Makalah Hakikat Sains PDF Free

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

HAKIKAT SAINS

Makalah
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan IPA

oleh
Litasari Aldila Aribowo (0402517032)

PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia saat ini tidak bisa dipisahkan dari penggunaan teknologi
modern. Permasalahan yang timbul setiap hari makin kompleks dan makin sulit
untuk dipecahkan, sehingga diperlukan orang- orang yang berpengetahuan,
berkemampuan, dan berketerampilan untuk mengantisipasi segala persoalan
tersebut. Pengetahuan sains peserta didik di Indonesia perlu ditingkatkan melalui
pembinaan sedini mungkin di bidang sains agar menjadikan generasi baru bangsa
yang mampu membuat keputusan tepat, berwawasan luas untuk masa depan, dan
mampu memecahkan pemasalahan yang dihadapi secara efektif dan efisien.
Segala pengetahuan sains yang diperolehnya di sekolah akan menjadi dasar
pengetahuan dalam memodernisasi diri dan bekal kehidupan di abad teknologi
yang serba canggih nanti.
Keberhasilan pembelajaran sains di sekolah tercermin dari peningkatan
pengetahuan dan penalarannya tentang sains melalui keterampilan, sikap, dan
pengetahuan dalam memecahkan permasalahan yang sesuai dengan usia dan
tingkat perkembangan berpikirnya. Dalam pembelajaran sains peran guru sangat
penting untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik menggali fakta-fakta
yang ada di alam sekitar sehingga menjadi sesuatu yang bermakna. Alam sekitar
tidak menyediakan fakta-fakta yang disusun secara sistematis. Fakta-fakta
tersebut perlu disusun secara sistematis agar menjadi sesuatu yang bermana
dengan “motode ilmiah”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1) Bagaimanakah hakikat sains?
2) Apakah tujuan dan manfaat sains?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui hakikat sains.
2) Untuk mengetahui tujuan dan manfaat sains.
BAB 2

KAJIAN TEORI
2.1 Hakekat Sains
Ilmu pengetahuan alam atau Sains merupakan terjemahan kata-kata
inggris yaitu natural science artinya ilmu yang mempelajari tentang alam.
Sehubungan dengan itu Darmojo, 1992 (Samatowa, 2006) menyatakan bahwa
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah pengetahuan yang rasional dan
obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Selain itu Nash, 1993
(Samatowa, 2006) menyatakan bahwa Sains itu adalah suatu cara atau metode
untuk mengamati alam. Webster’s: New Lollegiate Dictionary (Sudana, 2013)
menyatakan bahwa pengetahuan alam atau science adalah pengetahuan manusia
yang luas yang didapatkan dengan observasi dan eksperimen yang sistematik,
serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Pada hakikatnya sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan
sikap ilmiah. Selain itu sains dipandang pula sebagai proses, sebagai produk dan
sebagai prosedur (Donosepoetro, 1990). Sebagai proses diartikan sebagai semua
kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam ataupun
tentang pengetahuan baru. Sebagi hasil produk diartikan sebagai hasil proses,
berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah, ataupun
bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur
dimaksudkan adalah sebagai metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui
suatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut sebagai metode ilmiah (scientific
methode).
Sains didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam
raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan dengan tidak semata-mata
bergantung pada metode kasualitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya
observasi, eksperimen dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap
tertentu, misalnya berusaha berlaku seobyektif mungkin, dan jujur dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi data. Dengan menggunakan proses dan sikap
ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk Sains.
Jika Sains bukan hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam
fakta yang dapat dihafal, terdiri atas proses aktif menggunakan, pikiran dalam
mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat diterangkan.
Harlen (1997) mengemukakan tiga karakteristik utama Sains yakni:
Pertama, memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji
validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah. Meskipun kelihatan logis dan dapat
dijelaskan secara hipotesis, teori dan prinsip hanya berguna jika sesuai dengan
kenyataan yang ada. Kedua, memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-
fakta yang di observasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum
sampai pada kesimpulan. Ketiga, memberi makna bahwa teori Sains bukanlah
kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori
tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan tentang
perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa depan, serta
pengertian tentang perubahan itu sendiri.
Budi (1998) mengutip beberapa pendapat para ahli dan mengemukakan
beberapa rincian hakikat Sains, diantaranya: (1) Sains adalah bangunan atau
deretan konsep dan skema konseptual (conceptual scheme) yang Saling
berhubungan sebagai hasil eksperimentasi dan observasi (Conant, dalam Kuslan
dan Stone, 1978) , (2) Sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode observasi (Vessel, 1975), (3) Sains adalah suatu sistem
untuk memahami alam semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi
atau eksperimen yang dikontrol (Carin and Sund, 1989) dan (4) Sains adalah
aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan
akan alam di sekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai, dan
mengelolanya demi memenuhi kebutuhan (Dawson, 1984).
Jika dicermati ada dua aspek penting dari definisi-definisi tersebut yakni
langkah-langkah yang ditempuh dalam memahami alam (proses Sains) dan
pengetahuan yang dihasilkan berupa fakta, prinsip, konsep, dan teori (produk
Sains). Kedua aspek tersebut harus didukung oleh sikap Sains (sikap ilmiah)
berupa keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau
mengembangkan pengetahuan baru.
2.2 Tujuan dan Manfaat Sains
2.2.1 Tujuan Sains
Secara umum, pendidikan diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Melalui
pembelajaran sains, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri dengan perubahan dan memasuki dunia teknologi, termasuk
teknologi informasi. Dengan pembelajaran sains diharapkan siswa memiliki
standar kompetensi sains sebagai berikut.
1. Menanamkan sikap hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-
gesa dalam mengambil kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta
dan opini, bersifat hati-hati, dan mempunyai rasa ingin menyelidiki.
2. Memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam mengatasi segala
permasalahan yang ditemukan dalam kehidupannya.
3. Memahami proses pembentuk ilmu dan melakukan inkuiri ilmiah pengamatan,
serta melakukan penelitian sederhana dalam lingkup pengalamannya.
4. Mampu memanfaatkan sains dan merancang atau membuat produk teknologi
sederhana dengan menerapkan prinsip sains dan mampu mengelola
lingkungan di sekitar rumah dan sekolah.
2.2.2 Manfaat Sains
Ada beberapa alasan pentingnya pembelajaran sains di sekolah yaitu :
1. Sains dapat membantu siswa untuk dapat memahami mata pelajaran lain
terutama bahasa dan matematika.
2. Sains di banyak negara, terutama pendidikan sains di sekolah dasar
merupakan pendidikan terminal untuk siswa, dan ini berarti hanya selama di
SD itulah mereka dapat mengenal lingkungannya secara logis dan sistematis.
3. Sains bersifat menyenangkan dan membuat siswa tertarik dengan masalah-
masalah kecil, baik masalah buatan maupun kebetulan dari alam sekitarnya.
Apabila pembelajaran sains dapat dipusatkan ke arah masalah-masalah seperti
itu, melakuakan eksplorasi menjadi jalan untuk mengungkapkan apa yang
diminta siswa, maka tidak ada pelajaran lain yang menakjubkan selain sains.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sains dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia untuk
memahami berbagai gejala alam. Biasanya produk ini merupakan hasil dari
kegiatan para ilmuwan yang dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-
prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang kesemuanya itu ditujukan untuk
menjelaskan berbagai gejala alam. Sains tidak hanya merupakan kumpulan
pengetahuan atau fakta-fakta tetapi juga cara kerja, cara berpikir dan cara
memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai prosedur empirik dan
analitik. Dengan pembelajaran sains diharapkan siswa mampu bersikap ilmiah,
mampu menerjemahkan perilaku alam, mampu memahami proses pembentuk
ilmu dan dapat memanfaatkan sains.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, dapat disarankan sebaiknya
mahasiswa mengadakan tidak lanjut mengenai hakikat, tujuan, dan manfaat sains
sehingga dapat dimanfaatkan di kemudian hari.

Daftar Pustaka

Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.


Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional
Vessel, M.F. 1965. Elementary School Science Teaching. New Delhi: Pentice-
Hall of India, Ltd.
Harlen, W. Jelly S. and J. Elstgeest. 1977. Progress in Primary Science. London:
Routledge.
Budi, Kartika, F.Y. 1998. Pembelajaran Fisika yang Humanistis, dalam
Pendidikan Sains yang Humanistis, ed. Oleh Sumaji. Yogyakarta Kanasius.
Carin, Arthur A. & Robert B. Sund. 1989. Teaching Science Throught Discovery.
Colombus, Ohio: Merril Publishing Company
Donosepoetro, Marsetio. 2006. Manajemen dalam Pengertian dan Pendidikan
Berpikir. Surabaya: Usaha Nasional
Sudana, Dewa Nyoman & I Gede Astawan. 2013. Pendidikan IPA SD. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.

Anda mungkin juga menyukai