Anda di halaman 1dari 15

PERBEDAAN SOFT SKILL, HARD SKILL, DAN KARAKTER

SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Dosen : Dr. Heni Puji Wahyuningsih, Sst, M. Keb

Disusun Oleh:

1. AFIFAH MA’RIFATUN (NIM: P0712422234)


2. AILSA HANIYAH AMBARWATI (NIM: P07124222035)
3. ALIF NOVITA WIJAYANTI (NIM: P07124222015)
4. ARINA MUTIARA HASTARI (NIM: P07124222021)
5. DEWI SUCI KARTIKASARI (NIM: P07124222010)
6. FAZA AULIYA (NIM: P07124222044)
7. GALUH KINAYA PUTRI (NIM: P07124222024)
8. PIPIT INDRA JAYANTI (NIM: P07124222051)
9. SEKAR JINGGA CITRANUARI (NIM: P07124222009)
10. SITI FATIMAH (NIM: P07124222040)
11. SYUMAILAH (NIM: P07124222003)
12. VERA AFRILIAN (NIM: P07124222041)

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN + PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur atas rahmat Allah, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan judul
“SOFT SKILL, HARD SKILL, DAN KARAKTER SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN” dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Budi Pekerti dari Ibu Dr. Heni Puji
Wahyuningsih, SST, M.Keb. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan terkait dengan topik yang diberikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalah dan ketidaksempurnaan yang
ditemukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran apabila menemukan
kesalahan pada makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Yogyakarta, 17 Agustus 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Soft Skill ......................................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Hard Skill ....................................................................................................................... 3
2.3 Pengertian Karakter ......................................................................................................................... 4
2.4 Implementasi Soft Skill pada Pelayanan Kebidanan ..................................................................... 5
2.5 Implementasi Hard Skill pada Pelayanan Kebidanan .................................................................. 7
2.6 Implementasi Karakter pada Pelayanan Kebidanan .................................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan merupakan ujung ombak pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang memiliki peran
sangat penting dalam penurunan AKI di Indonesia. Rendahnya kualitas bidan saat ini menjadi
salah satu kendala dalam penurunan AKI di Indonesia. Salah satu permasalahan terhadap
pelayanan kesehatan adalah komunikasi yang kurang baik antara tenaga kesehatan dan pasien.
Bidan merupakan salah satu profesi yang berhubungan erat dengan penggunaan komunikasi
sebagai salah satu bentuk sarana yang efektif dalam memudahkan peran dan fungsinya dengan
baik.
Bidan yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara baik akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan kebidanan dan meningkatkan citra profesi kebidanan, citra rumah
sakit serta di masyarakat.
Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan akan berhadapan dengan beragam manusia
secara langsung di tengah-tengah masyarakat, yang memiliki keunikan tersendiri. Untuk itu, bidan
dituntut untuk lebih menguasai keterampilan intelektual, emosional, spiritual serta berpikir positif
dalam menghadapi permasalahan kesehatan masyarakat. Sangatlah perlu seorang calon bidan
menguasai dan memiliki hard skill maupun soft skill yang baik agar dapat diterima di tengah
masyarakat dan dunia pekerjaan
Bidan sebagai penyedia layanan kesehatan selama periode reproduksi memiliki kesempatan
untuk mendorong perempuan membuat pilihan yang berdampak positif pada kesehatan ibu dan
janin. Diperlukan pendidikan kebidanan yang relevan untuk kebutuhan masa kini dan mendatang
terhadap pelayanan kebidanan. The State of World’s Midwifery telah mengidentifikasi bahwa
sebagian besar negara-negara berkembang tidak memiliki bidan 2 profesional dan mampu
mengelola tingginya jumlah kehamilan yang 15% diantaranya mengakibatkan komplikasi
obstetrik. Profil lulusan kebidanan tidak hanya unggul pada prestasi akademik (hard skill) namun
unggul pula pada kemampuan kepribadian (soft skill) serta berkarakter.
Penulis selaku mahasiswa jurusan kebidanan, dalam makalah ini akan membahas mengenai
perbedaan soft skill, hard skill, serta karakter yang harus dikembangkan dan

1
mengimplementasikannya dalam pelayanan kebidanan, karena bidan harus mampu
mengembangkan soft skill, hard skill, dan karakternya, harus pula mengimplementasikannya
dalam pelayanan kebidanan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca memahami tentang karakteristik soft
skill yang harus dikembangkan dan implementasi soft skill dalam pelayanan kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca memahami tentang :
a. Pengertian soft skill, hard skill, dan karakter.
b. Implementasi soft skill, hard skill, dan karakter dalam layanan kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Soft Skill


Soft skill dalam istilah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang "EQ" (Emotional
Intelligence Quotient) , cluster karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa , kebiasaan
pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft
melengkapi keterampilan hard skill (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan
pekerjaan dari pekerjaan dan kegiatan lainnya.
Soft skill merupakan ketrampilan personal yaitu ketrampilan khusus yang bersifat non-
teknis, tidak terlihat, yang muncul pada pribadi seseorang. Soft skill adalah seperangkat
kemampuan yang mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Berkomunikasi
secara efektif, berpikir kreatif dan kritis, membangun tim, serta kemampuan lainnya yang terkait
kapasitas kepribadian individu.
Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama
ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri
diartikan sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan
kemampuan intra dan interpersonal.
Soft skill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu ditumbuhkan dalam diri,
agar dapat memotivasi diri dan orang lain, bertanggung jawab, membangun relasi, berkomunikasi,
negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin,
membangun kerja sama, mengelola sumber daya dan lain sebagainya.

2.2 Pengertian Hard Skill


Hard skill adalah keterampilan atau pengetahuan khusus yang dibutuhkan untuk sebuah
pekerjaan. Misalnya, untuk pekerjaan Network Engineer, maka hard skill yang harus dimiliki
adalah paham standar OSI Layer 7, subnetting IP, routing, switching, dan lainnya. Tapi, kalau
untuk melamar pekerjaan lain, misalnya Akuntan, Graphic Designer, Copywriter, Bidan, maka
hard skill yang dibutuhkan pasti berbeda. Setiap pekerjaan membutuhkan hard skill yang berbeda-
beda. Tergantung pekerjaan apa yang akan dijalani atau ditekuni.

3
Hard skill adalah keterampilan yang bisa dipelajari dan terukur. Umumnya, hard skill bisa
dipelajari dan dikembangkan melalui pendidikan formal, kursus, pelatihan perusahaan, atau
sertifikasi. Ijazah, sertifikat pelatihan, atau penghargaan adalah contoh alat untuk mengukur
kemampuan hard skill tertentu. Selain menunjukkan seberapa kemampuan terhadap suatu hard
skill berdasarkan nilai, ijazah dan sertifikat juga merupakan bukti yang nyata kalau memang benar-
benar menguasai hard skill tersebut.
Misalnya, saat ingin belajar bahasa Inggris, lalu mengikuti kursus di lembaga tertentu.
Setelah semua kursus selesai, selanjutnya akan mengikuti tes TOEFL atau IELTS dan
mendapatkan sertifikat yang berisi skor tes. Nilai TOEFL inilah yang menjadi bukti seberapa
mahirnya berbahasa Inggris dengan level tertentu. Begitu juga dengan sertifikasi lainnya.

2.3 Pengertian Karakter


Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi menjadi tanda-tanda kebaikan,
kebajikan dan kematangan moral seorang. Secara etimologi, istilah karakter asal dari bahasa Latin
character, yang berarti tabiat, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian serta akhlak.
Menurut Kamus akbar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain. 2). Karakter juga bisa bermakna
“huruf”. Menurut (Ditjen Mandikdasmen – Kementerian Pendidikan Nasional), karakter ialah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri spesial tiap individu buat hayati serta berhubungan,
baik pada lingkup keluarga, rakyat, bangsa serta negara. Individu yang berkarakter baik merupakan
individu yang bisa membuat keputusan serta siap mempertanggungjawabkan tiap dampak berasal
keputusan yang beliau buat. Menurut W.B. Saunders, (1977: 126) menyebutkan bahwa karakter
ialah sifat konkret serta berbeda yang ditunjukkan sang individu, sejumlah atribut yang bisa
diamati pada individu.
Karakter mulia berati individu mempunyai pengetahuan wacana potensi dirinya, yang
ditanda-tandai menggunakan nilai-nilai mirip reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis,
kreatif dan inovatif, mandiri, hayati sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela
berkorban, pemberani , bisa dianggap, amanah, menempati janji, adil, rendah hati, malu berbuat
salah , pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet /gigih, teliti, berinisiatif, berpikir
positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, irit/efisien,
menghargai ketika, pengabdian /dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta estetika

4
(estetis, sportif, sabar, terbuka, tertib. Individu pula mempunyai kesadaran untuk berbuat yang
terbaik atau unggul, serta individu pula bisa bertindak sesuai potensi serta kesadarannya tersebut.
Karakter ialah realisasi perkembangan positif menjadi individu (intelektual, emosional, sosial,
etika, dan sikap).
Individu yang berkarakter baik atau unggul artinya seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap yang kuasa YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara
serta global internasional di biasanya dengan mengoptimalkan potensi (Pengetahuan) dirinya dan
disertai dengan pencerahan, emosi serta motivasinya (perasaannya).

2.4 Implementasi Soft Skill pada Pelayanan Kebidanan


Bidan sebagai penyedia layanan kesehatan selama periode reproduksi memiliki
kesempatan untuk mendorong perempuan membuat pilihan yang berdampak positif pada
kesehatan ibu dan janin. Diperlukan pendidikan kebidanan yang relevan untuk kebutuhan masa
kini dan mendatang terhadap pelayanan kebidanan. The State of World’s Midwifery telah
mengidentifikasi bahwa sebagian besar negara-negara berkembang tidak memiliki bidan
profesional dan mampu mengelola tingginya jumlah kehamilan yang 15% diantaranya
mengakibatkan komplikasi obstetrik. Profil lulusan kebidanan tidak hanya unggul pada prestasi
akademik (hard skill) namun unggul pula pada kemampuan kepribadian (soft skill).

Mahasiswa kebidanan selain mempunyai dan menguasai keterampilan teknis kebidanan,


juga harus mempunyai ilmu berkomunikasi dan jiwa kepemimpinan yang tinggi. Pentingnya
penguasaan soft skill ketika bidan memasuki dunia kerja menuntut lembaga pendidikan kebidanan
merancang program pengembangan soft skill dalam pembelajaran sebagai sarana membangun
etika kerja dengan mahasiswa diikutkan dalam pembelajaran langsung dengan masyarakat.

Pendidikan kesehatan berbasis masyarakat (community based medical education/CBME)


mencetak bidan sebagai tenaga kesehatan yang terampil untuk mengurangi angka kematian ibu
dan bayi baru lahir telah diperkenalkan di beberapa negara berkembang seperti Sri Lanka, India,
Indonesia, dan negara-negara Afrika. Pendidikan kesehatan berbasis masyarakat/CBME di dalam
pendidikan kebidanan dinamakan praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan kebidanan komunitas dimasyarakat
serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan masyarakat dari
berbagai budaya, dan latar belakang etnis dan sosial yang berbeda.
5
Kegiatan dalam pembelajaran CBME antara lain mahasiswa melaksanakan kunjungan
rumah sehingga mahasiswa berhadapan dengan keluhan ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas
secara langsung sehingga mahasiswa dituntut untuk bisa memberikan konseling, dari kegiatan
tersebut kemampuan komunikasi terlatih. Mahasiswa juga dituntut untuk bisa mengatur
kegiatannya masing-masing kelompok maupun individu, sehingga kemampuan kepemimpinan
juga terlatih, dengan demikian program CBME ini dengan sendirinya akan meningkatkan
kemampuan soft skill mahasiswa khususnya kemampuan komunikasi dan kepemimpinan.

Komunikasi yang baik merupakan kunci sukses dalam penyampaian informasi kepada
orang lain. Dalam menyampaikan informasi bisa dilakukan secara face to face atau dalam suatu
forum. Tidak semua orang secara alamiah memiliki kemampuan untuk berbicara dalam suatu
forum. Kemampuan untuk berbicara di depan umum harus diasah. Karena berbicara di depan
umum atau orang lain merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki tenaga kesehatan.
Salah satunya yaitu untuk mempengaruhi orang lain. Dalam kegiatannya bidan tidak hanya bekerja
sendiri. Bidan membutuhkan koordinasi dan dukungan dari berbagai pihak terkait untuk
memperlancar kegiatan atau program yang sedang dilaksakannya. Jika bidan tersebut tidak
terampil untuk berbicara di depan umum untuk mempengaruhi orang lain maka pelaksanaan
kegiatannya akan terganggu yang pada akhirnya akan berimbas pada efektivitas program yang
sedang dilaksanakan.

Dibutuhkan seorang pemimpin untuk menyatukan banyak pikiran dalam sebuah kelompok.
Hal tersebut dimaksudkan agar program kerja dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien
jika dari berbagai pendapat dapat disatukan menjadi sebuah pendapat yang membawa hal positif
bagi kelompok. Selain dapat memimpin kelompok, bidan juga harus dapat memimpin dirinya
sendiri hal ini bertujuan agar bidan dapat membawa hal positif bagi anggota kelompoknya. Dalam
sebuah organisasi banyak ditemukan perbedaan pendapat dalam melaksanakan sebuah program
dalam suatu kelompok kerja. Oleh karena itu, kemampuan menyelesaikan sebuah masalah sangat
penting agar seluruh anggota kelompok menyetujui sebuah program, karena apabila terlalu banyak
pendapat yang bertentangan dapat memecah sebuah kelompok. Selain itu juga mengganggu
terlaksananya program kerja dengan baik.

6
2.5 Implementasi Hard Skill pada Pelayanan Kebidanan
Pendidikan Kebidanan dalam fungsinya untuk menghasilkan tenaga Bidan Profesional
meningkatkan daya saing bangsa melalui peningkatan hard skill mempunyai peran yang sangat
strategis, karena para lulusannya diharapkan dapat langsung terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu,
untuk ikut menyukseskan tujuan pendidikan nasional mahasiswa kebidanan selain dibekali dengan
soft skill, kebidanan juga harus dibekali dengan hard skill yang memadai. Hal ini disebabkan
karena hard skill mutlak dibutuhkan di dunia kerja, baik ketika bidan bekerja di RS maupun di
Komunitas.
Berikut merupakan implementasi hard skill dalam peran kebidanan:
• Bidan sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki 3 kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi, dan tugas ketergantungan. Bidan mempunyai tugas mandiri sebagai pelaksana
untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
klien/keluarga dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Dalam ruang
lingkup yang lebih luas dalam hal ini bidan menolong persalinan, mendukung ibu untuk
menyusui termasuk membantu terlaksananya Inisiasi Menyusui Dini yang benar.
• Peran Bidan sebagai pengelola
Bidan mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan
untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat/ klien.
• Peran sebagai pendidik
Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga,
masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan
dengan pihak terkait dengan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana. Dalam
persiapan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini bidan memotivasi ibu hamil dan
suami/keluarga untuk melakukan pertemuan, untuk membahas keuntungan ASI,
tatalaksana menyusui yang benar, dan Inisiasi Menyusu Dini.
• Peran Bidan sebagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri ataupun secara kelompok.

7
Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan, mencakup tugas kolaborasi. Tugas-tugas kolaborasi (kerja
sama) bidan, yaitu menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga, mencakup:
a) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan dan hasil kolaborasi
serta berkerjasama dengan klien.
• Peran Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja
dengan melibatkan masyarakat/klien, mencakup:
1. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak
untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat.
3. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana.
4. Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan
lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
KB.
5. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya
kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada
pada program dan sektor terkait.
6. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.

8
7. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang serta kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi.
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
b. Berpartisipasi dalam tim
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor
lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan,
serta tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya,
mencakup:
1. Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi
asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
2. Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau petugas
lapangan keluarga berencana (PLKB) dan masyarakat.
3. Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
4. Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan
kesehatan.

2.6 Implementasi Karakter pada Pelayanan Kebidanan


Pendidikan karakter bidan merupakan pendidikan untuk membentuk kebiasaan baik di
kehidupan sehari-hari. Kebiasaan baik disadari dengan kesadaran, keyakinan, dan kepekaan dalam
diri bidan. Hal ini merupakan upaya yang berkelanjutan harus dilakukan di bidang pendidikan.
Pendidikan karakter ini akan berhasil melalui peningkatan pengembangan Human
Capacity Development (HCD) dalam cakupan kulturnya, suatu multikultur yang tetap
memperhatikan kebutuhan dalam berperilaku, berinteraksi dengan lingkungan, dan belajar
bersama peserta didik dan sejawat. Konsep pendidikan karakter ini tidak lepas dari norma, etika
dan akhlak. Hal ini terakumulasi dari keterkaitan antara moral, etika, akhlak dan karakter. Moral
di sini berkaitan dengan suatu aturan atau tata cara hidup yang bersifat normatif, perlu ditanamkan
dan dilestarikan melalui kegiatan pendidikan di dalam kampus maupun kegiatan praktik di lahan
hingga tridarma perguruan tinggi tercapai saat terjun ke masyarakat. Etika dipakai bersamaan

9
dengan moral, tidak lepas dari kajian-kajian yang berbicara mengenai baik atau buruk, dan benar
atau salah.
Mengingat masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam, maka nilai-nilai agama
Islam masuk menjadi karakter. Namun, perlu dicatat bahwa karakter yang sering terekspos aspek-
aspek parsial saja sehingga tidak terlihat secara utuh ajaran Islam, padahal ajaran Islam sangat
menghargai waktu, rajin, siap bekerja keras, lemah lembut dan kasih sayang pada sesama makhluk.
Pendidikan karakter pada bidan diarahkan pada pemantapan kebiasaan baik dalam
kehidupan sehari-hari melalui pemberian kepercayaan dan tanggung jawab. Pendidikan karakter
ini ditujukan untuk mempersiapkan mahasiswa kebidanan sebelum terjun ke dunia kerja.
Mengasah dan mengembangkan karakter yang baik melalui pembiasaan di lingkungan pendidikan
dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, pergaulan di lingkungan akademik dan kegiatan
ekstrakurikuler. Aspek tersebut akan terus berkembang begitu mahasiswa masuk ke lingkungan
belajar di luar kampus seperti praktik di lapangan dan kegiatan kemahasiswaan lain.
Mahasiswa yang bersikap jujur memungkinkan mereka bekerja tanpa pengawasan penuh,
membuat laporan secara jujur, tanggung jawab, disiplin, dapat berkomunikasi dengan baik, mampu
bekerja sama dalam tim, dan memiliki etos kerja tinggi. Kreativitas yang tinggi akan tergambar
dalam kegiatan pengabdian masyarakat maupun penelitian bersama.
Pendidikan karakter merupakan sesuatu yang harus diasah dan dikembangkan, karena
pendidikan kebidanan merupakan pendidikan vokasi yang secara totalitas berhubungan langsung
dengan masyarakat. Tingginya harapan akan lulusan kebidanan yang berkualitas menuntut
institusi pendidikan mampu menghasilkan lulusan bidan yang berkualitas yang memiliki
keterampilan dalam memberikan pelayanan serta didukung dengan kompetensi kepribadian baik
agar selaras.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Soft skill, hard skill, dan karakter merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu di
tumbuhkan dalam pelayanan kebidanan serta merupakan salah satu modal utama yang harus
dimiliki tenaga kesehatan, agar dapat memotivasi diri dan orang lain, menjadikan bidan yang
bertanggung jawab dan profesional, membangun relasi, bermoral, berkomunikasi, negosiasi,
beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin, membangun
kerja sama, mengelola sumber daya, dan lain sebagainya.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat mempertahankan dan meningkatkan soft skill,
hard skill, dan karakter, agar dapat memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang komprehensif
baik aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual dimana bidan merupakan first line layanan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amarullah, F., & Sari, D. (2008). Studi atas Pelaksanaan PBL dan Hubungannya dengan Soft
Skill dan Prestasi Belajar Mahasiswa. Penelitian Departemen Akuntansi Universitas
Indonesia.
Dantes. N. (2009). Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Disampaikan dalam
Lokakarya Kurikulum di Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Rupa Indonesia.
Dirjen Dikti. (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan
Tinggi.
Illah Sailah.2008. Pengembangan Soft Skills Di Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi
Prijosaksono, A. M. Marlan. 2005. The Power of Transformation. Jakarta : Penerbit Elex Media
Komputindo

12

Anda mungkin juga menyukai