan mengembangkan bisnis untuk industri konstruksi. Selain itu, tidak sedikitnya nilai
investasi yang harus dilakukan untuk memasuki pasar spesifik ini menciptakan barrier to
entry yang cukup tinggi sehingga perusahaan tidak dapat keluar masuk pasar dengan mudah.
Karenanya, dapat dikatakan bahwa ancaman pendatang baru bagi PT. Waskita Karya cukup
rendah dan tidak terlalu mengkhawatirkan.
Proyek pemerintah akan senantiasa menguntungkan untuk PT. Waskita Karya sebagai
BUMN yang bergerak di bidang konstruksi yang memang menangani proyek pemerintah
namun, secara umumnya ancaman produk substitusi bisa muncul ketika produk substitusi
menawarkan harga yang lebih baik dan produk tersebut memiliki reputasi yang baik karena
memilih dan membeli produk adalah keputusan dari konsumen. Produk substitusi memiliki
penawaran harga yang lebih rendah daripada perusahaan dan pembeli lebih memilih
perusahaan daripada produk substitusi. Penawaran harga yang lebih rendah dari produk
substitusi karena produk substitusi tidak memiliki biaya yang lebih banyak dari perusahaan
seperti biaya peralatan yang memadai. Pembeli lebih memilih perusahaan daripada produk
substitusi di kota- kota di Indonesia ini karena ketersediaan dari produk substitusi di beberapa
kota sulit ditemukan. PT. Waskita Karya untuk mengatasi pembeli tersebut yaitu dengan
menjaga kualitas, relasi, dan tenaga ahli untuk pembeli agar tetap memilih perusahaan
sehingga kecenderungan pembeli lebih kepada perusahaan. Oleh karena itu, ancaman produk
substitusi dari kecenderungan pembeli terhadap produk substitusi dikatakan rendah.
Menurut David (2009, p151) ketika pembeli berkonsentasi atau berbelanja, daya tawar
mereka dapat merepresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di
suatu industri. Daya tawar pembeli lebih tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau
tidak terdiferensiasi. Jika dikaitkan dengan kondisi pada PT. Waskita Karya sebagai BUMN
dibidang konstruksi yang menawarkan berbagai macam produk, apalagi dengan hak distribusi
tunggal yang dimiliki, seharusnya kekuatan tawar pembeli rendah dan tidak menjadi masalah
bagi perusahaan. Meski demikian, di lain sisi ternyata permintaan terhadap jasa penyediaan
konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi tahun berjalan, terbukti pada tahun 2013
dan 2014 terjadi penurunan permintaan yang dilatar belakangi oleh perlambatan ekonomi,
pelemahan rupiah, Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan pembuatan proyek baik secara
umum maupun di pemerintahan.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa daya tawar konsumen jika dilihat
dari sudut pandang produk PT. Waskita Karya cukup rendah, namun ternyata juga sangat
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi nasional maupun global, sehingga consumer bargaining
power PT. Waskita Karya dinyatakan sedang.
Bahan baku yang digunakan oleh Perseroan sebagian besar berasal dari material Lokal
(berkisar antara 75%-85%), sedang sisanya Impor (khususnya Peralatan Mekanikal &
Elektrikal). Biaya bahan baku yang berasal dari pemasok, dalam struktur Beban Kontrak
(cost structure) Perseroan adalah sebesar 30% - 40%, yang pengadaannya dituangkan dalam
bentuk Surat Perjanjian Pengadaan Material (SPM) untuk jangka waktu tertentu. Banyaknya
pemasok yang tersedia, menguntungkan Perseroan untuk mendapatkan bahan baku sehingga
Perseroan selama ini tidak memiliki ketergantungan terhadap pemasok tertentu. Faktor yang
mempengaruhi kecenderungan penawaran supplier dalam perdagangan internasional karena
15 % impor, maka adalah nilai tukar. Volatilitas nilai tukar menentukan aksi supplier untuk
menjual baranngnya ke perusahaan di negara dengan nilai tukar mata uang lebih rendah
sehingga lebih menguntungkan. Berdasarkan penjelasan ini, maka posisi tawar pemasok
dapat dikatakan tinggi apabila ia memiliki hak untuk memilih ke mana ia akan memasarkan
produknya.
Meski begitu, kenyataannya PT. Waskita Karya memiliki kontrak kerja sama dengan
supplier guna menjamin ketersediaan stok. Hal ini sanggup meminimalisir risiko perubahan
nilai tukar yang berimbas pada preferensi supplier sekaligus menekan posisi tawarnya,
karena perseroan sendiri tidak memiliki ketergantungan yang berarti terhadap pemasok
tertentu. Dengan langkah tersebut, maka kekuatan tawar – menawar pemasok pada PT.
Waskita Karya dapat diminimalisir dari tinggi menjadi sedang.
Kebijakan tentang potongan harga untuk jangka waktu pembayaran yang tertentu akan
menjadikan keuntungan potensial bagi jasa konstruksi dalam bersaing dengan
kompetitornya. Di dalam industri konstruksi secara umum akan melakukan perjanjian
kontrak kerja terlebih dahulu yang mencantumkan harga dan jangka waktu pembayaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis dari beberapa sumber, harga dan jangka
waktu pembayaran sangat bisa diamati karena setiap kegiatan pemancangan, pembangunan,
dan pembelian tiang pancang beton memiliki kontrak kerja yang tertulis untuk
meminimalkan resiko kerugian yang dapat terjadi. Persaingan di dalam industri akan
menjadi tinggi ketika harga dan jangka waktu pembayaran bisa diamati karena dapat
menimbulkan persaingan harga antar pesaing sejenis yang bermain di segmen yang sama
apalagi untuk ukuran perusahaan konstruksi seperti PT. Waskita Karya yang setiap aktivitas
proyeknya senantiasa terlihat secara jelas, dan memiliki label sebagai BUMN akan
membuat pesaing yang sejenis NON BUMN memerlukan strategi yang lebih kuat kembali
untuk dapat menarik pasar yang secara umum. Oleh karena itu, persaingan di dalam industri
dari indikator harga dan jangka waktu tidak bisa diamati dapat dikatakan rendah.
TUGAS 2
Dampak Positif, Negatif serta Faktor yang menyebabkan adanya pasar monopoli.
Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan
perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat
dekat.
a. Memotivasi penggunaan dan inovasi baru dari teknologi, dengan tujuan biaya
per unit dapat ditekan sehingga keuntungan dapat ditingakatkan.
b. Meningkatkan produksi secara massal dan meningkatkan produktivitas, sehingga
status sebagai pemegang monopoli dapat dipertahankan.
c. Kesejahteraan karyawaan relatif lebih baik.
d. Aktivitas dan kreativitas bagian penelitian dan pengembangan perusahaan lebih
diperhatikan.
1. Perusahaan Monopoli Memiliki Suatu Sumber Daya yang Unik dan Tidak
Dimiliki oleh Perusahaan Lain. Salah satu sumber penting dari adanya monopoli
adalah pemilikan suatau sumber daya yang unik (istimewa) yang tidak dimiliki oleh
orang atau perusahaan lain. Perusahaan air minum di suatu kota adalah salah satu
contoh lain dari kekuasaan monopoli yang memiliki sumber daya yang unik.
Kasus ini berawal dari strategi marketing PT Forisa Nusapersada. Perusahaan itu
mewajibkan kios minuman dan toko di pasar untuk tidak memajang dan/atau menjual
produk pesaing dengan cara menjanjikan hadiah berupa 1 bal Pop Ice, kaos, dan blender.
PT Forisa Nusapersada menukar 1 renceng produk pesaing dengan 2 renceng produk Pop
Ice dalam program bantu tukar.
Tidak hanya itu, PT Forisa Nusapersada juga membuat perjanjian kontrak eksklusif
dengan kios minuman dan toko di pasar untuk melarang menjual produk.
Strategi marketing itu dilaporkan masyarakat ke KPPU. Pop Ide lalu dikenakan Pasal 19
huruf (a) dan (b) dan Pasal 25 ayat 1 huruf (a) dan (c) UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
KPPU lalu menurunkan tim investigator dan menemukan bila PT Forisa Nusapersada
diduga telah melakukan tindakan anti persaingan usaha dan menyalahgunakan posisi
dominan dengan mengeluarkan Program Pop Ice The Real Ice Blender. Hal itu
dibuktikan dengan adanya internal office memo yang berisi tiga program, yaitu program
bantu tukar produk pop ice, program display kios minuman dan program display toko
pasar. Setelah memanggil 36 pihak yang terdiri dari saksi, ahli, dan terlapor untuk
diperiksa dalam persidangan KPPU memutuskan PT Forisa Nusapersada bersalah
melanggar UU terkait.
"Memerintahkan PT Forisa Nusapersada untuk menghentikan Program Pop Ice The Real
Ice Blender dan mencabut Internal Office Memo Nomor 15/IOM/MKT-DB/XII/2014
tanggal 29 Desember 2014.
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.”
Dari kasus tersebut perjanjian yang dilakukan oleh ke 12 peusahaan yang bersepakat
melakukan afkir dini induk ayam (parent stock) telah sesuai dengan unsur pada pasal 11
pertama yaitu Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya,
dilihat dari kasus kartel ayam bahwa kesepakatan yang dicapai setelah serangkaian
pertemuan yang dilakukan membuktikan bahwa telah terjadi adanya perjanjian melalui
kesepakatan tersebut yang dilakukan oleh ke 12 perusahaan. Sedangkan unsur dari pasal 11
kedua adalah bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau
pemasaran suatu barang dan atau jasa telah sesuai dengan kasus kartel ayam ini karena pada
kasus ini Afkir dini induk ayam yang dilakukan para pelaku usaha, secara langsung
merugikan peternak ayam skala kecil karena harga bibit ayam jadi mahal. Namun, secara
tidak langsung juga merugikan konsumen karena harga daging ayam di pasaran turut terkerek
naik. harga bibit ayam tak lebih dari Rp 4.200 per ekor. Namun setelah afkir dini 2 juta ekor
induk ayam pada Oktober 2015, harga bibit ayam di tangan peternak menjadi Rp 4.500-6.000
per ekor. Dengan demikian, total kerugian peternak dari selisih itu mencapai kisaran Rp 224
miliar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keiatan yang dilakukan oleh ke12 perusahaan
telah mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
karena akibat perjanjian tersebut peternak yang merupakan peternak ayam skla kecil merugi
dan disisi lain juga merugikan pihak konsumen selaku pembeli.
3. Chevron Divonis Denda Rp 2,5 Milyar
Dalam kasus di atas dapat dilihat dari UU (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999) yang
berlaku maka pelaku dapat hukuman pidana denda serendah-rendahnya Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda
selama-lamanya 6 (enam) bulan. Objek perkara ini adalah Tender Export Pipeline Front
End Engineering & Design Contract (No. C732791) di Lingkungan Chevron Indonesia
Company dengan total estimate contract value sebesar 4.690.058 US$. Tender ini
menggunakan sistem pemasukan penawaran dua tahap berdasarkan PTK 007 Revisi 1
Tahun 2009, yang terdiri dari tahap teknis dan tahap komersial.
SUMBER / REFERENSI :
http://www.bumn.go.id/waskita/halaman/48
https://media.neliti.com/media/publications/36481-ID-analisis-lima-kekuatan-porter-pada-
pt-borneo-membangun.pdf
https://www.waskita.co.id/img/report_manager/files/
6f10720cd8fefe15b17b29beea1bf926.pdf
https://www.waskita.co.id/img/report_manager/files/
b6fecf8f0cc70aaf4cb1b09529b17851.pdf
https://www.coursehero.com/file/p5h4f04/F-Segi-Positif-dan-Negatif-Pasar-Monopoli-
Akibat-yang-ditimbulkan-dengan-adanya/
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44546/1/HANIFA%20TRI
%20AGUSTINA-FSH.pdf
https://www.academia.edu/30566558/MONOPOLI?auto=download
https://www.idx.co.id/media/2943/pt-waskita-beton-precast-tbk.pdf
https://www.waskita.co.id/pages/about/company-profile?lang=id
https://id.investing.com/equities/waskita-karya-historical-data
https://www.bps.go.id/publication/2017/12/26/49153abb0277db4facc30776/statistik-
konstruksi-2016.html
https://britama.com/index.php/2013/03/sejarah-dan-profil-singkat-wskt/
https://kemenperin.go.id/download/21653/Laporan-Analisis-Perkembangan-Industri-Edisi-
I-2019
JURNAL :
2. Pasar Monopoli
Dr. Emi Suwandi,SE, M.Si, Universitas Bina Darma, 2015.