Faktor Resiko
Cedera kepala
Stroke
Cedera medulla spinalis
Guillain barre syndrome
Penyakit Parkinson
Keracunan obat dan alcohol
Pembesaran uterus
Miestenia gravis
Fistula trakeoesofagus
Striktura esophagus
Sclerosis multiple
Labiopalatoskizis
Atresia esophagus
Laringomalasia
prematuritas
Intervensi
1. Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan kemampuan menelan
Monitor status pernafasan
Monitor bunyi nafas, terutama setelah makan/ minum
Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
Periksa kepatenan selang nasogastric sebelum memberi asupan oral
2. Terapeutik
Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit sebelum memberi asupan oral
Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada pasien tidak sadar
Pertahanakan kepatenan jalan nafas (mis. Tehnik head tilt chin lift, jaw trust, in line)
Pertahankan pengembangan balon ETT
Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi secret meningkat
Sediakan suction di ruangan
Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal jika residu banyak
Berikan obat oral dalam bentuk cair
3. Edukasi
Anjurkan makan secara perlahan
Ajarkan strategi mencegah aspirasi
Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
(……………..………….) (………………….............…)