Anda di halaman 1dari 17

WEEK 4 - ANTER

DEADLINE RABU 23 FEBRUARI 2022 PUKUL 23.59 WIB


week 4 anterrrr
Gardner, Katy & David Lewis. 2015. Anthropology and Development: Challanges for the
Twenty-First Century. Pluto Press. Bab 3. Hlm: 78-124 (97-143).

HALAMAN BUKU yeah


bita 78-80
● dulu antrop pembangunan tuh kyk gadipeduliin gt, tp makin ke sini itu jd area sentral
di antrop terutama buat topik globalisasi, teknik pemerintahan, kapitalisme,
perubahan ekonomi, dan kemskinan
○ ini dampak dr kritik para konstruktivis
● isi buku;
○ di bagian pertama >>> bakal bahas tinjauan lapangan ttg pembaruan
pekerjaan yg udh mulai ngadopsi bahasan pembangunan
○ di bagian kedua >>> nunjukin hal2 yg up to date ttg hubungan yg kadang
tegang tp kreatif antara antropolog dgn big D/little d development selama 20
tahun terakhir
Anthropologists, change and development: the view from 1996
● antropolog kan emg byk yg kerja buat 'terapan' ya tp ada jg yg mempelajari
pembangunan sbg bidang penyelidikan akademis >>> jd walaupun kegunaannya
'terapan' tp tujuan utamanya buat berkontribusi pd teori yg lbh luas
● bisa dibilang kalo antrop pembangunan as akademik gabisa dipiisahin sm antrop
pembangunan as terapan >>> soalnyadikotomi kyk gt bisa bikin praktisi ngeliat
sesuatu jd 'gak relevan' dan ngabaiin implikasi praktis dr temuan mereka
○ sebaliknya, wawasan yg diperoleh dr pengetahuan yg dihasilkan terutama utk
tujuan akademis dpt memiliki efek penting pd cara pembangunan dipahami
● jd ya drpd terjebak mulu dlm wacana pembangunan yg dominan, mending antrop
pembangunan bisa digunakan utk menantang asumsi dan represnetasi kuncinya
alias keduanya bisa sama2 bekerja mnuju prubahan konstruktif
● karena gaada masy yg statis jd perubahan hrs melekat dlm semua analisis
antropologs >>> tp ini ga selalu terjadi
● di fase awal antrop >>> ada model perubahan evolusioner di tahun 20an, trs abis itu
ada paradigma fungsionalis di tahun 50an
○ abis fungsionalis ada strukturalisme di tahun 70an
○ nah itu semua gaa tertarik pd perubahan alias statis apalagi strkturalisme
atau struktural-fungsional
● emg si unit budaya sering digambarkan dlm etnografi sbg isolat atau kekuata otonom
dr luar negara
● nah dr 70an ke 90an sbnrnya byk antropolog yg mempelajari efek perubahan atau
pembangunan scr mandiri sih >>>> tp di 90an memahami organisasi budaya dan
sosial scr dinamis dan luas
● nah skrg penulis ngasih 'rasa' singkat ttg cara2 para antropolog menangani
perubahan dan pertumbuhan, apakah scr spontan atau kaga
● tulisan ini mempertanyakan atau menantang wacana pembangunan yg dominan
● antrop pembangunan berisi tema2 berikut;
○ efek sosial budaya dr perubahan ekonomi
○ dampak sosial budaya dr proyek2 pembangunan
○ cara kerja internal dan wacana 'industri bantuan'

chia 81-82
Karya yang nyakup tema ini biasanya berhubungan makanya jadi jelas juga potensi
penerapan dari analisis yang bervariasi. Pekerjaan yg di masalah kedua tuh seringnya buat
memengaruhi kebijakan trs nambah perdebatan akademis dgn asumsi pemahaman yg
diberikan tuh sbg tool penting dalam meningkatkan pembangunan. Nah ini malah ngaburin
batas antara antrop akademik sm terapan kan. Tp sebaliknya antropolog yg tertarik sm
pertanyaan terakhir biasanya kurang tertarik ngebantu praktisi pembangunan, sementara
mereka yg punya kebijakan implikasi jarang tuh ngasih rekomendasi praktis. Ketiga tema
juga bisa dihubungkan meskipun ya longgar sih tp buat sejarah baik dalam pembangunan
ataupun antrop. Jd kayak efek sosial budaya tuh ngaruh ke perubahan ekonomi, salah
satunya ya pembahasan si malinowski ataupun pritchard yg nuer. (ya intinya isinya cerita gt
kl lu penasaran baca aja sendiri yeah itu nga penting2 amat jg).

fitri 83-84
● Ada arugumen bahwa ketika individu pindah ke kota, ikatan kesukuannya menjadi kurang
penting karna tergantikan oleh afiliasi kelas atau tempat kerja
○ Tapi sebenernya belum tentu juga kayak gitu, bisa aja sebaliknya dimana identitas
dan kewajiban kesukuan berubah dan digunakan dgn cara berbeda di perkotaan
Agricultural change: polarisation
● Meskipun Antropologi urbanisasi di Afrika berakar pada kebijakan kolonial pra-perang,tapi
studi tentang perubahan pedesaan di Asia Selatan dan Tenggara sebagian besar justru
dipengaruhi oleh upaya negara-negara pascakolonial untuk memodernisasi pada 1950-60-an
● Kebanyakan nunjukin kalo transisi agrikultural kayak cash-cropping, mekanisasi, dan
meningkatnya tenaga kerja memiliki dampak sosial dan jg ningkatin polarisasi dan
proletarianisasi masyarakat miskin di pedesaan.
● Tampaknya 'revolusi hijau' dan strategi modernisasi itu ga mungkin buat ngurangin
kemiskinan
● Ada pendekatan antropolog lain dalam mode yg tradisional>> berfokus pada efek perubahan
ekonomi di tingkat mikro
● Dalam karya South India: Yesterday, Today and Tomorrow (1973), Epstein membahas efek
dari pengenalan teknik irigasi baru dan makin pentingnya cash-cropping ke dua desa di India
selatan
○ Desa masih punya sedikit hubungan dengan ekonomi eksternal dan struktur sosial
sebagian besar tetap ga berubah, karena fleksibilitas sistem politik lokal dan fakta
kalo ekonomi sepenuhnya masih didasarkan pada pertanian
○ Pokoknya di Desa Wangala tuh jadi cukup baik, tapi ga ngerubah banyak hal, kalo di
Desa Dalena yg lahannya kering malah ga maju sama sekali dan bikin rugi
● Dari berbagai perubahan ekonomi ini nyebabin runtuhnya kewajiban politik, sosial dan ritual
turun temurun, perubahan status kelompok kasta lokal, dan munculnya bentuk hierarki baru
● Perubahan yg berbeda di setiap komunitas nunjukin kalo proses transformasi kapitalis jauh
dari homogen bahkan dalam wilayah yang sama
● Literatur yang luas mendukung pandangan Epstein kalo modernisasi pertanian (seperti
pengenalan teknologi baru, cash cropping, dan tenaga kerja upahan) di Asia Selatan telah
kontribusi pada tumbuhnya polarisasi pedesaan
● Banyak dari ini merupakan kritik atas Revolusi Hijau, dan ngasih tau kalo efek inovasi
bergantung pada hubungan sosial yg udah ada sebelumnya

jebe 85-87
● Sekarang ini, udah bnyk pekerjaan yg neliti berbagai efek dari perubaha agrarian dan
industrialisasi di India,,, menunjukkan berbagai bentuk ketidaksetaraan yang muncul

Capitalism and the ‘world system’


● Banyak peneliti yang sudah mengalihkan perhatian ke hubungan komunitas dan budaya lokal
dengan ekonomi politik global
● Penekanannya lebih pada melihat cara2 masyarakat di ‘pinggiran’ telah lama diintegrasikan
ke dalam kapitalisme
● Europe and the People without History (1982) karya eric wolf telah memadukan ekonomi
politik neo-marxis dengan persepktif antropologis >> tulisan ini menunjukkan bagaimana
sejarah kapitalisme telah mengikat daerah2 dan kelompok2 sosial yang paling terpencil ke
dalam sistem
● Intergrasi ekonomi politik dan sejarah ke dalam analisis etnografi membuka ruang penting
dalam antropologi selama tahun 1980-an
● Terdapat 2 studi penting antropolog yg nunjukkin sejauh mana kelompok2 tertentu terkait de
dalam kapitalisme global, (1) The Devil and Commodity Fetishism in South America (1980)
karya Michael Taussig menjelaskan tntang integrasi budaya dan ekonomi petani kolombia
dan penambang timah Bolivia ke dalam ekonomi uang dan kerja upahan proletary,,,, petani
kolombia secara musiman menjual tenaga mereka ke perkebunan, hal ini menggambarkan
keterikatan pada sistem kapitalis (iblis),,,,, di tambang timah bolivia, para pekerja memuja Tio
(setan) yg merupakan perwujudan spiritual kapitalisme
● (2) We eat the Mines, karya June Nash mengeksplorasi makna budaya dan sosial yang
diberikan kepada eksploitasi kapitalis di pinggiran.
● Karya taussig dan nash berkonsentrasi pada ideologi lokal integrasi kapitalis tanpa secara
langsng mempertanyakan model ketergangungan dan eksploitasi global
● Tapi, dalam penelitian Norman Long menunjukkan bahwa temuannya menantang asumsi
teori ketergantung (dependency) bahwa integrasi ke dalam kapitalisme global hanya dpt
menyebabkan stagnasi di pinggiran >> di lembah Mantaro ada bbrp kelompok berwirausaha,
menhasilkan modal skala kecil, mengembangan sistem hubungan ekonomi yang kompleks,
dann mereka gk bergantung sama sitem yg ditentuin sama ‘pusat’
● INTINYA,, gue ga tau pasti, tp bagian gue ngejelasin tentang teori dependency
(ketergantungan),,, jadi karya Taussig sama Nash ngungkapin kalau masyarakat kecil itu
akan selalu bergantung sama kapitalisme global/sistem ekonomi yg terpusat,,, sedangkan
karya Norman Long ngedebat itu karena dia bilang ada masyarakat di lembah Mantaro yg
nggk terikat sama sistem ekonomi global/kapitalisme, mereka ngebuat sistem perekonomian
sendiri dalam skala kecil

jihan 88-89
● Kesimpulan serupa dicapai oleh para peneliti yang bekerja di pemukiman liar di Amerika
Latin.
○ Temuan Mangin (1967)=sosiolog, dan Turner (1969)=arsitek, berbagai penulis
berargumen selama tahun 1960-an dan 1970-an bahwa alih-alih menjadi ' ‘slums
of despair/perkampungan kumuh keputusasaan', permukiman itu sebenarnya
adalah '‘slums of hope/perkampungan kumuh harapan. ' (Lloyd, 1979).
○ Invasi tanah direncanakan dengan hati2 dan orang2 bekerja sama untuk
mendapatkan air, listrik dan jalan untuk pemukiman mereka, membentuk komite
dan mendapatkan suara melalui pemilihan politisi lokal untuk badan-badan
negara bagian dan metropolitan.
○ Alih-alih menjadi 'korban' dari struktur eksploitasi internasional dan nasional,
para penghuni liar adalah agen aktif yang bekerja keras untuk mengubah status
ekonomi dan sosial mereka. Namun, mereka tidak 'marjinal'; sebaliknya, mereka
terpinggirkan oleh konteks yang lebih luas, bahkan ketika berusaha memperbaiki
diri (Perlman, 1976).
● Sementara penekanan pada perspektif aktor, daripada 'sistem' di mana mereka menjadi
bagian, selalu menjadi pusat antropologi.
● ide-ide seperti itu diambil dalam studi pembangunan pada 1980-an dan 1990-an →
karena menunjuk perubahan konstruktif yang dapat dibuat dalam kebijakan, dan karena
pesan 'pembangunan' pada dasarnya optimis: orang tidak sepenuhnya dibatasi oleh
superstruktur eksploitatif atau 'sistem dunia'; mereka adalah agen aktif dan, jika ada
intervensi, hanya perlu 'dibantu untuk membantu diri mereka sendiri'.
● Selama tahun 1980-an penekanan yang semakin besar diberikan pada subyek proyek
pembangunan sebagai 'aktor',

Efek gender dari perubahan ekonomi


● Bersamaan dengan gerakan pertama antropologi feminis di awal 1970-an → muncul
pengakuan bahwa pembangunan ekonomi memiliki efek yang berbeda pada pria dan
wanita.
● Meningkatnya minat dalam hubungan antara gender dan pembangunan → dicetuskan
oleh penerbitan terobosan Peran Perempuan dalam Pembangunan Ekonomi (1970) karya
Ester Boserup.
● Boserup menunjukkan bahwa pembagian kerja secara seksual bervariasi di seluruh dunia
dan bertentangan dengan stereotip Barat, dimana perempuan sering memainkan peran
sentral dalam produksi ekonomi.
● Berbagai peran produktif perempuan, menurutnya, disebabkan oleh tekanan populasi,
penguasaan lahan, dan teknologi.
● Ketika ekonomi menjadi lebih berkembang secara teknologi, perempuan semakin ditarik
dari produksi atau dipaksa masuk ke sektor subsisten, sementara laki-laki menjadi pusat
perhatian dalam produksi tanaman komersial.
● Perubahan ini tidak otomatis, tetapi dipengaruhi oleh kebijakan kolonial etnosentris yang
menganggap bahwa perempuan tidak terlibat dalam produksi pertanian dan
mengabaikan petani perempuan demi laki-laki.
● Karya Boserup → katalis penting untuk literatur besar tentang efek pembangunan pada
hubungan gender.
● Peneliti lain melihat hubungan yang lebih luas antara perubahan kapitalis dan gender.
● Ini itu bukan perdebatan yang baru. Antropolog sempat ga aktif di tahun 1960an, terus
diterusin lagi deh dikerjain ulang sama generasi baru antropolog feminis selama 1970an.
● Transformasi kapitalis ekonomi subsisten umumnya diakui memiliki efek negatif pada
perempuan.
● Perubahan kepemilikan tanah, migrasi tenaga kerja dan pasar yang berkembang di tanah
dan tenaga kerja semuanya berkontribusi pada marginalisasi perempuan dari proses
perubahan, menurunkan perempuan ke produksi subsisten.

ingka 90-92
● Feminisasi subsistensi bs dijelasin dlm 2 hal
○ -> perempuan punya tugas reproduktif & produktif (masak,dll.), trs susah jg buat
produksi komersial -> soalnya jd kaya sebelum bisa jual makanan, dia harus masak
makanannya buat tumpuan rumah tangganya dulu
○ -> migrasi tenaga kerja laki2, bikin perempuan menanggung beban sektor subsisten
● Tesis feminisasi subsisten ini banyak bermasalah soale kaya di asia laki2 kan masi dominan
gt. Trs diferensial ini jg bukan hanya ada di rumah tangga tp ada jg di antropologi feminis
● Kesetaraan tidak dapat diterima begitu saja di setiap tingkat organisasi sosial (Folbre, 1986).
● Ada penilitian Ann Whitehead (1981) tentang Kusasi di Ghana -> penelitiannya nunjukin perlu
dekonstruksi rumah tangga & pembagian kerja atas dasar jenis kelamin, yg juga melibatkan
perbedaan akses ke sumber daya
● Kendala utama produktivitas -> akses ke tenaga kerja drpd ke tanah DAN jaringan sosial
(tenaga kerja) yang bs dimobilisasi → Nah pria lebih mampu melakukan ini drpd cewe
● Soalnya kaya proyek buat ningkatin produktivitas tu harus negosiasiin hub eko, sosial yg
kompleks dan tertanam dlm konteks budaya lokal
● Asumsi tidak dapat dibuat tentang sifat rumah tangga, distribusi sumber daya di dalamnya,
atau hubungan sosial produksi
● Antropolog feminis yg menganalisis gender dr perubahan eko -> ngasi kontribusi ke studi
pembangunan & antrop
● 1970an&1980an -> ada domain baru: konstruksi budaya,pol & eko dr hub antara pria dan
wanita --> ini bikin dekonstruksi domain2 lama
● Antrop feminis jg mematikan fungsionalisme yg selama ini tentang kekuasaan patriarki, yg
gak kredibel -> pokoknya dr sini (1990an) ada dekonstruksi & asumsi androsentris
The social and cultural effects of development projects (and why they fail)
● Teks yg dibahas kebanyakan tent masalah sos bud, tp penulis fokusin ke proyek2
pembangunan -> makanya agenda penelitian lebi ke penilaian pragmatis tent apa yg salah dr
pembangunan dan gmn perbaikinnya
○ Penelitian kek ^^ biasanya punya daftar rekomendasi konkret diakhir tulisan
○ Tp antropolog ni biasanya solusinya mirip2, kaya -> partisipasi lokal, kesadaran
kompleksitas sosbud, gunaik etnografis pada perencanaan
● Kritik paling umum dr antrop -> perencanaan pembangunan pake cara 'top-down' >> jd
perencanaan tu disusun sm pejabat yg gatau kondisi, kebutuhan masy -> jd intervensi
dipaksakan jadinya ya gagal
● Pembangunan tuh bisa berkelanjutkan kalo dr 'akar rumput' nya dukung -> perlu tu partisipasi
masy >> asumsi antrop harusnya ada perubahan kebijakan & praktik yg bikin pembangunan
berhasil dan bantu masy miskin
● Penelitian terkait -> Robert Chambers’s Rural Development: Putting the Last First --> yg
jelasin pembangunan tanpa pengetahuan lokal itu pasti gagal harusnya 'menempatkan yg
miskin terlebih dahulu' dan bikin mereka berpartisipasi pd proyek design & penilaian
● Penelitian lain -> Barnett (1977) >> jelasin produksi kapas irigasi intensif di sudan dia bilang
proyek disitu bikin stagnasi & ketergantungan soalnya tanahnya yg disediain cm buat
disewa2 -> makanya jd ada hub paternalistik & otoriter, mereka jd ga inovatif.
● Intinya kritik antrop kebanyakan soal -> ga peka sm kompleksitas sos bud lokal, efek dr
induksi ekstern
● Nah skrg kita pindah ke pekerjaan yg berhub sm gender dlm proyek pembangunan

viya 93-95
- ga cuma antropolog feminis yg ngasih catatan etnografis ttg hal ini, mrk jg ngembangin berbagai alat analisis
buat ngejelasin knp pembangunan cenderung punya efek yg beda pada pria dan wanita. Banyak dari pekerjaan
ini berfokus sm efek dari proyek2 pembangunan tertentu. Kesalahpahaman ttg pembagian kerja berdasarkan
jenis kelamin, akses ke sumber daya dlm rumah tangga, beban ganda perempuan dlm pekerjaan produktif dan
reproduktif, perencanaan dan proyek pembangunan seringkali menyebabkan marginalisasi perempuan. Nah
berarti laki2 mendingan ditempatin ke peluang new economy yg sesuai & asumsi patriarki para perencana.

- Proses ini dimulai sm administrator kolonial yg mengimpor gagasan etnosentris ttg 'tempat perempuan', dan
berlanjut hingga hari ini melalui pekerjaan para perencana pembangunan Barat. Dalam The Domestication of
Women (1980), Barbara Rogers blg kl perencana pembangunan Barat ngebuat berbagai asumsi Barat dan
makanya patriarki ttg hubungan gender di negara2 berkembang. Misalnya, petani adalah laki-laki & perempuan
gak ngelakuin pekerjaan produktif yg berat & keluarga inti adalah norma. Melalui penelitian androsentris dan
bias menganggap kl laki-laki adalah kepala rumah tangga & perempuan tuh jd gak terlihat. Nah makanya
perempuan didiskriminasi scr sistematis karena ada diskriminasi di dalam badan2 pembangunan itu sendiri.

- Jawabannya menurut Rogers karena hal ini sering menghasilkan 'pemisahan baru', dmn perempuan cuma
dilatih dalam ilmu rumah tangga/dikasih mesin jahit buat menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, kesadaran
gender hrs dibangun ke dalam prosedur perencanaan, yaitu sebuah proses yg akan melibatkan reformasi
lembaga2 pembangunan yg terlibat. Laporan Dey (1981) ttg proyek irigasi di Gambia mengasumsikan bahwa
laki-laki menguasai tanah, tenaga kerja dan pendapatan, proyek tsb gagal utk meningkatkan produksi beras
nasional dan meningkatkan ketergantungan perempuan pd laki-laki.

- Kyk misalnya sistem pertanian di Mandinka, cuma laki2 yg dikasih hak atas tanah irigasi & semakin byk
memakai tenaga kerja kolektif terampil perempuan, sedangkan perempuannya diberi upah rendah krn kurang
peluang buat menghasilkan pendapatan yg lain (yg tersedia bagi perempuan. Hak-hak ekonomi tradisional
perempuan scr sistematis dirusak oleh proyek2 tsb dimana sebuah proses yg udh dimulai selama masa kolonial.
Dengan mengabaikan kompleksitas sistem pertanian dan berkonsentrasi pd petani laki-laki, proyek tsb ga cuma
merugikan perempuan, tetapi jg kehilangan keahlian mereka yang berharga. Karena hubungan gender bersifat
spesifik scr budaya, proyek2 pembangunan punya efek yg berbeda sesuai dgn tempat pelaksanaannya & cara
pelaksanaannya.

- Data dari Asia nunjukin kl meskipun mekanisasi pertanian menyebabkan menurunnya tenaga kerja perempuan
di desa2 pertanian padi di Filipina, di Jepang partisipasi perempuan tetap relatif tinggi (Ng, 1991: 188).

- Kelas juga merupakan faktor penting. Sementara perempuan dari rumah tangga kaya dan berpenghasilan
menengah (dan keliatannya bahagia) semakin mundur ke arena domestik, perempuan dari rumah tangga miskin
perlu bekerja buat ngumpulin uang tunai utk input baru yg diperlukan utk meningkatkan produktivitas. Jadi, ada
2 tren besar → rumah tangga patriarki di antara rumah tangga kaya dan berpenghasilan menengah, serta rumah
tangga yg dikepalai perempuan. Analisis proyek pembangunan oleh antropolog feminis memiliki implikasi
penting bagi pembuat kebijakan. Tidak ada ruang di sini utk tinjauan komprehensif ttg efek women in
development (WID) dan GAD pd kebijakan pembangunan. Cukup untuk mengatakan bahwa sejak tahun 1975
dgn dimulainya Dekade Pembangunan PBB pertama utk Perempuan, gender semakin diakui sebagai isu sentral
dlm lingkaran pembangunan.

- Banyak lembaga mengembangkan kebijakan eksplisit ttg gender, mempekerjakan 'ahli' buat mastiin bahwa
proyek mereka memberikan pertimbangan yg cukup utk kepentingan perempuan. Misalnya, Bank Dunia,
menciptakan unit WID, sedangkan UNIFEM (United Nations Development Fund for Women) udh jd badan
PBB sejak 1985 (Madeley, 1991:29). Trs pelatihan gender jg dimulai tahun 1980-an dgn lembaga2 yg mendanai
pelatihan staf dan lembaga2 lain di negara2 penerima. Tp, apakah upaya2 ini punya dampak nyata dlm ningkatin
dampak merugikan pembangunan terhadap perempuan ternyata msh bs diperdebatkan. bbrp berpendapat kl
kebijakan dan pelatihan WID mereproduksi asumsi etnosentris ttg sifat gender dan subordinasi perempuan →
mereka mengkooptasi kritik feminis radikal ke dlm wacana pembangunan sehingga menetralkan mereka.

- Penulis bakal kembali ke masalah Juour Jood. Terkait erat sm kritik antropologis perencanaan 'top-down' →
kritik bahwa perencana gagal utk mengakui secara memadai pentingnya, potensi, dan pengetahuan lokal.
Sebaliknya, proyek sering kali berasumsi kl pengetahuan Barat/perkotaan lebih tinggi drpd pengetahuan orang2
yg 'akan dikembangkan', mereka dianggap bodoh meskipun antropolog udh berulang2 nunjukin kl mereka
punya bidang keahlian yg sesuai. Hal ini terkait sm gerakan pertama petani (Chambers et al., 1989; Scoones
dan Thompson, ao09).

raju 96-98
● Kegagalan proyek pembangunan seringkali diakibatkan ketidaktahuan para
perencana (planners) dibanding ketidaktahuan penerima manfaat (beneficiaries).
○ Hal ini mungkin adanya faktor seperti kondisi ekologi lokal, ketersediaan
sumber daya, kondisi fisik dan iklim, dan sebagainya.
● Berhasil atau tidaknya seluruh proyek tergantung secara sosial dan budaya, akan
tetapi faktor dari sosial dan budaya ini yang sering diabaikan.
○ Maka dari itu, banyak literatur berfokus pada kebutuhan pengetahuan
etnografi di tahap perencanaan desain proyek.
● Penerapan konsep top-downisme terdapat sebuah hal yang menarik pada analisis
klasik Mamdani mengenai kegagalan studi Khanna dalam upayanya untuk
memperkenalkan alat kontrasepsi ke desa Manupur, India.
○ Nilai budaya dan ekonomi yang sangat kuat mengenai "banyak anak =
banyak rejeki", Mamdani berpendapat kalo program ini ga mungkin berhasil di
pedesaan India.
○ Pada asumsinya tersebut, Mamdani memandang kalo penolakan kontrasepsi
dari penduduk sana dianggap sebagai hal yang bodoh. Maka dari itu, di
konteks ini, penduduk desa tersebut sama sekali mengabaikan realitas sosial
dan ekonomi di desa.
● Pada studi kasus Zambia Gatter menunjukkan praktik pertanian yang cenderung
disistematisasikan oleh para tenaga development sehingga salah memahami
kompleksitas dan fluiditas mereka.
○ Dalam menghindari misrepresentasi dan membuat pengetahuan etnografi
menjadi bermakna, maka harus ada pengumpulan data etnografi yang
berkelanjutan.
○ Penelitian tersebut tidak perlu dilakukan oleh konsultan ekspatriat namun
juga dapat dilakukan oleh staf lapangan yang terlatih, terutama yang berada
di LSM.
○ Hal terpenting dari Pottier's collection; mengadopsi pendekatan yang
berkembang dalam Antropologi Pembangunan, yaitu mempelajari birokrasi
dan institusi pembangunan di dalam diri mereka sendiri serta wacana yang
mereka hasilkan.

The internal workings and discourses of the ‘aid industry’


● Laporan antropologi tentang pembangunan telah memperlakukan institusi, proses
politik, dan ideologinya sebagai tempat yang valid untuk penyelidikan etnografis.
○ Pendekatan ini tidak terbatas pada akhir 1980an dan 1990an, dimana
dominasinya yang meningkat mencerminkan tren kontemporer dalam
antropologi.
● Pekerjaan awal antropologi terapan tradisi seperti antropolog H.G Barnett secara
administrasi, berurusan dengan penggunaan praktis pengetahuan antropologis yang
diletakkan oleh administrator.
○ Pengembangan Antropologi Cochrane (1971), menekankan perlunya
administrator di bawah bimbingan antropolog untuk mengenali isu-isu budaya
seputar pembangunan.
○ Belshaw's The Sorcerer's Apprentice (1976) berusaha menarik perhatian
antropologis menjauh dari yang 'eksotis' menuju isu kebijakan nyata dalam
budaya dominan serta untuk melawan kecenderungan administrator yang
hanya untuk mengetahui dan mengontrol saja.
● Robertson's People and the State (1984) berusaha menganalisis pembangunan
terencana sebagai perjumpaan politik antara rakyat dan negara.
○ Menurutnya, badan-badan pembangunan didasari pada kebutuhan untuk
mengubah warga negara yang tidak dapat diandalkan menjadi publik yang
terstruktur.
○ Sebagian besar buku ini menceritakan sejarah perencanaan, dari Rusia
pasca-evolusioner dan perencanaan kolonial hingga perencanaan ekonomi
negara-negara Dunia Ketiga Kontemporer.
○ Robertson juga membuat antropologi untuk lebih terpusat dalam
keterlibatannya di pembangunan.
○ Secara historis memang antropologi lemah pada teori negara, namun ia
menunjukkan bahwa itu berpotensi dapat menawarkan gambaran umum
tentang keseluruhan perencanaan proses sehingga memberikan kontribusi
penting untuk pemahaman yang lebih luas tentang development.
● Etnografi proyek dan perencanaan berkaitan dengan pergeseran paradigma dalam
studi pembangunan.
○ Disini ada pengakuan yang meningkat bahwa realitas dimana orang bertindak
dan membuat keputusan jumlahnya banyak dan berubah.
○ Hal ini erat kaitannya dengan minat dalam penelitian berorientasi aktor.
● Gagasan tentang pengembangan "farmer first" dan partisipasi sangat besar
pengaruhnya.
○ Di tingkat yang sedikit berbeda, pengakuan akan kebutuhan untuk
memahami cara kerja birokrasi.

rey 99-101
● penulis menyatakan bahwa perencanaan adalah hal yang penting dalam penelitian
antropologi
● kalo penelitian lain mendekonstruksi dan mempersoalkan gagasan pembangunan
dengan menganalisisnya sebagai bentuk wacana. sedangkan penelitian antropologi
tidak dimaksudkan untuk menjadi instrumen bagi pembuat kebijakan, karena
mengkritik asumsi epistemologis di mana mereka bekerja.
● Sebaliknya, penelitian antropologi memiliki implikasi yang luas terhadap cara di
mana 'pembangunan' dikonseptualisasikan, menunjuk pada penilaian ulang tentang
cara-cara di mana kemiskinan dan ketidaksetaraan global dikonseptualisasikan dan
ditangani.
● untuk dapat mengerti diskursus pembangunan, kita bisa mengambil
pemikiran-pemikiran Foucault (1970)
● Foucault berfokus pada ‘field' of knowledge, seperti ekonomi atau sejarah alam (yang
diklasifikasikan dan diwakili dalam periode tertentu) yang direpresentasikan sebagai
objektif dan netral secara politik,
● Foucault kemudian menunjukkan bagaimana bidang pengetahuan dibangun secara
sosial, historis dan politik. Wacana kekuasaan, meskipun disajikan secara objektif
dan 'alami', sebenarnya mengkonstruksi subjeknya dengan cara-cara tertentu dan
menjalankan kekuasaan atas mereka.
● Dari sini, bidang pengetahuan atau keahlian perkembangan dapat didekonstruksi
sebagai konstruksi realitas yang spesifik secara historis dan politis, yang lebih
berkaitan dengan pelaksanaan kekuasaan dalam konteks sejarah tertentu
● Escobar (1988), meneliti sejarah studi pembangunan dan produksi serta sirkulasi
wacana tertentu, melihat ini sebagai bagian integral dari pelaksanaan kekuasaan;
apa yang disebut sebagai politics of truth
● Praktik pembangunan, menurutnya, menggunakan kumpulan teknik khusus yang
mengatur jenis pengetahuan dan jenis kekuasaan. Keahlian spesialis pembangunan
melampaui realitas sosial 'klien' pembangunan, yang diberi label dan dengan
demikian terstruktur dengan cara tertentu ('rumah tangga yang dikepalai perempuan',
'petani kecil', dll.).
● Dengan demikian, klien dikendalikan oleh pembangunan dan hanya dapat
bermanuver dalam batas yang ditentukan olehnya.
● Ferguson (1990) menyatakan bahwa daripada memikirkan apakah pembangunan itu
'baik' atau 'buruk', atau bagaimana hal itu dapat ditingkatkan, kita harus menganalisis
hubungan antara proyek-proyek pembangunan, kontrol sosial dan reproduksi
hubungan ketidaksetaraan.
● Ferguson dalam the anti politics machine berpendapat bahwa developmental
planning adalah roda penggerak kecil dalam mesin yang lebih besar; wacana dan
praktik diartikulasikan dalam hal ini, tetapi mereka tidak menentukannya.
● Kalo rencana gagal dan tujuannya tidak tercapai, mereka masih memiliki efek
instrumental, karena mereka adalah bagian dari mesin kekuasaan dan kontrol yang
lebih besar.
indah 101-102

● Dalam the anti-politics machine (1990) Ferguson menggunakan pendekatan yang


sama dengan pendekatan yang menganalisis proyak thaba-tseka di Lesotho.
● Menurut ferguson, kita harus menganalisis hubungan antara proyek pembangunan,
kontrol sosial, dan reproduksi hubungan ketidaksetaraan.
● Kata ferguson juga dengan kita analisis konseptual dari pembangunan di lesotho itu
trs ngebandingin sama materi etnografis dari wilayah sasaran proyekan tertentu, itu
bisa nunjukin gimana proyek pembangunan biasanya gagal dalam mencapat tujuan
eksplisitnya, dan ada fungsi lain yang sering tidak direalisasi yaitu memajukan tujuan
negara.
● The antipolitics mechine dimulai dgn dekonstruksi laporan bank dunia ttg lesotho.
● Ferguson tuh nunjukan adanya ketidakakuratan dan kesalahan dalam menampilkan
negara. Di mana lesotho ditenpatkan kepada hal2 tradisional dan terisolasi dengan
pertanian asli serta ekonomi yang stagnan.
● Padahal mah ga kek gt, lesotho udah punya hubungan ekonomi dan politik sama
afrika selatan.
● ferguson (1990:68) bilang kalao wacana tu melekat dan mendukung instisusi
tertentu. di mana wacana berkaitan dengan praktik pembangunan yang
memengaruhi desain aktual dan implementasi proyek.
● sebuah proyek secara instrumental dapat memungkinkan negara untuk memperluas
kekuasaannya
● alih2 memasukan pengetahuan lokal yang homogen dan sistematis, artikel ini tuh
nunjukan kalo pengetahuan itu beragan dan cair, kenapa gt? soalnya dipengaruhi
oleh konteks sosial, politik, dan ekonomi tertentu.
● orang muncul sebagai agen, yang pengetahuannya berinteraksi dalam berbagai cara
dengan agen pembangunan. Dengan kata lain, orang tidak secara pasif menerima
pengetahuan atau arahan dari luar, tetapi secara dinamis berinteraksi dengannya
ahyar 103-105
● seperti yang ditunjukkan oleh kumpulan pekerjaan ini, para antropolog dinilai perlu
memeriksa cara-cara di mana orang-orang dan wacana yang mereka hasilkan
berinteraksi sesuai dengan konteks budaya, ekonomi, dan sejarah mereka yang
berbeda.
● dan penelitiannya harus berorientasi pada pada aktor, tidak hanya mempelajari
mereka yang ‘be developed’ (dikembangkan), tetapi dalam hal bagaimana individu
dan kelompok memotong, mereproduksi atau menolak hubungan kekuasaan
intervensi pembangunan negara dan internasional.
The anthropology of development from 2000 onwards: new agendas, old questions
● di milienium baru, penulis mengatakan kita dapat melihat dua fokus yang saling
terkait.
● pertama, berbicara langsung kepada 'development' sebagai bidang diskursif. pada
ranah ini, praktik, representasi, dan pembingkaian industri bantuan dan proyeknya
didekonstruksi dan dianalisis.
● kedua, fokus penelitian tertuju pada ‘little d’ development : economic and social
transformations, the ways in which the world, its global and local flows, cultures and
relationships are changing.
● namun, beberapa antropolog bekerja di bidang ini mungkin menolak saran bahwa
apa yang mereka pelajari adalah pembangunan (development) tadi.
● seperti yang diungkapkan Olivier de Sardan, (development, Development,
‘development’) itu jangan dilihat sebagai suatu ideal atau malapetaka. itu harus
dilihat di atas segalanya sbg objek studi.
Rationalities, technologies and the production of success: ethnographies of the
anti-politics machine
● wacana ‘development’ telah membawa wacana besar dan membuka pintu penelitian
yang penting, untuk mengungkapkan bagaimana mesin ‘anti-politik’ beroperasi.
● contoh etnografi ttg ‘anti-political’ machine di lesotho yang ditulis ferguson yang bisa
nunjukkin dengan baik bagaimana anti-political machine itu bekerja. materi anpol ini
○ tapi di sini yang dijabarkan itu etnografinya tania li, ttg anti-political machine
juga di indonesia.
● tania li sependapat dengan ferguson bahwa skema pembangunan/perbaikan harus
dipahami dalam istilah Foucauldian: bentuk pemerintahan yang menghapus politik
dan menghindari pertanyaan atau pengawasan..
● Di Indonesia, Li menunjukkan bagaimana world bank ngediagnosis kemiskinan itu
sebagai akibat dari dari struktur yang tidak demokratis dan korupsi daripada
hubungan sosial-ekonomi. solusi yg ditawarkan ujung-ujungnya pengenalan praktik
persaingan dan akuntablitas neoliberal.
○ ini merupakan anti-political machine, mengalihkan perhatian dari penyebab
kemiskinan yang sebenarnya, menawarkan solusi teknis untuk masalah
politik.
● Li: bagiian penting dari proses ini adalah 'problematisasi', di mana suatu masalah
diidentifikasi dan solusi ditawarkan
widya 106-107
- yg terpenting tuh si Li nujukin gmn skema itu gak diterima sm org2 yg dituju.
- dengan menujukkan perbedaan antara praktik pemerintahan dan praktik politik dmn
skema are challenged by realpolitik, development’ emerges less as an all-powerful
machinery, hoovering up dissent and spreading neoliberalism across its (soon to be)
dependent territories, and more as a contested domain, around which struggles take
place.
- sejauh ini Li udh ngejelasin secara dan konteks diskursif escobar, etnografinya lebih
kaya dalam bercerita dan lebih bernuansa.
- David Mosse’s Cultivating Development: An Ethnography of Aid Policy and Practice
(2005)
- sekilas tulisan ini mirip sama Li dimana isinya etnogradi dari projek pembangunan
dan policies. cuma, kalo Li kan fokus pada rationale of improvement schemes dan
apa yg trjdi ketika mereka terjerat sama dunia nyata, nah kalo si Mosse itu lebih
ngegambarin apa yg terjadi dlm kehidupan sehari2 dari pelaksanaan proyek2
tsb, proyeknya itu ‘the real world’
- Mosse berpendapat terkait hub antara kebijakan ama praktik yg lbh kompleks. he
said, Development work has inner logics and rationales in which the ultimate, though
hidden objective is not success per se, but the production and appearance of
success.
- jd, bagi mosse pertanyaan etnografisnya tuh bukan ‘apakah’ tp ‘bagaimana’
proyek pembangunan bekerja, dan bukan ttg apakah proyek berhasil apa
enggak, tp bagaimana keberhasilan itu dihasilkan.
- Mosse ini nulis berdasarkan pengalamannya di irigasi yg didanai inggris itu project di
India gitu, terus projek pertanian tadah hujan proyeknya indo-british, nah dr
pengalaman ini si Mosse ngegambarin dengan everyday logics.
- nah, dr temuan Mosse intinya tuh dia bilang kalo appearance of success is
socially produced by the actors involved, bisa dari konsultan, manajer proyek
atau si pembuat kebijakan. nah buat ngejaga appearance of success ini, yg diperluin
ya VIP visits, publicity material dibanding hasil aktual yg ada dilapangannnya.
istilahnya ya yg terpenting citranya berhasil, hasil akhirnya urusan ntar gitu.
- dr pengamatan mendalamnnya ini Mosse nyimpulin ttg sifat kebijakan dan praktik
pembangunan,
- First, policy exists to legitimate practice rather than orient it;
- second, development interventions are driven by the needs of organisations rather
than policies;
- third, development projects work to maintain themselves as coherent policy ideas;
- fourth, development projects don’t fail ‘in themselves’ but are failed by their networks
of support and validation; and,
- fifth, ‘success’ and ‘failure’ are policy-oriented judgements which obscure project
effects (Mosse, 2005: 181).
- pandangan si Mosse ini jadi major contribution dalam antrop pembangunan, ngebuka
pandangan ttg development policy dan implemntasinya, yg mana ngasih tau ttg
hidden transcripts dr kebohongan public statement.
Aidnographies of Aidland
- Mosse bkn satu2nya yg berbicara ttg topik ini
- Cultivating Development is just one example of what has proven to be a fertile field of
study: ‘aidnography’, defined by Raymond Apthorpe as ‘exploring the
“représentations collectives” by which Aidmen and Aidwomen say they order and
understand their work’
- salah satunya tuh karyanya si Richard Rottenburg judulnya Far-fetched Facts: A
Parable of Development Aid (2009)
-
cavin 108-109
Rottenburg berfokus pada ruang interstisial antara model pembangunan dan
mengambil pendekatan baru hasil pembangunan dengan menghadirkan pergeseran posisi,
salah satu tujuan utama Rottenburg adalah untuk 'memberikan suara' kepada para aktor
yang menurutnya tidak ada dalam laporan ilmu sosial tentang pembangunan yang jarang
terdengar.
Selama beberapa tahun terakhir kesenjangan ini telah diisi oleh dua volume yang
dikumpulkan ke dalam praktik, moralitas, dan motivasi dari mereka yang membuat kebijakan
dan melaksanakannya. Dalam Adventures in Aidland: The Anthropology of Professional
International Development yang diedit oleh David Mosse (2011a) menggambarkan budaya
dan identitas pekerja bantuan, dunia mereka sehari-hari dan cara pengetahuan mereka
dibangun dan melakukan perjalanan ke seluruh dunia, dikemas sebagai keahlian.
Aidnography menunjukkan bagaimana para profesional pembangunan membingkai dan
menegosiasikan keahlian mereka dalam konstelasi politik institusional yang berubah,
menampilkan identitas profesional mereka dan mempertahankan paradigma perubahan dan
kemajuan teknis. Bab Ian Harper tentang pekerja kesehatan internasional di Nepal,
misalnya, menunjukkan bagaimana praktik spasial seperti benteng kedutaan AS dan kantor
USAID di Kathmandu memungkinkan para ahli pembangunan menjalani kehidupan parokial
di Nepal sementara kosmopolitan sejati adalah pekerja kesehatan migran Nepal di Nepal.
Inggris, yang jauh lebih berpengalaman dalam berpindah antara domain budaya dan
geografis (Harper, 2011). Dalam nada yang sama, Rajak dan Stirrat (2011) menulis secara
provokatif tentang 'kosmopolitanisme parokial' dari para ahli yang tak menentu, yang
meratapi perubahan dunia yang mereka lalui, meskipun penerapan keahlian mereka atas
nama pembangunan telah menyebabkan perubahan-perubahan itu.
Rosalind Eyben menambahkan nuansa lebih jauh pada perspektif ini. Eyben
berpendapat bahwa, alih-alih hanya muncul dari parokialisme atau nostalgia, perubahan
praktik dalam sejarah bantuan internasional telah mengharuskan jejaring sosial dan
penciptaan komunitas di antara para profesional bantuan di penempatan mereka di luar
negeri. Dalam karya lain Eyben telah mengambil pendekatan historis yang sama,
menunjukkan bagaimana kerja diskursif pembangunan bergantung pada perubahan
kebijakan pemerintah serta negosiasi antara kelompok kepentingan dan individu dalam
organisasi. Dalam sebuah artikel yang merinci produksi buklet tentang 'Perempuan dan
Pembangunan' or ' Gender dan Pembangunan' selama 20 tahun oleh DFID, ia memetakan
cara-cara di mana representasi perempuan berubah sebagai agenda perempuan dan
pembangunan. 'diarusutamakan' oleh penasihat pembangunan sosial seperti dirinya sendiri
di dalam organisasi, meskipun ada banyak perlawanan dari pihak lain (Eyben, 2005).
inside the Everyday Lives of Development Workers (Fechter dan Hindman, 2011),
menempatkan hasil pembangunan dalam karya Aidland, dengan alasan bahwa budaya dan
praktik sehari-hari dari mereka yang bekerja di garis depan telah diabaikan oleh teori-teori
yang mengedepankan ideologi dan kebijakan. Seperti Adventures in Aidland, bagian ini
membawa kita jauh ke dalam dunia pembangunan, dengan penekanan khusus pada dunia
moral dan ambiguitas dari mereka yang bekerja di dalamnya. Jika ada perbedaan antara
koleksi, itu adalah bahwa kontributor Inside the Everyday Lives of Development Workers
lebih fokus pada pengalaman pribadi para pekerja pembangunan dan, khususnya, pada
ketegangan moral dan spiritual yang menimpa mereka. Dalam babnya tentang ambiguitas
moral yang dihadapi pekerja pembangunan di Ghana, yang bernegosiasi antara ideologi
pemerintahan yang baik dan transparansi dan urgensi hubungan pribadi di Afrika Barat,
wahyu 110-111

● Aidnography menambah pemahaman ttg pembangunan, menyoroti


rasionalitas/irasionalitas, budaya dan sejarah yang membentuk kebijakan dan
praktik.
○ As aid practitioners/anthropologist >> menghadapi tantangan besar :
perubahan iklim, resesi global, kelangkaan sumber daya, melebarnya
kesenjangan dan kekerasan konflik
● Penulis bilang klo pekerjaan yang paling penting dan menarik dalam antropologi
pembangunan berlangsung di luar perdebatan seputar wacana dan cara kerja
Aidland (meskipun dianggap kuno)
● Penulis berargumen pada tahun 2005 >> Edelman dan Haugerud menyerukan
antropologi yang berhubungan langsung dengan ekonomi politik, mengajukan daftar
pertanyaan yang dalam pandangan mereka
○ Mengenai : (1) batas-batas konsep 'pasar' yang berubah dan diperebutkan;
(2) kegigihan 'moral' ekonomi 'meskipun bangkit dan bangkitnya kebijakan
pasar bebas pro-korporat; (3) penemuan dan perdagangan komoditas baru;
(4) kelompok akar rumput yang menentang dan memberikan alternatif bagi
ekonomi liberal (Edelman dan Haugerud, 2005: 21).
● pada tahun 2014, beberapa pekerjaan antropologis yang paling menarik >> terletak
di area keuangan global, kontestasi seputar penggunaan sumber daya alam dan
peran perusahaan dalam membentuk kembali dunia, serta pendekatan baru
terhadap feminisme, seksualitas dan pembangunan
● antrop pembangunan >> antropologi yang baru dihidupkan di mana keterlibatan
dengan perubahan global, melalui analisis yang kuat tentang hubungan antara
ekonomi, ideologi dan budaya, tidak lagi menjadi bidang spesialis dan perbedaan
antara antropologi 'murni' dan terapan tampak tidak masuk akal.
● antropologi baru pembangunan memiliki kewenangan yang lebih luas, mencakup
pekerjaan pada perdagangan dan pasar, perusahaan dan bisnis etis, keuangan
global, gerakan feminis dan lingkungan (ekologi).

The ‘development gift’, morality and belief

● krisis global, transformasi ekonomi yang cepat jg jadi fokus antropologi


pembangunan yg direvitalisasi
● Jika analisis Foucauldian berkontribusi pada 'tantangan postmodern' pada 1990-an,
kebangkitan telah datang dari bagian yang tidak terduga: antropologi klasik dalam
bentuk teori gift Mauss.
● Tp kata penulis bukan berarti nyampur adukin antara antrop ekonomi sm
pembangunan >> ini Cuma menghubungkan studi pembangunan dengan masalah
inti dalam antropologi ekonomi

rahmi 112-114
● Teori pertukaran yang telah ada dari 1925 masih relevan 90 tahun kemudian karena
hadiah pembangunan sendiri ketika dipahami menjadi investasi makna sosial dan
spiritual yang tertanam dalam hubungan kekuasaan
● Teorinya Mauss ini bikin para antropolog ngeliat ‘bantuan’ lebih dari sekedar makna
yang konvensional. Ini bisa menjadi sebuah keinginan untuk meningkatkan, atau,
menurut Foucauldian ini bisa jadi ‘keinginan untuk mengontrol’
● The Gift yang ditulis sama Mauss menyatakan bahwa ‘pertukaran hadiah’ pada
masyarakat kuno ini tuh menciptakan banyak hal yang berkaitan dengan segala
aspek kehidupan, kayak kondisi ekonomi, hubungan antar kelompok, dan juga dapat
mempengaruhi agama, hukum, moralitas, dan estetika.
● Secara terpusat, pertukaran hadiah menciptakan kewajiban timbal balik. Ini juga
menciptakan ketidaksetaraan antara pemberi dan penerima: memberi berarti
menegaskan kekuasaan atas kelompok yang menerima.
● Mauss sendiri berpendapat bahwa modernisasi bakal ngilangin si ‘pertukaran hadiah’
ini sendiri dan akan berpindah ke hubungan komersial
● Bantuan sendiri berhubungan dengan pembangunan yang ada menurut penulis
karena:
○ Pertama, bantuan dapat dilihat sebagai suatu bentuk pertukaran hadiah, baik
antar negara atau antar individu yang menyumbang kepada LSM yang
dimaksudkan untuk membawa pembangunan atau bantuan lain kepada
Negara Dunia Ketiga (Third World Country).
○ Kedua, Mauss bilang kalo pemberian hadiah ini merupakan sebuah dasar
terciptanya ketidaksetaraan. Stirrat dan Henkel (1997) melihat bahwa,
terlepas dari hubungan kemitraan atas pembangunan, hadiah pembangunan
sendiri merupakan suatu hal yang menandai perbedaan dan hierarki
● Penggunaan teori hadiah dengan demikian menunjukkan bagaimana bantuan, amal
dan kemanusiaan pada dasarnya adalah tindakan sosial, diinformasikan oleh ide-ide
moralitas dan etika tetapi didasarkan pada hubungan kekuasaan yang tidak setara
(lihat Yeh, 2013; Scherz, 2014).
● Salah satu karya Erica Bornstein di Zimbabwe memperlihatkan bagaimana
hubungan pembangunan dan spiritualitas, disini agama, tuh berhubungan. Hal ini
berkaitan dengan bagaimana agama diyakini sebagai sesuatu yang harus dipahami
untuk seluruh aspek kehidupan manusia (jadi kayak kita harus hidup sesuai dengan
ketentuan agama). Hal ini termasuk pada perencanaan, pelaksanaan, dan juga
penerimaan projek pembangunan.
● Lalu bagaimana kontak antara moral dan spiritual atas diterimanya hadiah? Gimana
kepercayaan ini bersinggungan dengan wacana kemajuan dan modernitas?
○ Biasanya hal ini akhirnya dijawab dengan nibari antara tradisi vs modernitas
atau pengetahuan ilmiah vs kearifan lokal, tapi sekarang sudah ada penelitian
yang bisa jadi jawaban
○ Karya terbaru telah meruntuhkan perbedaan ini, menunjukkan tidak hanya
bagaimana orang bergerak di antara posisi yang tampaknya bertentangan,
tetapi juga bagaimana praktik 'tradisional' atau non-modern digunakan untuk
mengkritik bentuk-bentuk pembangunan yang diimpikan tapi gagal terwujud.
○ Pada beberapa karya etnografi, kayak yang ditulis sama Daniel Jordan Smith
tentang praktik dan wacana korupsi di Nigeria, menunjukan bahwa ide
pembangunan dan kepercayaan tradisional tuh bisa berjalan beriringan.
naim 115-116

Corporate social responsibility, ethical business and moral markets


● Minat antropologus sama etika dan moralitas pembangunan tuh bentuk respom
munculnya bisnis dan korporasi yang gemborin kebijakan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility/CSR).
● Jadi baik perusahaan atau pun individu yang kayak zeperti indarkenz punya
tanggung jawab moral lah, kek bikin proyek atau yayasan yang bisa bantu dunia.
● Muncul perdebatan juga apa ini cuman cuci cuci hey aja, maksudnya cuci tangan.
Soalnya kek setiap bisnis sekarang perlu landasan moral itu.
● Nah terus di analasisis si CSR pake konsep Mauss yang the gift itu. Di perusahaan
perusahaan pertambangan Anglo-Amerika di Afrika Selatan.
● Nh terus CSR membawa moralitas ke dalam praktik bisnis, memungkinkan
perusahaan pertambangan untuk memperluas otoritas moral atas tempat-tempat
ekstraksi terjadi melalui wacana moral yang menekankan kemitraan, tanggung jawab
dan sebagainya.
● Kode etik global tidak hanya bertindak sebagai bentuk pemerintahan (Dolan, 2007),
mereka juga menaturalisasi prinsip neoliberal seperti kewirausahaan dan peran
pasar sambil menghilangkan pertanyaan tentang kekuasaan dan ekologi.
● Alih-alih menjadi 'penguat moral' untuk mengimbangi kenyataan pahit kapitalisme
neoliberal, CSR karena itu bersifat intrinsik dalam cara kerjanya.
● Pemberian CSR memungkinkan perusahaan transnasional untuk tetap bermoral
sementara pada saat yang sama mengajukan perluasan pasar dan bisnis global atas
nama kode moral mereka

ashfa 117-119 (gue dari in this new emphasis ya)


● Penekanan baru pada ‘pasar’ sebagai obat u/ semua kemiskinan global sejalan
dengan mitos bahwa pasar itu ‘bebas’ dan/atau diatur oleh kekuatan rasional yang
jika diberikan insentif dan investasi yang memadai, scr alami akan membawa
perubahan dan pembangunan yang progresif.
● Tapi, bbrp taun terakhir sebuah karya antropologis menentang paradigma ini dan
menunjukkan bgmn keuangan dan pasar neoliberal jauh dari rasional tetapi sangat
terikat dalam hub. sosial
● The Hidden Hands of the Market (De Neve et al., 2008b) → para penulis menyelidiki
hub. moral dan politik antara produsen dan konsumen yg menunjukkan lebih banyak
jangkauan pendekatan di mana pasar dikonseptualisasikan dalam berbagai cara,
beberapa tumpang tindih dan beberapa oposisi.
● Inti dari semua pendekatan tuh tentang etika dan moralitas perilaku ekonomi. Dalam
pengantar mereka, De Neve (2008a) mengidentifikasi empat tema:
1. Penekanan pada peran hub. sosial daripada impersonalitas hubungan pasar yang
terasing. Misalnya, konsumen Utara pengen tau darimana asal barang atau bahwa
proses produksi tidak eksploitatif melalui gambar produsen pada kemasan atau
‘rug-marks’.
2. Gagasan tentang batasan dan pemisahan yang mengkritik pasar terbuka dan
bertujuan untuk mempertemukan produsen dan konsumen, misalnya dalam gagasan
makanan produksi lokal.
3. Argumen tentang harga yang wajar.
4. Bergerak menuju regulasi.

windi 120-122
● Para antropolog disini berusaha buat jawab pertanyaan tentang dampak kebijakan
neoliberal dan kapitalisme global dalam konteks di mana industrialisasi dan migrasi
perkotaan telah berlangsung.
● Hal ini menarik krn adanya perebutan sumber daya yang sengit dan sering disertai
dgn kekerasan antara berbagai perusahaan yg mana hal ini nunjukin ciri
pembangunan ekonomi di wilayah tempat para antropolog bekerja.
● Para antropolog Asia Selatan disini jg cenderung berfokus pada dialektika antara
industrialisasi, kapitalisme global dan bentuk-bentuk ketidaksetaraan baru, dan jg
perubahan dalam hubungan antar kelompok, sementara yg lain berfokus pada
penyebaran kepentingan perusahaan di wilayah tertentu.
● Disini kadang antropolog tuh perlu terlibat langsung dalam gerakan para pribumi
terhadap pemanfaatan sumber dari para perusahaan sebagai bagian dr penelitian yg
mereka lakuin
● Menurut para antropolog disini daripada cuma melibatkan perjuangan atas akses ke
sumber daya di mana makna dan fenomenologi dibagi, analisis antropologi lebih
mengungkapkan bagaimana berbagai bentuk pengetahuan sering mendasari bentuk
kontestasi
● Tapi krn hal ini antropologi 'terapan', secara etis dipertanyakan. Menurut Stuart
Kirsch, khususnya dia berpendapat bahwa, ketika dihadapkan pada perampasan
atau kekerasan, antropologi etis harus memihak yg mana berar 'tidak ada tindakan
pengamatan yang netral.
ridho 123-124
● pas Chevron ngerayain keberhasilan pembangunan dan keamanan instalasi
berteknologi tinggi lewat data kuantit yg dianggep sbg bukti kuat
○ cerita masy ttg kerusakan lingkungan dan kehilangan mata pencaharian
dianggep sbg desas desus doang sm perusahan (disini pengetahuan dan
dengerin narasi tertentu dipake buat ngebungkam org lain sm PR Chevron
● kaya yg ada di bab 2, berbagai karya antropolog (kirsch, sawyer, dan padel) jadi
upaya untuk mempertahankan perbedaan yg kaku antara penelitian dan aktivis
(antropologi “scientific’objective;pure” lawan antrop terapan)
○ Stuart Kirsch berpendapat kalo pas dihadepin sm perampasan dan
kekerasan, antropologi etis tuh harus mihak (gaada tindakan pengamatan yg
netral, dimana mereka bs ngomong kebenaran sambil jadi mata-mata musuh”
● pas dunia kebagi jadi “si kaya” dan “si miskin” karena pembangunan ekonomi ngarah
ke perpecahan dan perampasan maka mereka yg punya kekuatan paling kecil dan
perusahan dan pengusaha yg paling diuntungkan scr berkelanjutan.
○ disini muncul kapitalisme kreatif yg berkontribyusi buat kebaikan yg lebih luas
lewat program CSR,kemitraan dan keterlibatan masyarakat; dan antropolog
pembangunan harus pake keterampilan kritik dan deskripsi etnografi mereka
sepenuhnya.
● bab berikutnya ngomongin argumen awal buku edisi 1996 yg nyaranin bbrp hal:
1. ada 3 area sentral yg diperiksa antropolog pas liat perkembangan (ttg akses,
efek dan kontrol)
2. alih-alih ada perbedaan mutlak antara antrop praktis (terapan) dan studi
akademis, keduanya saling melengkapi informasi (saling mempengaruhi dan
berpengaruh ke kebijakan dan praktik)
● bab 4 di versi asli thn 1996, penulis nunjukin gimana pertanyaan ttg akses, efek dan
kontrol yg diajuin sm antropolog yg kerjanya di pembangunan ngasilin wawasan
penting buat masukan ke pemahaman baru ttg hasil proyek (studi kasus dari periode
sebelumnya)
● bab 5 meninjau lagi gagasan yg ada pas thn 1996 yg menumbangkan wacana
pembangunan konvensional dan nawarin cara pandang dan tindakan baru (ya
meskipun ide ini banyak yg berubah jadi buruk kedepannya, tp masih ada harapan)

Anda mungkin juga menyukai